pedoman praktikum kimia dasaripa.iainponorogo.ac.id/wp-content/uploads/sites/12/2019/07/buku... ·...
TRANSCRIPT
-
Panduan Praktikum Kimia Dasar i
PEDOMAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
Disusun Oleh :
Izza Aliyatul Muna, M.Sc.
Retno Aliyatul Fikroh, S.Pd.Si., M.Sc.
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar ii
HALAMAN VALIDASI
PEDOMAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
Edisi 2 Revisi 1
TAHUN 2017
Telah diperiksa dan telah disetujui untuk memenuhi standar buku panduan
penulisan pedoman praktikum serta telah memiliki kesesuaian antara kompetensi
dasar dengan materi praktikum.
Disahkan Oleh Tanggal : 15 September 2017
Ditulis Oleh Tanggal : 01 September 2017
Ketua Program Studi S1 Tadris IPA
(Dr. Wirawan Fadly, M.Pd.)
Penulis
(Izza Aliyatul Muna, M.Sc.)
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar iii
KATA PENGANTAR
Buku pedoman praktikum ini disusun sebagai panduan dalam pelaksanaan
praktikum Kimia Dasar Farmasi bagi mahasiswa program studi S1 Tadris IPA IAIN
Ponorogo. Adanya buku praktikum ini diharapkan akan membantu dan
mempermudah mahasiswa dalam melaksanakan praktikum Kimia Dasar Farmasi
sehingga memperoleh hasil yang baik.
Praktikum Kimia Dasar bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada
mahasiswa tentang konsep teori kimia dalam pelaksanaannya mendukung
pembelajaran kimia di sekolah. Materi yang dipraktikumkan meliputi materi dan
perubahannya, larutan, stoikiometri reaksi, reaksi dalam larutan berair, asam dan
basa, kesetimbangan kimia, kinetika reaksi dan larutan dampar.
Buku pedoman ini masih dalam proses penyempurnaa. Perbaikan akan
terus dilakukan demi kesempurnaan buku petunjuk pratikum ini dan disesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga buku pedoman praktikum
Kimia Dasar Farmasi ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Ponorogo, September 2017
Penyusun
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................................................. i
HALAMAN VALIDASI ....................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................................... iv
PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM .................................................................................... v
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ............................................................................................. vi
Praktikum 1 Pengenalan Alat dan Bahan Laboratorium .................................................................. 1
Praktikum 2 Pembuatan Larutan ............................................................................................................... 15
Praktikum 3 Stoikiometri Reaksi Kimia .................................................................................................. 18
Praktikum 4 Asam dan Basa ......................................................................................................................... 21
Praktikum 5 Standarisasi larutan 0,1 M HCl dan penggunaannya dalam menentukan kadar
Magnesium Hidroksida dan Alumunium Hidroksida dalam obat Maag...................................... 24
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar v
PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Bersikap penuh tanggung jawab selama berada di dalam laboratorium.
2. Praktikan wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai, keterlambatan
lebih dari 5 menit sejak praktikum dimulai, praktikan dianggap tidak hadir.
3. Jika berhalangan hadir, praktikan harus dapat memberikan keterangan
tertulis dan resmi terkait dengan alasan ketidakhadirannya.
4. Praktikan memasuki ruang laboratorium dengan telah mengenakan jas
praktikum, alas kaki yang tertutup, wajib mengikat rambutnya bagi praktikan
yang berambut panjang, dan tidak memakai pakaian yang pendek atau robek.
5. Praktikan wajib mengetahui letak dan prosedur peralatan keselamatan (kotak
P3K dan pemadam kebakaran).
6. Praktikan wajib membawa lembar kerja praktikum, serbet, sarung tangan,
masker dan alat kebersihan diri.
7. Praktikan mengisi daftar absensi dengan menunjukkan segala sesuatu yang
wajib dibawa.
8. Praktikan tidak diperbolehkan makan, minum, atau merokok di dalam
laboratorium selama praktikum berlangsung.
9. Praktikan tidak diperbolehkan bersenda gurau yang mengakibatkan
terganggunya kelancaran praktikum.
10. Tidak melakukan percobaan dan/atau merubah prosedur pekerjaan tanpa
sepengetahuan dosen pembimbing atau pihak yang berwenang lainnya.
11. Praktikan bertanggung jawab atas peralatan yang dipinjamnya, kebersihan
meja masing-masing, serta lantai disekitarnya.
12. Setalah menggunakan reagen, praktikan wajib meletakkan kembali pada
tempatnya semula.
13. Praktikan dilarang menghambur-hamburkan reagen praktikum dan
membuang sisa bahan praktikum dengan memperhatikan kebersihan dan
keamanan.
14. Laporkan semua kecelakaan (bahan tumpah, peralatan rusak, dll) atau luka
(teriris, terbakar, dll) kepada dosen pembimbing atau pihak yang berwenang
lainnya.
15. Sebelum meninggalkan lab, pastikan untuk mematikan kran air, lampu
penerangan, dan aliran gas.
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar vi
KEAMANAN & KESELAMATAN KERJA
1. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.
2. Sediakanlah alat-alat yang akan digunakan di atas meja dan simpan yang tidak
digunakan di dalam lemari.
3. Zat yang akan dianalisis disimpan dalam tempat tertutup agar tidak terkena
kotoran yang mempersulit analisis.
4. Dilarang menggunakan perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.
5. Dilarang menggunakan sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
6. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
7. Hindari menghisap langsung uap bahan kimia, tetapi kipaslah uap tersebut
dengan tangan ke muka anda.
8. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus.
9. Baca label bahan kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari
kesalahan.
10. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan, jangan menggunakan
bahan kimia secara berlebihan.
11. Jangan mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula agat terhindar
dari kontaminasi.
12. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah
melakukan praktikum.
13. Apabila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk dan segera dicuci
dengan air mengalir.
14. Apabila meja praktikum basah, segera keringkan dengan kain.
15. Hindarkan dari api bahan-bahan yang mudah terbakar.
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar vii
16. Hati-hati dalam menggunakan bahan-bahan yang dapat menimbulkan luka
bakar.
17. Percobaan dengan penguapan menggunakan asam-asam kuat dan
menghasilkan gas-gas beracun dilakukan di almari asam.
18. Dilarang memanaskan zat dalam gelas ukur/labu ukur.
19. Apabila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan
segera kepada dosen atau asisten jaga
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 1
PRAKTIKUM 1
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN LABORATORIUM
I. Kompetensi Dasar
1. Mengetahui macam-macam alat dan bahan laboratorium
2. Memahami fungsi dan cara menggunakan alat dan bahan laboratorium
II. Tujuan
Tujuan dari parktikum ini adalah untuk mengenal alat-alat dan bahan yang
di pakai dalam praktikum di laboratorium.
III. Metode
Metode yang digunakan adalah pengamatan secara langsung.
IV. Dasar Teori
A. Pengenalan Alat
Pada buku petunjuk ini akan diperkenalkan dan diajakrkan
menggunakan alat-alat yang sering dipakai pada percobaan di
laboratorium.
1. Peralatan untuk menimbang di laboratorium
Neraca kasar : triple beam
Untuk menimbang bahan dengan
ketelitian alat sedang (0.01-0.001
gram) dan untuk menimbang
bahan kimia dalam proses
pembuatan larutan, akan tetapi
bukan yang digunakan untuk
standarisasi
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 2
Neraca dengan ketelitian
sedang
Kapasitas mencapai 311 g, pan
tunggal bahan stainless steel,
ketelitian 10 mg. Untuk
menimbang zat
Neraca dengan ketelitian
tinggi: Sartorius
Untuk menimbang bahan dengan
ketelitian tinggi (0.0001 gram)
dan untuk menimbang bahan
kimia dalam proses pembuatan
larutan untuk uji kuantitatif dan
proses standarisasi. Selain itu
berfungsi untuk menimbang
sampel / bahan dalam analisis
kuantitatif.
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 3
Pembakaran Gas (Burner) Bagian-bagian esensialnya:
1. Pipa pemasukan gas (pada
pembakar burner ada
pengatur banyaknya gas yang
masuk, pada pembakar
bunsen alat ini tidak ada,
maka pemasukan gas diatur
dengan kran pada saluran
meja praktikum).
2. Lubang pemasukan udara
3. Pipa pengatur gas dan udara
Bagian bagian terpenting dari
pembakar gas yaitu:
1. Lubang pemasukan udara
2. Pipa pemasukan gas (pada
pembakar burner, ada
pengatur banyaknya gas yang
masuk, pada pembakar
bunsen tidak ada)
3. Pipa pencampur gas dan udara
Dengan mengatur pipa
pemasukan gas dan lubang
pemasukan udara, maka
perbandingan pemasukan gas
udara dapat diubah-ubah.
Api berwarna kuning,
bercahaya dan berjelaga, akan
terbentuk jika banyak gas, sedikit
udara. Api ini tidak boleh
dipergunakan untuk
pemanasan/reaksi. Sebab kurang
panas dan mengotori alat-alat
yang dipanaskan. Bila gas sedikit
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 4
dan udara banyak, warna kuning
hilang dan bentuknya juga
berbeda maka terbentuk api tidak
bercahaya yang dibedakan
menjadi 2 bagian yaitu: kerucut
luar dan dalam.
1. Kerucut luar, merupakan api
pengioksidasi, berwarna violet
dan hampir tidak tampak
(lihat Gambar...)
2. Kerucut dalam, merupakan api
pereduksi, berwarna biru.
Pembakaran terjadi pada
kerucut luar, sedangkan pada
kerucut dalam terdapat gas-
gas belum semua terbakar
sehingga dingin.
Lampu Spiritus Fungsinya hampir sama dengan
bunsen pembakar yaitu untuk
memanaskan larutan atau
membantu mengkondisikan steril
pada proses inokulasi. Bahan
bakarnya biasanya dari spirtus
atau alkohol.
Hot Plate Untuk memanaskan larutan di
dalam proses analisa air, lemak
dan lain sebagainya. Selain itu
juga untuk memanaskan aquadest
atau pelarut lainnya dalam
pembuatan larutan
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 5
2. Alat-alat gelas
Botol wadah Botol sebagai wadah pereaksi
dibedakan oleh warnanya yaitu
berwarna gelap (coklat) untuk
zat yang tidak tahan cahaya,
oksidasi dll. Dan botol tidak
berwarna (transparan). Tutup
botol juga bermacam-macam
yaitu tutup pipih, paruh dan
tetes. Tutup pipih tidak boleh
diletakkan diatas meja, tutup
paruh dan pipet tidak boleh
diambil. Selain itu mulut wadah
juga bermacam-macam yaitu
mulut kecil untuk zat yang
mudah menguap dan berasap.
Digunakan untuk menyimpan
larutan bahan kimia
Gelas Beaker
Gelas beaker digunakan untuk
menampung cairan, tempat
terjadinya reaksi pendingin
(icebath), atau memanaskan
cairan. Harap diperhatikan
bahwa bila digunakan untuk
pemanasan, Beaker harus
terbuat dari bahan pyrex.
Sedangkan untuk penampung
cairan yang bersifat korosif,
terbuat dari gelas borosilikat.
Labu Erlenmeyer Labu Erlenmeyer digunakan
untuk berbagai keperluan,
misalnya sebagai penampung
hasil distilasi, penampung salah
http://images.google.com/imgres?imgurl=http://www.rickly.com/sai/images/GRADBEAK.JPG&imgrefurl=http://www.rickly.com/sai/gradbeak.htm&h=550&w=467&sz=125&hl=en&start=8&tbnid=fMlUtcVZ1j86GM:&tbnh=133&tbnw=113&prev=/images?q=beakers&gbv=2&svnum=10&hl=en
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 6
satu lapisan pada proses
ekstraksi cair, wadah reaksi,
wadah rekristalisasi, untuk
memanaskan pelarut, dll. Sisinya
yang miring sangat baik untuk
rekristalisasi. Namun,
penggunaan labu Erlenmeyer
yang paling umum adalah untuk
titrasi.
Labu takar
Labu takar digunakan untuk
menampung atau mengukur
sejumLah cairan dengan
seksama. Biasanya digunakan
untuk membuat atau
mengencerkan larutan untuk
mencapai konsentrasi tertentu.
Labu takar mempunyai ukuran
tunggal yang spesifik tergantung
volume yang kita butuhkan.
Tabung reaksi
Tabung reaksi digunakan
sebagai penampung cairan atau
padatan. Reaksi dilangsungkan
di dalam tabung reaksi dan
seringkali membutuhkan panas
untuk penyempurnaan reaksi,
sehingga harus dibuat dari
bahan gelas yang tahna panas.
Cawan petri
Cawan Petri bisa terbuat dari
gelas atau plastik, sering
digunakan oleh ahli biologi
untuk pembiakan sel (bakteri,
jamur, tumbuhan atau hewan).
file:///C:\Documents and Settings\Banyu\Local Settings\Temp\Rar$DI00.781\072_PrecipitaReactmhtml:file://D:\Documents\Glassware\Petri dish - Wikipedia, the free encyclopedia.mht!/wiki/Image:Szalka_petriego.jpg
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 7
Gelas arloji
Gelas arloji berbentuk cekung
lebar dengan alas agak
membulat. Terutama digunakan
untuk wadah untuk menmpung,
mengeringkan dan menimbang
padatan, atau sebagai penutup.
Gelas ukur
Labu takar digunakan untuk
mengukur volume cairan, tetapi
tidak seksama (non-kuantitatif).
Terdapat berbagai ukuran (5, 10,
25, 50 dan 100 mL). Biasanya
terbuat dari bahan gelas.
Buret
Terbuat dari gelas, berbentuk
panjang yang mempunyai skala
dan kran. Digunakan untuk
melakukan titrasi. Larutan zat
yang digunakan untuk
menitrasi (titran) ditempatkan
dalam buret, dan dikeluarkan
sedikit demi sedikit
melalui kran. Volume titran yang
dipakai dapat dibaca pada skala.
Buret tersedia dalam berbagai
ukuran, biasanya 50 mL dan 10
mL. Ketelitian buret tergantung
dari ukurannya. Untuk
buret 50 mL, ketelitiannya
adalah 0,1 mL, sedangkan buret
10 mL
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 8
mempunyai ketelitian 0,01 mL.
Pipet
Pipet digunakan untuk
mengambil cairan dipindahkan
dari suatu tempat ke tempat lain.
Secara umum pipet terbagi
menjadi:
1. Pipet volum (pipet gondok)
Pipet gondok berbentuk
membesar di bagian tengah
dan ujungnya runcing.
Digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume
tertentu secara tepat.
2. Pipet ukur
Mempunyai ukuran berbeda
dan mempunyai skala.
Digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume
tertentu
3. Pipet tetes (pipet pasteur)
Bukan alat ukur yang baik,
hanya digunakan untuk
mengambil cairan dalam
jumlah kecil, hanya
memindahkan cairan
tersebut.
4. Mikropipet
Alat pengukur volume yang
memiliki ketelitian tinggi
hingga mikroliter. Biasanya
tidak terbuat dari gelas,
mhtml:file://D:\Documents\Glassware\Pipette - Wikipedia, the free encyclopedia.mht!/wiki/Image:Single_channel_rack.jpg
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 9
desainya spesifik dan
bervariasi.
Termometer
Termometer digunakan untuk
mengukur suhu. tersedia dalam
2 jenis skala suhu, sampai 150oC
dan 360oC. Termometer 150oC
berisi alkohol, sedangkan
termometer 360oC berisi air
raksa. Pada penggunaannya
dalam distilasi dan refluks.
Corong penyaring
Ada 3 macam yaitu: corong
Buchner dan penyumbatnya
(kiri), corong penyaring biasa
(tengah) dan corong penyaring
panas (kanan). Corong Buchner
terbuat dari porselin, digunakan
untuk penyaringan vakum.
Corong penyaring biasa
digunakan untuk penyaringan
biasa, sedangkan corong
penyaring panas untuk
penyaringan panas dalam
rekristalisasi.
B. Pengenalan Bahan Kimia
Pengetahuan mengenai sifat bahan kimia menjadi hal penting
sebelum bekerja di laboratorium. Sifat-sifat bahan kimia disajikan secara
lengkap pada Material Safety Data Sheet (MSDS) yang dapat diakses
melalui internet. Bahan kimia berdasarkan fasa dibedakan menjadi
bahan padat, cair dan gas. Berdasarkan kualitasnya dibedakan menjadi
mhtml:file://D:\Documents\Glassware\Thermometer - Wikipedia, the free encyclopedia.mht!/wiki/Image:Clinical_thermometer_38.7.JPG
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 10
teknis, spesial grade (pro analisi), dan spesial grade (material
referrences).
Pelabelan bahan kimia diwajibkan mencantumkan informasi bahaya
berdasarkan tingkat bahaya bahan kimia khususnya untuk bahan yang
tergolong pada hazardous chemicals atau bahan berbahaya dan beracun
(B3). Peraturan mengenai bahan berbahaya bertujuan untuk
melindungi/ menjaga bahan-bahan berbahaya dan terutama terdiri dari
bidang keselamatan kerja. Simbol bahaya digambarkan dengan
piktogram tanda hitam pada latar belakang orange dimana kategori
bahaya untuk bahan dan formulasi ditandai dengan simbol bahaya, yang
terbagi dalam 3 kategori yaitu resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisika-
kimia), resiko kesehatan (sifat toksikologi), dan kombinasi dari
keduanya.
Berikut ini merupakan penjelasan tentang simbol-simbol bahaya
pada bahan kimia.
1. Explosive (bersifat mudah meledak)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan
simbol Explosive dapat meledak akibat pukulan/
benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber
nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik
sehingga harus menghindari kegiatan tersebut. Contoh bahan yang
bersifat explosive seperti ammonium nitrat, nitroselulosa, TNT dan
lain-lain.
2. Oxidizing (oksidator, pengoksidasi)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan simbol Oxidizing tidak
mudah terbakar namun dapat menimbulkan resiko kebakaran yang
signifikan (sulit pemadaman api) bila kontak
dengan bahan mudah terbakar atau bahan yang
sangat mudah terbakar. Hindari panas serta
bahan mudah terbakar dan reduktor. Contoh
bahan bersifat oxidizing yaitu hidrogen
peroksida, kalium perklorat dan lain-lain.
3. Flammable (mudah terbakar)
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 11
Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely
flammable (amat sangat mudah terbakar) dan Highly flammable
(sangat mudah terbakar. Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai
dengan notasi bahaya “extremely flammable” merupakan liquid yang
memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0°C) dan titik didih
rendah dengan titik didih awal (di bawah +35°C). Sedangkan untuk
Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya “highly
flammable” adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah
kondisi atmosferik biasa, atau mempunyai titik nyala rendah (di
bawah +21°C). Untuk keamanan jauhkan bahan dari sumber api dan
loncatan bunga api. Beberapa bahan sangat mudah terbakar
menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah
pengaruh meliputi:
1. zat terbakar langsung, contohnya aluminium alkil fosfor;
keamanan : hindari campuran dengan udara.
2. gas amat mudah terbakar. Contoh : butane, propane. Keamanan :
hindari campuran dengan udara dan hindari sumber api.
3. Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang
membentuk gas mudah terbakar bila kena
air atau api.
4. Cairan mudah terbakar, cairan dengan titik
bakar di bawah 21°C.
contoh : aseton dan benzene .
4. Toxic (beracun)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi
bahaya ‘toxic’ dapat menyebabkan kerusakan
kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian
pada konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh
melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau
kontak dengan kulit. Suatu bahan dikategorikan
beracun jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) 25 – 200 mg/kg berat
badan
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 12
LD50 dermal (tikus atau kelinci) 50 – 400 mg/kg berat
badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 – 1 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 – 2 mg/L
Contoh bahan yang bersifat toxic seperti arsen triklorida, merkuri
klorida. Untuk keamanan hindari kontak atau masuk dalam tubuh,
segera berobat kedokter bila kemungkinan keracunan.
5. Harmful Irritant (bahay, iritasi)
Ada sedikit perbedaan pada symbol ini yaitu dibedakan dengan kode
Xn dan Xi. Untuk Bahan dan formulasi yang ditandai dengan kode Xn
memiliki resiko merusak kesehatan sedangkan jika masuk ke tubuh
melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Kode Xn (Harmful)
Bahaya: menimbulkan kerusakan kecil pada
tubuh,
Contoh : peridin
Kemanan : hindari kontak dengan tubuh atau
hindari menghirup, segera berobat ke dokter
bila kemungkinan keracunan.
Sedangkan Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ atau kode Xi
adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak
dengan kulit atau selaput lendir. Kode Xi (irritant)
Bahaya: iritasi terhadap kulit, mata, dan alat pernapasan
Contoh : ammonia dan benzyl klorida
Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan
mata.
6. Corrosive (korosif)
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’
adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan
merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat
ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia
bahan uji, seperti asam (pH 11,5), ditandai sebagai bahan korosif.
Bahaya : korosif atau merusak jaringan tubuh manusia
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 13
Contoh : klor, belerang dioksida
Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan
mata
7. Dangerous for enviromental (bahan berbahaya bagi lingkungan)
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’
adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu
tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah,
udara, tanaman, mikroorganisma) dan
menyebabkan gangguan ekologi.
Bahaya : bagi lingkungan, gangguan ekologi
Contoh : tributil timah klorida,
tetraklorometan, petroleum bensin
Keamanan : hindari pembuangan langsung
ke lingkungan
V. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat laboratorium
2. Bahan
Bahan-bahan laboratorium Kimia
VI. Prosedur Kerja
1. Amati dan gambar 10 macam alat gelas yang ada di laboratorium beserta
fungsinya.
2. Tuliskan 10 bahan kimia, rumus kimia, sifat bahan, dan massa atom
relative (Mr) .
VII. Hasil Pengamatan
1. Gambar alat laboratorium dan fungsinya
No. Nama alat Fungsi
1.
2.
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 14
No. Nama alat Fungsi
Dst
2. Bahan laboratorium
Nama bahan Rumus Sifat Massa atom
relative (Mr)
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 15
PRAKTIKUM 2
PEMBUATAN LARUTAN
I. Kompetensi Dasar
1. Mampu membuat larutan dari padatan dan larutan yang pekat.
2. Mampu menentukan konsentrasi larutan dengan beberapa satuan.
3. Mampu membuat larutan sesuai dengan prosedur dan cara
pembuatannya.
II. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui dan memahami pembuatan
larutan secara baik dan benar.
III. Metode
Metode yang digunakan adalah penimbangan padatan dan pengenceran
larutan.
IV. Dasar Teori
Dalam mempelajari kimia tidak lepas dari yang namanya larutan.
Larutan pada umumnya merupakan campuran yang homogen. Komponen
yang terdapat dalam jumlah banyak disebut sebagai pelarut/solvent
sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah kecil disebut zat
terlarut/solut. Konsentrasi secara umum dinyatakan dalam perbandingan
jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan atau perbandingan
jumlah zat terlarut dengan jumlah zat pelarut. Konsentrasi meliputi
molaritas, molalitas dan normalitas. Molaritas adalah jumlah mol solut dalam
1 liter larutan. Molalitas adalah jumlah mol solut per 1000 gram pelarut.
Normalitas adalah jumlah gram ekuivalen solut dalam 1 liter larutan.
Pada percobaan ini. Saudara akan membuat larutan dari larutan
pekat (dengan pengenceran) dan padatan murni. Larutan yang akan anda
buat harus bisa dinyatakan konsentrasinya dengan beberapa satuan. Apabila
dari larutan yang lebih pekat, sesuaikan satuan konsentrasi larutan yang
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 16
diketahui dengan satuan yang diinginkan. Jumlah zat terlarut sebelum dan
sesudah pengenceran adalah sama, memenuhi persamaan :
V1 M1 = V2 M2
Keterangan:
V1 = volume atau massa larutan sebelum dilarutkan
M1 = konsentrasi larutan sebelum diencerkan
V2 = volume atau massa larutan setelah diencerkan
M2 = konsentrasi larutan sebelum diencerkan
Untuk menimbang suatu xzat bhan kimi tertentu menggunakan rumus
sebagai berikut:
Gram = 𝑚𝑙
1000 x M x
𝐵𝑀
𝑒𝑘𝑣
Keterangan :
ml = jumlah yang ingin dibuat
M = konsentrasi yang ingin dibuat
BM = berat molekul
Ekv = ekuivalen
V. Alat dan Bahan
1. Alat
Seperangkat gelas kimia
Neraca/timbangan
Kertas timbang
Labu ukur 100 mL
2. Bahan
Kristal NaOH
Kristal Na2B4O7
H2SO4
HCl
Aquades
VI. Prosedur Kerja
1. Pembuatan 100 mL larutan NaOH 0,25 M
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 17
Menghitung jumlah NaOH yang diperlukan. Timbang NaOH lalu dilarutkan
dengan 50 mL aquades, masukkan dalam labu takar 100 mL. Tambahkan
aquades hingga tanda batas. Larutan digojok hingga homogen.
2. Pembuatan 100 mL larutan Na2B4O7 0,5 M
Menghitung jumlah Na2B4O7 yang diperlukan. Timbang Na2B4O7 lalu
dilarutkan dengan 50 mL aquades, panaskan diatas hot plate. Masukkan
dalam labu takar 100 mL. Tambahkan aquades hingga tanda batas.
Larutan digojok hingga homogen.
3. Pembuatan 50 mL larutan H2SO4 1 M
Siapkan labu takar dan hitung volume H2SO4 yang dibutuhkan. Isi labu
ukur 50 mL dengan akuades sampai kira-kira 3/4nya. Ambil H2SO4
dengan pipet ukur . masukkan dalam labu ukur(pengambilan H2SO4 harus
dilemari asam). Tambahkan aquades hingga tanda batas. Larutan digojok
hingga homogen.
4. Pembuatan larutan HCl 1 N
Menghitung normalitas HCl murni. Menghitung volume HCl 1 N. Larutan
dimasukkan ke labu ukur 100 mL yang telah terisi aquades sekitar ½ nya.
Ditambahkan aquades hingga tanda batas. Larutan digojok hingga
homogen.
VII. Hasil Pengamatan
No. Nama bahan Perhitungan Penimbangan
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 18
PRAKTIKUM 3
STOIKIOMETRI REAKSI KIMIA
I. Kompetensi Dasar
1. Menentukan koefisien reaksi berdasarkan pembentukan endapan dan
perubahan temperatur
2. Menentukan hasil reaksi berdasarkan konsep mol
II. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami reaksi stoikiometri.
III. Metode
Metode yang digunakan adalah reaksi asam-basa dan reaksi pengendapan.
IV. Dasar Teori
Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas produk dan
reaktan dalam reaksi kimia. Perhitungan stoikiometri yang paling baik
dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui dan yang tidak
diketahui dalam mol dan kemudian bila perlu dikonversi menjadi satuan
lain. Pereaksi pembatas adalah reaktan yang ada dalam jumlah stoikiometri
terkecil. Reaktan ini membatasi jumlah produk yang dapat dibentuk. Jumlah
produk yang dihasilkan dalam suatu reaksi (hasil sebenarnya) mungkin lebih
kecil daripada jumlah maksimum yang mungkin diperoleh (teoritis).
Perbandingan keduanya dinyatakan sebagai persen hasil.
Perbandingan stoikiometri pereaksi-pereaksi sangat penting dalam
mengamati keberlangsungan suatu reaksi kimia. Pengamatan yang umum
dilakukan pada suatu reaksi kimia antara lain perubahan temperatur, jumlah
produk reaksi (endapan, gas), pH larutan, dan warna larutan. Salah satu
metode yang umum digunakan untuk menentukan stoikiometri suatu reaksi
adalah metode JOB atau metode variasi kontinu. Prinsip metode ini adalah
pengukuran perubahan sifat fisik dalam suatu reaksi pada jumlah mol
masing-masing pereaksi bervariasi, tetapi dengan jumlah mol total pereaksi
tetap. Perubahan sifat fisik yang dapat diamati dalam suatu reaksi kimia
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 19
antara lain perubahan temperatur, massa, volume, pH larutan, dan daya
serap. Perubahan sifat fisik tersebut sangat tergantung pada jumlah mol
pereaksi yang digunakan dalam percobaan. Oleh karena itu, data-data
perubahan sifat fisik dan jumlah mol pereaksi dapat digambarkan dalam
suatu grafik, yang kemudian digunakan untuk menentukkan perbandingan
stoikiometri suatu reaksi.
V. Alat dan Bahan
1. Alat
Gelas kimia 50 mL
Neraca Analitis
Gelas Ukur 25 mL
Termometer
Mistar Ukur
Pengaduk
2. Bahan
NaOH 0,1 M dan 1,0 M
Aquades
HCl 1,0 M
CuSO4 0,1 M
VI. Prosedur Kerja
1. Stoikiometri Reaksi Pengendapan (larutan CuSO4 dan NaOH)
Sebanyak 5 mL NaOH 0,1 M dalam gelas kimia 50 mL dicampurkan
dengan 25 mL CuSO4 0,1 M. Campuran diaduk dan dibiarkan hingga
terbentuk endapan. Endapan diukur dengan mistar ukur. Ulangi prosedur
tersebut untuk volume yang berbeda yaitu 10, 15, 20, dan 25 mL NaOH
0,1 M dan 20, 15, 10, dan 5 mL CuSO4 0,1 M. Buat grafik hubungan antara
tinggi endapan ddengan volume larutan. Tentukan koefisien reaksi
berdasarkan titik optimum dan hitung rendemen hasil reaksi.
2. Stoikiometri Reaksi Asam Basa
Sebanyak 5 mL NaOH 1,0 M dalam gelas kimia 50 mL dicampurkan
dengan 25 mL HCl 1,0 M yang telah diukur temperatur awal masing-
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 20
masing larutan. Campuran diaduk dan diukur temperaturnya. Ulangi
prosedur tersebut untuk volume yang berbeda yaitu 10, 15, 20, dan 25 mL
NaOH 1,0 M dan 20, 15, 10, dan 5 mL HCl 1,0 M. Buat grafik ∆T
(perubahan temperatur) terhadap volume NaOH atau HCl. Tentukan
koefisien reaksi berdasarkan titik optimum dan hitung rendemen hasil
reaksi.
VII. Hasil Pengamatan
1. Stoikiometri Reaksi Pengendapan
No Volume NaOH 0,1 M (mL) Volume CuSO4 0,1 M (mL) Tinggi Endapan
(mm)
1. 5 25
2. 10 20
3. 15 15
4. 20 10
5. 25 5
2. Stoikiometri Reaksi Asam Basa
No Volume NaOH 1 M
(mL)
Volume HCl 1 M
(mL)
T awal (°C) T akhir (°C) ∆T (°C)
1. 5 25
2. 10 20
3. 15 15
4. 20 10
5. 25 5
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 21
PRAKTIKUM 4
ASAM BASA
I. Kompetensi Dasar
1. Mengisolasi indikator asam basa dari ekstrak bahan alam
2. Mengidentifikasi keasamaan suatu zat dengan indikator alam
II. Tujuan
Tujuan dari parktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang
asam-basa.
III. Metode
Metode yang digunakan adalah penetesan secara langsung.
IV. Dasar Teori
Terdapat definisi asam dan basa menurut beberapa ahli. Menurut
Archenius, asam didefinisikan sebagai zat yang larut dalam air dengan
memberikan H+ sedangkana basa didefinisikan sebagai zat yang akan larut
dalam air dengan memberikan OH-. Bronsted-Lowry mendifinisikan asam
sebagai pemberi proton, sedangkan basa penerima proton. Menurut G.N.
Lewis, asam didefinisikan sebagai penerima pasangan elektron sedangkan
basa didefinisikan sebagai pemberi pasangan elektron. Diantara definisi
asam dan basa tersebut, teori yang paling umum digunakan adalah teori
asam basa dari Lewis. Secara umum, asam memiliki sifat antara lain bersifat
masam ketika dilarutkan dalam air, asam terasa menyengat bila disentuh
dan dapat merusak kulit, asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam
(korosif terhadap logam) dan merupakan cairan elektrolit. Basa memiliki
sifat kaustik, rasa pahit, licin seperti sabun, mengubah warna lakmus merah
menjadi biru, dan dapat menghantarkan arus listrik.
Dalam laboratorium kimia, indikator asam basa yang biasa
digunakan adalah indikator buatan dan indikator alami. Indikator buatan
merupakan indikator yanag siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium
atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 22
yang terdiri dari lakmus merah dan lakmus biru, kertas lakmus yang diberi
senyawa kimia akan menunjukkan wrna yang berbeda ketika dimasukkan
pada larutan asam maupun basa. Warna kertas lakmus akan berubah sesuai
dengan larutannya. Perubahan warna yang mampu dihasilkan oleh kertas
lakmus disebabkan karena adanya orchein (ekstrak lichenes) yang berwarna
biru di dalam kertas lakmus.
Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ekstrak lakmus yang
berwarna biru ke dalam kertas putih. Kertas akan menyerap ekstrak lakmus
yang selnajutnya dikeringkan dalam udara terbuka, sehingga dihasilkan
kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru pada larutan yang bersifat basa akan
tetap biru, karena orchein merupakan anion sehingga tidak bereaksi dengan
anion (OH-). Kertas lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan
pembuatan kertas lakmus biru, tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau
asam klorida agar warnanya menjadi merah.
Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah
warnanya dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam biasanya
dilakukan dalam pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna
mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-umbian, kulit buah, dan dedaunan.
Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamanya,
misalnya kembang sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna
merah dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau. Kol ungu di dalam
larutan asam akan berwarna merah keunguan dan di dalam larutan basa
akan berwarna hijau.
V. Alat dan Bahan
1. Alat
Tabung reaksi
Mortir dan alu
Pipet tetes
2. Bahan
Bunga sepatu Sampo Etanol
Pasta gigi Air soda Detergen
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 23
Jeruk nipis Sabun Susu
Kunyit Air cuka
VI. Prosedur Kerja
1. Menggerus 1 -2 gram bunga sepatu/ kunyit sampai halus dengan
menggunakan mortar dan pestle, kemudian tambahkan 5 mL etanol.
Ekstrak dipindahkan ke tabung reaksi.
2. Siapkan larutan sampo, sabun, detergen, pasta gigi, susu, air soda, air cuka
ke dalam tabung reaksi.
3. Tetesi tabung reaksi dengan ekstrak bunga sepatu dan amati perubahan
yang terjadi
4. Percobaan dilakukan kembali dengan menggunakan ektrak kunyit dan
amati perubahan yang terjadi.
VII. Hasil Pengamatan
No Bahan yang di uji
Warna setelah dicampur
indikator
Bunga sepatu Kunyit
1 Air shampo
2 Air sabun
3 Air detergen
4 Air pasta gigi
5 Air soda
6 Susu
7 Air Cuka
8 Air jeruk nipis
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 24
PRAKTIKUM 5
STANDARDISASI LARUTAN 0,1 M HCl DAN PENGGUNAANYA DALAM
MENENTUKAN KADAR MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM
HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG
I. Kompetensi Dasar
1. Menentukan molaritas larutan HCl dengan larutan standar basa
2. Menetapkan kadar magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida
dalam obat maag
II. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui kadar magnesium hidroksida
dan alumunium hidroksida dalam obat maag.
III. Metode
Metode yang digunakan adalah titrasi asam.
IV. Dasar Teori
Obat maag atau antasida adalah obat yang mengandung bahan-
bahan yang efektif yang menetralkan asam dilambung. Untuk mengatasi
nyeri lambung, antasida mengandung senyawa magnesium hidroksida dan
alumunium hidroksida yang berfungsis menetralkan asam lambung.
Antasida adalah golongan obat yang digunakan dalam terapi terhadap akibat
yang ditimbulkan oleh asam yang diproduksi oleh lambung. Secara alami
lambung memproduksi suatu asam yang disebut asam klorida yang
berfungsi untuk membantu proses pencernaan protein. Asam ini secara
alami mengakibatkan kondisi isi perut menjadi asam, yakni antara kisaran
pH 2-3. Antasida bekerja dengan cara menetralkan kondisi “terlalu” asam
tersebut, selain itu antasida juga bekerja dengan cara menghambat aktivitas
enzim pepsin yang aktif bekerja pada kondisi asam, enzim ini diketahui juga
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 25
berperan dalam menimbulkan kerusakan pada organ saluran pencernaan
manusia.
Ada beberapa macam titrasi bergantung pada jenis reaksinya,
seperti titrasi asam basa, titrasi permanganometri, titrasi argentometri, dan
titrasi iodometri. Pada praktikum ini akan diuraikan mengenai titrasi asam
basa. titrasi adalah suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat di
dalam larutan. Titrasi dilakukan dengan mereaksikan larutan tersebut
dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Reaksi dilakukan
secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik stoikiometri
atau titik setara. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai
titer ataupun titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes
sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan
titer tepat habis berekasi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna
indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen” yaitu titik dimana
konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah
basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan :
[H+]=[OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara
melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik
akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi
melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut
juga sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi
dihentikan, kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai
keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan
konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut.
Metil Orange (Methyl Orange) MO atau metil jingga adalah senyawa
dengan rumus C14H14N3NaO3S. Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam
sulphonic di mana di dalam suatu larutan banyak terionisasi, dan dalam
lingkungan alkali anionnya memberikan warna kuning, sedangkan dalam
suasana asam metil jingga bersifat sebagai basa lemah dan mengambil ion
H+, terjadi suatu perubahan struktur dan memberikan warna merah dari ion-
ionnya. Phenolftalein mengandung C20H14O4, phenolftalein tergolong asam
yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 26
tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa, fenolftalein akan terionisasi
lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya.
Indikator pKind Rentang
pH
Lakmus 6,5 5 – 8
Metil Jingga 3,7 3,1 - 4,4
Fenolftalein 9,3 8,3 - 10,0
V. Alat dan Bahan
1. Alat
Pipet volume 10 mL
Buret
Dragball
Pipet tetes
Corong
Statif Klem
Gelas beker 250 mL
Labu ukur 100 mL dan 250 mL
Erlenmeyer 100 mL
2. Bahan
Obat maag
Larutan HCl 0,1 M
Larutan NaOH 0,1 N
Indikator pp
Indikator MO
Tissue
VI. Prosedur Kerja
1. Standarisasi Larutan HCl 0,1 M
Masukkan sampel (larutan asam 0,1 M) sebanyak 25 mL ke dalam
erlenmeyer
-
Pedoman Praktikum Kimia Dasar 27
Tambahkan indikator 3 tetes (indikator PP atau indikator MO)
Titrasi dengan menggunakan larutan basa (larutan NaOH 0,1 M)
Catat volume yang dibutuhkan, lalu diulangi 3 kali (triplo)
Hitunglah kemolaran larutan HCl
2. Penentuan Kadar Basa dalam Obat Maag
Masukkan 10 mL sampel (obat maag cair) ke dalam labu ukur 100 mL
lalu tambahkan akuades sampai tanda batas.
Ambillah 10 mL larutan sampel, lalu masukkan ke dalam erlenmeyer,
kemudian tambahkan 10 mL larutan asam yang sudah diketahui
molaritasnya
Tambahkan indikator 3 tetes (indikator PP dan indikator MO)
Titrasi dengan menggunakan larutan basa (larutan NaOH 0,1 M)
Catat volume yang dibutuhkan, lalu ulangi 3 kali (triplo)
Hitunglah kadar basa yang terkandung dalam obat maag
VII. HASIL PENGAMATAN
1. Standarisasi Larutan HCl 0,1 M
Titrasi 1 Titrasi 2 Titrasi 3 Volume rata-rata
Volume NaOH
Volume HCl
2. Penentuan Kadar Basa dalam Obat Maag
Titrasi 1 Titrasi 2 Titrasi 3 Volume rata-rata
Volume NaoH