modul 3 eselon 4 - financial planning and management

81
M M o o d d u u l l 3 3 Akuntansi Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD D D i i k k l l a a t t T T e e k k n n i i s s P P e e r r e e n n c c a a n n a a a a n n d d a a n n P P e e n n g g e e l l o o l l a a a a n n K K e e u u a a n n g g a a n n D D a a e e r r a a h h ( Financial Planning and Management ) E E s s e e l l o o n n I I V V

Upload: choi-meteo

Post on 01-Jul-2015

362 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

MMoodduull

33

AAkkuunnttaannssii PPeellaappoorraann ddaann PPeerrttaanngggguunnggjjaawwaabbaann PPeellaakkssaannaaaann AAPPBBDD

DDiikkllaatt TTeekknniiss PPeerreennccaannaaaann ddaann PPeennggeelloollaaaann KKeeuuaannggaann DDaaeerraahh ((FFiinnaanncciiaall PPllaannnniinngg aanndd MMaannaaggeemmeenntt ))

EEsseelloonn

IIVV

Page 2: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

i

SAMBUTAN DEPUTI BIDANG PEMBINAAN DIKLAT APARATUR

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Selaku Instansi Pembina Diklat PNS, Lembaga Administrasi Negara senantiasa melakukan penyempurnaan berbagai produk kebijakan Diklat yang telah dikeluarkan sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Diklat Jabatan PNS. Wujud pembinaan yang dilakukan di bidang diklat aparatur ini adalah penyusunan pedoman diklat, bimbingan dalam pengembangan kurikulum diklat, bimbingan dalam penyelenggaraan diklat, standarisasi, akreditasi Diklat dan Widyaiswara, pengembangan sistem informasi Diklat, pengawasan terhadap program dan penyelenggaraan Diklat, pemberian bantuan teknis melalui perkonsultasian, bimbingan di tempat kerja, kerjasama dalam pengembangan, penyelenggaraan dan evaluasi Diklat.

Sejalan dengan hal tersebut, melalui kerjasama dengan Departemen Dalam Negeri yang didukung program peningkatan kapasitas berkelanjutan (SCBDP), telah disusun berbagai kebijakan guna lebih memberdayakan daerah seperti peningkatan kapasitas institusi, pengelolaan dan peningkatan SDM melalui penyelenggaraan Diklat teknis, pengembangan sistem keuangan, perencanaan berkelanjutan dan sebagainya.

Dalam hal kegiatan penyusunan kurikulum diklat teknis dan modul diklatnya melalui program SCBDP telah disusun sebanyak 24 (dua puluh empat) modul jenis diklat yang didasarkan kepada prinsip competency based training. Penyusunan kurikulum dan modul diklat ini telah melewati proses yang cukup panjang melalui dari penelaahan data dan informasi awal yang diambil dari berbagai sumber seperti Capacity Building Action Plan (CBAP) daerah yang menjadi percontohan kegiatan SCBDP, berbagai publikasi dari berbagai media, bahan training yang telah dikembangkan baik oleh lembaga donor, perguruan tinggi, NGO maupun saran dan masukan dari berbagai pakar dan tenaga ahli dari berbagai bidang dan disiplin ilmu, khususnya yang tergabung dalam anggota Technical Review Panel (TRP).

Disamping itu untuk lebih memantapkan kurikulum dan modul diklat ini telah pula dilakukan lokakarya dan uji coba/pilot testing yang dihadiri oleh para pejabat daerah maupun para calon fasilitator/trainer.

Dengan proses penyusunan kurukulum yang cukup panjang ini kami percaya bahwa kurikulum, modul diklatnya berikut Panduan Fasilitator serta Pedoman Umum Diklat Teknis ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pelatihan di daerah masing-masing.

Page 3: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

ii

Harapan kami melalui prosedur pembelajaran dengan menggunakan

modul diklat ini dan dibimbing oleh tenaga fasilitator yang berpengalaman dan bersertifikat dari lembaga Diklat yang terakreditasi para peserta yang merupakan para pejabat di daerah akan merasakan manfaat langsung dari diklat yang diikutinya serta pada gilirannya nanti mereka dapat menunaikan tugas dengan lebih baik lagi, lebih efektif dan efisien dalam mengelola berbagai sumber daya di daerahnya masing-masing.

Penyempurnaan selalu diperlukan mengingat dinamika yang sedemikian cepat dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Dengan dilakukannya evaluasi dan saran membangun dari berbagai pihak tentunya akan lebih menyempurnakan modul dalam program peningkatan kapasitas daerah secara berkelanjutan.

Semoga dengan adanya modul atau bahan pelatihan ini tujuan kebijakan nasional utamanya tentang pemberian layanan yang lebih baik kepada masyarakat dapat terwujud secara nyata.

Page 4: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

iii

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL OTONOMI DAERAH

Setelah diberlakukannya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian diganti dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, telah terjadi perubahan paradigma dalam pemerintahan daerah, yang semula lebih berorientasi sentralistik menjadi desentralistik dan menjalankan otonomi seluas-luasnya. Salah satu aspek penting kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi adalah peningkatan pelayanan umum dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat, dan meningkatkan daya saing daerah.

Berdasarkan pengalaman penyelenggaraan pemerintahan di banyak negara, salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan otonomi daerah adalah kapasitas atau kemampuan daerah dalam berbagai bidang yang relevan. Dengan demikian, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat dan peningkatan daya saing daerah diperlukan kemampuan atau kapasitas Pemerintah Daerah yang memadai.

Dalam rangka peningkatan kapasitas untuk mendukung pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, pada tahun 2002 Pemerintah telah menetapkan Kerangka Nasional Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas Dalam Mendukung Desentralisasi melalui Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas. Peningkatan kapasitas tersebut meliputi sistem, kelembagaan, dan individu, yang dalam pelaksanaannya menganut prinsip-prinsip multi dimensi dan berorientasi jangka panjang, menengah, dan pendek, serta mencakup multistakeholder, bersifat demand driven yaitu berorientasi pada kebutuhan masing-masing daerah, dan mengacu pada kebijakan nasional.

Dalam rangka pelaksanaan peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah, Departemen Dalam Negeri, dengan Direktorat Jenderal Otonomi Daerah sebagai Lembaga Pelaksana (Executing Agency) telah menginisiasi program peningkatan kapasitas melalui Proyek Peningkatan Kapasitas yang Berkelanjutan untuk Desentralisasi (Sustainable Capacity Building Project for Decentralization/SCBD Project) bagi 37 daerah di 10 Provinsi dengan pembiayaan bersama dari Pemerintah Belanda, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan dari Pemerintah RI sendiri melalui Departemen Dalam Negeri dan kontribusi masing-masing daerah. Proyek SCBD ini secara umum memiliki tujuan untuk meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam aspek sistem, kelembagaan dan individu SDM aparatur Pemerintah Daerah melalui penyusunan dan implementasi Rencana Tindak Peningkatan Kapasitas (Capacity Building Action Plan/CBAP).

Page 5: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

iv

Salah satu komponen peningkatan kapasitas di daerah adalah Pengembangan SDM atau Diklat bagi pejabat struktural di daerah. Dalam memenuhi kurikulum serta materi diklat tersebut telah dikembangkan sejumlah modul-modul diklat oleh Tim Konsultan yang secara khusus direkrut untuk keperluan tersebut yang dalam pelaksanaannya disupervisi dan ditempatkan di Lembaga Administrasi Negara (LAN) selaku Pembina Diklat PNS.

Dalam rangka memperoleh kurikulum dan materi diklat yang akuntabel dan sesuai dengan kebutuhan daerah, dalam tahapan proses pengembangannya telah memperoleh masukan dari para pejabat daerah dan telah diujicoba (pilot test), juga melibatkan pejabat daerah, agar diperoleh kesesuaian/relevansi dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh para pejabat daerah itu sendiri. Pejabat daerah merupakan narasumber yang penting dan strategis karena merupakan pemanfaat atau pengguna kurikulum dan materi diklat tersebut dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Kurikulum dan meteri diklat yang dihasilkan melalui Proyek SCBD ini, selain untuk digunakan di lingkungan Proyek SCBD sendiri, dapat juga digunakan di daerah lainnya karena dalam pengembangannya telah memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Selain itu juga dalam setiap tahapan proses pengembangannya telah melibatkan pejabat daerah sebagai narasumber.

Dengan telah tersedianya kurikulum dan materi diklat, maka pelaksanaan peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah, khususnya untuk peningkatan kapasitas individu SDM aparatur daerah, telah siap untuk dilaksanakan. Diharapkan bahwa dengan terlatihnya para pejabat daerah maka kompetensi mereka diharapkan semakin meningkat sehingga pelayanan kepada masyarakat semakin meningkat pula, yang pada akhirnya kesejahteraan masyarakat dapat segera tercapai dengan lebih baik lagi.

Page 6: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

v

DAFTAR ISI

Sambutan Deputy IV LAN ............................................................................................ i

Kata Pengantar Dirjen Otonomi Daerah - Depdagri ............................................... iii

Daftar Isi ........................................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Deskripsi Singkat ...................................................................................1

B. Hasil Belajar ...........................................................................................2

C. Indikator Hasil belajar ............................................................................2

D. Pokok Bahasan .......................................................................................2

BAB II STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN ..........................................4

A. Sistem Akuntansi Pemerintahan.............................................................5

B. Kebijakan Akuntansi ..............................................................................6

C. Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD ..............................................7

E. Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPKD .........................................16

D. Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPKD .........................................17

E. Latihan ..................................................................................................20

F. Rangkuman ...........................................................................................20

BAB III LAPORAN KEUANGAN...........................................................................22

A. Laporan Keuangan pada SKPD............................................................23

B. Laporan Keuangan pada SKPKD.........................................................23

C. Penerapan Basis Kas dan Basis Akrual dalam Pelaporan

Keuangan Daerah .................................................................................26

D. Latihan..................................................................................................27

E. Rangkuman ...........................................................................................30

BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD........................32

A. Laporan Realisasi Semester Pertama APBD........................................32

B. Laporan Tahunan..................................................................................34

C. Penyiapan Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD ............35

Page 7: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

vi

D. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD dan Peraturan Kepala

Daerah tentang Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan

APBD....................................................................................................36

E. Latihan ..................................................................................................39

F. Rangkuman ...........................................................................................39

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 8: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat

Akuntansi-Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD merupakan tahapan terakhir dari siklus Diklat Teknis Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan Daerah bagi Pejabat Eselon IV di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Uraian yang disampaikan dalam Modul-3 ini sebagian besar dipedomani oleh Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang Pedoman Pengelolaaan Keuangan Daerah serta 2 (dua) Peraturan Pemerintah lainnya, yaitu Peratutan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, DPRD, dan Masyarakat. Peraturan Menteri Dalam Negeri itu sendiri merupakan perwujudan dari ketentuan yang tercantum dalam Pasal 155 dari Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 58 Tahun 2005 yang menyebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut tentang pengelolaan keuangan daerah akan diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Menurut pasal 289 dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, untuk tingkat pemerintahan kabupaten/kota, Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) selaku pengguna anggaran wajib menyelenggarakan akuntansi atas semua transaksi keuangan yang meliputi aset, utang dan ekuitas dana yang berada dibawah tanggung-jawabnya. Sedangkan untuk tingkat kantor dan/atau satuan kerja, Kepala SKPD dapat mendelegasikan kepada Pejabat Penatausahaan Keuangan-SKPD (PPK-SKPD) untuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan akuntansi/pertanggungjawaban/pelaporan terhadap penggunaan anggaran di lingkungan kantor atau SKPD terkait.

Penyelenggaraan akuntansi tersebut antara lain meliputi pencatatan/ penatausahaan atas semua transaksi keuangan di lingkungan SKPD yang bersangkutan serta penyiapan laporan keuangan sehubungan dengan pelaksanaan anggaran dan barang yang dikelolanya.

Mekanisme penyiapan laporan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dilaksanakan secara berjenjang. Pada tingkatan SKPD, setiap akhir bulan Kepala SKPD menyampaikan Laporan Bulanan tentang keadaan keuangan di lingkungan SKPD terkait kepada Kepala Daerah (Bupati/Walikota). Berdasarkan Laporan Bulanan dari semua SKPD di lingkungan pemerintahan kabupaten/kota, Pemerintah Daerah yang bersangkutan menyusun Laporan Triwulan sebagai pemberitahuan pelaksanaan APBD kepada DPRD. Setelah tahun anggaran berakhir, Kepala Derah menyusun Laporan Pertanggungjawaban Keuangan yang

Page 9: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

2

terdiri dari: Laporan Perhitungan APBD; Nota Perhitungan APBD; Laporan Aliran Kas, dan; Neraca Keuangan Daerah.

Meskipun secara hierarkis pertanggungjawaban dan pelaporan penggunaan APBD berada di tangan Kepala SKPD dan Kepala Daerah, akan tetapi para pejabat Eselon IV yang menangani bidang keuangan juga harus memahami tentang perosedur pertanggungjawaban dan pelaporan tersebut.

B. Hasil Belajar

Setelah selesai mengikuti proses pembelajaran Modul-3 ini para peserta pelatihan diharapkan akan memahami dan dapat menjelaskan tentang proses/tata cara Pertanggungjawaban dan Pelaporan Anggaran (Keuangan Daerah)

C. Indikator Hasil belajar

Setelah selesai mengikuti pelatihan diharapkan: 1. Peserta memahami dan dapat menjelaskan tentang penyelenggaraan sistem

akuntansi atas transaksi aset, utang dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya.

2. Para peserta pelatihan, terutama pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) dapat menguasai dan menjelaskan serta menyusun laporan keuangan pemerintah daerah yang terdiri dari: a. Laporan Realisasi Anggaran; b. Neraca Keuangan Daerah; c. Laporan Arus Kas, dan: Catatan atas Laporan Keuangan.

3. Peserta dapat menyajikan laporan keuangan tersebut sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

D. Pokok Bahasan

Pada dasarnya penyiapan laporan dan pertanggungjawaban penggunaan APBD merupakan tugas bersama diantara para pengelola dan pengguna anggaran yang mencakup Kasubag Keuangan, Anggaran serta Bendahara (bendahara penerimaan, bendahara pengeluaran, dan bendahara umum daerah). Namun demikian, karena adanya batasan mengenai alokasi waktu pelatihan, maka Diklat Teknis Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan ini, termasuk Modul Pertanggungjawaban dan Pelaporan Keuangan tidak dapat disajikan secara lengkap dan utuh serta memenuhi kehendak semua pihak yang terkait dengan tugas keuangan dan perbendaharaan.

Demikian pula mengenai proses akuntansi serta komputerisasi tentang pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan merupakan materi pelatihan yang memerlukan waktu khusus pembelajarannya.

Page 10: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

3

Adapun topik bahasan yang akan disampaikan dalam Modul ke-3 mencakup semua hal tentang pertanggungjawaban dan pelaporan anggaran, meskipun kesemuanya itu hanya dapat disampaikan secara ringkas dan sangat terbatas.

Topik bahasan tersebut, antara lain: 1. Sistem Akuntansi Keuangan, yang mencakup:

a. Sistem Akuntansi Pusat dan Daerah; b. Kebijakan Akuntansi; c. Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD, dan; d. Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPKD.

2. Laporan Keuangan, mencakup: a. Laporan Keuangan pada SKPD; b. Laporan Keuangan pada SKPKD, dan; c. Penerapan Basis Kas dan Basis Akrual dalam Pelaporan Keuangan.

3. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD, terdiri dari: a. Laporan Realisasi Semester Pertama Pelaksanaan APBD; b. Laporan Tahunan; c. Penyiapan Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD dan

Rancangan Peraturan KDH tentang Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD.

Page 11: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

4

BAB II STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Tujuan pelaporan keuangan daerah adalah untuk mengatur penyusunan laporan keuangan yang merupakan salah satu kewajiban dari pemerintah kabupaten/kota dalam menyelenggarakan dan mengelola keuangan daerah dalam periode 1 (satu) tahun anggaran.

Pelaporan keuangan merupakan satu kesatuan yang terdiri dari penyelenggaraan akuntansi laporan keuangan, catatan atas laporan keuangan dan informasi tambahan yang harus disajikan bersama-sama.

Pasal 234 ayat (1) dan ayat (2) dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 menyebutkan bahwa sistem akuntansi pemerintah daerah (kabupaten/kota) dilaksanakan oleh pejabat yang diberi wewenang oleh Kepala Daerah yang bersangkutan untuk menyelenggarakan akuntansi, yaitu Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), dan sistem akuntansi untuk satuan-satuan kerja dilaksanakan oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD).

Dalam pelaksanaan tugasnya, Pejabat Penatausahaan Keuangan-SKPD mengkoordinasikan pelaksanaan sistem dan penatausahaan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran.

Karena sangat banyaknya istilah dan/atau singkatan yang digunakan dalam Peraturan Perundang-undangan tentang pengelolaan keuangan daerah, maka sebelum disampaikan uraian tentang pertanggungjawaban dan pelaporan anggaran, berikut ini diberikan pengertian umum tentang singkatan dan/atau istilah yang dipergunakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku:

1. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) adalah satuan kerja yang bertugas melaksanakan pengelolaan APBD untuk tingkat pemerintahan kabupaten/kota dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.

2. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat PPK-SKPD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada tingkat suatu Satuan Kerja (sat-ker).

3. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih dari 1 (satu) entitas akuntansi yang menurut ketentuan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban anggaran berupa laporan keuangan.

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu memahami dan dapat menguasai proses penyelenggaraan sistem akuntansi termasuk Sitem Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD dan SKPKD.

Page 12: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

5

4. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang

dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.

5. Aset atau yang dahulu lebih dikenal dengan nama IKMN/IKMD adalah semua barang yang berasal atau dibeli dengan dana yang seluruhnya atau sebagian berasal dari anggaran belanja negara/daerah.

6. IKMN atau IKMD adalah singkatan dari Inventaris Kekayaan Milik Negara/ Daerah.

7. Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah daerah.

8. Laporan Arus Kas (LAK) adalah laporan yang menggambarkan arus kas selama periode tertentu dan posisi kas pada tanggal pelaporan.

9. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan yang menggambarkan perbandingan antara anggaran pendapatan dan belanja dengan realisasinya dalam suatu periode tertentu yang menunjukkan ketaatan terhadap peraturan dan/atau ketentuan Perundang-undangan.

10. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan pemerintah yang terdiri dari aset, utang dan ekuitas dana pada suatu periode tertentu.

11. Unit Akuntansi Kantor/Proyek (UAK/P) adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan pada tingkat kantor dan proyek/unit pelaksana kegiatan atau satuan kerja tertentu.

12. Unit Akuntansi Wilayah (UAW) adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan pada tingkat kantor dan proyek atau satuan kerja yang berada dalam satu wilayah (provinsi/kabupaten/kota).

A. Sistem Akuntansi Pemerintahan

Payung hukum yang melandasi penyiapan akuntansi pemerintahan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Peeraturan Pemerintah ini sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dalam peraturan pemerintah ini yang dimaksud dengan pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah.

1. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Pemerintah menyusun sistem akuntansi pemerintahan yang mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 23 pasal 32 ayat (2) disebutkan bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan

Page 13: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

6

disusun oleh komite standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.

Standar akuntansi pemerintahan dimaksud dibutuhkan dalam rangka penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan yang setidak-tidaknya meliputi: a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA); b. Neraca; c. Catatan atas Laporan Keuangan, dan; d. Laporan Arus Kas.

2. Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan ini juga merupakan pelaksanaan dari Pasal 184 ayat (1) dan (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyebutkan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 96 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Akuntansi Keuangan Daerah, yang menyatakan bahwa pemerintah daerah berkewajiban menyusun sistem akuntansi pemerintahan daerah dengan mengacu pada standar akuntansi pemerintahan pusat.

Sistem akuntansi pemerintahan daerah tersebut ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah yang mengacu pada Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Berdasarkan standar akuntansi pemerintahan yang berlaku, kepala daerah suatu pemerintahan kabupaten/kota menetapkan peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi.

Selanjutnya, menurut ketentuan Pasal 233 dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, yang merupakan pedoman pelaksanaan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah disebutkan bahwa sistem akuntansi pemerintah daerah paling sedikit harus mencakup: a. Prosedur akuntansi penerimaan kas. b. Prosedur akuntansi pengeluaran kas. c. Prosedur akuntansi aset, dan. d. Prosedur akuntansi selain kas.

B. Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi tersebut merupakan dasar pengakuan, pengukuran, dan pelaporan atas aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, belanja dan pembiayaan serta laporan keuangan.

Page 14: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

7

Dalam kaitannya dengan penerapan kebijakan akuntansi, Kepala Daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi pemerintah daerah dengan berpedoman pada standar akuntansi pemerintahan.

Peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi tersebut sekurang-kurangnya harus memuat: 1. Definisi, pengakuan, pengukuran dan pelaporan setiap akun dalam laporan

keuangan, dan; 2. Prinsip-prinsip penyusunan serta penyajian pelaporan keuangan. Pengakuan

dan pengukuran tersebut juga mencakup kebijakan mengenai harga perolehan dan kapitalisasi asset.

Kebijakan harga perolehan merupakan pengakuan terhadap jumlah kas atau jumlah lain yang setara dengan kas yang dibayarkan dan terdiri dari belanja modal, belanja administrasi pembelian/pembangunan, belanja pengiriman, pajak, dan nilai wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai komponen harga perolehan aset tetap.

Kebijakan kapitalisasi aset merupakan pengakuan terhadap jumlah kas atau jumlah lain yang setara dengan kas dan nilai wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai penambah nilai aset tetap.

Ikhtisar kebijakan akuntansi yang diberlakukan pada setiap tahun anggaran dimuat dalam Catatan Atas Laporan Keuangan tahun anggaran yang bersangkutan.

Format Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah tercantum dalam Lampiran 1

dari bahan ajar Modul 3 ini.

C. Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD

Karena materi Diklat Teknis Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan ini ditujukan terutama untuk pejabat Eselon IV (Kasubag Keuangan) pada Satuan-Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), maka topik bahasannya juga lebih dititik beratkan pada SKPD di lingkungan pemerintahan kabupaten/kota, sedangkan uraian ringkas yang menyangkut sistem akuntansi pusat dan daerah hanya sekedar tambahan pengetahuan bagi peserta pelatihan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, khususnya uraian yang tercantum dalam Bab XI tentang Akuntansi Keuangan Daerah, diberikan garis pemisah yang jelas tentang Akuntansi Keuangan Daerah untuk tingkat kabupaten/kota dan Akuntansi Keuangan Daerah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPKD mencakup: (1) Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas; (2) Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas; (3) Prosedur Akuntansi Aset, dan; (4) Prosedur Akuntansi Selain Kas.

Page 15: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

8

1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD

Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran di lingkungan SKPD terkait yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas mencakup: (i) surat tanda bukti pembayaran; (ii) surat tanda setoran (STS); (iii) bukti transfer; dan (iv) nota kredit bank. Sedangkan buku yang digunakan untuk mencatat transaksi tersebut terdiri dari: a. Buku jurnal penerimaan Kas; b. Buku Besar, dan; c. Buku Besar Pembantu.

Meskipun pekerjaan tersebut merupakan tugas dari Bendahara dan/atau Pemegang Kas, tetapi Kasubag Keuangan juga dianjurkan untuk mengenal ketiga format tersebut.

Format Buku Jurnal Penerimaan Kas, Buku Besar, dan Buku Besar Pembantu dapat dilihat pada Lampiran 2, 3, dan 4 dari bahan ajar Modul 3 ini.

Secara lengkap dan lebih rinci, berikut ini disampaikan uraian tentang ”Ringkasan Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD.

a. Ringkasan Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD

Dalam Lampiran E.VI Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD meliputi serangkaian proses manual ataupun lewat aplikasi komputer mulai dari : pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggung-jawaban pelaksanaaan APBD yang terkait dengan penerimaan kas pada SKPD.

Fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi ini dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada Pejabat Penatusahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD).

1) Dokumen yang digunakan

Dokumen yang digunakan dalam proses Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD terdiri dari: a) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah), yang dibuat oleh

PPKD untuk menetapkan pajak daerah atas wajib pajak; b) Surat Ketetapan Retribusi (SKR), yang dibuat oleh Pengguna

Anggaran untuk menetapkan retribusi atas wajib retribusi;

Page 16: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

9

c) Surat Tanda Setoran, yang dibuat oleh Bendahara Penerimaan

untuk menyetor penerimaan daerah atau oleh PPK-SKPD untuk dijadikan dokumen dalam menyelenggarakan akuntansi pada SKPD.

d) Bukti Transfer yang merupakan dokumen atau bukti atas transfer penerimaan daerah.

e) Nota Kredit Bank, merupakan dokumen atau bukti dari Bank yang menunjukkan adanya transfer yang masuk ke rekening kas umum daerah.

f) Buku jurnal penerimaan kas, yang merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang berhubungan dengan penerimaan kas.

g) Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD untu mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas dari Jurnal Penerimaan Kas ke dalam Buku Besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan,belanja dan pembiayaan.

h) Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

2) Laporan yang Dihasilkan

Laporan yang dihasilkan dari Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD terdiri atas : a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA); b) Neraca SKPD, dan; c) Catatan atas Laporan Keuangan.

3) Uraian Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD

Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD terdiri dari : a) Fungsi Akuntansi pada PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi

penerimaan kas mencatat ke dalam jurnal penerimaan kas, diserta uraian rekening-lawan asal penerimaan kas dimaksud;

b) Bukti transsaksi penerimaan kas mencakup: (1) Surat Tanda Setoran; (2) Bukti Transfer; (3) Nota Kredit; (4) Bukti Penerimaan lainnya.

c) Fungsi Akuntansi pada PPK-SKPD secara periodik atau berkala melakukan posting ke Buku Besar.

d) Jika dianggap perlu Fungsi Akuntansi pada PPK-SKPD dapat membuat Buku Besar Pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku besar.

Page 17: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

10

e) Pencatatan ke dalam Buku Jurnal Penerimaan Kas dan Buku

Besar Pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku

2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPD

Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan pengeluaran kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran di lingkungan SKPD terkait yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi computer.

Bukti transakasi yang digunakan dalam pelaksanaan prosedur akuntansi pengeluaran kas mencakup Surat Perintah Penyediaan Dana (SP2D), Nota debet Bank dan Bukti Transaksi Kas lainnya yang dalam penyajiannya harus dilengkapi dengan SPM/SPD/Kuitansi pembayaran dan/atau bukti tanda terima barang/jasa.

Sebagaimana halnya dengan prosedur penerimaan kas, maka buku yang digunakan untuk mencatat prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD juga terdiri dari 3 (tiga) macam, yaitu: a. Buku jurnal pengeluaran Kas; b. Buku Besar; dan; c. Buku besar pembantu.

Demikian pula dengan tugas pelaksanaan prosedur akuntansi pengeluaran kas dan proses pencatatan pengeluaran kas yang kesemuanya menjadi tanggung jawab dari Pejabat Penatusahaan Keuangan dari satuan kerja yang bersangkutan(PPK-SKPD). Berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas, PPK-SKPD melakukan pencatatan pengeluaran kas tersebut ke dalam buku jurnal pengeluaran kas dan mencantumkan uraian tentang rekening awal yang menyatakan asal pengeluaran kas. Setelah itu secara periodik jurnal pengeluaran kas tersebut di-posting kedalam buku besar dan/atau buku besar pembantu. Setiap akhir periode, semua buku besar yang mencatat pengeluaran kas ditutup dan dijadikan sebagai dasar penyusunan keuangan dari SKPD yang bersangkutan.

Secara lengkap dan lebih rinci, berikut ini disampaikan uraian tentang ”Ringkasan Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD.

a. Ringkasan Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPD

Dalam Lampiran E.VI Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPD meliputi serangkaian proses manual ataupun lewat aplikasi komputer mulai dari : pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi dan/atau kejadian keuangan

Page 18: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

11

serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggung-jawaban pelaksanaaan APBD yang terkait dengan penngeluaran kas pada SKPD.

Fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi pengeluaran kas ini dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada Pejabat Penatusahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD).

1) Dokumen yang digunakan

Dokumen yang digunakan (dokumen sumber dan dokumen pendukung) dalam proses Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD terdiri dari:

a) Surat Penyediaan Dana (SPD), yang dibuat oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai media atau surat yang menunjukkan tersedianya dana untuk diserap/direalisasi.

b) Surat Perintah Membayar (SPM), merupakan dokumen yang dibuat oleh Pengguna Anggaran untuk mengajukan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang akan diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD)/kuasa bendahara umum daerah.

c. Kuitansi pembayaran dan Bukti Peneriman Lainnya, yaitu merupakan dokumen yang digunakan sebagai tanda bukti pembayaran.

d) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), merupakan dokumen yang diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD)/kuasa bendahara umum daerah untuk mencairkan uang pada Bank yang telah ditunjuk.

e) Bukti Transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran daerah.

f) Nota Debet Bank, merupakan dokumen atau bukti dari Bank yang menunjukkan adanya transfer uang keluar dari Rekening Kas Umum Daerah.

g) Buku Jurnal Pengeluaran Kas, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang berhubungan dengan pengeluaran kas.

h) Buku Besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD untuk mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal pengeluaran kas ke dalam buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

i) Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

Page 19: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

12

2) Laporan yang Dihasilkan

Laporan yang dihasilkan dari Prosedur Akuntansi Penngeluaran Kas pada SKPD terdiri atas : (a) Laporan Realisasi Anggaran SKPD (LRA); (b) Neraca SKPD, dan; (c) Catatan atas Laporan Keuangan SKPD.

3) Uraian Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPD

Prosedur Akuntansi Penngeluaran Kas pada SKPD terdiri dari : a) Fungsi Akuntansi pada PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi

penerimaan kas mencatat ke dalam jurnal penerimaan kas, diserta uraian rekening-lawan asal penerimaan kas dimaksud;

b) Bukti transaksi penerimaan kas mencakup: (1) Surat Tanda Setoran; (2) Bukti Transfer; (3) Nota Kredit, dan (4) Bukti pengeluaran lainnya.

c) Fungsi Akuntansi pada PPK-SKPD secara periodik atau berkala melakukan posting dari buku jurnal ke Buku Besar;

d) Jika dianggap perlu Fungsi Akuntansi pada PPK-SKPD dapat membuat Buku Besar Pembantu yang berfungsi sebagai rincian dan kontrol buku besar;

e) Pencatatan ke dalam Buku Jurnal Penngeluaran Kas dan Buku Besar Pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku

3. Prosedur Akuntansi Aset Pada SKPD

Prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai/ digunakan oleh SKPD dengan batasan-batasan sebagai berikut:

a. Bahwa pemeliharaan aset tetap yang bersifat rutin rehab berkala tidak dikapitalisasi;

b. Bahwa rehabilitasi yang bersifat sedang dan berat dikapitalisasi bila memenuhi salah satu kriteria: menambah volume, menambah kapasitas, meningkatkan fungsi, meningkatkan efisiensi dan/atau menambah masa manfaat;

c. Bahwa yang dimaksud perubahan klasifikasi aset tetap adalah perubahan dari aset tetap ke klasifikasi selain aset tetap, atau sebaliknya;

d. Bahwa penyusutan merupakan penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap.

Page 20: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

13

4. Prosedur Akuntansi Selain Kas Pada SKPD

Prosedur akuntansi selain kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan semua transaksi atau kejadian selain kas yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Prosedur akuntansi selain kas pada SKPD mencakup: a. Pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SPJ); b. Koreksi kesalahan pencatatan; c. Penerimaan/pengeluaran hibah selain kas; d. Pembelian secara kredit; d. Retur pembelian kredit; e. Pemindahtanganan atas aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi

kas; f. Penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas.

Keterangan:

a. Pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SPJ) seperti tersebut pada butir 4.a) merupakan pengesahan atas pengeluaran/belanja melalui mekanisme uang persediaan/ganti uang persediaan/tambahan uang persediaan;

b. Koreksi kesalahan pencatatan sebagaimana tercantum pada butir 4.b) merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam membuat jurnal yang sudah terlanjur di-posting ke buku besar.

c. Penerimaan/pengeluaran hibah selain kas seperti yang disebutkan pada butir 4.c) merupakan penerimaan/pengeluaran sumber ekonomi non kas yang merupakan pelaksanaan APBD yang mengandung konsekuensi ekonomi bagi pemerintah daerah;

d. Pembelian secara kredit sebagaimana dimaksud pada butir 4.d) adalah transaksi pembelian aset tetap yang pembayarannya dilakukan dimasa yang akan datang;

e. Retur pembelian seperti disebut pada butir 4.e) merupakan pengembalian aset tetap yang telah dibeli secara kredit;

f. Pemindahtanganan atas aset tetap tanpa konsekuensi kas sebagaimana dimaksud pada butir 4.f) merupakan pemindahtanganan aset tetap kepada pihak ketiga karena suatu hal, tanpa ada penggantian berupa kas;

g. Penerimaan aset tetap tanpa konsekuensi sebagaimana dimaksud pada butir 4.g) merupakan perolehan aset tetap akibat adanya tukar menukar (ruitslaag) dengan pihak ketiga.

Page 21: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

14

Suatu hal yang harus diingat adalah bahwa prosedur akuntansi selain kas tersebut di atas memerlukan bukti transaksi berupa bukti memorial yang dilampiri dengan: a. Pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SPJ). b. Berita acara penerimaan barang. c. Surat keputusan penghapusan barang. d. Surat pengiriman barang. e. Surat keputusan mutasi barang (antar SKPD). f. Berita acara pemusnahan barang. g. Berita acara serah terima barang. H. Berita acara penilaian.

Secara garis besar proses akuntansi keuangan daerah pada SKPD yang mencakup ; (i) Akuntansi Penerimaan Kas; (ii) Akuntansi Pengeluaran Kas; (iii) Akuntansi Aset, dan; (iv) Akuntansi Selain Kas pada SKPD dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) – SKPD membuat jurnal sebagai berikut: a. SPJ Penerimaan dicatat dalam Register Jurnal Penerimaan Kas. b. SPJ Pengeluaran dan SP2D dicatat dalam Register Jurnal Pengeluaran

Kas. c. Bukti Memorial Transaksi Aset Tetap dicatat dalam Register Jurnal

Umum. d. Bukti memorial transaksi Selain Kas juga dicatat dalam Register Jurnal

Umum.

2. Bukti Memorial Transaksi Aset Tetap dibuat berdasarkan bukti transaksi yang terdiri dari: a. Berita Acara Penerimaan Barang. b. SK Penghapusan Barang. c. SK Mutasi Barang. d. Berita Acara Pemusnahan Barang. e. Berita Acara Serah Terima Barang. f. Berita Acara Penilaian. g. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan.

3. Bukti memorial transaksi Selain Kas dibuat berdasarkan bukti transaksi yang terdiri dari: a. Berita Acara Penerimaan Barang. b. SK Penghapusan Barang. c. Surat Pengiriman Barang . d. SK Mutasi Barang. e. Berita Acara Pemusnahan Barang f. Berita Acara Serah Terima Barang. g. Berita Acara Penilaian.

Page 22: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

15

4. Jurnal-jurnal tersebut oleh PPK-SKPD diposting ke Register Buku Besar

SKPD. Berdasarkan Buku Besar SKPD ini PPK-SKPD membuat Neraca Saldo-SKPD.

Dalam bentuk diagram proses Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD yang mencakup: (i) Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas; (ii) Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas; (iii) Prosedur Akuntansi Aset, dan; (iv) Prosedur Akuntansi Selain Kas akan nampak sebagai berikut:

Page 23: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

16

Bagan Alir proses Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD

Akuntansi

Pengeluaran Kas Akuntansi

Aset Akuntansi Selain Kas

Page 24: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

17

D. Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPKD

Dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang merupakan pelaksanaan dari ketentuan yang tercantum dalam Pasal 155 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, beberapa struktur organisasi pemerintahan daerah harus mulai menyesuaikan diri dan mempedomani isi dari pedoman pengelolaan keuangan daerah.

Sebagai contoh, beberapa pemerintahan kabupaten/kota sudah mulai membentuk Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang disingkat SKPKD, akan tetapi SKPKD tersebut masih ada yang melekat pada struktur organisasi dari instansi/badan pemerintah daerah, misalnya melekat pada struktur organisasi BAPPEDA atau BPKD. Pada hakekatnya, karena Pejabat Pengelola Keuangan Daerah tersebut merupakan Kepala dari SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah, maka sebaiknya sedikit demi sedikit diusahakan agar SKPKD merupakan suatu Lembaga Teknis Daerah yang terpisah dalam suatu struktur organisasi pemerintahan kabupaten/kota.

1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)

Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPKD meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur penerimaan kas pada SKPKD mencakup: (i) bukti transfer; (ii) nota kredit bank; dan (iii) surat perintah pemindahbukuan. Bukti transaksi harus dilengkapi dengan: a. Surat Tanda Setoran (STS). b. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah). c. Surat Ketetapan Retribusi (SKR). d. Laporan penerimaan kas dari bendahara penerimaan.

Format ”Laporan Penerimaan Kas pada SKPKD” dapat dilihat pada Lampiran 5

dari bahan Ajar Modul 3 ini, sedangkan Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPKD dapat dilihat pada Lampiran E.XV Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.

2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)

Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPKD meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan pengeluaran kas dalam rangka

Page 25: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

18

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur pengeluaran kas pada SKPKD mencakup: (i) surat perintah pencairan dana (SP2D); atau (ii) nota debet bank. Bukti transaksi harus dilengkapi dengan: a. Surat penyediaan dana (SPD). b. Surat perintah membayar (SPM). c. Laporan pengeluaran kas dari bendahara pengeluaran. d. Kuitansi pembayaran serta bukti tanda terima barang/jasa.

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi prosedur akuntansi penerimaan kas mencakup: a. Buku jurnal penerimaan kas. b. Buku besar. c. Buku besar pembantu.

Sedangkan buku yang digunakan untuk mencatat prosedur akuntansi pengeluaran kas terdiri dari: a. Buku jurnal pengeluaran kas. b. Buku besar. c. Buku besar pembantu.

Prosedur akuntansi penerimaan ataupun pengeluaran kas merupakan fungsi akuntansi pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Fungsi SKPKD tersebut melakukan pencatatan ke dalam buku jurnal penerimaan/ pengeluaran kas dengan mencantumkan uraian rekening-lawan asal penerimaan/pengeluaran kas tersebut. Kemudian secara berkala transaksi penerimaan/pengeluaran kas tersebut dicatat dalam buku besar rekening yang bersangkutan.

Format Laporan pengeluaran kas pada SKPKD dapat dilihat pada Lampiran 6

dari bahan ajar Modiul 3 ini.

3. Prosedur Akuntansi ASET Pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)

Prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi serangkaian proses pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, penghapusan, pemindahtanganan, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang digunakan/dikuasai oleh SKPKD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Prosedur akuntansi aset pada SKPKD digunakan sebagai alat pengendali dalam pengelolaan aset yang digunakan SKPKD. Fungsi akuntansi aset tersebut dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).

Page 26: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

19

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset pada SKPKD tersebut berupa bukti memorial yang dilampiri dengan: a. Berita acara penerimaan barang; b. Surat keputusan penghapusan barang; c. Surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD); d. Berita acara pemusnahan barang; e. Berita acara serah terima barang; f. Berita acara penilaian; g. Berita acara penyelesaian pekerjaan.

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam prosedur akuntansi aset mencakup: a. Buku jurnal umum; b. Buku besar; dan c. Buku besar pembantu.

4. Prosedur Akuntansi Selain Kas pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)

Prosedur akuntansi selain kas pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan semua transaksi atau kejadian selain kas yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Prosedur akuntansi tersebut mencakup: a. Koreksi kesalahan pembukuan; b. Penyesuaian terhadap account tertentu dalam rangka penyusunan laporan

keuangan pada akhir tahun; c. Reklasifikasi belanja modal menjadi aset tetap; dan d. Reklasifikasi akibat korekasi yang diketemukan dikemudian hari.

Dalam pelaksanaan prosedur akuntansi selain kas tersebut digunakan bukti transaksi berupa bukti memorial yang dilampiri dengan: a. Berita acara penerimaan barang; b. Surat keputusan penghapusan barang; c. Surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD); d. Berita acara pemusnahan barang; e. Berita acara serah terima barang; f. Berita acara penilaian; dan g. Berita acara penyelesaian pekerjaan.

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam prosedur akuntansi selain kas mencakup: a. Buku jurnal umum; b. Buku besar; c. Buku besar pembantu.

Page 27: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

20

E. Latihan

1. Latihan Kuis

a. Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 234, siapa pejabat yang diberi wewenang oleh Kepala Daerah untuk menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan daerah?

b. Apakah yang dimaksud dengan “Entitas Akuntansi” menurut PERMENDAGRI Nomor 13 Tahun 2006?

c. Apa pula yang dimaksud dengan “Entitas Pelaporan”? d. Terdiri dari apa sajakah Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)? e. Peraturan Perundang-undangan apakah yang dipakai sebagai acuan

dalam pelaksanaan Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah? f. Hal-hal apakah yang tercakup dalam sistem akuntansi pemerintahan

daerah? g. Sebutkan Ruang Lingkup dari Kebijakan Akuntansi menurut

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006! h. Apakah pengertian dari “Aset Tetap” berdasarkan ketentuan yang

tercantum dalam Surat Edaran DJA Nomor SE-12/A/2003? i. Apakah ada perbedaan antara IKMN/IKMD dengan Aset Tetap? kalau

ada harap dijelaskan ! j. Sebutkan informasi-informasi yang dapat diberikan sehubungan dengan

penerapan Akuntansi Aset Tetap!

2. Latihan Praktek (Studi Kasus)

Diskusikan dalam beberapa group kecil dari peserta pelatihan mengenai kemungkinan adanya tumpang tindih tugas dibidang pengelolaan keuangan daerah antara Pejabat Peng3elola Keuangan Daerah (PPKD) dan BPKD/BPKAD/ BPKKD.

F. Rangkuman

Pasal 234 ayat (1) dan ayat (2) dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 menyebutkan bahwa sistem akuntansi pemerintah daerah (kabupaten/kota) dilaksanakan oleh pejabat yang diberi wewenang oleh Kepala Daerah yang bersangkutan untuk menyelenggarakan akuntansi, yaitu Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), dan sistem akuntansi untuk satuan-satuan kerja dilaksanakan oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD).

Berdasarkan ketentuan Pasal 96 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Akuntansi Keuangan Daerah, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (Kepala-SKPD) dan/atau Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) selaku pengguna anggaran/barang wajib menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas dana yang berada dibawah tanggung-jawabnya. Mekanisme dan prosedur penyelenggaraan akuntansi tersebut ditetapkan dengan

Page 28: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

21

Keputusan Kepala Daerah dan mengacu pada Standar Akuntansi dan Laporan Keuangan Pusat.

Sistem akuntansi pemerintahan daerah tersebut ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah yang mengacu pada Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Berdasarkan standar akuntansi pemerintahan yang berlaku, kepala daerah suatu pemerintahan kabupaten/kota menetapkan peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi.

Berlandaskan pada SK Menteri Keuangan dan Surat Edaran DJA tersebut sistem pencatatan barang milik negara/daerah akan diintegrasikan ke dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat yang telah disusun dan dilakukan secara komputerisasi sehingga laporan keuangan yang dihasilkan akan lebih akurat.

Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dilingkungan SKPD terkait yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas mencakup: (i) surat tanda bukti pembayaran; (ii) surat tanda setoran (STS); (iii) bukti transfer; dan (iv) nota kredit bank.

Sedangkan prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai/digunakan oleh SKPD.

Prosedur akuntansi selain kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan semua transaksi atau kejadian selain kas yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Beberapa pemerintahan kabupaten/kota sudah mulai membentuk Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD), akan tetapi masih ada SKPKD yang melekat pada struktur organisasi dari instansi/badan pemerintah daerah, misalnya melekat pada struktur organisasi BAPPEDA atau BPKD.

Page 29: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

22

BAB III LAPORAN KEUANGAN

Uraian dalam Bab ini berisi pengaturan mengenai kewajiban para pengguna anggaran di lingkungan pemerintahan daerah untuk menyelenggarakan akuntansi dan pelaporan keuangan dilakukan dalam rangka menguatkan pilar-pilar akuntabilitas dan transparansi. Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, setiap kantor/instansi/badan termasuk satuan kerja kerja perangkat daerah (SKPD) dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang mencakup: (i) Laporan Realisasi Anggaran; (ii) Neraca Keuangan Daerah; (iii) Laporan Arus Kas; dan (iv) Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan keuangan tersebut harus disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan dan sebelum dilaporkan masyarakat melalui DPRD, laporan keuangan harus diperiksa terlebih dahulu oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Selain Permendagri Nomor 13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, peraturan perundang-undangan lain yang dijadikan sebagai landasan dalam penyiapan Kaporan Keuangan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

Peraturan Pemerintah ini menjabarkan lebih rinci komponen Laporan Keuangan yang wajib disusun dan disampaikan oleh setiap tingkatan Pengguna Anggaran, pengelola perbendaharaan, serta pemerintah pusat/daerah. Selain itu diatur pula hirarki kegiatan akuntansi mulai dari tingkat satuan kerja pelaksana sampai tersusunnya Laporan Keuangan pemerintah pusat/daerah.

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 ditetapkan, bahwa Laporan Keuangan pada gilirannya harus diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebelum disampaikan kepada pihak Legislatif sesuai dengan kewenangannya. Pemeriksaan oleh BPK dimaksudkan dalam rangka pemberian pendapat (opini) sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Dengan demikian, Laporan Keuangan yang disusun oleh pemerintah yang disampaikan kepada BPK untuk diperiksa masih berstatus belum diaudit (unaudited financial statements). Apabila sudah diperiksa dan diperbaiki dimana perlu, Laporan Keuangan tersebut selanjutnya dituangkan kedalam rancangan undang-undang atau peraturan daerah tentang Laporan Keuangan untuk dibahas dan distetujui oleh DPR/DPRD.

Pada Rancangan Perda tentang Laporan Keuangan tersebut disertakan bebrapa informasi tambahan sebagai berikut:

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu memahami serta mampu menyusun laporan keuangan pemerintah daerah yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran; Neraca; Laporan Arus Kas, dan: Catatan atas Laporan Keuangan.

Page 30: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

23

1. Informasi mengenai kinerja pemerintah, yaitu prestasi yang berhasil dicapai oleh

Pengguna Anggaran sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan. Pengungkapan informasi mengenai kinerja ini relevan dengan perubahan paradigma penganggaran pemerintah yang telah ditetapkan dengan mengidentifikasikan secara jelas ”keluaran” (outputs) dengan ”hasil” (outcomes) dari setiap program.

2. Ikhtisar tentang Laporan Keuangan Perusahaan Daerah untuk periode yang sama.

Pengaturan lebih lanjut tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyajian informasi tambahan ini dapat dilihat secara lengkap dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Bab XI, pasal 265 dan pasal 289, Laporan Keuangan pada tingkat pemerintahan kabupaten/kota dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

A. Laporan Keuangan pada tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD); B. Laporan Keuangan pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).

A. Laporan Keuangan pada SKPD

Secara periodik, setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyusun dan melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD di lingkungan SKPD masing-masing yang mencakup: 1. Laporan Realisasi Anggaran-SKPD (LRA-SKPD); 2. Neraca SKPD; 3. Catatan Atas Laporan Keuangan SKPD.

Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dalam lingkungan SKPD disusun dan disajikan sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar akuntansi pemerintahan.

Format-format : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca SKPD dan Format Catatan atas Laporan Keuangan SKPD dapt dilihat Pada Lampiran 7, 8, dan 9 dari bahan ajar Modul 3 ini.

B. Laporan Keuangan pada SKPKD

Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD) dalam struktur organisasi pemerintahan kabupaten/kota mempunyai kewajiban untuk menyiapkan Laporan Keuangan Daerah. Kepala SKPKD sebagai Pejabat yang ditunjuk oleh kepala daerah wajib menyusun dan melaporkan Arus Kas secara periodik kepada Bupati/Walikota di lingkungan pemerintahan kabupaten/kota setempat.

Page 31: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

24

Laporan Arus Kas tersebut harus disusun dan disajikan sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar akuntansi pemerintahan.

Format Laporan Arus Kas sebagai bentuk laporan keuangan pada SKPKD disajikan pada Lampiran 10 dari bahan ajar Modul 3 ini.

Pada prinsipnya, proses penyiapan Laporan Keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Fungsi Akuntansi dari Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) tingkat Pemerintah kabupaten/kota melakukan konsolidasi (penggabungan) laporan Keuangan SKPD dan Laporan Keuangan SKPKD yang diserahkan oleh PPKD;

2. Proses konsolidasi tersebut menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (kabupaten/kota) dan Penjabaran Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tersebut disertai/dilampiri oleh Laporan Keuangan Perusahaan Daerah yang berada di lingkungan pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan;

3. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (kabupaten/kota) dan Laporan Keuangan Perusahaan Daerah tersebut selanjutnya diserahkan oleh Fungsi Akuntansi SKPKD ke PPKD untuk diotorisasi;

4. Setelah melakukan otorisasi terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan Laporan Keuangan Perusahaan Daerah, PPKD kemudian menyerahkan kedua laporan tersebut kepada Sekretaris Daerah selaku koordinator PPKD dan meneruskannya kepada Kepala Daerah (Bupati/Walikota);

5. Setelah menerima kedua laporan tersebut, Kepala Daerah membuat Surat Pernyataan Kepala Daerah yang berlanjut ke proses Pertanggungjawaban Pelaksanaaan APBD.

Dalam bentuk diagram, Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota yang mencakup: Laporan Realisasi Anggaran (LRA); Neraca; Catatan Atas Laporan Keuangan, dan; Laporan Arus Kas adalah seperti berikut :

Page 32: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

25

Gambar 2. Fungsi Akuntansi SKPD PPKD SEKDA KDH

Page 33: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

26

C. Penerapan Basis Kas dan Basis Akrual dalam Pelaporan Keuangan Daerah

Seperti telah diuraikan dalam paragraf sebelumnya bahwa dalam penyiapan laporan keuangan dikenal adanya prinsip akuntansi dengan basis kas dan basis aktual.

Basis Kas dalam pelaporan keuangan daerah digunakan untuk mencatat pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pemuatan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan basis akrual untuk pengakuan aset-aset, kewajiban dan ekuitas dana dalam pembuatan Neraca.

Selanjutnya dalam makalah tentang Administrasi dan Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh konsorsium konsultan APEKSI, APKASI, ADKASI tahun 2006 yang diprakarsai atas kerjasama antara Depdagri dan UNDP disebutkan bahwa dalam prosedur akuntansi yang menerapkan basis kas penerimaan kas hanya dicatat penerimaan yang terealisir dan dalam akuntansi pengeluaran juga hanya dicatat pengeluaran/belanja yang terealisir. Sedangkan dalam penerapan basis akrual penerimaan dan pengeluaran kas dicatat sesuai yang ”diakui” tanpa melihat pada saat pelaporan kas telah diterima/dikeluarkan.

Contoh :

1. Pencatatan Pendapatan dan Pengeluaran dengan penerapan basis kas

Jika dalam APBD pada awal tahun anggaran ditetapkan bahwa Pendapatan dari Pajak dicatat sebesar Rp 10 milyar, sedangkan pada akhir tahun anggaran hanya tercapai setoran pajak sebesar Rp 8 milyar, maka dalam Laporan Realisasi Anggaran hanya akan tercatat penerimaan kas sebesar Rp 8 milyar dari pajak tanpa membukukan potensi sisa yang masih ada.

Demikian juga untuk pos pengeluaran/belanja. Jika dalam APBD pada awal tahun anggaran ditetapkan bahwa Pengeluaran untuk Pembangunan Gedung dicatat sebesar Rp 5 milyar, sedangkan pada akhir tahun anggaran hanya dapat dibayarkan sebesar Rp 3 milyar, maka dalam Laporan Realisasi Anggaran hanya akan tercatat pengeluaran kas untuk pembangunan gedung sebesar Rp 3 milyar tanpa membukukan sisa pembayaran yang masih harus dilunasi.

2. Pencatatan Pendapatan dan Pengeluaran dengan penerapan basis akrual

Prinsip penerapan basis aktual adalah bahwa pendapatan ataupun pengeluaran harus dicatat pada saat ”diakui” tanpa melihat apakah kas untuk penerimaan/pengeluaran tersebut telah diterima/dikeluarkan sesuai dengan rencana.

Jika dalam APBD pada awal tahun anggaran ditetapkan bahwa Pendapatan dari Pajak dicatat sebesar Rp 10 milyar, maka telah diakui adanya pendapatan dari pajak sebesar Rp 10 milyar (sebagai hak piutang). Seandainya pada akhir

Page 34: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

27

tahun anggaran hanya tercapai setoran pajak sebesar Rp 8 milyar, maka dalam Laporan Realisasi Anggaran perlu dicatat bahwa pemerintah daerah masih mempunyai hak untuk piutang sebesar Rp 2 milyar kepada wajib pajak yang terhutang.

Jika dalam APBD pada awal tahun anggaran ditetapkan bahwa Pengeluaran untuk Pembangunan Gedung dicatat sebesar Rp 5 milyar, maka pada saat itu telah diakui adanya pengeluaran sebesar Rp 5 milyar yang tercatat dalam Akru (Hutang) Proyek. Meskipun seandainya pada akhir tahun anggaran hanya dapat dibayarkan sebesar Rp 3 milyar, maka dalam Laporan Realisasi Anggaran akan tercatat pengeluaran kas untuk pembangunan gedung sebesar Rp 5 milyar juga yang dalam pembukuan masih terlihat adanya kewajiban untuk membayar hutang sebesar Rp 2 milyar.

D. Latihan

1. Latihan 1

a. Sebutkan jenis laporan keuangan pada tingkat pemerintahan kabupaten/kota berdasarkan PERMENDAGRI Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 265 dan Pasal 289!

b. Sebutkan jenis laporan keuangan yang harus disusun secara periodik oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah!

c. Buatkan format dari “Catatan Atas Laporan Keuangan” pada tingkat SKPD!

d. Jenis Laporan Keuangan apakah yang harus disusun secara periodik oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (Kepala SKPKD)?

e. Siapa yang berhak memeriksa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebelum dilaporkan kepada masyarakat melelui DPRD?

2. Latihan 2 (Studi Kasus)

a. Studi Kasus Alternatif Pertama

Anda berlatih untuk menyusun “Laporan Realisasi Anggaran” (LRA) dari Satuan Kerja Dinas Pekerjaan Umum Kota Batukarang. Penyusunan LRA yang Anda lakukan kali ini berdasarkan laporan dari para pengelola kegiatan Tahun 2005 di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Batukarang dengan data sebagai berikut:

Page 35: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

28

NO.

URUT

URAIAN

ANGGARAN SETELAH

PERUBAHAN Rp.

REALISASI Rp.

1 PENDAPATAN

1.1 Pendapatan Asli Daerah

1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 21.800.000.000,00

26.200.906.399.27

1.1.2 Pendapatan retribusi Daerah

5.111.866.000,00

5.632.512.160,68

1.1.3 Hasil Kekayaan Alam yang dipisahkan

110.000.000,00

83. 468.529,40

1.1.4 Lain-Lain PAD yang Sah 5.477.488.670,00

7.489.666.077,00

1.2 Pendapatan Transfer

1.2.1 Transfer Pemerintah Pusat (Dana Perimbangan):

1.2.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak 21.295.973.456,00

27.548.839.850,67

1.2.1.2 Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumberdaya Alam)

1.408.655.718,49

1.622..929.824,25

1.2.1.3 Dana Alokasi Umum (DAU)

75.409.715.000,00

75.409.715.000,00

1.2.1.4 Dana alokasi Khusus (DAK)

25.000.000.000,00

25.000.000.000,00

1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya :

1.2.2.1 Dana otomomi Khusus 22.500.000.000,00

24.575.500,000,00

1.2.2.2 Dana Penyesuaian 0,00

0,00

1.2.3 Transfer Pemerintah Provinsi

1.2.3.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak

18.964.126.000,00

18.964.126.000,00

1.2.3.2 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya

5.467.325.000,00

4.125.110.000,00

1.3 Lain-lain Pendapatan Yang Sah

1.3.1 Pen dapatan Hibah 0,00

0,00

1.3.2 Pendapatan Dana Darurat 5.000.000.000,00

15.000.000.000,00

1.3.3 Pedapatan Lainnya 1.750.000.000,00

1.250.000.000,00

Jumlah Pendapatan

2 Belanja

2.1 Belanja Operasi

2.1.1 Belanja Pegawai 42.025.557.112,25

40.575.879.165.25

2.1.2 Belanja Barang 11.633.106.360,00

10.236.745.115,00

2.1.3 Belanja Bunga 0,00

0,00

Page 36: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

29

NO.

URUT

URAIAN

ANGGARAN SETELAH

PERUBAHAN Rp.

REALISASI Rp.

2.1.4 Belanja Subsidi 0,00

0,00

2.1.5 Belanja Hibah 0,00

0,00

2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 500.000.000,00

625.000.000,00

2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan

0,00

0,00

2.2 Belanja Modal :

2.2.1 Belanja Tanah 15.000.000.000,00

20.000.000.000,00

2.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin

12.500.000.000,00

13.250.000.000,00

2.2.3 Belanja Gedung dan Bangunan

34.500.000.000,00

35.000.000.000,00

2.2.4 Belanja Jalan, Irigasi, dan Bangunan

17.500.000.000,00

16.250.500.000,00

2.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya

0,00

0,00

2.2.6 Belanja Aset Lainnya 0.00

0,00

2.3 Belanja Tak Terduga :

2.3.1 Belanja Tak Terduga 1.350.000.000,00

2.345.110.000,00

Jumlah Belanja

2.4 Transfer

2.4.1 Transfer bagi Hasil ke-Kab/Kota/Desa

2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak 10.110.000.000,00

10.000.000.000,00

2.4.1.2 Bagi Hasil Retribusi 1.000.000.000,00

7.500.000.000,00

2.4.1.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

0,00

0,00

Surplus/Defisit

3 Pembiayaan

3.1 Penerimaan Daerah

3.1.1 Penggunaan Sisa Lebih Perhit. Anggaran (SILPA)

15.532.959.000,00

15.532.959.000,00

3.1.2 Pencairan Dana Cadangan

5.000.000.000,00

2.500.000.000,00

3.1.3 Hasil kekayaan daerah yang dipisahkan

0,00

0,00

3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah

0,00

0,00

3.1.5 Penaerimaan Kemballi 0,00

0,00

Page 37: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

30

NO.

URUT

URAIAN

ANGGARAN SETELAH

PERUBAHAN Rp.

REALISASI Rp.

Pemberian Pinjaman daerah

3.1.6 Penerimaan Piutang Daerah

0,00

0,00

Jumlah

3.2 Pengeluaran Daerah

3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan

10.000.000.000,00

7.500.000.000,00

3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah daerah

25.000.000.000,00

25.000.000.000,00

3.2.3 Pembayaran Pokok Utang

0,00

0,00

3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah

0,00

0,00

Jumlah

Pembiayaan Neto

SISA LEBIH PEMBIAYAAN

ANGGARAN (SILPA)

Pengguna Anggaran / Pengguna barang

(tanda tangan)

Nama Lengkap

NIP. ......................

b. Studi kasus Alternatif Kedua

Cobalah berkerja secara kelompok untuk menyusun Neraca SKPD dengan mengambil data dari salah satu peserta daerah tahun anggaran sebelumnya.

E. Rangkuman

Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, setiap kantor/instansi/badan termasuk satuan kerja kerja perangkat daerah (SKPD) dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang mencakup: (i) Laporan Realisasi Anggaran; (ii) Neraca Keuangan Daerah; (iii) Laporan Arus Kas; dan (iv) Catatan atas Laporan Keuangan.

Page 38: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

31

Laporan keuangan tersebut harus disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan, dan sebelum dilaporkan masyarakat melalui DPRD, laporan keuangan harus diperiksa terlebih dahulu oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dalam lingkungan SKPD disusun dan disajikan sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar akuntansi pemerintahan.

Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD) dalam struktur organisasi pemerintahan kabupaten/kota mempunyai kewajiban untuk menyiapkan Laporan Keuangan Daerah. Kepala SKPKD sebagai Pejabat yang ditunjuk oleh kepala daerah wajib menyusun dan melaporkan Arus Kas secara periodik kepada Bupati/Walikota di lingkungan pemerintahan kabupaten/kota setempat.

Page 39: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

32

BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah disempurnakan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, merupakan pedoman pokok penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menyangkut antara lain tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

Setelah berlakunya Undang-Undang No.32/2004, tatacara tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD diatur antara lain dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang dijabarkan lebih rinci dalam PERMENDAGRI Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Instansi Pemerintah dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada DPRD dan Informasi Laporan Penyelanggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Masyarakat. Dengan mempedomani peraturan perundang-undangan tersebut, pemerintah daerah setempat menyusun mekanisme dan prosedur pertangungjawaban pelaksanaan APBD yang ditetapkan dengan Peraturan/Keputusan Kepala Daerah yang bersangkutan.

Secara garis besar mekanisme dan prosedur pertanggungjawaban pelaksanaan APBD mencakup:

A. Laporan Realisasi Semester Pertama Anggaran Pendapatan dan Belanja; B. Laporan Tahunan; C. Penetapan Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD; dan D. Evaluasi Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD dan

Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD.

A. Laporan Realisasi Semester Pertama APBD

Berbeda halnya dengan ketentuan tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang terdapat dalam Kepmendagri No.29/2002 dan PP N0.58/20058, Dalam Pasal 290 sampai dengan Pasal 293 PERMENDAGRI No.13/2006 diberikan secara lebih rinci tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tersebut.

Pada tahap pertama, paling lambat 7 (tujuh) hari setelah semester pertama dari tahun anggaran berjalan tersebut berakhir, setiap pejabat Penatausahaan Keuangan

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu menguasai dan dapat menyajikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 40: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

33

Daerah SKPD wajib menyiapkan laporan realisasi semester pertama angaran pendapatan dan belanja daerah dan diserahkan kepada penguna anggaran/kepala SKPD yang bersangkutan. Selanjutnya, laporan semester pertama ini (yang disertai dengan perkiraan realisasi 6 bulan berikutnya) diteruskan oleh kepala SKPD kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Berdasarkan laporan realisasi semester pertama dari semua SKPD yang ada, PPKD segera menyusun Laporan Realisasi Semester Pertama APBD dari suatu pemerintahan kabupaten/kota yang bersangkutan. Laporan Realisasi Semester Pertama yang disertai dengan perkiraan realisasi 6 (enam) bulan berikutnya ini harus sudah selesai paling lambat pada mingu kedua bulan Juli dari tahun anggaran yang bersangkutan dan diserahkan kepada Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah.

Tahapan selanjutnya adalah penyerahan laporan realisasi semester pertama tersebut oleh Sekretaris Daerah kepada Kepala Daerah yang bersangkutan paling lambat minggu ketiga bulan Juli dari tahun anggaran berjalan yang juga harus disertai dengan perkiraan realisasi semester berikutnya. Laporan ini kemudian diserahkan kepada DPRD paling lambat minggu keempat bulan Juli untuk keperluan pembahasan.

Bagan Alir tentang Penyiapan Laporan Realisasi Semester Pertama Anggaran Pendapatan dan Belanja sampai dengan pembahasan dalam rapat paripurna DPRD adalah sebagai berikut:

Page 41: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

34

Gambar 3. Bagan Alir Laporan Realisasi Semester Pertama Anggaran

Pendapatan dan Belanja.

B. Laporan Tahunan

Laporan tahunan pelaksanaan APBD suatu pemerintahan kabupaten/kota merupakan gabungan dari isi laporan realisasi semester pertama dan semester kedua pelaksanaan angaran pendapatan dan belanja daerah dan harus disusun sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar akuntansi pemerintahan.

Sebagaimana halnya dengan proses penyiapan laporan realisasi pertama, maka laporan tahunan juga disusun sesuai dengan urut-urutan dari laporan realisas semester pertama tersebut, yaitu:

Pada tahap pertama, setiap Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah SKPD wajib menyiapkan laporan keuangan tahun anggaran berjalan sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan angaran dari SKPD yang bersangkutan dan disampaikan kepada penguna anggaran/kepala SKPD terkait.

Page 42: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

35

Laporan tahunan yang disiapkan oleh SKPD terdiri dari: 1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA); 2. Neraca; dan 3. Catatan Atas Laporan Keuangan.

Selanjutnya, laporan tahunan ini diteruskan oleh kepala SKPD kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) yang akan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tersebut. Selanjutnya PPKD menyiapkan laporan keuangan pemerintah daerah tersebut kepada kepala daerah paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Laporan Keuangan yang disusun oleh PPKD tersebut adalah: 1. Laporan Realisasi Angaran (LRA); 2. Neraca; 3. Catatan Atas Laporan Keuangan; dan ditambah dengan 4. Laporan Arus Kas.

Laporan keuangan pemerintah daerah tersebut disampaikan oleh PPKD kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah.

Selanjutnya, setelah diadakan pembahasan dengan DPRD terkait Laporan Keuangan tersebut disampaikan oleh kepala daerah kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk diadakan pemeriksaan dengan tenggang waktu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. BPK mempunyai waktu 2 (dua) bulan terhitung setelah disampaikannya laporan keuangan tahunan tersebut untuk melakukan pemeriksaan.

C. Penyiapan Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, kepala daerah perlu menyusun rancangan peraturan daerah (Raperda) tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD beserta rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran pelaksanaan APBD tersebut.

Raperda tesebut memuat laporan keuangan daerah yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan serta dilampiri dengan laporan tentang kinerja pemerintah daerah yang telah diperiksa oleh BPK dan ikhtisar laporan keuangan dari badan usaha milik daerah/perusahaan daerah. Raperda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD harus diserahkan oleh kepala daerah kepada DPRD paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tersebut dirinci secara lebih lengkap dalam Rancangan Perauran Kepala Daerah tentang Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD dan dilengkapi dengan:

Page 43: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

36

1. Ringkasan laporan realisasi anggaran; dan 2. Penjabaran tentang laporan realisasi anggaran

D. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD.

Dalam kaitannya dengan evaluasi tersebut diatas, PERMENDAGRI Nomor 13 Tahun 2006 memberikan uraian pula tentang Rancangan peraturan daerah untuk tingkat provinsi. Namun, karena bahan ajar ini ditujukan untuk pejabat Eselon II dan Eselon III dari pemerintahan kabupaten/kota, maka uraian ini dibatasi tentang evaluasi terhadap Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD ditingkat pemerintahan kabupaten/kota saja.

Raperda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD serta rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanan APBD yang telah disetujui bersama DPRD, sebelum ditetapkan maka harus disampaikan kepada gubernur dari provinsi terkait untuk dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi harus sudah disampaikan kembali kepada kepala daerah yang bersangkutan paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya raperda tersebut.

Apabila gubernur menyatakan bahwa hasil evaluasi terhadap raperda tersebut sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepala daerah yang bersangkutan dapat menetapkan raperda tersebut menjadi peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota dan menyampaikan hasil evaluasi tersebut kepada Menteri Dalam Negeri. Akan tetapi apabila hasil evaluasi dari gubernur menyatakan bahwa raperda tersebut tidak sesuai dan/atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka bupati/walikota bersama dengan DPRD terkait harus melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya hasil evaluasi tersebut.

Seandainya bupati/walikota tidak menindak lanjuti/menyempurnakan Raperda dan tetap menetapkan raperda tersebut menjadi peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota, maka gubernur berhak membatalkan perda tersebut.

Secara garis besar, Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Pelaksanaan yang dimulai dari Fungsi Akuntansi SKPKD adalah sebagai berikut:

1. KDH (Bupati/Walikota) menyerahkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah disertai dengan Laporan Keuangan Perusahaan Daerah beserta Surat Pernyataan KDH tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

(periksa bagan alir Laporan Keuangan yang terdapat pada Bab III dari bahan ajar Modul 3 ini);

Page 44: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

37

2. BPK melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan

Laporan Keuangan Perusahaan Daerah paling lambat 2 (dua) bulan setelah diterimanya Laporan Keuangan tersebut;

3. Setelah diperiksa, BPK menyerahkan kembali Laporan Keuangan tersebut kepada Bupati/Walikota menyerahkan kembali kepada Fungsi Akuntansi SKPKD untuk disesuaikan;

4. Setelah disesuaikan, Fungsi Akuntansi menyiapkan tanggapan terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan dan menambahkan penjabaran LRA ke dalam Laporan Keuangan;

5. Akhirnya Fungsi Akuntansi menyerahkan Laporan Keuangan yang sudah dilengkapi dengan penjabaran LRA tersebut kepada Bupati/Walikota.

Dalam bentuk diagram, bagan alir Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD adalah sebagai berikut:

Page 45: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

38

Gambar 4.

Page 46: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

39

Catatan : - LRA = Laporan Realisasi Anggaran - Nrc. = Neraca - CALK = Catatan Atas Laporan Keuangan - LAK = Laporan Arus Kas

E. Latihan

1. Latihan Kuis

a. Sebutkan jenis dari laporan realisasi semester pertama yang harus dserahkan oleh oleh setiap SKPD kepada PPKD!

b. Tambahan jenis laporan apakah yang harus disiapkan oleh PPKD sebelum diserahkan kepada bupati/walikota?

c. Mengapa penyerahan laporan keuangan dari PPKD harus melalui Sekretaris Daerah?

d. Apa sebabnya bupati/walikota harus menyampaikan raperda pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada Gubernur terkait?

e. Apa akibatnya apabila gubernur menolak Raperda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tersebut?

2. Latihan Praktek

Diskusikan antar kelompok yang dibentuk sewaktu pelatihan berlangsung mengenai pencatatan laporan keuangan untuk pos pendapatan dan pengeluaran dengan menggunakan basis kas, apabila proyekasi Pendapatan dan pengeluaran adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan

Jika dalam APBD pada awal tahun anggaran diproyeksikan bahwa pendapatan dari Retribusi adalah sebesar Rp 2 milyar, sedangkan pada tahun anggaran hanya tercapai Rp 1.500.000.000,-. Jumlah mana yang harus dicatat dan apa sebabnya?

b. Pengeluaran

Jika dalam APBD pada awal tahun anggaran direncanakan bahwa penngeluaran untuk perbaikan jalan/jembatan adalah sebesar Rp 25 milyar, sedangkan pada tahun anggaran hanya tercapai Rp 12.500.000.000,-. Jumlah mana yang harus dicatat dan apa sebabnya?

F. Rangkuman

Sejak dilaksanakannya otonomi daerah pada awal tahun 2000, sampai saat ini pemerintah masih selalu memperbaiki dan menyempurnakan peraturan perundang-

Page 47: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

40

undangan yang mengatur baik mengenai pemerintahan derah itu sendiri maupun peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan keuangan daerah. Kecuali Kepmendagri No.29/2002, dua produk peraturan perundang-undangan yang saat ini digunakan sebagai pedoman pengelolaan keuangan daerah adalah PP No.58/2005 dan PERMENDAGRI No.13/2006.

Secara garis besar prosedur pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dilakukan melalui mekanisme pelaporan yang maencakup Laporan Semester Pertama Pelaksanaan APBD dan Lampiran Tahunan yang terdiri dari:

1. Laporan Realisasi Semester Pertama Anggaran Pendapatan dan Belanja; 2. Laporan Tahunan; 3. Penetapan Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD; dan 4. Evaluasi Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD dan

Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD.

Laporan realisasi semester pertama APBD yang disertai dengan perkiraan realisasi semester berikutnya disiapkan oleh setiap pejabat penatausahaan keuangan SKPD dan disampaikan kepada kepala SKPD yang bersangkutan untuk diteruskan kepada PPKD. Selanjutnya melalui Sekretaris daerah (selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah), laporan ini disampaikan kepada kepala daerah untuk akhirnya dilakukan pembahasan bersama DPRD.

Laporan tahunan merupakan penggabungan dari laporan semester pertama dan laporan semester kedua yang disiapkan oleh setiap SKPD kepada PPKD dan digunakan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan tahunan tersebut terdiri dari: (i) laporan realisasi anggaran; (ii) neraca; (iii) laporan arus kas; dan (iv) catatan atas laporan keuangan. Tahap akhir dari proses pertanggungjawaban pelaksanaan APBD adalah menyerahkan laporan tahunan tersebut kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

Setelah mendapat persetujuan dari BPK kepala daerah menyusun Raperda tentang pertanggungjawaban APBD dan mengirimkan kepada DPRD untuk proses pembahasan. Selanjutnya kepala daerah menyampaikan raperda tesebut kepada gubernur yang bersangkutan untuk dievaluasi apakah sudah sesuai dengan kepentingan umum dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Persetujuan gubernur tentang evaluasi raperda merupakan faktor penentu bagi bupati/walikota untuk menetapkan Raperda tersebut menjadi Perda.

Page 48: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Keputusan Menteri Keuangan R.I. Nomor 337/KMK.01/2004 tentang Sistem Akuntansi Laporan Keuangan Pusat.

Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggung- jawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat.

Program Diklat Departemen Keuangan Tahun 2006, Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen Keuangan.

Pedoman Umum Penyelengaraan Pendidikan dan Pelatihan Tahun 2006, Lembaga Administrasi Negara (L.A.N).

Good Governance (Administrasi dan Pelaporan Keuangan) . Kampanye bersama APEKSI, APKASI, ADEKSI dsan ADKASI, prakarsa Depdagri dan UNDP 2006

Website Internet: www.depdagri.go.id.

Website Internet: www.depkeu.go.id.

Page 49: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 1

LAMPIRAN-LAMPIRAN :

Lampiran 1

Lampiran : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI Nomor : 13 Tahun 2006 Tanggal : 15 Mei 2006

FORMAT KEBIJAKAN AKUNTANSI Provinsi/Kabupaten/Kota : ..................................

KEBIJAKAN AKUNTANSI

I. PENDAHULUAN Tujuan

1. Tujuan Kebijakan Akuntansi adalah mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah untuk tujuan umum dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran dan antar periode.

Ruang Lingkup

2. Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan akuntansi ini mengatur seluruh pertimbangan dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah yang meliputi:

a. Peranan dan tujuan dan jenis pelaporan keuangan b. Entitas pelaporan keuangan c. Dasar hukum pelaporan keuangan d. Asumsi dasar e. Karakteristik kualitatif laporan keuangan f. Kendala informasi yang relevan dan handal g. Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan h. Pengakuan unsur laporan keuangan i. Pengukuran unsur laporan keuangan; dan j. Pengungkapan laporan keuangan.

II. PERANAN DAN TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN

Peranan Laporan Keuangan 3. Laporan Keuangan pemerintah daerah disusun untuk menyediakan

informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah selama satu periode pelaporan.

Laporan keuangan pemerintah daerah terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai efektifitas dan efisiensi, dan membantu ketaatannya terhadap Peraturan

Page 50: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 2

Perundang-undangan.

4. Pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya- upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistimatis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:

a. Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada pemerintah daerah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik

b. Manajemen Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu pemerintahan daerah dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah daerah untuk kepentingan masyarakat

c. Transparansi Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada Peraturan Perundang-undangan.

d. Keseimbangan Antar-generasi (intergenerational equity) Membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah penerimaan pemerintah daerah pada periode laporan cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

Tujuan Pelaporan Keuangan

5. Pelaporan keuangan pemerintah daerah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan manfaat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan: a. Menyediakan informasi mengenai apakah penerimaan periode

berjalan cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran. b. Menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh

sumber daya ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan Peraturan Perundang-undangan.

c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah serta hasil-

Page 51: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 3

hasil yang telah dicapai. d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana pemerintah daerah

mendanai seluruh kegiatan dan mencukupi kebutuhan kasnya. e. Manyediakan informasi mengenai posisi keuangan den kondisi

pemerintah daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.

f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan pemerintah daerah, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

6. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan pemerintah daerah menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana dan arus kas pemerintah daerah.

Jenis Pelaporan Keuangan

7. Laporan keuangan pemerintah daerah yang pokok terdiri dari: a. Laporan Realisasi Anggaran b. Neraca c. Laporan Arus Kas d. Catatan Atas Laporan Keuangan

8. Laporan realisasi anggaran pemerintah daerah merupakan laporan yang menjanjikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara realisasi dan anggarannya dalam satu periode pelaporan.

9. Neraca pemerintah daerah merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.

10. Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, dan perubahan kas selama satu periode akuntansi serta saldo kas pada tanggal pelaporan.

11. Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan penjelasan negatif, analisis atau daftar terinci atas nilai suatu pos yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas.

12. Selain laporan pokok tersebut, pemerintah daerah diperkenankan menyajikan laporan pendukung yang terdiri dari: Laporan Kinerja Keuangan Daerah dan Laporan Perubahan Ekuitas Dana.

Page 52: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 4

III. ENTITAS PELAPORAN

13. Entitas pelaporan adalah unit pemerintah daerah yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan Peraturan Perundang-undangan wajib menyampaikan laporan keuangan. Entitas pelaporan adalah pemerintah daerah atau satuan organisasi di lingkungan pemerintah daerah atau organisasi lainnya jika menurut Peraturan Perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

IV. DASAR HUKUM PELAPORAN KEUANGAN

14. Pelaporan keuangan pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur keuangan daerah, antara lain: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,

khususnya bagian yang mengatur keuangan Negara. b. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara. c. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tantang Perbendaharaan

Negara. d. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara. e. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. f. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tantang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. g. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tantang Standar

Akuntansi Pemerintahan. h. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan keuangan daerah. i. Peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan

daerah; dan j. Peraturan kepala daerah tentang sistem dan prosedur pengelolaan

keuangan daerah.

V. ASUMSI DASAR

15. Asumsi dasar dalam laporan keuangan pemerintah daerah adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar kebijakan dapat diterapkan, yang terdiri dari: a. Asumsi kemandirian entitas. b. Asumsi kesinambungan entitas; dan c. Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetery

measurement).

Page 53: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 5

Kemandirian Entitas

16. Asumsi kemandirian entitas yang berarti bahwa unit pemerintahan daerah sebagai entitas pelapor dan entitas akuntansi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit pemerintahan dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung awab atas pengelolaan aset dan sumber daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat pembuatan keputusan entitas, serta terlaksana tidaknya program dan kegiatan yang telah ditetapkan.

Kesinambungan Entitas

17. Laporan keuangan pemerintah daerah disusun dengan asumsi bahwa pemerintah daerah akan berlanjut keberadaanya dan tidak bermaksud untuk melakukan likuidasi.

Keterukuran Dalam Satuan Uang

18. Laporan keuangan pemerintah daerah harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.

VI. KAREKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN

19. Karakteristik kualitatif laporan keuangan dalam ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan persyaratan normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah daerah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki. a. Relevan b. Andal c. Dapat dibandingkan d. Dapat dipahami.

Relevan

20. Laporan keuangan pemerintah daerah dikatakan relevan apabila informasi yang termuat didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan dengan membantunya mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan dan menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna laporan di masa lalu.

Page 54: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 6

Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan adalah yang dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi yang relevan harus: a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), artinya bahwa

laporan keuangan pemerintah daerah harus memuat informasi yang memungkinkan pengguna laporan untuk menegaskan atau mengkoreksi ekspektasinya di masa lalu.

b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value), artinya bahwa laporan keuangan harus memuat informasi yang dapat membantu pengguna laporan untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

c. Tepat waktu, artinya bahwa laporan keuangan pemerintah daerah harus disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna untuk pembuatan keputusan pengguna laporan.

d. Lengkap, artinya bahwa penyajian laporan keuangan pemerintah daerah harus memuat informasi yang selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pembuatan keputusan pengguna laporan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan harus diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

21. Informasi dalam laporan keuangan pemerintah daerah harus bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap kenyataan secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi akuntansi yang relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka pengguna informasi tersebur secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal harus memenuhi karakteristik: a. Penyajian jujur, artinya bahwa laporan keuangan pemerintah

daerah harus memuat informasi yang menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

b. Dapat diverifikasi (verifiability), artinya bahwa laporan keuangan daerah harus memuat informasi yang dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya harus tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.

c. Netralitas, artinya bahwa laporan keuangan pemerintah daerah harus memuat informasi yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan umum dan tidak bisa pada kebutuhan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan pihak tertentu, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain.

Page 55: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 7

Dapat Dibandingkan

22. Informasi yang termuat dalam laporan keuangan pemerintah daerah akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan pemerintah daerah lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila pemerintah daerah menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun-ketahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila pemerintah daerah yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila pemerintah daerah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik dari pada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan kebijakan akuntansi harus diungkapkan pada periode terjadinya perubahan tersebut.

Dapat Dipahami

23. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh pengguna laporan dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman pada pengguna laporan. Untuk itu, pengguna laporan diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi pemerintah daerah, serta adanya kemauan pengguna laporan untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

VII. PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN

24. Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang harus dipahami dan ditaati oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah daerah dalam melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan. Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah daerah: a. Basis akuntansi. b. Prinsip nilai perolehan c. Prinsip realisasi d. Prinsip periodisitas e. Prinsip konsistensi f. Prinsip pengungkapan lengkap g. Prinsip penyajian wajar.

Basis Akuntansi

25. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah daerah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan basis akrual untuk pengakuan aset-aset, kewajiban, dan ekuitas dana

Page 56: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 8

dalam Neraca.

26. Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran mempunyai arti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima oleh kas daerah, serta belanja dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari kas daerah. Pemerintah daerah tidak menggunakan istilah laba, melainkan menggunakan istilah sisa perhitungan anggaran (sisa lebih/kurang) untuk setiap tahun anggaran. Sisa perhitungan anggaran tergantung pada selisih realisasi penerimaan pendapatan dan pembiayaan dengan pengeluaran belanja dan pembiayaan.

27. Basis aktual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian/kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah daerah, jadi bukan pada saat kas diterima atau dibayar oleh kas daerah.

28. Pemerintah daerah dapat juga menggunakan basis kas untuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang berjalan

Prinsip Nilai Perolehan (Historical Cost Principle)

29. Aset dicatat sebesar jumlah kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Utang dicatat sebesar jumlah kas yang diharapkan akan dibayar untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah daerah.

30. Penggunaan nilai perolehan lebih dapat diandalkan dari nilai yang lain karena nilai perolehan lebih obyektif dan dapat diverifikasi.

Prinsip Realisasi (Realization Principle)

31. Ketersediaan pendapatan daerah yang telah diotorisasikan melalui APBD selama suatu tahun berjalan akan digunakan untuk membiayai belanja daerah dalam periode tahun anggaran dimaksud.

32. Pinsip “layak temu biaya-pendapatan” (matching cost against revenue principle) tidak ditekankan dalam akuntansi pemerintahan daerah sebagaimana dipraktikkan dalam akuntansi sektor swasta.

Prinsip Substansi Mengungguli Formalitas (Substance Over Form Principle)

33. Informasi akuntansi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur

Page 57: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 9

transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan. Oleh karena itu peristiwa lain tersebut harus dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, bukan hanya mengikuti aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten atau berbeda dengan aspek formalitasnya. Dengan demikian hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Prinsip Periodisitas (Periodicity Principle)

34. Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah daerah perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja pemerintah daerah dapat diukur dan posisi sumberdaya yang dimilikinya dapat ditentukan.

35. Periode utama untuk pelaporan keuangan yang digunakan adalah periode tahunan. Namun demikian periode per-semester juga diperkenankan.

Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)

36. Perlakuan akuntansi yang sama harus diterapkan pada kegiatan yang serupa dari periode ke periode oleh pemerintah daerah (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain.

37. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan harus menunjukkan hasil yang lebih baik dari metode yang lama. Pengaruh dan pertimbangan atas perubahan penerapan metode ini harus diungkapkan dalam laporan keuangan.

Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure Principle)

38. Laporan keuangan pemerintah daerah harus menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan dapat ditempatkan pada lembar muka dari laporan keuangan tersebut atau catatan atas laporan keuangan.

Prinsip Penyajian Wajar (Fair Presentation Principle)

39. Laporan keuangan pemerintah daerah harus menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

40. Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan pemerintah daerah diperlukan ketika menghadapi ketidak-pastian

Page 58: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 10

peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidak-pastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Pertimbangan sehat mengandung arti adanya kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidak-pastian sehingga aset atau pendapatan tidak terlalu tinggi dan belanja tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperbolehkan hal-hal tertentu, misalnya: (i) pembentukan dana cadangan tersembunyi; (ii) sengaja menetapkan aset atau pendapatan yang terlalu rendah atau; (iii) sengaja mencatat kewajiban dan belanja yang terlalu tingi, sehingga laporan keuangan tidak netral dan tidak handal.

VIII. DEFINISI UNSUR LAPORAN KEUANGAN

Laporan Realisai Anggaran (LRA)

41. Unsur yang dicakup dalam laporan realisasi anggaran terdiri dari pendapatan, belanja dan pembiayaan. Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut: a. Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah yang

menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali;

b. Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah;

c. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.

Neraca

42. Unsur yang dicakup dalam neraca terdiri atas aset, kewajiban dan ekuitas dana yang masing-masing unsurnya didefinisikan sebagai berikut: a. Aset adalah sumberdaya ekonomi yang dikuasai dan/atau

dimiliki oleh pemerintah daerah sebagai akibat oleh peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang;

b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumberdaya ekonomi pemerintah daerah;

Page 59: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 11

c. Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban.

Laporan Arus Kas

43. Unsur uang dicakup dalam laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke kas daerah, sedangkan pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari kas daerah.

Catatan Atas Laporan Keuangan

44. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut: a. menyajikan informasi tentang ekonomi makro, kebijakan fiskal/

keuangan dan pencapaian target dari Peraturan Daerah APBD berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.

b. menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan. c. menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan

keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.

d. menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka Laporan Keuangan.

Page 60: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 12

Lampiran 2.

BUKU JURNAL PENERIMAAN KAS

Petikan dari :Lampiran PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 13 Tahun 2006 TANGGAL : 15 Mei 2006

BUKU JURNAL PENERIMAAN KAS PROVINSI/KABUPATEN/KOTA : .............. BUKU JURNAL PENERIMAAN KAS

N o m o r

Tanggal STS/Nota Kredit

Bukti Lain

Kode Rekenin

g

Uraian Ref. Jumlah

(Rp) Akumula

si (Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8

JUMLAH

........... ..............

....................... (nama kota), ................(tanggal) Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

( N a m a l e n g k a p) NIP. …........................

Cara Pengisian

1. Kolom 1 diisi dengan tanggal transaksi penerimaan kas. 2. Kolom 2 diisi dengan nomor STS atau Nota Kredit. 3. Kolom 3 diisi dengan nomor dari bukti lain yang sah. 4. Kolom 4 diisi dengan nomor rekening pendapatan/pembiayaan atau rekening

lainnya. 5. Kolom 5 diisi dengan uraian nama rekening tersebut pada butir (4). 6. Kolom 6 diisi dengan tanda checklist disesuaikan dengan nomor dokumen

sumber. 7. Kolom 7 diisi dengan jumlah penerimaan kas.

Page 61: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 13

8. Kolom 8 diisi dengan jumlah akumulasi penerimaan kas. Lampiran 3

Format BUKU BESAR

Petikan dari : Lampiran PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 13 Tahun 2006 TANGGAL : 15 Mei 2006

BUKU BESAR PROVINSI/KABUPATEN/KOTA : .............. BUKU BESAR

SKPD *) : ...................................... Nama Rekening **) : ...................................... Kode Rekening ***) : ...................................... Pagu APBD ****) : ...................................... Pagu Perubahan APBD *****): ......................................

Tanggal U r a i a n Ref. Debet

(Rp) Kredit (Rp)

S a l d o (Rp)

1 2 3 4 5 6

JUMLAH ................ ..................

..................

....................... (nama kota), ................ Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

( N a m a l e n g k a p ) NIP. ........................

Cara Pengisian

1. *) diisi dengan nama SKPD terkait 2. **) diisi dengan uraian nama rekening yang terdapat di buku besar. 3. ***) diisi dengan kode rekening buku besar. 4. ****) diisi dengan pagu (jumlah rupiah) yang tercantum dalam APBD.

5. *****) diisi dengan perubahan pagu APBD selama tahun anggaran berjalan.

Page 62: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 14

6. Kolom 1 diisi dengan transaksi penerimaan/pengeluaran kas transaksi selain kas yang didasarkan pada nota debet/kredit atau rekening Koran dari Bank.

7. Kolom 2 diisi dengan uraian transaksi yang terkait dengan aset, ekuitas dana, pendapatan, belanja, atau pembiayaan.

8. Kolom 3 diisi dengan tick-mark (kode tertentu) suatu transaksi telah di cross-check dengan buku jurnal dan buku besar pembantu.

9. Kolom 4 diisi dengan jumlah rupiah sisi debet. 10. Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah sisi kredit 11. Kolom 6 diisi dengan selisih perhitungan antara kolom (4) dan kolom (5).

Page 63: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 15

Lampiran 4

Petikan dari : Lampiran PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 13 Tahun 2006 TANGGAL : 15 Mei 2006

BUKU BESAR PEMBANTU PROVINSI/KABUPATEN/KOTA : ............... BUKU BESAR PEMBANTU

SKPD *) : Nama Rekening **) : (rincian obyek) Kode Rekening ***) : (rincian obyek) Pagu APBD ****) : Rp ......./.......... Pagu Perubahan APBD *****) : Rp ..................

No.

Tanggal

Nomor

Bukti Uraian Ref. Debet (Rp)

Kredit (Rp)

Saldo (Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8

J U M L A H

..................... (nama kota), ................ Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

( N a m a L e n g k a p ) NIP. …….......................

Cara Pengisian

1. *) diisi dengan nama SKPD terkait 2. **) diisi dengan uraian nama rekening yang terdapat di buku besar. 3. ***) diisi dengan kode rekening buku besar. 4. ****) diisi dengan pagu (jumlah rupiah) yang tercantum dalam APBD. 5. *****) diisi dengan perubahan pagu APBD selama tahun anggaran berjalan. 6. Kolom 1 diisi dengan nomor urut bukti transaksi penerimaan/ pengeluaran kas. 7. Kolom 2 diisi dengan transaksi penerimaan/pengeluaran kas transaksi selain kas

yang didasarka pada nota debet/kredit atau rekening koran dari Bank. 8. Kolom 3 diisi nomor bukti transaksi lain, misalnya nomor STS, SP2D atau

yang lain.

Page 64: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 16

9. Kolom 4 diisi uraian transaksi yang terkait dengan aset, ekuitas dana, pendapatan, belanja, atau pembiayaan (rincian obyek).

10. Kolom 5 diisi dengan tick-mark (kode tertentu) suatu transaksi telah di cross-check dengan buku besar.

11. Kolom 6 dan 7 diisi dengan jumlah rupiah Debet atau Kredit. 12. Kolom 8 diisi dengan selisih perhitungan antara kolom (6) dan kolom (7).

Page 65: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 17

Lampiran 5.

Format Laporan Penerimaan Kas pada SKPKD

Petikan dari : Lampiran PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI Nomor : 13 Tahun 2006 Tanggal : 15 Mei 2006

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA : ....................... LAPORAN PENERIMAAN KAS PADA SKPKD

SKPKD : .................................................. Pengguna Anggaran : .................................................. Bendahara Penerimaan : .................................................

Nomor Urut

Kode Rekening

U r ai a n Penerimaan

(Pemungutan) (Rp)

Pengeluaran (Penyetoran)

(Rp)

S a l d o (Rp)

1 2 3 4 5 6

JUMLAH ................... ..................... .................

.

...................... (nama kota), ................... Bendahara Penerimaan

( Nama lengkap ) NIP. ..............

Cara Pengisian:

1. Kolom 1 diiisi Nomor Urut Penerimaan/Pemungutan/Pengeluaran/ Penyetoran Kas.

2. Kolom 2 diisi dengan Nomor Kode Rekening. 3. Kolom 3 diisi dengan Uraian Nama Rekening. 4. Kolom 4 diisi dengan Jumlah Rupiah Penerimaan Kas. 5. Kolom 5 diisi dengan Jumlah Rupiah Pengeluaran Kas. 6. Kolom 6 diisi Jumlah Saldo Kas (Saldo Awal + Penerimaan – Pengeluaran

Kas).

Page 66: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 18

Lampiran 6 :

Format Laporan Pengeluaran Kas pada SKPKD

Petikan dari : Lampiran PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI Nomor : 13 Tahun 2006 Tanggal : 15 Mei 2006

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA : ....................... LAPORAN PENGELUARAN KAS PADA SKPKD

SKPKD : .......................................................... Pengguna Anggaran : .......................................................... Bendahara Pengeluaran : ..........................................................

Nomor Urut

Kode Rekening

Uraian Penerimaan

(Rp)

Pengeluaran

(Rp)

Saldo (Rp)

1 2 3 4 5 6

JUMLAH ................... ...................

...................

...................... (nama kota), ................... Bendahara Penerimaan

( Nama lengkap ) NIP....................

Cara Pengisian:

1) Kolom 1 diiisi Nomor Urut Penerimaan atau Pengeluaran Kas. 2) Kolom 2 diisi dengan Nomor Kode Rekening. 3) Kolom 3 diisi dengan Uraian Nama Rekening. 4) Kolom 4 diisi dengan Jumlah Rupiah Penerimaan Kas. 5) Kolom 5 diisi dengan Jumlah Rupiah Pengeluaran Kas. 6) Kolom 6 diisi Jumlah Saldo Kas (Saldo Awal + Penerimaan – Pengeluaran

Kas).

Page 67: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 19

Lampiran 7 : Format Laporan RealisasiAnggaran pada SKPD.

Petikan dari : Lampiran E.XI PERMENDAGRI Nomor 13 Tahun 2006 Tentang : Format Laporan Realisasi Anggaran pada SKPD

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *) ...............................................................

LAPORAN REALISASI ANGGARAN SKPD : .................................................... TAHUN ANGGARAN ...........................

Nomor Urut Uraian

Anggaran Setelah

Perubahan

Realisasi Lebih/

(Kurang)

(1) (2) (3) (4) (5)

1

1.1. 1.1.1 1.1.2 1.1.3

1.1.4

1.2. 1.2.1 1.2.1.1 1.2.1.2 1.2.1.3 1.2.1.4

1.2.2 1.2.2.1 1.2.2.2

1.2.3. 1.2.3.1 1.2.3.2.

1.3. 1.3.1 1.3.2 1.3.3

PENDAPATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapata Asli Daerah yang Sah PENDAPATAN TRANSFER Transfer Pemerintah Pusat- Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus

Transfer Pemerintah – Lainnya Dana Otonomi Khusus Dana Penyesuaian

Transfer Pemerintah Propinsi **) Pendapatan Bagi Hasil Pendapatan Bagi Hasil Lainnya LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Lainnya

Jumlah

Page 68: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 20

2.

2.1. 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.1.5 2.1.6 2.1.7

2.2 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4 2.2.5 2.2.6

2.3. 2.3.1

BELANJA

BELANJA OPERASI Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan

BELANJA MODAL Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Gedung dan Bangunan Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Aset Lainnya

BELANJA TIDAK TERDUGA Belanja Tidak terduga

Jumlah

2.4

2.4.1

2.4.1.1 2.4.1.2 2.4.1.3

T R A N S F E R

TRANSFER BAGI HASIL KE KAB/KOTA/ DESA Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Retribusi Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

S u r p l u s / ( D e f i s i t )

3.

3.1. 3.1.1. 3.1.2. 3.1.3. 3.1.4. 3.1.5. 3.1.6.

PEMBIAYAAAN

PENERIMAAN DAERAH Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Penerimaan Piutang Daerah

Jumlah

Page 69: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 21

3.2.

3.2.1. 3.2.2. 3.2.3 3.2.4

PENGELURAN DAERAH

Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah

Jumlah

Pembiayaan Neto

3.3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

*) Coret yang tidak perlu

.......................... , tanggal ....................

Pengguna Anggaran/Pengguna Barang

(tanda tangan)

N a m a L e n g k a p

NIP ............................

**) Catatan : 1. Untuk Pemerintah Kabupaten/Kota 2. Untuk Propinsi Bagi Hasil ke kabupaten/kota 3. Untuk Kabupaten/Kota Bagi Hasil ke Desa.

Page 70: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 22

Lampiran 8 : Format NERACA SKPD

Petikan dari : Lampiran PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI Nomor : 13 Tahun 2006 Tanggal : 15 Mei 2006

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA : ................... NERACA SKPD : Tahun Anggaran : .............................................

J u m l a h Kenaikan/Penurunan

U R A I A N Tahun (n) Tahun (n-1) Jumlah %

A S E T

Aset Lancar : K a s : - Kas di Bendahara

Penerimaan - Kas di Bendahara

Pengeluaran P i u t a n g : - Piutang Retribusi - Piutang Lain-lain Persediaan

Jumlah

Aset Tetap : Tanah : - Tanah Peralatan dan Mesin : - Alat-Alat Berat - Alat Angkutan - Alat Bengkel - Alat Pertanian dan

Peternakan - Alat Kantor dan Rumah

Tangga - Alat Studio dan Alat

Komunikasi - Alat Ukur - Alat Kedokteran - Alat Laboratorium - Alat Keamanan

Page 71: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 23

J u m l a h Kenaikan/Penurunan

U R A I A N

Tahun (n) Tahun (n-1) Jumlah %

Gedung dan Bangunan : - Bangunan Gedung - Bangunan Monumen Jalan, Irigasi, dan Jaringan - Jalan dan Jembatan - Bangunan Air (Irigasi) - Instalasi - Jaringan Aset Tetap Lainnya : - Buku dan Perpustakaan - Barang Bercorak

Kesenian/Kebudayaan - Hewan, Ternak dan

Tumbuhan

Konstruksi dalam Pengerjaan

- Konstruksi dalam Pengerjaan

Akumulasi Penyusutan Aset Tetap : - Akumulasi Penyusutan Aset

Tetap

Aset Lainnya : - Tagihan Penjualan Angsuran - Tagihan Tuntutan Ganti

Kerugian Daerah - Kemitraan dengan Pihak Ketiga - Aset Tak Berwujud - Aset Lain-lain

Jumlah

JUMLAH ASET

KEWAJIBAN

Kewajiban Jangka Pendek : - Utang Perhitungan Pihak

Ketiga - Uang Muka dari Kas Daerah - Pendapatan Diterima

Page 72: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 24

J u m l a h Kenaikan/Penurunan

U R A I A N

Tahun (n) Tahun (n-1) Jumlah % Dimuka/ Ditangguhkan

- Utang Jangka Pendek Lainnya

Jumlah

EKUITAS DANA

Ukuitas Dana Lancar : - Cadangan Piutang - Cadangan Persediaan - Uang Muka dari Kas Daerah Jumlah Ukuitas Dana Investasi: - Diinvestasikan dalam Aset Tetap - Diinvestasikan dalam Aset

Lainnya

Jumlah

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA

................ (nama kota), ............... Pengguna Anggaran / Pengguna Barang

(Tanda tangan)

( N a m a L e n g k a p ) NIP. ........................

Page 73: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 25

Lampiran 9 : Format CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN SKPD

Petikan dari : Lampiran E.XII PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI Nomor : 13 Tahun 2006

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA : ..................... CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN S K P D : ............................................

Pendahuluan Bab I Pendahuluan

1.1 Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Keuangan SKPD

1.2 Landasan hukum penyusunan Laporan Keuangan SKPD

1.3 Sistematika penulisan Catatan Atas Laporan Keuangan Bab II Ekonomi Makro Kebijakan Keuangan, dan Pencapaian Target

Kinerja APBD/SKPD

2.1 Ekonomi Makro

2.2 Kebijakan Keuangan

2.3 Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan SKPD:

3.1 Ikhtisar Realisasi pencapaian target kinerja Keuangan SKPD

3.2 Hambatan dan Kendala dalam pencapaian target yang telah ditetapkan

Bab IV Kebijakan Akuntansi:

4.1 Entitas Akuntansi/ Entitas Pelaporan Keuangan Daerah pada SKPD

4.2 Basis Akuntansi Yang Mandasari penyusunan Laporan Keuangan SKPD

4.3 Basis Pengukuran yang mendasari penyusunan Laporan Keuangan SKPD

4.4 Penerapan Kebijakan Akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam Standar Akuntansi Pemerintahan pada SKPD

Bab V Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan pada SKPD

5.1 Rincian dan penjelasan masing-masing pos Pelaporan Keuangan Daerah pada SKPD

5.1.1 Pendapatan 5.1.2 Belanja 5.1.3 Pembiayaan (Khusus untuk SKPD 5.1.4 Aset 5.1.5 Kewajiban 5.1.6 Ekuitas Dana

5.2 Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja/rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas untuk entitas akuntansi/pelaporan yang

Page 74: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 26

menggunakan basis akrual pada SKPD Bab VI Penjelasan Atas Informasi-Informasi Non-Keuangan SKPD Bab VII P e n u t u p

PENJELASAN: atas Catatan Atas Laporan Keuangan

Bab I Pendahuluan

A. Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Keuangan SKPD Memuat penjelasan tentang maksud dan tujuan penyusunan laporan Keuangan SKPD.

B. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan SKPD. Memuat penjelasan mengenai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku sebagai landasan hukum penyusunan laporan keuangan SKPD.

C. Sistematika penulisan Catatan Atas Laporan Keuangan SKPD Memuat penjelasan mengenai sistematika isi Catatan Atas Laporan Keuangan SKPD.

Bab II Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan, dan Pencapaian Target Kinerja APBD pada SKPD

A. Ekonomi Makro Memuat penjelasan mengenai asumsi makro ekonomi yang mendasari penyusunan Laporan Keuangan SKPD. Informasi yang disajikan memuat tentang posisi dan kondisi makro ekonomi periode berjalan dibandingkan dengan periode sebelumnya, dan juga dibandingkan dengan anggaran pertama kali dan penjelasan-penjelasan atas perubahan anggaran yang dilakukan SKPD selama tahun berjalan.

B. Kebijakan Keuangan Memuat penjelasan mengenai kebijakan keuangan dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Daerah pada SKPD. Informasi yang disajikan memuat tentang posisi keuangan periode berjalan dibandingkan dengan periode sebelumnya, dan juga dibandingkan dengan anggaran sehubungan realisasi anggaran pada SKPD.

C. Indikator pencapaian target kinerja APBD pada SKPD Memuat penjelasan mengenai indikator pencapaian target kinerja APBD pada SKPD, berupa indikator program dan kegiatan SKPD yang dilaksanakan pada tahun pelaporan. Indikator pencapaian target kinerja menyajikan informasi tentang pencapaian efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan yang dliaksanakan oleh SKPD.

Page 75: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 27

Bab III Ikhtisar Kencapaian Kinerja Keuangan

A. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan SKPD Memuat ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja APBD pada SKPD, berupa realisasi pencapaian efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD.

B. Hambatan dan Kendala Yang Ada dalam Pencapaian Target yang telah ditetapkan. Memuat hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan pada SKPD, baik kendala dan hambatan yang bersifat dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan (force-majeur).

Bab IV Kebijakan Akuntansi

A. Entitas Akuntansi/Entitas Pelaporan Keuangan Daerah Memuat informasi tentang entitas akuntansi dan/atau entitas pelaporan akuntansi daerah pada SKPD.

B. Basis Akuntansi yang mendasari penyusunan Laporan Keuangan SKPD Memuat informasi tentang basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan daerah pada SKPD.

C. Basis Pengukuran yang mendasari penyusunan Laporan Keuangan SKPD Memuat informasi tentang basis pengukuran atas penyusunan pos-pos laporan keuangan daerah pada SKPD.

D. Penetapan Kebijakan Akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam Standar Akuntansi Pemerintah. Memuat informasi tentang kebijakan akuntansi yang telah diterapkan dan kebijakan akuntansi yang belum diterapkan sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Standar Akuntansi Pemerintahan dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan SKPD.

Bab V Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan

A. Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan SKPD 1. Pendapatan

Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos-pos: a. Pendapatan Asli Daerah b. Dana Perimbangan (khusus untuk SKPKD) c. Lain-lain Pendapatan Yang Sah (khusus untuk SKPKD).

2. Belanja Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos-pos: a. Belanja pegawai b. Belanja barang dan jasa

Page 76: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 28

c. Belanja modal d. Belanja bunga (khusus untuk SKPD) e. Belanja subsidi (khusus untuk SKPD) f. Belanja hibah (khusus untuk SKPD) g. Belanja sosial (khusus untuk SKPD) h. Belanja bagi hasil (khusus untuk SKPD) i. Belanja tidak terduga (khusus untuk SKPD).

3. Pembiayaan (Khusus Untuk SKPD)

4. Aset Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos-pos: a. Aset Lancar b. Investasi Jangka Panjang (khusus untuk SKPD) c. Aset Tetap d. Dana Cadangan (khusus untuk SKPD) e. Aset lain-lain.

5. Kewajiban Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos-pos: a. Kewajiban Jangka Pendek b. Kewajiban Jangka Panjang (khusus untuk SKPD).

6. Ekuitas Dana Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan pos-pos: a. Ekuitas Dana Lancar b. Ekuitas Dana Investasi (khusus untuk SKPD) c. Ekuitas Dana Cadangan (khusus untuk SKPD).

B. Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan yang mengunakan basis akrual.

Memuat informasi tentang kebijakan akuntansi yang diharuskan oleh pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan. Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, Untuk entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual, rekonsiliasi ditujukan untuk menyajikan hubungan antara Laporan Kinerja Keuangan dengan Laporan Realisasi Anggaran. Laporan konsiliasi dimulai dengan penambahan atau pengurangan ekuitas yang berasal dari laporan kinerja yang disusun berdasarkan basis akrual.

BAB VI Penjelasan Atas Informasi –Informasi Non-Keuangan SKPD

Memuat informasi tentang hal-hal yang belum diinformasikan dalam bagian manapun dari Laporan Keuangan, yaitu:

Page 77: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 29

1. Domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta yurisdiksi tempat entitas tersebut berada.

2. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya. 3. Ketentuan Perundang-undangan yang menjadi kegiatan operasionalnya. 4. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan. 5. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru. 6. Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan dalam Neraca. 7. Penggabungan atau pemekaran entitas pada tahun berjalan. 8. Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang

harus ditanggung oleh pemerintah.

BAB VII Penutup

Memuat uraian penutup yang dapat berupa kesimpulan-kesimpulan penting tentang Laporan Keuangan.

Page 78: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 30

Lampiran 10 : LAPORAN ARUS KAS PADA SKPKD

Petikan dari : Lampiran E.XIX PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI Nomor : 13 Tahun 2006

KABUPATEN/KOTA : .................... LAPORAN ARUS KAS PADA SKPKD

Untuk Tahun Anggaran yang berakhir sampai dengan 31 Desember Tahun (n) dan Tahun (n-1)

U R A I A N Tahun (n) (Rp)

Tahun (n-1) (Rp)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Arus Kas Masuk :

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang Sah

Dana Bagi Hasil Pajak

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumberdaya Alam)

Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Otonomi Khusus

Dana Penyesuaian

Pendapatan Bagi Hasil Pajak

Pendapatan Bagi Hasil Lainnya

H i b a h

Dana Darurat

Pendapatan Lainnya

Jumlah

Arus Kas Keluar :

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Bunga

Belanja Subsidi

Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bantuan Keuangan

Belanja Tidak Terduga

Page 79: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 31

Belanja Bagi Hasil ke Desa

Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NON-KEUANGAN

Arus Kas Masuk :

Pendapatan Penjualan atas Tanah

Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin

Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan

Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya

Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya

Jumlah

Arus Kas Keluar :

Belanja Tanah

Belanja Peralatan dan Mesin

Belanja Gedung dan Bangunan

Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Belanja Aset Tetap Lainnya

Belanja Aset Lainnya

Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non-Keuangan

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN

Arus Kas Masuk :

Pencairan Dana Cadangan

Hasil Penjualan Aset/Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Penerimaan Pinjaman dan Obligasi

Penerimaan Kembali Pinjaman

Penerimaan Piutang Jumlah

Page 80: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

L - 32

Arus Kas Keluar :

Pembentukan Dana Cadangan

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah

Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan Obligasi

Pemberian Pinjaman

Jumlah

ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN

ARUS KAS DARI AKTIVITAS NON ANGGARAN

Arus Kas Masuk :

Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga Jumlah

Arus Kas Keluar :

Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga Jumlah

ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS NONANGGARAN

Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Selama Periode

Saldo Awal Kas di BUD/Kas Daerah

Saldo Akhir Kas di BUD/Kas daerah

Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran

Saldo akhir Kas di Bendahara Penerimaan

Saldo Akhir Kas

(coret yang tidak perlu)

...................., tanggal....... Bupati/Walikota*)....

(Tanda tangan)

(Nama lengkap)

Page 81: Modul 3 Eselon 4 - Financial Planning and Management

This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.