modeling gis dan remote sensing
DESCRIPTION
gisTRANSCRIPT
Modeling GIS dan Remote Sensing untuk Perencanaan Kawasan
Konservasi
Keuntungan teknologi GIS dan Remote Sensing adalah kemampuannya dalam
menyediakan data atau informasi untuk menjawab pertanyaan khusus berkenaan dengan
keruangan (spasial). Sebagian besar penyajian data spasial selalu merujuk kepada
kapasitas GIS/Remote Sensing untuk menganalisis data (data analysis).
Hasil analisis data geografi dapat disampaikan melalui media peta, laporan atau
keduanya. Peta dipakai untuk menampilkan hubungan geografi suatu data, sementara itu
laporan sangat tepat untuk merangkum data tabular dan mendokumentasikan suatu nilai
hasil perhitungan atau analisis. Fungsi analisis berdasarkan data vektor tidak sama
dengan data raster dalam GIS. Operasi analisis memakai data vektor lebih akurat
dibandingkan dengan data raster.
GIS menyediakan fasilitas-fasilitas khusus untuk menyimpan dan memanipulasi
data spasial agar lebih berfungsi/bermanfaat dengan menggunakan software GIS yang
digabung dengan software database konvensional. Sebetulnya kebanyakan sistem GIS
mempunyai sistem manajemen database (database management system/DBMS). Tujuan
utama analisis spasial adalah menghasilkan informasi-informasi yang dapat dipakai untuk
mendukung pengambilan keputusan (decision making).
Sistem GIS pada kenyataannya hanya mendukung 3 tipe feature dasar, yaitu titik
(points), garis (lines) dan poligon (areas). Oleh karena itu, proses modeling data spasial,
biasanya dipakai untuk menentukan bagaimana simbol-simbol dunia nyata dapat
digambarkan secara baik sebagai satu set database titik, garis dan area. Tetapi untuk
mendapatkan informasi terbaik, maka model data spasial titik, garis, jaringan area dan
permukaan harus betul-betul dipertimbangkan bersama-sama.
Analisis data mengandung arti bagaimana memahami data spasial itu sendiri dan
melakukan analisis menggunakan metode statistik terbaru, yang berasal dari modeling
spasial matematik dan geostatistik.
Modeling
Model statistik memberikan gambaran bagaimana gejala/kejadian alam nyata
dilambangkan dalam sebuah hitungan matematik atau statistik. Keuntungan dari
modeling ini adalah :
Dapat menentukan factor-faktor atau variabel apa saja yang sangat mempengaruhi
suatu gejala/kejadian
Kemampuan untuk memprediksi atau meramalkan gejala/kejadian yang akan terjadi
dimasa datang
Kemampuan memprediksi suatu gejala/kejadian dilakukan dengan membuat
perubahan-perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sekali modeling
statistik telah dibangun, maka simulasi gejala/kejadian nyata dapat dilakukan. Para
pemodel dapat membangun suatu skenario skala luas dengan melakukan penggantian
pada faktor-faktor perubahnya. Keuntungan kunci dengan melakukan simulasi adalah
bagaimana prediksi gejala/kejadian ini dapat dilihat/dicermati tanpa mengganti
gejala/kejadian itu sendiri.
Dalam perencanaan pengelolaan suatu taman nasional atau kawasan konservasi
lainnya, maka peranan analisis atau modeling GIS dan Remote Sensing sekarang ini
dirasakan sangat penting. Analisis yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh pihak
pengelola sebagai masukan (input) dalam review sistem zonasi yang lama, identifikasi
perluasan area taman nasional, identifikasi area-area yang dapat dijadikan penghubung
(corridor) dengan kawasan konservasi lainnya di sekitar taman nasional tersebut dan lain-
lain dengan mempertimbangkan faktor keanekaragaman hayati (biodiversity) dan bentang
alam (landscape) yang ada. Beberapa analisis atau modeling yang hasilnya sangat
bermanfaat untuk kepentingan perencanaan dan pengelolaan suatu taman nasional atau
pun kawasan konservasi lainnya adalah :
1. Gap Analysis
Gap analysis memberikan gambaran cepat tentang distribusi dan status konservasi
dari tipe vegetasi dan beberapa komponen keanekaragaman hayati (biodiversity).
Analisis ini bertujuan mengidentifikasi celah kawasan (tipe vegetasi dan spesies yang
tidak terwakili dalam jaringan kawasan pengelolaan keanekaragaman hayati) yang
memungkinkan untuk diusulkan sebagai kawasan lindung baru atau berubah praktek
pengelolaan lahannya. Gap Analysis menggunakan data distribusi tipe vegetasi aktual
(dipetakan dari citra satelit) dan distribusi vertebrata (mamalia, amfibi, burung, reptil)
dan spesies kupu-kupu (plus data taxa lainnya jika data tersedia) sebagai indikator
keanekaragaman hayati. Seluruh peta digital di-overlay dalam GIS untuk
mengidentifikasi individu spesies, area yang kaya akan biodiversity dan tipe vegetasi
tidak atau belum terwakili dalam kawasan konservasi yang sudah ada.
Produk yang dihasilkan dalam gap analysis terdiri dari peta dan rangkuman data
tabular (tabel). Keterwakilan spesies-spesies yang terancam (threatened, endangered dan
spesies lainnya) sebagai fokus perhatian kawasan konservasi juga dievaluasi. Hasil ini
dapat digunakan sebagai bahan dalam membangun strategi konservasi keaneragaman
hayati yang terpadu (integrated).
Isi (contents) dari kegiatan gap analysis meliputi (Scott et.al, 1993) :
Vegetation Mapping
Vegetation Classification
Vegetation Mapping Applications for Gap Analysis
Geographic Information System Data Structure
Map Scale, Minimum Mapping Unit, and Image Resolution
Compiling Existing Vegetation Data for State- wide Mapping
Satellite Remote Sensing of Vegetation
Digital Image Classification
Visual Interpretation of Satellite Imagery
Vegetation Mapping Strategies for Gap Analysis
Predicting Animal Distributions and Species Richness
Traditional Approaches to Mapping Species Distributions
Habitat-based Distribution Prediction
Data Sets Describing General Distribution
Associating Animal Species with Habitats
GIS Models of Species Distributions
Mapping Wetland and Aquatic Habitats and Species
Creating Data Layers for Rare Taxa
Land Ownership and Management Status Data Layers
2. Wildlife Habitat Suitability Mapping
Kendala/masalah utama dalam menjaga/melindungi (preserving) lingkungan
global adalah bagaimana melindungi spesies tumbuhan dan satwa langka hubungannya
dengan keanekaragaman hayati dan pada waktu yang bersamaan kita juga harus
mempertimbangkan kebutuhan lingkungan untuk manusia hidup. Identifikasi habitat
satwaliar sangat diperlukan dalam rangka perlindungannya dan kemungkinan perluasan
area habitat yang dibutuhkannya. Hal ini perlu untuk mengontrol kegiatan pembangunan
yang sedang dilakukan dan sebaliknya mencegah spesies langka menjadi punah.
Pertumbuhan populasi manusia pada dasarnya berpengaruh besar meningkatnya
kemungkinan spesies langka tersebut punah karena dapat mempengaruhi kondisi
lingkungan alam secara tiba-tiba.
Pemetaan kesesuaian habitat satwaliar (Wildlife habitat suitability mapping)
merupakan suatu analisis hubungan komplek diantara beberapa variasi faktor lingkungan
yang tersedia dalam bentuk geografis. Model kesesuaian habitat setiap spesies satwaliar
yang menjadi spesies kunci (key spesies) suatu kawasan konservasi telah terlebih dahulu
diidentifikasi. Setiap model membutuhkan data kondisi makanan dan tutupan vegetasi.
Faktor lainnya yang diperlukan adalah tipe hutan, topografi, sumber air, jarak dari pusat
kegiatan manusia (kota/desa), dan lain-lain. Analisis ini menjalankan setiap model dalam
GIS dengan tujuan untuk mengidentifikasi kawasan-kawasan yang sangat dan cukup
sesuai sebagai habitat satwaliar kunci tersebut. Dalam sistem zonasi, studi/analisis ini
sangat cocok dalam menentukan kawasan zona inti suatu taman nasional.
3. Land Use/Cover Change Detection
Setiap tahun, populasi dan pembangunan di suatu daerah selalu meningkat.
Pertumbuhan di sekitar pusat-pusat populasi, memberikan peningkatan yang nyata akan
jumlah penduduk. Penduduk baru membutuhkan pembangunan untuk tempat tinggal,
sekolah, taman, industri, pasar, dan lain-lain, sehingga memberikan pengaruh yang nyata
terhadap perubahan tutupan lahan dan sumberdaya alam yang ada. Dalam rangka
memonitor roda pembangunan suatu wilayah, suatu analisis deteksi perubahan (change-
detection analysis) dilakukan untuk menentukan laju/tingkat perubahan lahan setiap
waktu. Change detection adalah suatu teknik menggunakan teknologi penginderaan jauh
(remote sensing) dalam menentukan perubahan di obyek studi khusus diantara dua atau
lebih periode waktu. Change-detection merupakan sebuah proses penting untuk
monitoring dan mengelola sumberdaya alam dan pembangunan daerah karena teknik ini
mampu menyediakan analisis distribusi spasial secara kualitatif di wilayah tertentu,
termasuk di kawasan taman nasional atau kawasan konservasi lainnya.
4. Hydrological Modeling
Bentuk permukaan (surface) menentukan bagaimana air mengalir pada
permukaan tersebut. Fungsi hydrologic modeling di dalam analisi spasial menyediakan
metode untuk mendeskripsikan sifat-sifat fisik dari sebuah permukaan. Dengan
menggunakan grid elevasi dan Digital Elevation Models (DEMs) sebagai input, kita
dapat secara otomatis mendeliniasi sebuah daerah aliran sungai (DAS) dan kemudian
mengkuantifikasi sifat-sifat dari sistem tersebut, seperti arah aliran, akumulasi aliran,
panjang/lebar aliran, erosi, daerah tangkapan air (catchment area) dan lain-lain.
Dengan sifat-sifat sistem hidrologi tersebut di atas, ditambah dengan data spasial
lain seperti tipe tanah, kelerengan dan land-use, model dapat diaplikasikan untuk
mengkaji/menilai dampak dari sistem hidrologi terhadap perubahan pemanfaatan lahan
yang tejadi di sekitar DAS.
Pustaka
Crist, Patrick and B. Csuti. 2000. Gap Analysis Chapter. Handbook of Gap
Analysis. Idaho Cooperative Fish and Wildlife Research Unit. Moscow.
George Mason University. 2003. Modeling Habitat Suitability of Rare Species.
George Mason University.
Hirata, Koichi and Hiroshi Murakami. 1998. Spatial Model for Habitats
Conservation. GISDevelopment.net.
Krishna, Gopal. 2002. Spatial Analysis and Modeling. National Bureau of
Animal Genetic Resources(I. C. A.R), Makrampur Campus G. T. Road, Byepass,
Karnal – 132001 Haryana. GISDevelopment.net
Mongkolsawat, C and P.Thirangoon. 1998. Application of Satellite Imagery and
GIS to Wildlife Habitat Suitability Mapping. Kohn Kaen University, Khon Kaen
40002, Thailand. GISDevelopment.net.
Moore, I.D. 1996. Hydrologic Modeling and GIS. GIS and Environmental
Modeling : Progress and Research Issues Handbook. GIS World Book.