makalah metode pemisahan

19
1 METODE PEMISAHAN A. Lada Hitam Lada hitam atau yang dikenal dengan nama latin  Piper ningrum L.  merupakan salah satu tanaman yang mengandung piperin. Piperin merupakan basa lemah yang jika dihidrolisis larutan basa akan menghasilkan piperidin. Berikut ini klasifikasi dari  Piper ningrum L. : Divisi : Spermatopyhta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Piperales Famili : Piperaceae Genus : Piper Spesies : Piper ningrum L. Dalam pemisahan identifikasi piperin, dilakukan dengan 3 metode yaitu sokletasi, rekistralisasi dan kromatografi lapis tipis (Anggrianti, 2008). Lada hitam ini berasal dari hutan hujan tropis di Indonesia. Tidak hanya menjadi rempah-rempah populer yang duduk di samping garam di atas meja, tetapi ada banyak manfaat kesehatan dari lada hitam yang bisa dimanfaatkan. Lada ada tiga jenis yaitu lada hitam, hijau dan putih. Lada mengandung Vitamin K, zat besi, mangan dan serat makanan. Lada hitam merangsang selera dan baik untuk pencernaan dengan merangsang sekresi asam klorida yang dibutuhkan untuk pencernaan. Lada ini juga memiliki sifat anti-bakteri dan anti-oksidan <http://artikeltanamanobat.com/37.html> (Diakses tanggal 7 Oktober 2013). Lada memiliki rasa pedas, berbau khas dan aromatic (Hariana, 2007). Rasa  pedas dari buah lada hita m, 90-95% disebabkan oleh adanya komponen trans-  piperin yang ada dalam buah kering kadarnya 2-5% dan terdiri atas senyawa

Upload: arie-ifans-apoteker

Post on 13-Oct-2015

382 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

METODE PEMISAHANA. Lada HitamLada hitam atau yang dikenal dengan nama latin Piper ningrum L. merupakan salah satu tanaman yang mengandung piperin. Piperin merupakan basa lemah yang jika dihidrolisis larutan basa akan menghasilkan piperidin. Berikut ini klasifikasi dari Piper ningrum L. :Divisi: SpermatopyhtaSubdivisi : AngiospermaeKelas : DicotyledonaeOrdo : PiperalesFamili : PiperaceaeGenus : PiperSpesies : Piper ningrum L.

Dalam pemisahan identifikasi piperin, dilakukan dengan 3 metode yaitu sokletasi, rekistralisasi dan kromatografi lapis tipis (Anggrianti, 2008).

Lada hitam ini berasal dari hutan hujan tropis di Indonesia. Tidak hanya menjadi rempah-rempah populer yang duduk di samping garam di atas meja, tetapi ada banyak manfaat kesehatan dari lada hitam yang bisa dimanfaatkan.Lada ada tiga jenis yaitu lada hitam, hijau dan putih. Lada mengandung Vitamin K, zat besi, mangan dan serat makanan. Lada hitam merangsang selera dan baik untuk pencernaan dengan merangsang sekresi asam klorida yang dibutuhkan untuk pencernaan. Lada ini juga memiliki sifat anti-bakteri dan anti-oksidan (Diakses tanggal 7 Oktober 2013).Lada memiliki rasa pedas, berbau khas dan aromatic (Hariana, 2007). Rasa pedas dari buah lada hitam, 90-95% disebabkan oleh adanya komponen trans-piperin yang ada dalam buah kering kadarnya 2-5% dan terdiri atas senyawa asam amida piperin dan asam piperinat. Rasa pedas piperin masih ada walaupun diencerkan 1:200000. Rasa pedas juga disebabkan oleh adanya kavisin yang merupakan isomer basa piperin. Kandungan lain yang menghasilkan bau aromatic adalah minyak atsiri dengaan kadar 1-2.5% yang mengandung piperonal, eugenol, safrol, metil eugenol, dan miristissin. Lada hitam juga mengandung monoterpen dan seskuiterpen (Wiryowidagdo dan Sumaali, 2007).Lada hitam mengandung alkaloid yang disebut sebagai piperin yang meningkatkan bioavailabilitas beberapa bahan gizi dan juga beberapa obat. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan hilangnya kalium dan mukosa mikro-perdarahan atau perdarahan lambung.Lada hitam, kaya akan antioksidan, efektif mengontrol tekanan darah dan detak jantung dengan tingkat tinggi kalium. Lada juga tinggi zat besi yang penting dalam produksi sel-sel darah yang sehat. Piperine, ditemukan dalam biji merica, efektif melawan perkembangan kanker. Ketika dikombinasikan, manfaat kesehatan anti-kanker kunyit dan lada hitam sangat bagus.Piperin merupakan fitokimia yang meningkatkan metabolisme yang secara efektif meningkatkan kalori tubuh yang dapat membantu dalam penurunan berat badan. Lada dalam diet mempromosikan pemberantasan cairan ekstra dengan berkeringat dan buang air kecil. Menghentikan kebiasaan merokok dapat dilakukan dengan bantuan lada hitam. Penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan produk pengganti rokok yang memancarkan uap yang mengandung lada hitam efektif mengurangi kecanduan dan membantu pengguna untuk dapat berhenti merokok (Diakses tanggal 7 Oktober 2013).Piperin (1-piperilpiperidin) C17H19O3N merupakan alkaloid dengan inti piperidin. Piperin berbentuk kristal berwarna kuning. Piperin dapat mengalami foto-isomerisasi oleh sinar membentuk isomer isochavisin (trans-cis), isopiperin (cis-trans), chavisin (cis-cis), dan piperin (trans-trans) (Anwar, 1994).

B. Metode SokletasiMetode pertama yang dilakukan yaitu sokhletasi. Sokhletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyarian berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Bila penyarian ini telah selesai, maka pelarutnya di uapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersaring (Kusmardiyani dan Nawawi, 1992).

Metode sokletasi memiliki beberapa keuntungan yaitu menggunakan pelarut yang relatif sedikit, dapat menyari zat aktif yang lebih banyak sebab dilakukan penyarian berulang-ulang dengan menggunakan cairan penyari yang murni, serta penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan, tanpa menambal volume cairan penyari. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih cairan penyari adalah murah, mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, tidal toksik dan tidak mudah terbakar, selektif hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat, diperbolehkan oleh peraturan (DepKes RI, 1986).

Metode ini cocok dilakukan untuk proses pemisahan karena piperin tahan terhadap pemanasan. Piperin merupakan senyawa Kristal berbentuk jarum berwarna kuning dengan titik lebur 125-126 0C (Septiani, 2008). Hal pertama yang dilakukan dalam sokletasi yaitu pembuatan ekstrak dari serbuk simplisia piperis nigri fructus. Pembuatanekstrak dilakukan dengan cara menimbang serbuk lada hitam dengan menggunakan cawan porselin kosong yang sebelumnya telah ditimbang bobotnya. Kemudian serbuk yang telah ditimbang dibungkus dengan kertas saring dan memiliki ukuran yang sesuai dengan tinggi dan diameter tabung yang digunakan sebagai acuan.

Fungsi penggunaan kertas saring adalah sebagai selimut berpori agar pertikel-partikel serbuk yang berukuran lebih besar dari pori-pori kertas saring dapat bertahan dalam kertas sehingga tidak ikut mengalir menuju labu alas bulat. Setelah serbuk di bungkus dengan kertas saring selanjutnya di masukan dalam tabung ekstraktor.

a. Prosedur kerja pembuatan ekstrak dengan metode sokletasi, yaitu:

10 gram serbuk lada hitam ditimbang lalu dibungkus dengan kertas saring

Dilakukan sokletasi dengan 250 mL etanol 96%

Proses sokletasi dilakukan selama satu jam 43 menit dengan satu kali sirkulasi

Larutan yang telah di sokletasi kemudian disaring

Filtrat diuapkan di atas water bath menggunakan cawan porselen yang sudah ditimbang sebelumnya sampai didapat ekstrak kental

Ekstrak kental yang diperoleh ditimbang

b. Foto kerja di laboratorium

Proses sokletasi

Hasil ekstraksi dan ekstrak kental

c. Hasil Ekstraksi Piperin dari Lada HitamJumlah ekstrak= 24,4 ml

C. Skrining FitokimiaFitokimia atau kimia tumbuhan mempelajari aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara alamiah serta fungsi biologinya. Tumbuhan menghasilkan berbagai macam senyawa kimia organik, senyawa kimia ini bias berupa metabolit primer maupun metabolit sekunder. Kebanyakan tumbuhan menghasilkan metabolit sekunder, metabolit sekunder juga dikenal sebagai hasil alamiah metabolisme. Hasil dari metabolit sekunder lebih kompleks dibandingkan dengan metabolit primer. Berdasarkan asal biosintetiknya, metabolit sekunder dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar yakni terpenoid (triterpenoid, steroid, dan saponin) alkaloid dan senyawa-senyawa fenol (flavonoid dan tanin) (Simbala, 2009).

Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Uji sederhana, tapi sama sekali tidak sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah (Harborne, 1996).

Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida, golongan terbesar flavonoid berciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga karbon dengan salah satu dari cincin benzene. Efek flavonoid terhadap macam-macam organism sangat banyak macamnya dan dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional. Flavonoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan hati (Robinson, 1995).

Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Saponin digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan. Dua jenis saponin yang sering dikenal yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Robinson, 1995).

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena. Triterpenoid dapat digolongkan menjadi triterpena sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung (Harborne, 1996).

(http://dcycheesadonna.wordpress.com/2012/12/07/skrining-fitokimia/)

a. Cara Kerja1. Uji Alkaloid

2. Uji Steroid, Triterpenoid dan Saponin

3. Uji Flavonoid

4. Tanin dan Polifenol

b. Hasil percobaanNo.Uji SampelHasil

1.Alkaloid-

2.Flavonoid+

3.Steroid-

4.Triterpenoid-

5.Saponin+

6.Tanin-

7.Polifenol-

D. KLT (Kromatografi Lapis Tipis)Kromatografi merupakan metode analisis campuran atau larutan senyawa kimia dengan absorpsi memilih pada zat penyerap, zat cair dibiarkan mengalir melalui kolom zat penyerap, misalnya kapur, alumina dan semacamnya sehingga penyusunnya terpisah menurut bobot molekulnya, mula-mula memang fraksi-fraksi dicirikan oleh warna-warnanya (Puspasari, 2010).Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut (Wikipedia, 2013).Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai (Clark, 2007).Kromatografi lapis tipis dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff dan Schraiber. Adsorbent dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang fase diam. Fase bergerak akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram, ini dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitive. Kecepatan pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan. Biasanya yang sering digunakan sebagai materi pelapisnya adalah silika gel, tetapi kadang kala bubuk selulosa dan tanah diatome, kieselgurh juga dapat digunakan. Untuk fase diam hidrofilik dapat digunakan pengikat seperti semen Paris, kanji, dispersi koloid plastik, silika terhidrasi. Untuk meratakan pengikat dan zat pada pengadsorpsi digunakan suatu aplikator. Sekarang ini telah banyak tersedia kromatografi lapis tipis siap pakai yang dapat berupa gelas kaca yang telah terlapisi, kromatotube dan sebagainya. Kadar air dalam lapisan ini harus terkendali agar didapat hasil analisis yang reprodusibel (Khopkar, 2008).a. Identifikasi Piperin, yaitu:

Kertas saring yang berisi Kristal dipotong kecil-kecil

Dilarutkan dalam 2 mL etanol 96% pada gelas beaker

Ditotolkan 10 L pada plat KLT silica gel GF254 yang telah dicuci dengan metanol dan diaktivasi pada suhu 110oC selama 30 menit

Plat KLT dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan fase gerak N-heksana : etil asetat (70:30)

Dielusi sampai 1 cm dari tepi atas plat KLT ukuran 3 cm x 10 cm

Plat dikeluarkan dan diangin-anginkan selama 10 menit

Plat KLT diamati di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm

Spot atau noda ditandai dan dihitung Rf masing-masing spot

Ditentukan spot yang diduga piperin yang berwarna biru

b. Hasil Pemantauan Fraksi

c. Nilai Rf1. Rf 1 = 6/6 = 12. Rf 2 = 5/6= 0,833. Rf 3 = 4,7/6 = 0,784. Rf 4 = 4,3/6= 0,725. Rf 5 = 3,8/6= 0,636. Rf 6 = 3,3/6= 0,557. Rf 7 = 2,6/6= 0,438. Rf 8 = 2,3/6= 0,38 (spot yang diduga senyawa piperin)9. Rf 9 = 1,7/6 = 0,28E. IsolasiKarakter dasar berbagai alkaloid digunakan untuk mengisolasinya. Alkaloid diambil ke dalam larutan asam berair (umumnya asam hidroklorida, sitrat, atau tartarat) dan komponen netral atau bersifat asam dari campuran asal dipisahkan dengan ekstraksi pelarut. Setelah larutan berair dibasakan, maka alkaloid diperoleh dengan ekstraksi ke dalam pelarut yang sesuai.Dapat digunakan dengan metode kristalisasi langsung (rekristalisasi) yang merupakan prosedur paling sederhana. Beberapa kombinasi pelarut yang sering digunakan untuk kristalisasi alkaloid meliputi metanol, etanol berair, metanol-kloroform, metanol-eter, metanol-aseton, dan etanol-aseton (Sastrohamidjojo, 1996).Rekristalisasi bertujuan untuk Isolasi dan identifikasi senyawa alkaloid piperin dari buah lada serta melakukan analisis kualitatif piperin dalam sampel hasil isolasi. Rekristalisasi merupakan suatu teknik pemisahan atau pemurnian suatu zat dari suatu pencemar dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dengan pelarut yang sesuai. Metode rekristalisasi menggunakan prinsip perbedaan kelarutan antara pencemar dengan zat yang akan diambil.a. Ekstrak kental dalam kondisi panas kurang dari 77C ditambahkan 10 mL KOH alkoholis 10% sedikit demi sedikitProses rekristalisasi, yaitu:

Ekstrak yang telah dilarutkan disaring dengan kertas saring dalam kondisi panas

Filtrat yang didapat kemudian didiamkan di dekat es

Setelah filtrate dingin, filtrate disaring dengan kertas saring yang sebelumnya telah ditimbang terlebih dahulu

Kertas saring didiamkan pada suhu kamar di udara terbuka sampai kering

Bobot Kristal yang diperoleh ditimbang

b. Hasil IsolasiBerat kertas saring + Kristal (berat total)= 1,0067 gramBerat kertas saring = 0.0067 gramBerat kristal = Berat total - kertas saring = 1,0067 gram - 0,0067 gram= 1,000 gramF. Uji Kemurnian

Berdasarkan teoritis titik leleh dari piperin adalah 127-129 oC. Hasil yang kami peroleh adalah 127 oC.

KESIMPULAN Ekstrak lada hitam yang dihasilkan sebanyak 24,4 ml. Skrining fitokimia pada lada hitam menunjukkan bahwa lada hitam mengandung flavonoid dan saponin. Pemantauan fraksi ekstrak lada hitam dengan KLT menunjukkan hasil yang positif pada spot dengan Rf 2,3 cm. Hasil isolasi lada hitam menghasilkan kristal sebesar 1 gram. Berdasarkan hasil uji kemurnian yang kami lakukan dapat disimpulkan kristal yang didapat murni kristal piperin, yaitu 127oC.

DAFTAR PUSTAKAAnwar, C. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.Clark, Jim. Kromatografi Lapis Tipis. (Internet). Termuat dalam (Diakses tanggal 8 Oktober 2013).Depkes RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.Hariana, Arief. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Depok: Penebar Swadaya.Khopkar, SM. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.Kromatografi Lapis Tipis. http://id.wikipedia.org/ (Diakses tanggal 8 Oktober 2013.Kusmardiyani, Siti dan Nawawi As'ari. 1992. Kimia Bahan Alam. Yogyakarta: Pusat antar Universitas Bidang Ilmu Hayati.Puspasari, Dian. 2010. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Dwi Media Press.Sastrohamidjojo, Hardjono. 1996. SumberBahan Alam. Yogyakarta: UGM Press.Septiatin, Eatin, 2008, Apotek Hidup dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias, dan Tanaman Liar. Bandung: CV. Yrama Widya.Wiryowidagdo dan Sumaali. 2007. Kimia dan Farmakologi Bahan Alam. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. (Diakses tanggal 7 Oktober 2013). (Diakses tanggal 8 Januari 2014)

19