naskah publikasi hubungan antara...

22
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT Oleh: MEYLINDA FITRIA CHAIRANI SUS BUDIHARTO, S.Psi, M.Si, Psi PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2009

Upload: trinhnhan

Post on 30-Jan-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN

STRES KERJA PADA PERAWAT

Oleh:

MEYLINDA FITRIA CHAIRANI

SUS BUDIHARTO, S.Psi, M.Si, Psi

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2009

Page 2: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

2

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN

STRES KERJA PADA PERAWAT

Telah Disetujui Pada Tanggal

_________________

Dosen Pembimbing Utama

(Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psi)

Page 3: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

3

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN

STRES KERJA PADA PERAWAT

Meylinda Fitria Chairani Sus Budiharto

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi interpersonal dengan stres kerja perawat. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara komunikasi interpersonal dengan stres kerja pada perawat. Semakin tinggi komunikasi interpersonal perawat maka semakin rendah stres kerja perawat. Sebaliknya, semakin rendah komunikasi interpersonal perawat maka stres kerja perawat semakin tinggi.

Subjek pada penelitian ini adalah perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta. berjumlah 50 responden, terdiri dari 11 laki-laki dan 39 perempuan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala stres kerja dengan mengacu pada aspek-aspek stres kerja yang dikemukakan oleh Robbins (1998) dan skala komunikasi interpersonal dengan mengacu pada aspek-aspek komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh Rakhmat (2007) .

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan korelasi product moment dari Pearson untuk menguji hubungan antara komunikasi interpersonal dengan stres kerja perawat, dengan menggunakan fasilitas program SPSS versi 13.0 for Windows sebagai alat bantu analisis statistik. Hasil analisis statistik data menunjukkan korelasi sebesar r = -0,637 dan p = 0,000 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan negatif yang signifikan antara komunikasi interpersonal dengan stres kerja perawat. Sehingga hipotesis diterima.

Kata Kunci : Stres Kerja Perawat, Komunikasi Interpersonal

Page 4: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

4

PENGANTAR

Salah satu masalah yang pasti akan dihadapi oleh setiap orang dalam

kehidupan berkarya adalah stres. Stres merupakan kondisi ketegangan yang

berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang. Stres harus

segera diatasi, namun apabila stres tidak diantisipasi dengan baik dan benar maka

pada umumnya akan berakibat pada ketidakmampuan seseorang berinteraksi

secara positif dengan lingkungannya, baik dalam lingkungan pekerjaan maupun

lingkungan di luar pekerjaannya (Siagian, 2006). Sejalan dengan Handoko (1995)

bahwa lingkungan yang paling potensial menghadirkan stres adalah lingkungan

kerja di mana beban tugas dari pekerjaan yang bersangkutan benar-benar dapat

mengganggu karyawan atau pekerja yang bersangkutan. Stres yang berasal dan

berkaitan dengan segala sesuatu dari lingkungan kerja lazim disebut dengan stres

kerja. Luthans (2006) mengungkapkan bahwa stres kerja merupakan suatu kondisi

yang muncul karena interaksi manusia dengan pekerjaannya yang dirincikan oleh

terjadinya perubahan dalam diri individu yang mendorong terjadinya penyimpangan

dari fungsi normalnya.

Stres kerja merupakan hal yang sangat umum ditemui. Menurut Ellis, dkk

(2000) fenomena stres kerja biasa dialami oleh orang-orang yang terjun dalam

profesi kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh The National Institute For

Occupational Safety And Health (NIOSH) menunjukkan bahwa pekerjaan-pekerjaan

yang berhubungan dengan rumah sakit atau kesehatan memiliki kecenderungan

yang tinggi untuk terkena gangguan kesehatan mental seperti stres dan depresi.

Salah satu dari pekerjaan tersebut adalah perawat (Selye dalam Smet, 1994).

Page 5: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

5

Perawat adalah orang yang bertugas untuk merawat dan menyembuhkan

orang yang sakit baik dilaksanakan sendiri maupun di bawah pengawasan dokter

atau suster kepala. Selanjutnya beberapa peran dari seorang perawat antara lain

adalah memberikan pelayanan yang baik dalam bidang kesehatan dan melindungi

hak-hak dari pasien, membuat keputusan yang tepat akan kondisi kesehatan pasien,

bertanggung jawab terhadap proses perawatan yang profesional, memberi informasi

kesehatan terhadap pasien, dan sebagai role model bagi masyarakat yang berkaitan

dengan kesehatan. Sedangkan kewajiban dari seorang perawat antara lain adalah

memberikan pelayanan standar sesuai dengan standar profesi, bekerjasama dengan

tenaga medis terkait lainnya dalam memberikan pelayanan darurat sebagai tugas

kemanusiaan sesuai dengan batas-batas kewenangannya (Cookfair, 1996).

Perawat dalam melaksanakan tugasnya, tidak jarang harus berhadapan

dengan berbagai macam tekanan, baik yang berasal dari pekerjaan maupun dari

luar pekerjaannya. Anoraga (2006) menyatakan bahwa stres akan muncul jika

individu menganggap suatu kondisi yang mereka alami menekan atau mengancam.

Kecemasan, depresi dan penurunan kesehatan lainnya kerap kali dijumpai pada

perawat. Beban tugas yang berat dan kadang berlebih diketahui sebagai sumber

potensial penyebab stres kerja pada perawat (Rahardjo, 2005). Lebih rinci Sarafino

(dalam Yusrizal, 2003) menjelaskan beberapa kondisi yang menyebabkan pekerjaan

perawat menjadi sangat menekan. Kondisi tersebut adalah tanggung jawab atas

kehidupan atau kesehatan orang lain, beban kerja yang berat, keharusan untuk

selalu berhubungan dengan masalah hidup atau mati serta gambaran tentang

konsekuensi yang berat yang harus ditanggung jika melakukan kesalahan.

Page 6: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

6

Pada penelitian ini, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta

merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan milik pemerintah kota

Yogyakarta. RSUD Kota Yogyakarta merupakan rumah sakit yang sangat

mementingkan kualitas pelayanan yang diberikan. Rumah sakit selalu berusaha

melakukan pengelolaan terhadap karyawannya agar kinerja dan kualitas pelayanan

tetap dalam kondisi yang baik. Namun, dengan fenomena yang ada masih dijumpai

perawat yang terlihat mengalami gejala stres. Berdasarkan hasil observasi peneliti,

di salah satu bangsal rumah sakit bahwa terlihat adanya ketegangan akibat tugas

administrasi (laporan keperawatan) yang menumpuk dengan waktu kerja yang

sebentar, yaitu yang dimaksud adalah perawat harus menyelesaikan tanggung

jawabnya sesuai dengan waktu (shift) kerja yang ada. Kemudian peneliti melihat

adanya kecemasan pada perawat saat berhadapan dengan situasi keperawatan

yang sulit, yaitu ketika salah seorang pasien berada pada kondisi kesehatan yang

memburuk. Menurut Ellis, dkk (2000) gejala-gejala stres akan lebih mungkin terjadi,

apabila peristiwa yang dialaminya sangat penting dan genting, dimana masa depan

seseorang tergantung kepadanya.

Stres yang dihadapi oleh perawat dalam bekerja akan sangat mempengaruhi

kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Apabila

berkepanjangan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan

keselamatan perawat, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi prestasi kerjanya.

Tidak dapat disangkal bahwa stres yang tidak teratasi pasti berpengaruh terhadap

prestasi kerja.

Page 7: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

7

Kemampuan seorang perawat dalam mengatasi stres kerja berbeda satu

dengan lainnya, demikian juga dengan mekanisme koping yang ditampilkan serta

respon terhadap stres itu sendiri, mulai dari tahap stres ringan sampai dengan tahap

stres berat. Menurut Robbins (1998) stres kerja yang terjadi akan berpengaruh pada

kondisi fisiologis, kondisi psikologis, dan kondisi perilaku pada perawat. Perawat

yang mengalami stres kerja dengan intensitas yang tinggi akan mempengaruhi

bagaimana perawat tersebut dalam menjalin hubungan emosional dengan

pasiennya (Ellis dkk, 2000).

Caldwell, et. al. (Purwandari, 2000) menjabarkan faktor-faktor yang

menyebabkan stres kerja pada perawat yaitu Lingkungan fisik, beban kerja (terkait

dengan pasien atau non pasien), macam dan tingkat kegawatan penyakit, hubungan

interpersonal dan komunikasi, dan pembuatan keputusan (terkait dengan respon

kehilangan dan kematian). Sedangkan Smet (1994) menyatakan bahwa stres yang

berkaitan dengan pekerjaan pada perawat lebih sering muncul berupa ketegangan

dalam menjalankan tugasnya sehari-hari daripada peristiwa-peristiwa besar yang

traumatis. Meskipun kecil, ketegangan sehari-hari dapat menyebabkan stres, karena

pola kejadian yang relatif tetap dan terus-menerus, seperti beban tugas yang

meningkat, komunikasi yang kurang efektif, pertentangan dan konflik.

Pada penelitian Hartono (2004) sumber stres kerja perawat ialah berasal dari

kondisi lingkungan fisik pekerjaan, beban kerja, kondisi penyakit yang dihadapi

perawat, pembuatan keputusan dan hubungan interpersonal. Stres yang tidak

diatasi dengan baik dapat berakibat pada ketidakmampuan individu berinteraksi

secara positif dengan lingkungannya, baik dalam lingkungan pekerjaan maupun di

Page 8: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

8

luar lingkungan pekerjaan. Selanjutnya lingkungan kerja dapat menjadi sumber

timbulnya stres kerja, yaitu tuntutan kerja, tanggung jawab kerja, lingkungan fisik

kerja, rasa kurang memiliki pengendalian, hubungan antar manusia, rasa kurang

pengakuan dan peningkatan jenjang karier, serta kurang aman dalam bekerja

(Hendrartini dan Pamardiningsih, 1999).

Komunikasi merupakan proses yang kompleks yang melibatkan perilaku dan

memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.

Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna, karena merupakan

metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Oleh karena itu,

diperlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial bagi perawat, mencakup

ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku

“caring” atau kasih sayang dalam berkomunikasi dengan orang lain. Selanjutnya

perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan baik tidak saja akan

mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, hal tersebut dapat mencegah

terjadinya masalah legal, juga mampu memberikan kepuasan profesional dalam

pelayanan keperawatan dan mampu meningkatkan citra profesi keperawatan serta

citra dari rumah sakit (hhtp://ppni.or.id, 2006).

Hardjana (2003) mengemukakan lima macam komunikasi dari segi pasangan

yang terlibat, yaitu intrapersonal, interpersonal, kelompok kecil, kelompok besar dan

publik. Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada komunikasi

interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau

beberapa orang, sehingga pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung,

dan penerima dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula. Komunikasi

Page 9: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

9

interpersonal antara perawat dengan pasien dalam hal ini lebih ditekankan pada

hubungan yang bersifat humanistik yang mengharuskan perawat untuk terlibat

secara mendalam dengan pasien dan memandang pasien sebagai individu yang

mempunyai kebutuhan fisik, psikologis dan sosial. Melalui komunikasi interpersonal

perawat berhadapan langsung dengan pasien. Dalam situasi komunikasi seperti ini,

umpan balik terjadi secara langsung, yaitu perawat dapat mengetahui efek

komunikasinya pada saat itu juga, karena reaksi pasien dapat diketahui pada saat

perawat menyampaikan pesannya.

Komunikasi interpersonal dalam proses keperawatan bertujuan membangun

hubungan kepercayaan antara perawat dan pasien. Komunikasi interpersonal yang

efektif membantu membangun kepercayaan dan hubungan interpersonal yang baik

antara perawat dan pasien (Ellis dkk, 2000). Akan tetapi, kenyataannya dalam

berkomunikasi perawat maupun pasien menunjukkan sikap tidak terbuka,

ketidakjujuran dan minimnya sikap dukungan antara keduanya. Contohnya dari hasil

observasi peneliti dalam sebuah proses keperawatan ialah pada saat pasien

diminta untuk jujur akan respon yang dihasilkan dari proses pemberian pengobatan,

apakah pasien mengalami gejala baru dari pengobatannya tersebut atau keadaanya

normal saja. Namun, pasien salah memberikan interpretasi dari respon obat yang

diberikan sehingga pasien terlihat tidak jujur terhadap apa yang dirasakannya. Dan

pada akhirnya perawat meminta bantuan kepada Dokter jaga untuk menangani

gejala yang sebenarnya pasien rasakan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat senior RSUD Kota

Yogyakarta, pada awal bulan Desember 2008, diketahui bahwa komunikasi yang

Page 10: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

10

terjadi antara perawat dengan pasien terjalin baik. Pada hakikatnya perawat harus

memahami pasien, karena perawat memang diwajibkan untuk memberikan

pelayanan sebaik mungkin, walaupun terkadang dalam keperawatan pasien tidak

bekerjasama dengan baik. Perawat sendiri memahami kondisi dari si pasien dimana

seseorang yang sedang sakit pastilah emosinya tidak stabil, sehingga dibutuhkan

pengertian yang lebih, bahwa orang yang sedang sakit akan mengalami hambatan

dalam menjalin kerjasama ataupun berkomunikasi dengan baik. Namun, perawat

juga tidak memungkiri bahwa terkadang muncul perasaan jenuh untuk memahami

keadaan tersebut, dimana pada akhirnya perawat merasa putus asa dalam

menjalani pekerjaannya, dan dapat memunculkan gejala-gejala stres pada dirinya

yaitu mudah marah atau mudah sekali tersinggung. Sehingga perawat dikatakan

galak atau tidak memahami pasiennya. Untuk itulah perawat dituntut lebih bijak

dalam menghadapi pasien dengan berbagai karakter, di mana perawat yang

kompeten harus menjadi seorang komunikator yang efektif dan setiap perawat

mempunyai tanggung jawab untuk memperhatikan perkembangannya sendiri dalam

bidang komunikasi interpersonalnya.

Menurut Pace & Faules (2005) perilaku komunikasi dan reaksi telah lama

dianggap sebagai anteseden dan konsekuensi keadaan yang penuh stres. Dengan

kata lain, cara orang berkomunikasi boleh jadi menimbulkan stres pada diri mereka

dan orang lain, dan stres boleh jadi mempengaruhi cara orang berkomunikasi”. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal yang buruk antara

perawat dan pasien dapat menjadi penyebab terjadinya stres kerja pada perawat,

sebaliknya kondisi psikologis yang “full stress” akan mempengaruhi bagaimana

Page 11: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

11

perawat mengadakan interaksi dengan pasiennya, termasuk salah satu diantaranya

adalah kemampuan komunikasi interpersonal.

Berdasarkan berbagai fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara komunikasi interpersonal

dengan Stres Kerja pada Perawat. Seorang perawat diharapkan bisa melakukan

hubungan emosi yang baik dengan pasiennya yaitu melakukan komunikasi

interpersonal sehingga perawat tidak merasa terbebankan oleh tugas dan tanggung

jawabnya, yang apabila hubungan tersebut tidak kondusif akan mengakibatkan stres

kerja. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui “apakah ada hubungan yang

signifikan antara komunikasi interpersonal dengan stres kerja”.

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive

sampling, yaitu sampel diambil berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan

terlebih dahulu. Adapun karakteristik perawat adalah sebagai berikut : minimal

berpendidikan Akademi keperawatan (D3 keperawatan) dan telah bekerja sedikitnya

1 tahun, dengan alasan karena dengan masa kerja tersebut, perawat sudah

mengetahui kondisinya yang ada di tempat kerja serta mampu mengukur seberapa

jauh perawat melakukan komunikasi dengan para pasiennya.

Page 12: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

12

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan skala. Peneliti akan menggunakan dua buah skala untuk

mengukur kedua variabel, yaitu:

1. Skala Stres Kerja Perawat

Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala yang disusun

oleh peneliti terdiri dari 30 pertanyaan terbagi dalam tiga aspek (Robbins,1998) yaitu

(1) aspek fisik, jumlah 10 pertanyaan; (2) aspek psikologis, jumlah 10 pertanyaan;

(3) aspek perilaku, jumlah 10 pertanyaan.

2. Skala Komunikasi Interpersonal

Skala komunikasi interpersonal dalam penelitian ini disusun oleh peneliti

terdiri dari 30 pertanyaan terbagi dalam tiga aspek (Rakhmat, 2007), yaitu (1) aspek

sikap percaya (trust) terdiri dari tiga hal (menerima, empati, dan kejujuran), jumlah

10 pertanyaan; (2) aspek sikap suportif, jumlah 10 pertanyaan; (3) aspek sikap

terbuka, jumlah 10 pertanyaan.

C. Metode Analisis Data

Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional, yaitu mencari hubungan

negatif antara komunikasi interpersonal dengan stres kerja pada perawat. Untuk

metode analisis data, peneliti menggunakan analisis staristik. Penelitian ini

menggunakan statistik korelasi product moment Pearson. Teknik korelasi ini

digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara komunikasi

Page 13: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

13

interpersonal dengan stres kerja pada perawat. Dalam pengolahan data, peneliti

menggunakan program komputer SPSS 13.0 for Windows.

HASIL PENELITIAN

1. Hasil Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan analisis data. Uji

asumsi ini meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas

merupakan syarat sebelum dilakukannya pengetesan nilai korelasi, dengan maksud

agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya

ditarik (Hadi, 2000).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel penelitian ini

terdistribusi secara normal atau tidak. Kaidah yang digunakan yaitu jika p > 0,05

maka sebaran data normal, sedangkan jika p < 0,05 maka sebaran data tidak

normal.

Hasil uji normalitas pada skala stres kerja perawat menunjukkan nilai K-SZ

sebesar 0,710 dengan p = 0,694 dan pada skala komunikasi interpersonal

menunjukkan nilai K-SZ sebesar 1,056 dengan p = 0,215. Hasil uji normalitas ini

menunjukkan bahwa skala stres kerja perawat dan skala komunikasi interpersonal

memiliki sebaran normal.

b. Uji Linieritas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel stres kerja dan

intensi turnover memiliki hubungan yang linear. Hubungan antara kedua variabel

Page 14: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

14

dikatakan linier apabila p < 0,05 begitu pula sebaliknya, hubungan antara kedua

variabel dikatakan tidak linier apabila p > 0,05.

Hasil uji linearitas dalam penelitian ini menunjukkan korelasi antara

komunikasi interpersonal dengan stres kerja pada perawat dengan hasil p Linearity

= 0,000 (p < 0,05) dan Deviation from Linearity = 0,104 (p > 0,05) maka dapat

dikatakan bahwa hubungan komunikasi interpersonal dengan stres kerja pada

perawat mempunyai hubungan korelasi yang linier.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi non-

parametric dari Spearman, karena kedua variabel tidak memenuhi syarat uji uji

linearitas, yaitu skor kedua variabel berdistribusi normal tetapi kedua variabel

tersebut tidak mempunyai hubungan yang linear dengan bantuan program SPSS

13.0 for windows.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa r = -0,637 dengan p = 0,000 (p <

0,05). Berdasarkan hasil korelasi tersebut bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara komunikasi interpersonal dengan stres kerja perawat, sehingga hipotesa

yang diajukan diterima.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka hipotesis yang telah

diajukan yaitu ada hubungan negatif antara stres kerja perawat dengan komunikasi

interpersonal dapat diterima. Korelasi antara kedua variabel tersebut adalah

Page 15: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

15

semakin tinggi komunikasi interpersonal maka akan semakin rendah stres kerja

pada perawat. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah komunikasi interpersonal

maka akan semakin tinggi stres kerja pada perawat. Hasil analisis korelasi dengan

menggunakan teknik product moment dari Pearson menunjukkan koefisien korelasi

(r) sebesar -0,637 dengan p = 0,000 (p < 0,05), menunjukkan adanya hubungan

antara komunikasi interpersonal dengan stres kerja. Komunikasi interpersonal

merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap tinggi rendahnya

stres kerja.

Stres kerja perawat pada penelitian ini dijelaskan sebagai kondisi yang dirasa

tidak menyenangkan dari interaksi perawat dengan pekerjaannya yang dapat

menyebabkan ketegangan dilingkungan kerja dengan meliputi aspek fisiologis,

psikologis, dan perilaku di tempat kerja. Komunikasi interpersonal pada penelitian

ini dijelaskan sebagai kemampuan dalam proses komunikasi perawat dengan

pasiennya dimana terjadi umpan balik, yang bertujuan meningkatkan efektivitas

pribadi dan efektivitas antar pribadi yang ditandai dengan adanya kepercayaan,

dukungan, dan keterbukaan.

Hubungan antara komunikasi interpersonal dengan stres kerja perawat

bersifat negatif. Terbukti bahwa semakin komunikasi interpersonal yang terjalin

antara perawat dan pasien kurang efektif (rendah) maka stres kerja akan semakin

tinggi. Perawat yang mengalami komunikasi Interpersonal yang kurang efektif dalam

pekerjaannya akan cenderung bersikap negatif seperti merasa cemas dan merasa

tidak mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh pasien dengan baik, sehingga

tidak mampu melakukan active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh

Page 16: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

16

perhatian). Kecemasan yang dialami perawat apabila tidak cepat diatasi akan dapat

sangat mempengaruhi interaksinya dengan orang lain terutama kepada pasien.

Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses karena melalui

komunikasi seseorang menyampaikan dan mendapatkan respon. Dampak dari

komunikasi interpersonal yang kurang efektif diantara perawat dan pasien, membuat

perawat tidak dapat memberikan pelayanan pada pasien dengan baik. Kondisi

tersebut dapat disebabkan oleh : minimnya rasa percaya antara perawat dan pasien

dalam proses perawatan, karena rasa ketidakpercayaan tersebut maka satu sama

lain menunjukkan sikap tidak terbuka, dan terakhir tidak adanya dukungan yang bisa

diberikan dimana sikap percaya tersebut pada hakikatnya menumbuhkan rasa

kesamaan dan kemudian dapat menjalin kerjasama yang baik dalam tindakan

keperawatan. Proses komunikasi interpersonal dibangun berdasarkan hubungan

saling percaya, sikap suportif dan sikap terbuka dengan pasien. Komunikasi yang

efektif merupakan hal yang esensial dalam menciptakan hubungan antara perawat

dan pasien, karena melalui komunikasi interpersonal perawat dan pasien dapat

menyampaikan informasi, pengetahuan, perasaan, dan perbuatannya secara timbal

balik (Ellis., dkk, 2000). Maka dengan komunikasi interpersonal yang terjadi terus-

menerus, dapat meningkatkan keterikatan psikologis antara perawat dan pasien,

menumbuhkan sikap saling percaya, menumbuhkan kesamaan, dan untuk kemudian

sama-sama dalam bertindak (Smet, 1994).

Namun, apabila dalam suatu komunikasi interpersonal terjadi suatu

percekcokan dan mengakibatkan ketidakefektifan dalam berkomunikasi, maka tidak

memungkinkan hal tersebut dapat menimbulkan suatu efek negatif pada diri individu

Page 17: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

17

yaitu terjadinya stres. Sehingga komunikasi yang seharusnya berjalan dengan efektif

malah berbalik menjadi komunikasi yang negatif, dan hal tersebut membuat perawat

kesulitan untuk menjalin hubungan dengan pasien dalam proses pemberian

pelayanan kesahatan. Pada hakikatnya perawat dituntut sebaik mungkin untuk

memberikan pelayanan, namum tidaklah mungkin bahwa dari lingkungan

pekerjaannya sendiri perawat mengalami suatu perilaku negatif yaitu stres kerja.

Perawat yang mengalami stres kerja akan mengambil jarak dan menarik diri dari

pasien karena menganggap pasien adalah penyebab timbulnya masalah sehingga

mereka akan cenderung menghindari (Cherniss dalam Purwandari, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal

yang dimiliki perawat RSUD kota Yogyakarta tergolong tinggi yaitu 56%. Hal ini

karena dipengaruhi oleh masa kerja responden (70%) yaitu di atas 5 tahun. Semakin

lama masa kerja maka akan semakin banyak mendapatkan pengalaman sehingga

akan meningkatkan kepercayaan dan akan semakin terbuka orang lain untuk

mengungkapkan dirinya. Kepercayaan dan keterbukaan seseorang akan

meningkatkan efektivitas komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal tidak

dapat dipisahkan dari tingkah laku seseorang yang melibatkan aktivitas fisik, mental

dan juga dipengaruhi latar belakang sosial budaya, pengalaman, usia, dan

pendidikan (Rakhmat, 2007). Sehingga dalam masa kerja yang sudah amat

berpengalaman dalam melayani pasien tidak membuat perawat kesulitan dalam

menjalin komunikasi interpersonal yang baik dengan pasien. Selain itu dalam proses

keperawatan, semakin lama masa kerja perawat, maka semakin banyak

Page 18: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

18

pengetahuan perawat tentang kepribadian, sikap, sifat, dan lain-lain yang berkaitan

dengan pasien.

Sementara stres kerja yang dimiliki perawat RSUD kota Yogyakarta

menunjukkan hasil stres kerja yang dialami perawat tergolong sangat rendah yaitu

42%, ini dibuktikan dengan hasil perhitungan ketegorisasi. Dalam hal ini walaupun

hasil dari stres kerja sangat rendah namun tidak akan dapat dipungkiri bahwa stres

kerja masih tetap dirasakan oleh sebagian responden. Pada tingkatan tertentu stres

dianggap perlu, Supratiknya (1995) menjelaskan pendapat dari beberapa kalangan

ahli bahwa apabila tidak ada stres dalam pekerjaan, maka karyawan tidak akan

merasa ditantang untuk mengerahkan segala kemampuannya untuk berprestasi

tinggi dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Sehingga tidak adanya

stres dalam hasil penelitian yang peneliti lakukan ini, akan dapat memunculkan

permasalahan baru yang terjadi pada perawat di rumah sakit umum daerah tersebut.

Karena dengan hasil prosentase sangat tinggi sebesar 42% dengan hasil

kategorisasi stres sangat rendah, maka dapat disimpulkan bahwa perawat tidak

mengalami stres dalam pekerjaannya, dan dengan analisis teori yang dikemukakan

diatas bahwa tidak adanya stres sama sekali akan mengakibatkan menurunnya

prestasi kerja.

Sama halnya Selye (Smet, 1994) bahwa stres adalah bumbu kehidupan dan

setiap orang pasti mengalami stres. Oleh karena itu, tidak ada stres sama sekali

berarti kematian. Berdasarkan hasil observasi kembali yang peneliti lakukan di

lapangan, peneliti berpendapat bahwa kondisi tersebut mungkin disebabkan oleh

tugas-tugas yang dilakukan oleh perawat tetap dalam merawat pasien seringkali

Page 19: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

19

dibantu oleh perawat-perawat tidak tetap atau calon perawat yang sedang praktek di

RSUD tersebut. Maka perawat-perawat tetap yang menjadi subjek penelitian

seringkali hanya mengerjakan tugas-tugas administratif bangsal. Perawatan

terhadap pasien seperti memberikan obat, mengganti infus, mencatat suhu,

mencatat denyut jantung dan pernafasan pasien pada saat jam tertentu serta

terkadang memandikan pasien dibebankan kepada perawat-perawat tidak tetap atau

perawat praktek.

Selanjutnya hasil dari analisis menunjukkan bahwa sebagian besar perawat

mempunyai masa kerja > 5 tahun (70%), sehingga sangat memungkinkan perawat

beradaptasi dengan lingkungan pekerjaannya. Pengaruh antara masa kerja

terhadap stres kerja pada tenaga kerja yaitu semakin lama masa kerja dari tenaga

kerja, maka semakin menurun tingkat stres kerja hal ini disebabkan karena tenaga

kerja sudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaannya (Hartono,

2004).

Selain itu hubungan interpersonal juga sangat menentukan apakah perawat

mengalami stres kerja tinggi atau tidak. Dari hubungan interpersonal yang baik lahir

pola perilaku komunikasi interpersonal yang baik pula, yaitu bukan hanya sekedar

penyampaian isi pesan tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal.

Dengan semakin baiknya hubungan interpersonal semakin terbuka orang

mengungkapkan dirinya, sehingga semakin efektif komunikasi yang berlangsung

(Rakhmat, 2007). Dalam penelitian pada perawat RSUD kota Yogyakarta didapatkan

hasil bahwa terdapat tingginya komunikasi interpersonal dibuktikan bahwa perawat

memahami akan eksistensi dari pekerjaan mereka sebagai peawat, sehingga

Page 20: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

20

mereka memahami ataupun memanglumi ucapan ataupun tingkah laku yang pasien

berikan terhadapnya.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa kelemahan mengapa stres kerja yang

terungkap sangat rendah, antara lain terdapat dalam penyebaran angket, yaitu

dimana peneliti tidak mengamati secara langsung pengisian dari angket tersebut.

Sehingga ada kemungkinan terjadinya unsur kesamaan dalam pengisian angket

diantara sesama perawat (konfermitas). Selain itu perawat juga tidak ingin citra diri

mereka terlihat buruk di mata masyarakat. Sehingga jawaban yang diberikan subjek

tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Hal tersebut dikarenakan sebelumnya

ada dari salah seorang perawat yang amat mempertanyakan lebih rinci inti dari

penelitian yang peneliti lakukan, dan apa hasil dari penelitian ini akan mempengaruhi

citra dari rumah saikt tersebut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa ada hubungan negatif dan signifikan antara komunikasi interpersonal dengan

stres kerja pada perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta. Semakin

tinggi komunikasi interpersonal maka akan semakin rendah stres kerja pada

perawat. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah komunikasi interpersonal maka

akan semakin tinggi stres kerja pada perawat. Dengan demikian hipotesis penelitian

yang diajukan diterima.

Page 21: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

21

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta. Cookfair, J.M. 1996. Nursing Care in the Community. USA :Mosby Year book Inc. Darmawan, A. 1993. Hubungan antara Komunikasi Interpersonal dengan

Keterlibatan Kerja pada Tenaga Perawat di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

Ellis, R.B., Gates, R.J., Kenworthy, N. 2000. Komunikasi Interpersonal Dalam

Keperawatan. (terjemahan). Jakarta : Penerbit buku kedeokteran. EGC. Hardjana, A.M. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta :

Kanisius. Hartono. 2004. Hubungan antara persepsi perawat tentang hubungan interpersonal

perawat-dokter dengan stres kerja perawat diruang rawat inap cendana RSUD Dr Moewardi Surakarta. (Skripsi). Yogyakarta : Program studi Ilmu keperawatan, Fakultas Kedokteran UGM.

Hendrartini dan Pamardiningsih. 1999. Perbedaan Kepuasan Kerja dan Stres Kerja

antara Dokter GIGI yang Bekerja di Puskesmas dan Rumah Sakit Umum di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. XV, No.3, 115-123.

Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi, Edisi bahasa Indonesia kesepuluh.

Yogyakarta : Penerbit Andi. Pace, R. Wayne dan Faules, Don. F. 2005. Komunikasi Organisasi : Strategi

meningkatkan kinerja perusahaan. (terjemahan). Bandung : Rosada. Purwandari, H., 2000. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja perawat di

instalasi Rawat intensif RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Program studi Ilmu keperawatan, Fak. Kedokteran, UGM. Yogyakarta.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2006. Komunikasi Dalam Keperawatan.

http://www.inna-ppni.or.id/html 16/02/2009. Rakhmat, J. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Robbins, S.P.,1998. Organizational Behavior Concept, Controversies Application.

Eight edition. New Jersey : Prentice Hall Internasional Inc. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. (terjemahan). Jakarta : Grasindo.

Page 22: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · mementingkan kualitas pelayanan ... bagaimana perawat tersebut dalam menjalin

22

Identitas Penulis

Nama : Meylinda Fitria Chairani (ria)

Alamat : Perum. Jatiwaringin asri Blok C9/6 Pondok Gede- BEKASI 17411

No HP : 0813 922 04 339 / 021- 8499 64 55