naskah publikasi hubungan antara...

37
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PEKERJAAN DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk Oleh : HADIAH NOVA SETIAWATI HARYANTO FADHOLAN ROSYID FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005

Upload: dinhdieu

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI

TERHADAP PEKERJAAN DENGAN STRES KERJA PADA

KARYAWAN DI

PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk

Oleh :

HADIAH NOVA SETIAWATI

HARYANTO FADHOLAN ROSYID

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2005

Page 2: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI

TERHADAP PEKERJAAN DENGAN STRES KERJA PADA

KARYAWAN DI

PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk

Telah Disetujui Pada Tanggal

Dosen Pembimbing

(Haryanto, FR, Drs., MA)

Page 3: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI

TERHADAP PEKERJAAN DENGAN STRES KERJA PADA

KARYAWAN DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk

Hadiah Nova Setiawati

Haryanto Fadholan Rosyid

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan negatif

antara kemampuan penyesuaian diri terhadap pekerjaan dengan stres kerja. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kemampuan penyesuaian diri terhadap pekerjaan dengan stres kerja pada karyawan di PT Telkom. Karyawan yang memiliki kemampuan penyesuaian diri tinggi terhadap pekerjaan maka kecil kemungkinan mengalami stres di dalam bekerja. Sebaliknya karyawan yang memiliki kemampuan penyesuaian diri rendah terhadap pekerjaan maka akan mengalami stres di dalam bekerja. Tambahan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan stres kerja antara karyawan PT Telkom yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan PT Telkom tanpa ada batasan jenis kelamin dan usia. Lama bekerja subjek minimal tiga tahun dan mempunyai status sebagai karyawan tetap. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah metode purposive sampling. Adapun skala yang digunakan adalah hasil modifikasi skala stres kerja dari Haitami (2000) yang berjumlah 79 aitem dan skala kemampuan penyesuaian diri yang berjumlah 60 aitem.

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik Product Moment Karl Pearson untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kemampuan penyesuaian diri terhadap pekerjaan dengan stres kerja. Korelasi Spearman’s Rho menunjukkan r = -0,585 dan p = 0.00 ( p< 0,05 ), yang artinya ada hubungan yang signifikan dan negatif antara kemampuan penyesuaian diri terhadap pekerjaan dengan stres kerja, sehingga hipotesis diterima.

Analisis tambahan diuji dengan menggunakan teknik analisis Independent Sample t – test dan didapatkan hasil bahwa nilai t = 0,172 dan p = 0.864 ( p>0.05 ). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan stres kerja antara karyawan PT Telkom yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Kata Kunci: Kemampuan Penyesuaian Diri Terhadap Pekerjaan, Stres Kerja

Page 4: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

Pengantar

Latar Belakang Masalah

Dalam menghadapi era Globalisasi, setiap perusahaan harus tanggap

terhadap persaingan yang semakin ketat baik persaingan antar perusahaan lokal

maupun persaingan antara perusahaan lokal dengan perusahaan asing.

International Telecommunication Union (ITU) dalam World Telecommunication

Development Report 2002 mendeskripsikan sektor telekomunikasi saat ini

dengan empat kata kunci: “private”, “competitive”, “mobile”, dan “global”, yaitu

sektor telekomunikasi di mana pun di muka bumi ini semakin terprivatisasi,

semakin terbuka pada kompetisi, semakin mobile, dan semakin mengglobal baik

dari sisi operasi, regulasi maupun layanannya. Sampai dengan tahun 2002 lalu,

lebih dari setengah negara di dunia telah memprivatisasi sektor

telekomunikasinya dengan menyerahkan sebagian atau bahkan seluruh

kepemilikan incumbent operation-nya (operator utama) kepada sektor swasta.

(Kartajaya, 2004). Kompetisi ini memacu incumbent operation (operator utama)

untuk dapat terus meningkatkan produktifitas dan efektivitas, memperbaiki

efisiensi dan kesehatan organisasi, serta meningkatkan upaya inovasi produk dan

memperbaiki layanan terhadap pelanggan.

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk merupakan salah satu perusahaan

besar di Indonesia, yang bergerak di dalam bisnis informasi dan komunikasi.

Menurut undang-undang telekomunikasi pada tahun 1989, disebutkan bahwa

telekomunikasi dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh

pemerintah. Tetapi sejak ditetapkannya Undang-Undang No. 36 tahun 1999 dan

Page 5: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

berlaku efektif pada tanggal 8 September 2000, menandai berakhirnya era

monopoli dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi di Indonesia. Undang-

undang tersebut mengatur secara tegas bahwa dalam penyelenggaraan

telekomunikasi dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat di antara para

penyelenggara telekomunikasi. Hal ini meyebabkan PT. Telkom berada pada

persaingan penuh di semua bidang usaha yang dikelolanya (Kartajaya, 2004).

Sebelum berlakunya UU No. 36 Tahun 1999, penyedia jasa sambungan langsung

internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar kode

SLI 001 dan SLI 008. Namun setelah pemerintah melarang kegiatan praktek

monopoli, intensitas kompetisi dalam pasar sambungan langsung internasional

mulai terasa. PT Telkom bekerjasama dengan operator asing mengeluarkan

layanan TELKOMGlobal007 untuk sambungan langsung internasional.

Dikeluarkannya Undang-Undang No. 36 tahun 1999 secara tidak

langsung memberikan pengaruh terhadap pergeseran mendasar dari rumusan visi-

misi PT. Telkom. Perbedaan rumusan visi-misi sebelum tahun 2000 dan setelah

tahun 2000 terletak pada bidang bisnis yang dimasuki Telkom dan pencakupan

bisnis Telkom. Pada rumusan visi-misi sebelum tahun 2000, bidang bisnis PT

Telkom masih tergolong tradisional yaitu POTS (Plain Old Telephone Service),

sedangkan pada pencakupan bisnis yaitu alokasi sumber daya dan strategi PT.

Telkom cenderung diarahkan untuk menjadi operator telekomunikasi terkemuka

di tingkat nasional dengan standar layanan berkelas dunia. Rumusan visi-misi

mulai berubah ketika Undang-Undang No. 36 tahun 1999 dikeluarkan, kemudian

Page 6: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

PT. Telkom mengubah visi-misi Telkom pada tahun 2003. Rumusan visi PT.

Telkom adalah menjadi dominan InfoCom player di kawasan regional, yang

mengandung pengertian bahwa PT. Telkom berupaya untuk menempatkan diri

sebagai perusahaan Infocom yang berpengaruh di kawasan Asia Tenggara, yang

kemudian akan berlanjut ke kawasan Asia, dan Asia Pasifik. PT. Telkom

mempunyai dua rumusan misi yaitu memberikan layanan “one stop InfoCom”

dengan kualitas yang prima dan harga kompetitif; dan mengelola usaha dengan

cara yang terbaik dengan mengoptimalkan SDM yang unggul, dengan teknologi

yang kompetitif dan dengan business Partner yang sinergi. Memberikan layanan

“one stop InfoCom” dengan kualitas yang prima dan harga kompetitif

mempunyai arti bahwa PT. Telkom menjamin pelanggan akan mendapatkan

layanan terbaik, berupa kemudahan, kualitas produk, kualitas jaringan, dengan

harga yang kompetitif. Sedangkan mengelola usaha dengan cara yang terbaik

dengan mengoptimalkan SDM yang unggul, dengan teknologi yang kompetitif

dan dengan business Partner yang sinergi mengandung pengertian bahwa PT.

Telkom akan mengelola bisnis melalui praktek-praktek terbaik dengan

mengoptimalkan SDM yang unggul, penggunaan teknologi yang kompetitif, serta

membangun kemitraan yang menguntungkan secara timbal balik dan saling

mendukung secara sinergis. Dari rumusan tersebut dapat dilihat bahwa PT

Telkom memperluas bidang bisnisnya dari hanya sekedar POTS menjadi PMVIS

(Phone, Mobile, View, Internet, dan Service), yang saat ini disederhanakan

menjadi Phone, Mobile, Multimedia (PMM), sedangkan pada pencakupan

bisnisnya dari hanya sebagai pemain terkemuka di tingkat nasional menjadi

Page 7: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

pemain terkemuka di tingkat regional. PT Telkom akan menghadapi pesaing yang

begitu banyak baik para operator lokal maupun para operator regional dan global,

seperti Indosat (lokal), NTT dan British Telekom (Global), Korea Telekom, HK

Telekom, SingTel, Malaysia Telekom yang menjadi pesaing terdekat (regional)

(Kristiono, 2003; Kartajaya, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Peters-Waterman, Collins-porras dan

Joyce-Nohria-Roberson mengungkapkan bahwa budaya perusahaan merupakan

salah satu faktor yang menentukan kesuksesan sebuah organisasi (Kartajaya,

2004). Nilai-nilai dasar yang dipegang teguh dan diyakini oleh semua orang di

dalam organisasi terbukti menjadi tulang punggung keunggulan bersaing

perusahaan.

Selama masa kepemimpinan Willy Moenandir yang menduduki jabatan

Dirut Telkom (waktu itu masih bernama PERUMTEL) selama 15 tahun dari

1973-1988, pembangunan budaya perusahaan praktis tidak mendapatkan

perhatian karena posisi monopoli Telkom yang sangat kuat dan tantangan

terbesarnya adalah membangun dasar-dasar infrastruktur dan modernisasi

jaringan yang memang masih sangat terbatas.

Pada kepemimpinan Cacuk Sudarijanto (1988-1992), program 3-2-1

disusun dan diterapkan di Telkom, yang kemudian menjadi budaya korporat

Telkom waktu itu. Satu pencapaian yang dihasilkan di era kepemimpinannya,

yaitu budaya dan perilaku karyawan Telkom yang semakin egaliter.

Upaya yang serius pernah dilaksanakan di masa kepemimpinan

Setyanto P. Santosa (1992-1996) yang waktu itu meluncurkan konsepsi budaya

Page 8: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

perusahaan ARTI (Akurat, Responsif, dan Simpatik) yang melengkapi

keberadaan 3-2-1. Namun internalisasi dan aktualisasinya kurang efektif karena

tidak terumus di dalam sebuah program implementasi yang sistematis, konkret,

dan komprehensif. Hal ini terjadi karena manajemen lebih memperhatikan tiga

program yang baru dibentuk yaitu restrukturisasi internal berupa pembentukan 7

Divisi Regional, Program Kerja Operasi (KSO), dan Initial Public Offering

(IPO).

Pada era kepemimpinan A.A Nasution dan Mohammad Nazif (1996-

2002), dikeluarkan program T-2001 tetapi usaha untuk membangun budaya

perusahaan kurang mendapat perhatian, karena pada masa itu PT. Telkom sedang

pada masa-masa kritis karena krisis ekonomi. Akhir tahun 1990-an, PT. Telkom

mulai mengalami pemulihan. Pemilihan struktur organisasi Divisi Regional

terbukti tepat karena setiap Divre lebih otonom dalam merespon berbagai

perubahan lingkungan bisnis secara cepat dan efektif. Namun pemilihan struktur

organisasi tersebut memunculkan persoalan penyatuan organisasi dan pembauran

karyawan. Perbedaan ini telah menyebabkan resistensi, bahkan penolakan, antar

karyawan Divre Telkom dan Mitra KSO; konflik visi dan komunikasi; rasa saling

tidak percaya karena adanya perbedaan cara pandang,dll. Masing-masing Divre

cenderung bergerak sendiri-sendiri karena masing-masing mengembangkan

budayanya sendiri sehingga muncul begitu banyak budaya perusahaan (sub-

culture) dengan jargon dan artefak yang beraneka ragam (Kartajaya, 2004)..

Pada tahun 2002, Kristiono menjabat sebagai Dirut PT. Telkom. PT.

Telkom kemudian menerapkan budaya perusahaan baru yang diberi nama “The

Page 9: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

Telkom Way 135” pada tanggal 26 Maret 2003 melalui Keputusan Direksi

Perusahaan Perseroan PT Telekomunikasi Indonesia, TBK dengan nomer:

KD.24/PR180/CTG-00/2003 (Kristiono, 2003).

Budaya perusahaan “The Telkom Way 135” mengandung beberapa

unsur, dimana secara integral harus menjiwai karyawan PT. Telkom, yaitu:

a. Satu asumsi dasar: committed 2U.

b. Tiga nilai inti: customer value, excellent service, dan competent people.

c. Lima langkah perilaku untuk memenangkan persaingan: strech the goals,

simplify, involve everyone, quality is my job, dan reward the winners.

PT. Telkom menempatkan SDM sebagai komponen inti pencapaian visi.

Mengacu pada visi Telkom yang baru, pengembangan SDM Telkom diarahkan

untuk menghasilkan manusia-manusia yang memiliki kompetensi dan kapabilitas

di bisnis InfoCom; menggunakan paradigma kompetisi, bukan lagi monopoli; dan

memiliki adaptabilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan lingkungan

bisnis telekomunikasi yang cepat (Kartajaya, 2004). Untuk mewujudkan hal

tersebut, PT. Telkom menuntut agar para karyawan dapat mengimplementasikan

budaya perusahaan “The Telkom Way 135” ke dalam masing-masing individu

yang kemudian dapat diterapkan dalam pelaksanaan tugas.

Namun pada kenyataannya, melalui hasil wawancara penulis dengan

beberapa karyawan yang dilakukan pada tanggal 23 Maret 2004 dan 24 Januari

2005 di PT. Telkom Carrier and Interconnection Service Center (CISC) Jakarta,

menunjukkan fenomena bahwa karyawan masih merasa cemas dan bingung pada

saat membuat SKI (Sasaran Kinerja Individu) atau apa yang akan diraih

Page 10: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

karyawan di dalam satu tahun ke depan. Pembuatan SKI sudah diterapkan

sebelum dibuat budaya perusahaan Telkom yang baru, namun hal ini menjadi

berbeda pada saat budaya perusahaan The Telkom Way 135 mulai

diimplementasikan, karena selain membuat SKI, karyawan harus dapat

menentukan perilaku di dalam bekerja yang disesuaikan dengan budaya The

Telkom Way 135 agar sasaran yang dibuat dapat terealisasi. Karena karyawan

merasa bingung dengan budaya tersebut maka pada saat membuat SKI ada

beberapa karyawan yang meniru SKI yang dibuat oleh temannya. Bahkan pada

saat bekerja, karyawan cenderung tidak menerapkan perilaku-perilaku yang

sesuai dengan budaya “The Telkom Way 135”, tetapi mereka cenderung bekerja

seperti sebelum budaya “The Telkom Way 135” diterapkan. Pada akhir tahun

akan diadakan penilaian NKI (Nilai Kinerja Individu) terhadap SKI dimana ini

menjadi salah satu di dalam pertimbangan untuk melakukan promosi, kenaikan

gaji, dan sebagainya. Kondisi atau situasi yang berubah tersebut, diduga

menimbulkan perasaan tertekan pada karyawan dan cenderung menimbulkan

stres di dalam bekerja.

Manusia akan cenderung mengalami stres apabila ia kurang mampu

mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang ada,

baik kenyataaan yang ada di dalam maupun diluar dirinya. Penelitian yang

dilakukan Fincham&Rodhes (1988) menyimpulkan bahwa stres adalah hasil dari

tidak atau kurang adanya kecocokan antara individu (kepribadian, bakatnya, dan

kecakapannya) dengan lingkungannya, yang mengakibatkan ketidakmampuan

individu dalam menghadapi berbagai tuntutan secara efektif (Munandar, 2001).

Page 11: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

Stres harus dilihat sebagai fungsi dari individu yang menafsirkan situasi,

karena reaksi setiap orang terhadap suatu stimulus berbeda-beda. Stres kerja

adalah suatu kondisi ketegangan yang mengakibatkan ketidakseimbangan fisik

dan psikis, sehingga dapat mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi

seorang karyawan (Rivai, 2004).

Faktor-faktor stres dari Sarafino, Sutherland & Cooper (1990)

mengemukakan enam sumber “managerial stress” yaitu: (dalam Smet, 1994)

a. Stressor yang ada di dalam pekerjaan itu sendiri, meliputi: beban kerja,

fasilitas kerja yang kurang, proses pengambilan keputusan yang lama

b. Konflik peran: peran di dalam kerja yang tidak jelas, tanggung jawab yang

tidak jelas

c. Masalah dalam hubungan dengan orang lain, seperti: hubungan dengan

atasan, rekan sejawat, dan pola hubungan atasan - bawahan

d. perkembangan karir: under/over promotion, keselamatan kerja

e. Adanya konflik antara tuntutan kerja dengan tuntutan keluarga

f. Iklim dan struktur organisasi: pembatasan-pembatasan perilaku, iklim budaya

di dalam organisasi

Hal yang penting dalam memahami sumber-sumber stres potensial

adalah bagaimana para karyawan mempersepsikan dan beradaptasi dengan

kebudayaan, kebiasaan dan iklim dari organisasi. Organisasi menuntut

anggotanya untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan suasana, kebijakan, dan

konvensi kelompok. Namun tidak semua kondisi kelompok sesuai dengan

keinginan, harapan, dan kebutuhan individu, sehingga individu tersebut tidak

Page 12: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Ketidaksesuaian inilah yang akan

memunculkan konflik dan ketegangan yang kemudian akan menimbulkan stres.

Penyesuaian diri adalah suatu usaha yang dilakukan oleh individu untuk

mengatasi segala permasalahan baik masalah yang timbul karena tuntutan dari

dalam dirinya maupun lingkungannya (Schneider, 1964). Sejalan dengan itu,

Lazzarus (1976) mengartikan penyesuaian diri sebagai perjuangan seseorang

untuk mengatasi hambatan yang ada di lingkungan fisik dan sosialnya agar ia

mampu bertahan hidup di kedua lingkungan tersebut.

Penyesuaian diri mempunyai pengertian yaitu suatu proses mental dan

tingkah laku seseorang dalam merespon, menghadapi masalah baik yang berasal

dari dalam dirinya maupun dari dunia sekitar dengan baik (Schneider, 1964).

Situasi lingkungan dan kondisi organisasi di dalam dunia kerja dapat menjadi

masalah tersendiri bagi para karyawan. Hal ini membutuhkan kemampuan

individu dalam memecahkan masalah secara sehat dan efisien.

Gray (2003) berpendapat bahwa pada saat dihadapkan pada suatu

masalah, laki-laki cenderung berusaha untuk memecahkannya sendiri. Apabila

laki-laki tidak dapat menemukan sebuah solusi, maka untuk mengurangi stresnya,

laki-laki akan sementara melupakan masalah itu dengan terfokus pada hal lain

yang dapat ditangani, seperti rekreasi, dan olah raga. Bagi perempuan yang

sedang menghadapi masalah, reaksi pertama yang dilakukan adalah membuka

diri dan melibatkan orang lain untuk mencari jalan keluar. Perbedaan

karakteristik antara laki-laki dan perempuan dapat menyebabkan karyawan laki-

Page 13: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

laki cenderung akan lebih mudah mengalami stres daripada karyawan perempuan

pada saat menyesuaikan diri dengan sesuatu yang baru.

Permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: apakah ada

hubungan antara kemampuan penyesuaian diri terhadap pekerjaan dengan stres

kerja pada karyawan di PT Telkom?, dan apakah ada perbedaan stres kerja antara

karyawan PT Telkom yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

kemampuan penyesuaian diri terhadap pekerjaan dengan stres kerja pada

karyawan di PT. Telkom.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat ditinjau secara teoritis maupun secara

praktis. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan informasi baru sebagai

bahan untuk memperkaya khasanah psikologi industri.

Sedangkan secara praktis, manfaat penelitian ini adalah apabila ternyata

penyesuaian diri terhadap pekerjaan memiliki hubungan dengan stres kerja pada

karyawan di PT. Telkom, maka sebaiknya perusahaan dapat menggunakan cara

lain untuk mengimplementasi budaya perusahaan yang baru, sehingga dapat

membantu karyawan dalam melaksanakan tugasnya.

Page 14: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

Tinjauan Pustaka

Stres Kerja

Pengertian Stres Kerja

Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya

ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir,

dan kondisi seorang karyawan. Stres yang terlalu besar dapat mengancam

kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan (Rivai, 2004).

Dinamika stres kerja tidak jauh berbeda dengan dinamika stres pada

umumnya. Stres kerja merupakan suatu kondisi yang muncul karena interaksi

manusia dengan pekerjaannya, yang dicirikan oleh terjadinya perubahan dalam

diri individu yang mendorong terjadinya penyimpangan dari fungsi normal

(Beehr dan Newman dalam Luthans,1985)

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa

stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang muncul karena interaksi

manusia (kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya) dengan pekerjaannya

(karakteristik tuntutan pekerjaan dan lingkungan) sehingga dapat mempengaruhi

kondisi fisiologis dan psikologis karyawan tersebut di dalam melaksanakan

pekerjaan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja

Robbins (1998) menyebutkan bahwa faktor penyebab stres ada tiga

yaitu:

a. Faktor Lingkungan

Page 15: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

Faktor lingkungan yang dimaksud ialah keadaan lingkungan secara global.

Meskipun tidak terlibat langsung, tetapi pengaruh lingkungan dapat dirasakan

individu melalui organisasi. Situasi lingkungan yang dapat menyebabkan

stres ialah ketidakpastian lingkungan (environmental uncertainty), seperti

ketidakpastian situasi ekonomi, ketidakpastian politik dan ketidakpastian

teknologi. Ketidakpastian lingkungan ini akan mempengaruhi proses dalam

organisasi, seperti penetapan arah dan kebijakan organisasi, perubahan

strategi organisasi dan keuangan.

b. Faktor Organisasional

1) Tuntutan tugas

Tuntutan tugas meliputi bentuk pekerjaan individu (otonomi, keragaman

tugas, tingkat otomatisasi), kondisi bekerja (temperatur, suara, kondisi

yang membahayakan), dan rancangan fisik pekerjaan.

2) Tuntutan peran

Konflik peran terjadi pada saat karyawan di dalam situasi dimana terdapat

tekanan yang harus diseleseikan dengan tuntutan yang berbeda dan tidak

konsisten (Tosi, Rizzo, Carrol, 1990). Peran yang berlebihan terjadi jka

karyawan diharapkan bekerja lebih dari waktu yang diperbolehkan.

Ketidakjelasan peran terjadi bila karyawan tidak mengerti dengan peran

yang dipegangnya.

3) Tuntutan antar individu

Kurangnya dukungan sosial dari teman sejawat dan lemahnya hubungan

antar individu dapat menyebabkan stres.

Page 16: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

4) Struktur organisasi

Struktur organisasi didefinisikan sebagai tingkat perbedaan di dalam

organisasi, derajat kebiasaan dan peraturan, dan pembuatan keputusan

dapat menyebabkan stres.

5) Kepemimpinan organisasi

Cara seorang pemimpin di dalam mengelola organisasi mempunyai

pengaruh terhadap stres para karyawannya. Pemimpin yang membuat

tekanan tidak realistis agar karyawannya melaksanakan tugas dalam

waktu singkat, membuat kontrol yang ketat, dan secara rutin memecat

karyawan yang tidak baik, dapat menimbulkan stres pada karyawan.

c. Faktor Individual

Faktor individu sebagai semua hal yang terdapat dalam kehidupan pribadi

individu di luar pekerjaan, seperti masalah-masalah keluarga, ekonomi dan

karakteristik kepribadian. Masalah pribadi yang terjadi di luar jam kerja

sering dibawa ke tempat kerja, sehingga mengakibatkan konsentrasi bekerja

dapat terganggu, kinerja tidak memuaskan dan individu tidak dapat

memenuhi tuntutan pekerjaannya.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang

mempengaruhi stres kerja adalah faktor lingkungan, faktor organisasional, dan

faktor individual.

Tanda-Tanda atau Gejala-Gejala Stres

Tanda-tanda dari adanya stress menurut Everly dan Girdano (1980)

adalah (dalam Munandar,2001) :

Page 17: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

a. Tanda-tanda suasana hati (mood), seperti: menjadi overexcited, cemas,

merasa tidak pasti, sulit tidur pada malam hari, menjadi mudah bingung,

gelisah, gugup, uncomfortable.

b. Tanda-tanda otot kerangka (musculoskeletal), seperti: jari-jari dan tangan

gemetar, kepala mulai sakit, merasa otot menjadi tegang dan kaku,

menggagap kalau berbicara, leher menjadi kaku, mengembangkan tic, tidak

dapat duduk diam atau berdiri di tempat.

c. Tanda-tanda organ-organ dalam badan (visceral), seperti: perut terganggu,

merasa jantung berdebar-debar, banyak keringat, tangan berkeringat, merasa

kepala ringan atau akan pingsan, mengalami kedinginan (cold chills), wajah

menjadi panas, mulut menjadi kering, mendengar bunyi berdering di dalam

kuping, mengalami ‘rasa akan tenggelam’ dalam perut (sinking feeling).

Kemampuan Penyesuaian Diri Terhadap Pekerjaan

Pengertian Kemampuan Penyesuaian Diri

Schneider (1964) menyebutkan bahwa penyesuaian diri ialah suatu

usaha yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi segala permasalahan baik

masalah yang timbul karena tuntutan dari dalam dirinya maupun lingkungannya.

Sejalan dengan itu, Lazzarus (1969) memandang penyesuaian diri sebagai

perjuangan seseorang untuk mengatasi hambatan yang ada di lingkungan fisik

dan sosialnya agar ia mampu bertahan hidup di kedua lingkungan tersebut.

Page 18: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai interaksi antara individu

dengan individu tersebut, dengan orang lain, dan dengan dunianya secara terus

menerus (Calhoun dan Ross, 1990).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan penyesuaian

diri adalah suatu usaha yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi segala

hambatan dan permasalahan baik yang timbul karena tuntutan dari dalam dirinya

(fisik) maupun lingkungannya (sosial) yaitu dari orang lain dan dari dunianya.

Karakteristik dalam Penyesuaian Diri

Schneiders (1964) mengemukakan bahwa individu dengan penyesuaian

diri yang baik memiliki karakteristik khusus sebagai berikut:

a. Tidak adanya emosi yang berlebihan

Individu mampu menunjukkan ketenangan emosi dan kontrol sehingga

memungkinkan individu tersebut menghadapi suatu masalah secara intelligen

dan dapat menggunakan berbagai kemungkinan pemecahan masalah.

b. Tidak adanya mekanisme pertahanan diri

Individu dikatakan memiliki penyesuaian diri yang baik bila individu tersebut

dalam menyelesaikan suatu masalah tidak memakai defence mechanism.

Misalnya saja, penyesuaian diri dikategorikan baik bila individu mengalami

suatu kegagalan, maka individu mengakui kegagalan tersebut dan akan

berusaha kembali untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

c. Tidak adanya frustrasi personal

Frustrasi dapat menimbulkan kesulitan untuk merespon secara normal

terhadap suatu permasalahan atau situasi. Jika individu mengalami frustrasi

Page 19: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

maka akan sulit baginya untuk dapat mengorganisasikan pikiran, perasaan,

motivasi dan tingkah laku untuk menghadapi situasi yang memerlukan

penyelesaian.

d. Memiliki pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri

Individu dengan penyesuaian diri yang baik mampu berpikir dan melakukan

pertimbangan terhadap masalah atau konflik yang sedang dihadapi.

Disamping itu, individu tersebut juga mampu mengorganisasikan pikiran,

tingkah laku, dan perasaannya untuk memecahkan masalah dalam kondisi

yang sulit sekalipun.

e. Memiliki kemampuan untuk belajar

Individu dengan penyesuaian diri yang baik dapat dilihat dari perkembangan

yang diperoleh individu sebagai hasil dari kemampuan individu tersebut

mengatasi situasi konflik dan stres, karena penyesuaian yang baik merupakan

proses belajar yang berkesinambungan.

f. Memanfaatkan pengalaman yang lalu

Individu dapat belajar dari pengalamannya maupun dari pengalaman orang

lain. Individu dengan penyesuaian diri yang baik dapat menganalisis faktor-

faktor apa saja yang dapat membantu dan menggangu penyesuaian diri.

g. Memiliki sikap realistik dan objektif

Sikap realistik dan objektif bersumber dari proses belajar, pengalaman,

pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi atau masalah, dan

keterbatasan individu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

Page 20: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

Tallent (1978) menyatakan bahwa individu dengan penyesuaian diri

yang baik memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Perasaan subjektif yang menyenangkan

Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik adalah individu yang

merasa nyaman secara psikologis dan mengalami sedikit stres. Apabila

individu memiliki suatu masalah yang sulit untuk diselesaikan maka individu

tersebut mampu memilih strategi pemecahan masalah yang tepat sehingga

perasaan negatif yang muncul tidak bertahan berlarut-larut.

b. Pencapaian personal dan sosial

Sudut pandang ini menempatkan aktualisasi diri sebagai hal utama dalam

penyesuaian diri. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik mampu

mencapai kesadaran diri, dapat berhubungan secara aktif dan bertanggung

jawab terhadap orang lain, dan juga mampu mengembangkan potensi yang

dimilikinya sejak lahir.

c. Memiliki kemampuan untuk bekerja

Penyesuaian diri dinilai relatif bagi setiap individu. Bagi sebagian individu

khususnya yang mengalami kelainan fisik maupun mental. Penyesuaian diri

yang baik lebih dinilai pada kemampuan individu tersebut untuk melakukan

suatu pekerjaan tertentu.

d. Tidak diperlukannya institusionalisasi

Dalam kasus pasien yang telah berada di RS Jiwa untuk beberapa tahun,

kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat

Page 21: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

dipandang sebagai kemajuan yang besar. Penilaian tersebut tidak memerlukan

suatu pengesahan dari suatu institusi tertentu.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa

individu yang mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang baik memiliki

karakteristik khusus, yaitu tidak adanya emosi yang berlebihan, tidak adanya

mekanisme pertahanan diri, tidak adanya frustasi personal, memiliki

pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri, perasaan subjektif

yang menyenangkan, pencapaian personal dan sosial, memiliki kemampan untuk

bekerja, memiliki kemampuan untuk belajar, tidak diperlukannya

institusionalisasi, memanfaatkan pengalaman yang lalu, memiliki sikap realistik

dan objektif.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Faktor yang dapat menentukan penyesuaian diri yang berhubungan

dengan perkembangan kepribadian yaitu: (Crow & Crow, 1960)

a. Faktor kondisi fisik, meliputi keturunan, keadaan fisik, kecemasan, kelenjar,

dan sistem otot, kesehatan, penyakit, dsb

b. Perkembangan dan kematangan, khususnya intellectual, social, moral, dan

kematangan emosi

c. Faktor psikologi, meliputi pengalaman, belajar, penentuan diri, frustrasi dan

konflik

d. Kondisi Lingkungan, khususnya di rumah, keluarga, dan sekolah

e. Faktor Budaya, termasuk agama.

Page 22: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi berhasilnya penyesuaian diri seseorang adalah

kondisi fisik individu; perkembangan dan kematangan intelektual, sosial ,moral

dan emosional; kondisi psikologis; kondisi lingkungan; budaya.

Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Stres Kerja pada Karyawan

Menurut Kartono (1992), ciri-ciri jasmaniah perempuan sangat berbeda

dengan milik kaum laki-laki. Perbedaan secara anatomis dan fisiologis

menyebabkan perbedaan pula pada pola tingkah laku dan struktur aktivitasnya.

Gray (2003) berpendapat bahwa hal yang paling penting bagi laki-laki

di dunia kerja adalah hasil. Laki-laki selalu melakukan berbagai hal untuk

membuktikan kemampuan mereka dan mengembangkan kekuatan serta

keterampilan. Ini berbeda dengan perempuan pekerja, yang lebih tertarik pada

kualitas hubungan dan lingkungan kerja. Perempuan mencurahkan lebih banyak

waktu serta perhatian untuk saling mendukung, membantu, dan membenarkan.

Pada saat dihadapkan pada suatu masalah, laki-laki cenderung berusaha untuk

memecahkannya sendiri. Apabila laki-laki tidak dapat menemukan sebuah solusi,

maka untuk mengurangi stresnya, laki-laki akan sementara melupakan masalah

itu dengan terfokus pada hal lain yang dapat ditangani, seperti rekreasi, dan olah

raga. Bagi perempuan yang sedang menghadapi masalah, reaksi pertama yang

dilakukan adalah membuka diri dan melibatkan orang lain untuk mencari jalan

keluar.

Page 23: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara laki-laki dan

perempuan mengalami perbedaan dari segi biologis, psikologis dan sosial,

sehingga akan berpengaruh terhadap stres kerja pada karyawan di PT Telkom.

Dinamika Psikologis antara Kemampuan Penyesuaian Diri Budaya

Perusahaan dengan Stres Kerja pada Karyawan

Sejak ditetapkannya Undang-Undang No. 36 tahun 1999 dan berlaku

efektif pada tanggal 8 September 2000, menandai berakhirnya era monopoli

dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi di Indonesia dan menempatkan PT.

Telkom dalam persaingan penuh di semua bidang usaha yang dikelolanya

(Kartajaya, Yuswohadi, Madyani, 2004). Merespon hal tersebut, PT. Telkom

mengubah visi-misi Telkom pada tahun 2000. Untuk merealisasikan visi dan

mendukung pelaksanaaan misi maka PT. Telkom menerapkan budaya perusahaan

baru yang diberi nama “The Telkom Way 135”, melalui Keputusan Direksi

Perusahaan Perseroan PT Telekomunikasi Indonesia, TBK dengan nomer:

KD.24/PR180/CTG-00/2003 (Kristiono, 2003). PT. Telkom menuntut agar para

karyawan dapat mengimplementasikan budaya perusahaan “The Telkom Way

135” ke dalam masing-masing individu yang kemudian dapat diterapkan dalam

pelaksanaan tugas.

Hasil penelitian yang dilakukan Fincham dan Rhodes pada tahun 1988

(Munandar, A.S. 2001), menyimpulkan definisi stres adalah hasil dari tidak atau

kurang adanya kecocokan antara orang (kepribadian, bakatnya, dan

Page 24: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

kecakapannya) dan lingkungannya, yang mengakibatkan ketidakmampuannya

untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif .

Robbins (1998) meyebutkan bahwa faktor penyebab stres ada tiga yaitu

faktor lingkungan, faktor organisasional, dan faktor individual. Budaya

perusahaan dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan timbulnya

stress, yaitu pada faktor organisasional. Organisasi menuntut anggotanya untuk

bersikap dan berperilaku sesuai dengan suasana, kebijakan, dan konvensi

kelompok. Namun tidak semua kondisi kelompok sesuai dengan keinginan,

harapan, dan kebutuhan individu. Ketidaksesuaian inilah yang akan

memunculkan konflik dan ketegangan. Stres akan bertambah jika tidak ada

mekanisme komunikasi timbal balik yang memadai sehingga kedua belah pihak

(kelompok dan anggota kelompok) tidak dapat saling bertukar pikiran.

Hasil penelitian Hurrel, dkk pada tahun 1988 (Munandar, A.S. 2001)

menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress dalam

pekerjaan dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu faktor-faktor

instrinsik dalam pekerjaan, faktor peran dalam organisasi, faktor pengembangan

karier, faktor hubungan dalam pekerjaan, serta faktor struktur dan iklim

organisasi. Sumber-sumber stres pada faktor struktur dan iklim organisasi adalah

bagaimana para karyawan mempersepsikan kebudayaan, kebiasaan dan iklim

organisasi. Apabila karyawan dalam mempersepsikan kebudayaan, kebiasaan,

dan iklim organisasi bersifat negatif maka akan mempengaruhi kemampuan

penyesuaian diri individu di lingkungan organisasi tersebut dan secara tidak

langsung akan menyebabkan timbulnya stres pada karyawan.

Page 25: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan

bahwa kemampuan penyesuaian diri terhadap pekerjaan berpengaruh terhadap

stres kerja pada karyawan. Bagaimana individu tersebut menyesuaikan diri

dengan budaya perusahaan yang baru. Semakin tinggi kemampuan penyesuaian

diri individu terhadap pekerjaan maka individu tersebut tidak akan mengalami

stres di dalam bekerja. Sebaliknya semakin rendah kemampuan penyesuaian diri

individu terhadap pekerjaan maka individu tersebut akan mengalami stres di

dalam bekerja.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara

kemampuan penyesuaian diri terhadap pekerjaan dengan stres kerja pada

karyawan di PT Telkom. Karyawan yang memiliki kemampuan penyesuaian

tinggi terhadap pekerjaan maka kecil kemungkinan mengalami stres di dalam

bekerja. Sebaliknya karyawan yang memiliki kemampuan penyesuaian diri

rendah terhadap pekerjaan maka akan mengalami stres di dalam bekerja.

Metodologi Penelitian

Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

Variabel Tergantung : Stres Kerja Pada Karyawan di PT Telkom

Variabel Bebas : Kemampuan Penyesuaian Diri Terhadap Pekerjaan

Page 26: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

Variabel Moderator : Jenis Kelamin

Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Stres Kerja

Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang muncul karena

interaksi manusia (kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya) dengan

pekerjaannya (karakteristik tuntutan pekerjaan dan lingkungan) sehingga dapat

mempengaruhi kondisi fisiologis dan psikologis karyawan tersebut di dalam

melaksanakan pekerjaan.

Aspek-aspek yang dapat mempengaruhi stres kerja adalah aspek

lingkungan, aspek organisasional dan aspek individual.

Stres kerja pada karyawan di PT Telkom akan terlihat melalui skor yang

diperoleh dari skala stres kerja yang disusun penulis dengan memodifikasi alat

ukur yang pernah digunakan Haitami (2000) dengan disertai perubahan kalimat

dan penambahan beberapa aitem yang sesuai dengan situasi dan kondisi di PT.

Telekomunikasi Indonesia. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti

semakin tinggi subjek mengalami stres di dalam pekerjaannya dan sebaliknya

semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah subjek

mengalami stres di dalam pekerjaannya.

2. Kemampuan Penyesuaian Diri Terhadap Pekerjaan

Kemampuan penyesuaian diri terhadap pekerjaan adalah suatu usaha

yang dilakukan oleh karyawan untuk mengatasi segala hambatan dan

Page 27: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

permasalahan baik yang timbul karena tuntutan dari dalam dirinya (fisik) maupun

dari lingkungannya (sosial).

Kemampuan penyesuaian diri terdiri dari 11 aspek, yaitu: tidak adanya

emosi yang berlebihan, tidak adanya mekanisme pertahanan diri, tidak adanya

frustasi personal, memiliki pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan

diri, perasaan subjektif yang menyenangkan, pencapaian personal dan sosial,

memiliki kemampan untuk bekerja, memiliki kemampuan untuk belajar, tidak

diperlukannya institusionalisasi, memanfaatkan pengalaman yang lalu, memiliki

sikap realistik dan objektif.

Aspek-aspek kemampuan penyesuaian diri budaya perusahaan pada diri

subjek terlihat melalui skor yang diperoleh dari skala kemampuan penyesuaian

diri terhadap pekerjaan yang disusun sendiri oleh peneliti. Semakin tinggi skor

yang diperoleh subjek, berarti semakin baik kemampuan penyesuaian diri subjek

terhadap pekerjaan. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek,

berarti semakin buruk kemampuan penyesuaian diri subjek terhadap pekerjaan.

3. Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan

yang didapatkan berdasarkan pengisian identitas responden dalam penelitian.

Subjek Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah karyawan PT Telekomunikasi

Indonesia, Tbk, tanpa ada batasan jenis kelamin dan usia. Karakteristik subjek

penelitian yaitu karyawan telah bekerja minimal tiga tahun dan mempunyai status

Page 28: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

sebagai karyawan tetap. Karyawan tetap adalah karyawan yang bekerja di

perusahaan yang bersangkutan dan tidak bekerja di perusahaan lain pada masa

yang sama. Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan teknik purposive sampling.

Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan dengan metode pelaporan

diri secara tertulis atau angket. Ada tiga jenis data yang dikumpulkan, yaitu:

1. Identitas Subjek

Identitas diri didapatkan dari isian yang harus ditulis oleh subjek pada

awal proses pengambilan data.

2. Skala Stres Kerja

Skala pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala stres

kerja hasil modifikasi alat ukur yang pernah digunakan Haitami (2000) dengan

disertai perubahan kalimat dan penambahan beberapa aitem yang sesuai dengan

situasi dan kondisi di PT. Telekomunikasi Indonesia.

Skala ini dibuat berdasarkan teori Robbins (1998) yang terdiri atas

enam aspek yang dapat mempengaruhi stres kerja, yaitu: aspek peran, aspek

pekerjaan, aspek hubungan dalam organisasi, aspek lingkungan fisik, aspek

organisasi dan aspek behavior setting.

3. Skala Kemampuan Penyesuaian Diri Terhadap Pekerjaan

Skala kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

kemampuan penyesuaian diri terhadap pekerjaan, yang disusun sendiri oleh

Page 29: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

peneliti. Skala kemampuan penyesuaian diri terhadap pekerjaan meliputi

beberapa aspek, yaitu: tidak adanya emosi yang berlebihan, tidak adanya

mekanisme pertahanan diri, tidak adanya frustasi personal, memiliki

pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri, perasaan subjektif

yang menyenangkan, pencapaian personal dan sosial, memiliki kemampan untuk

bekerja, memiliki kemampuan untuk belajar, memanfaatkan pengalaman yang

lalu, memiliki sikap realistik dan objektif.

Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen

pengukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat dikatakan mempunyai

validitas yang tinggi bila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau

memberikan hasil ukur yang sesuai dengan dikenakannya pengukuran tersebut

(Azwar, 2004). Pengujian validitas dilakukan dengan mengunakan teknik

korelasi Product Moment Karl Pearson.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah keajegan (consistency) dari alat ukur tersebut yang

pada prinsipnya menunjukkan sejauhmana pengukuran itu dapat memberikan

hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap

subjek yang sama (Azwar, 2004). Uji coba reliabilitas pada alat pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Alpha Cronbach.

Page 30: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

Metode Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik

analisis korelasi Product Moment Karl Pearson untuk mengetahui hubungan

antara kemampuan penyesuaian diri budaya perusahaan The Telkom Way 135

dengan stres kerja pada karyawan di PT Telkom. Teknik analisis yang digunakan

untuk mengetahui perbedaan stres kerja antara karyawan PT Telkom yang

berjenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah Independent Sample t – test.

Hasil Penelitian

Tabel 1 Deskripsi Data Penelitian

Variabel Empirik Hipotetik Min Maks M SD Min Maks M SD

Stres Kerja Kemampuan Penyesuaian

Diri

73 161 126.5429 15.66653 120 175 139.3714 9.73440

61 244 152.5 30.5 47 188 117.5 23.5

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rerata empirik stres kerja =

126.5429 dibawah rerata hipotetik = 152.5 dengan standar deviasi (SD) =

15.66653. Sedangkan mean empirik kemampuan penyesuaian diri = 139.3714

diatas rerata hipotetik = 117.5 dengan standar deviasi (SD) = 9.73440.

Kriteria klasifikasi berdasarkan pada standar deviasi dan mean empirik

dari skor stres kerja dan kemampuan penyesuaian diri dapat diuraikan untuk

mengetahui keadaan kelompok subyek penelitian.

Tabel 2 Kriteria Kategorisasi Skala Stres Kerja

Kategori Nilai Jumlah % Sangat Tinggi 198 = X 0 0 %

Page 31: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

Tinggi Sedang Rendah

Sangat Rendah

168 < X = 198 137, < X = 168 107< X = 137 X = 107

0 19 47 4

0 % 27,14 % 67,14 % 5,71 %

Hasil masing – masing variabel yaitu stres kerja memiliki rentang X =

198.25 untuk ketegori sangat tinggi, 167.75 < X = 198.25 untuk kategori tinggi,

137.25 < X = 167.75 untuk kategori sedang, 106.75 < X = 137.25 untuk kategori

rendah, dan X = 106.75 untuk kategori sangat rendah. Rerata empirik keseluruhan

subjek pada deskripsi data penelitian untuk variabel stres kerja adalah 126.5429

sehingga dapat disimpulkan bahwa stres kerja dalam penelitian ini berada dalam

kategori rendah.

Tabel 3 Kriteria Kategorisasi Skala Kemampuan Penyesuaian Diri

Kategori Nilai Jumlah % Sangat Tinggi

Tinggi Sedang Rendah

Sangat Rendah

153 = X 129 < X = 153 106 < X = 129 82 < X = 106 X = 82

5 57 8 0 0

7,14 % 81,43 % 11,43 %

0 % 0 %

Hasil masing – masing variabel yaitu stres kerja memiliki rentang X =

152.75 untuk ketegori sangat tinggi, 129.25 < X = 152.75 untuk kategori tinggi,

105.75 < X = 129.25 untuk kategori sedang, 82.25 < X = 105.75 untuk kategori

rendah, dan X = 82.25 untuk kategori sangat rendah. Rerata empirik keseluruhan

subjek pada deskripsi data penelitian untuk variabel kemampuan penyesuaian diri

adalah 139.3714 sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan penyesuaian

diri dalam penelitian ini berada dalam kategori tinggi.

Page 32: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

Pembahasan

Analisis data untuk menguji hipotesis didapatkan hasil bahwa ada

hubungan negatif yang sangat signifikan antara kemampuan penyesuaian diri

terhadap pekerjaan dengan stres kerja pada karyawan di PT. Telkom. Hipotesis

tersebut diterima dengan ditunjukkan oleh nilai r = -0.585 dan p = 0.00 ( p<0.05).

Adanya hubungan yang negatif antara kemampuan penyesuaian diri

terhadap pekerjaan dengan stres kerja pada karyawan di PT. Telkom senada

dengan penelitian yang dilakukan oleh Fincham & Rhodes (1988) (dalam

Munandar, 2001), bahwa stres merupakan hasil dari tidak atau kurang adanya

kecocokan antara orang (dalam arti kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya)

dan lingkungannya, yang mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi

berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif. Stres juga dapat menciptakan

adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang dapat mempengaruhi emosi,

proses berpikir , dan kondisi seorang karyawan. (Rivai, 2004). Stres yang terlalu

besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan,

yang pada akhirnya mengganggu pelaksanaan tugas-tugasnya, sehingga

mengganggu prestasi kerjanya (Martoyo, 1995). Karyawan yang dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya maka karyawan tersebut akan

mampu menghadapi berbagai tuntutan pekerjaan secara efektif baik secara fisik

dan psikis.

Kemampuan penyesuaian diri individu terhadap lingkungan merupakan

salah satu faktor yang dapat menimbulkan stres kerja. Hasil penelitian Hurrel

pada tahun 1988 (dalam Munandar,2001) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang

Page 33: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

dapat menimbulkan stres dalam pekerjaan dapat dikelompokkan ke dalam lima

kategori, yaitu faktor instrinsik dalam pekerjaan, faktor peran dalam organisasi,

faktor pengembangan karier, faktor hubungan dalam pekerjaan, serta faktor

struktur dan iklim organisasi. Sumber-sumber stres pada faktor iklim dan

organisasi adalah bagaimana para karyawan mempersepsikan dan beradaptasi

dengan kebudayaan, kebiasaan dan iklim dari organisasi. Organisasi menuntut

anggotanya untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan suasana, kebijakan, dan

konvensi kelompok. Namun tidak semua kondisi kelompok sesuai dengan

keinginan, harapan, dan kebutuhan individu. Ketidaksesuaian inilah yang akan

memunculkan konflik dan ketegangan.

Tidak adanya perbedaan stres kerja yang signifikan antara karyawan PT

Telkom yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang ditunjukkan melalui

t = 0.172 dengan p = 0.864 ( p>0.05 ). Hasil penelitian ini menguatkan penelitian

Oktasela (1999) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan stres kerja yang

signifikan antara karyawan pria dan wanita.

Gray (2003) berpendapat bahwa untuk mengelola stres secara efektif,

perusahaan dapat menyediakan program pengayaan hidup, jadwal kerja yang

fleksibel, kegiatan rekreasi serta olah raga, guna membantu pegawai untuk

mendapatkan dukungan emosional yang mereka perlukan di luar tempat kerja.

Cara ini terbukti dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi stres kerja.

PT. Telkom memberikan kesempatan kepada karyawannya untuk

mengembangkan karir setinggi-tingginya tanpa ada pembedaan jenis kelamin.

Page 34: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

Rencana pengembangan karir, training, promosi, dan kompensasi memungkinkan

tidak ada perbedaan stres kerja pada karyawan laki-laki dan perempuan.

Kesimpulan

Hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini terbukti sehingga didapatkan hasil bahwa ada

hubungan negatif yang sangat signifikan antara kemampuan penyesuaian diri

terhadap pekerjaan dengan stres kerja pada karyawan di PT. Telkom. Karyawan

yang memiliki kemampuan penyesuaian tinggi terhadap pekerjaan maka kecil

kemungkinan mengalami stres di dalam bekerja. Sebaliknya karyawan yang

memiliki kemampuan penyesuaian diri rendah terhadap pekerjaan maka akan

mengalami stres di dalam bekerja.

Adapun dari penelitian ini diperoleh hasil tambahan yang menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan stres kerja antara karyawan PT Telkom yang berjenis

kelamin laki-laki dan perempuan.

Saran

1. Kepada Perusahaan

a. Perusahaan diharapkan mempertimbangkan kemampuan penyesuaian diri

pada calon karyawan dalam melakukan proses rekruitmen, sehingga

karyawan tersebut kecil kemungkinan akan mengalami stres pada saat

menghadapi perubahan lingkungan.

Page 35: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

b. Perusahaan diharapkan mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif

bagi karyawan sehingga mampu meminimalisir terjadinya stres pada

karyawan.

2. Kepada Subjek Penelitian

Para karyawan diharapkan tetap melakukan penyesuaian diri terhadap

kondisi lingkungan sekitarnya agar dapat memperkecil kemungkinan terjadinya

stres kerja yang dapat mengganggu dalam pelaksanaan tugas karyawan.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan mempertimbangkan faktor-faktor lain

yang diperkirakan dapat mempengaruhi stres kerja, seperti: religiusitas,

komunikasi interpersonal, kepemimpinan organisasi, dan sebagainya.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan tambahan metode

dalam pengambilan data, seperti: wawancara dan observasi.

c. Peneliti selanjutnya diharapkan memperluas subjek penelitian untuk

mendapatkan hasil yang lebih komprehensif.

Page 36: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Calhoun, J. F. & Acocella, J. R. 1990. Psychology of Adjustment and Human Relationships. Third Edition. New York: Mc.Graw-Hill Publishing Company.

Crow, L. D. & Crow, A. C. 1960. Reading in Abnormal Psychology. New Jersey: Littlefield Adams & Co.

Gray, J. 2003. Mars and Venus in The Workplace. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Haitami, R. M. 2000. Hubungan antara Pemahaman Konsep Kebermaknaan Hidup dengan Stres Kerja Karyawan. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Kartajaya, H. & Yuswohady. & Madyani, D. 2004. on Becoming a Customer-Centric Company: Transformasi Telkom Menjadi Perusahaan Berbasis Pelanggan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita: Mengenal Gadis Remaja & Wanita Dewasa. Jilid 1. Bandung: CV Mandar Maju.

Kristiono. 2003. The Telkom Way 135: Budaya Korporasi sebagai Jiwa, Insan Telkom dalam Berkiprah untuk Memenangkan Kompetisi. Bandung: PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

Lazzarus, R. S. 1969. Pattern of Adjustment and Human Effectiveness. New York: Mc.Graw-Hill Book Company.

Luthans, F. 1998. Organizational Behavior. Eight Edition. New York: Mc.Graw-Hill Companies, Inc.

Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Page 37: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · internasional dipegang oleh indosat sehingga masyarakat terbiasa memutar

Oktasela, D. 2001. Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Stres Kerja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Rivai, V. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Robbins, S. P. 1998. Organizational Behavior: Concepts, Controversies, Applications. Eight Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Schneiders, A. A. 1964. Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehart and Winston.

Tallent. 1978. Psychology of Adjustment: Understanding Ourselves and Others. New York: Mc.Graw-Hill Book Company.