optalmik kloramfenikol

31
MAKALAH TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN OPTALMIK KLORAMFENIKOL DISUSUN OLEH Cut Uswatun H. 135070507111010 Intan Rahma 135070507111013 Maria Catur Natalia 135070500111001 Ni Made Verista Sari 135070500111017 Otniel Aji Yogatama 135070500111016 Rizcha Anastasia W. 135070500111008 Yanuar Khoirun Nasikin 135070507111007 Yuliza Fauziah 135070501111034 Zakinza Karina Alfritsa P. 135070500111022

Upload: vita-sari

Post on 13-Sep-2015

293 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

jjjj

TRANSCRIPT

MAKALAH TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAANOPTALMIK KLORAMFENIKOL

DISUSUN OLEHCut Uswatun H.135070507111010Intan Rahma135070507111013Maria Catur Natalia135070500111001Ni Made Verista Sari135070500111017Otniel Aji Yogatama135070500111016Rizcha Anastasia W.135070500111008Yanuar Khoirun Nasikin135070507111007Yuliza Fauziah135070501111034Zakinza Karina Alfritsa P.135070500111022

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYAM A L A N G

1. TujuanPraktikum ini bertujuan untuk melakukan studi pre-formulasi, merancang formula sediaan optalmik dan merancang evaluasi sediaan.2. Dasar Teori2.1 Definisi DefinisiTetesMata(Guttae Ophthalmicae) adalah sediaan steril berupa larutan ataususpensi yangdigunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitarkelopak mata dan bola mata (FI III Hal. 10)2.2 KeuntungandanKerugian Keuntungan :1. Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal kehomogenan, bioavailabilitas dan kemudahan penanganan.2. Suspensi mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif dapat memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu terdisolusinya oleh air mata sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas dan efek terapinya. Kerugian :1. Volume larutan yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas, makalarutan yang berlebih dapat masuk ke nasal cavity lalu masuk ke jalur gastrointestinal menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan.2. Kornea dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapilerpada retina dan iris relatifnon permeabel sehingga umumnya sediaan untukmata adalah efeknya lokal atau topikal (Rahman, 2009).

2.3 SyaratsediaantetesmataBerikut syarat sediaan tetes mata :1. Steril.2. Isotonis dengan air mata, bila mungkin isohidris dengan pH air mata.Isotonis = 0,9% b/v NaCl, rentang yang diterima = 0,71,4% b/v atau 0,71,5% b/v.3.Larutan jernih, bebas partikel asing dan serat halus.4.Tidak iritanterhadap mata (Rahman, 2009)

2.4 PemilihanBentukZatAktifSebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata bersifat larutair atau dipilih bentuk garamnya yang larut air. Sifat-sifat fisikokimia yangharus diperhatikan dalam memilih garam untuk formula larutan tetes mata yaitu :1. Kelarutan2. Stabilitas3. pH stabilitas dan kapasitas dapar4. Kompatibilitas dengan bahan lain dalam formula.Sebagian besar zat aktif untuk sediaan tetes mata adalah basa lemah.Bentuk garam yang biasa digunakan adalah garam hidroklorida, sulfat, dannitrat. Sedangkan untuk zat aktifyang berupa asam lemah, biasanya digunakangaram natrium (Michael, 1988).Ada berbagai macam zat aktif yang dapat dibuat ke dalam bentuk sediaan tetes mata. Namun tidak semua zat aktif dapat stabil pada air atau mudah terurai jika disimpan dalam waktu yang lebih lama dan salah satunya adalah antibiotika Klomramfenikol. Tetes mata kloramfenikol adalah larutan steril Kloramfenikol, mengandung Kloramfenikol tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 130% darijumlahyangterterapadaetiket. Dalam percobaan ini bahan obat yang digunakan sebagai zat aktif pada sediaan obat tetes mata steril adalah Kloramfenikol yang mempunyai daya sebagai antimikroba yang kuat melawan infeksi mata dan merupakan antibiotika spectrum luas bersifat bakteriostatik (Rahman, 2009).3. Deskripsi zat aktif dan Preformulasi bahan ekspisien

Chloramphenicol (Zat aktif) (Depkes RI,1995) (Sciencelab,Inc.,2013)Pemerian: Hablur halus, berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan, larutan praktis netral terhadap lakmus P, stabil dalam larutan netral atau larutan agak asamNama kimia : D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-[-hidroksi--(hidroksimetil)-p-nitrofenetil]asetamida [56-75-7]Struktur kimia : -Rumus molekul : C11 H12 Cl2N2O6Bobot molekul : 323,13 g/molKelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol, dalam aseton, dan dalam etil asetatpH larutan : 4,5-7,5Titik leleh : 1490 C - 1530 CStabilitas : Termasuk produk stabilInompatibilitas: -Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Glycerin (HOPE, hal. 301)Pemerian : Cairan kental,jernih,tidak berbau, rasa 0,6 kali lebih manis dari pada sukrosa Nama Lain : Glicerol, croderol, glycerolum.Nama kimia : Propane 1-2-3 triolStruktur : Rumus molekul : C3H8O3Bobot molekul : 92,09Kelarutan : Agak larut dalam aceton, praktis tidak larut dalam benzena dan kloroform,larut dalam etanol 95% dan methanol. Larut dalam air.Titik didih : 2900 C (dengan dekomposisi) Titik leleh : 17,80 CStabilitas : Gliserin bersifat higroskopik, campuran gliserin dengan air, etanol 95% dan propilen bersifat stabil.Inkompatibilitas : Gliserin mungkin meledak dicampur dengan agent pengoksidasi kuat seperti chomium trioxide, potassium chlorate atau potassium permanganate kontaminasi besi di gliserin dapat menyebabkan campuran berwarna gelap. Gliserin membentuk kompleks asam berat (asam glyceroboric) dimana asam ini lebih kuat dari pada asam berat.Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik dan tertutup, kedap udara dan kering.

Air (HOPE, hal. 402)Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna .Sinonim : Aqua, hidrogen oksida, aqua poriseta.Nama kimia : Hidrogen oksida.Struktur kimia : H O H Rumus molekul : H2O Bobot molekul : 18,02 g/molKelarutan : Larut dalam pelarit polar pH larutan : 7pH stabil : 7Titik didih: 1000 CTitik leleh : 00 CStabilitas : Stabil pada semua bentuk (es,cair, dan uap) Inkompabilitas : Bisa bereaksi dengan obat obatan dan eksepien lain yang mudah terhidroksis pada temperatur yang direndahkan. Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan baik dan terhindar dari cahaya.Sifat khusus yang penting untuk formulasi : Larut dalam semua pelarut polar.

Hidroksi Propil Metil Selulosa (Rowe , et , al , 2009)Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih, tidak berbau, dan tidak berasaNama lain: Hidroksi propil metil eter, cellulosa, methacel,metil selulosa Nama kimia: Cellulose , 2- hidroxy propil metil eter Struktur kimia: Rumus molekul: -Bobot molekul: -Kelarutan: Larut dalam air dingin , tidak larut dalam Kloromform,etanol (95%), dan eter, namun larut dalam campuran etanol dan kloromentana, campuran metanol dan campuran air dan alkoholpH larut: 3-11pH stabil: 3-11Titik didih: -Titik leleh: -Stabilitas : Stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat penyimpanan sejuk dan kering Inkompatibilitas: Inkompatible dengan agen pengoksidasi jika non ionik maka tida akan membentuk kompleks dengan garam metode metalik atau ion organik menjadi endapan yang tidak larut tidak boleh dicampur dengan bahan yang mengandung aspirin beberapa vitamin garam alkaloid.Wadah dan penyimpanan : tertutup rapat Sifat khusus : -Koefisien presisi: -

Benzalkonium Chloride (HOPE, hal. 85)Pemerian : Berbentuk serbuk amorf putih atau putih kekuningan, gel tebal, atau serpihan gelatinSinonim : Alkylbenzyldimethylammonium chloride, benzalkonii chloridumNama kimia : Alkyldimethyl([henylmethyl)ammonium chlorideStruktur kimia : Rumus molekul : Bobot molekul : 360 g/molKelarutan : Tidak larut dalam eter, mudah larut dalam aseton, ethanol (95%), methanol, propanol, dan air pH larutan : 5-8Titik didih: -Titik leleh : 400 CStabilitas : Bersifat higroskopis, dalam bentuk cair dapat disterilkan dengan autoklaf tanpa kehilangan efektifitas.Inkompabilitas : Inkompatible dengan alumunium, surfaktan anionik, sitrat, hidrogen peroksida, zink oksida, protein, salisilat, dan garam perak. Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan baik dan terhindar dari cahaya.

Disodium Edetate (HOPE, hal. 242)Pemerian : Berbentuk kristal putih, tidak berbau, dan sedikit berasa asamSinonim : Disodium EDTA, dinatrii edetas, sedetic acidNama kimia : Disodium ethylenedianinetetraacetate dihydrateStruktur kimia : Rumus molekul : C10 H18 N2 Na2 O10Bobot molekul : 372,2 g/molKelarutan : Tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit larut dalam ethanol (95%), dan larut dalam air dengan perbandingan 1:11pH larutan : 4,3-4,7Titik leleh : 2520 CStabilitas : Dapat kehilangan air dalam kristalisasi saat dipanaskan pada suhu 1200 C, dalam bentuk larutan dapat dilakukan sterilisasi dengan autoklaf.Inkompabilitas : Bereaksi dengan logam dan membentuk hidrogen, inkompatible dengan agen pengoksidasi, basa kuat, ion logam, dan logam alloyWadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup bebas alkali

Monosodium Phosphate (HOPE, hal. 659)Pemerian : Berbentuk agak seperti kristal meleleh, tidak berbau,dan tidak berwarnaSinonim : Acid sodium phosphate, monosodium salt, phosphoric acidNama kimia : Anhydrous monobasic sodium phosphateStruktur kimia : -Rumus molekul : Na H2 PO4Bobot molekul : 119,98 g/molKelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit larut dalam ethanol (95%)pH larutan : 4,1-4,5Titik leleh : -Titik didih: -Stabilitas : Produk stabil, meleleh dan mengalami dekomposisi pada suhu 2050 CInkompabilitas : Inkompatible dengan bahan alkaline dan karbonat.Wadah dan penympanan : Dalam wadah yang tertutup rapat ditempat yang sejuk dan kering Sodium Phosphat PemeriIan : Berbentuk serbuk berwarna putih,kristal tidak berbau, tidak berwarna atau kristal beningSynonim : Dinatrii phosphas anhydricus; dinatrii phosphas dihydricus;dinatrii phosphas dodecahydricus; disodium hydrogen phosphate;disodium phosphate; E339; phosphoric acid, disodium salt;secondary sodium phosphate; sodium orthophosphate.Nama Kimia : Anhydrous dibasic sodium phosphate [7558-79-4],Dibasic sodium phosphate dihydrate [10028-24-7],Dibasic sodium phosphate dodecahydrate [10039-32-4],Dibasic sodium phosphate heptahydrate [7782-85-6],Dibasic sodium phosphate hydrate [10140-65-5],Dibasic sodium phosphate monohydrate [118830-14-1]Struktur kimia :-Titik didih : -Titik leleh: -Stabilitas : anhydrous dari dibasic sodium phosphate adalah higroskopis , dan pada saat di panaskan hingga 40C dapat terjadi dodecahydrate berfusi,dan jika sampai 100C pada air dia akan mengkristal, dan sekitar 240C akan berubah menjadi phyrophosphate, dan larutan dalam air akan stabil jika di autoclav.Incompatible : Dibasic sodium phosphate incompatible dengan alkaloids, antipyrine, chloral hydrate, lead acetate, pyrogallol, resorcinol and calcium gluconate, and ciprofloxacin, dan beinterak si dengan phosphate dan kalium, menimbulkan pembentukan endapan calciumphosphate yang tidak dapat larut.

4. Formulasi dan RasionalisasiFormulasi :Kloramfenikol 0,5%Benzalkonium chloride 0,01%Disodium edetate 0,1%NaH2PO4 0,8 %Na2HPO4 0,947 %Gliserin 0,5%Hydroxypropyl methylcellulose 0,45 %Asam borat 2 %Na tetra borat 0,4 %Purified water ad` 100 %

RasionalisasiPada praktikum ini digunakan kloramfenikol sebagai antibiotic yang bisa digunakan melalui rute oprthalmik jika diinginkan tidak melalui saluran cerna namun tetap bekerja secara sitemik. Kloramphenikol tidak larut dalam air namun larut dalam larutan asam borat dan natrium tetra borat yang terlebih dahulu dilarutkan dalam air. Dengan demikian maka asam borat dan natrium tetraborat digunakan sebagai pelarut bahan aktif. Pelarut ini memeiliki keunggulan sebagai zat preservative dan buffer juga sehingga bisa menambah preservative dan kestabilan pH. Sediaan ini dibuat untuk multidose sehingga diperlukan antimikroba dan untuk sediaan opthalmik , zat preservative yang sering digunakan adalah kombinasi benzalkonium dan disodium edtate yang efektifitasnya tinggi ketika dikombinasikan dan memiliki range pH yang tinggi yaitu 5-8 dan stabil pada pH bahan aktif yaitu 5,7-7,8. Dalam sediaan opthalmik pH harus ditambah buffer dengan tujuan untuk kenyamanan yang lebih pada mata, untuk membuat formula lebih stabil, untuk meningkatkan kelarutan bahan aktif dalam air, untuk meningkatkan ioavabilitas obat (agar tidak terion), untuk memaksimumkan efikasi preservative. pH normal air mata adalah 7,4. Biasanya air mata bertugas dalam menetralkan kondisi ketika terjadi perubahan pH pada mata, namun untuk perubahan yang tidak bisa ditolerir oleh air mata maka perlu ditambahkan buffer. Selain itu terkadang larutan bahan aktif stabil pada pH kestabilannya , dengan demikian maka diperlukan kondisi pH yang stabil dan inilah yang menjadi alasan diberikannya buffer. Buffer yang cocok dan aman untuk sedian opthalmik adalah sodium pospat monobasic dan sodium pospat dibasic. Kombinasi ini sengaja dilakukan karena akan mencapai pH yang sesuai dengan pH air mata dan tetap menstabilkan pH kloramfenikol.viskositas merupakan komponen yang penting dalam sediaan yang berhubungan dengan resistensi pada aliran. Viskositas air sendiri adalah 1,0087 cp dan untuk larutan optalmik harusnya memiliki viskositas 10 kalinya. Dengan viskositas yang tepat maka saat penetesan juga akan lebih terarah dan mendapatkan dosis yang tepat. Pada sediaan ini digunakan bahan penambah viskositas berupa gliserin karena stabil pada pH larutan dan memiliki viskositas 400 cp dan biasanya digunakan dalam sediaan optalmik juga. Selain itu perlu juga ditambah thickening agent untuk menambah viskositas untuk membuat maintenance penetrasi obat di jaringan mata sehingga diperoleh efek terapi yang efektif. Thickening agent yang dipilih adalah Hydroxypropyl methylcellulose karena stabil pada pH dan compatible dan dapat meningkatkan vikositas larutannya. Selanjutnya karena sediaan yang diinginkan berupa larutan tetes mata maka diperlukan bahan pembawa yaitu air. Karena sediaan merupakan sediaan steril maka harus menggunakan purified water yang sudah menjadi standartnya.Metode SterilisasiMetode sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi akhir.

Rasionalisasi SterilisasiPada proses produksi ini, digunakan metode terminal sterilization karena lebih mudah dilakukan dan menggunakan lebih sedikit alat dibanding metode aseptis. Alat porselen dan gelas seperti beaker glass, gelas ukur, batang pengaduk, pipet tetes, pipet volume, dan cawan porselen disterilkan dengan autoklaf pada 121 124 derajat celcius selama 20 menit. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang tertera pada Farmakope Internasional Edisi ke-4. Sedangkan bahan tidak disterilkan karena digunakan metode sterilisasi akhir. Sediaan jadi yang sudah dikemas akan disterilisasi dengan autoklaf selama 126 129 derajat celcius selama 10 menit. Autoklaf dapat digunakan karena wadah plastik yang digunakan merupakan termoplastik yang stabil hingga suhu 165 derajat celcius dan mampu ditembus oleh uap (steam).

5. Perhitungan dan Penimbangan PerhitunganProduksi 100 botol/batch, @10mlVolume 1 botol dilebihkan 10% = 10/100 x 10ml = 11 gVolume 1 batch dilebihkan 10% = 10/100 x 1000ml = 1100 g Kloramfenikol 0.5%- 1 botol0.5/100 x 11ml = 0.055 gram- 1 batch0.5/100 x 1100ml = 5.5 gram

Benzalkonium Klorida 0.01%- 1 botol0.01/100 x 11ml = 0.0011 gram- 1 batch0.01/100 x 1100ml = 0.11 gram

Disodium Edetate 0.1%- 1 botol 0.1/100 x 11ml = 0.011 gram- 1 batch0.1/100 x 1100ml = 1.1 gram

NaH2PO4 0.8%- 1 botol0.8/100 x 11ml = 0.088 gram- 1 batch0.8/100 x 1100ml = 8.8 gram

Na2HPO4 0.947%- 1 botol0.947/100 x 11ml = 0.10417 gram- 1 batch0.947/100 x 1100ml = 10.417 gram

Gliserin 0.5%- 1 botol0.5/100 x 11ml = 0.055 gram- 1 batch 0.5/100 x 1100ml = 5.5 gram

Hidroksi Propil Metil Cellulose 0.45%- 1 botol0.45/100 x 11ml = 0.0495 gram- 1 batch0.45/100 x 1100ml = 4.95 gram

Asam Borat 2%- 1 botol2/100 x 11ml = 0.22 gram- 1 batch2/100 x 1100ml = 22 gram

Na Tetraborat 0.4% - 1 botol0.4/100 x 11ml = 0.044 gram- 1 batch0.4/100 x 1100ml = 4.4 gram

Purified Water ad 100%- 1 botolad 100% = ad 10 gram- 1 batchad 100% = ad 1000 gram

Jumlah pelarut ( air)* asam borat 1:1 , maka pelarut : 22 ml* sodium borat 1:1, maka pelarut : 4.4 ml* benzalkonium klorida 1:1 , maka pelarut : 0.11 ml*disodium edtate 1:1, maka pelarut :1.1 ml*natrium pospat monobasic 1:1, maka pelarut : 8.8 ml*natrium pospat dibasic 1:1 , maka pelarut : 10.417 ml*HPMC 1: 20, maka air : 98 ml PenimbanganBahanDalam 1 botol10 gram + 10% = 11 gramDalam 1 batch (100 botol)1000 gram + 10% = 1100 gram

Kloramfenikol0.055 gram5.5 gram

Benzalkonium Klorida0.0011 gram0.11 gram

Disodium Edetate0.011 gram1.1 gram

NaH2PO40.088 gram8.8 gram

Na2HPO40.10417 gram10.417 gram

Gliserin0.055 gram5.5 gram

Hidroksi Propil Metil Cellulose0.0495 gram4.95 gram

Asam Borat0.22 gram22 gram

Na Tetraborat0.044 gram4.4 gram

Purified Waterad 10 gramAd 1000 gram

Perhitungan dapar1. pH stabilitas sediaan = 7.4pKa NaH2PO4 = 2,15 BM : 119,98kapasitas dapar Na2HPO4 sebesar 0.1Pers Henderson - Hasselbach 7,4 = 7,2 + log HPO4 H2PO4log HPO4 = 0,2 H2PO4HPO4 = 1,584H2PO4HPO4 = 1,584 H2PO4

Ka = antilog (-pKa) = antilog (-7,2) = 6,31 . 10-8[H30+] = antilog (-7,4) = 3,98 . 10-8 = 2.3 C Ka [H3O+] (Ka + [H3O+])20.1 = 2.3 C (6,31x 10-8) (13,98x 10-8) [(6,31x 10-8) + (3,98x 10-8)] 0.1 = 2.3 C (2,51 x 10-15 (10,29 x 10-8)20.1 = 2.3 C 0,237C = 5,452 mol /LC = [garam] + [asam]5,452 = [HPO4] + [H2PO4]5,452 = 1,584 [HPO4] + [H2PO4]5,452 = 2,584 [H2PO4]H2PO4 = 2,11HPO4 = 3,342BM H2PO4 = 119,98BM HPO4 = 141,96H2PO4 yang dibutuhkan untuk 1 liter sediaan = 2,11 x 119,98 = 253,1578HPO4 yang dibutuhkan untuk 1 liter sediaan = 3,342 x 141,96 = 472,4303

Perhitungan TonisitasBenzalklorida = 0,01% E = 0,18Dinatrium Edetat = 0,1% E = 0,24NaHPO4 = 0,947% E=0,29NaH2PO4 = 0,8% E =0,42NaCl yang dibutuhkan = 0,9 (0,0018 + 0,024 + 0,2746 + 0,336)= 0,2636 gram

6. Prosedur Kerja

7. Uji Mutu Farmasetik Sediaan Akhir1. Uji Sterilitas (FI IV, 1995 hl. 855)Tujuan: Uji ini bertujuan untuk mengetahui sediaan steril ini steril atau bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidakPrinsip: Menggunakan media FTM dan SCDM lalu diinkubasi. Untuk media FTM mikroorganisme yang dapat di identifikasi adalah bakteri anaerob dan aerob, lalu media SCDM dapat mengidentifikasi bakteri aerob dan jamur.Metode: Metode yang digunakan terbagi atas dua macam metode, yaitu direct transfer dan membrane filtration method. Untuk direct transfer hal pertama yang dilakukan dengan mengambil sampel lalu diletakkan ke media dan dilihat secara visual pertumbuhan mikroorganisme. Sedangkan, untuk membran filtration method hal pertama yang dilakukan dengan teknik penyaringan dengan filter membran lalu sampel tersebut dimasukkan ke media. Kemudian, dilakukan inkubasi selama tidak kurang dari 14 hari dan kemudian diamati pertumbuhan mikoorganisme secara visual.Penafsiran Hasil : Sterilitas adalah Steril 2. Uji Pirogen ( FI IV, 1995 hl. 908)Tujuan : Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya zat pirogen dari hasil metabolisme mikroorganisme dalam sediaan steril yang dapat menimbulkan kenaikan suhu pada kelinciPrinsip: Di uji cobakan pada kelinci berupa kelinci Metode: Alat suntik, jarum, dan alat kaca dibebaspirogenkan dengan pemanasan pada suhu 250C selama tidak kurang dari 30 menit atau dengan cara lain yang sesuai. Prosedur dilakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji pirogen dan dengan kondisi lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan. Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian. Pengujian dilakukan menggunakan termistor, dimasukkan kelinci kedalam kotak penyekap sedemikian rupa sehingga kelinci tertahan. Tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikkan larutan uji, tentukan suhu awal masing-masing kelinci yang merupakan dasar untuk menentukan kenaikan suhu. Penafsiran Hasil : Dikatakan memenuhi syarat jika kelinci mengalami kenaikan suhu tidak lebih dari 3,3C.

3. Uji Endotoksin Bakteri (DEPKES RI,1995)Tujuan : Untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang mungkin ada dalam atau pada bahan ujiPrinsip : Menggunakan Limulus Amebocyte Lysate (LAL) yang diperoleh dari ekstrak air amoebosit dalam kepiting ladam kuda, Limulus polyphemus dan dibuat khusus sebagai pereaksi LAL untuk pembentukan jendal-gel. Dan digunakan BPE (Baku Pembanding Endotoksin) dan BEK (Baku Endotoksin Kontrol)Metode : Masukkan ke dalam tabung reaksi 10mm x 75mm atau vial uji tunggak, sejumlah volume yang telah ditentukan dari control negative, kadar baku endotoksin, specimen, dan control sediaan positif. Kontrol sediaan positif berisi bahan atau larutan pencuci atau ekstrak yang telah ditambah BPE dan BEK yang telah dibakukan hingga kadar endotoksin 2. Tambahkan pereaksi LAL yang telah dikonstitusi, keuali digunakan vial uji tunggal. Campur specimen atau campuran pereaksi LAL, inkubasi dalam tangas air atau blok pemanas dan catat waktu mulai inkubasi setiap tabung dengan tepat. Inkubasi masing-masing tabung selama 60 menit 2 menit pada suhu 371 tidak boleh ada gangguan dan secara hati-hati diangkat untuk diamati. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya gel yang stabil dan akan tetap melekat pada dasar tabung bila dibalikkan 180, catat hasil tersebut sebagai positif (+) . Reaksi negatif ditandai dengan tidak terbentuknya gel atau terbentuk gel kental yang akan terlepas dari dasar tabung bila dibalik 180. Catat hasil tersebut sebagai negative (-). Pegang tabung dengan hati-hati hindari terjadinya getaran, bila tidak demikian kemungkinan akan diperoleh hasil negative palsu. Pengujian tidak abash jika control sediaan positif memberikan hasil negative (-) atau baku endotoksin tidak menunjukkan titik akhir pada pengenceran dalam 1 kelipatan dua dari kepekaan yang tertera pada etiket pereaksi LAL atau jika control negative yang memberikan hasil positif. Lakukan perhitungan kadar endotoksin untuk menetapkan jumlah endotoksin yang ada dalam specimen uji. Penafsiran Hasil : Hitung kadar endotoksin (dalam unit per ml atau dalam unit per g atau mg) dalam atau pada bahan uji. Mula-mula hitung kadar titik akhir,E, untuk tiap seri pengenceran dengan mengalikan dengan kebalikan factor pengenceran titik akhir. adalah kepekaan dalam unit endotoksin per ml yang tertera pada etiket dari pereaksi LAL yang digunakan dalam pengujian. Kadar titik akhir geometric bahan uji adalah antilog e. e adalah logaritma kadar titik akhir dan f adalah jumlah replikasi tabung reaksi yang dibaca pada arah specimen uji. Bahan memenuhi syarat uji kadar endotoksin tidak lebih dari yang ditetapkan pada masing-masing monografi4. Uji Kebocoran (USP NF, 2007) Tujuan: Untuk mengetahui ada atau tidaknya kebocoran yang merupakan jalan masuknya kontaminanPrinsip: Untuk mengetahui ada atau tidaknya kebocoran dari wadah, maka dapat dilakukan dengan metode Dye Penetration dan Bubbles Test. Metode: Untuk metode Dye Penetration dilakukan dengan cara wadah yang berisi sediaan yang akan diuji, dimasukkan dalam suatu pewarna berwarna biru. Kemudian dikontakkan antara pewarna dengan wadah sediaan dan digoyangkan. Kemudian diamati sediaan dalam wadanya tersebut. Apabila berwarna, maka dapat disimpulkan wadah sediaan tersebut bocor. Untuk metode Bubble test, dilakukan dengan cara wadah yang berisi sediaan yang akan diuji dimasukkan dalam sebuah cairan. Apabila ada gelembung-gelembung keluar, maka dapat disimpulkan wadah sediaan tersebut mengalami kebocoran.Penafsiran Hasil : Berdasarkan metode Dye Penetration, sediaan tidak berwarna biru yang menandakan bahwa tidak ada kebocoran pada wadah tersebut. Berdasarkan metode Bubble Test, wadah sediaan tidak ada gelembung-gelembung keluar yang menandakan bahwa tidak ada kebocoran pada wadah tersebut

5. Uji Keseragaman Volume (FI IV, 1995)Tujuan : Untuk menentukan keseragaman volume sediaan ampulPrinsip : Volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang di tetapkanMetode : Sampel diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman volume secara visual6. Uji Kejernihan (FI IV 1995, hl. 998)Tujuan : Untuk mengetahui kejernihan dari larutn sediaan ampulPrinsip : Pemeriksaan eveluasi kejernihgan ini dilakukan secara visusal dengan penerangan cahaya yang baik dengan latar belakang putih atau hitam.Metode : Dilakuakn secara visual dengan penerangan cahaya yang baik dari arah samping dengan latar belakang hitam atau putih. Kotoran berwarna akan terlihat pada latar belakang putih, sedangkan kotoran tidak berwarna akan terlihat pada latar belakang hitam.

Tabel Hasil EvaluasiNoParameterSpesifikasiHasil

1SterilitasSteril

2PirogenTidak mengalami kenaikan > 3,3C dari suhu normal yaitu 38,9-39,8C

3Endotoksin Bakteri>0,5 dan 1,1ml

6Uji KebocoranTidak berwarna biru dan tidak terdapat gelembung sehingga tidak terjadi kebocoran

7pH7,4

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. FarmakopeIndonesia Edisi II. Depkes RI. JakartaDepartemen Kementrian RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Ke Empat. JakartaMichael J. Groves. 1988. Parenteral Manual Technology. USA: Interpharm Press Inc.Rahman, Latifah dan Natsir Djide. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Makassar :Lembaga Penerbitan UnhasRowe, R. C., Sheskey, P. I., Quinn, M. E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients.Pharmaceutical Press, USA.Sciencelac,Inc. 2013. MSDS: Chloramphenicol. Sciencelab.com. Diakses 5 Juni 2015

LAMPIRAN

NOALATJUMLAH

1Timbangan analitik1

2Beaker Glass 100 mL3

3Beaker Glass 50 mL4

4Beaker Glass 200 mL1

5Wadah Plastik (Wadah Kemasan Primer)100

6Pipet Tetes1

7Batang Pengaduk1

8Wadah Kemasan Sekunder100

9Cawan Porselen1

10Suntikan1

11Jarum1

12Objek Glass1

13Mikroskop1

14Cover Glass1

15Tabung reaksi1

Kekuatan sediaan :0.05mg/ml dalam 10ml

Bahan kemas ada 2 macam :1. Bahan kemas primer : bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yg dikemas (sediaan). Wadah multi dose adalah wadah yang kedap udara yang memepertahankan jumlah obat streril yang di maksudkan untuk sediaan parenteral sebagai dosis ganda dan bila dibuka dapat tertutup kembali degan rapat dengan jaminan tetap . Plastic yang dipilih adalah wadah tipe thermoplastic golongan poliolefin dengan jenis polietilen. Kemasan primer yang kami gunakan adalah bahan plastik yang memiliki kapasitas untuk 10 ml dan digunakan sebanyak 100botol dengan keuntunganTitik leleh yang relatif tinggi yaitu 165C.Tahan terhadap asam kuat dan basa kuat.Dapat digunakan untuk sediaan aerosol karena kristal polimernya stabil terhadaptekanan.2. Bahan kemas sekunder : bahan kemas yang tidak kontak langsung dengan bahan yang dikemas. misal : kotak terlipat dari karton. Bahan yang digunakan adalah kerdus art peper dengan satu wadah kotak berisi 1 wadah botol plastic. Bahan kemas sekunder yang digunakan adalah kerdus art peper Rasionalisasi Alasan digunakannya sediaan multi dose adalah sediaan yang kami buat per botol sebanyak 10 ml sehingga dapat di gunakan lebih dari satu kali Selain itu jenis bahan plastic yang di gunakan adalah thermoplastic dengan golongan poliolefin jenis polietilen mengapa kami menggunakan jenis plastic tersebut di karenakan bahan plastic tersebut mempunyai keuntungan Titik leleh yang relatif tinggi yaitu 165C sehingga dapat melewati proses penyeterilan dengan suhu tinggi dengan menggunakan autoklav yang ber suhu 126C-129C selama 1o menit, Tahan terhadap asam kuat dan basa kuat, Dapat digunakan untuk sediaan aerosol karena kristal polimernya stabil terhadap tekanan.