naskah publikasi hubungan dukungan sosial...

22
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA SMU 1 PANGKAH TEGAL Oleh : Indah Kartika Sanni H. Fuad Nashori S.psi, M.si PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2009

Upload: lyhanh

Post on 02-Jul-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA SMU 1 PANGKAH TEGAL

Oleh :

Indah Kartika Sanni

H. Fuad Nashori S.psi, M.si

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2009

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI SMU 1 PANGKAH

Telah Disetujui Pada Tanggal

Dosen Pembimbing Utama

( H. FUAD NASHORI S.Psi, M.Si, Psikolog)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI

PADA REMAJA SMU 1 PANGKAH

Indah Kartika Sanni H.Fuad Nashori S.Psi, M.si

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan resiliensi pada remaja. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan resiliensi pada remaja. Subjek pada penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Pangkah, Tegal sebanyak 150 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Dukungan Sosial yang dibuat oleh peneliti bersama dosen pembimbing dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh house (Smet,1994) dan Skala resiliensi dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatter (2002).

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi product moment dengan menggunakan fasilitas program SPSS versi 17,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi. Hasil uji hipotesis diperoleh koefisien korelasi sebesar r 0,347 dengan p = 0,000 (p < 0,01). yang artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan resiliensi. Jadi hipotesis penelitian diterima.

Kata kunci : dukungan sosial, resiliensi

PENGANTAR

Peristiwa bunuh diri yang terjadi akhir-akhir ini banyak mengundang

perhatian masyarakat Indonesia bahkan seluruh dunia. Dari anak sekolahan

sampai orang dewasa pun ada yang melakukan bunuh diri. Menurut WHO, dalam

dua tahun terakhir, terdapat 50 ribu kasus bunuh diri di Indonesia yang

disebabkan oleh alasan kemiskinan (ekonomi-nasional.com, Kamis 24 Januari

2008).

Contoh kasus, seorang ibu bunuh diri dengan cara terjun ke sumur

dengan membawa anak bungsunya yang baru berumur 3 tahun. Diduga karena

faktor kemiskinan yang terus menghimpit, yang membuat ibu tujuh anak ini

nekat melakukannya (www.antara.co.id, Kamis 24 Januari 2008).

Kasus-kasus bunuh diri tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja.

Banyak pula kasus anak remaja yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh

diri. Kasus yang terjadi pada anak remaja lebih banyak karena putus cinta,

dihamili pacar yang tidak mau bertanggung jawab, atau karena tidak lulus ujian

nasional. Bahkan ada kasus bunuh diri yang dikarenakan malu tidak bisa

melunasi uang darmawisata.

Insiden depresi pada remaja dan mereka yang berusia muda cenderung

meningkat di tahun-tahun belakangan ini dan semakin mengkhawatirkan. Pada

tahun 2003 saja tercatat 62 kasus bunuh diri. Jumlah ini naik tiga kali lipat dari

angka tahun 2002. Usia pelaku bunuh diri pun ada yang masih belasan tahun

atau remaja.

Baru baru ini terjadi kasus bunuh diri seorang remaja di Madiun. Diduga

putus cinta, Desy Rosiyanti nekat bunuh diri. Siswa kelas 10 SMA Bonaventura

Kota Madiun itu ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di bawah jembatan Kali

Gandong depan Pasar Baru Magetan, kemarin 22 Januari ( Jawapos online, 23

Januari 2008). Kasus lain, Seorang pelajar kelas 11 SMU, Wike Widianti, warga

Desa Dawuan Kecamatan Sirompang Kabupaten Brebes Jawa Tengah nekat

mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Dia ditemukan menggantung di

sumur rumah pamannya Rawisa, 47, di RT 03/09 Kelurahan Kesenden

Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon Sabtu (26/1/2008) sekitar pukul 14.30 WIB (

news.okezone.com, 26 Januari,2008).

Bunuh diri pada remaja merupakan barometer adanya suatu

ketidakmampuan remaja dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi,

kurangnya mekanisme coping yang dimiliki dalam mengatasi stres. Ketika

menyikapi kesulitan hidup, manusia menggunakan bermacam-macam pilihan.

Ada yang negatif, seperti halnya menjadi pesimis, frustasi, putus asa hingga

melakukan bunuh diri. Berbanding terbalik dengan fenomena tersebut, disisi lain

ada juga orang yang berusaha dengan sekuat tenaganya untuk bangkit dan

menghadapi kesulitan hidupnya ini dengan sikap positif, ia bahkan mampu

mengatasi kesulitannya dan mengubahnya menjadi sesuatu yang positif. Orang

yang seperti ini dikatakan memiliki resiliensi yang tinggi.

Menurut Neil (2006) resiliensi bukanlah suatu kebetulan yang

menguntungkan, resiliensi muncul pada orang yang telah terlatih keras,

mempunyai sikap yang istimewa, kemampuan kognitif dan emosi dan ketetapan

hati yang teguh, untuk mengatasi tantangan berat

Ada beberapa faktor yang berperan dalam pengembangan resiliensi

antara lain adalah social support yang termasuk di dalamnya pengaruh budaya,

community support dan personal support. Budaya dan komunitas dimana

seseorang itu tinggal sangat mempengaruhi kemampuan resiliensi seseorang

(Holaday dan McPhearson, 1997).

Menurut Coleman, para remaja sadar akan pentingnya kebudayaan

sebagai tolak ukur terhadap tingkah laku sendiri. Kebudayaan memberikan

pengaruh pada perkembangan remaja. Pada gilirannya akan terjadi remaja-

remaja yang berbeda-beda pola tingkah lakunya antara satu masyarakat

dengan masyarakat yang lain (Muss, 1968).

Banyaknya fenomena bunuh diri pada anak remaja yang sering terjadi

akhir-akhir ini, menunjukkan lemahnya resiliensi dalam diri seseorang, terutama

remaja seperti dalam kasus yang telah diungkapkan. Ada beberapa hal yang

menyebabkan resiliensi seseorang menjadi terhambat, antara lain : (a) individu

tersebut tidak mempelajari penyebab dari sebuah peristiwa, perilakunya, dan

konsekuensi dari perilaku tersebut; (b) individu tersebut tidak menghindari

perangkap pikiran, lebih sering menyalahkan dirinya atau orang lain dan

menganggap tahu apa yang dipikirkan orang lain; (c) adanya pandangan negatif

pada dirinya sendiri dan tidak percaya dengan kekuatan yang dimilikinya; (d)

tidak bisa merubah sudut pandangnya terhadap satu peristiwa.

Permasalahannya saat ini adalah bagaimana meminimalkan fenomena

menipisnya resiliensi dan bagaimana menumbuhkan resiliensi pada remaja,

Karena masalah resiliensi ini sangat penting bagi remaja karena sedang dalam

masa krisis identitas. Erikson (Yusuf, 2001) berpendapat bahwa masa remaja

merupakan masa berkembangnya identitas yang diharapkan remaja dapat

mempersiapkan dirinya untuk melangkah ke masa depan.

Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan maka dapat ditarik sebuah

kesimpulan bahwa fenomena bunuh diri yang sering terjadi saat ini, berkaitan

dengan resiliensi, dalam hal ini perilaku yang dipengaruhi dukungan sosial yang

dimiliki seseorang. Apabila seseorang memiliki dukungan sosial yang tinggi maka

akan mempunyai resiliensi yang tinggi pula sehingga perilaku yang muncul

adalah mampu mengatasi tantangan, sedangkan seseorang yang dukungan

sosial rendah memiliki resiliensinya rendah pula sehingga perilaku yang muncul

adalah ketidakmampuan dalam mengatasi tantangan.

Hal ini berkaitan dengan beberapa contoh kasus yang menunjukkan

resiliensi dan tidak resiliensi seorang remaja. Remaja yang dukungan sosialnya

rendah, tidak resiliensi karena perilaku yang muncul untuk mengatasi tantangan

adalah bunuh diri. Sedangkan remaja yang dukungan sosialnya tinggi, menjadi

resiliensi dengan bangkit kembali dan mengatasi tantangannya sampai selesai.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang diajukan dalam penelitian

ini adalah : “ Apakah dukungan sosial berhubungan dengan resiliensi pada

remaja ?”.

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII UPTD SMA Negeri 1 Pangkah,

Tegal, Jawa tengah, tahun ajaran 2008/2009. Jumlah siswa kelas XII secara

keseluruhan adalah 360 siswa yang terdiri dari 9 kelas. Penelitian ini

dilaksanakan di UPTD SMA Negeri 1 Pangkah, Tegal, Jawa Tengah, tahun ajaran

2008/2009.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode

questioner yang berbentuk alat ukur skala. Skala adalah suatu alat ukur untuk

mengetahui atau mengungkap aspek afektif, berupa pertanyaan atau pernyataan

yang secara tidak langsung mengungkap indikator perilaku dari atribut yang

bersangkutan, dan respon atau jawaban subjek tidak diklasifikasikan sebagai

jawaban benar atau salah (Azwar, 2006). Skala yang digunakan dalam penelitian

ini terdiri dari dua skala, yaitu:

1. Skala Dukungan Sosial pada remaja

Skala ini disusun berdasarkan teori House (Smet,1994) yaitu dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan

informatif. Indikator dukungan emosional adalah ungkapan empati, kepedulian,

kenyamanan, perhatian orang yang bersangkutan. Indikator dukungan

penghargaan adalah ungkapan rasa hormat yang positif, dorongan untuk maju,

evaluasi diri, persetujuan dengan gagasan perbandingan yang positif. Indikator

dukungan instrumental adalah memberi bantuan dana, menolong memberi

pekerjaan. Indikator dukungan informatif adalah memberi nasehat-nasehat,

memberi saran-saran/ petunjuk,

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala dengan butir

favorable, yaitu butir yang sesuai dengan variabel; dan skala dengan butir

unfavorable, yaitu butir yang tidak sesuai dengan variabel (Hadi,2004).

Validitas Skala Dukungan Sosial

Hasil analisis data dengan menggunakan koefisien korelasi item total.

Setelah dilakukan seleksi item terdapat aitem yang gugur sebanyak 17 dari 36

aitem yaitu 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 20, 22, 23, 26, 33 dan 36

sehingga aitem yang valid sebanyak 19, berikut ini adalah blue print skala

Dukungan Sosial:

Tabel 5

Distribusi Butir Skala Dukungan Sosial Setelah Uji Coba

No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

1 Duk. Emosional 1(1),28(17),34(12) 24(13),31(8) 5

2 Duk. Penghargaan 7(7),30(15),32(3) 2(2),14(14),19(16) 6

3 Duk. Instrumental 18(18) ,29(11) 21(4) 3

4 Duk. Informatif 9(9),17(6),25(5),27(19) 35(10) 5

Jumlah 12 7 19

Catatan : angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut butir baru setelah uji coba

2. Skala Resiliensi

Skala ini disusun berdasarkan teori Reivich dan Shatter (2002), terdiri

dari Regulasi emosi (mengatur emosi), mengontrol dorongan hati, Optimis,

Menganalisa penyebab musibah, Empati, Kemampuan diri sendiri, menjangkau

keluar.

Validitas Skala Resiliensi

Hasil analisis data dengan menggunakan koefisien korelasi item total.

Setelah dilakukan seleksi aitem terdapat 29 aitem yang gugur dari 56 aitem yaitu

nomor 1, 3, 5, 6, 8, 10, 11, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 25, 27, 28, 29, 31, 37,

39, 41, 43, 47, 48, 52, 53 dan 54. Aitem yang valid sebanyak 36. Berikut ini

adalah blue print Skala Resiliensi Pada Remaja:

Tabel 6

Blue print skala resiliensi pada remaja setelah uji coba

No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

1. Regulasi emosi 21(26). 38(20) 4(4),12(12), 4

2. Optimis 2(25), 56(27) 33(21) ,49(11),51(2) 5

3. mengontrol dorongan hati 50(1) 24(24) 2

4. Menganalisis

penyebab masalah 30(10) 13(13), 26(3),35(15) 4

5. Empati 14(5) 36(23), 42(8), 46(16) 4

6. Kemampuan diri sendiri 44(14) 9(9), 34(22), 40(18) 4

7. Menjangkau keluar 7(7), 45 (19) 32(6),55(17) 4

Jumlah 10 17 27

Catatan : angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut butir baru setelah uji coba

2. Reliabilitas

Reliablitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan,

keterandalan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya, namun ide pokok yang

terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil pengukuran dapat

di percaya (Azwar, 1997).

Koefisien reliabilitas berkisar 0.0 sampai 1.0 akan tetapi seperti pada

validitas, koefisien sebesar 0.0 dan 1.0 tidak pernah dijumpai (Azwar, 1997). Uji

reliabilitas yang dilakukan pada skala Dukungan Sosial dan resiliensi pada

remaja dengan menggunakan SPSS for Window versi 17.0 menghasilkan

koefisien reliabilitas skala Dukungan Sosial sebesar 0,927 dan koefisien

reliabilitas skala Resiliensi pada remaja sebesar 0,915 sehingga dari hasil

tersebut dapat bahwa kedua skala tersebut cukup handal untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data.

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Pangkah, Tegal. Subjek

merupakan siswa kelas XII sebanyak 150 orang. Penelitian dilakukan pada

tanggal 11-12 Desember 2008. Skala langsung diisi ditempat yang kemudian

diambil setelah subjek mengisi dengan lengkap, sehingga dari 150 skala yang

dibagikan semua terkumpul kembali dan memenuhi syarat untuk dianalisis.

B. Hasil Penelitian

Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis. Setelah seluruh data

diperoleh maka dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji

linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas ini adalah sebagai prasyarat analisis

sebelum melakukan analisis korelasi Semua uji prasyarat dilakukan dengan

maksud agar kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari kebenaran. Semua

uji asumsi dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for

windows.

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa – siswi SMA Negeri 1 Pangkah yang

berjumlah 150 orang dengan perincian siswa dari kelas XII IPA A sebanyak 30

orang, siswa kelas XII IPA B sebanyak 35 orang, siswa kelas XII IPS A sebanyak

35 orang, siswa kelas XII IPS B sebanyak 25 orang dan siswa kelas XII IPS C

sebanyak 25 orang. Berikut ini adalah identitas sampel penelitian:

Tabel 7

Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah %

1. Laki – laki 50 33,33 %

2. Perempuan 100 66,67%

Jumlah 150 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui subjek penelitian berdasarkan

jenis kelamin, yaitu 50 (33,33 %) subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki dan

100 (66,67%) subjek penelitian berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian,

subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan

subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki.

2. Deskripsi Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang berupa angka-angka dideskripsikan agar

memberikan manfaat dan gambaran mengenai subjek penelitian, dari data yang

terkumpul diperoleh deskripsi data sebagai berikut:

Tabel 8

Deskripsi Data Subjek Penelitian

Variabel Min Maks Mean SD

Resiliensi pada remaja 62 102 80,87 6,712

Dukungan sosial 38 74 58,05 6,366

Berdasarkan deskripsi data menunjukkan bahwa mean resiliensi pada

remaja adalah 80,87dengan standar deviasi (SD) = 6,712. Sedangkan mean

aspek dukungan sosial 58,05 dengan standar deviasi 6,366.

Penelitian selanjutnya mengelompokkan skor skala resiliensi pada remaja

menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat

rendah. Ketegori jenjang bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam

kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum

berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 1999). Berikut ini adalah kriteria skala:

Tabel 9

Kriteria Kategori Skala

Kategori Nilai

Sangat Tinggi X > ( µ + 1.8 σ )

Tinggi ( µ + 0.6 σ ) < X < ( µ + 1.8 σ )

Sedang ( µ - 0.6 σ ) < X < ( µ + 0.6 σ )

Rendah ( µ - 1.8 σ ) < X < ( µ - 0.6 σ )

Sangat Rendah X < ( µ - 1.8 σ )

Tabel 10

Kategori resiliensi Pada Remaja

Nilai Jumlah Kategori

N %

Sangat Tinggi X > 92,9516 6 4%

Tinggi 84,8972 < X ≤ 92,9516 37 24,67%

Sedang 76,8428 < X ≤ 84,8972 75 50%

Rendah 68,7884 ≤ X ≤ 76,8428 27 18%

Sangat Rendah X < 68,7884 5 3,33%

Jumlah 150 100%

Berdasarkan tabel di atas kategorisasi resiliensi pada remaja untuk

kategori sangat tinggi sebanyak 6 subjek (4%), kategori tinggi 37 orang

(29,67%), kategori sedang 75 orang (50%), kategori rendah 27 orang (18%)

dan kategori sangat rendah 5 orang (3,33%). Berdasarkan tabel di atas, resiliensi

siswa SMU Negeri 1 Pangkah berada dalam kategori sedang. Sedangkan

kategorisasi dukungan sosial disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 11

Kategori dukungan sosial

Nilai Jumlah Kategori

N %

Sangat Tinggi X > 69,5088 8 5,33%

Tinggi 61,8696 < X ≤ 69,5088 39 26%

Sedang 54,2304 < X ≤ 61,8696 61 40,67%

Rendah 46,5912 ≤ X ≤ 54,2304 36 24%

Sangat Rendah X < 46,5912 6 4%

Jumlah 150 100%

Berdasarkan tabel di atas kategorisasi dukungan sosial untuk kategori

sangat tinggi sebanyak 8 subjek (5,33%), kategori tinggi 39 orang (26%),

kategori sedang 61 orang (40,67%), kategori rendah 36 orang (24%) dan

kategori sangat rendah 6 (4%). Berdasarkan tabel di atas, kategori dukungan

sosial siswa SMU Negeri 1 Pangkah berada dalam kategori sedang.

3. Hasil Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi

terhadap data penelitian. Uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji homogenitas

sebagai prasyarat uji hipotesis.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya distribusi

sebaran jawaban subjek pada suatu variabel yang dianalisis. Distribusi sebaran

yang normal menyatakan bahwa subjek penelitian dapat mewakili populasi yang

ada, sebaliknya apabila sebaran tidak normal maka dapat disimpulkan bahwa

subjek tidak representatif sehingga tidak dapat mewakili populasi. Uji normalitas

sebaran pada penelitian ini menggunakan teknik analisis One Sample Kolmogorov

Smirnov Test, yang digunakan untuk membandingkan frekuensi harapan dan

frekuensi amatan, apabila ada perbedaan antara frekuensi harapan dan frekuensi

amatan dengan taraf signifikansi 5% (p<0,05) maka distribusi sebaran

dinyatakan tidak normal, sebaliknya apabila (p>0,05) maka distribusi sebaran

dinyatakan normal. Hasil uji normalitas diperoleh sebaran skor resiliensi dan

dukungan sosial adalah sebagai berikut:

Tabel 13

Hasil Uji Normalitas Data Kolmogorov Smirnov Probabilitas

Resiliensi pada remaja 0,840 0,480 Dukungan sosial 0,747 0,633

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai KSZ resiliensi pada remaja

sebesar 0,840 dengan probabilitas 0,480 dan nilai KSZ dukungan sosial sebesar

0,747 dengan probabilitas sebesar 0,633 yang berarti bahwa semua nilai

probabilitas tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat diartikan

bahwa data resiliensi pada remaja dan data dukungan sosial mempunyai

distribusi normal, sehingga subjek dalam penelitian tergolong representatif atau

dapat mewakili populasi yang ada.

b. Uji Linieritas

Uji Linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan variabel

dependent dengan variabel independent merupakan garis lurus yang linier atau

tidak. Berikut ini adalah hasil uji linieritas.

Tabel 14

Rekapitulasi Perhitungan Uji Linieritas Uji Linieritas Fhit P

Resiliensi pada remaja dengan dukungan sosial

21,481 0,000

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai Fhitung antara

variabel resiliensi pada remaja dengan dukungan sosial sebesar = 21,481

dengan p=0,000 Dengan taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p<0,05),

menunjukkan bahwa hubungan variabel dalam penelitian ini merupakan garis

lurus atau linear, sehingga asumsi linieritas terpenuhi.

4. Hasil Uji Hipotesis

Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan resiliensi pada

remaja digunakan teknik analisis korelasi product moment. Adapun hasil dari

analisis korelasi product moment diperoleh koefisien korelasi antara dukungan

sosial dengan resiliensi sebesar 0,347 dengan p = 0,000 (p < 0,01).

Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa dukungan sosial mempunyai

hubungan positif dan sangat signifikan dengan resiliensi. Besarnya R2 sebesar

0,121 menunjukkan bahwa 12,1% resiliensi dipengaruhi oleh dukungan sosial.

D. Pembahasan

Hasil penelitian secara kuantitatif menunjukkan bahwa ada hubungan

positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan resiliensi. Hal ini

ditunjukkan oleh besarnya nilai p yaitu 0,000 menunjukkan bahwa (p < 0,00),

hasil tersebut signifikan. Analisis korelasi product moment diperoleh koefisien

korelasi antara dukungan sosial dengan resiliensi sebesar 0,347 dengan p=0,000.

Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa dukungan sosial mempunyai

hubungan positif dengan resiliensi pada remaja, atau dapat disimpulkan bahwa

semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi resiliensi pada remaja.

Besarnya R2 sebesar 0,121 menunjukkan bahwa 12,1% resiliensi pada remaja

dipengaruhi oleh dukungan sosial.

Hasil analisis statistik deskriptif diketahui bahwa resiliensi pada remaja

berada dalam kategori sedang. Demikian pula dukungan sosial dalam kategori

sedang. Oleh karena itu hasil analisis korelasi Product Moment menunjukkan

bahwa ada hubungan positif dan sangat signifikan antara dukungan sosial

dengan resiliensi pada remaja.

Hasil penelitian yang penulis buat sejalan dengan pernyataan Holaday

dan McPhearson (1997), yang mengungkapkan beberapa cara efektif untuk

mengembangkan resiliensi, antara lain adalah dengan dukungan sosial yang

termasuk di dalamnya pengaruh budaya, dukungan komunitas dan dukungan

personal. Kualitas hubungan dalam komunitas dimana remaja itu tinggal

menjadi sangat mempengaruhi kemampuan resiliensi remaja tersebut. Remaja

mempelajari penyebab dari suatu masalah,selalu berfikiran positif,dan percaya

dengan kekuatan yang dimilikinya.

Dukungan sosial memberikan manfaat bagi remaja antara lain

meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan

menyediakan rasa memiliki, memperjelas identitas diri, menambah harga diri dan

mengurangi stress. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik. Semakin

tinggi dukungan sosial yang diterima seorang remaja, semakin besar resiliensi

remaja tersebut (Johnson & Johnson, 1991).

Dukungan sosial meliputi beberapa aspek yaitu aspek dukungan

emosional,dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif.

Inilah yang sangat berpengaruh untuk mengembangkan resiliensi pada remaja.

Dukungan sosial sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau

menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut

diperoleh dari individu maupun kelompok. Seseorang yang memiliki dukungan

sosial akan mampu mengatasi permasalahan-permasalahan dalam hidupnya.

Dukungan dari orang-orang sekitarnya menguatkan dan menjadikan seseorang

lebih resiliensi (Caplan & Killiea, 1983).

Seperti yang diungkapkan dalam penelitian Farihayati (2007) bahwa

dengan menjadi resilient orang akan mampu untuk bertahan dibawah tekanan

atau kesedihan dan tidak menunjukkan suasana hati yang negatif terus menerus.

Apabila resiliensi dalam diri seseorang itu meningkat, maka akan mampu

mengatasi masalah-masalah apapun, mampu untuk meningkatkan potensi-

potensi diri, menjadi optimis, muncul keberanian dan kematangan emosi. Secara

keseluruhan sumbangan yang diberikan dari variabel dukungan sosial untuk

variabel resiliensi pada remaja adalah sebesar 12,2%. Dengan demikian berarti

sisanya 87,8% disebabkan oleh faktor lain yang bisa mempengaruhi resiliensi

pada remaja.

Penelitian ini masih banyak kelemahan karena peneliti tidak melihat faktor

lain yang mempengaruhi resiliensi pada remaja. Penelitian ini masih banyak

kelemahan diantaranya tentang alat ukur penelitian. Alat ukur yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dua buah skala, meliputi Skala dukungan sosial dan

Skala resiliensi pada remaja. Walaupun kedua skala tersebut telah melalui proses

review dan professional judgement oleh dosen pembimbing, tidak menutup

kemungkinan bahwa keduanya masih mengandung social desirability yang cukup

tinggi. Selain itu, jumlah subjek penelitian yang terlalu sedikit untuk

menggambarkan secara keseluruhan siswa-siswi SMU kelas 3 di Indonesia.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV, kesimpulan yang dapat diambil

adalah ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan

resiliensi. Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi resiliensi pada

remaja. Sumbangan yang diberikan dari variabel dukungan sosial untuk variabel

resiliensi sebesar 12,2%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang dikemukakan oleh

peneliti. Beberapa saran tersebut antara lain:

1. Bagi subjek penelitian

Penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial sangat penting

terutama untuk membentuk resiliensi pada remaja. Oleh karena itu dengan

penelitian ini penulis mengharap para remaja mampu menciptakan kehidupan

sosial dengan baik terhadap lingkungan maupun orang-orang disekelilingnya.

Misalnya dengan mengikuti kegiatan karang taruna atau pengajian pemuda di

daerah tempat tinggalnya.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama

disarankan untuk mempertimbangkan variabel-variabel yang berhubungan

dengan resiliensi sehingga dapat ditentukan faktor-faktor lain yang juga berperan

dan mempunyai sumbangan yang paling besar terhadap resiliensi pada remaja.

Misalnya dalam cognitive skliis yaitu dengan mempertimbangkan inteligensi,

coping style dan spiritualitas. Atau dengan variabel Pschological Resources

termasuk didalamnya Locus of Control internal, rasa ingin tahu, dan fleksibel.

Metode observasi dan wawancara pun dapat digunakan sebagai alternatif

metode pengumpulan data tambahan selain dengan menggunakan angket.

DAFTAR PUSTAKA

Ashriati, N. 2006. Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua Dengan

Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat Fisik. Jurnal Psikologi Proyeksi No.1 2006.

Astuti, A. 2005. Resiliensi Pada Remaja Ditinjau Dari Pola Asuh Demokratis

Orang Tua Dan Status Sosial Ekonomi Orangtua. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII.

Azwar, S. 2008. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Farihayati, I. 2007. Resilince pada individu yang telah mengalami duka cita

kematian ibu. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII.

Hurlock, E.B, 2003.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Penerjemah. Istidayanti dan Soedjarwo, jakarta: Erlangga.

Khotimah A.M. 2006. Antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial dengan

Problem Focused Coping Menghadapi Masa Paripurna Bakti pada Anggota TNI-AD Kodim 0727 Karanganyar. Jurnal Psikologi Proyeksi No.1 2006.

Mappiare, A.1982.Psikologi Remaja.Surabaya:Usaha Nasional Rahmawati, M. 2004. Hubungan antara dukungan sosial dengan kecenderungan

melakukan tindakan kriminal pada narapidana LP Winguran Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII.

Reivich, K & Shatte, A,2002. The Resilience Factor. New York : Broadway Books.

Rositah Mochtar, 2004. Hubungan Antara Resilience Dengan Stress Kerja

Karyawan PT. TELKOM drive IV Balikpapan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII.

Sari E.D. 2006. Kecemasan dalam Menghadapi Masa Pensiun Ditinjau dari

Dukungan Sosial pada PT. Semen Gresik (Persero). Jurnal Psikologi Proyeksi No.1 2006.

Sarwono, S.W. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Press Soraya, N. 2003. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Stress Pada

Penderita Diabetes Melitus Di RSU Dr. Hasan Sadikin Bandung. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII

www.google.com www.antara.co.id news.okezone.com IDENTITAS PENULIS Nama : Indah Kartika Sanni

Alamat : Jalan Kaliurang km.7,8

gg.Nangka no.1A

Sleman-Yogyakarta

No.Telepon : 0857.299.05.165 / 0852.303.88.165