paper sedimen urin
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis
infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,
memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi),
dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Pemeriksaan urin terbagi menjadi dua jenis yaitu pemeriksaan kimiawi dan pemeriksaan
sedimen. Sebagaimana namanya dalam pemeriksaan kimia yang diperiksa adalah pH urin/
keasaman, berat jenis, nitrit, protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen,dll. Jenis zat kimia yang
diperiksa merupakan penanda keadaan dari organ-organ tubuh yang hendak didiagnosa. Seperti
penyakit “kuning” yang disebabkan oleh bilirubin darah yang tinggi biasanya menghasilkan urin
yang mengandung kadar bilirubin diatas normal. Begitu pula zat kimia lainnya yang
dihubungkan dengan keadaan organ tubuh yang berbeda.
Dalam pemeriksaan sedimen yang diperiksa adalah zat sisa metabolisme yang berupa
kristal, granula termasuk juga bakteri. Dengan pemeriksaan sedimen maka keberadaan suatu
benda normal ataupun tidak normal yang terdapat dalam urin kita akan dapat menunjukkan
keadaan organ tubuh. Dalam urin yang ditemukan jumlah eritrosit jauh diatas angka normal bisa
menunjukkan terjadinya perdarahan di saluran kemih bagian bawah. Begitu juga dengan
ditemukannya kristal-kristal abnormal dapat diprediksi jika seseorang beresiko terkena batu
ginjal, karena kristal-kristal dalam urin merupakan pemicu utama terjadinya endapan kristal
dalam saluran kemih terutama ginjal yang jika dibiarkan berlanjut akan membentuk batu ginjal.
Penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya
penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan
pengawet formalin.
Pemeriksaan Sedimen Urine | 1
BAB II
ISI
Pemeriksaan mikroskopis dari sedimen urin merupakan bagian integral dari urinalisis.
Prinsip pemeriksaan sedimen urine adalah sejumlah sampel urine disentrifugasi dengan
kecepatan rendah, lalu endapan (sedimen) yang terbentuk diperiksa dengan mikroskop. Adapun
prosedur dalam pemeriksaan sedimen urin adalah sebagai berikut :
a. Dituangkan ± 8 mL sampel urine ke dalam sebuah tabung sentrifuge.
b. Dipusingkan pada kecepatan rendah (1500 rpm) selama 5 menit.
c. Bagian supernatannya dibuang.
d. Sedimen yang tersisa dihomogenkan dengan cara dikocok.
e. Objek glass ditetesi 1 tetes sedimen urine, lalu ditutup dengan cover glass.
f. Preparat tersebut diamati dengan mikroskop.
Pada pemeriksaan sedimen urin, sampel urin harus dihomogenkan terlebih dahulu sebelum
dituang ke tabung centrifuge, tujuannya agar unsur-unsur yang mengendap menjadi homogen
kembali. Sampel urin dimasukkan ke dalam tabung centrifuge sebanyak 2/3 tabung (tidak sampai
penuh) adalah untuk menghindari tumpahnya urin saat proses sentrifugasi (Zaman, et.al., 2010).
Sampel urin disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit. Jika proses
sentrifugasi terlalu cepat dan waktunya terlalu lama maka dapat merusak bentukan-bentukan
tertentu yang terkandung dalam urin, sebaliknya jika kecepatan centrifuge terlalu lambat dan
dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan tidak semua analit dapat mengendap menjadi
sedimen. Hal tersebut harus dihindari agar tidak diperoleh hasil pemeriksaan yang negatif palsu
(Zaman, et.al., 2010).
Setelah urin melalui proses sentrifugasi, maka terbentuk 2 lapisan, yaitu sedimen urin dan
supernatant. Lapisan supernatant dibuang karena pada bagian ini tidak terdapat kristal-kristal,
leukosit, eritrosit, bakteri, maupun jamur karena unsur-unsur tersebut telah mengendap di dasar
tabung. Jika lapisan supernatant tidak dibuang, kemungkinan menyebabkan kesalahan hasil
pemeriksaan (negatif palsu) karena pemipetan yang tidak mencapai bagian sedimen (Zaman,
et.al., 2010).
Selanjutnya pada pemipetan sedimen yang telah dibuang supernatannya, sedimen
dihomogenkan agar unsur-unsur pada sedimen menyebar rata (tidak bertumpuk-tumpuk)
Pemeriksaan Sedimen Urine | 2
sehingga lebih memudahkan proses pengamatan bentukan-bentukan yang ada pada mikroskopis
urin (Zaman, et.al., 2010).
Endapan pertama kali diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran rendah
menggunakan lensa obyektif 10X, disebut lapang pandang kecil (LPK) atau low power field
(LPF) untuk mengidentifikasi benda-benda besar seperti silinder dan kristal. Selanjutnya,
pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi menggunakan lensa obyektif 40X, disebut lapang
pandang besar (LPB) atau high power field (HPF) untuk mengidentifikasi sel (eritrosit, lekosit,
epitel), ragi, bakteri, Trichomonas, filamen lendir, sel sperma. Jika identifikasi silinder atau
kristal belum jelas, pengamatan dengan lapang pandang kuat juga dapat dilakukan (Zaman, et.al.,
2010).
Karena jumlah elemen yang ditemukan dalam setiap bidang dapat berbeda dari satu bidang
ke bidang lainnya, beberapa bidang dirata-rata. Berbagai jenis sel yang biasanya digambarkan
sebagai jumlah tiap jenis ditemukan per rata-rata lapang pandang kuat. Jumlah silinder biasanya
dilaporkan sebagai jumlah tiap jenis yang ditemukan per lapang pandang lemah. Lazimnya unsur
sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal
dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel,eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan,
sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan
seperti urat amorf dan kristal. Beberapa bentuk yang mungkin ditemukan:
1. Eritrosit
Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih. Secara
teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit, namun dalam urine normal dapat
ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urin
karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu
saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi saluran kemih
atas dan bawah, nefrotoksin, dll (Aprilia, 2010).
Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil, shadow atau
ghost cells dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan berat jenis 1,010-1,020,
eritrosit berbentuk cakram normal. Eritrosit tampak bengkak dan hampir tidak berwarna pada
urin yang encer, tampak mengkerut (crenated) pada urine yang pekat, dan tampak mengecil
sekali dalam urine yang alkali. Selain itu, kadang-kadang eritrosit tampak seperti ragi
(Aprilia, 2010).
Pemeriksaan Sedimen Urine | 3
Eritrosit dismorfik tampak pada ukuran yang heterogen, hipokromik, terdistorsi dan
sering tampak gumpalan-gumpalan kecil tidak beraturan tersebar di membran sel. Eritrosit
dismorfik memiliki bentuk aneh akibat terdistorsi saat melalui struktur glomerulus yang
abnormal. Adanya eritrosit dismorfik dalam urin menunjukkan penyakit glomerular seperti
glomerulonefritis (Aprilia, 2010).
Eritrosit normal eritrosit dismorfik
2. Leukosit
Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali eritrosit.
Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil (polymorphonuclear, PMN). Lekosit dapat
berasal dari bagian manapun dari saluran kemih (Aprilia, 2010).
Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan jumlah
lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran
kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut.
Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi
atau inflamasi (Aprilia, 2010).
Pemeriksaan Sedimen Urine | 4
3. Sel Epitel
Sel Epitel Tubulus
Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih besar dari leukosit,
mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula dan biasanya terbawa ke urin dalam
jumlah kecil. Namun, pada sindrom nefrotik dan dalam kondisi yang mengarah ke
degenerasi saluran kemih, jumlahnya bisa meningkat. Jumlah sel tubulus ≥ 13 / LPK atau
penemuan fragmen sel tubulus dapat menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif atau
luka pada tubulus, seperti pada nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada ginjal,
penolakan transplnatasi ginjal, keracunan salisilat (Fogazzi, et.al. 2008).
Oval fat bodies
Sel epitel tubulus dapat terisi oleh banyak tetesan lemak yang berada dalam lumen
tubulus (lipoprotein yang menembus glomerulus), sel-sel seperti ini disebut oval fat
bodies / renal tubular fat / renal tubular fat bodies. Oval fat bodiesmenunjukkan adanya
disfungsi disfungsi glomerulus dengan kebocoran plasma ke dalam urin dan kematian sel
epitel tubulus. Selain sel epitel tubulus, oval fat bodies juga dapat berupa makrofag atau
hisiosit (Fogazzi, et.al. 2008).
Pemeriksaan Sedimen Urine | 5
Sel epitel transisional
Sel epitel ini berbentuk bulat atau oval, gelendong dan sering mempunyai tonjolan.
Besar kecilnya ukuran sel epitel transisional tergantung dari bagian saluran kemih yang
mana dia berasal (Fogazzi, et.al. 2008).
Sel epitel skuamosa
Sel epitel skuamosa adalah sel epitel terbesar yang terlihat pada spesimen urin
normal. Sel epitel ini tipis, datar, dan inti bulat kecil. Mereka mungkin hadir sebagai sel
tunggal atau sebagai kelompok dengan ukuran bervariasi. Signifikansi utama mereka
adalah sebagai indikator kontaminasi (Fogazzi, et.al. 2008).
4. Silinder
Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang terbentuk di tubulus ginjal
dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder dibagi-bagi berdasarkan gambaran morfologik dan
komposisinya (Fogazzi, et.al. 2012).
Pemeriksaan Sedimen Urine | 6
Silinder hialin
Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein (protein
Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogen (tanpa
struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya parallel, dan ujung-ujungnya membulat.
Sedimen urin normal mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih
besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular) (Fogazzi,
et.al. 2012).
Silinder Eritrosit
Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung hemoglobin dari kerusakan
eritrosit. Adanya silinder eritrosit disertai hematuria mikroskopik memperkuat diagnosis
untuk kelainan glomerulus. Cedera glomerulus yang parah dengan kebocoran eritrosit
atau kerusakan tubular yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit melekat pada matriks
protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan membentuk silinder eritrosit (Fogazzi, et.al.
2012).
Silinder Leukosit
Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit masuk dalam matriks
Silinder. Kehadiran mereka menunjukkan peradangan pada ginjal, karena silinder
tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal. Silinder lekosit paling khas untuk
pielonefritis akut, tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit glomerulus
(glomerulonefritis) (Fogazzi, et.al. 2012).
Silinder Granular
Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi. Disintegrasi
sel selama transit melalui sistem saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel,
fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil disintegrasi awalnya granular kasar,
kemudian menjadi butiran halus (Fogazzi, et.al. 2012).
Silinder Lilin (Waxy Cast)
Silinder lilin adalah silinder tua hasil silinder granular yang mengalami perubahan
degeneratif lebih lanjut. Silinder lilin umumnya terkait dengan penyakit ginjal berat dan
amiloidosis ginjal. Kemunculan mereka menunjukkan keparahan penyakit dan dilasi
nefron dan karena itu terlihat pada tahap akhir penyakit ginjal kronis (Spinelli, 2013).
Pemeriksaan Sedimen Urine | 7
5. Mikroorganisme
Bakteri
Bakteri yang umum dalam spesimen urin adalah mikroba flora normal vagina atau
meatus uretra eksternal. Bakteri juga dapat disebabkan oleh kontaminan dalam wadah
pengumpul, atau memang dari infeksi di saluran kemih. Oleh karena itu pengumpulan
urine harus dilakukan dengan benar.
Ragi
Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati. Mereka sering
sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf, membedakannya adalah bahwa
ragi memiliki kecenderungan bertunas. Paling sering adalah Candida, yang dapat
menginvasi kandung kemih, uretra, atau vagina.
Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual yang dapat berasal dari
urogenital laki-laki dan perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2 kali
diameter leukosit. Organisme ini mudah diidentifikasi dengan cepat dengan melihat
adanya flagella dan pergerakannya yang tidak menentu.
6. Kristal
Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat.
Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam
jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya
penyakit kencing batu (French, et.al., 2010).
Kalsium Oksalat
Kristal ca-oxallate bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan bebentuk amplop
atau halter. Kristal dapat muncul dalam specimen urine setelah konsumsi makanan
tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + )
kristal Ca-oxallate per LPL masih dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5
( ++ atau +++ ) sudah dinyatakan abnormal (French, et.al., 2010).
Triple Fosfat
Kristal terlihat berbentuk prisma empat persegi panjang seperti tutup peti mati
(kadang-kadang juga bentuk daun atau bintang), tak berwarna dan larut dalam asam
Pemeriksaan Sedimen Urine | 8
cuka encer. Kristal dapat muncul di urin setelah konsumsi makan tertentu (buah-
buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri penghasil urease (mis. Proteus vulgaris)
dapat mendukung pembentukan kristal (dan urolithiasis) dengan meningkatkan pH urin
dan meningkatkan amonia bebas (French, et.al., 2010).
Asam Urat
Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk belah ketupat
(kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Dengan pengecualian langka, penemuan
kristal asam urat dalam urin sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat
sampah metabolisme normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya
makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin (French, et.al., 2010).
Sistin (Cystine)
Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul dalam urin sebagai
akibat dari cacat genetic atau penyakit hati yang parah. Kristal dan batu sistin dapat
dijumpai pada cystinuria dan homocystinuria. Sistin crystalluria atau urolithiasis
merupakan indikasi cystinuria, yang merupakan kelainan metabolisme bawaan cacat
yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu termasuk asam amino sistin (French,
et.al., 2010).
Leusin dan Tirosin
Leusin dan tirosin adalah kristal asam amino dan sering muncul bersama-sama
dalam penyakit hati yang parah. Tirosin tampak sebagai jarum yang tersusun sebagai
berkas atau mawar dan kuning. Kristal leucine dipandang sebagai bola kuning dengan
radial konsentris (French, et.al., 2010).
Kristal Kolesterol
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular , transparan, tampak sebagai pelat
tipis empat persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki takik.
Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya disertai oleh proteinuria
(French, et.al., 2010).
Kristal lain
Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin
misalnya adalah :
Pemeriksaan Sedimen Urine | 9
Kristal dalam urin asam :
Natirum urat : tak berwarna, bentuk batang ireguler tumpul, berkumpul
membentuk roset.
Amorf urat : warna kuning atau coklat, terlihat sebagai butiran, berkumpul.
Kristal dalam urin alkali :
Amonium urat (atau biurat) : warna kuning-coklat, bentuk bulat tidak teratur,
bulat berduri, atau bulat bertanduk.
Ca-fosfat : tak berwarna, bentuk batang-batang panjang, berkumpul membentuk
rosset.
Amorf fosfat : tak berwarna, bentuk butiran-butiran, berkumpul.
Ca-karbonat : tak berwarna, bentuk bulat kecil, halter.
Banyak obat diekskresikan dalam urin mempunyai potensi untuk membentuk kristal,
seperti, kristal Sulfadiazin dan sulfonamide. Secara umum, tidak ada intepretasi klinis,
tetapi jika terdapat dalam jumlah yang banyak, mungkin dapat menimbulkan gangguan.
Gambar hasil temuan laboratorium pada sedimen urine
Sumber : Urine Sediment Atlas, 2010
Silinder hyaline
Pemeriksaan Sedimen Urine | 10
Silinder granula Silinder lilin
Silinder lemak Silinder eritrosit
Silinder leukosit Makrofag
Pemeriksaan Sedimen Urine | 11
Kristal
Kristal Cystine kristal cholesterol
kristal 2-8dihydroxyadenine kristal bilirubin
Kristal Hemosiderin kristal calcium oxalate
Kristal phosphate kristal asam urat
Pemeriksaan Sedimen Urine | 12
Cara pelaporan hasil pemeriksaan sedimen urine :
1. Sel darah dan epitel
Negatif, jika tidak ditemukan sel dalam seluruh lapang pandang (LP)
Positif 1, jika ditemukan <4 sel/LPK
Positif 2, jika ditemukan 5-9 sel/LPK
Positif 3, jika ditemukan 10-29 sel/LPK
Positif 4, jika ditemukan >30 sel/LPB
Positif 5, jika ditemukan sel sebanyak setengah bagian LPB
2. Silinder
Negatif, jika tidak ditemukan silinder dalam seluruh lapang pandang (LP)
Positif 1, jika ditemukan 1 silinder dalam 100 LPK
Positif 2, jika ditemukan 1-10 silinder dalam 1 LPK
Positif 3, jika ditemukan 10-100 silinder/LPK
Positif 4, jika ditemukan >100 silinder/LPK
3. Bakteri
Negatif, jika tidak ditemukan bakteri dalam seluruh lapang pandang (LP)
Positif 1, jika ditemukan sedikit bakteri/LPK
Positif 2, jika ditemukan banyak bakteri/LPK
Positif 3, jika pada 1 LPK dipenuhi oleh bakteri
4. Protozoa
Negatif, jika tidak ditemukan bakteri dalam seluruh lapang pandang (LP)
Positif 1, jika ditemukan 1-4 protozoa/LPB
Positif 2, jika ditemukan 5-9 protozoa/LPB
Positif 3, jika ditemukan >10 protozoa/LPB
5. Kristal
Negatif, jika tidak ditemukan bakteri dalam seluruh lapang pandang (LP)
Positif 1, jika ditemukan 1-4 kristal/LPB
Positif 2, jika ditemukan 5-9 kristal/LPB
Positif 3, jika ditemukan >10 kristal/LPB
Pemeriksaan Sedimen Urine | 13
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan sedimen urin:
1. Pada wanita yang haid dan pasien dengan perdarahan berat pada saluran kemih tidak
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan sedimen urine karena akan terjadi kesalahan dalam
penafsiran hasil. Cukup dilaporkan pada makroskopis Blood gross (+) disertai keterangan
lain.
2. Kadang-kadang kristal-kristal, bakteri, jamur dapat berukuran kecil sehingga perlu dilihat
pada lensa objektif pembesaran 40x.
3. Kontaminan sedimen seperti : pollen grain, serat rambut, cotton fiber, gelembung udara, lipid
droplet, fecal material contaminant dan anticoagulant EDTA tidak perlu dilaporkan.
4. Adanya lendir secara makroskopis dan benang lendir secara mikroskopis dilaporkan sebagai :
Mucus Thread (+) dan ikut serta dalam pelaporan.
5. Epitel transisional merupakan epitel yang berasal dari ureter, kandung kemih dan uretra baik
pada wanita maupun pria. Dapat dilaporkan sebagai epitel transisional atau dapat pula
dibedakan menurut asalnya (trans caudatus, female uretra, dll).
6. Kristal dalam sedimen yang dilaporkan harus mengacu pada pH urine sehingga tidak salah
dalam pelaporan. Seperti tripel phosphat dan calcium carbonat yang ditemukan pada pH
diatas 7,5.
7. Apabila berat jenis urin rendah, maka eritrosit akan cenderung mengembang sedangkan bila
berat jenis urin tinggi maka eritrosit cenderung mengkerut.
8. Bila pH urine tinggi (lindi) maka leukosit cenderung mengumpul dan mengembang
sedangkan pH rendah maka leukosit cenderung menyebar dan mengkerut.
9. Pada hematuria penghancuran eritrosit dengan Asam cuka dapat dilakukan untuk
mempermudah pengamatan terhadap unsur sedimen lain.
Pemeriksaan Sedimen Urine | 14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan :
1. Pemeriksaan mikroskopis dari sedimen urin merupakan bagian integral dari urinalisis.
Prinsip pemeriksaan sedimen urine adalah sejumlah sampel urine disentrifugasi dengan
kecepatan rendah, lalu endapan (sedimen) yang terbentuk diperiksa dengan mikroskop.
2. Adapun prosedur dalam pemeriksaan sedimen urin adalah sebagai berikut :
a. Dituangkan ± 8 mL sampel urine ke dalam sebuah tabung sentrifuge.
b. Dipusingkan pada kecepatan rendah (1500 rpm) selama 5 menit.
c. Bagian supernatannya dibuang.
d. Sedimen yang tersisa dihomogenkan dengan cara dikocok.
e. Objek glass ditetesi 1 tetes sedimen urine, lalu ditutup dengan cover glass.
f. Preparat tersebut diamati dengan mikroskop.
3. Unsur-unsur yang dapat ditemukan pada sedimen urine dibagi atas dua golongan yaitu
unsur organik dan anorganik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan
antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit
dan yang anorganik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan, misalnya: urat amorf
dan kristal.
3.2 Saran
Pemeriksaan sedimen urine dengan menggunakan mikroskop sebaiknya dilakukan
dengan intensitas cahaya yang rendah, dengan cara menurunkan kondensor dan diafragma
agak tertutup agar morfologi unsur-unsur mikroskopis yang ditemukan dapat diamati dengan
jelas sehingga dapat dibedakan antara unsur yang satu dan yang lainnya.
Pemeriksaan Sedimen Urine | 15
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, Dianika Rohmah. 2010. Korelasi antara kejadian leukosituria dan volume prostat
penderita pembesaran prostat jinak pada pemeriksaan ultrasonografi. Surakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Fogazzi, Giovanni B., et.al. 2008. Urinalysis. American Journal of Kidney Diseases. Elsevier,
Milano.
Fogazzi, Giovanni B., et.al. 2012. Urinary Sediment Findings in Acute Interstitial Nephritis.
American Journal of Kidney Diseases. Elsevier, Milano.
French, et.al. 2010. Urine Sediment Atlas. Cornell University, New York.
Spinelli, Diana. 2013. Waxy casts in the urinary sediment of patients with different types of
glomerular diseases: Results of a prospective study. Elsevier, Milano.
Utami, Koni Atikah. 2010. Hubungan antara gagal ginjal kronis dengan gambaran sedimen
urine di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi. Surakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
Zaman, Zahur, et.al. 2010. Urine sediment analysis: Analytical and diagnostic performance of
sediMAX® — A new automated microscopy image-based urine sediment analyser. Elsevier,
Belgium.
Pemeriksaan Sedimen Urine | 16