pemeriksaan tanda vital
DESCRIPTION
pemeriksaan tanda vitalTRANSCRIPT
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
1. Pemeriksaan Tekanan Darah
2. Pemeriksaan Suhu Tubuh
3. Pemeriksaan Frekuensi Nadi
4. Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan
A. Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah merupakan suatu tindakan melakukan pengukuran tekanan darah, yaitu hasil dari curah jantung dan tahanan perifer, menggunakan Sphygmomanometer. Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju serta kekentalan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi yang disebut tekanan sistolik. Sedangkan tekanan terendah terjadi saat jantung beristirahat yang disebut tekanan diastolik. Tekanan darah digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80.
Pemeriksn tekanan darah bertujuan untuk menilai system kardiovaskular/keadaan hemodinamik klien (curah jantung, tahanan vaskuler perifer, volume darah dan viskositas, dan elastisitas arteri). Pemeriksaan dilakukan pada setiap pasien yang masuk ke ruang pemeriksaan atau ruang perawatan, secara rutin pada pasien yang dirawat, dan sewktu-waktu sesuai kebutuhan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah, hindari pemeriksaan pada ekstrimitas yang terpasang infus, trauma ataupun gips; apabila akan mengulang prosedur pemeriksaan, tunggu sekitar 30
detik sampai satu menit setelah skala nol; serta periksa terlebih dahulu arteri brachialis dengan tepat.
Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan langsung ke dalam arteri. Pengukuran tidak langsung dilakukan dengan sfigmomanometer dan stetoskop.
Sfigmomanometer atau tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai Korotkov, seorang ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Tensimeter atau sphygmomanometer pada awalnya menggunakan raksa sebagai pengisi alat ukur ini. Sekarang, kesadaran akan masalah konservasi lingkungan meningkat dan penggunaan dari air raksa telah menjadi perhatian seluruh dunia. Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa masih digunakan sehari-hari bahkan di banyak negara modern. Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang terbungkus kain, dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip jarum stopwatch atau air raksa. Sfigmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam millimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis. Agar sphygmomanometer masih dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah dengan baik, perlu dilakukan kalibrasi. Cara melakukan kalibrasi yang sederhana adalah sebagi berikut:
1. Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angka nol (0 mmHg).
2. Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapat-rapat. Setelah beberapa
menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2mmHg (ke 198mmHg). Disini kita melihat
apakah ada bagian yang bocor.
3. Laju Penurunan kecepatan dari 200mmHg ke 0 mmHg harus 1 detik, dengan cara melepas
selang dari tabung kontainer air raksa.
4. Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1 detik, berarti harus
diperhatikan keandalan dari sphygmomanometer tersebut. Karena jika kecepatan penurunan
terlalu lambat, akan mudah untuk terjadi kesalahan dalam menilai. Biasanya tekanan darah
sistolic pasien akan terlalu tinggi (tampilan) bukan hasil sebenarnya. Begitu juga dengan
diastolik.
Ukuran Manset
Pengukuran tekanan darah yang akurat tergantung pemakaian manset yang sesuai bagi pasien. Bila manset terlalu besar untuk lengan pasien, seperti pada anak-anak, maka pembacaannya akan lebih rendah dari tekanan sebenarnya. Bila manset terlalu kecil, misalnya pada penggunaan manset ukuran standar pada pasien obesitas, maka pembacaan tekanan akan lebih tinggi dibanding tekanan sebenarnya. Maka diproduksi berbagai ukuran manset untuk berbagai ukuran lingkar lengan.
Jenis Manset Lebar Kantong Karet
(cm)
Panjang Kantong Karet
(cm)
Neonatus 2.5 – 4.0 5.0 – 9.0
Bayi 4.0 – 6.0 11.5 -18.0
Anak 7.5 – 9.0 17.0 – 19.0
Dewasa 11.5 -13.0 22.0 – 26.0
Lengan besar 14.0 -150 30.5 – 33.0
Paha 18.0 -19.0 36.0 – 38.0
Tabel 1: Ukuran Manset
Rentang Nilai Tekanan Darah
a. Neonatus dan Anak
Umur (Tahun) Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)
Neonatal 75-105 45-75
2 – 6 80-110 50-80
7 85-120 50-80
8 90-120 55-85
9 90-120 55-85
10 95-130 60-85
11 95-135 60-85
12 95-135 60-85
13 100-140 60-90
14 105-140 65-90
Tabel 2: Rentang Nilai (Batasan Normal) Tekanan Darah
pada Bayi dan Anak
b. Remaja dan Dewasa (> 15 tahun)
Kategori Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)
Hipotensi < 90 < 60
Normal 90 – 119 60 – 79
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat 2 160 – 179 100 – 109
Krisis Hipertensi 180 atau lebih 110 atau lebih
Tabel 3: Rentang Nilai Tekanan Darah pada Dewasa
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah (Perry dan Potter, 1993)
a. Umur
Tekanan darah akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dikaitkan dengan berkurangnya elastisitas pembuluh darah arteri, dinsing arteri semakin kaku sehingga tahanan pada arteri semakin basar dan meningkatkan tekanan darah.
b. Waktu Pengukuran
Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari atau malam. Tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama.
c. Latihan dan Aktivitas Fisik
Latihan dan aktivitas fisik dapat meningkatkan cardiac output dan tekanan darah. Hal ini berkaitan dengan peningkatan metabolism tubuh. Aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga membutuhkan aliran yang lebih cepat untuk mensuplai oksigen dan nutrisi (tekanan darah naik).
d. Stress (kecemasan, takut, emosi dan nyeri)
Stress ini akan merangsang syaraf simpatik, mengakibatkan peningkatan denyut jantung serta peningkatan resistensi atau tahanan arteri. Selain itu juga mengakibatkan vasokonstriksi arteri.
e. Miscellaneus Faktor/Posisi Tubuh
Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap tekanan darah. Hal ini berkaitan dengan efek gravitasi bumi. Pada saat berbaring, gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut horizontal, sehingga jantung tidak terlalu memompa dan tidak terlalu melawan gaya gravitasi. Pada saat duduk maupun berdiri, kerja jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi bumi, sehingga kecepatan denyut jantung meningkat. Posisi berbaring tekanan darah lebih rendah daripada duduk atau berdiri. Baroresepsor akan merespon saat tekanan darah turun dan berusaha menstabilankan tekanan darah.
f. Obat-obatan
Terdapat beberapa obat yang dapat menyebabkan peningkatan ataupun penurunan tekanan darah, seperti analgetik yang dapat menurunkan tekanan arah.
B. Pemeriksaan Suhu Tubuh
Pemeriksaan suhu tubuh akan memberikan tanda/hasil suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa tempat, yaitu:
a. Aksila/Ketiak, dilakukan selama 5-10 menit (Eoff dan Joyce, 1981
b. Oral/mulut, dilakukan selama 2 menit (Baker et.al, 1984)
c. Rectal/Anus, dilakukan selama 2 menit (Kucha, 1972)
d. Timpanik/Telinga, dilakukan selama 2 detik (Erickson et.al,1991)
Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat yaitu :
a. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C. Untuk mengukur suhu
hipotermi diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang
dapat mengukur sampai 25 derajat Celcius.
b. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36,5 - 37,5°C
c. Febris / pireksia / panas, bila suhu tubuh diatas 37,5 - 40°C
d. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
a. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Suhu tubuh
sangat terkait dengan laju metabolisme.
b. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi
100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah
lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir
seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan
saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan
produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
c. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
d. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam
tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat memengaruhi laju metabolisme
menjadi 50-100% diatas normal.
e. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria (testosterone)dapat meningkatkan kecepatan metabolisme
basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi
panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki
karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu
tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
f. Demam (peradangan)
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar
120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
g. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%.
Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan
untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal
nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu,
individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami
hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak
menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
h. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan
gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan
(aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
i. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat
pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang
peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang
sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
j. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh
dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga
sebaliknya, lingkungan dapat memengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu
antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses
kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam
fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah
jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi
sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif
untuk keseimbangan suhu tubuh.
C. Pemeriksaan Frekuensi Nadi
Pemeriksaan denyut nadi merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri, dengan cara menghitung kecepatan/loncatan aliran darah yang dapat teraba pada berbagai titik tubuh melalui perabaan. Pemeriksaan nadi dihitung selama satu menit penuh, meliputi frekuensi, keteraturan dan isi. Selain melalui perabaan dapat juga diperiksa melalui stetoskop.
Pemeriksaan denyut nadi bertujuan untuk mengetahui keadaan umum pasien, mengetahui integritas system kardiovaskuler, dan mengikuti perkembangan jalannya penyakit.
Titik denyut, misalnya: denyut arteri temporalis dan arteri frontalis pada kepala, arteri karotis pada leher, arteri brachialis pada lengan atas/siku bagian dalam, arteri radialis dan ulnris pada pergelangan tangan, arteri poplitea pada belakang lutut, dan arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki.
Frekuensi denyut nadi sangat bervariasi, tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia. Demikian juga halnya waktu berdiri, sedang makan, mengeluarkan tenaga atau waktu emosi.
Batasan dan Klasifikasi (Whaley dan Wong, 1993)
Bayi yang baru dilahirkan (1-3 bulan): 120-140 kali/menit, bayi 4 bulan-2 tahun: 80-150 kali/menit, anak 2-10 tahun: 70-110 kali/mnit, anak anak >10 tahun: 55-90 kali/menit, dewasa: 60-90 kali/menit, dan usia lanjut yang sehat: 60/100 kali/menit.
Nadi yang cepat disebut tathicardia atau pulsus frekuens, dan nadi yang lambat disebut bradicardia atau pulsus rarus. Pulsus frekuens dijumpai pada demam tinggi, tirotoksikosis, infeksi streptokokus, difteria dan berbagai jenis penyakit jantung. Nadi yang lambat terdapat pada penyakit miksudema (kekurangan tiroksin), penyakit kuning dan tifoid. Irama nadi sifatnya teratur pada orang sehat, akan tetapi nadi yang tidak teratur belum tentu abnormal. Aritmia sinus adalah gangguan irama nadi, dimana frekuensi nadi menjadi cepat pada saat inspirasi dan melambat waktu ekspirasi. Hal demikian adalah normal dan mudah dijumpai pada anak-anak. Jenis nadi tidak teratur lainnya adalah abnormal.
D. Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan
Pemeriksaan frekuensi pernafasan dilakukan dengan menghitung jumlah pernafasan, yaitu inspirasi yang diikuti ekspirasi dalam satu menit penuh. Selain frekuensi, pemeriksa juga menilai kedalaman dan irama gerakan ventilasi (jenis/sifat pernafasan). Selain itu, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan umum klien, mengikuti perkembangan penyakit, dan membantu menegakkan diagnosa.
Jenis Pernafasan
1. Chyne Stokes: pernafasan yang sangat dalam yang berangsur-angsur menjadi dangkal dan
berhenti sama sekali (apnoe) selama beberapa detik untuk kemudian menjadi dalam lagi.
(keracunan obat bius, penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal kronis, dan perdarahan
pada susunan saraf pusat)
2. Biot : pernapasan dalam dan dangkal yang disertai masa apnoe yang tidak teratur. (meningitis)
3. Kusmaul : pernapasan yang inspirasi dan ekspirasi sama panjangnya dan sama dalamnya,
sehingga keseluruhan pernafasan menjadi lambat dan dalam. (keracunan alkohol dan obat bius,
koma, diabetes, uremia
Batasan Normal
Batasan normal beraneka ragam tergantung usia. Pada bayi: 30 – 60 kali/menit, anak-anak: 20 – 30 kali/menit, remaja: 15 – 24 kali/menit, dan dewasa: 16 – 20 kali/menit.
Jenis Ketidaknormalan Bunyi Pernafasan
1. Crackel (bunyi nafas seperti retakan/pecahan)
2. Friction (bunyi nafas seperti ada tarikan dinding dada ke dalam)
3. Grunting (bunyi nafas seperti rintihan)
4. Ronchi (bunyi nafas seperti terengah-engah)
5. Stridor (bunyi nafas kasar)
6. Wheezing (bunyi nafas seperti siulan).