mengembangkan ukm

23
MENGEMBANGKAN USAHA KECIL DAN MENENGAH MELALUI PEMBERDAYAAN PERAN PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI KATALISATOR Tugas Akhir Semester Bahasa Indonesia oleh I Gede Putu Anggara Diva 1071001054

Upload: anggaradiva

Post on 19-Jun-2015

851 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

MENGEMBANGKAN USAHA KECIL DAN MENENGAH MELALUI PEMBERDAYAAN PERAN PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI KATALISATOR

TRANSCRIPT

Page 1: mengembangkan UKM

MENGEMBANGKAN USAHA KECIL DAN MENENGAH MELALUI PEMBERDAYAAN PERAN PEMERINTAH DAERAH

SEBAGAI KATALISATOR

Tugas Akhir Semester

Bahasa Indonesia

oleh

I Gede Putu Anggara Diva1071001054

Bakrie School of Management

2009

Page 2: mengembangkan UKM

1. Pengantar

1.1 Latar Belakang Masalah

Great Depression merupakan salah satu catatan hitam perekonomian dunia.

Great Depression terjadi karena kesalahan politisi yang terlalu menitikberatkan

kebijakan pada penyeimbangan anggaran daripada mempertahankan produksi dan

kesempatan kerja pada tingkat alamiah, pengurangan anggaran belanja secara besar-

besaran dan dilakukan dalam waktu cepat, ditambah meningkatkan pajak di tengah-

tengah pengangguran yang tinggi, merupakan kesalahan manajemen makro yang

paling mendasar (Dahlan, 2007:1). Jika dilihat terhadap kejadian krisis ekonomi

beberapa waktu lalu yang terjadi di Indonesia tampaknya memiliki kesamaan

penyebab. Hal inilah yang menjadikan peristiwa Great Depression penting untuk

ditinjau saat ini.

Salah satu hal penting untuk ditinjau adalah penyelesaian masalah Great

Depression, yaitu teori aliran discretion (diskreasi) yang disampaikan oleh John M.

Keyness. Dalam teorinya John M. Keyness (Dahlan, 2007:1) melihat dengan

membangun infrastruktur dalam skala besar, kreasi ekonomi kecil menengah tercipta

dan pengangguran dengan sendirinya terkurangi. Dari teori aliran discretion

(diskreasi) tersebut kita dapat menganalogikan bahwa “ekonomi kecil menengah”

yang dimaksudkan pada teori tersebut adalah Usaha Kecil dan Menengah.

Berdasarkan hal di atas maka dapat dilihat pentingnya UKM dalam

perekonomian dalam mengatasi masalah krisis yang terjadi karena UKM adalah salah

satu pelaku bisnis dalam domain dunia usaha. Menurut Halomoan Tamba (2002:1),

agar UKM menjadi pelaku bisnis yang unggul (market leader) baik di pasar domestik

(domestic market) maupun di pasar intemasional (international market), peranan

aparatur pemerintah dalam membuat kebijakan publik yang kondusif adalah sangat

besar sehingga dapat meningkatkan daya saing UKM. Pengertian daya saing di sini

Page 3: mengembangkan UKM

adalah kemampuan UKM melakukan kompetisi dengan pelaku ekonomi lain di pasar

domestik maupun internasional. Daya saing berhubungan dengan bargaining potition

dan bargaining potition terkait erat dengan peluang yang kita miliki. Dalam hal ini,

peranan pemerintah sangat nyata untuk membuka dan memperbesar peluang pasar

produk UKM.

Menurut Purnama (2004:1), dalam pengembangan UKM peranan pemerintah

yang efektif dan optimal diwujudkan sebagai fasilitator, regulator, dan katalisator.

Sebagai fasilitator, pemerintah memiliki peran dalam memfasilitasi UKM untuk

mencapai tujuan pengembangan usaha yang dimiliki oleh UKM. Jika UKM

mempunyai kelemahan di bidang produksi, tugas fasilitator adalah memberikan

kemampuan UKM dengan berbagai cara, misalnya dengan memberikan pelatihan.

Demikian pula jika UKM lemah dalam hal pendanaan, tugas fasilitator adalah

membantu mencari jalan keluar agar UKM mampu mendapat pendanaan yang

dibutuhkan, tetapi harus dilakukan secara hati–hati agar posisi UKM menjadi

tergantung.

Fungsi pemerintah sebagai regulator adalah membuat kebijakan-kebijakan

sehingga mempermudah usaha UKM dalam mengembangkan usahanya. Sebagai

regulator, pemerintah berfungsi untuk menjaga kondisi lingkungan usaha tetap

kondusif untuk melakukan investasi yang dilakukan dengan mengatur Suku Bunga

Bank Indonesia (SBI) dan membuat kebijakan tentang aturan-aturan persaingan

usaha. Fungsi terakhir dari pemerintah adalah sebagai katalisator yaitu mempercepat

terjadinya pertumbuhan perkembangan dari UKM. Menurut Choeryanto (2007:13),

fungsi sebagai katalisator ini merupakan fungsi yang kurang dikembangkan oleh

pemerintah sampai saat ini. Jika pemerintah tidak menjalankan ketiga fungsinya

secara maksimal, peran pemerintah dalam pegembangan UKM akan menjadi kurang

efektif dan optimal.

Pengembangan UKM merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan mulai

sektor wilayah khusus bukan umum secara nasional karena sebagian besar UKM di

Page 4: mengembangkan UKM

Indonesia bergerak di pasar wilayah belum mencapai nasional. Hal ini

mengakibatkan untuk dapat mengembangkan UKM secara efisien. Oleh karena itu,

pemerintah daerah yang seharusnnya berperan karena mampu mengembangkan

melalui keunikan wilayahnya dan tempat UKM tersebut melakukan kegiatan. Selain

itu, dengan adanya Pelaksanaan Otonomi Daerah (OTODA), tugas pengembangan

daerah, melalui peningkatan peran UKM, merupakan peran pemerintah daerah.

1.2 Rumusan Masalah

Bersarakan hal-hal di atas terdapat masalah yang menarik untuk dibahas.

Untuk menjadi efektif dan optimal dalam pengembangan UKM, pemerintah daerah

sebagai fasilitator, regulator, dan katalisator harus menjalankan tugasnya secara

maksimal. Namun, hal tersebut belum terjadi karena kurang optimalnya peran

pemerintah sebagai katalisator dalam pengembangan UKM. Hal tersebutlah yang

mendasari mengapa penulis melihat perlu meninjau hal-hal yang harus dilakukan oleh

pemerintah daerah agar mampu berperan sebagai katalisator dalam pengembangan

UKM.

Selain itu penulis melihat perlunya dilakukan pembahasan terhadap hasil yang

yang akan dicapai ketika peran pemerintah daerah telah menjalankan perannya

sebagai katalisator dalam pengembangan UKM. Hal ini penting dilakukan agar kita

lebih melihat seberapa pentingnya peran katalisator. Untuk itu, perlu dibahas dampak

yang terjadi apabila pemerintah daerah telah menjalankan fungsinya sebagai

katalisator.

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Makalah ini ditulis untuk menjelaskan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh

pemerintah agar mampu berperan sebagai katalisator dalam pengembangan UKM.

Dengan demikian dapat menjadi bahan tinjauan bagi pemerintah daerah sehingga

mampu mengembangkan UKM dengan efektif dan optimal. Dengan kata lain,

pemerintah daerah akan mampu menjalankan fungsi sebagai fasilitator, regulator, dan

Page 5: mengembangkan UKM

katalisator secara optimal. Dengan adanya kesadaran akan pentingnya peran

katalisator pemerintah, akan tumbuh pemikiran-pemikiran baru dalam pengembangan

peran pemerintah daerah sebagai katalisator.

2. Pemerintah Daerah Berperan sebagai Katalisator dalam

Pengembangan Ukm Di Indonesia

Pelaksanaan Otonomi Daerah (OTODA) merupakan wacana pada era

reformasi karena mempunyai bobot stratejik dan menjadi titik fokus perhatian penting

dalam rangka memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Jika dilihat berdasarkan teori

aliran discretion (diskreasi) Keyness, kesejahteraan masyarakat dilakukan dengan

menciptakan kreasi ekonomi kecil menengah (pengembangan UKM).

Pengembangannya sendiri disesuaikan dengan potensi dan kekhasan daerah masing-

masing. Untuk itu diperlukan pelaksnaan fungsi katalisator pemerintah daerah.

2.1 Peranan pemerintah daerah sebagai katalisator UKM

Secara harfiah katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi

dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Berdasarkan hal tersebut, peran

pemerintah daerah sebagai kalatisator pengembangan UKM adalah mempercepat

proses berkembangnya UKM menjadi Fast Moving Enterprise. Fast Moving

Enterprise (Rahmana, 2008:1) merupakan UKM yang telah memiliki jiwa

kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar. Untuk

mencapai perkembangan Fast Moving Enterprise, seperti halnya sebuah katalis

pemerintah daerah terkadang ikut terlibat dalam dalam proses tersebut namun tidak

terlibat dalam mengatur proses keseluruhan proses perubahannya. Keterlibatan

pemerintah daerah dalam keseluruhan proses tidak boleh dilakukan karena

keterlibatan peran pemerintah terlalu banyak dalam kegiatan perekonomian akan

Page 6: mengembangkan UKM

menyebabkan perekonomian menjadi tidak efisien lagi sebab pasar tidak dapat

bergerak secara alami.

Menurut Simatupang (2008:31) untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai

katalisator, pemerintah daerah seharusnya melalui pemberdayaan komunitas kreatif

untuk produktif bukan hanya konsumtif, penghargaan terhadap UKM, prasarana

intelektual bagi UKM (perlindungan hak kekayaan intelektual dan internet cepat),

dan permodalan termasuk modal ventura atau modal bergulir (revolving capital) atau

inkubator.

2.1.1 Memberdayaan Komunitas Kreatif

Komunitas kreatif adalah kelompok yang memiliki kreativitas, imajinasi dan

inovasi di dalam menciptakan dan menghasilkan produk-produk kreatif seperti musik,

gambar, video maupun konten kreatif multimedia lainnya. Menurut Simatupang

(2008:31), sampai saat ini sebagian komunitas kreatif belum dikembangkan bahkan

keberadaannya hanyalah sebagai konsumen barang-barang kreatif. Jika pun

melakukan kegiatan produksi biasanya hanya dilakukan untuk diri sendiri sehingga

tidak memiliki nilai ekonomis.

Untuk memberdayakan komunitas kreatif ini dapat dilakukan dengan

membuat sebuah wadah tempat berkumpulnya komunitas kreatif. Dengan adanya

wadah ini komunitas kreatif diharapkan dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman

di antara komunitas seniman-pencinta seni-masyarakat umum dan mampu menjadi

tempat untuk saling memicu para pekerja kreatif untuk terus berkarya. Yang

terpenting dengan adanya wadah ini, hasil karya yang dihasilkan komunitas kreatif

dapat memiliki nilai ekonomis sehingga mampu menciptakan bibit-bibit UKM.

Wadah seperti ini sebenarnya telah ada di daerah Lombok. Wadah tersebut

diberinama Rumah Senaru. Rumah Senaru ini dibuat oleh Sugi Lanus dan Mantra

Ardhana. Dengan adanya Rumah Senaru perkembangan UKM kerajinan di daerah

Lombok berkembang dengan pesat. Menurut Popo Danes (2009:1) dengan

Page 7: mengembangkan UKM

perkembangan sebesar ini tiap tahunnya, dalam waktu kurang dari 15 tahun ke depan

keberadaan UKM kerajinan di Lombok akan mampu bersaing dengan UKM

kerajinan Bali. Berdasarkan hal tersebut, terlihat pentingnya dilakukan pemberdayaan

komunitas kreatif oleh setiap pemerintah daerah di seluruh Indonesia seperti yang

dialami oleh UKM kerajinan di Lombok.

2.1.2 Memberikan Pengahargaan

Menurut Ahmad Kurnia (2009:1) mulai dari adanya manusia di muka bumi,

motivasi tersebut sudah ada bertumbuh secara beriringan dengan pertumbuhannya

(selama manusia hidup). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa motivasi

merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Pada masa sekarang ini motivasi

tersebut sudah menjadi suatu hal yang sudah tidak asing lagi, dan karenanya menjadi

perhatian dari para manajer dalam hal mengelola sumber daya manusia yang

dijadikan aset penting bagi organisasi.

Seperti halnya dalam sebuah organisasi, pemerintah daerah dalam

mengembangkan daerahnya perlu melakukan pengelolaan terhadap sumber daya

manusia yang ada didaerah tersebut. Salah satunya dapat dilakukan dengan

melakukan pengelolaan terhadap UKM yang berada di daerah tersebut. Salah satu

faktor yang dirasakan sangat penting di dalam penentuan keberhasilan pembangunan

daerah adalah tingkat kemampuan dan keterampilan dari masyarakatnya (UKM).

Untuk memaksimalkan kemampuan dari UKM yang ada di daerah ini perlu dilakukan

motivasi terhadap setiap UKM.

Motivasi tersebut dapat dilakukan dengan memberikan penghargaan terhadap

UKM yang berprestasi. Hal ini penting untuk dilakukan. Eric Berne (Mulyana,

2009:1) dalam Teori Analisis Transaksional Eric Berne Manusia Bermental Transaksi

menyatakan bahwa:

Salah satu motivator paling mendasar dan paling kuat bagi manusia adalah dihargai secara positif; menerima pengakuan pribadi dari orang lain. Seseorang

Page 8: mengembangkan UKM

membutuhkan "rangsangan" dari orang lain agar merasa puas secara emosional dan psikologis. Jika rangsangan positif tidak diberikan, mereka yang haus akan rangsangan ini akan semakin sulit diatur dan mengganggu hanya untuk mencari perhatian. Bahkan rangsangan negatif lebih baik dari pada diabaikan atau tidak menerima rangsangan sama sekali.

Pemberian penghargaan dari pemerintah tersebut akan memberikan

“rangsangan” positif kepada keseluruhan UKM, baik yang mendapat penghargaan

maupun yang tidak. UKM yang menerima penghargaan akan merasa puas secara

emosional dan psikologis sebab adanya penghargaan terhadap hasil kerja yang telah

dilakukan. Bagi UKM lainnya, penghargaan dapat menjadi goal UKM tersebut, dapat

menjadi dorongan untuk berinovasi lebih baik. Dengan demikian inovasi akan

bertambah secara signifikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas akibat adanya

persaingan. Inovasi yang semakin berkembang menyebabkan UKM di daerah

tersebut secara keseluruhan akan berkembang.

2.1.3 Memberi Prasarana Intelektual

Menurut Srie Agustina (2009:1) HKI UKM dinilai sangat penting untuk

mendorong daya saing dengan produk lain yang sejenis, selain sebagai akses

perlindungan hukum atas produk yang dimilikinya dan upaya mengembangkan asset

finansial perusahaan dari UKM mitra usaha dan mitra binaan PDKM lainnya. Sebagai

contoh, awalnya, Korea dan Cina tidak bisa memproduksi mobil maupun alat

elektronik sendiri. Namun, dengan memanfaatkan rezim HKI, mereka

mengembangkan teknologi mereka sehingga akhirnya produk-produknya terkenal.

Dari hal tersebut terlihat pentingnya HKI bagi industri tidak terkecuali UKM. Hal ini

menjadi sesesuatu yang sangat penting dilakukan mengingat semakin dekatnya saat-

saat dilaksanakannya pasar bebas. Ketika terjadi pasar bebas, barang-barang produksi

dari seluruh belahan dunia akan mudah masuk ke Indonesia. Hal ini akan

mempermudah terjadinya peniruan sebuah produk.

Page 9: mengembangkan UKM

Menurut Sommeng (2009:1), saat ini sebagian besar UKM di Indonesia tidak

memiliki kesadaran pentingnya mendaftarkan produk hasil produksinya ke

Depkumham. Oleh sebab itu kekayaan intelektual UKM di Indonesia sangat terancam

dengan diberlakukannya pasar bebas. Ketika pasar bebas diberlakukan, kemungkinan

produk-produk UKM di Indonesia akan ditiru semakin besar. Bukan tidak mungkin

peniru produk tersebut nantinya akan mendaftarkan produk tersebut atas namanya

sehingga yang mendapatkan keuntungan maksimal atas produk tersebut adalah si

peniru.

Untuk itu, pemerintah daerah perlu meberikan prasarana intelektual kepada

UKM. Salah satu bentuk prasarana intelektual yang dapat dilakukan adalah dengan

memberikan HKI terhadap seluruh produk-produk hasil produksi UKM. Untuk

melakukan hal tersebut, pemerintah daerah harus melakukan sosialisasi tentang

pentingnya kepemilikan atas HKI kepada UKM dan mempermudah birokrasi

kepemilikan atas HKI bagi UKM. Sebab dengan memiliki HKI produk UKM akan

lebih berpeluang memasuki persaingan global dan tidak dibajak lagi karena sudah

memiliki perlindungan hukum tetap. Dengan demikian akan tercipta rasa aman dalam

berusaha dan memasuki pasar global, perusahaan akan dapat fokus dalam

pengembangan dan pemasaran produk. Hal tersebut akan membuat UKM akan

mampu berkembang lebih besar.

Selain masalah HKI, pemerintah daerah dapat pula memberikan prasarana

intelektual dengan menyediakan akses internet yang cepat kepada UKM. Mungkin

penyediakan akses internet yang cepat kepada UKM saat ini masih sulit dilakukan.

Namun, hal tersebut merupakan sebuah rencana stratejik dalam pengembangan

sebuah usaha pada masa saat ini. Dengan melakukan pemasaran melalu dunia maya

akan menyebabkan produk lebih dikenal oleh masyarakat luas dan citra perusahaan

akan lebih baik.

Page 10: mengembangkan UKM

2.1.4 Memberi Bantuan Permodalan

Permodalan merupakan salah satu faktor utama dalam mengembangkan suatu

unit usaha. Namun, menurut A.S. Wan (1977:8) permodalan merupakan masalah

yang paling sering terjadi dalam perjalanan usaha sebuah UKM. Hal ini terjadi sebab

pada umumnya UKM merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya

tertutup, yang mengandalkan pada modal dari pemilik yang jumlahnya sangat

terbatas. Selain masalah kepemilikan tersebut terdapat masalah lain dalam

permodalan UKM yaitu modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya

sulit diperoleh, karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh

bank tidak dapat dipenuhi.

Untuk itu menurut Abdul Rosid (2007:7), pembiayaan untuk UKM sebaiknya

menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada dan lembaga nonbank.

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) bank antara lain BRI unit Desa dan Bank

Perkreditan Rakyat (BPR). LKM merupakan sebuah alternatif penyelesaian masalah

agar UKM tidak memiki ketergantungan pada bank dalam masalah permodalan

karena sampai saat ini BRI memiliki sekitar 4.000 unit yang tersebar di seluruh

Indonesia. Dari kedua LKM ini sudah tercatat sebanyak 8.500 unit yang melayani

UKM. Namun, LKM non koperasi memilki kesulitan dalam legitimasi operasional.

Untuk mengatasi hal tersebut yang memiliki peran penting adalah pemerintah daerah

karena yang dapat mengatasi masalah legitimasi operasional. Dengan melakukan hal

tersebut maka pemerintah daerah secara tidak langsung akan membantu masalah

permodalan UKM.

Selain itu, pemerintah daerah juga dapat memberikan bantuan secara langsung

pada masalah permodalan bagi UKM. Bantuan permodalan bagi UKM dapat

dilakukan dengan memperluas skim kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak

memberatkan bagi UKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu

Page 11: mengembangkan UKM

melalui sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, skema

penjaminan, leasing dan dana modal ventura.

2.2 Dampak peranan pemerintah daerah sebagai katalisator dalam

perkembangan UKM

Untuk melihat dampak peranan pemerintah daerah sebagai katalisator, seperti

yang telah dibahas sebelumnya, dalam perekembangan UKM dapat dilakukan dengan

menganalisisnya terhadap teori Michael E.Porter. Dengan mengadopsi teori Michael

E.Porter (Kartasapoetra, 2007:45), indikator yang dapat dijadikan untuk mengukur

berkembangnya UKM adalah keunikan (diffrentiation), yaitu kemampuan UKM

memproduksi barang atau jasa yang unik atau memiliki citra tersendiri bagi

konsumennya dan biaya rendah (lower cost), yaitu kemampuan UKM memproduksi

barang atau jasa dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan barang dan

kualitas serta pelayanan sejenis di pasar yang sama tanpa mengorbankan kualitas.

Pemberdayaan komunitas kreatif dapat memfasilitasi para pengrajin UKM

dalam melakukan brain storming terhadap ide-ide baru. Hal tersebut dapat terjadi

karena komunitas kreatif memberikan kesempatan pengrajin UKM untuk melakukan

tukar pikiran terhadap perkembangan inovasi yang akan dilakukan kedepannya.

Dengan demikian, telah terjadi peningkatan dalam keunikan (diffrentiation).

Pemberian penghargaan, seperti yang telah dibahas sebelumnya, dapat

membuat UKM lebih termotivasi untuk melakukan inovasi. Selain itu dengan adanya

penghargaan, dapat membuat membuat citra tersendiri bagi yang medapatkannya bagi

konsumen. Dengan demikian, telah terjadi peningkatan dalam keunikan

(diffrentiation).

Pemeberian sarana intelektual, perlindungan HKI, akan menciptakan sebuah

rasa aman bagi UKM dalam kejahatan peniruan. Dengan ada perlindungan tersebut,

Page 12: mengembangkan UKM

akan tercipta produk-produk unik baru sebab HKI secara langsung dapat memberikan

keuntungan ekonomi bagi UKM. Dengan adanya keuntungan ekonomi tersebut, dapat

melakukan tekanan ekonomi kepada usaha yang membuat barang serupa, yaitu

memaksa mereka untuk memproduksi barang dengan biaya yang lebih tinggi. Hal ini

terjadi sebab mereka harus membayar HKI kepada untuk melakukan produksi

sehingga biaya produksi yang diakukan akan lebih kecil dari pada usaha yang

membuat barang serupa. Pemeberian sarana intelektual, memberikan akses internet

cepat dan murah, akan megurangi biaya pemasaran produk. Dengan demikian, telah

terjadi peningkatan dalam keunikan (diffrentiation) dan biaya rendah (lower cost).

Pemberian bantuan permodalan akan memberikan kesempatan bagi UKM

untuk melakukan pembelian terhadap sarana-sarana produksi yang dapat

mengefisienkan kegiatan produksi. Efisiensi dalam kegiatan produksi akan

menyebabkan biaya produksi akan berkurang. Bantuan permodalan juga memberikan

kesempatan bagi UKM untuk melakukan kegiatan pengembangan produk sehingga

inovasi akan tercipta. Dengan demikian, telah terjadi peningkatan dalam keunikan

(diffrentiation) dan biaya rendah (lower cost).

Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa dengan berperan sebagai

katalisator, yaitu dengan melakukan pemberdayaan komunitas kreatif, penghargaan

terhadap UKM, prasarana intelektual bagi UKM (perlindungan hak kekayaan

intelektual dan internet cepat), dan permodalan termasuk modal ventura atau modal

bergulir (revolving capital) atau inkubator, telah dapat mengembangkan UKM sebab

telah mampu menciptakan keunikan (diffrentiation) dan biaya rendah (lower cost)

dalam produknya.

3. Penutup

Page 13: mengembangkan UKM

Peran pemerintah daerah sebagai kalatisator pengembangan UKM adalah

mempercepat proses berkembangnya UKM menjadi Fast Moving Enterprise. Untuk

menjadi Fast Moving Enterprise, menjalankan perannya sebagai katalisator,

pemerintah daerah seharusnya melalui pemberdayaan komunitas kreatif untuk

produktif bukan hanya konsumtif, penghargaan terhadap UKM, prasarana intelektual

bagi UKM (perlindungan hak kekayaan intelektual dan internet cepat), dan

permodalan termasuk modal ventura atau modal bergulir (revolving capital) atau

inkubator.

Dengan menggunakan indikator perkembangan UKM yang berasal dari teori

Michael E.Porter, pelaksanaan peran pemerintah daerah sebagai katalisator mampu

untuk mengembangkan UKM. Perkembangan UKM tersebut terjadi karena dengan

melaksanakan peran sebangai katalisator mampu menciptakan keunikan

(diffrentiation) dan biaya rendah (lower cost) dalam produk dari UKM.

Page 14: mengembangkan UKM

Daftar Pustaka

Agustina, Srie. “Sekjen Depdag: Produk UKM Harus Memiliki HaKI Supaya Tidak

Dibajak”, dalam http://beritasore.com/2009/04/01/sekjen-depdag-

%E2%80%9Cproduk-ukm-harus-memiliki-haki-supaya-tidak-dibajak

%E2%80%9D/, diunduh pada 6 April 2009.

Ahmadi, Abu, et al. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.

Choeryanto, Syaifoel. Ketidakseimbangan Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007.

Dahlan, Muhamad. “Aliran Diskreasi Dan Peran Penting UKM”, dalam http://greatdepression.wordpress.com/2007/10/21/aliran-diskreasi-dan-peran-penting-ukm/ , diunduh pada 1 Mei, 2009.

Danes, Popo. “Rumah Senaru hadirkan Popo Danes”, dalam

http://lomboknow.org/2009/05/03/rumah-senaru-hadirkan-popo-danes/,

diunduh pada 5 April 2009.

Kaloh , J. Mencari bentuk otnomi daerah “Suatu solusi dalam menjawab kebutuhan

lokal dan tantangan global”. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007.

Kartasapoetra, G. Perencanaan Pembangunan “Dasar-dasar Kebijakan Ekonomi”.

Jakarta: PT Rineka Cipta , 2007.

Kurnia, Ahmad. “Teori Motivasi dalam Manajemen SDM”, dalam

http://elqorni.wordpress.com/2009/03/21/teori-motivasi-dalam-manajemen-

sdm/, diunduh pada 5 April 2009.

Mulyana, Slamet. “Analisis Transaksional (Eric Berne)”, dalam

http://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/19/analisis-transaksional-eric-

berne/, diunduh pada 4 April 2009.

Page 15: mengembangkan UKM

Purnama, Rauf. “Nilai Tambah SDA untuk Kesejahteraan Rakyat”, dalam http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/r/rauf-purnama/sda.shtml, diunduh pada 1 Mei 2009.

Rahmana, Arief. “Klasifikasi UKM”, dalam

http://infoukm.wordpress.com/2008/08/29/klasifikasi-ukm/, diunduh pada 28

April 2009.

Rosid, Abdul. Manajemen Usaha Kecil, Menengah, dan Koprasi. Jakarta: Pusat

Pengembangan Bahan Ajar – UMB, 2007.

Simatupang, Togar M. Industri Kreatif Indonesia. Bandung: Institut Teknologi

Bandung Sekolah Bisnis dan Manajemen, 2008.

Sommeng, Andy N. “UKM Jangan Abaikan HKI” dalam

http://www.kaltimpost.web.id/index.php?mib=berita.detail&id=20958,

diunduh pada 6 April 2009.

Tamba, Halomoan. “Paradigma Peningkatan Daya Saing UKM Dalam Koridor

Otonomi Daerah”, dalam

http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/halomoan.htm, diunduh pada

28 April 2009.

Wan, A.S. Pembangunan Ditinjau Kembali. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 1977.