pedoman praktikum kimia dasaripa.iainponorogo.ac.id/wp-content/uploads/sites/12/2019/07/buku... ·...

34
Panduan Praktikum Kimia Dasar i PEDOMAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR Disusun Oleh : Izza Aliyatul Muna, M.Sc. Retno Aliyatul Fikroh, S.Pd.Si., M.Sc. PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

13 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • Panduan Praktikum Kimia Dasar i

    PEDOMAN PRAKTIKUM

    KIMIA DASAR

    Disusun Oleh :

    Izza Aliyatul Muna, M.Sc.

    Retno Aliyatul Fikroh, S.Pd.Si., M.Sc.

    PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar ii

    HALAMAN VALIDASI

    PEDOMAN PRAKTIKUM

    KIMIA DASAR

    Edisi 2 Revisi 1

    TAHUN 2017

    Telah diperiksa dan telah disetujui untuk memenuhi standar buku panduan

    penulisan pedoman praktikum serta telah memiliki kesesuaian antara kompetensi

    dasar dengan materi praktikum.

    Disahkan Oleh Tanggal : 15 September 2017

    Ditulis Oleh Tanggal : 01 September 2017

    Ketua Program Studi S1 Tadris IPA

    (Dr. Wirawan Fadly, M.Pd.)

    Penulis

    (Izza Aliyatul Muna, M.Sc.)

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar iii

    KATA PENGANTAR

    Buku pedoman praktikum ini disusun sebagai panduan dalam pelaksanaan

    praktikum Kimia Dasar Farmasi bagi mahasiswa program studi S1 Tadris IPA IAIN

    Ponorogo. Adanya buku praktikum ini diharapkan akan membantu dan

    mempermudah mahasiswa dalam melaksanakan praktikum Kimia Dasar Farmasi

    sehingga memperoleh hasil yang baik.

    Praktikum Kimia Dasar bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada

    mahasiswa tentang konsep teori kimia dalam pelaksanaannya mendukung

    pembelajaran kimia di sekolah. Materi yang dipraktikumkan meliputi materi dan

    perubahannya, larutan, stoikiometri reaksi, reaksi dalam larutan berair, asam dan

    basa, kesetimbangan kimia, kinetika reaksi dan larutan dampar.

    Buku pedoman ini masih dalam proses penyempurnaa. Perbaikan akan

    terus dilakukan demi kesempurnaan buku petunjuk pratikum ini dan disesuaikan

    dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga buku pedoman praktikum

    Kimia Dasar Farmasi ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

    Ponorogo, September 2017

    Penyusun

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar iv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .............................................................................................................................................. i

    HALAMAN VALIDASI ....................................................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................... iii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................................................................... iv

    PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM .................................................................................... v

    KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ............................................................................................. vi

    Praktikum 1 Pengenalan Alat dan Bahan Laboratorium .................................................................. 1

    Praktikum 2 Pembuatan Larutan ............................................................................................................... 15

    Praktikum 3 Stoikiometri Reaksi Kimia .................................................................................................. 18

    Praktikum 4 Asam dan Basa ......................................................................................................................... 21

    Praktikum 5 Standarisasi larutan 0,1 M HCl dan penggunaannya dalam menentukan kadar

    Magnesium Hidroksida dan Alumunium Hidroksida dalam obat Maag...................................... 24

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar v

    PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM

    1. Bersikap penuh tanggung jawab selama berada di dalam laboratorium.

    2. Praktikan wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai, keterlambatan

    lebih dari 5 menit sejak praktikum dimulai, praktikan dianggap tidak hadir.

    3. Jika berhalangan hadir, praktikan harus dapat memberikan keterangan

    tertulis dan resmi terkait dengan alasan ketidakhadirannya.

    4. Praktikan memasuki ruang laboratorium dengan telah mengenakan jas

    praktikum, alas kaki yang tertutup, wajib mengikat rambutnya bagi praktikan

    yang berambut panjang, dan tidak memakai pakaian yang pendek atau robek.

    5. Praktikan wajib mengetahui letak dan prosedur peralatan keselamatan (kotak

    P3K dan pemadam kebakaran).

    6. Praktikan wajib membawa lembar kerja praktikum, serbet, sarung tangan,

    masker dan alat kebersihan diri.

    7. Praktikan mengisi daftar absensi dengan menunjukkan segala sesuatu yang

    wajib dibawa.

    8. Praktikan tidak diperbolehkan makan, minum, atau merokok di dalam

    laboratorium selama praktikum berlangsung.

    9. Praktikan tidak diperbolehkan bersenda gurau yang mengakibatkan

    terganggunya kelancaran praktikum.

    10. Tidak melakukan percobaan dan/atau merubah prosedur pekerjaan tanpa

    sepengetahuan dosen pembimbing atau pihak yang berwenang lainnya.

    11. Praktikan bertanggung jawab atas peralatan yang dipinjamnya, kebersihan

    meja masing-masing, serta lantai disekitarnya.

    12. Setalah menggunakan reagen, praktikan wajib meletakkan kembali pada

    tempatnya semula.

    13. Praktikan dilarang menghambur-hamburkan reagen praktikum dan

    membuang sisa bahan praktikum dengan memperhatikan kebersihan dan

    keamanan.

    14. Laporkan semua kecelakaan (bahan tumpah, peralatan rusak, dll) atau luka

    (teriris, terbakar, dll) kepada dosen pembimbing atau pihak yang berwenang

    lainnya.

    15. Sebelum meninggalkan lab, pastikan untuk mematikan kran air, lampu

    penerangan, dan aliran gas.

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar vi

    KEAMANAN & KESELAMATAN KERJA

    1. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.

    2. Sediakanlah alat-alat yang akan digunakan di atas meja dan simpan yang tidak

    digunakan di dalam lemari.

    3. Zat yang akan dianalisis disimpan dalam tempat tertutup agar tidak terkena

    kotoran yang mempersulit analisis.

    4. Dilarang menggunakan perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.

    5. Dilarang menggunakan sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.

    6. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.

    7. Hindari menghisap langsung uap bahan kimia, tetapi kipaslah uap tersebut

    dengan tangan ke muka anda.

    8. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus.

    9. Baca label bahan kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari

    kesalahan.

    10. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan, jangan menggunakan

    bahan kimia secara berlebihan.

    11. Jangan mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula agat terhindar

    dari kontaminasi.

    12. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah

    melakukan praktikum.

    13. Apabila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk dan segera dicuci

    dengan air mengalir.

    14. Apabila meja praktikum basah, segera keringkan dengan kain.

    15. Hindarkan dari api bahan-bahan yang mudah terbakar.

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar vii

    16. Hati-hati dalam menggunakan bahan-bahan yang dapat menimbulkan luka

    bakar.

    17. Percobaan dengan penguapan menggunakan asam-asam kuat dan

    menghasilkan gas-gas beracun dilakukan di almari asam.

    18. Dilarang memanaskan zat dalam gelas ukur/labu ukur.

    19. Apabila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan

    segera kepada dosen atau asisten jaga

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 1

    PRAKTIKUM 1

    PENGENALAN ALAT DAN BAHAN LABORATORIUM

    I. Kompetensi Dasar

    1. Mengetahui macam-macam alat dan bahan laboratorium

    2. Memahami fungsi dan cara menggunakan alat dan bahan laboratorium

    II. Tujuan

    Tujuan dari parktikum ini adalah untuk mengenal alat-alat dan bahan yang

    di pakai dalam praktikum di laboratorium.

    III. Metode

    Metode yang digunakan adalah pengamatan secara langsung.

    IV. Dasar Teori

    A. Pengenalan Alat

    Pada buku petunjuk ini akan diperkenalkan dan diajakrkan

    menggunakan alat-alat yang sering dipakai pada percobaan di

    laboratorium.

    1. Peralatan untuk menimbang di laboratorium

    Neraca kasar : triple beam

    Untuk menimbang bahan dengan

    ketelitian alat sedang (0.01-0.001

    gram) dan untuk menimbang

    bahan kimia dalam proses

    pembuatan larutan, akan tetapi

    bukan yang digunakan untuk

    standarisasi

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 2

    Neraca dengan ketelitian

    sedang

    Kapasitas mencapai 311 g, pan

    tunggal bahan stainless steel,

    ketelitian 10 mg. Untuk

    menimbang zat

    Neraca dengan ketelitian

    tinggi: Sartorius

    Untuk menimbang bahan dengan

    ketelitian tinggi (0.0001 gram)

    dan untuk menimbang bahan

    kimia dalam proses pembuatan

    larutan untuk uji kuantitatif dan

    proses standarisasi. Selain itu

    berfungsi untuk menimbang

    sampel / bahan dalam analisis

    kuantitatif.

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 3

    Pembakaran Gas (Burner) Bagian-bagian esensialnya:

    1. Pipa pemasukan gas (pada

    pembakar burner ada

    pengatur banyaknya gas yang

    masuk, pada pembakar

    bunsen alat ini tidak ada,

    maka pemasukan gas diatur

    dengan kran pada saluran

    meja praktikum).

    2. Lubang pemasukan udara

    3. Pipa pengatur gas dan udara

    Bagian bagian terpenting dari

    pembakar gas yaitu:

    1. Lubang pemasukan udara

    2. Pipa pemasukan gas (pada

    pembakar burner, ada

    pengatur banyaknya gas yang

    masuk, pada pembakar

    bunsen tidak ada)

    3. Pipa pencampur gas dan udara

    Dengan mengatur pipa

    pemasukan gas dan lubang

    pemasukan udara, maka

    perbandingan pemasukan gas

    udara dapat diubah-ubah.

    Api berwarna kuning,

    bercahaya dan berjelaga, akan

    terbentuk jika banyak gas, sedikit

    udara. Api ini tidak boleh

    dipergunakan untuk

    pemanasan/reaksi. Sebab kurang

    panas dan mengotori alat-alat

    yang dipanaskan. Bila gas sedikit

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 4

    dan udara banyak, warna kuning

    hilang dan bentuknya juga

    berbeda maka terbentuk api tidak

    bercahaya yang dibedakan

    menjadi 2 bagian yaitu: kerucut

    luar dan dalam.

    1. Kerucut luar, merupakan api

    pengioksidasi, berwarna violet

    dan hampir tidak tampak

    (lihat Gambar...)

    2. Kerucut dalam, merupakan api

    pereduksi, berwarna biru.

    Pembakaran terjadi pada

    kerucut luar, sedangkan pada

    kerucut dalam terdapat gas-

    gas belum semua terbakar

    sehingga dingin.

    Lampu Spiritus Fungsinya hampir sama dengan

    bunsen pembakar yaitu untuk

    memanaskan larutan atau

    membantu mengkondisikan steril

    pada proses inokulasi. Bahan

    bakarnya biasanya dari spirtus

    atau alkohol.

    Hot Plate Untuk memanaskan larutan di

    dalam proses analisa air, lemak

    dan lain sebagainya. Selain itu

    juga untuk memanaskan aquadest

    atau pelarut lainnya dalam

    pembuatan larutan

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 5

    2. Alat-alat gelas

    Botol wadah Botol sebagai wadah pereaksi

    dibedakan oleh warnanya yaitu

    berwarna gelap (coklat) untuk

    zat yang tidak tahan cahaya,

    oksidasi dll. Dan botol tidak

    berwarna (transparan). Tutup

    botol juga bermacam-macam

    yaitu tutup pipih, paruh dan

    tetes. Tutup pipih tidak boleh

    diletakkan diatas meja, tutup

    paruh dan pipet tidak boleh

    diambil. Selain itu mulut wadah

    juga bermacam-macam yaitu

    mulut kecil untuk zat yang

    mudah menguap dan berasap.

    Digunakan untuk menyimpan

    larutan bahan kimia

    Gelas Beaker

    Gelas beaker digunakan untuk

    menampung cairan, tempat

    terjadinya reaksi pendingin

    (icebath), atau memanaskan

    cairan. Harap diperhatikan

    bahwa bila digunakan untuk

    pemanasan, Beaker harus

    terbuat dari bahan pyrex.

    Sedangkan untuk penampung

    cairan yang bersifat korosif,

    terbuat dari gelas borosilikat.

    Labu Erlenmeyer Labu Erlenmeyer digunakan

    untuk berbagai keperluan,

    misalnya sebagai penampung

    hasil distilasi, penampung salah

    http://images.google.com/imgres?imgurl=http://www.rickly.com/sai/images/GRADBEAK.JPG&imgrefurl=http://www.rickly.com/sai/gradbeak.htm&h=550&w=467&sz=125&hl=en&start=8&tbnid=fMlUtcVZ1j86GM:&tbnh=133&tbnw=113&prev=/images?q=beakers&gbv=2&svnum=10&hl=en

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 6

    satu lapisan pada proses

    ekstraksi cair, wadah reaksi,

    wadah rekristalisasi, untuk

    memanaskan pelarut, dll. Sisinya

    yang miring sangat baik untuk

    rekristalisasi. Namun,

    penggunaan labu Erlenmeyer

    yang paling umum adalah untuk

    titrasi.

    Labu takar

    Labu takar digunakan untuk

    menampung atau mengukur

    sejumLah cairan dengan

    seksama. Biasanya digunakan

    untuk membuat atau

    mengencerkan larutan untuk

    mencapai konsentrasi tertentu.

    Labu takar mempunyai ukuran

    tunggal yang spesifik tergantung

    volume yang kita butuhkan.

    Tabung reaksi

    Tabung reaksi digunakan

    sebagai penampung cairan atau

    padatan. Reaksi dilangsungkan

    di dalam tabung reaksi dan

    seringkali membutuhkan panas

    untuk penyempurnaan reaksi,

    sehingga harus dibuat dari

    bahan gelas yang tahna panas.

    Cawan petri

    Cawan Petri bisa terbuat dari

    gelas atau plastik, sering

    digunakan oleh ahli biologi

    untuk pembiakan sel (bakteri,

    jamur, tumbuhan atau hewan).

    file:///C:\Documents and Settings\Banyu\Local Settings\Temp\Rar$DI00.781\072_PrecipitaReactmhtml:file://D:\Documents\Glassware\Petri dish - Wikipedia, the free encyclopedia.mht!/wiki/Image:Szalka_petriego.jpg

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 7

    Gelas arloji

    Gelas arloji berbentuk cekung

    lebar dengan alas agak

    membulat. Terutama digunakan

    untuk wadah untuk menmpung,

    mengeringkan dan menimbang

    padatan, atau sebagai penutup.

    Gelas ukur

    Labu takar digunakan untuk

    mengukur volume cairan, tetapi

    tidak seksama (non-kuantitatif).

    Terdapat berbagai ukuran (5, 10,

    25, 50 dan 100 mL). Biasanya

    terbuat dari bahan gelas.

    Buret

    Terbuat dari gelas, berbentuk

    panjang yang mempunyai skala

    dan kran. Digunakan untuk

    melakukan titrasi. Larutan zat

    yang digunakan untuk

    menitrasi (titran) ditempatkan

    dalam buret, dan dikeluarkan

    sedikit demi sedikit

    melalui kran. Volume titran yang

    dipakai dapat dibaca pada skala.

    Buret tersedia dalam berbagai

    ukuran, biasanya 50 mL dan 10

    mL. Ketelitian buret tergantung

    dari ukurannya. Untuk

    buret 50 mL, ketelitiannya

    adalah 0,1 mL, sedangkan buret

    10 mL

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 8

    mempunyai ketelitian 0,01 mL.

    Pipet

    Pipet digunakan untuk

    mengambil cairan dipindahkan

    dari suatu tempat ke tempat lain.

    Secara umum pipet terbagi

    menjadi:

    1. Pipet volum (pipet gondok)

    Pipet gondok berbentuk

    membesar di bagian tengah

    dan ujungnya runcing.

    Digunakan untuk mengambil

    larutan dengan volume

    tertentu secara tepat.

    2. Pipet ukur

    Mempunyai ukuran berbeda

    dan mempunyai skala.

    Digunakan untuk mengambil

    larutan dengan volume

    tertentu

    3. Pipet tetes (pipet pasteur)

    Bukan alat ukur yang baik,

    hanya digunakan untuk

    mengambil cairan dalam

    jumlah kecil, hanya

    memindahkan cairan

    tersebut.

    4. Mikropipet

    Alat pengukur volume yang

    memiliki ketelitian tinggi

    hingga mikroliter. Biasanya

    tidak terbuat dari gelas,

    mhtml:file://D:\Documents\Glassware\Pipette - Wikipedia, the free encyclopedia.mht!/wiki/Image:Single_channel_rack.jpg

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 9

    desainya spesifik dan

    bervariasi.

    Termometer

    Termometer digunakan untuk

    mengukur suhu. tersedia dalam

    2 jenis skala suhu, sampai 150oC

    dan 360oC. Termometer 150oC

    berisi alkohol, sedangkan

    termometer 360oC berisi air

    raksa. Pada penggunaannya

    dalam distilasi dan refluks.

    Corong penyaring

    Ada 3 macam yaitu: corong

    Buchner dan penyumbatnya

    (kiri), corong penyaring biasa

    (tengah) dan corong penyaring

    panas (kanan). Corong Buchner

    terbuat dari porselin, digunakan

    untuk penyaringan vakum.

    Corong penyaring biasa

    digunakan untuk penyaringan

    biasa, sedangkan corong

    penyaring panas untuk

    penyaringan panas dalam

    rekristalisasi.

    B. Pengenalan Bahan Kimia

    Pengetahuan mengenai sifat bahan kimia menjadi hal penting

    sebelum bekerja di laboratorium. Sifat-sifat bahan kimia disajikan secara

    lengkap pada Material Safety Data Sheet (MSDS) yang dapat diakses

    melalui internet. Bahan kimia berdasarkan fasa dibedakan menjadi

    bahan padat, cair dan gas. Berdasarkan kualitasnya dibedakan menjadi

    mhtml:file://D:\Documents\Glassware\Thermometer - Wikipedia, the free encyclopedia.mht!/wiki/Image:Clinical_thermometer_38.7.JPG

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 10

    teknis, spesial grade (pro analisi), dan spesial grade (material

    referrences).

    Pelabelan bahan kimia diwajibkan mencantumkan informasi bahaya

    berdasarkan tingkat bahaya bahan kimia khususnya untuk bahan yang

    tergolong pada hazardous chemicals atau bahan berbahaya dan beracun

    (B3). Peraturan mengenai bahan berbahaya bertujuan untuk

    melindungi/ menjaga bahan-bahan berbahaya dan terutama terdiri dari

    bidang keselamatan kerja. Simbol bahaya digambarkan dengan

    piktogram tanda hitam pada latar belakang orange dimana kategori

    bahaya untuk bahan dan formulasi ditandai dengan simbol bahaya, yang

    terbagi dalam 3 kategori yaitu resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisika-

    kimia), resiko kesehatan (sifat toksikologi), dan kombinasi dari

    keduanya.

    Berikut ini merupakan penjelasan tentang simbol-simbol bahaya

    pada bahan kimia.

    1. Explosive (bersifat mudah meledak)

    Bahan dan formulasi yang ditandai dengan

    simbol Explosive dapat meledak akibat pukulan/

    benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber

    nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik

    sehingga harus menghindari kegiatan tersebut. Contoh bahan yang

    bersifat explosive seperti ammonium nitrat, nitroselulosa, TNT dan

    lain-lain.

    2. Oxidizing (oksidator, pengoksidasi)

    Bahan dan formulasi yang ditandai dengan simbol Oxidizing tidak

    mudah terbakar namun dapat menimbulkan resiko kebakaran yang

    signifikan (sulit pemadaman api) bila kontak

    dengan bahan mudah terbakar atau bahan yang

    sangat mudah terbakar. Hindari panas serta

    bahan mudah terbakar dan reduktor. Contoh

    bahan bersifat oxidizing yaitu hidrogen

    peroksida, kalium perklorat dan lain-lain.

    3. Flammable (mudah terbakar)

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 11

    Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely

    flammable (amat sangat mudah terbakar) dan Highly flammable

    (sangat mudah terbakar. Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai

    dengan notasi bahaya “extremely flammable” merupakan liquid yang

    memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0°C) dan titik didih

    rendah dengan titik didih awal (di bawah +35°C). Sedangkan untuk

    Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya “highly

    flammable” adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah

    kondisi atmosferik biasa, atau mempunyai titik nyala rendah (di

    bawah +21°C). Untuk keamanan jauhkan bahan dari sumber api dan

    loncatan bunga api. Beberapa bahan sangat mudah terbakar

    menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah

    pengaruh meliputi:

    1. zat terbakar langsung, contohnya aluminium alkil fosfor;

    keamanan : hindari campuran dengan udara.

    2. gas amat mudah terbakar. Contoh : butane, propane. Keamanan :

    hindari campuran dengan udara dan hindari sumber api.

    3. Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang

    membentuk gas mudah terbakar bila kena

    air atau api.

    4. Cairan mudah terbakar, cairan dengan titik

    bakar di bawah 21°C.

    contoh : aseton dan benzene .

    4. Toxic (beracun)

    Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi

    bahaya ‘toxic’ dapat menyebabkan kerusakan

    kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian

    pada konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh

    melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau

    kontak dengan kulit. Suatu bahan dikategorikan

    beracun jika memenuhi kriteria berikut:

    LD50 oral (tikus) 25 – 200 mg/kg berat

    badan

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 12

    LD50 dermal (tikus atau kelinci) 50 – 400 mg/kg berat

    badan

    LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 – 1 mg/L

    LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 – 2 mg/L

    Contoh bahan yang bersifat toxic seperti arsen triklorida, merkuri

    klorida. Untuk keamanan hindari kontak atau masuk dalam tubuh,

    segera berobat kedokter bila kemungkinan keracunan.

    5. Harmful Irritant (bahay, iritasi)

    Ada sedikit perbedaan pada symbol ini yaitu dibedakan dengan kode

    Xn dan Xi. Untuk Bahan dan formulasi yang ditandai dengan kode Xn

    memiliki resiko merusak kesehatan sedangkan jika masuk ke tubuh

    melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.

    Kode Xn (Harmful)

    Bahaya: menimbulkan kerusakan kecil pada

    tubuh,

    Contoh : peridin

    Kemanan : hindari kontak dengan tubuh atau

    hindari menghirup, segera berobat ke dokter

    bila kemungkinan keracunan.

    Sedangkan Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ atau kode Xi

    adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak

    dengan kulit atau selaput lendir. Kode Xi (irritant)

    Bahaya: iritasi terhadap kulit, mata, dan alat pernapasan

    Contoh : ammonia dan benzyl klorida

    Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan

    mata.

    6. Corrosive (korosif)

    Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’

    adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan

    merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat

    ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia

    bahan uji, seperti asam (pH 11,5), ditandai sebagai bahan korosif.

    Bahaya : korosif atau merusak jaringan tubuh manusia

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 13

    Contoh : klor, belerang dioksida

    Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan

    mata

    7. Dangerous for enviromental (bahan berbahaya bagi lingkungan)

    Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’

    adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu

    tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah,

    udara, tanaman, mikroorganisma) dan

    menyebabkan gangguan ekologi.

    Bahaya : bagi lingkungan, gangguan ekologi

    Contoh : tributil timah klorida,

    tetraklorometan, petroleum bensin

    Keamanan : hindari pembuangan langsung

    ke lingkungan

    V. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Alat-alat laboratorium

    2. Bahan

    Bahan-bahan laboratorium Kimia

    VI. Prosedur Kerja

    1. Amati dan gambar 10 macam alat gelas yang ada di laboratorium beserta

    fungsinya.

    2. Tuliskan 10 bahan kimia, rumus kimia, sifat bahan, dan massa atom

    relative (Mr) .

    VII. Hasil Pengamatan

    1. Gambar alat laboratorium dan fungsinya

    No. Nama alat Fungsi

    1.

    2.

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 14

    No. Nama alat Fungsi

    Dst

    2. Bahan laboratorium

    Nama bahan Rumus Sifat Massa atom

    relative (Mr)

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 15

    PRAKTIKUM 2

    PEMBUATAN LARUTAN

    I. Kompetensi Dasar

    1. Mampu membuat larutan dari padatan dan larutan yang pekat.

    2. Mampu menentukan konsentrasi larutan dengan beberapa satuan.

    3. Mampu membuat larutan sesuai dengan prosedur dan cara

    pembuatannya.

    II. Tujuan

    Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui dan memahami pembuatan

    larutan secara baik dan benar.

    III. Metode

    Metode yang digunakan adalah penimbangan padatan dan pengenceran

    larutan.

    IV. Dasar Teori

    Dalam mempelajari kimia tidak lepas dari yang namanya larutan.

    Larutan pada umumnya merupakan campuran yang homogen. Komponen

    yang terdapat dalam jumlah banyak disebut sebagai pelarut/solvent

    sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah kecil disebut zat

    terlarut/solut. Konsentrasi secara umum dinyatakan dalam perbandingan

    jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan atau perbandingan

    jumlah zat terlarut dengan jumlah zat pelarut. Konsentrasi meliputi

    molaritas, molalitas dan normalitas. Molaritas adalah jumlah mol solut dalam

    1 liter larutan. Molalitas adalah jumlah mol solut per 1000 gram pelarut.

    Normalitas adalah jumlah gram ekuivalen solut dalam 1 liter larutan.

    Pada percobaan ini. Saudara akan membuat larutan dari larutan

    pekat (dengan pengenceran) dan padatan murni. Larutan yang akan anda

    buat harus bisa dinyatakan konsentrasinya dengan beberapa satuan. Apabila

    dari larutan yang lebih pekat, sesuaikan satuan konsentrasi larutan yang

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 16

    diketahui dengan satuan yang diinginkan. Jumlah zat terlarut sebelum dan

    sesudah pengenceran adalah sama, memenuhi persamaan :

    V1 M1 = V2 M2

    Keterangan:

    V1 = volume atau massa larutan sebelum dilarutkan

    M1 = konsentrasi larutan sebelum diencerkan

    V2 = volume atau massa larutan setelah diencerkan

    M2 = konsentrasi larutan sebelum diencerkan

    Untuk menimbang suatu xzat bhan kimi tertentu menggunakan rumus

    sebagai berikut:

    Gram = 𝑚𝑙

    1000 x M x

    𝐵𝑀

    𝑒𝑘𝑣

    Keterangan :

    ml = jumlah yang ingin dibuat

    M = konsentrasi yang ingin dibuat

    BM = berat molekul

    Ekv = ekuivalen

    V. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Seperangkat gelas kimia

    Neraca/timbangan

    Kertas timbang

    Labu ukur 100 mL

    2. Bahan

    Kristal NaOH

    Kristal Na2B4O7

    H2SO4

    HCl

    Aquades

    VI. Prosedur Kerja

    1. Pembuatan 100 mL larutan NaOH 0,25 M

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 17

    Menghitung jumlah NaOH yang diperlukan. Timbang NaOH lalu dilarutkan

    dengan 50 mL aquades, masukkan dalam labu takar 100 mL. Tambahkan

    aquades hingga tanda batas. Larutan digojok hingga homogen.

    2. Pembuatan 100 mL larutan Na2B4O7 0,5 M

    Menghitung jumlah Na2B4O7 yang diperlukan. Timbang Na2B4O7 lalu

    dilarutkan dengan 50 mL aquades, panaskan diatas hot plate. Masukkan

    dalam labu takar 100 mL. Tambahkan aquades hingga tanda batas.

    Larutan digojok hingga homogen.

    3. Pembuatan 50 mL larutan H2SO4 1 M

    Siapkan labu takar dan hitung volume H2SO4 yang dibutuhkan. Isi labu

    ukur 50 mL dengan akuades sampai kira-kira 3/4nya. Ambil H2SO4

    dengan pipet ukur . masukkan dalam labu ukur(pengambilan H2SO4 harus

    dilemari asam). Tambahkan aquades hingga tanda batas. Larutan digojok

    hingga homogen.

    4. Pembuatan larutan HCl 1 N

    Menghitung normalitas HCl murni. Menghitung volume HCl 1 N. Larutan

    dimasukkan ke labu ukur 100 mL yang telah terisi aquades sekitar ½ nya.

    Ditambahkan aquades hingga tanda batas. Larutan digojok hingga

    homogen.

    VII. Hasil Pengamatan

    No. Nama bahan Perhitungan Penimbangan

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 18

    PRAKTIKUM 3

    STOIKIOMETRI REAKSI KIMIA

    I. Kompetensi Dasar

    1. Menentukan koefisien reaksi berdasarkan pembentukan endapan dan

    perubahan temperatur

    2. Menentukan hasil reaksi berdasarkan konsep mol

    II. Tujuan

    Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami reaksi stoikiometri.

    III. Metode

    Metode yang digunakan adalah reaksi asam-basa dan reaksi pengendapan.

    IV. Dasar Teori

    Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas produk dan

    reaktan dalam reaksi kimia. Perhitungan stoikiometri yang paling baik

    dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui dan yang tidak

    diketahui dalam mol dan kemudian bila perlu dikonversi menjadi satuan

    lain. Pereaksi pembatas adalah reaktan yang ada dalam jumlah stoikiometri

    terkecil. Reaktan ini membatasi jumlah produk yang dapat dibentuk. Jumlah

    produk yang dihasilkan dalam suatu reaksi (hasil sebenarnya) mungkin lebih

    kecil daripada jumlah maksimum yang mungkin diperoleh (teoritis).

    Perbandingan keduanya dinyatakan sebagai persen hasil.

    Perbandingan stoikiometri pereaksi-pereaksi sangat penting dalam

    mengamati keberlangsungan suatu reaksi kimia. Pengamatan yang umum

    dilakukan pada suatu reaksi kimia antara lain perubahan temperatur, jumlah

    produk reaksi (endapan, gas), pH larutan, dan warna larutan. Salah satu

    metode yang umum digunakan untuk menentukan stoikiometri suatu reaksi

    adalah metode JOB atau metode variasi kontinu. Prinsip metode ini adalah

    pengukuran perubahan sifat fisik dalam suatu reaksi pada jumlah mol

    masing-masing pereaksi bervariasi, tetapi dengan jumlah mol total pereaksi

    tetap. Perubahan sifat fisik yang dapat diamati dalam suatu reaksi kimia

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 19

    antara lain perubahan temperatur, massa, volume, pH larutan, dan daya

    serap. Perubahan sifat fisik tersebut sangat tergantung pada jumlah mol

    pereaksi yang digunakan dalam percobaan. Oleh karena itu, data-data

    perubahan sifat fisik dan jumlah mol pereaksi dapat digambarkan dalam

    suatu grafik, yang kemudian digunakan untuk menentukkan perbandingan

    stoikiometri suatu reaksi.

    V. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Gelas kimia 50 mL

    Neraca Analitis

    Gelas Ukur 25 mL

    Termometer

    Mistar Ukur

    Pengaduk

    2. Bahan

    NaOH 0,1 M dan 1,0 M

    Aquades

    HCl 1,0 M

    CuSO4 0,1 M

    VI. Prosedur Kerja

    1. Stoikiometri Reaksi Pengendapan (larutan CuSO4 dan NaOH)

    Sebanyak 5 mL NaOH 0,1 M dalam gelas kimia 50 mL dicampurkan

    dengan 25 mL CuSO4 0,1 M. Campuran diaduk dan dibiarkan hingga

    terbentuk endapan. Endapan diukur dengan mistar ukur. Ulangi prosedur

    tersebut untuk volume yang berbeda yaitu 10, 15, 20, dan 25 mL NaOH

    0,1 M dan 20, 15, 10, dan 5 mL CuSO4 0,1 M. Buat grafik hubungan antara

    tinggi endapan ddengan volume larutan. Tentukan koefisien reaksi

    berdasarkan titik optimum dan hitung rendemen hasil reaksi.

    2. Stoikiometri Reaksi Asam Basa

    Sebanyak 5 mL NaOH 1,0 M dalam gelas kimia 50 mL dicampurkan

    dengan 25 mL HCl 1,0 M yang telah diukur temperatur awal masing-

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 20

    masing larutan. Campuran diaduk dan diukur temperaturnya. Ulangi

    prosedur tersebut untuk volume yang berbeda yaitu 10, 15, 20, dan 25 mL

    NaOH 1,0 M dan 20, 15, 10, dan 5 mL HCl 1,0 M. Buat grafik ∆T

    (perubahan temperatur) terhadap volume NaOH atau HCl. Tentukan

    koefisien reaksi berdasarkan titik optimum dan hitung rendemen hasil

    reaksi.

    VII. Hasil Pengamatan

    1. Stoikiometri Reaksi Pengendapan

    No Volume NaOH 0,1 M (mL) Volume CuSO4 0,1 M (mL) Tinggi Endapan

    (mm)

    1. 5 25

    2. 10 20

    3. 15 15

    4. 20 10

    5. 25 5

    2. Stoikiometri Reaksi Asam Basa

    No Volume NaOH 1 M

    (mL)

    Volume HCl 1 M

    (mL)

    T awal (°C) T akhir (°C) ∆T (°C)

    1. 5 25

    2. 10 20

    3. 15 15

    4. 20 10

    5. 25 5

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 21

    PRAKTIKUM 4

    ASAM BASA

    I. Kompetensi Dasar

    1. Mengisolasi indikator asam basa dari ekstrak bahan alam

    2. Mengidentifikasi keasamaan suatu zat dengan indikator alam

    II. Tujuan

    Tujuan dari parktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang

    asam-basa.

    III. Metode

    Metode yang digunakan adalah penetesan secara langsung.

    IV. Dasar Teori

    Terdapat definisi asam dan basa menurut beberapa ahli. Menurut

    Archenius, asam didefinisikan sebagai zat yang larut dalam air dengan

    memberikan H+ sedangkana basa didefinisikan sebagai zat yang akan larut

    dalam air dengan memberikan OH-. Bronsted-Lowry mendifinisikan asam

    sebagai pemberi proton, sedangkan basa penerima proton. Menurut G.N.

    Lewis, asam didefinisikan sebagai penerima pasangan elektron sedangkan

    basa didefinisikan sebagai pemberi pasangan elektron. Diantara definisi

    asam dan basa tersebut, teori yang paling umum digunakan adalah teori

    asam basa dari Lewis. Secara umum, asam memiliki sifat antara lain bersifat

    masam ketika dilarutkan dalam air, asam terasa menyengat bila disentuh

    dan dapat merusak kulit, asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam

    (korosif terhadap logam) dan merupakan cairan elektrolit. Basa memiliki

    sifat kaustik, rasa pahit, licin seperti sabun, mengubah warna lakmus merah

    menjadi biru, dan dapat menghantarkan arus listrik.

    Dalam laboratorium kimia, indikator asam basa yang biasa

    digunakan adalah indikator buatan dan indikator alami. Indikator buatan

    merupakan indikator yanag siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium

    atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 22

    yang terdiri dari lakmus merah dan lakmus biru, kertas lakmus yang diberi

    senyawa kimia akan menunjukkan wrna yang berbeda ketika dimasukkan

    pada larutan asam maupun basa. Warna kertas lakmus akan berubah sesuai

    dengan larutannya. Perubahan warna yang mampu dihasilkan oleh kertas

    lakmus disebabkan karena adanya orchein (ekstrak lichenes) yang berwarna

    biru di dalam kertas lakmus.

    Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ekstrak lakmus yang

    berwarna biru ke dalam kertas putih. Kertas akan menyerap ekstrak lakmus

    yang selnajutnya dikeringkan dalam udara terbuka, sehingga dihasilkan

    kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru pada larutan yang bersifat basa akan

    tetap biru, karena orchein merupakan anion sehingga tidak bereaksi dengan

    anion (OH-). Kertas lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan

    pembuatan kertas lakmus biru, tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau

    asam klorida agar warnanya menjadi merah.

    Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah

    warnanya dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam biasanya

    dilakukan dalam pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna

    mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-umbian, kulit buah, dan dedaunan.

    Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamanya,

    misalnya kembang sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna

    merah dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau. Kol ungu di dalam

    larutan asam akan berwarna merah keunguan dan di dalam larutan basa

    akan berwarna hijau.

    V. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Tabung reaksi

    Mortir dan alu

    Pipet tetes

    2. Bahan

    Bunga sepatu Sampo Etanol

    Pasta gigi Air soda Detergen

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 23

    Jeruk nipis Sabun Susu

    Kunyit Air cuka

    VI. Prosedur Kerja

    1. Menggerus 1 -2 gram bunga sepatu/ kunyit sampai halus dengan

    menggunakan mortar dan pestle, kemudian tambahkan 5 mL etanol.

    Ekstrak dipindahkan ke tabung reaksi.

    2. Siapkan larutan sampo, sabun, detergen, pasta gigi, susu, air soda, air cuka

    ke dalam tabung reaksi.

    3. Tetesi tabung reaksi dengan ekstrak bunga sepatu dan amati perubahan

    yang terjadi

    4. Percobaan dilakukan kembali dengan menggunakan ektrak kunyit dan

    amati perubahan yang terjadi.

    VII. Hasil Pengamatan

    No Bahan yang di uji

    Warna setelah dicampur

    indikator

    Bunga sepatu Kunyit

    1 Air shampo

    2 Air sabun

    3 Air detergen

    4 Air pasta gigi

    5 Air soda

    6 Susu

    7 Air Cuka

    8 Air jeruk nipis

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 24

    PRAKTIKUM 5

    STANDARDISASI LARUTAN 0,1 M HCl DAN PENGGUNAANYA DALAM

    MENENTUKAN KADAR MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM

    HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

    I. Kompetensi Dasar

    1. Menentukan molaritas larutan HCl dengan larutan standar basa

    2. Menetapkan kadar magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida

    dalam obat maag

    II. Tujuan

    Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui kadar magnesium hidroksida

    dan alumunium hidroksida dalam obat maag.

    III. Metode

    Metode yang digunakan adalah titrasi asam.

    IV. Dasar Teori

    Obat maag atau antasida adalah obat yang mengandung bahan-

    bahan yang efektif yang menetralkan asam dilambung. Untuk mengatasi

    nyeri lambung, antasida mengandung senyawa magnesium hidroksida dan

    alumunium hidroksida yang berfungsis menetralkan asam lambung.

    Antasida adalah golongan obat yang digunakan dalam terapi terhadap akibat

    yang ditimbulkan oleh asam yang diproduksi oleh lambung. Secara alami

    lambung memproduksi suatu asam yang disebut asam klorida yang

    berfungsi untuk membantu proses pencernaan protein. Asam ini secara

    alami mengakibatkan kondisi isi perut menjadi asam, yakni antara kisaran

    pH 2-3. Antasida bekerja dengan cara menetralkan kondisi “terlalu” asam

    tersebut, selain itu antasida juga bekerja dengan cara menghambat aktivitas

    enzim pepsin yang aktif bekerja pada kondisi asam, enzim ini diketahui juga

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 25

    berperan dalam menimbulkan kerusakan pada organ saluran pencernaan

    manusia.

    Ada beberapa macam titrasi bergantung pada jenis reaksinya,

    seperti titrasi asam basa, titrasi permanganometri, titrasi argentometri, dan

    titrasi iodometri. Pada praktikum ini akan diuraikan mengenai titrasi asam

    basa. titrasi adalah suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat di

    dalam larutan. Titrasi dilakukan dengan mereaksikan larutan tersebut

    dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Reaksi dilakukan

    secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik stoikiometri

    atau titik setara. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai

    titer ataupun titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan

    larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes

    sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan

    titer tepat habis berekasi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna

    indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen” yaitu titik dimana

    konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah

    basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan :

    [H+]=[OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara

    melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik

    akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi

    melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut

    juga sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi

    dihentikan, kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai

    keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan

    konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut.

    Metil Orange (Methyl Orange) MO atau metil jingga adalah senyawa

    dengan rumus C14H14N3NaO3S. Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam

    sulphonic di mana di dalam suatu larutan banyak terionisasi, dan dalam

    lingkungan alkali anionnya memberikan warna kuning, sedangkan dalam

    suasana asam metil jingga bersifat sebagai basa lemah dan mengambil ion

    H+, terjadi suatu perubahan struktur dan memberikan warna merah dari ion-

    ionnya. Phenolftalein mengandung C20H14O4, phenolftalein tergolong asam

    yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 26

    tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa, fenolftalein akan terionisasi

    lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya.

    Indikator pKind Rentang

    pH

    Lakmus 6,5 5 – 8

    Metil Jingga 3,7 3,1 - 4,4

    Fenolftalein 9,3 8,3 - 10,0

    V. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Pipet volume 10 mL

    Buret

    Dragball

    Pipet tetes

    Corong

    Statif Klem

    Gelas beker 250 mL

    Labu ukur 100 mL dan 250 mL

    Erlenmeyer 100 mL

    2. Bahan

    Obat maag

    Larutan HCl 0,1 M

    Larutan NaOH 0,1 N

    Indikator pp

    Indikator MO

    Tissue

    VI. Prosedur Kerja

    1. Standarisasi Larutan HCl 0,1 M

    Masukkan sampel (larutan asam 0,1 M) sebanyak 25 mL ke dalam

    erlenmeyer

  • Pedoman Praktikum Kimia Dasar 27

    Tambahkan indikator 3 tetes (indikator PP atau indikator MO)

    Titrasi dengan menggunakan larutan basa (larutan NaOH 0,1 M)

    Catat volume yang dibutuhkan, lalu diulangi 3 kali (triplo)

    Hitunglah kemolaran larutan HCl

    2. Penentuan Kadar Basa dalam Obat Maag

    Masukkan 10 mL sampel (obat maag cair) ke dalam labu ukur 100 mL

    lalu tambahkan akuades sampai tanda batas.

    Ambillah 10 mL larutan sampel, lalu masukkan ke dalam erlenmeyer,

    kemudian tambahkan 10 mL larutan asam yang sudah diketahui

    molaritasnya

    Tambahkan indikator 3 tetes (indikator PP dan indikator MO)

    Titrasi dengan menggunakan larutan basa (larutan NaOH 0,1 M)

    Catat volume yang dibutuhkan, lalu ulangi 3 kali (triplo)

    Hitunglah kadar basa yang terkandung dalam obat maag

    VII. HASIL PENGAMATAN

    1. Standarisasi Larutan HCl 0,1 M

    Titrasi 1 Titrasi 2 Titrasi 3 Volume rata-rata

    Volume NaOH

    Volume HCl

    2. Penentuan Kadar Basa dalam Obat Maag

    Titrasi 1 Titrasi 2 Titrasi 3 Volume rata-rata

    Volume NaoH