management for copd print
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Management for COPD Print
1/11
Management For COPD
Manajemen COPD mencakup empat komponen, yaitu:
1.
Assess and monitor disease2. Reduce risk factor3. Manage stable COPD4. Manage exacerbationTujuan utama manajemen ini untuk pencegahan penyakit yang meliputi:
1. Relieve symptoms2. Prevent disease progression3. Improve exercise tolerence4. Improve health status5. Prevent and treat complications6. Reduce mortility
Dalam pemilihan rencana manajemen, keuntungan dan resiko untuk pasien, dan biaya baiklangsung maupun tidak langsung terhadap dirinya, keluarganya dan lingkungan harus
dipertimbangkan.
Identifikasi penyakit harus dilakukan sedini mungkin sebelum penyakit tersebut memasuki
tahap akhir dimana penyakit bersifat reversibel. Pemeriksaan menggunakan spirometri
merupakan kunci utama diagnosa COPD.
Component 1: Assess and Monitor Disease
Initial Diagnose
Diagnosa klinis pada pasien COPD yaitu dyspnea, batuk kronis atausputum production,dan/atau riwayat paparan faktor resiko penyakit ini.
Diagnosis harus dikonfirmasi menggunakan spirometer.Assesment by Sypmtoms
Dyspnea merupakan gejala COPD yang membuat kebanyakan pasien untuk mencaripengobatan dan penyebab utama kecacatan dan kecemasan yang berhubungan denganpenyakit ini.
Fungsi paru-paru yang memburuk, sulit bernafas menjadi lebih mengganggu. Batuk kronis, sering menjadi gejala awal berkembangnya COPD. Pada beberapa kasus, keterbatasan aliran udara berkembang tanpa timbul batuk. Wheezing dan chest tightness merupakan gejala yan tidak spesifik tetapi ketidakadaan
kedua gejala tersbut tidak bisa dikeluarkan dari diagnosis COPD.
Kehilangan berat badan, anoreksia, dan psychiatric morbidity, terutama depresi dan/ataukecemasan merupakan masalah yang muncul pada COPD.
-
7/22/2019 Management for COPD Print
2/11
Medical History
Paparan terhadap faktor resiko. Riwayat penyakit terdahulu termasuk asthma, allergy, sinusitis, atau nasal polyps, infeksi
pernafasan pada anak; penyakit pernafasan lain.
Riwayat keluarga COPD atau penyakit pernafasan kronis lainnya. Pola perkembangan gejalanya. Riwayat ekseserbasi atau perawatan rumah sakit sebelumnya untuk gangguan pernafasan. Muncul comorbidities seperti penyakit jantung, keganasan, osteoporosis, dan gangguan
muskuloskeletal, dimana mungkin juga berkontribusi terhadap pembatasan aktivitas.
Kepatuhan terhadap pengobatan penyakit yang sekarang. Pengaruh penyakit terhadap kehidupan pasien, termasuk keterbatasan aktifitas, pengaruh
ketidakadaan pekerjaan dan ekonosmi, ketrgantungan kepada keluarga, perasaan depresi
atau cemas.
Dukungan sosial dan keluarga terhadap pasien. Memungkinkan untuk menurunkan faktor resiko, terutama smoking cessation.
Physical Examination
Pemeriksaan fisik jarang digunakan sebagai diagnosis COPD. Tanda fisik dari keterbatasan aliran udara biasanya tidak muncul hingga kegagalan fungsi
paru muncul.
Pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan:Pernafasanpursed lips
TakipneaDada emfisematous atau barrel chest
Tampilan fisikpink pufferatau blue bloater
Pelebaran sela igaHipertrofi otot bantu nafas
Bunyi nafas vesikuler melemah
Ekspirasi memanjang
Ronki kering atau wheezing
Bunyi jantung jauh
Measurement of Airflow Limitation (Spirometry)
Pada pasien yang terdiagnosis COPD atau yang memiliki gejala atau keluhan batukkronik dengan produktif sputum, riwayat terpapar factor resiko meskipun tidak ada gejala
dyspneaharus dilakukan pemeriksaan spirometry.
Pada pasien COPD, terdapat penurunan FEV1dan FVCAssesment of Severity
Dinilai berdasarkan level gejalanya, spirometrinya, dan lihat apakah ada komplikasi seperti
respiratory failure danright heart failure
Additional Investigation
-
7/22/2019 Management for COPD Print
3/11
Bronchodilator Reversibi li ty TestingUntuk mengesampingkan diagnose asma dan juga membantu dalam pemberian treatment.
Chest X-r ayJarang dilakukan, tetapi penting untuk mengesampingkan diagnosis alternative seperti
TB paru.
Foto thorax pada bronkhitis kronis memperlihatkan tubular shadow, berupabayangan garisgaris yang parallel keluar dari hilus menuju apex paru dan corakan
paru yang bertambahPada emfisema paru, foto thorax menunjukkan adanya overventilasi dengan
gambaran diafragma yang rendah dan datar, peningkatan retrosternal air spacedan
bayangan penyempitan jantung yang panjang, penciutan pembuluh darah pulmonaldan penampakan ke distal
Apabila dicurigai COPD, dapat ditemukan:
Hiperinflasi
HiperlusenDiagfragma mendatar
Corakan bronkovaskuler meningkatBulla
Jantung pendulum
Ar teri al Blood Gas MeasurementDilakukan pada pasien dengan FEV1< 40% predicted atau dengan tanda klinis adanya
respiratory failure atau right heart failure. Dimana kedua hal tersebut ditandai dengan
adanya sianosis, ankle swelling, peningkatan JVP
Alpha-1 Anti trypsin Deficiensy ScreeningDilakukan pada pasien yang COPD-nya berkembang atau terjadi pada usia muda (< 45
tahun) atau pada pasien dengan riwayat keluarga yang memiliki COPD yang kuat.
Ongoing Monitoring and Measurement
Monitori ng D isease Progression and Development of ComplicationCOPD merupakan penyakit yang progresif dan fungsi parunya bias memburuk sewaktuwaktu. Sehingga perlu adanya monitoring ketika dilakukannya terapi untuk mencegah
komplikasi yang mungkin muncul. Follow up dilakukan untuk meluhat apakah ada gejala
baru atau gejala yang bertambah buruk. Spirometri harus dilakukan.
Monitor Pharmacotherapy and Other Medical TreatmentUntuk melihat ketepatan dosis, teknik inhaler, kepatuhan mengkonsumsi obat,
keefektifan terapi dalam mengontrol gejala, dan melihat apakah ada efek samping yang
mungkin muncul setelah mengkonsumsi obat.
Monitor Exacerbation HistoryFrekuensi, keparahan, dan hal yang dapat menyebabkan eksaserbasi harus dievaluasi.
Peningkatan sputum, acute worsening dyspnea, dan adanya purulent sputum harus
dicatat.
Monitor Comorbiditi esDalam mengobati pasien COPD, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah
adanya kondisi yang terjadi secara bersamaan, seperti bronchial carcinoma,
Tuberculosis, sleep apnea, danleft heart failure.
-
7/22/2019 Management for COPD Print
4/11
Component 2: Reduce Risk Factors
Smoking cessation (penghentian merokok) adalah cara yang paling efektif dalammenurunkan resiko perkembangan COPD dan menghentikan progresifitasnya
Pharmacotherapy (nicotine replacement,buproprion/nortryptiline,and/or varenicilline)direkomendasikan jika konseling tidak cukup untuk menghentikan meroko. Pertimbangan
khusus untuk melakukan pharmacotherapy pada peroko yang memghabiskan 10 batangrook per hari,ibu hamil,orang tua,dan kontra indikasi pada pasien coronary artery
disease,untreated peptic ulcer and myocardial infarction or stroke.
5 strategi dalam membantu pasien berhenti meroko1. ASK : systematically identify all tobacco sers at every visit. identifikasi
penggunaan rokoknya,seberapa sering,berapa bungkus sehari.2. ADVISE : strongly urge all tobacco users to quit.3. ASSESS : determine willingness to make a quit attempt. E.g: within the next 30
day
4. ASSIST : aid the patient in qutting.help the patient with a quit plan; providepractical counseling;provide intratreatment social support;recommend use of
approved pharmacotherapy if appropriate;provide supplementary materials5. ARRANGE: schedule follow-up contact.
Smoking prevention : menganjurkan agar mengontrol merokonya, harus konsisten danpesan jangan merokok harus diulang-ulang
Occupational exposures : menekankan pada pencegahan primer, dimana bisa dicapaidengan baik oleh eliminasi dan reduksi dari berbagai exposure di tempat kerja.secondaryprevention juga sangat penting dicapai dengan mengalami pengawasan dan deteksi awal.
Indoor and outdoor air pollution : implement measures to reduce or avoid indoor airpollution from biomass fuel,burned for cooking and heating in poorly ventilated
dwellings. Advise patients to monitor public announcements of air quality and dependingon the severity of their disease, avoid vigorous exercise or stay indoors.
Component 3: Manage Stable COPD (Memanange COPD stabil)
Pada komponen ini, penanganan COPD sebaiknya dipandu melalui beberapa prinsip yaitu:
Tentukan tingkat keparahan dari penyakit. Dilihat dari gejala, limitasi aliran nafas, dan status umum.
Lakukan langkah-langkah treatment yang sesuai yang sudah direncanakan. Pilih pengobatan yang sesuai dengan peraturan dan kultur tempat pasien tinggal, dan
pilih sesuai ketersediaannya.
1. Pasien Education
-
7/22/2019 Management for COPD Print
5/11
Berikan pemahaman kepada pasien apa yang sedang dialami pasien, penyebabnya, dan
pengobatan apa yang akan dijalani pasien, sehingga pasien dapat mengetahui kepentingan
pengobatan yang akan dilakukannya.
2. Pharmacological TherapyTujuannya adalah:
Mengontrol dan mencegah gejala. Mengurangi frekuensi dan keparahan exacerbasi. Meningkatkan status kesehatan. Meningkatkan toleransi exercise.
Beberapa obat yang digunakan:
Bronchodilator (penting untuk gejala, karena pasien biasanya datang dengan keluhansesak nafas).
o Lebih baik menggunakaninhaled therapyo Berikan seperlunya untuk mengurangi gejalao Pilih diantara jenis bronchodillator yang sesuai indikasio Pada penggua yang regular, disarankan menggunakan jenis long acting karena
lebih efektif.
Glucocorticosteroido Hanya digunakan untuk pasien dengan FEV1 < 50% predicted value & pasien
dengan repeated exacerbation.
Vaccineso Vaccines yang digunakan biasanya vaksin untuk influenca dan pneumococcus,
dan diberikan jika ada indikasi.
o Untuk vaksin pneumococcus biasanya diberikan pada pasien yang berumur > 65tahun, atau pasien yang berumur < 65 tahun namun memiliki FEV1 < 40%.
Antibiotico Tidak direkomendasikan kecuali jika ada infection exacerbation. Pemilihan sesuai
indikasi.
Mucolytic
-
7/22/2019 Management for COPD Print
6/11
o Sangat berguna namun tidak direkomendasikan. Antitussive
o Dapat diberikan, namun menjadi konteraindikasi pada pasien yangmenggunakannya secara reguler.
3. Non-Pharmacological Therapy- Rehabilitation
o Exercise training.o Nutrition counselling.o Education.
- Oxygen therapy- Surgical treatment
o Bullectomy & lung transplantation.Component 4 : Management Exacerbation
1) Diagnosis Dan Assessment Of Severity Medical history
- Peningkatan breathlessness, gejala utama dari exacerbation, sering disertai denganwheezing dan chest tightness, peningkatan batuk dan sputum, perubahan warna dan/atau ketebalan sputum, fever.
- Exacerbation juga bisa disertai sejumlah keluhan nonspesifik, seperti tachycardiadan tachypnea, malaise, insomnia, sleepiness, fatigue, depression dan confusion.
- Penurunan exercise tolerance, fever, dan/atau anomaly radiological baru mendukungpulmonary disease bisa menunjukan exacerbasi COPD.
Assessment of severity- Penilaian keparahan exacerbation berdasar pada riwayat kesehatan pasien sebelum
exacerbation, preexisting comorbidities, gejala, pemeriksaan fisik, pengukuranarterial blood gas, dan pemeriksaan laboratory lainnya.
Assessment of COPD Exacerabtions : Medical History dan Sign of SeverityMedical History
Severity of FEV1 Duration of worsening or new
symptom
Signs of severity Use of accessory respiratory muscles Paradoxical chest wall movement Worsening or new onset central
-
7/22/2019 Management for COPD Print
7/11
Number of previous episodesexacerbation/ hospitalizations)
Comorbidities Present treatment regimen
cyanosis
Development of peripheral edema Hemodunamic instability Sign of right heart failure Reduced alertness
Spirometry dan PEFTes spirometry sederhana dapat menyusahkan pasien yang sakit untuk melakukannya.Pengukuran ini kurang akurat selama akut exacerbasi, selanjutnya pemeriksaan rutin
tidak direkomendasikan.
Pulse oximety and Arterial blood gas measurement- Dapat digunakan untuk mengevaluasi saturasi oksigen pasien dan untuk supplement
oksigen therapy.- Untuk pasien yang memerlukan hospitalisasi, pemeriksaan arterial blood gas penting
untuk menilai keparahan exacerbasi.
- PaO2 < 8.0 kPa (60 mmHg) dan /atau SaO2 < 90% dengan atau tanpa PaCO2 > 6.7kPa (50 mmHg) when bresthing room air mengindikasikan respiratory failure.
- Moderate-to-severe acidosis (pH < 7.36) plus hypercapnia (PaCO2 > 6-8 kPa, 45-60mmHg) pada pasien dengan respiratory failure merupakan indikasi untuk
mechanical ventilasi.
Chest X-rayChest radiograph (posterior/anterior plus lateral) mengidentifikasi alternative diagnosis
yang dapat menyerupai gejala exacerbation.
ECGUntuk mendiagnosis right ventricular hypertrophy, arrhythmias, dan ischemic episodes.
Test laboratory lain- Adanya sputum purulent selama gejala exacerbasi merupakan indikasi yang cukup
untuk memulai treatment empirical antibiotic.
- Jika infectious exacerbation tidak merespon initial antibiotic treatment, sputumculture dan antibiogram harus dilakukan.
- Biochemical test, untuk mendeteksi gangguan elektrolit, diabetes, dan nutrisi buruk.- Whole blood count dapat mengidentifikasi polycythemia (hematokrit > 55%) atau
pendarahan.
-
7/22/2019 Management for COPD Print
8/11
Differential diagnosis10 dari 30% pasien dengan gambaran exacerbation COPD tidak berespon terhadaptreatment. Seperti pada kasus dimana pasien harus direevaluasi untuk kondisi kesehatan
lain yang dapat menyingkirkan gejala atau mirip COPD exacerbation. Kondisi tersebut
meliputi : pneumonia, congestive heart failure, pneumothorax, pleural effusion,pulmonary embolism, dan cardiac arrhythmias.
2) Home Management Bronchodilators
Meningkatkan dosis dan/atau jumlah dari short-acting bronchodilator therapy, utamanya
dengan 2-agonist. If not already used, tambahankan anticholinergic sampai gejala
membaik.
GlucocorticoidsSystemic glucocorticoid bermanfaat pada management exacerbation COPD. Memilikiwaktu yang pendek untuk meningkatkan fungsi paru (FEV1) dan hypoxemia (PaO2)dan mungkin mengurangi resiko awal kekambuhan, kegagalan treatment dan lamanya
tinggal di rumah sakit
Jika baseline FEV1 < 50% terprediksi, tambahkan 30-40 mg oral prednisolone per hari
selama 7-10 hari untuk bronchodilator regimen. Nebulized budesonide bisa menjadialternative untuk oral glucocorticoid pada treatment nonacidosis exacerbation.
Antibiotic3) Hospital Management- Resiko kematian dari exacerbasi COPD relative sangat dekat pada perkembangan respirasi
acidosis, significant terdapat comordibities dan membutuhkan ventilation support. Pasienyang tidak memiliki gambaran tersebut tidak beresiko tinggi terhadap kematian, tapi
keadaan yang parah sering memerlukan hospitalisasi.
- Range dari criteria untuk mempertimbangkan hospital assessment/admission bagiexacerbation COPD :
Controlled oxygen therapyTerapi oksigen merupakan dasar pengobatan exacerbasi COPD. Supplement oxygen
should be titrated to improve the patients hypoxemia. Level adekuat dari oksigenasi(PaO2 > 8.0 kPa, 60 mmHg, atau SaO2 > 90%) mudah untuk mencapai exacerbasiuncomplicated, tapi CO2 retention dapat terjadi secara tiba-tiba dengan sedikit
perubahan gejala. Pertama oksigen dimulai, arterial rrr blood gases should be checked
30-60 minute later untuk memastikan keberhasilan oksigenasi tanpa restensi CO2 atau
acidosis. Venture mask (high flow devices) menunjukkan keakuratan penyaluran controloksigen daripada nasal prong tapi kurang ditoleran oleh pasien.
Bronchodilator therapy
-
7/22/2019 Management for COPD Print
9/11
Short-acting inhaled 2-agonist biasanya disarankan untuk pengobatan exacerbasi
COPD. Jika ketepatan respon terhadap obat tidak terjadi, penambahan anticholinergic
direkomendasikan.
GlucocorticoidOral atau intravena glococorticosteroid direkomendasikan sebagai penambah terhadap
terapi pada management exacerbasi COPD hospitalisasi. 30-40 mg oral prednisolonesetiap hsri selama 7-10 hari efektif dan aman. Pengobatan yang lama tidak
menghasilkan efficacy yang besar dan meningkatkan resiko efek samping.
AntibioticAntibiotic harus diberikan pada pasien :
- Dengan disertai 3 gejala cardinal : keparahan dyspnea, peningkatan banyaknyasputum, peningkatan sputum purulent.
- Dengan peningkatan sputum purulent dan salah satu yang lain dari cardinalsymptom.
- Bagi yang membutuhkan mechanical ventilation.Antibiotic hanya efektif ketika pasien dengan dyspneea yang parah dan batuk dengan
peningkatan jumlah sputum serta berpurulent. Pilihan agen obat harus menunjukkan
pola sensitifitas antibiotic terhadap S. pneumonie, H.influenzae, danM. catarrhalis.
Noninvasive mechanical ventilationDari hasil penelitian randomized control trial pada acukte respiratory failure, secara
konsisten menunjukkan hasil positif sukses dengan kecepatan 80-85%. NIVmenunjukkan memperbaiki respiratory acidosis (increase pH, dan decrease PaCO2),menurunkan respiratory rate, keparahan breathlessness dan lamanya tinggal di rumah
sakit.
Invasive mechanical ventilationSelama exacerbation COPD yang terjadi pada paru-paru meliputi bronchoconstrictor,airway inflammation, peningkatan mucus secretion dan hilangnya elastic recoil,
semuanya harus decegah dari passive functional residual capacity at the end of
expiration, peningkatan dynamic hyperinflation dan peningkatan kerja respirasi.
Indikasi untuk initial invasive mechanical ventilation selama exacerbasi COPD:
Indication for Invasive Ventilation- Unable to tolerate NIV or NIV failure (for exclusion criteria)- Severe dyspnea with use of accessory muscle and paradoxical abdominal motion- Respiratory frequency > 35 breath per minute
-
7/22/2019 Management for COPD Print
10/11
- Life-threatening hypoxemia- Severe acidosis (pH < 7.25) and/or hypercapnia (PaCO2 > 8.0 kPa, 60 mmHg)- Respiratory arrest \somnolence complication (hypertension, shock)- Other complication (metabolic abnormalities, sepsis, pneumonia, pulmonary embolism,
barotraumas, massive pleural effusion)
HOSPITAL DISCHARGED DAN PATIENTS FOLLOW UP
Data klinis yang cukup untuk menentukan durasi hospitalisasi pada pasien exacerbasi
COPD, consensus dan limited data support the discharge criteria :
Discharge Criteria for Patient with Exacerbation of COPD Inhaled 2-agonist therapy is requires no more frequenty than every 4 hrs Patient, if previously ambulatory, is able to walk across room, awakening by dyspnea Patient has been clinically stable for 12-24 hrs Arterial blood gases have been stable for 12-24 hrs Patient (or home caregiver) fully understand corresct use of medication Follow-up and home care arrangement have been completed (e.g.,visiting nurse, oxygen
delivery, meal provisors)
Patient, family, and physician are confident patient can manage successfully at home
Items to assess at Follow-Up Visit 4-6 Weeks After Discharge from Hospital for Exacerbation ofCOPD
Ability to cope in ususal environment Measurement of FEV1 Reassessment of inhaler technique Underestending of recommended treatment regimen Need for long-term oxygen therapy and/or home nebulizer (for patient with stage IV: very
severe COPD)
- Follow-up ini sama untuk stable COPD, meliputi supervising smoking cessation,monitoring perubahan parameter spirometri.
- Pasien hypoxemia selama COPD exacerbasi, arterial blood gases dan/atau pulseoximetry harus dievaluasi sebelum keluar dari ruamh sakit dan difollow-up selama 3bulan. Jika pasien kembali hypoxemia, long-term supplemental oxygen therapy
dibutuhkan.
- Farmakoterapi diketahui mengurangi jumlah exacerbasi dan hospitalisasi danmelambatkan waktu kunjungan pertama atau hospitalisasi selanjutnya, seperti long-
-
7/22/2019 Management for COPD Print
11/11
acting inhaled bronchoconstrictor, inhaled glucocorticoid dan konbinasi inhaler
harus diperhatikan.
- Awal pulmonary rehabilitasi setelah hospitallissasi untuk COPD exacerbasi amandan hasil klinis signifikan memperbaiki kapasitas kegiatan/exercise dan staus sehat
pada 3 bulan.
- Masalah social harus didiskusikaan dan princip caregivers identified jika pasienpesisten disability.