pengaruh hope perceived social support syukur dan...
TRANSCRIPT
PENGARUH HOPE, PERCEIVED SOCIAL SUPPORT,
SYUKUR DAN FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF NELAYAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Akhlis Istiqlal
NIM : 11140700000140
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H /2018 M
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 6 Juli 2018
Akhlis Istiqlal
NIM: 11140700000140
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Betapa bodohnya manusia, Dia menghancurkan masa kini sambil
mengkhawatirkan masa depan, tapi menangis di masa depan dengan
mengingat masa lalunya.
(Ali bin Abi Thalib)
Persembahan
Skripsi ini aku persembahkan untuk Bapak , Almarhumah mamah Fauziah, adik-
adik juga orang terkasih.
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Juli 2018
C) Akhlis Istiqlal
D) Pengaruh Hope, Perceived Social Support, Syukur dan Faktor Demografi
terhadap Kesejahteraan Subjektif Nelayan
E) xiv + 97 halaman + lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh hope, perceived social
support, syukur dan faktor demografi terhadap kesejahteraan subjektif
nelayan dan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang signifikan hope,
perceived social support, syukur dan faktor demografi terhadap kesejahteraan
subjektif nelayan.
Populasi penelitian yaitu nelayan di Palabuhanratu yang tidak diketahui
jumlahnya secara pasti. Adapun sampel dari penelitian ini berjumlah 240
orang. Metode dalam pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non-
probability sampling yaitu teknik accidental sampling. Adapun alat ukur
yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan subjektif mengadaptasi
Flourishing Scale (Diener, et, al., 2009) dan Scale of Positive and Negative
Experience (Diener, et al., 2009). Alat ukur hope mengadaptasi State Hope
Scale (Synder, 1996). Alat ukur perceived social support mengadaptasi
Multidimensional Scale of Perceived Social Support (Dahlem, Zimet &
Walker, 1991). Alat ukur syukur mengadaptasi Grattitude Resentment and
Appreciation Test (Watkins, Woodward, Stone & Kolts, 2003). Uji validitas
alat ukur menggunakan Confirmatory Factor Analalysis (CFA) dengan
software Lisrel 87. Sedangkan untuk menguji hipotesis menggunakan teknik
analisis regresi berganda dengan software SPSS 17.0.
Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
hope, perceived social support, syukur dan faktor demografi terhadap
kesejahteraan subjektif nelayan dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (sig >
0,005). Dengan demikian, hipotesis alternative (Ha) diterima. Artinya,
terdapat pengaruh yang signifikan variabel hope, perceived social support,
syukur dan faktor demografi terhadap kesejahteraan subjektif nelayan. Hasil
uji hipotesis minor membuktikan variabel yang pengaruhnya signifikan
terhadap kesejahteraan subjektif yaitu keluarga, atasan, syukur dan faktor
demografi (status pernikahan dan pendapatan). Adapun hasil uji proporsi
varian memberikan pengaruh secara signifikan sebanyak 38.8% dan 51.2%
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.
Terdapat banyak faktor-faktor menarik lainnya yang dapat dijadikan
independent variabel untuk melihat pengaruhnya terhadap kesejahteraan
subjektif seperti harga diri, pernikahan, kepribadian dan optimisme. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui sisa 51.2% lagi yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan subjektif selain hope, perceived social support dan syukur
G) Bahan bacaan: 3; buku: 9 + jurnal: 37 + artikel: 3
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) July 2018
C) Istiqlal Award
D) Effect of Hope, Perceived Social Support, Gratitude and Demographic Factors
on Fisherman's Subjective Welfare
E) xiv + 100 pages + 8 attachments
F) This study aims to prove the effect of hope, perceived social support, gratitude
and demographic factors on the subjective well-being of fishermen and to see
whether there is a significant influence of hope, perceived social support,
gratitude and demographic factors on the subjective well-being of fishermen.
The research population is fishermen in Palabuhanratu whose numbers
are uncertain. The sample from this study amounted to 240 people. The
method in sampling using non-probability sampling technique is accidental
sampling technique. The measurement tool used to measure subjective well-
being adapts Flourishing Scale (Diener, et, al., 2009) and Scale of Positive
and Negative Experience (Diener, et al., 2009). The hope gauge adapts the
State Hope Scale (Synder, 1996). Perceived Social Support is a perceived
social support measuring instrument that adapts the Multidimensional Scale
(Dahlem, Zimet & Walker, 1991). The gratitude measuring instrument adapts
the Grattitude Resentment and Appreciation Test (Watkins, Woodward,
Stone & Kolts, 2003). Test the validity of the measuring instrument using
Confirmatory Factor Analalysis (CFA) with Lisrel 87 software. While to test
the hypothesis using multiple regression analysis techniques with SPSS 17.0
software.
The results showed that there was a significant influence of hope,
perceived social support, gratitude and demographic factors on the subjective
well-being of fishermen with a significance level of 0,000 (sig> 0.005). Thus,
the alternative hypothesis (Ha) is accepted. That is, there is a significant
influence of hope variables, perceived social support, gratitude and
demographic factors on the subjective well-being of fishermen. The results of
the minor hypothesis test prove that variables have a significant effect on
subjective well-being, namely family, boss, gratitude and demographic
factors (marital status and income). The results of the test of variant
proportions have a significant effect as much as 38.8% and 51.2% are
influenced by other variables outside the study.
There are many other interesting factors that can be used as independent
variables to see their effects on subjective well-being such as self-esteem,
marriage, personality and optimism. This is needed to find out the remaining
51.2% that can affect subjective well-being in addition to hope, perceived
social support and gratitude
G) Reading material: 3; books: 9 + journals: 37 + articles: 3
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan izin Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul
“Pengaruh Hope, Perceived Social Support, Syukur daan Faktor Demografi
terhadap Kesejahteraan Subjektif Nelayan”. Tidak lupa shalawat serta salam
penulis selalu curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, berikut
para keluarga dan sahabat.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Abd. Mujib M.Ag, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Bapak Dr. Abd. Rahman Shaleh, M.Si selaku dosen pembimbing, terimakasih
telah meluangkan waktu selama proses bimbingan skripsi, memberikan
motivasi serta doa. Banyak sekali ilmu yang penulis dapatkan selama proses
3. Nelayan Palabuanratu selaku responden yang telah bersedia membantu dalam
penelitian ini, memberikan ilmu dan pemahaman selama penulis
melaksanakan penelitian
4. Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak
memberikan ilmu dan pemahaman kepada penulis baik dalam bidang
akademis maupun dalam menjalani kehidupan.
ix
5. Karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi
penulis selama kuliah.
6. Kepada Bapak Burhanuddin dan Almarhumah Mamah Fauziah yang selalu
memberikan dukungan baik moril maupun materi. Motivasi yang menjadi
acuan penulis untuk tetap semangat dalam menjalani perkuliahan. Doa yang
tidak pernah terhenti dalam sujudnya sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi. Kepada adikku Mawaddah Rahmatika dan M. Fuadi Syafiuddin juga
adik Yayasan Al-Mizan yang selalu memberikan doa terbaik kepada penulis.
7. Bapak Wawan Setiawan serta Ibu Esih Sukaesih yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi. Memberikan support dan doa,
menyediakan tempat penelitian serta dengan senang hati menyediakan
makanan setelah penulis menyebarkan kuisioner penelitian.
8. Kepada sahabat-sahabat yaitu Fitri Anisa, Umi Latifah, Widya Putri
Pangestie, Nurul Noverri, Muhammad Khoirul dan Elik Maulana yang sudah
banyak membantu dalam penelitian ini serta tidak lelah dalam memberikan
motivasi, semangat dan masukan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik
dan saran membangun sangat diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan
datang. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, 6 Juli 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1-11
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Pembatasan Masalah ................................................................... 7
1.3 Rumusan masalah ........................................................................ 9
1.4 Tujuan penelitian ......................................................................... 10
1.5 Manfaat penelitian ....................................................................... 10
1.5.1 Manfaat teoritis ................................................................. 10
1.5.2 Manfaat praktis ................................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 12-39
2.1 Kesejahteraan subjektif ............................................................... 12
2.1.1 Pengertian kesejahteraan subjektif ................................... 12
2.1.2 Dimensi kesejahteraan subjektif ....................................... 13
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
subjektif ............................................................................ 16
2.1.4 Pengukuran kesejahteraan subjektif ................................. 19
2.2 Hope ............................................................................................ 20
2.2.1 Pengertian hope ................................................................ 20
2.2.2 Dimensi hope .................................................................... 21
2.2.3 Pengukuran hope .............................................................. 23
2.3 Perceived social support ............................................................ 24
2.3.1 Pengertian Perceived social support ................................ 24
2.3.2 Dimensi Perceived social support .................................... 26
2.3.3 Pengukuran Perceived social support .............................. 29
2.4 Syukur ......................................................................................... 29
2.4.1 Pengertian Syukur............................................................. 29
2.4.2 Dimensi Syukur ................................................................ 30
2.4.3 Pengukuran Syukur ........................................................... 32
2.5 Faktor Demografi........................................................................ 32
2.5.1 Usia .................................................................................. 33
2.5.2 Pendapatan Dan Pengeluaran ........................................... 33
xi
2.5.3 Status Pernikahan ............................................................. 33
2.5.4 Pengukuran Faktor Demografi ......................................... 34
2.6 Kerangka Berpikir ...................................................................... 34
2.7 Hipotesis Penelitian .................................................................... 30
2.7.1 Hipotesis Mayor ............................................................... 30
2.7.2 Hipotesis Minor ................................................................ 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 40-58
3.1 Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel .................. 40
3.2 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel Penelitian
........................................................................................................... 40
3.3 Instrumen Pengumpulan Data..................................................... 44
3.3.1 Skala Kesejahteraan Subjektif .......................................... 44
3.3.2 Skala Hope ........................................................................ 45
3.3.3 Skala Perceived Social Support ........................................ 46
3.3.4 Skala Syukur ..................................................................... 46
3.4 Uji Validitas ................................................................................ 47
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Kesejahteraan Subjektif .............. 49
3.4.2 Uji Validitas Konstuk Hope ............................................. 50
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Perceived Social Support ............ 52
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Syukur ......................................... 53
3.4.4.1 Dimensi Sense Of Abudance........................................... 53
3.4.4.2 Dimensi Simple Apreciation ........................................... 54
3.4.4.3 Dimensi Apreciation For Other ..................................... 55
3.5 Metode Analisis Data ................................................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 59-69
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .......................................... 59
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ............................................................ 60
4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .............................. 61
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ..................................................... 62
4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ................................ 64
4.3.2 Pengujian Proporsi Varian Independen Variabel ............ 68
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ..................................... 70-79
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 70
5.2 Diskusi ........................................................................................ 75
5.3 Saran .......................................................................................... 75
5.3.1 Saran Metodologis ............................................................ 75
5.3.2 Saran Praktis ..................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 78-83
LAMPIRAN ................................................................................................... 84-91
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penilaian Pernyataan Favorable Dan Unfavorable ............................ 44
Tabel 3.2 Blue Print Skala Kesejahteraan Subjektif ........................................... 45
Tabel 3.3 Blue Print Skala Hope ........................................................................ 44
Tabel 3.4 Blue Print Skala Perceived Social Support ........................................ 45
Tabel 3.5 Blue Print Skala Sykur ....................................................................... 45
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Kesejahteraan Subjektif ..................................... 50
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Hope ................................................................... 52
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Perceived Social Support ................................... 52
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Sense Of Abundance .......................................... 53
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Simple Apreciation ........................................... 54
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Appreciation For Other ................................... 55
Tabel 4.1 Rentang Usia ....................................................................................... 59
Tabel 4.2 Status Pernikahan ................................................................................ 59
Tabel 4.3 Pendapatan .......................................................................................... 59
Tabel 4.4 Pengeluaran ........................................................................................ 59
Tabel 4.5 Analisis Deskriptif .............................................................................. 60
Tabel 4.6 Norma Skor Variabel .......................................................................... 61
Tabel 4.7 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................. 61
Tabel 4.8 R Square .............................................................................................. 62
Tabel 4.9 Anova .................................................................................................. 63
Tabel 4.10 Koefisien Regresi .............................................................................. 64
Tabel 4.11 Proporsi Varians Untuk Masing-Masing Independent Variable ...... 68
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Data Jumlah Nelayan di Palabuhanratu .......................................... 3
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir ................................................................ 38
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Path Diagram Kesejahteraan Subjektif ........................................... 85
Lampiran 1 Path Diagram Hope ......................................................................... 86
Lampiran 1 Path Diagram Perceived Social Support ......................................... 86
Lampiran 1 Path Diagram Syukur ...................................................................... 87
Lampiran 2 Kuisioner Penelitian ........................................................................ 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ada sebuah pribahasa yang mengatakan bahwa “Nenekku seorang pelaut”.
Pribahasa yang menggambarkan luasnya laut Nusantara serta profesi utama yang
digeluti oleh pendahulu yang menjadi dasar bahwa sumber kemakmuran itu
harusnya datang dari laut. Hampir 60% penduduk Indonesia bertempat tinggal di
daerah pesisir dan pedesaan. Data statistik tahun 2011 menunjukkan bahwa
terdapat 8000 desa pesisir yang tersebar pada 300 Kabupaten/Kota. Selanjutnya
dari 234 juta jiwa 64 juta bekerja dibidang informal dan 30% diantaranya adalah
nelayan (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Daerah Palabuhanratu merupakan salah satu daerah yang berada di selatan
Indonesia dan mayoritas penduduk bekerja sebagai nelayan. Berdasarkan UU No.
45/2009-perikanan, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan. Dalam amanat UU Republik Indonesia no 11 tahun 2009
tentang kesejahteraan sosial, individu (nelayan) selayaknya mendapatkan
kesejahteraan serta kepuasan dalam kehidupan. Faktanya, luas laut mencapai
64.97% dari total luas wilayah Indonesia, belum menjamin kesejahteraan nelayan
yang hidup didaerah pesisir dan sekitarnya. Masih minimnya pendayagunaan
sumber daya laut yang menyebabkan nelayan masih berada di bawah garis
kesejahteraan khususnya nelayan di Palabuhanratu.
Selama proses mencari ikan, nelayan tidak luput dari ancaman ombak besar
yang datang dari laut lepas samudra dan resiko keselamatan jiwa sangat
2
mengancam nelayan. Crona, Nystroms, Folke dan Jiddawi (2010)
mengungkapkan bahwa resiko yang sering dialami nelayan yaitu ketidakpastian
produksi, fluktuasi lingkungan, risiko kerugian bahkan mempertaruhkan nyawa
dari kondisi laut. Tidak jarang terjadi persaingan tidak sehat berupa saling
“santet” antara sesama nelayan (Setiawan, 2018). Dari segi kepuasan hidup,
nelayan kerap kali merasa tak berdaya dan merasa kurang puas dengan hidupnya
serta menyesali masa lalu.
Hasil dari melaut dapat menjadikan nelayan sangat senang ataupun merasa
sangat malang. Nelayan merasa sangat senang pada musim yang memungkinkan
nelayan mendapatkan tangkapan banyak karena nelayan bisa mendapatkan ikan
bahkan sampai 2 ton selama 6 jam pelayaran. Berbeda ketika musim barat,
nelayan kerap terlihat murung karena hasil yang didapatkan kurang mampu
menutupi biaya produksi untuk melaut yang mencapai 600 ribu setiap harinya
(Setiawan, 2018). Ketika kondisi cuaca kurang baik, nelayan bahkan tidak
mendapatkan ikan sama sekali dalam jangka satu bulan penuh (Setiawan, 2018).
Permasalahan yang sering dihadapi oleh nelayan termasuk di Palabuhanratu
yaitu perubahan cuaca yang menyebabkan sulit mencari ikan sehingga nelayan
mendapatkan tekanan lebih dalam kehidupan. Menurut pengakuan salah seorang
nelayan saat diwawancarai, hal ini biasa terjadi pada bulan barat yaitu bulan
November dan Desember. Usaha yang dilakukan nelayan adalah mencari
pekerjaan lain di darat agar tekanan yang dialami berkurang dan hal tersebut
berdampak pada fluktuasi jumlah nelayan di Palabuhanratu. Terihat dari data di
bawah ini yang dikemukakan oleh Pusat Data dan Informasi Pelabuhan
3
Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPNP) mengenai fluktuasi data nelayan
setiap tahunnya pada gambar 1.1. Maka apakah dengan fenomena diatas nelayan
mendapatkan kesejahteraan? Tentu hanya nelayan yang bisa menilainya.
Gambar 1.1 Fluktuasi Jumlah Nelayan
Sumber: Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPNP), 2014
Dengan berbagai permasalahan yang dihadapi individu dalam memenuhi
kebutuhannya, maka kesejahteraan nelayan sangat perlu diperhatikan. Mengingat
jumlah nelayan yang mencapai 19.200.000 orang, maka dirasa sangat perlu
memperhatikan kesejahteraan (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
RI, 2015). Dalam perspektif psikologi terdapat dua jenis kesejahteraan yaitu
kesejahteraan objektif dan subjektif (Myers & Diener, 1995). Dalam penelitian
ini, penulis memfokuskan kepada kesejahteraan subjektif. Penelitian mengenai
kesejahteraan subjektif penting diteliti dikarenakan apabila kesejahteraan nelayan
kurang diperhatikan khususnya kesejahteraan subjektif maka akan terjadi
penurunan dari kesejahteraan subjektif tersebut.
Kesejahteraan subjektif merupakan penilaian individu mengenai
kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif terhadap kepuasan hidup dan
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014
Jumlah Nelayan Palabuhanratu
4
penilaian afektif terhadap mood dan emosi (Myers & Diener, 1995). Dalam
sebuah penilaian subjektif yang mencakup kognitif dan afektif, individu
mengukur kesejahteraan subjektif dengan cara yang berbeda (Kim-Prieto, Diener,
Tamir, Scollon, & Diener, 2005). Misalnya, individu dapat mengevaluasi
kepuasan dengan kehidupan secara keseluruhan, tetapi individu juga dapat
menilai kepuasan dengan domain kehidupan tertentu, termasuk pernikahan
(Lucas, Clark, Georgellis, & Diener, 2003). Individu yang menerima dirinya
sendiri dengan cara yag lebih positif akan lebih mudah tampil di hadapan
individu lainnya dengan tingkat kepercayaan diri dan rasa optimis. Kondisi
demikian akan membantu terciptanya reaksi positif individu lainya yang
berdampak terhadap meningkatnya kembali harga diri individu (Maniez, 2009)
Pada dasarnya, setiap individu memiliki bayangan akan kesejahteraan dalam
pikirannya, namun terhalangi oleh adanya perasaan yang muncul dari yang
dihadapinya. Individu yang memiliki penilaian yang lebih tinggi tentang
kebahagiaan dan kepuasan hidup cenderung bersikap lebih bahagia dan lebih
puas. Seperti sebuah ungkapan “Well-being cannot exist just in your own head.
Well-being is a combination of feeling good as well as actually having meaning,
good relationships and accomplishment.” (Martin Seligman). Ungkapan tersebut
sejalan dengan hasil penelitian Keyes dan Moe (2003) yang mengungkapkan
bahwa kesejahteraan subjektif merupakan sarana untuk kehidupan lebih baik dan
lebih produktif.
Beberapa faktor menjadi penyebab dari kesejahteraan subjektif. Faktor harga
diri (Eddington & Shuman, 2008), kepribadian (Diener, Lucas, & Smith, 1999),
5
optimisme (Diener, Lucas, & Smith, 1999), perceived social support (Diener &
Seligman, 2002), hope (Snyder, 2003) dan syukur. Adapun faktor lain yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan subjektif yaitu faktor demografi seperti usia
(Durayappah & Adore, 2010), pendapatan (Davies, 2010) dan faktor psikologis
(Davies, 2010). Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada faktor hope,
perceived social support, syukur dan faktor demografi.
Kesejahteraan subjektif dianggap sebagai hasil utama dari strategi
terapeutik, dan hope dianggap sebagai faktor penting terkait dengan
kesejahteraan (Slade, 2009). Menurut Snyder (1994) hope merupakan hasil
penjumlahan dari mental willpower dan waypower yang dimilki individu untuk
mencapai tujuan. Snyder (2001) menekankan bahwa individu berpikir dan
menginterpretasi lingkungannya merupakan kunci dalam memahami harapan.
Hope merupakan bentuk kepercayaan bahwa sesuatu yang diinginkan akan
mampu dicapai, atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan dimasa yang akan
datang. Pada dasarnya nelayan yang mencari nafkah selalu menemukan
permasalahan seperti musim ikan yang tidak selalu stabil. Dengan adanya
perubahan cuaca yang dihadapi, maka individu memiliki menaruh harapan (hope)
untuk bisa mendapatkan rezeki didarat. Harapan ini berguna untuk mengolah
informasi dalam mencapai tujuan (Folkman & Susan, 2010).
Pavot, Diener dan Sandvik (1991) mengatakan bahwa persepsi adanya
dukungan sosial merupakan salah satu faktor dari kesejahteraan subjekif (Linley
& Joseph, 2004). Dukungan yang diterima telah mendapat perhatian yang
signifikan dalam hubungannya dengan kesejahteraan subjektif (Matsuda, Tsud,
6
Kim, & Deng, 2014). Cohen (2000) mengatakan bahwa beberapa penelitian
terakhir telah menemukan bahwa efek positif dari dukungan sosial yang
dirasakan pada fungsi emosional dan fisik.
Dukungan sosial terbagi dari dua jenis yaitu received social support dan
perceived social support (Sarafino & Smith, 2011). Pada penelitian ini, penulis
menggunakan perceived social support karena persepsi dari dukungan sosial
yang tersedia lebih penting dari jumlah dukungan sosial yang sebenarnya.
Perceived social support mengacu pada persepsi individu pada tingkat dan
kualitas dukungan sosial yang tersedia. Dukungan yang berasal dari individu
dalam jaringan atau kelompok dapat meningkatkan kemampuan individu dalam
menghadapi kesulitan yang dihadapi. Individu yang kurang melihat bantuan
sebagai bentuk dukungan, maka kecil kemungkinan individu dapat mengurangi
stress (Sarafino & Smith, 2011).
Dukungan sosial yang tersedia lebih penting dari jumlah dukungan sosial
yang sebenarnya. Dukungan sosial yang dirasakan mengacu pada persepsi
individu pada tingkat dan kualitas dukungan sosial yang tersedia. Gallagher dan
Vella (2008) mengatakan bahwa perceived social suport merupakan faktor yang
dominan karena dapat menunjukkan pola individu berpikir mengenai dukungan
yang tersedia. Selain itu, perceived social suport dapat dengan segera didapatkan
saat individu membutuhkannya (Matsuda, Tsud, Kim, & Deng, 2014).
Kesejahteraan subjektif juga dipengaruhi oleh rasa syukur. Perasaan
bersyukur merupakan mata rantai yang memiliki hubungan dengan kesehatan
mental dan kepuasan hidup individu. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa
7
individu yang bersyukur dapat mengalami tingkat kesejahteraan subjektif yang
lebih tinggi. Rasa syukur dapat meningkatkan pemikiran positif, memberikan
cara yang efektif untuk mengatasi peristiwa negatif dan menggagalkan keadaan
negatif seperti depresi (Watkins, Woodward, Stone, & Kolts, 2003). Rasa syukur
dapat diapreasiasikan dalam ungkapan “terima kasih” baik kepada sesama
manusia.
Secara umum, Diener (2005) menjelaskan bahwa efek faktor demografis
seperti pendapatan, status pernikahan, umur, pendidikan dan ada tidaknya anak
biasanya berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif. Andrews dan Withey
(1976) mengungkapkan bahwa faktor demografi seperti usia, jenis kelamin dan
pendapatan menyumbang 8% dari kesejahteraan subjektif (dalam Durayappah
& ́e, 2010). Akan tetapi, peningkatan pendapatan memiliki dampak paling lemah
pada individu yang relatif kaya, tinggal di negara makmur dengan ekonomi yang
sedang berkembang (Davies, 2010). Oleh karena itu, faktor demografi dapat
membedakan antara individu yang merasakan tingkat kesejahteraan subjektif
sedang dan individu yang sangat tingkat kesejahteraan subjektif tinggi.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
“Pengaruh Hope, Perceived Social Support, Syukur dan Faktor demografi
terhadap Kesejahteraan Subjektif Nelayan”.
1.2 Pembatasan Masalah
Fokus dalam penelitian ini adalah kesejahteraan subjektif nelayan. Faktor yang
mempengaruhi yaitu hope, perceived social support, syukur dan faktor
8
demografi. Adapun pengertian konsep dari masing-masing variabel dalam
penelitian ini adalah:
1. Kesejahteraan subjektif adalah gambaran tingkat pengalaman individu
berdasarkan evaluasi subjektif mengenai kehidupan. Evaluasi subjektif ini
berupa penilaian terhadap emosi positif maupun emosi negatif. Penilaian
tersebut dapat berupa penilaian mengenai perasaan tentang kepuasan hidup
(Diener, et al., 2009).
2. Hope adalah sekumpulan proses kognitif berdasarkan pada hubungan timbal
balik antara kemauan (agency) dan jalan (pathways) untuk mencapai tujuan.
Dalam konsep ini, hope mengacu pada tujuan dan memperluas pandangan
sebelumnya untuk memperjelas proses kognitif mengenai harapan. Tujuan
hope ini merupakan target yang diinginkan dari satu pemikiran hope (Snyder,
1996).
3. Perceived Social Support adalah dukungan yang diterima individu dari orang
orang terdekat. Dukungan yang diterima meliputi dukungan keluarga,
dukungan pertemanan dan dukungan dari orang penting lainnya disekitar
individu (Zimzet, Gregory, Dahlem, Zimzet, & Farley, 1988). Berdasarkan
sumbernya dukungan sosial ini akan dibagi menjadi 3 yaitu keluarga, teman,
dan significant others.
4. Syukur adalah perasaan mengenai apresiasi atas kebaikan yang diterima,
kurang merasa kekurangan, mengetahui kontribusi dari orang lain dan
mengapresiasi kesenangan sederhana. Bersyukur memiliki korelasi dengan
9
kesejahteraan subjektif. Individu yang bersyukur akan menunjukan mood yang
positif (Watkins, Woodward, Stone, & Kolts, 2003).
5. Faktor demografi adalah ilmu yang memberikan gambaran spesifik tentang
penduduk (Hanum, 1997). Diener (2005) menjelaskan bahwa efek faktor
demografi seperti pendapatan dan pengeluaran, status pernikahan, umur
biasanya berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif. Faktor demografi
membedakan antara individu yang memiliki tingkat kesejahteraan subjektif
sedang dan individu yang memiliki tingkat kesejahteraan subjektif tinggi
(Diener, 2005).
6. Responden dalam penelitian ini adalah nelayan di Palabuhanratu berdasarkan
UU No. 45/2009-perikanan artinya orang yang mata pencahariannya
melakukan penangkapan ikan.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikembangkan dalam penelitian ini, sebagai berikut
1. Apakah terdapat pengaruh yang significant hope, perceived social support,
syukur dan faktor demografi terhadap kesejahteraan subjektif nelayan?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan variabel hope terhadap
kesejahteraan subjektif nelayan?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi family pada variabel
perceived social support terhadap kesejahteraan subjektif?
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi friends pada variabel
perceived social support terhadap kesejahteraan subjektif nelayan?
10
5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi significant others pada
variabel perceived social support terhadap kesejahteraan subjektif nelayan?
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan variabel syukur terhadap
kesejahteraan subjektif nelayan?
7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pendapatan pada variabel faktor
demografi terhadap kesejahteraan subjektif nelayan?
8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pengeluaran pada variabel faktor
demografi terhadap kesejahteraan subjektif nelayan?
9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan status pernikahan pada variabel
faktor demografi terhadap kesejahteraan subjektif nelayan?
10. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan usia pada variabel faktor
demografi terhadap kesejahteraan subjektif nelayan?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh variabel hope, perceived
social support, syukur dan faktor demografi terhadap kesejahteraan subjektif
nelayan.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat yaitu
manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan ilmu
pengetahuan psikologi khususnya dalam ranah individu yang tinggal di pesisir.
11
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan bagi pihak
yang bertanggung jawab dalam kesejahteraan nelayan dalam meningkatkan
kesejahteraan subjektif pada nelayan. Agar memiliki kinerja serta maksimal serta
mendatangkan keuntungan bagi negara.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kesejahteraan Subjektif
2.1.1 Pengertian Kesejahteraan Subjektif
Kesejahteraan subjektif adalah penilaian individu terhadap kehidupannya yang
meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan hidup dan penilaian afektif
mengenai mood dan emosi. Respon emosional individu, kepuasan domain dan
penilaian menyeluruh terhadap kepuasan hidup. Gagasan spesifik yang perlu
dimengerti oleh setiap individu (Diener, Lucas, & Smith, 1999).
Menurut Diener (2009) kesejahteraan subjektif adalah gambaran tingkat
pengalaman individu yang sehat berdasarkan evaluasi subjektif. Sebuah
pernyataan subjektif yang merupakan bagian dari keinginana kehidupan yang
berkualitas. Sebuah penilaian secara menyeluruh yang merujuk pada berbagai
macam kriteria.Gambaran mengenai kehidupan baik emosi positif maupun emosi
negatif termasuk penilaian dan perasaan tentang kepuasan hidup. Konsep dari
adanya perasaan positif ataupun negatif yang dinilai melalui evaluai subjektif.
Kesejahteraan subjektif merupakan konsep yang mencakup tingginya
kepuasan hidup, rendahnya perasaan negatif dan tingginya perasaan positif
(Diener & Chan, 2011). Perasaan positif menjadikan individu yang memiliki
kesejahteraan subjektif tinggi mampu mengatur emosi dan menghadapi peristiwa
dalam kehidupan dengan baik. Perasaan negatif menjadikan individu memiliki
keseajhteraan subjektif rendah yang akan berdampak terhadap penilaian peristiwa
yang terjadi dan menimbulkan emosi yang kurang menyenangkan.
13
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kesejahteraan
subjektif adalah evaluasi atau penilaian individu yang bersifat subjektif pada
kehidupannya, meliputi penilaian terhadap kepuasan hidup dan emosinya. Pada
penelitian ini, penulis menggunakan pengertian dari Diener (2009) yaitu
gambaran tingkat pengalaman individu berdasarkan evaluasi subjektif mengenai
kehidupan. Hal ini baik emosi positif maupun emosi negatif termasuk penilaian
dan perasaan tentang kepuasan hidup. Alasan dalam memilih pengertian ini
adalah karena lebih menggambarkan komponen yang akan digunakan pada
penelitian ini.
2.1.2 Dimensi Kesejahteraan Subjektif
Kesejahteraan subjektif dapat dibagi menjadi dua dimensi yaitu penilaian kognitif
dan afektif. Adapun pengertian dari penilaian kognitif adalah penilaian individu
terhadap kepuasan hidupnya. Penilaian afektif adalah penilaian individu terhadap
mood dan emosi yang sering dirasakan dalam hidupnya (Diener, Lucas, & Smith,
1999). Berikut ini penjelasan lebih lanjut dari dimensi diatas:
1. Dimensi kognitif
Dimensi kognitif adalah evaluasi atau penilaian terhadap kepuasan individu.
Evaluasi dimensi kognitif dapat dikategorikan menjadi evaluasi secara global dan
evaluasi secara khusus atau domain (Diener, Lucas, & Smith, 1999). Evaluasi
kepuasan hidup secara global adalah evaluasi atau penilaian individu terhadap
kehidupan yang merefleksikan kepuasan hidup individu. Kepuasan individu
secara umum dimaksudkan untuk merepresentasikan penilaian individu secara
umum. Kepuasan hidup secara umum didasarkan pada proses penilaian individu
14
saat mengukur kualitas hidupnya dengan didasarkan pada kriteria yang unik yang
di tentukan sendiri (Diener, 2012). Lebih spesifik, kepuasan hidup secara umum
melibatkan persepsi individu terhadap penilian hidupnya berdasar pada keunikan
individu itu sendiri.
Evaluasi kepuasan hidup secara khusus yaitu penilaian yang dilakukan
individu dalam mengevaluasi dimensi tertentu dalam hidupnya, seperti kehidupan
dengan pasangan dan keluarga (Diener & Chan, 2011). Evaluasi umum dan
evaluasi khusus memiliki keterikatan satu sama lain. Dalam melakukan penilaian
terhadap kepuasan hidupnya secara umum, individu akan menggunakan
informasi mengenai kepuasan pada salah satu dimensi hidup yang dianggap
paling penting (Diener, 1984). Evaluasi kepuasan hidup secara umum merupakan
refleksi dari persepsi individu terhadap hal yang ada didalam hidupnya, serta
dipengaruhi oleh kultur dan pandangan individu mengenai hidup positif.
2. Dimensi Afektif
Menurut Diener (1999), dimensi afektif merefleksikan peristiwa yang terjadi
dalam hidup individu dengan meneliti tipe reaksi afektif yang ada. Peneliti dapat
memahami cara individu dalam mengevaluasi kondisi dan peristiwa didalam
hidupnya. Secara umum dimensi afektif dapat dikategorikan menjadi evaluasi
terhadap keberadaan afek positif dan penilaian terhadap afek negatif.
Larsen dan Diener (1992) dan Averil (dalam Carr, 2004) menjelaskan afek
positif adalah kombinasi hal yang sifatnya membangkitkan (arousal) dan hal
yang sifatnya menyenangkan (pleasantness). Adanya emosi termasuk
didalamnya antara lain aktif, siap sedia dan senang. Afek negatif adalah
15
kombinasi dari keduanya yaitu yang sifatnya membangkitkan (arousal) dan hal
yang sifatnya tidak menyenangkan (unpleasantness). Di dalam afek negatif
terdapat emosi seperti cemas, sedih, dan takut.
Carr (2004) menjelaskan afek positif sebagai dimensi mengenai perasaan
nyaman dengan intensitas yang beragam, menggambarkan emosi yang bersifat
menyenangkan, seperti cinta dan kasih sayang. Afek positif merupakan bagian
dari kesejahteraan subjektif karena merefleksikan reaksi individu terhadap
sejumlah peristiwa dalam hidup yang menunjukkan bahwa hidup berjalan sesuai
dengan yang diinginkan (2011). Larsen dan Diener (dalam Carr, 2004)
menyatakan bahwa afek positif adalah kombinasi dari hal yang sifatnya
membangkitkan dan hal yang bersifat menyenangkan. Afek positif yang tinggi
terjadi ketika individu merasakan energi yang tinggi, konsentrasi penuh, serta
keterlibatan yang menyenangkan. Sementara itu, afek positif yang rendah terjadi
ketika individu mengalami kesedihan dan kelelahan (David Watson, 1988).
Afek negatif menggambarkan mood dan emosi yang kurang menyenangkan,
merefleksikan respon negatif yang dialami sebagai reaksi terhadap kehidupan,
kesehatan, keadaan dan peristiwa yang di alami. Afek negatif merupakan
kombinasi dari hal yang bersifat membangkitkan dan hal yang bersifat tidak
menyenangkan. Afek negatif yang tinggi akan muncul ketika individu merasakan
kemarahan, kebencian, jijik, rasa bersalah, ketakutan dan kegelisahan (David
Watson, 1988).
Afek negatif dibutuhkan dan seharusnya terjadi agar hidup berfungsi secara
optimal. Salah satu fungsi dari afek negatif adalah mengarahkan individu kepada
16
perilaku menghindar untuk menjauhkan individu dari situasi berbahaya. Namun,
afek negatif yang terlalu sering terjadi secara berkepanjangan merupakan indikasi
bahwa indiividu memiliki penilaian buruk terhadap kehidupannya. Pengalaman
merasakan afek negatif secara berkepanjangan akan menghambat individu untuk
bertingkah laku secara efektif dalam kehidupan sehari hari. Individu yang
memiliki kesejahteraan subjektif yang tinggi ketika dapat menilai kepuasan hidup
tinggi dan merasakan afek positif lebih sering daripada afek negatif (Diener,
Lucas, & Smith, 1999).
2.1.3 Faktor – Faktor Kesejahteraan Subjektif
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif yang
terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
2.1.3.1 Faktor Internal
1. Harga Diri
Menurut Eddington dan Shuman (2005), harga diri berhubungan kuat dengan
budaya barat. Harga diri (self esteem) yang tinggi akan menjadikan individu
memiliki beberapa kelebihan, termasuk pemahaman mengenai arti dan nilai
hidup. Hubungan yang kuat antara harga diri (self esteem) dengan kesejahteraan
subjektif tidak ditemukan secara konsisten di beberapa negara, terutama di negara
penganut sistem kolektif seperti Cina. Di negara penganut sistem kolektif,
otonomi dan tuntutan pribadi dianggap tidak lebih penting daripada kesatuan
keluarga dan sosial. Sehingga, harga diri (self esteem) menjadi predictor
kesejahteraan subjektif yang kurang penting (Eddington & Shuman, 2005).
17
2. Kepribadian
Dua trait kepribadian yang ditemukan yang memiliki hubungan yang besar
dengan kesejahteraan subjektif adalah extraversion dan neuroticism (Diener,
Lucas, & Smith, 1999). Extraversion mempengaruhi afek positif sedangkan
neuroticism mempengaruhi afek negatif. Para peneliti berpendapat bahwa
extraversion dan neuroticism paling berhubungan dengan kesejahteraan subjektif
karena kedua trait tersebut mencerminkan tempramen individu. Hasil penelitian
menemukan bahwa tipe kepribadian extraversion merupakan salah satu prediktor
kesejahteraan subjektif yang paling signifikan (Diener, Lucas, & Smith, 1999).
Menurut Watson dan Clark (dalam Diener, 1999), trait lain dalam model
kepribadian “The Big Five Trait Faktors” yaitu agreeableness,
conscientiousness, dan openness to experience menunjukkan hubungan yang
lemah dengan kesejahteraan subjektif .
3. Optimisme
Individu yang memiliki optimisme terhadap masa depan cenderung merasa lebih
bahagia dan lebih puas dengan kehidupannya (Diener, Lucas, & Smith, 1999).
Diener (1996) menyatakan optimisme berkorelasi dengan pengukuran
kesejahteraan subjektif seperti kepuasan hidup, afek menyenangkan dan afek
tidak menyenangkan. Penelitian Diener (1996) sejalan dengan penelitian
(Nuzulia & Nursanti, (2012) mengungkapkan bahwa optimisme menjadi salah
satu faktor yang berhubungan dengan kesejahteraan subjektif.
4. Hope
Harapan membantu untuk memulai dan mempertahankan tindakan menuju tujuan
jangka panjang, termasuk manajemen yang fleksibel terhadap hambatan yang
18
mungkin mengganggu pencapaian.Snyder (2002) mengemukakan bahwa hope
merupakan faktor penting untuk meningkatkan kesehatan dan berhubungan
positif dengan kesejahteraan psikologis, dan kesehatan fisik. Temuan dari
penelitian terbaru juga mengungkapkan bahwa hope merupakan prediktor
signifikan dari kepuasan hidup, dampak positif, pengaruh negatif dan
berkembang (Demirli, Türkmen, & Arık, 2015)
5. Syukur
Rasa syukur merupakan mata rantai yang memiliki hubungan dengan kesehatan
mental dan kepuasan hidup individu. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa
individu yang bersyukur dapat mengalami tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi.
Rasa syukur dapat meningkatkan pemikiran positif, memberikan cara yang
efektif untuk mengatasi peristiwa negatif dan menggagalkan keadaan negatif
seperti depresi (Watkins, Woodward, Stone, & Kolts, 2003).
2.1.3.2 Faktor Eksternal
1. Perceived Social Support
Menurut Diener dan Seligman (2002), dukungan sosial merupakan prediktor dari
kesejahteraan subjektif. Individu yang memperoleh dukungan sosial yang
memuaskan melaporkan bahwa mereka lebih sering merasa bahagia dan lebih
sedikit merasa sedih. Didalam dukungan sosial terdapat perceived sosial support.
2. Faktor Demografi
Faktor demografi seperti usia, pendapatan, pengeluaran juga status pernikahan
merupakan salah satu faktor dari kesejahteraan subjektif. Individu yang masih
muda cenderung merasakan emosi yang lebih dalam daripada orang yang lebih
19
tua, tetapi orang tua cenderung lebih puas dengan hidupnya. Menurut Diener
(2005) umur dan jenis kelamin memiliki hubungan terhadap kesejahteraan
subjektif, namun pengaruhnya bergantung dari strategi sudut komponen
kesejahteraan subjektif yang akan diukur. Amanto dan Dush (2005) memaparkan
bahwa salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kesejahteraan
subjektif individu ialah pernikahan (Dush & Amato, 2005).
Pada penelitian kesejatehraan subjektif, penulis berfokus kepada empat
faktor yaitu hope, perceived social support, syukur dan faktor demografi berupa
usia, status pernikahan, pendapatan dan pengeluaran.
2.1.4 Pengukuran Kesejahteraan Subjektif
Sebagian besar alat ukur yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan subjektif
mengasumsikan bahwa kebahagiaan dan kepuasan hidup dapat disusun dalam
skala kontinum mulai dari “sangat bahagia” sampai “ sangat tidak bahagia”.
Salah satu yang memiliki nilai reliabilitas tinggi dan paling sering digunakan
adalah Satisfaction With Life Scale (Diener, Emmons, Larsen dan Griffin, 1985)
untuk mengukur nilai individu mengenai kepuasan hidupnya dan Positive
Negative Affect schedule (David Watson, 1988) untuk mengukur tingkat afek
positif dan afek negatif individu pada satu waktu.
Dalam penelitian ini, penulis mengadaptasi Flourishing Scale (Diener, et
al., 2009) dan Scale of Positive and Negative Experience (Diener, et al., 2009).
Flourishing Scale (Diener, et al., 2009) digunakan untuk mengukur kepuasan
hidup yang berjumlah 8 item serta memberikan skor kesejahteraan psikologis
20
tunggal. Adapun indikator dari Flourishing Scale yaitu merasa puas dengan
kehidupan secara umum dan merasa puas dengan kehidupan secara khusus.
Scale of Positive and Negative Experience (Diener, et al., 2009) digunakan
untuk mengukur domain afeksi yang berjumlah 12 item. Enam item digunakan
untuk mengukur afek positif dan 6 item untuk mengukur afek negatif. Adapun
indikator dari afek positif yaitu memiliki perasaan bahagia, merasa bersemangat,
dan fokus terhadap perhatian. Indikator dari afek negatif yaitu merasa sedih,
cemas, dan mudah tersinggung.
2.2 Hope
2.2.1 Pengertian Hope
Menurut Snyder (1996) hope adalah sekumpulan proses kognitif berdasarkan
pada hubungan timbal balik antara kemauan dan jalan untuk mencapai tujuan.
Dalam konsep ini, harapan mengacu pada goals dan memperluan pandangan
sebelumnya yang berguna untuk memperjelas proses kognitif mengenai harapan.
Goals ini merupakan target yang diinginkan dari satu pemikiran harapan
Lueck (2007) mendefinisikan hope mencakup lebih dari keinginan sederhana
untuk mencapai hasil tertentu, yaitu keinginan yang tidak terlepas dari adanya
upaya. Memiliki dasar kognifit yang berisi informasi dan tujuan yang
menghasilkan energi, yang dinamakan sebagai kehendak. Memiliki motivasi
yang berkualitas dan nada emosional negatif dan positif terhadap kemungkinan
bahwa yang diharapkan tidak mungkin terjadi (Folkman, 2010),
Schrank, Woppmann, Sibitz dan Lauber (2010) bahwa hope adalah variabel
positif yang mempengaruhi berbagai hasil kesehatan dan merupakan 20 aktor
penting dalam psikiatri maupun psikoterapi. Individu yang memiliki harapan
21
baik, maka akan menimbulkan perasaan positif yang berdampak terhadap emosi
dan kesehatannya. Hope juga merupakan ekspektasi yang berorientasi masa
depan.
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis menggunakan teori hope menurut
Snyder (1996) yaitu sekumpulan proses kognitif berdasarkan pada hubungan
timbal balik antara kemauan (Agency) dan jalan (pathways) untuk mencapai
tujuan.
2.2.2 Dimensi Hope
Salah satu konsep yang cukup dikenal ialah sebagaimana yang dikemukakan oleh
Snyder (1996). Dalam konsep ini harapan mengacu padala goals (tujuan) dan
memperluas pandangan sebelumnya yang berguna memperjelas proses kognitif
tentang harapan. Goals merupakan target yang diinginkan dari satu pemikiran
harapan. Dalam meraih goals diperluakan dua hal penting yaitu:
1. Pathway menjelaskan tentang cara individu untuk mencapai tujuan. Individu
harus memandang diri sebagai sosok yang mampu menghasilkan suatu
penerapan jalur atau rencana untuk mencapai tujuan (Curry, Snyder, & Rehm,
1997). Menyusun beberapa rencana alternatif sangat penting ketika
menghadapi hambatan. Individu dengan harapan yang tinggi merupakan
individu yang secara efektif membuat perencanaan dan dapat menyususn
berbagai rencana alternatif dengan baik (Snyder, Lopez, Shorey, Rand, &
Feldman, 2003). Indikator dari pathway yaitu perencanaan untuk mencapai
tujuan.
22
2. Agency mencerminkan tentang kemampuan yang dirasakan untuk memulai
serta untuk melanjutkan pergerakan disepanjang jalur yang dipilih dalam
mancapai tujuan. Menurut Snyder (2003) agency dibutuhkan ketika individu
menghadapi hambatan dikarenakan dapat membantu individu untuk
memunculkan motivasi agar menemukan jalan lain sebagai alternatif terbaik.
Indikator dari agency yaitu kemampuan untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan konsep hope yang dikemukakan oleh Snyder (1996), maka dapat
dipahami bahwa pathway diilustrasikan sebagai ungkapan individu dalam dirinya
seperti “pasti ada jalan lain agar aku berhasil melakukannya”, serta dapat
diketahui bahwa Snyder menekankan jika agency merupakan sumber energy
mental untuk mencapai sebuah tujuan. Konsep berbeda disampaikan oleh
Schrank (2010) yang dalam penelitian mencoba mengembangkan skala baru
untuk mengukur hope, hasil penelitian tersebut mengemukakan bahwa hope
terdiri dari empat dimensi yaitu:
1. Trust and confidence yaitu cerminan pengalaman dimasa lalu, karakteristik
individu, spiritualitas dan kepercayaan, serta dimensi motivasi untuk mampu
mencapai tujuan.
2. Lack of perspective adalah cerminan kurang adanya harapan dan dimensi
penyusunnya, serta menggambarkan individu tidak ingin terpengaruhi oleh
situasi, kurang memiliki kekuatan dalam diri, serta kurangnya orientasi
individu terhadap masa depan maupun lingkungan.
3. Social relations and personal value adalah cerminan perasaan dihargai dan
dicintai oleh orang lain. Selain itu, sosial relations and personal value
23
merupakan sebuah dorongan yang positif bagi keteguhan individu untuk terus
berjuang lalu memperoleh apa yang diinginkan atau diharapkan.
4. Positive future orientation adalah cerminan kemampuan dalam
menginternalisasi dan mengantisipasi kemungkinan kemungkinan yang akan
muncul dimasa yang akan datang. Menariknya, dimensi ini juga terkait
dengan penetapan tujuan tujuan dimasa yang akan datang.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dimensi hope dari Snyder (1996).
yang terdiri dari dua dimensi yaitu pathways dan agency. Dalam konsep ini hope
mengacu pada goals (tujuan) dan memperluas pandangan sebelumnya guna
memperjelas proses kognitif tentang harapan. Dalam meraih goals diperlukan
dua hal penting yaitu pathway dan agency.
2.2.3 Pengukuran Hope
1. The Herth Hope Index (HHI) dibuat oleh Herth. skala ini terdiri dari 12 item
dan 3 dimensi. Adapun dimensi dari HHI yaitu temporality and future,
positive readiness and expectancy, dan interconnectedness.
2. State Hope Scale (SHS) dikembangkan oleh Snyder (1996). Alat ukur SHS
terdiri dari 8 item dan 2 dimensi. Adapun dimensi dari SHS yaitu pathway
dan agency dengan nilai alpha Cronbach .76-.90.
3. Integrative Hope Scale (IHS) dikembangkan oleh Schrank (2010). Skala ini
menggabungkan 3 skala hope sebelumnya yaitu MHS,HHI, dan SHS. IHS
terdiri dari 23 item yang mengukur empat dimensi hope yaitu: trust and
confidance, positive future orientation, social relations and personal value
dan lack of perpective.
24
Pada penelitian ini, penulis mengadaptasi alat ukur State Hope Scale (SHS)
dikembangkan oleh Snyder (1996) yang terdiri dari 8 item dan 2 dimensi.
Dimensi dari SHS yaitu pathway dan agency denga nilai alpha Cronbach .76-.90.
Adapun indikator dari SHS yaitu Adapun indikator dari pathways dan agency
yaitu perencanaan dan kemampuan untuk mencapai tujuan.
2.3 Perceived Social Support
2.3.1 Pengertian Perceived Social Support
Shumker dan Brownel (1984) mendefenisikan social support dengan “an
exchange of resources between two individuals perceived by provider or the
recipient tobe intended to enhance the well being of the recipient”. Dari defenisi
dari Shumker dan Brownnel (1984) menekankan pada proses pertukaran sumber
daya yang melibatkan dua orang atau lebih yang saling menguntungkan.
Pertukaran sumber daya ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan.
Menurut Stokes (1985) dukungan sosial adalah sumber pendukung saat
dibutuhkan dan dapat diidentifikasi secara subjektif. Perspektif kualitatif diukur
dan juga dilaporkan bahwa dukungan sosial yang dirasakan lebih determinatif
daripada dukungan sosial yang diperoleh pada kesehatan mental. Perbedaan
individu dapat mempengaruhi kemampuan dalam persepsi situasi, individu akan
berbeda dalam tingkat merasa kurang didukung, kurang diperhatikan, dalam
menanggapi keadaan sosial tertentu
Cobb (1974) (dalam Cohen, Underwood, & Gottlieb, 2000) menyatakan
bahwa, fungsi dukungan dapat membantu individu mengatasi permasalahan dan
perubahan. Selain itu, individu juga menyatakan bahwa efek dari dukungan
25
tersebut timbul dari informasi yang membuat individu percaya diperhatikan,
dicintai, dihargai, dinilai, dan dianggap sebagai bagian dari sebuah jaringan
komunikasi. Jenis dukungan seperti ini dianggap mampu membantu individu
dalam menghadapi stres, dan memungkinkan individu untuk menghadapi
permasalahan hidup lainnya. Adanya persepsi dukungan ini terbukti memiliki
signifikansi yang tinggi dalam kesehatan.
Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley (1988) menggambarkan perceived social
support sebagai dukungan yang diterima individu yang didapakan dari orang
terdekat. Dukungan yang dapat berasal dari keluarga, teman dan dukungan dari
individu penting lainnya yang ada di sekitar individu. Dukungan ini dapat
meningkatkan kemampuan individu dalam menghadapi kesulitan yang
dihadapinya.
Aksüllü, Tan dan Karabulut (2004:2005) perceived social support
didefinisikan sebagai dukungan yang diambil dari keluarga, teman, tetangga dan
institusi. Dukungan sosial ini dapat meningkatkan dinamika psikologis, dan
membantu individu dalam dimensi kontribusi afektif, fisik, kognitif. Secara
umum, dukungan sosial dalam pandangan bantuan fisik dan psikologis kepada
individu secara khusus, menyediakan kebutuhan sosial dasar individu seperti
cinta dan kesetiaan.
Dalam penelitian ini, penulis mengambil teori Zimet, Dahlem, Zimet dan
Farley (1988) perceived social support adalah dukungan yang diterima individu
yang didapakan dari orang orang terdekat individu. Dukungan tersebut meliputi
dukungan keluarga, dukungan dari teman dan dukungan dari orang penting
26
lainnya yang ada di sekitar individu. Dukungan ini dapat meningkatkan
kemampuan individu dalam menghadapi kesulitan yang dihadapinya.
2.3.2 Dimensi Perceived Sosial Support
Menurut Cutrona dan Russel (1987) social support terdiri dari 6 dimensi, yaitu:
1. Attachment yaitu dukungan yang memungkinkan individu memperoleh
kedekatan secara emosional. Kedekatan ini dapat menimbulkan rasa aman
bagi yang menerima.
2. Social integration yaitu dukungan ini memungkinkan individu dukungan
jenis ini memiliki perasaan terhadap suatu kelompok. Perasaan yang
memungkinkan bagi individu untuk berbagi minat, perhatian, serta
melakukan kegiatan yang bersifat rekreatif bersama. Hubungan tersebut dapat
memberikan keamanan kenyamanan dan kesenangan.
3. Reassurance of worth yaitu dukungan ini bebentuk adanya pengakuan dalam
bentuk dukungan dan penghargaan dari kemampuan atau keahliannya yang
datang dari orang lain. Sumber dukungan ini datang dari keluarga atau tempat
individu bekerja
4. Reliable alliance yaitu dukungan berupa jaminan bahwa ada individu yang
dapat diandalkan bantuannya ketika individu membutuhkan bantuan.
Dukungan ini pada umunya bersumber atau diberikan oleh keluarga.
5. Guidance yaitu dukungan yang memungkinkan individu mendapatkan
informasi, saran dan nasihat yang dibutuhkan individu untuk menghadapi
masalahnya. Sumber dari dukungan ini pada umumnya datang dari guru,
mentor dan orang tua
27
6. Opportunity for nurturance yaitu dukungan ini berbentuk perasaan bahwa
individu merasa dibutuhkan oleh orang lain.
Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley (1988) menggambarkan perceived social
support sebagai diterimanya dukungan yang diberikan oleh orang orang terdekat
individu yaitu:
1. Dukungan keluarga yaitu bantuan yang diberikan oleh keluarga kepada
indiuvidu. Dukungan yang dimaksud seperti membantu dalam membuat
keputusan maupun kebutuhan secara emosional. Indikator dari dukungan
keluarga yaitu merasa nyaman bersama keluarga, bantuan dari keluarga dan
perasaan bernilai bagi keluarga.
2. Dukungan teman yaitu bantuan yang diberikan oleh teman seperti membantu
dalam kegiatan sehari hari ataupun bantuan dalam bentuk lainnya. Indikator
dari dukungan teman yaitu perasaan nyaman bersama teman, mendapat
bantuan ketika kesulitan, perasaan bernilai bagi teman.
3. Signifinat others dalam hal ini adalah atasan yaitu bantuan yang diberikan
atasan yang memiliki nilai kerartian bagi individu seperti menjadikan indivdu
merasa nyaman dan dihargai. indikator dari significant others yaitu perasaan
nyaman bersama atasan, saran dari atasan, bantuan dari atasan, perasaan
bernilai bagi atasan.
Sarafino dan Smith (2011) membagi bentuk dukungan social menjadi empat
bentuk:
28
1. Dukungan emosional, mengacu pada bantuan berbentuk empati, kepedulian
dan perhatian. Dukungan emosional memberikan kenyamanan dan kepastian
yang akan menimbulkan rasa memiliki dan dicintai.
2. Dukungan instrumental, dukungan ini dalam bentuk penyediaan barang dan
jasa yang dapat digunakan individu untuk memcahkan masalahnya secara
praktis. Contohnya: peminjaman perahu untuk mencari nafkah
3. Dukungan informasi, dukungan ini berbentuk pemberian informasi yang
dapat berupa nasihat, saran atau cara cara untuk memecahkan masalah.
4. Dukungan kelompok sosial, berbentuk dukungan positif dari lingkungan
sekitar, yang menjadikan individu merasa memiliki teman yang merasakan
apa yang individu rasakan dalam sebuah kelompok yang memiliki kesamaan
minat atau aktivitas sosial.
Disisi lain Malecky dan Demaray (2002) menekankan dimensi social support
yang berasal dari sumber sumber dukungan social itu sendiri yaitu family
(keluarga), friends (teman) dan significant others (dukungan orang penting
lainnya).
Dalam penelitian penulis menggunakan dimensi dari Zimet, Dahlem, Zimet
dan Farley (1988) terdiri dari tiga dimensi yaitu dukungan keluarga, teman dan
significant others. Dimensi ini digunakan karena menggambarkan subjek
penelitian. Dimensi dari perceived social support ini dimiliki oleh nelayan yang
penulis jadikan subjek penelitian.
29
2.3.3 Pengukuran Perceived Social Support
Untuk mengukur variabel perceived social support, penulis mengadaptasi alat
ukur MSPSS (Multidimensional Scale of Perceived Social Support) dari Dahlem,
Zimet dan Walker (1991). Alat ukur ini digunakan karena sesuai dengan sumber-
sumber yang akan peneliti teliti yaitu keluarga, teman and significant others
(Zimzet, Gregory, Dahlem, Zimzet, & Farley, 1988). MSPSS terdiri dari tiga
dimensi dan 12 item. Selanjutnya penulis mengadaptasi kedalam bahasa
Indonesia serta akan ada penyesuaian norma yang berlaku dilokasi setempat.
Adapun indikator dari dukungan keluarga yaitu merasa nyaman bersama
keluarga dan bantuan dari keluarga. Indikator dari dukungan teman yaitu
perasaan nyaman bersama teman, mendapat bantuan ketika kesulitan, mendapat
bantuan dari teman. indikator dari significant others yaitu perasaan nyaman
bersama atasan, saran dari atasan, dan bantuan dari atasan.
2.4 Syukur
2.4.1 Pengertian Syukur
Syukur atau kebersyukuran dalam ilmu psikologi seringkali disebut dengan
istilah gratitude. The Oxford English Dictionary (1989) mendefinisikan gratitude
sebagai suatu kualitas atau kondisi merasa berterima kasih, atau apresiasi yang
berarah pada pengembalian kebaikan (dalam Emmons, 2004). Kata gratitude
diambil dari bahasa Latin ‘gratia’ yang berarti menyukai, serta ‘gratus’ yang
berarti memuji. Turunan dari berbagai istilah latin ini mengarah kepada
pengertian tentang sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh kebaikan,
kemurahan hati, keindahan dari memberi dan menerima, atau mendapatkan
sesuatu dari yang tidak ada apa-apa (Emmons & Mccullough, 2004).
30
Syukur adalah perasaan mengenai apresiasi atas kebaikan yang diterima,
tidak merasa kekurangan, mengetahui kontribusi dari orang lain dan
mengapresiasi kesenangan sederhana (Watkins, Woodward, Stone, & Kolts,
2003). Bersyukur memiliki korelasi dengan kebahagiaan subjektif (subjective
well-being). Individu yang bersyukur akan menunjukkan peningkatan mood yang
positif. Menurut Wood et al., (2009), menyatakan kebersyukuran adalah bentuk
ciri pribadi yang berpikir positif, mempresentasikan hidup menjadi lebih positif.
Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang mengajarkan individu untuk selalu
berfikir positif. Dalam Q.s Luqman: 12 Allah SWT berfirman “Dan barangsiapa
yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
sendiri, dan barang siapa tidak bersyukur, sesungguhnya Allah Maha kaya lagi
Maha Terpuji” (QS. Luqman: 12).
Pada penelitian ini, penulis menggunakan teori syukur dari Watkins,
Woodward, Stone dan Kolts (2003). Syukur adalah perasaan mengenai apresiasi
atas kebaikan yang diterima, tidak merasa kekurangan, mengetahui kontribusi
dari orang lain dan mengapresiasi kesenangan sederhana. Bersyukur memiliki
korelasi dengan kebahagiaan subjektif (subjective well-being). Individu yang
bersyukur akan menunjukkan peningkatan mood yang positif.
2.4.2 Dimensi Syukur
McCullough, Emmons dan Tsang (2002) menjelaskan terdapat empat dimensi
syukur yaitu intensity (intensitas), frequency (kekerapan), span (rentang), dan
density (ketumpatan).
31
Watkins, Woodward, Stone dan Kolts (2003) menjelaskan tiga dimensi
syukur yaitu sense of abudance, simple appreciation dan appreciation for others.
1. Sense of Abundance
Individu yang memiliki kecenderungan bersyukur tinggi akan merasa puas
dengan yang dimiliki dalam hidup. Individu tidak merasa kekurangan sesuatu,
merasa apa yang dimiliki sudah cukup dan berguna. Indikator dari dimensi sense
of abundance yaitu merasa cukup dan memiliki perasaan positif.
2. Simple Appreciation
Individu yang memiliki kecenderungan bersyukur yang tinggi menikmati dan
menghargai sesuatu yang sudah sering atau mudah dimiliki oleh kebanyakan
orang. Contoh dari menikmati hal yang simpel adalah makanan, teknologi,
tempat tinggal, dan sebagainya. Indikator dari dimensi simple appreciation yaitu
menghargai sesuatu yang kecl.
3. Appreciation for others
Individu yang cenderung bersyukur menghargai pemberian dan bantuan yang
diberikan orang lain dalam hidupnya. Hal tersebut didukung oleh McCullough
(dalam Watkins, 2003) yang menekankan bahwa perasaan bersyukur muncul
salah satunya dikarenakan kontribusi orang lain terhadap individu. Indikator dari
dimensi appreciation of others yaitu menghargai pemberian dan bantuan orang
lain.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan dimensi syukur yang diungkapkan
oleh Watkins, Woodward, Stone dan Kolts (2003) yang terdiri dari 3 dimensi
yaitu sense of abudance, simple appreciation dan appreciation for others.
32
2.4.3 Pengukuran Syukur
1. The Gratitude Questionnaire-Six Item Form (GQ-6) oleh McCullough,
Emmons, dan Tsang (2002). Penyataan pada kuesioner tersebut terdiri dari
empat item dan empat dimensi rasa syukur. Adapun dimensi dari GQ-6 yaitu
intensity (intensitas), frequency (kekerapan), span (rentang), dan density
(ketumpatan).
2. The Gratitude Resentment and Appreciation Test (GRAT) dari Watkins,
Woodward, Stone dan Kolts (2003) yang terdiri 44 item dan tiga dimensi
yaitu sense of abudance, simple appreciation dan appreciation for others.
GRAT yang direvisi telah terbukti memiliki konsistensi internal yang baik,
validitas faktorial, validitas konstruk, dan stabilitas temporal (Watkins,
Woodward, Stone, & Kolts, 2003).
Pada penelitian ini, penulis mengadaptasi alat ukur GRAT (Watkins,
Woodward, Stone, & Kolts, 2003) yang terdiri dari 44 item dan tiga dimensi
yaitu sense of abudance, simple appreciation dan appreciation for others. Dari
44 item penulis hanya menggunakan 18 item yang disesuaikan dengan responden
yang digunakan dalam penelitian.
2.5 Faktor Demografi
Demografi merupakan istilah yang berasal dari dua kata Yunani, yaitu demos
yang berarti rakyat atau penduduk dan graphein yang berarti menggambar atau
menulis. Oleh karena itu, variabel demografi dapat diartikan sebagai tulisan atau
gambaran tentang penduduk/sampel, terutama tentang pendapatan, perkawinan,
kematian dan migrasi. Demografi meliputi studi ilmiah tentang jumlah,
33
persebaran geografis, komposisi penduduk, serta bagaimana faktor-faktor ini
berubah dari waktu kewaktu (Archille, 1855).
Demografi adalah ilmu yang memberikan gambaran secara statistik tentang
penduduk. Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi tinggi rendahnya
statistik data penduduk, yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi (Hanum, 1997).
Adapun faktor demografi yang dibahas dalam penelitian ini yaitu usia,
pendapatan dan pengeluaran serta status pernikahan.
2.5.1 Usia
Usia adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun. Individu yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Usia dapat menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif nelayan secara
langsung atau tidak langsung bersama variabel lain. Menurut Diener et al., (2005)
umur dan jenis kelamin memiliki hubungan terhadap kesejahteraan subjektif
(subjective wellbeing), namun pengaruhnya bergantung kepada dari strategi sudut
komponen dari kesejahteraan subjektif yang akan diukur.
2.5.2 Pendapatan dan Pengeluaran
Diener (2005) menjelaskan bahwa efek faktor demografis seperti: pendapatan,
pengangguran, pengeluaran, status pernikahan, umur, jenis kelamin, pendidikan
dan ada tidaknya anak biasanya berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif.
Faktor demografis membedakan antara individu yang merasakan tingkat
kesejahteraan subjektif sedang tingkat kesejahteraan subjektif tinggi. Shimeles
(2005) mengatakan tiga cara untuk mengukur status sosio-ekonomi yaitu dengan
mengukur penghasilan dan pengeluaran. Pengukuran melalui pengeluaran akan
34
akurat jika ditanyakan secara rinci pengeluaran untuk berbagai keperluan spesifik
pada jangka waktu tertentu (Ariawan, 2006).
2.5.3 Status Pernikahan
Pernikahan adalah satu bentuk interaksi antara manusia. Menikah juga
didefinisikan sebagai hubungan pria dan wanita yang diakui dalam masyarakat
yang melibatkan hubungan seksual, adanya penguasaan dan hak mengasuh anak.
Saling mengetahui tugas masing-masing sebagai suami dan istri dan sebagai
upacara pengakuan dan pernyataan menerima kewajiban baru dalam tata susunan
masyarakat (Hanum, 1997).
2.5.4 Pengukuran Faktor Demografi
Dalam mengukur faktor demografi (usia, pendapatan, pengeluaran) penulis
menanyakan secara detail dan langsung dicantumkan pada kuisioner. Sudarsono
(1990) pendapatan ditanyakan secara langsung dalam jumlah uang atau upah
yang dibawa pulang serta bentuk lain sebagai hasil kerja. Shimeles (2005)
mengatakan tiga cara untuk mengukur status sosio-ekonomi yaitu dengan
mengukur penghasilan dan pengeluaran. Pengukuran melalui pengeluaran akan
akurat jika ditanyakan secara rinci pengeluaran untuk berbagai keperluan spesifik
pada jangka waktu tertentu (Ariawan, 2006).
2.6 Kerangka berpikir
Nelayan merupakan salah satu profesi mulia yang sudah ada dari zaman dahulu,
sejak manusia berhasil menciptakan beragam alat untuk menangkap ikan.
Sayangnya, masih banyak nelayan dan anggota keluarganya belum sejahtera di
berbagai daerah terutama Palabuhanratu karena mereka termarjinalkan dalam
dimensi finansial atau perbankan modern. Pelukis abad ke-19 asal Belanda
35
Vincent Van Gogh (1880) pernah menyatakan bahwa nelayan adalah orang yang
mengetahui bahaya badai lautan, tetapi tidak pernah menganggap badai sebagai
alasan untuk tetap berada di tepi pantai
Kesejahteraan subjektif pada nelayan sangat erat kaitannya dengan faktor
yang dapat mempengaruhinya seperti perceived social support, hope dan syukur.
Menurut Diener et al., (1999) kesejahteraan subjektif adalah evaluasi inidividu
tentang kehidupan termasuk penilaian kognitif terhadap kepuasan hidupnya serta
penilaian afektif terhadap emosi yang dirasakannya. Individu menilai kehidupan
dalam penilaian kognitif dan afektif yang dirasakan. Dalam kehidupan nelayan,
individu memberi penilaian terhadap kehidupannya sepanjang perjalanan
hidupnya.
Dalam menunjang terciptanya individu dengan kesejahteraan subjektif, maka
yang diperlukan bukan hasil dari kehidupannya melainkan proses yang
mengantarkan individu pada tujuannya, sehingga individu merasa puas terhadap
sesuatu yang telah dicapainya. Dalam kehidupan nelayan proses ini digunakan
dalam mencari nafkah. Proses yang dimaksud adalah karakter yang dimiliki
individu dalam menjalankan kehidupannya dalam hal ini adalah hope.
Hope adalah bentuk kepercayaan bahwa sesuatu yang diinginkan akan
mampu dicapai, atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan dimasa yang akan
datang. Dalam mencari nafkah tidak jarang nelayan menemukan permasalahan
seperti musim ikan yang tidak selalu stabil. Akan tetapi dengan adanya hope ini
menjadikan nelayan tetap bergerak atau melaut demi memenuhi kebutuhan
hidupnya pada hari itu. Fokus dalam hope ini adalah keyakinan yang dimiliki
36
nelayan bahwa hari ini pasti membawa hasil berupa uang untuk dibawa pulang ke
rumah. Dengan pemaparan diatas maka terpenuhilah dimensi hope yang penulis
gunakan dalam penelitian ini yaitu agency dan pathways
Dalam proses memenuhi kebutuhannya, tentu individu membutuhkan social
support. Menerima dukungan atau bantuan dari orang lain terkadang membuat
penerima bantuan dianggap kurang mampu mengatasi masalahnya sendiri, yang
dapat mengakibatkan self-esteem yang rendah (Sarafino & Smith, 2011).
Konsekuensi negatif inilah yang menjadi alasan bahwa manfaat kesehatan yang
diterima dari persepsi individu menjadi prediktor yang lebih baik daripada
dukungan yang benar-benar diterima (Sarafino & Smith, 2011).
Hipkins, Whitworth, Tarrier, dan Jayson (2004) mengemukakan bahwa
individu lebih rentan terhadap gangguan mood seperti depresi dan kecemasan
ketika tidak merasakan perceived social support. Banyak studi psikologis
menunjukkan bahwa bahkan persepsi dukungan sosial kita, ketika pada tingkat
tinggi, dapat menjadi faktor pelindung penting penyakit jiwa (Kleiman &
Riskind, 2012). Studi terbaru menunjukkan bahwa perceived social support
melindungi individu dari bunuh diri, impulsif, dan juga mengurangi stres selama
peristiwa kehidupan penting (You, Orden, & Conner, 2012). Dalam MSPSS
perceived social support difokuskan kedalam tiga dimensi menurut Zimet et al.,
(1988) yang diadaptasi dari teori Malecky dan Demaray (2002; 2006) yaitu
family, friends dan significant others.
Dalam sebuah penelitian terhadap 1.245 orang Amerika Latin, Eropa, dan
Asia, Campos et al., (2014) menemukan bahwa tingkat dukungan sosial keluarga
37
yang lebih tinggi berkaitan dengan kesehatan mental yang lebih baik. Para periset
menyarankan bahwa ketika orang menghargai keluarga dan hubungan erat yang
terkait, kesehatan psikologis mereka diuntungkan oleh proses ini. Selanjutnya,
Sivrikaya, Kaya, dan Ozmutlu (2013) mengemukakan bahwa persahabatan dan
hubungan dengan orang lain juga berperan dalam meningkatkan kesehatan
mental. Individu dengan tingkat perceived social support tinggi dalam
persahabatan memecahkan masalah dengan lebih mudah, dan karena itu berisiko
lebih rendah untuk penyakit jiwa.
Individu yang bersyukur tidak sekedar mengucapkan terima kasih kepada
Tuhan namun juga merasakan nikmat yang luar biasa ketika mengucapkannya.
Syukur dalam penelitian ini lebih mengarah ke syukur secara horizontal yang
artinya, syukur yang diwujudkan kepada sesama manusia. Bersyukur juga
membuat individu pasrah dalam menjalani hidup namun tetap berusaha sebaik
mungkin dalam menjalani kehidupannya (Listiyandin, Nathania, Syahniar, Sonia,
& Nadya, 2015). Bersyukur membuat individu akan memiliki pandangan yang
lebih positif dan perspektif secara lebih luas mengenai kehidupan, yaitu
pandangan bahwa hidup adalah suatu anugerah (Peterson dan Seligman, 2004).
Menurut Watkins (2003) syukur terbagi menjadi tiga yaitu sense of abudance,
simple apreciation dan apreciation for others.
Akankah uang mendatangkan kebahagiaan? Pertanyaan ini telah menarik
perhatian dari para ekonom dalam beberapa tahun terakhir, tetapi jawaban pasti
tetap sulit dipahami. Studi yang menganalisis data cross-sectional pada tingkat
individu secara konsisten menemukan bahwa kepuasan hidup atau kebahagiaan
38
(kesejahteraan subjektif) meningkat secara signifikan dengan pendapatan dan
pengeluaran, bahkan setelah mengendalikan faktor-faktor lain (clark et al., 2005).
Adapun faktor lainnya juga menyumbang pengaruh seperti pendapatan dan
pengeluaran, status pernikahan dan usia.
Individu yang telah menikah memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang lebih
tinggi dibandingkan dengan individu yang belum menikah (Diener, Gohm, Suh,
& Oishi, 2000). Pernikahan menjadikan individu memiliki dukungan sosial,
moral, serta finansial yang dapat membantu individu dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi. selain itu, individu yang menikah memiliki
intergrasi sosial berupa penerimaan sosial yang lebih tinggi daripada individu
yang belum menikah (Amanto & Dush, 2005). Akan tetapi, Diner dan Lukas
menjelaskan bahwa kesejahteraan subjektif individu yang menikah akan menurun
ketika individu bercerai dan kurang memiliki penghasilan yang baik (Biswas-
Diener, 2008)
39
2.7 Hipotesis Penelitian
2.7.1 Hipotesis Mayor
Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi hope, perceived social support
(keluarga, teman, significant other), syukur dan faktor demografi
(pendapatan, pengeluaran, status pernikahan, usia) terhadap kesejahteraan
subjektif nelayan.
2.7.2 Hipotesis Minor
Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan hope terhadap kesejahteraan subjektif
nelayan.
Ha2: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi family pada variabel perceived
social support terhadap kesejahteraan subjektif nelayan.
Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi friends variabel pada perceived
social support terhadap kesejahteraan subjektif nelayan.
Ha4: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi significant others (atasan) pada
variabel perceived social support terhadap kesejahteraan subjektif nelayan.
Ha5: Terdapat pengaruh yang signifikan variabel syukur terhadap kesejahteraan
subjektif nelayan.
Ha6: Terdapat pengaruh yang signifikan pendapatan pada variabel faktor
demografi terhadap kesejahteraan subjektif nelayan.
Ha7: Terdapat pengaruh yang signifikan pengeluaran pada variabel faktor
demografi terhadap kesejahteraan subjektif nelayan.
Ha8: Terdapat pengaruh yang signifikan status pernikahan pada variabel faktor
demografi terhadap kesejahteraan subjektif nelayan.
Ha9: Terdapat pengaruh yang signifikan usia pada variabel faktor demografi
terhadap kesejahteraan subjektif nelayan
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah nelayan yang berada di Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi. Jumlah populasi nelayan di Palabuhanratu tidak
teridentifikasi jumlahnya secara pasti. Karakteristik populasi pada penelitian ini
yaitu individu yang berprofesi sebagai nelayan. Sampel penelitian yang penulis
gunakan yaitu 240 sampel. Menggunakan teknik non probability sampling
artinya anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama
untuk dijadikan sampel. Teknik non probability sampling yang penulis gunakan
yaitu accidental sampling. Teknik accidental sampling adalah teknik sampling
yang menentukan pengambilan sampel dengan cara memilih langsung responden
dilapangan yang sesuai dengan kriteria dan tujuan penelitian.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Adapun variabel penelitian yang penulis gunakan terdiri dari variabel dependen
dan variabel independen.
Variabel Dependent (Y) : Kesejahteraan Subjektif
Variabel Independent(X1) : Hope
Variabel Independent (X2) : Keluarga pada Perceived Social Support
Variabel Independent (X3) : Teman pada Perceived Social Support
Variabel Independent (X4) : Significant Other pada Perceived Social Support
Variabel Independent (X5) : Syukur
Variabel Independent (X6) : Pendapatan pada Faktor Demografi
Variabel Independent (X7) : Pengeluaran pada Faktor Demografi
41
Variabel Independent (X8) : Status Pernikahan pada Faktor Demografi
Variabel Independent (X9) : Usia pada Faktor Demografi
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Kesejahteraan subjektif adalah gambaran tingkat pengalaman individu
berdasarkan evaluasi subjektif tentang kehidupan mereka baik emosi positif
dan negatif, termasuk penilaian dan perasaan tentang kepuasan hidup (Diener,
2009). Alat ukur kesejahteraan subjektif penulis mengadaptasi skala
Flourishing Scale (Diener, et al., 2009) yang terdiri dari delapan item serta
memberikan skor kesejahteraan psikologis tunggal. Selain itu, penulis
mengadaptasi skala Scale of Positive and Negative Experience (Diener, et al.,
2009) untuk mengukur domain afeksi yang berjumlah 12 item. Enam item
untuk mengukur afek positif meliputi perasaan bahagia, semangat dan fokus
terhadap perhatian. Adapun enam item mengukur afek negatif yang meliputi
kesedihan, kecemasan dan mudah tersinggung
2. Hope menurut Snyder (1996) adalah sekumpulan proses kognitif berdasarkan
pada hubungan timbal balik antara kemauan (agency) dan jalan (pathways)
untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian ini, penulis mengadaptasi alat ukur
State Hope Scale (SHS) dikembangkan oleh Snyder (1996) yang terdiri dari 8
item dan 2 dimensi. Adapun dimensi pertama yaitu pathway yang meliputi
perencanaan untuk mencapai tujuan. Dimensi kedua yaitu agency meliputi
kemampuan untuk mencapai tujuan. State Hope Scale (SHS) memiliki nilai
alpha Cronbach .76-.90
42
3. Perceived Social Support adalah dukungan yang diterima individu yang
didapatkan dari orang orang terdekat individu meliputi dukungan keluarga,
dukungan dari teman dan dukungan dari orang penting lain (Zimzet, Gregory,
Dahlem, Zimzet, & Farley, 1988). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
alat ukur alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support
(MSPSS) dari Dahlem, Zimet dan Walker (1991). MPSS terdiri dari tiga
dimensi dan 12 item.
Adapun dimensi MPSS, pertama keluarga dengan indikator perasaan
nyaman bersama keluarga, bantuan dari keluarga dan perasaan bernilai bagi
keluarga. Kedua yaitu teman denga indikator perasaan nyaman bersama teman
, bantuan dari teman dan perasaan bernilai bagi teman. Ketiga yaitu significant
others (atasan) dengan indikator perasaan nyaman bersama atasan, saran dari
atasan, bantuan dari atasan dan perasaan bernilai bagi atasan.
4. Syukur adalah perasaan mengenai apresiasi atas kebaikan yang diterima, tidak
merasa kekurangan, mengetahui kontribusi dari orang lain dan mengapresiasi
kesenangan sederhana (Watkins, Woodward, Stone, & Kolts, 2003). Dalam
penelitian ini, penulis mengadaptasi skala The Gratitude Resentment and
Appreciation Test (GRAT) dari Watkins, Woodward, Stone dan Kolts, (2003).
GRAT terdiri dari 18 item dan tiga dimensi.
Adapun dimensi GRAT yaitu sense of abudance dengan indikator merasa
cukup dan perasaan positif. Simple appreciation dengan indikator menghargai
hal yang sederhana. Appreciation for others dengan indikator menghargai
pemberian dan bantuan orang lain.
43
5. Faktor demografi adalah ilmu yang memberikan gambaran spesifik tentang
penduduk (Hanum, 1997). Diener (2005) menjelaskan bahwa efek faktor
demografi seperti pendapatan dan pengeluaran, status pernikahan, umur
biasanya berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif. Faktor demografi
membedakan antara individu yang memiliki tingkat kesejahteraan subjektif
sedang dan individu yang memiliki tingkat kesejahteraan subjektif tinggi
(Diener, 2005).
Dalam penelitian ini penulis membagi tingkatan pendapatan dan pengeluaran
menjadi tiga yaitu:
a. Pedapatan rendah (0 - 2 juta) dan Pengeluaran rendah (0-3 juta)
b. Pendapatan sedang (2,1- 5 juta) dan Pengeluaran sedang (3,1-5 juta)
c. Pendapatan tinggi (5,1 – 20 juta) dan pengeluaran tinggi (5,1-10 juta)
Dalam penelitian ini penulis membagi status pernikahan menjadi dua yaitu:
a. Menikah
b. Belum menikah
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Instrument yang digunakan dalm penelitian ini adalah instrument baku yang telah
dikembangkan oleh peneliti lain. Instrumen yang diadaptasi adalah Flourishing
scale (FS), SPANE (Scale of Positive and Negative Experience), State Hope
Scale (SHS), Multidimensional scale of perceived social support (MSPSS) dan
The Gratitude Resentment and Appreciation Test (GRAT). Penulis kemudian
menerjemahkan item dalam instrument tersebut kedalam bahasa Indonesia.
Untuk mengukur variabel penelitian ini, penulis menggunakan skala model likert
44
yang telah dimodifikasi, yaitu dengan dihilangkannya jawaban netral agar
mendorong responden untuk memilih dan memutuskan respon negatif ataupun
positif sehingga terlihat central tendency dari jawaban responden. Pada penelitian
ini terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable
Tabel 3.1 Penilaian
Pernyataan Favorable dan Unfavorable
Kategori Responden STS TS S SS
Favorable 1 2 3 4
Unfavorable 4 3 2 1
Dalam penelitian ini, responden akan diberikan skala yang terdiri dari bagian
pengantar. Bagian kedua dan bagian ketiga.
1. Bagian pengantar terdiri dari nama penulis, tujuan penelitian, kerahasiaan
jawaban dan ucapan terimakasih.
2. Bagian kedua yang terdiri dari identitas responden yaitu inisial, nama, usia,
jumlah anak/tanggungan, status, suku, pendidikan, pendapatan dan
pengeluaran.
3. Bagian ketiga yaitu bagian inti yang berisi alat ukur skala kesejahteraan
subjektif, skala hope, perceived social support, dan skala syukur.
3.3.1 Skala Kesejahteraan Subjektif
Pada penelitian kesejahteraan subjektif, penulis mengadaptasi Flourishing Scale
(Diener, et al., 2009) terdiri dari 8 item untuk mengukur komponen kognitif dan
SPANE (Scale of Positive and Negative Experience) yang terdiri dari 12 item
untuk mengukur komponen afektif positif 6 item dan negatif terdiri dari 6 item
yang dimodifikasi oleh Diener dan Robert Biswas (2009). Adapun dimensi dari
skala kesejahtreaan subjektif yaitu dimensi kognitif dan dimensi afektif.
45
Tabel 3.2 Blueprint Skala Kesejahteraan Subjektif
No Dimensi Indikator Item Jumlah
1 Kognitif - Merasa puas dengan kehidupan
secara umum
- Merasa puas dengan kehidupan
secara khusus
1,2,3,4
5,6,7,8
4
4
2
Afek
Positif
- Memiliki perasaan bahagia
- Bersemangat melakuan sesuatu
- Perasaan positif
13, 15
18,20
9, 11
2
2
2
Afek
Negatif
- Merasakan kesedihan
- Kecemasan
- Mudah tersinggung
12, 16
10, 14
17,19
2
2
2
Jml 20 20
3.3.2 Skala Hope
Pada penelitian ini, penulis mengadaptasi dan memodifikasi State Hope Scale
(SHS) dikembangkan oleh Snyder (1996) yang terdiri dari 8 item asli dan 2
dimensi yaitu pathway dan agency denga nilai alpha Cronbach .7 6-.90.
Tabel 3.3 Tabel Blueprint Skala Hope
No Dimensi Indikator Item Jumlah
1. Pathways - Perencanaan untuk
mencapai tujuan.
8,14,16,18 4
2. Agency - Kemampuan untuk
mencapai tujuan.
11,13,15,17 4
Jumlah 8 8
3.3.3 Skala Perceived Social Support
Pada penelitian ini, penulis mengadaptasi MSPSS (Multidimensional Scale of
Perceived Social Support) dari Dahlem, Zimet dan Walker (1991). Alat ukur ini
digunakan karena sesuai dengan sumber-sumber yang akan penulis gunakan
46
dalam penelitian yaitu families, friends and significant others (Zimzet, Gregory,
Dahlem, Zimzet, & Farley, 1988) yang terdiri dari 12 item.
Tabel 3.4 Tabel Blueprint Skala Perceived Social Support
No Dimensi Indikator Item Jumlah
1 Keluarga - Perasaan nyaman bersama
keluarga
- Kebersamaan bersama keluarga
- Bantuan dari keluarga
- Perasaan bernilai bagi keluarga
1
2
3
4
1
1
1
1
2 Teman - Perasaan nyaman bersama
atasan
- Bantuan dari teman
- Perasaan bernilai bagi teman
- Perhatian positif dari teman
5
6
7
8
1
1
1
1
3 Atasan - Perasaan nyaman bersama
atasan
- Saran dari atasan
- Bantuan dari atasan
- Perasaan bernilai bagi atasan
9
10
11
12
1
1
1
1
Jumlah 12 12
3.3.4 Skala Syukur
Pada penelitian ini, penulis mengadaptasi alat ukur The Gratitude Resentment
and Appreciation Test (GRAT) (Watkins, Woodward, Stone, & Kolts, 2003)
yang terdiri dari 44 item dan tiga dimensi yaitu sense of abudance, simple
appreciation dan appreciation of others. Dari 44 item penulis hanya
47
menggunakan 18 item yang disesuaikan dengan responden yang digunakan
dalam penelitian.
Tabel 3.5 Tabel Blueprint Skala Syukur
No Dimensi Indikator Item Jumlah
1. Sense of
Abundance
- Merasa cukup
- Memiliki perasaan
3,11,12,14,
16, 18
6
2. Simple
Apreciation
- Mengapresiasi hal
sederhana
1,2,10,13, 15,17 6
3. Appreciation for
other
- Menghargai pemberian
- Menghargai bantuan
orang lain
4,6,7
8,95
3
3
Jumlah 18 18
3.4 Uji Validitas
Untuk menguji alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian, penulis
menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Adapun langka-langkah
untuk mendapatkan kriteria item yang baik dalam CFA menurut Umar (dalam
Alawiyah, 2010):
1. Lakukan uji CFA dengan model satu faktor, lihat nilai P-value yang
dihasilkan. Jika P-value tidak signifikan (P > 0.05), maka item hanya
mengukur satu faktor saja, tetapi jika P-value yang dihasilkan signifikan (P <
0.05), maka perlu dilakukan uji sesuai langkah berikutnya.
2. Jika P-value signifikan (P < 0.05) maka dilakukan modifikasi model
pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan
pengukuran. Hal ini terjadi saat suatu item selain mengukur konstruk ingin
diukur, tetapi item ini juga mengukur lebih dari satu konstruk atau
multidimensional. Setelah beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk
saling berkorelasi maka akan diperoleh model yang fit, maka model yang
terakhir inilah yang digunakan pada langkah selanjutnya.
48
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka analisis item dilanjutkan dengan
melihat muatan faktor setiap item signifikan dan mempunyai koefisien yang
positif. Untuk melihat signifikan atau tidaknya setiap item dalam pengukuran
faktor ini, yaitu dengan cara melihat nilai dari t-value dan koefisien muatan
faktor tersebut. Jika t-value > 1.96 maka item signifikan dan tidak akan di-
drop dan begitu pula sebaliknya.
4. Selain itu juga perlu dilihat apakah ada item yang muatan faktornya negatif.
Dalam hal ini jika ada item pernyataan yang negatif, maka saat penskoran
pada item arah skornya diubah menjadi positif. Jika setelah diubah arah
skornya masih terdapat item dengan muatan faktor negatif, maka item akan di-
drop.
5. Selanjutya, melihat kesalahan pengukuran yang berkorelasi. Apabila
menemukan item dengan banyak kesalahan pengukuran yang berkorelasi
dengan banyak item lain, maka hal ini berarti item tersebut selain mengukur
satu hal, juga mengukur hal lainnya, sehingga item seperti ini juga dapat di-
drop karena bersifat multidimensional yang sangat kompleks.
6. Setelah melakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan olah data
untuk mendapatkan faktor skornya. Olah data dilakukan dengan menggunakan
SPSS dengan ketentuan tidak mengikut sertakan skor mentah dari item yang
sudah di drop.
7. Setelah proses mendapatkan faktor skor dilakukan, kemudian ditransform
dalam skala t-score (true score) dengan menggunakan formula berikut:
(10*Factor Score) + 50
49
Faktor skor yang masih mengandung angka negatif harus di transform
menjadi true score dengan mean = 50 dan standard deviation (SD) = 10
8. Setelah diperoleh true score (T-score) dari masing-masing variabel, maka
dilakukan analisis regresi. Dalam penulisan ini menggunakan analisis regresi
berganda (multiple regression analysis).
Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis adalah hasil pengukuran dalam
bentuk skor faktor seperti yang diperoleh pada langkah keempat dalam
melakukan uji validitas CFA di atas, kecuali untuk variabel usia, tingkat
pendidikan, status perkawinan. Adapun uji validitas alat ukur akan dipaparkan
pada sub bab berikut ini:
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Kesejahteraan Subjektif
Penulis menguji apakah 20 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur kesejahteraan subjektif. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan chi-square = 1646.00, df =
170, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.202. oleh sebab itu peneliti melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya maka, diperoleh model fit.
Dari gambar diatas nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
signifikan) yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh aitem mengukur satu faktor saja yaitu kesejahteraan
subjektif. Selanjutnya penulis melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau diterima. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil dengan tentang
50
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti terlihat pada tabel 3.6 berikut ini:
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Kesejahteraan Subjektif
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0.14 0.07 2.00 √
2. 0.41 0.04 9.63 √
3. 0.63 0.04 15.05 √
4. 0.47 0.05 10.06 √
5 0.48 0.04 12.16 √
6 0.84 0.05 17.80 √
7 0.62 0.05 13.00 √
8 0.47 0.04 11.50 √
9 0.19 0.03 6.12 √
10 0.70 0.03 24.25 √
11 0.44 0.03 13.14 √
12 0.84 0.03 29.26 √
13 0.29 0.03 9.35 √
14 0.75 0.03 25.49 √
15 0.16 0.04 4.39 √
16 0.66 0.03 24.43 √
17 0.71 0.03 22.61 √
18 0.42 0.04 10.65 √
19 0.74 0.03 24.71 √
20 0.04 0.03 1.15 X
Keterangan tanda √ =signifikan (t >1.96) ; X= tidak signifikan
Dari tabel 3.6 terlihat bahwa item signifikan berjumlah 19 item dan semua
koefisien bermuatan positif. Dari tabel diatas, terlihat bahwa korelasi kesalahan
dari kesalahan dari faktor kesejahteraan subjektif. Item yang tidak bagus yaitu
item no 20 artinya item item tersebut bersifat multidimensional. Berdasarkan
hasil tersebut, maka item item tersebut akan di drop.
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Hope
Penulis menguji apakah delapan item yang ada berfifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur hope . Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-square = 185.20, df = 19, P-
value = 0.00000, RMSEA = 0.191. oleh sebeb itu peneliti melakkan modifikasi
terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebas korelasikan
51
dengan yang lainnya. Maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 13.25, df =
9, P-value = 0.15163, RMSEA = 0.044. nilai Chi-square menghasilkan P-value >
0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu hope.
Langkah selanjutnya penulis melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item
tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel dibawah ini:
3.7 Tabel Muatan Faktor Item Hope
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0.58 0.06 9.63 √
2 0.64 0.06 10.49 √
3 0.47 0.06 7.85 √
4 0.62 0.06 10.11 √
5 0.59 0.06 9.50 √
6 0.78 0.06 12.09 √
7 0.72 0.06 12.32 √
8 0.46 0.07 6.64 √
Keterangan tanda √ =signifikan (t >1.96) ; X= tidak signifikan
Dari tabel 3.7 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan semua
koefisien bermuatan positif. Dengan demikian, pada tahapan ini tidak ada item
yang di drop. Namun pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran
item yang saling berkorelasi, artinya item tersebut bersifat multidimensional pada
dirinya masing masing dan tidak hanya mengukur apa yang hendak diukur saja.
Pada pengujian ini, didapatkan bahwa korelasi kesalahan item dari faktor hope
tidak banyak. Dengan demikian secara keseluruhan tidak ada item yang di drop,
dengan kata lain semua item akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
52
3.4.3 Uji validitas Konstruk Perceived Social Support
Penulis menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur perceived social support. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi Square =
143.91, df = 51, P- value = 0.00000, RMSEA = 0.087. Penulis melakukan
modifikasi terhadap model. Kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebas
korelasikan dengan yang lainnya. Maka diperoleh model fit dengan Chi-square =
51.48, df = 39, P-value = 0.08698, RMSEA = 0.037. Nilai Chi-square
menghasilkan P-value >0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu
perceived social support.
Selanjutnya penulis melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Dimensi Perceived Social Support
No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
Keluarga
1 0.86 - - (Anchor)
2 0.79 0.13 5.89 √
3 0.89 0.13 6.62 √
4 0.96 0.15 6.32 √
Teman
5 0.41 - - (Anchor)
6 0.66 0.19 3.41 √
7 0.63 0.20 3.09 √
8 0.35 0.13 2.66 √
Atasan
9 0.89 - - (Anchor)
10 0.84 0.16 5.17 √
11 0.48 0.12 3.99 √
12 0.93 0.17 5.54 √
53
Dari tabel 3.8 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan semua koefisien
bermuatan positif. Dengan demikian, pada tahapan ini tidak ada item yang di
drop. Namun pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran item
yang saling berkorelasi, artinya item tersebut bersifat multidimensional pada
dirinya masing masing dan tidak hanya mengukur apa yang hendak diukur saja.
Pada pengujian ini, didapatkan bahwa korelasi kesalahan item dari faktor
perceived social support tidaklah banyak. Dengan demikian secara keseluruhan
tidak ada item yang di drop, dengan kata lain semua item akan dianalisis dalam
perhitungan skor faktor.
3.4.4 Uji Validitas Syukur
3.4.4.1 Dimensi Sense of Abudance
Penulis menguji apakah 6 item yang bersifat unidimensional, artinya item-
tersebut benar hanya mengukur sense of abundance. Dari hasil awal analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit dengan Chi-Square =
57.13, df = 9, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.150. Namun setelah dilakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
Square = 6.66, df = 5, P-value = 0.24714 dan RMSEA = 0.037. Artinya model
satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja
yaitu sense of abundance.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
54
setiap muatan faktor, jika nilai t >1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu
juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item sense of abundace dapat
dilihat pada tabel 3.9
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Sense Of Abundance
Keterangan: √= signifikan (t > 1.96); X= tidak signifikan (t < 1.96)
Berdasarkan tabel 3.9 terlihat bahwa seluruh item yang mengukur lack sense
of deprivation signifikan, 6 item yang signifikan dengan t > 1.96 dan bertanda
positif. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang di drop.
Sehingga ke 6 item tersebut akan diikutkan ke analisis selanjutnya.
3.4.4.2 Dimensi Simple Apreciation
Penulis menguji apakah 6 item bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur simple apreciation. Dari hasil awal analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-
Square = 104.14, df = 9, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.210. Namun setelah
dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di beberapa
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan
Chi-Square = 7.91, df = 5, P-value = 0.16121 dan RMSEA = 0.049. Artinya
model satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yaitu simple apreciation.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
No Item Faktor Loading Std. Error T-Value Sig
3
11
12
14
16
18
0.41
0.40
1.00
0.73
0.37
0.38
0.07
0.07
0.09
0.13
0.07
0.07
6.03
5.84
11.70
5.85
5.59
5.82
√
√
√
√
√
√
55
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu
juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item simple apreciation dapat
dilihat pada tabel 3.10.
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Simple Apreciation
Keterangan: √ = signifikan (t > 1.96); X= tidak signifikan (t < 1.96)
Berdasarkan tabel 3.10 terlihat bahwa seluruh item yang mengukur simple
apreciation signifikan, 6 item yang signifikan dengan t >1.96 dan bertanda
positif. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini tidak ada item yang di drop.
Sehingga seluruh item dari dimensi simple appreciation akan diikutkan ke
analisis selanjutnya.
3.4.4.3 Dimensi Appreciation for Others
Penulis menguji apakah 6 item yang bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur kecemasan kognitif. Dari hasil awal
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan
Chi-Square = 239.25, df = 9, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.327. Namun,
setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model
fit dengan Chi-Square = 1.61, df = 3, P-value = 0.65775 dan RMSEA = 0.000.
Artinya model satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur
satu faktor saja yaitu appreciation of others.
No Item Faktor Loading Std. Error T-Value Sig
1
2
10
13
15
17
0.55
0.26
0.79
0.40
0.80
0.94
0.06
0.07
0.07
0.06
0.06
0.06
8.69
3.97
11.96
6.28
12.90
15.17
√
√
√
√
√
√
56
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu
juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item appreciation for others
dapat dilihat pada tabel 3.11
Table 3.11 Muatan Faktor Item Appreciaton for Others
Keterangan: √ = signifikan (t > 1.96); X= tidak signifikan (t < 1.96)
Berdasarkan tabel 3.11 terlihat bahwa 5 item yang mengukur appreciation for
others signifikan, 5 item yang signifikan dengan t >1.96 dan bertanda positif.
Selanjutnya terlihat bahwa ada 1 item yang tidak signifikan dengan t < 1.96 dan
bertanda negatif. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini ada 1 item yang di
drop, yaitu item nomor 5. Sehingga item tersebut tidak akan diikut sertakan ke
analisis selanjutnya.
3.5 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, berdasarkan hipotesis yang hendak diukur, penulis
menggunakan teknik analisis multiple regression atau analisis regresi berganda
untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh hope, perceived social
support, syukur dan faktor demografi terhadap kesejahteraan subjektif nelayan.
Adapun persamaan analisis regresi pada penelitian ini adalah
No Item Faktor Loading Std. Error T-Value Sig
4
5
6
7
8
9
0.65
-0.49
1.00
0.86
0.63
0.78
0.06
0.07
0.05
0.05
0.06
0.06
10.36
-6.99
19.98
16.04
10.54
14.13
√
X
√
√
√
√
57
Y=a+ b1X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + e
Jika dituliskan variabelnya, maka:
Y: Dependent Variabel (DV) yaitu kesejahteraan subjektif
a: Konstanta
b: Koefisien regresi untuk masing-masing X
X1: Hope
X2: keluarga
X3: Teman
X4: Significant others (atasan atau payang)
X5: Syukur
X6: pendapatan
X7: pengeluaran
X8: status pernikahan
X9: usia
e: Residual
Sebelum melakukan analisis regresi berganda, penulis melakukan korelasi
product moment seluruh variable penelitan. Sebab, dalam regresi idealnya
independent variabel tidak berkorelasi dengan independent variabel lainnya,
namun justru independent variabel sebaiknya berkorelasi dengan dependent
variabel. Selanjutnya analisis regresi, dimulai secara simultan, kemudian dari
satu per satu independent variabel. Sehingga nilai R2 yang dihasilkan dapat
dilihat secara murni. Fungsi R2 ini adalah untuk melihat proporsi varians dari
adiksi game online yang dipengaruhi independent variabel yang ada. Melihat
jumlah R2 X (dikalikan) 100%. Maka dihasilkan proporsi varians atau
determinant. R2 sendiri didapatkan dengan rumus:
Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya seperti uji signifikan pada F test
biasa. Selain itu juga uji signifikan bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat
58
apakah pengaruh dari independent variabel terhadap dependent variabel
signifikan atau tidak. Pembagi disini adalah R2 itu sendiri dengan df nya
(dilambangkan k), yaitu sejumlah independent variabel yang dianalisis,
sedangkan penyebutnya (1 – R2) dibagi dengan df nya N – k – 1 dimana N adalah
total sampel. Untuk df dari pembagi sebagai numerator sedangkan df penyebut
sebagai denumerator. Jika digambarkan maka:
Dapat menggunakan cara yang berbeda namun hasil yang sama, pembagi
adalah Ssreg dibagi dengan df nya (k) didapat mean square regresi, kemudian
penyebutnya Ssres dibagi dengan df nya (N – k – 1) didapat mean square residu.
Sehingga hasil bagi Msreg dengan Msres didapatkan hasil F. Numerator dan
denumerator juga dari df pembagi dan df penyebut.
Kemudian selanjutnya penulis melakukan uji koefisien regresi dari setiap
independent variabel yang dianalisis. Maksud uji koefisien regresi adalah melihat
apakah signifikan dampak dari tiap independent variabel terhadap dependent
variabel, oleh karenanya sebelum didapat nilai t dari tiap independent variabel
harus didapat dahulu nilai standard error estimate dari b (koefisien regresi) yang
didapatkan melalui akar Msres dibagi dengan SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah
bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu
sendiri. Jika ditulis dengan rumus maka:
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah 240 nelayan yang berada di Palabuhanratu.
Subjek diteliti semunya berjenis kelamin laki laki. Selanjutnya akan dijelaskan
gambaran subjek berdasarkan usia:
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Data Demografi
Sampel Penelitian N Persentase
Rentang Usia
Remaja akhir (18 tahun – 20 tahun ) 2 0.8%
Dewasa eawal (21 tahun – 40 tahun ) 113 47.1%
Dewasa madya (41 tahun – 60 tahun ) 115 47.9%
Dewasa akhir ( 60 tahun keatas ) 9 3.8%
Status Pernikahan
Belum menikah 28 11.7%
Menikah 212 88.3%
Pendapatan
0 - 2 JT (Rendah) 152 63.3%
2,1- 5 JT (Sedang) 73 30.4%
5,1 - 20 JT (Tinggi) 15 6.3%
Pengeluaran
0-3 JT (Rendah) 209 87.1%
3,1-5 JT (Sedang) 27 11.3%
5,1-10 JT (Tinggi) 4 1.7%
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah usia terbanyak adalah pada masa
perkembangan dewasa madya dengan rentang umur 40 – 50 tahun dengan
persentase 47.9% lalu diikuti oleh dewasa awal dengan persentase sebesar 47.1%,
60
lalu dewasa akhir sebesar 3.8% dan remaja akhir sebesar 0.8%. Jumlah total dari
subjek adalah 240 orang nelayan.
Mayoritas dari subjek status adalah menikah dengan jumlah subjek yang telah
menikah sebesar 212 orang dengan persentase 88.3% dari total jumlah subjek,
lalu diikuti oleh nalayan dengan status belum menikah berjumlah 28 orang
dengan jumlah persentase sebesar 11.7% dari total 240 subjek.
Mayoritas dari subjek memiliki pendapatan sebesar 0-2 juta dengan jumlah
subjek sebesar 152 orang dengan persentase 63.3% dari total jumlah subjek, lalu
diikuti oleh nalayan dengan pendapatan berkisar 2.1-5 juta dengan jumlah
persentase sebesar 30.4% dan yang paling terandah adalah dengan jumlah
pendapatan 5.1-20 juta dengan persentase sebesar 6.3% dari total 240 subjek.
Mayoritas dari subjek memiliki pendapatan adalah sebesar 0-3 juta dengan
jumlah subjek sebesar 209 orang dengan persentase 87.1% dari total jumlah
subjek, lalu diikuti oleh nalayan dengan pendapatan berkisar 3.1-5 juta dengan
jumlah persentase sebesar 11.3% dan yang terandah adalah dengan jumlah
pendapatan 5.1-10 juta dengan persentase sebesar 1.7% dari total 240 subjek.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai maksimum, minimum,
mean, standar deviasi serta kategorisasi tinggi rendah skor variabel penelitian:
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kesejahteraan Subjektif 240 31,65 77,89 50,0000 9,29214
Hope 240 17,32 73,81 50,0000 8,68666
Keluarga 240 35,58 68,89 50,0000 9,12804
Teman 240 6,73 77,95 50,0000 7,31240
Atasan 240 25,64 74,80 50,0000 8,96355
Syukur 240 29,77 78,07 50,0000 9,15579
61
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel teman memiliki
nilai minimum terendah dibandingkan dengan variabel lainnya. Selanjutnya dapat
diketahui juga bahwa variabel syukur memiliki nilai maksimum tertinggi
dibandingkan dengan variabel lainnya.
4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok yang
terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang
diukur. Kontinum jenjang ini ada lah dari rendah ke tinggi yang akan digunakan
peneliti dalam kategorisasi variabel penelitian. Sebelum mengkategorisasikan
skor kesejahteraan subjektif berdasarkan tigkat tinggi atau rendah, penulis
terlebih dahulu menetapkan norma dari skor kesejahteraan subjektif dengan
menggunakan nilai mean dari pada tabel sebelumnya. Norma skor kesejahteraan
subjektif digambarkan seperti tertera pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Norma skor variabel
Kategorisasi Rumus
Rendah X < Mean
Tinggi X ≥ Mean
Setelah norma kategorisasi tersebut didapatkan, selanjutnya akan dijelaskan
perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variabel kesejahteraan subjektif,
hope, atasan, keluarga, teman dan syukur.
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel
Variabel frekuensi Persentase
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Kesejahteraan subjektif 116 124 48.3% 51.7%
Hope 149 91 62.1% 37.9%
Keluarga 166 74 69.2% 30.8%
Teman 167 73 69.6% 30.4%
Atasan 47 193 19.6% 80.4%
Syukur 151 89 62.5% 37.1%
62
Dari tabel 4.4 variabel yang memiliki skor terendah paling banyak adalah
skor variabel teman. Sedangkan variabel yang memiliki skor tertinggi terbanyak
adalah variabel adalah atasan.
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian
Pada tahapan ini penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda menggunakan sofware spss 22.0. seperti yang sudah disebutkan pada
bab III, dalam regresi ada 3 hal yang akan dilihat, yaitu melihat besaran Rsquare
untuk mengatahui berapa persen (%) varians dependent variabel yang dijelaskan
oleh independent variabel, ke dua apakah secara keseluruhan independent
variabel berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variabel, kemudian
terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisian regresi dari masing masing
independent variabel.
Langkah pertama adalah penulis melihat besaran Rsquare untuk mengetahui
berapa persen (%) varians dependent variabel yang dijelaskan oleh independent
variabel. Selanjutnya untuk tabel Rsquare, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,623a ,388 ,359 7,43995
Dari tabel 4.6 dapat kita lihat bahwa perolehan R square sebesar 0,388.
Artinya proporsi varians dari kesejahteraan subjektif yang dijelaskan oleh hope,
perceived social support, syukur dan faktor demografi adalah sebesar 38,8%
63
sedangkan sisanya 51,2% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Langkah kedua penulis menganalisis dampak dari seluruh independen variabel
terhadap kesejahteraan subjektif. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabe
berikut.
4.6 Tabel Anova
Model Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
Regression 8015,414 11 728,674 13,164 ,000b
Residual 12620,460 228 55,353
Total 20635,874 239
Dari tabel anova, diperoleh F hitung sebesar 13.164 dengan signifikansi
sebesar 0.000 atau lebih kecil dari alfa 5% (0.000 < 0.05), maka hipotesis mayor
yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara independent variabel
terhadap dependent variabel diterima. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan
dari variabel hope, perceived social support (keluarga, teman dan atasan), syukur
dan faktor demografi (usia, status pernikahan, pengeluaran dan pendapatan)
terhadap kesejahteraan subjektif nelayan.
Langkah terakhir adalah apakah dari 9 independent variabel (minor)
berpengaruh secara positif maupun negatif dan signifikan terhadap dependent
variabel adapun penyajiannya pada tabel berikut:
64
4.7 Tabel Cofficients
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 27,828 6,107 4,556 ,000
Hope -,118 ,093 -,111 -1,278 ,203
Keluarga ,406 ,063 ,398 6,458 ,000*
Teman -,039 ,075 -,031 -,521 ,603
Atasan -,187 ,064 -,181 -2,915 ,004*
Syukur ,417 ,098 ,391 4,236 ,000*
Pendapatan Rendah -9,391 2,612 -,482 -3,595 ,000*
Pendapatan Sedang -8,417 2,650 -,418 -3,176 ,002*
Pengeluaran Rendah 6,282 3,977 ,230 1,580 ,116
Pengeluaran Sedang 1,251 4,168 ,043 ,300 ,764
Status Pernikahan 4.196 1.653 ,145 2.538 ,012*
Usia ,352 ,941 ,022 ,375 ,708
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel diatas dapat disampaikan persamaan
regresi sebagai berikut: Kesejahteraan subjektif = 27.828 – 1.18 hope + .406
keluarga*– 0.39 teman – 187 atasan* + 417 syukur* – 9.391 pendapatan rendah*
- 8.417 pendapatan sedang* + 6.282 pengeluaran rendah + 1.251 pengeluaran
sedang + 4.196 status pernikahan* + 352 usia
Dari tabel diatas, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi
yang dihasilkan, kita cukup melihat nilai sig pada kolom paling kanan (kolom ke
6), jika P < 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya
terhadap kesejahteraan subjektif dan sebaliknya. Pada tabel 4.7 variabel yang
berpengaruh secara signifikan yaitu variabel keluarga, atasan, syukur, lajang,
65
pendapatan rendah, pendapatan sedang. Sedangkan variabel lainnya berpengaruh
tetapi tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa dari 9 hipotesis minor hanya
terdapat 3 independent variabel yang berpengaruh secara signifikan dan 3 faktor
demografis yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang dan status pernikahan
(lajang) berpengaruh secara signifikan. Penjelasan dari nilai koefisiean regeresi
yang diperoleh pada masing masing independent variabel adalah sebagai berikut:
1. Variabel hope diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.118 dan
signifikansi sebesar 0.203 (p > 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0)
yang berbunyi tidak terdapat pengaruh yang signifikan hope terhadap
kesejahteraan subjektif nelyan diterima. Artinya, tidak ada pengaruh yang
signifikan hope terhadap kesejahteraan subjektif.
2. Variabel perceived social support terkait keluarga diperoleh koefisien regresi
sebesar 0.406 dan signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.05). Dengan demikian
hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat pengaruh yang signifikan
perceived social support terkait keluarga terhadap kesejahteraan subjektif
ditolak. Hal ini berarti keluarga berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap kesejahteraan subjektif nelayan. Artinya semakin tinggi dukungan
keluarga semakin tinggi kesejahteraan subjektif nelayan.
3. Variabel perceived social support terkait teman diperoleh koefisien regresi
sebesar -0.039 dan signifikansi sebesar 0.603 (p > 0.05). Dengan demikian
hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat pengaruh yang signifikan
perceived social support terkait teman terhadap kesejahteraan subjektif
66
nelyan diterima. Artinya, tidak ada pengaruh yang signifikan perceived social
support terkait teman terhadap kesejahteraan subjektif.
4. Variabel perceived social support terkait significant other (atasan) diperoleh
koefisien regresi sebesar -0.187 dan signifikansi sebesar 0.004 (p < 0.05).
Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat pengaruh
yang signifikan perceived social support terkait significant other (atasan)
terhadap kesejahteraan subjektif ditolak. Hal ini berarti significant other
(atasan) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kesejahteraan
subjektif nelayan. Artinya, semakin rendah dukungan atasan, semakin tinggi
kesejahteraan subjektif nelayan.
5. Variabel syukur diperoleh koefisien regresi sebesar 0.417 dan signifikansi
sebesar 0.000 (p < 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi
tidak terdapat pengaruh yang signifikan syukur terhadap kesejahteraan
subjektif ditolak. Hal ini berarti syukur berpengaruh signifikan secara positif
terhadap kesejahteraan subjektif nelayan. Artinya, semakin tinggi syukur
semakin tinggi kesejahteraan subjektif nelayan.
6. Variabel pendapatan rendah diperoleh koefisien regresi sebesar -9.391 dan
signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.05). Variabel pendapatan sedang diperoleh
koefisien regresi sebesar -8.417 dan signifikansi sebesar 0.002 (p < 0.05) dan
pendapatan tinggi dijakdikan control. Dengan demikian hipotesis nihil (H0)
yang berbunyi tidak terdapat pengaruh yang signifikan pendapatan terhadap
kesejahteraan subjektif ditolak. Hal ini berarti pendapatan berpengaruh
signifikan secara negatif terhadap kesejahteraan subjektif nelayan. Artinya
67
ada perbedaan tingkat kesejahteraan subjektif dari masing masing kelompok
tingakat pendapatan.
7. Variabel pengeluaran rendah diperoleh koefisien regresi sebesar 6.2852 dan
signifikasni sebesar 0.116 (p > 0.05). Variabel pengeluaran sedang diperoleh
koefisien regresi sebesar 1.251 dan signifikansi sebesar 0.764 (p > 0.05) dan
pengeluaran tinggi dijadikan sebagai control. Dengan demikian hipotesis
nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat pengaruh yang signifikan pengeluaran
terhadap kesejahteraan subjektif diterima. Artinya, tidak ada pengaruh yang
signifikan pengeluaran terhadap kesejahteraan subjektif.
8. Variabel status pernikahan (belum menikah) diperoleh koefisien regresi
sebesar 4.196 dan signifikansi sebesar 0.012 (p < 0.05). Dengan demikian
hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat pengaruh yang signifikan
status pernikahan terhadap kesejahteraan subjektif ditolak. Hal ini berarti
status pernikahan berpengaruh signifikan secara positif terhadap
kesejahteraan subjektif nelayan. Artinya, terdapat perbedaan tingkat
kesejahteraan subjektif antara kelompok menikah dan belum menikah.
9. Variabel usia diperoleh koefisien regresi sebesar 0.352 dan signifikansi
sebesar 0.708 (p > 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi
tidak terdapat pengaruh yang signifikan usia terhadap kesejahteraan subjektif
ditolak. Artinya, tidak ada pengaruh yang signifkan usia terhadap
kesejahteraan subjektif.
68
4.3.2 Pengujian Proporsi Varian Masing-Masing Independen Variabel
Penulis ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians dari masing
masing independen variabel terhadap kesejahteraan subjektif.
4.8 Tabel Model Summary
Model R R
Square
Std. Error Of
The Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
Df1 Df2 Sig. F
Change
1 ,284a ,081 8,92857 ,081 20,856 1 238 ,000*
2 ,501b ,251 8,07811 ,170 53,751 1 237 ,000*
3 ,501c ,251 8,09212 ,001 ,180 1 236 ,672
4 ,514d ,264 8,03699 ,013 4,249 1 235 ,040*
5 ,560e ,314 7,77835 ,050 16,888 1 234 ,000*
6 ,577f ,333 7,70526 ,019 3,230 2 232 ,041*
7 ,608g ,370 7,51798 ,038 6,851 2 230 ,001*
8 ,623h ,388 7,42597 ,018 6,735 1 229 ,010*
9 ,623i ,388 7,43995 ,000 ,140 1 228 ,708
Predictors: (Constant), Hope, Keluarga, Teman, Atasan, Syukur, Pendapatan Rendah,
Pengeluaran Sedang, Pengeluaran Rendah, Status Pernikahan, Usia
Dari tabel di atas didapatkan informasi sebagai berikut:
1. Variabel hope memberikan sumbangan sebesar 0.081 atau 8.1% dengan sig.
F.Change = 0.000. Sumbangan tersebut signifikan
2. Variabel perceived social support terkait keluarga memberikan sumbangan
0.170 atau 17% dengan sig. F.Change = 0.000. Sumbangan tersebut
signifikan
3. Variabel perceived social support terkait teman memberikan sumbangan
0.001 atau 0.1% dengan sig. F.Change = 0.672. Sumbangan tersebut tidak
signifikan
4. Variabel perceived social support terkait atasan memberikan sumbangan
0.013 atau 1.3% dengan sig. F.Change = 0.040. Sumbangan tersebut
signifikan
69
5. Variabel syukur memberikan sumbangan 0.050 atau 5% dengan sig.
F.Change = 0.000. Sumbangan tersebut signifikan
6. Variabel faktor demografi terkait pendapatan memberikan sumbangan 0.019
atau 1.9% dengan sig. F.Change = 0.041. Sumbangan tersebut signifikan
7. Vartiabel faktor demografi terkait pengeluaran memberikan sumbangan 0.038
atau 3.8% dengan sig. F.Change = 0.001. Sumbangan tersebut signifikan
8. Variabel faktor demografi terkait status pernikahan memberikan sumbangan
0.018 atau 1.8% dengan sig. F.Change = 0.010. Sumbangan tersebut
signifikan
9. Variabel faktor demografi terkait usia memberikan sumbangan 0.000 atau 0%
dengan sig. F.Change = 0.708. Sumbangan tersebut tidak signifikan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hanya ada 4 independent
variabel yaitu hope, keluarga, atasan dan syukur dari hipotesis minor dan 3 faktor
demografi yaitu pendapatan, pengeluaran dan status pernikahan yang
sumbangannya signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Sedangkan, sisanya 2
independent variabel yaitu teman dan faktor demografi (usia) tidak signifikan.
70
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah; “terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama sama hope, perceived
social support (keluarga, teman, significant other (atasan)), syukur dan faktor
demografi (pendapatan, pengeluaran, status pernikahan, usia) terhadap
kesejahteraan subjektif nelayan”. Terdapat lima independent variable yang
signifikan pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif yaitu, perceived social
support terkait keluarga, perceived social support terkait significant other
(atasan), syukur, faktor demografi terkait pendapatan, dan faktor demografi
terkait status pernikahan. Sementara empat independent variable lainnya tidak
signifikan pengaruhnya dengan penelitian ini yakni, hope, perceived social
support terkait teman, faktor demografi terkait pengeluaran, dan faktor demografi
terkait usia
5.2. Diskusi
Dari hasil penelitian menunjukkan antara variabel hope berpengaruh tetapi tidak
signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Penulis menyetujui temuan ini
dikarenakan berdasarkan hasil pantauan dan wawancara yang dilakukan
sebelumnya, para nelayan memiliki kemauan besar dan yakin mampu untuk
mendapatkan rezeki di hari itu juga. Namun dalam melaut nelayan hanya
mengikuti arahan dari kapten kapal (pemegang mesin). Nelayan akan ikut
71
kemanapun kapten membawanya, sehingga tidak terlintas dibenak nelayan dalam
merencanakan penangkapan ikan yang akan dilakukan
Hasil penelitian mengenai hope ini tidak sejalan dengan penelitian
sebelumnya. Ciarocci dan Deneke (2006) menjelaskan bahwa hope secara
signifikan berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif (Ciarocci & Deneke,
2006). Hasil penelitian Ciarocci dan Deneke (2006) sejalan dengan hasil
penelitian Parker, et al., (2014) menjelakan bahwa Pemodelan persamaan
struktural multilevel menunjukkan bahwa harapan kelompok pertemanan secara
signifikan terkait dengan kesejahteraan psikologis dan sosial.
Pada variabel perceived social support terdapat dua dimensi yang berpengaruh
signifikan yaitu keluarga dan atasan. Dimensi keluarga memiliki pengaruh secara
positif, sedangkan atasan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap
kesejahteraan subjektif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dialla
Ammar (2013) yang mengatakan bahwa keluarga dan orang penting lainnya
(signifiacant other) berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif. Dalam
penelitian lainnya yang dilakukan oleh Fikret Gulacti (2010) ditemukan bahwa
keluarga merupakan dimensi paling berpengaruh terhadap kesejahteraan
subjektif. Dalam penelitian Matsuda (2014) mengatakan bahwa signifikan others
memiliki pengaruh yang yang positif berbeda dengan hasil penelitian penulis
yaitu signifikan others (atasan) berpengaruh secara negatif terhadap kesejahteraan
subjektif. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan sebelumnya ada
ketimpangan yang terjadi antara atasan dengan nelayan, banyak nelayan yang
sinis dengan pemilik perahu (atasan).
72
Dalam variabel perceived social support terdapat satu dimensi yang
berpengaruh tetapi tidak signifikan yaitu dimensi teman. Dalam penelitian ini
teman berpengaruh secara positif akan tetapi tidak signifikan secara statistik.
Hasil pengaruh ini bisa disebabkan karena nelayan hanya menerima sedikit
dukungan sosial dari teman dan kurang berfungsi secara maksimal. Hal ini
dikarenakan, tidak ada individu lain yang memberi bantuan ketik menghadapi
tekanan atau membutuhkan informasi sehingga sulit bagi mereka untuk
menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi. Selain itu, ketika individu tersebut
menyadari bahwa tidak ada orang lain yang membantu atau memberikan
dukungan kepadanya ketika dalam keadaan sulit, ia akan merasa terluka
(Setiawan, 2018).
Hasil penelitian mengenai teman ini, tidak sejalan dengan hasil penelitian
Matsuda (2014) dan Major, Zubek, Cooper, Cozarelli, dan Richard (1997).
Matsuda (2014) mengatakan bahwa keluarga, teman dan signifikan others
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Berdasarkan
pernyataan Major, Zubek, Cooper, Cozarelli, dan Richard (1997) bahwa persepsi
individu mengenai dukungan positif yang berasal dari orang-orang terdekat
seperti teman berkaitan dengan kesejahteraan (well-being) yang lebih baik (dalam
Delamater, 2011).
Pada variabel syukur memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap
kesejahteraan subjektif. Hal ini sejalan dengan penelitian di Hongkong oleh Chan
(2013) mengenai syukur menunjukan adanya korelasi positif terhadap
kesejahteraan subjektif. Park, Peterson dan Seligman (2004) melakukan survey
73
terhadap 5229 individu dewasa dan menemukan bahwa karakter individual
seperti syukur secara konsisten dan kuat berhubungan dengan kesejahteraan
hidup dan afek positif. Individu yang memiliki kemampuan bersyukur rendah
cenderung kurang perhatian terhadap individu lainnya (McCullough, Emmons, &
Tsang, 2002), lebih merasa tidak dihargai dan dicintai oleh orang lain
(McCullough, Emmons, & Tsang, 2002).
Studi yang dilakukan oleh Algoe (2008) juga menghasilkan kesimpulan bahwa
individu yang berusaha mensyukuri pemberian akan lebih positif dan terdorong
untuk mengembangkan dan merawat hubungan yang baik. Orang yang terbiasa
bersyukur juga cenderung lebih mudah untuk merasa diterima dan dicintai oleh
orang lain (McCullough, Emmons, & Tsang, 2002). Individu yang memiliki
kemampuan bersyukur rendah cenderung kurang perhatian terhadap orang lain
(McCullough, Emmons, & Tsang, 2002). Individu lebih enggan untuk
berinteraksi dengan orang lain daripada orang yang memiliki kemampuan
bersyukur yang tinggi. Mereka lebih merasa tidak dihargai dan dicintai oleh
orang lain (McCullough, Emmons, & Tsang, 2002). Individu dengan kemampuan
bersyukur yang rendah kesusahan untuk memiliki relasi yang memuaskan dan
mengalami kesepian.
Faktor demografi usia, pengeluaran berpengaruh tetapi tidak signifikan
terhadap kesejahteraan subjektif sedangkan status pernikahan dan pendaatan
berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Hal ini bisa
disebabkan karena strategi sudut komponen dari kesejahteraan subjektif yang
akan diukur berbeda. Hasil penelitian ini bertentang dengan penelitian dari
74
Diener et al., (2005) yang menjelaskan umur dan jenis kelamin memiliki
hubungan terhadap kesejahteraan subjektif. Pernikahan dan kesejahteraan ini
berkorelasi secara signifikan bahkan ketika variabel usia dan pendapatan juga
dikontrol (Glenn & Weaver, 1979). Dalam studi yang melibatkan 40 bangsa,
Diener menemukan bahwa orang-orang yang menikah lebih bahagia
dibandingkan individu yang bercerai, berpisah atau orang-orang single yang
hidup sendiri (Diener, 1999).
Dalam penelitian ini juga, didapatkan hasil bahwa baik pendapatan rendah
maupun pendapatan tinggi berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap
kesejahteraan subjektif. Hal ini bisa disebabkan karena, budaya kolektif nelayan
yang masih berkembang.. Budaya konsumsi nelayan yang tinggi membuat
nelayan menghabiskan pendapatan pada hari itu juga Konsumsi yang tinggi ini
lebih didominasi oleh biaya melaut yang besar dan membayar hutan sedangkan
hasil yang didapat tidak dapat diprediksi. Selain itu, tidak jarang nelayan
menggunakan sebagian pendapatan untuk belanja keperluan sendiri misalnya
untuk minum-minuman atau makan diwarung bersama teman sesama nelayan,
sehingga pendapatan yang dapat dibelanjakan untuk keperluan keluarga menjadi
berkurang (Widyaningsih & Muflikhati, 2015).
Pada penelitian ini, penulis menggunakan kuesioner baku yang telah
dimodifikasi akan tetapi penulis menyadari bahwa responden pada penelitian
tingkat pendidikan masih minim, karena rata-rata tingkat pendidikan subjek
berada di tingkat SD dan SMP. Dan banyak dari responden yang tidak bisa
membaca, sehingga penulis harus membacakan satu-persatu kuesioner kepada
75
subjek. Penelitian ini populasi hanya fokus pada nelayan di Palabuhanratu saja,
diharapkan untuk penelitian selanjutnya menggunakan populasi yang lebih luas,
karena daerah pesisir di Sukabumi tidak hanya mencakup Palabuhanratu.
Pada penelitian ini, adaptasi dari alat ukur sebaiknya disesuaikan dengan
keadaan sampel dalam hal ini adalah bahasa. Alat ukur yang digunakan penulis
menggunakan Bahasa Indonesia akan tetapi responden hanya memahami bahasa
sunda. Dalam prosesnya penulis meminta bantuan pada masyarakat sekitar untuk
membantu penulis dalam menerjemahkan pernyataan dari kuisioner penelitian.
5.3 Saran
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu,
penulis membagi saran menjadi 2, yaitu saran metodologis dan saran praktis.
Saran tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan
meneliti variabel yang sama.
5.3.1 Saran Metodologis
Bagi penulis yang tertarik dan berminat pada permasalahan yang sama,
disarankan untuk:
1. Penulis juga menyadari adanya perbedaan bahasa pada kuesioner dengan
bahasa yang digunakan subjek pada kehidupan sehari-hari. Sehingga pada
saat membacakan kuesioner kepada sampel harus diterjemahkan ke dalam
dua bahasa yang berbeda. Ada beberapa subjek yang tidak bisa menggunakan
bahasa Indonesia, sehingga pada saat pembacaan kuesioner subjek rentan
merasa kebingungan dengan maksud yang disampaikan penulis.
2. Penulis selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel dengan jumlah
yang lebih banyak dan cara pengambilan sampel yang lebih ketat/rinci terkait
76
sampel yang akan diambil agar lebih menggambarkan populasi penelitian dan
dapat melihat bagian mana yang perlu diperbaiki dan juga perlu dijadikan
contoh.
3. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan mampu mengembangkan secara baik
setiap alat ukur yang digunakan, terlebih lagi jika alat ukur tersebut
merupakan adaptasi yang berasal dari penelitian negara lain yang berbeda
bahasa dan budaya. Oleh karena itu, telitilah dalam menerjemahkan dan
mengadaptasi setiap item dalam alat ukur tersebut.
4. Pada penelitian selanjutnya, masih banyak faktor-faktor menarik lainnya yang
dapat dijadikan independen variabel untuk melihat pengaruhnya terhadap
kesejahteraan subjektif seperti harga diri, kepribadian dan optimisme. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui sisa 41.2% lagi yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan subjektif selain hope, perceived social support, syukur dan
faktor demografi, misalnya: character strength lainnya, religiusitas,
kepribadian, dan variabel lainnya yang menjadi faktor kesejahteraan
subjektif.
5.3.2 Saran Praktis
1. Dari penelitian ini didapatkan bahwa dukungan keluarga berpengaruh secara
positif terhadap kesejahteraan subjektif. Dalam praktinya diharapkan
keluarga dalam hal ini adalah istri dari nelayan memberikan dukungan
kepada suaminya. Kesadaran ini dapat dibangun dengan diadakannya couple
training di kalangan keluarga nelayan.
77
2. Dari hasil penelitian ini atasan (dalam hal ini disebut Payang) berpengaruh
secara negatif terhadap kesejahteraan subjektif. Disarankan kepada atasan
memberikan perhatian terhadap kesejahteraan nelayannya. Dalam
memberikan saran kepada nelayan diharapkan atasan (payang) menggunakan
bahasa yang santun dan membangun. Hal ini juga dapat diatasi dengan
diadakannya acara syukuran bulanan di rumah atasan (payang) apabila
mendapat hasil yang baik.
3. Temuan dari hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh status pernikahan
terhadap kesejahteraan subjektif nelayan. Akan tetapi nelayan yang berstatus
lajang memiliki kesejahteraan subjektif yang lebih tinggi dibandingkan
dengan nelayan yang telah menikah. Hal ini menjadi masukan untuk para
pemilik kapal agar dalam memilih awak kapal, direkomendasikan memilih
yang belum menikah. Untuk nelayan yang telah menikah sebainya
diperhatikan kesejahteraannya.
4. Temuan dari penelitian ini didapatkan bahwa pendapatan berpengaruh secara
negatif terhadap kesejahteraan subjektif nelayan. Disarankan kepada subjek
untuk lebih mengatur keuangan. Hasil tangkapan sebaiknya digunakan
secara bijak agar keuangan selalu tersedia saat dibutuhkan, dan subjek tdak
meminjam uang. Diadakannya pelatihan menejemen keuangan agar
keuangan nelayan lebih teratur lagi.
78
DAFTAR PUSTAKA
Al Ghazali Imam. (2008). Membangkitkan energi qolbu. Surabaya: Mitrapress.
Algoe, S. B., Haidt, J., & Gable, S. L. (2008). Beyond reciprocity: gratitude and
relationships in everyday life. National Institutes of Health, 8(3), 425–
429.
Ammar, D., Nauffal, D., & Sbeity, R. (2013). The role of perceived social
support in predicting subjective wellbeing in Lebanese college students.
The Journal of Happiness & Well-Being, 1(2), 121-134.
Ariawan, I. (2006). Indeks sosio-ekonomi menggunakan principal component
analysis. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 1(2), 84.
Biswas-Diener, E. D. (2008). Happiness: unlocking the mysteries of
psychological wealth. Malden: Blackwell Publishing Ltd.
Bradburn, & Norman, M. (1969). The structure of psychological well-being.
Chicago: Aldine Publishing Company.
Carr, A. (2004). Positive Psychology: The science of happiness and human
strengths. New York: Brunner Routledge.
Chan, D. W. (2013). Subjective well-being of hong kong chinese teachers: the
contribution of gratitude, forgiveness, and the orientations to happiness.
Teaching and Teacher Education, 32, 22-30.
Ciarocci, J. W., & Deneke, E. (2006). Hope, optimism, pessimism, and
spirituality as predictors of well-being controlling for personality.
Research in the Social Scientific Study of Religion, 16, 162-183.
Crona, B., Nystroms, M., Folke, C., & Jiddawi, N. (2010). Middlemen acritical
social ecological link in coastal communities of kenya and zanzibar.
Maribe Policy, 34, 761-771.
Curry, L. A., Snyder, C. R., & Rehm, D. L. (1997). Role of hope in academic and
sport achievement. Journal of Personality and Social Psychology, 73(6),
1257-1267.
Dahlem, N. W., Zimet, G. D., & Walker, R. R. (1991). The multidimensional
scale of perceived social support: a confirmation study. Clinical
Psychology, 47(6), 756-761.
David Watson, L. A. (1988). Development and validation of brief measures of
positive and negative affect: the PANAS scales. Journal of Personality
and Social Psychology, 54(6), 63-70.
79
Davies, W. (2010, 2 16). The contribution of income to our subjective well-being.
Retrieved 11 30, 2017, from positive psichology.org.uk:
http://positivepsychology.org.uk/the-contribution-of-income-to-our-
subjective-well-being/
Demaray, Malecki, C. K., & Kilpatrick, M. (2002). Measuring perceived social
support: development of the child and adolescent social support scale
(Casss). Psychology in the Schools, 39(1), 1-18.
Demaray, Malecky, C. K., & Kilptarick, M. (2006). Social support as a buffer in
relationship between socioeconomic status and academic performance.
School Psychology Quarterly, 921(4), 375-395.
Diener. (1984). Subjective well being. psychological bulletin, 95(3): 542-575.
Diener. (2012). New findings and future directions for direction for subjective
well being. American Psychologist, 67(8), 590-7.
Diener, & Chan, M. Y. (2011). Happy people live longer: subjective well-being.
Applied Psychology: Health And Well-Being, 3(1), 1-43.
Diener, & Seligman, M. E. (2002). Very happy people. Psychological Science,
13(1), 81-84.
Diener, E. M., Lucas, R. E., & Smith, H. L. (1999). Subjective well being: three
decades of progress. Psychological Bulletin, 125(2), 276-302.
Diener, E., Gohm, C. L., Suh, E., & Oishi, S. (2000). Similarity of the relations
between marital status and subjective well-being across cultures. Journal
Of Cross-Cultural Psychology, 31(4), 419-436.
Diener, E., Wirtz, D., Tov, W., Kim-Prieto, C., D, C., Oishi, S., & Biswas-
Diener, R. (2009). New measures of well-being: flourishing and positive
and negative feelings. Social Indicators Research, 39, 681-716.
Durayappah, & Adore, ́. (2010). The 3P model: a general theory of subjective. J
Happiness Stud, 12(4), 681-716.
Dush, C. M., & Amato, P. R. (2005). Consequences of relationship status and
quality for subjective well-being. Journal of Social and Personal
Relationships, 22, 607-627.
Eddington, N., & Shuman, R. (2005). Subjective well-being (happiness).
Continuing Psychology Education, 1-18.
Edward P. Sarafino, T. W. (2011). Helath psychology: biopsychosocial
interaction. United States of America: Jay O’Callaghan.
80
Emmons, R. A., & Mccullough, M. E. (2004). The psychology of gratitude. New
York: Oxford University Press, Inc.
Folkman, & Susan. (2010). Stress, coping, and hope. Psycho-oncology, 19(9),
901-908.
Froh, J. J., Kashdan, T. B., Ozimkowski, K. M., & Miller, N. (2009). Who
benefits the most from a gratitude intervention in children and
adolescents? Examining positive affect as a moderator. The Journal of
Positive Psychology, 4( 5), 408–422.
Gallagher, Emma, N., Brodrick, V., & Dianne, A. (2008). Social support and
emotional intelligence as predictors of subjective well-being. Personality
and Individual Differences, 44(7), 1551–1561.
Glenn, N. D., & Weaver, C. N. (1979). A note on family situation and global
happiness. Oxford Journals, 57(3), 960-967.
Hanum, S. H. (1997). Perkawinan usia belia. Yogyakarta: Kerjasama Pusat
Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada dengan Ford
Foundation Yogyakarta Universitas Gadjah Mada.
Hipkins, J., Whitworth, M., Tarrier, N., & Jayson, G. (2004). Social support,
anxiety and depression after chemotherapy for ovarian cancer: a
prospective study. British Journal of Health Psychology, 9, 569-581.
John D. Delamater, D. J. (2011). Social psychology. Wadsworth: Cengage
Learning.
Katherine, R., & Diener. (2009). Subjective well-being: a general overview.
Psychological Society of South Africa, 39(4), 391-406.
Kim-Prieto, C., Diener, Tamir, M., Scollon, C., & Diener, M. (2005). Integrating
the diverse definitions of happiness: a time-sequential framework of
subjective well-being. Integrating the Diverse Definitions of Happiness,
6(3), 261-300.
Kleiman, E. M., & Riskind, J. H. (2012). Utilized social support and self-
esteemmediate the relationship between perceived social support and
suicide ideation: a test of amultiple mediator model. Hogrefe Publishing,
34(1), 42-49.
Linley, P. A., & Joseph, S. (2004). Positive change following trauma and
adversity: a review. Journal of Traumatic Stress,, 17(1), 11-21.
Listiyandin, R. A., Nathania, A., Syahniar, D., Sonia, L., & Nadya, R. (2015).
Mengukur rasa syukur: pengembangan model awal skala bersyukur versi
indonesia. Jurnal Psikologi Ulayat, 2(2), 473-496.
81
Lucas, Clark, Georgellis, & Diener. (2003). Re-examining adaptation and the set-
point model of happiness: reaction to changes in marital status. Journal of
Personality and Social Psychology, 84(3), 527-539.
Maniez. (2009). Maniezsweety.wordpress.com. Retrieved from
Maniezsweety.wordpress.com:
https://maniezsweety.wordpress.com/2009/10/08/kesejahteraan-subjektif/
Matsuda, T., Tsud, A., Kim, E., & Deng, K. (2014). Assotiation between
persieved social support and subjective well-being among japanase,
chinese, and korean collage student. Sciatific Research, 5(6), 491-499.
Mc Cullough, M. E., Emmons, R. A., & Tsang, J.-A. (2002). The grateful
disposition: a conceptual and empirical topography. Journal of
Personality and Social Psychology, 82(1), 112-127.
Mc Dermott, R. C., Cheng, H.-L., Wright, C., Browning, B. R., Upton, A. W., &
Sevig, T. D. (2015). Adult attachment dimensions and college student
distress: the mediating role of hope. The Counseling Psychologist, 43(6),
822-852.
Myers, D. G. (2000). The funds, friends, and faith of happy people. American
Psychologist.
Myers, D. G., & Diener, E. (1995). Who is happy? Psychlogical science, 6(1),
10-19.
Nuzulia, S., & Nursanti, H. D. (2012). Hubungan optimisme dengan subjektive
well being pada karyawan outsourcing PT Bank Indonesia cabang Cilacap
. /journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI, 4.
P.Sarafino, E., & W.Smith, T. (2011). Health psychology; biopsychological
interaction. New Jersey: John Willey;Sons.
Park, N., Peterson, C., & Seligman, M. E. (2004). Strengths of character and
well–being. Journal of Social and Clinical Psychology, 23(5), 603-619.
Parker, P. D., Ciarrochi, J., Heaven, P., Marshall, S., Sahdra, B., & Kiuru, N.
(2014). Hope, friends, and subjective well-being: a social network
approach to peer group contextual effects. Child Development, Volume
00, Number 0, 1.
Pavot, W. G., Diener, E. C., & Sandvik, E. (1991). Further validation of the
Satisfaction with Life Scale: evidence for the cross-method convergence
of well-being measures. Journal of Personality Assessment, 57, 149-161.,
1.
82
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2015). Situasi kesehatan
kerja. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Schrank, B., Stanghellini, G., & Slade, M. (2008). Hope in psychiatry: a review
of the literature. Acta Psichiatrica Scandinavica, 118, 421–433.
Setiawan, W. (2018, 11 3). Pola kehidupan nelayan. (A. Istiqlal, Interviewer)
Shin, D. C., & Johnson, D. M. (1978). Avowed happiness as an overall
assessment of the quality of life. Social Indicators Research, 5(1–4), 475-
492.
Slade, M. (2009). Personal recovery and mental illness. A guide for mental
health profesionals. New York: Cambridge University Press.
Snyder, C. R., Lopez, S. J., Shorey, H. S., Rand, K. L., & Feldman, D. B. (2003).
Hope theory, measurements, and applications to school psychology.
School Psychology Quarterly, 18(2), 122-139.
Snyder, Sympson, S. C., Ybasco, F. C., Borders, T. F., Babyak, M. A., &
Higgins, R. L. (1996). Development and validation of the state hope
scale. Journal of Personality and Social Psychology, 70(2), 321-335.
Steno, D., Bartlett, M. Y., & David. (2006). Helping when it costs you. Gratitude
and Prosocial Behavior, 17(4), 319-25.
Sudarsono, F. (1990). Pengukuran status sosial ekonomi dan permasalahannya.
Populasi, 1(2), 21-27.
Tong, K. K., & Wang, Y. Y. (2017). Validation of the flourishing scale and scale
of positive and negative experience in a chinese comunity sample. Plos
One, 12(8), 1-10.
Umar, J. (2015). Bahan ajar uji validitas konstruk dengan analisis faktor
konfirmatorik. (J. Umar, Performer) Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Jakarta, Ciputat, Tanggerang Selatan, Indonesia.
Watkins, P. C., Woodward, K., Stone, T., & Kolts, R. L. (2003). Grattitude and
happiness; development of a measure of grattitude , and relationship with
subjective well being. Social Behaviour and Personalty, 31(5), 431-452.
Widyaningsih, E., & Muflikhati, I. (2015). Alokasi pengeluaran dan
kesejahteraan keluarga pada keluarga nelayan bagan. Jurnal Ilmu
Keluarga dan Konsumen, 8(3), 182-192.
Yıldızl, A. D., Türkmen, M., & Serkan, R. (2015). Investigation of dispositional
and state hope levels’ relations with student subjective well-being.
Springer, 120, 601–613.
83
You, S., Orden, K. A., & Conner, K. R. (2012). Social connections and suicidal
thoughts and behavior. Psychology of Addictive Behaviors, 25(1), 10-4.
Zimzet, Gregory, D., Dahlem, N. W., Zimzet, S. G., & Farley, G. K. (1988). The
multidimensional scale of percieved social support. Journal of
Personality Assessment, 52(1), 30-41.
Zou, Xueting, Zhu, Hong, Zhang, B., Cai, & Taisheng. (2013). Perceived social
support as moderator of perfectionism, depression, and anxiety in college
students. Social behavior and Personality, 41(7), 1141-1152.
84
LAMPIRAN
85
Lampiran 1: Path Diagram
Kesejahteraan subjektif UJI VALIDITAS KONSTRUK KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF
DA NI=20 NO=240 MA=PM
LA
KOG1 KOG2 KOG3 KOG4 KOG5 KOG6 KOG7 KOG8 AF9 AF10 AF11 AF12 AF13 AF14
AF15 AF16 AF17 AF18 AF19 AF20
KM SY FI=KS2.COR
MO NX=20 NK=2 PH=ST TD=SY ME=UL
LK
KOG AF
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 2 LX 10 2 LX 11 2 LX 12
2 LX 13 2 LX 14 2 LX 15 2 LX 16 2 LX 17 2 LX 18 2 LX 19 2 LX 20 2
PD
FR TD 20 15 TD 11 2 TD 8 2 TD 4 1 TD 3 1 TD 9 2 TD 13 9 TD 17 1 TD 11 1 TD 11 7 TD 8 4
TD 20 1 TD 15 1 TD 18 13 TD 15 4 TD 15 8
FR TD 15 9 TD 13 6 TD 13 2 TD 12 11 TD 13 11 TD 18 5 TD 20 7 TD 15 14 TD 7 6 TD 19 7
TD 9 4 TD 4 3 TD 7 5 TD 19 17 TD 20 9 TD 3 2
FR TD 2 1 TD 8 1 TD 20 11 TD 15 11 TD 13 4 TD 18 4 TD 15 13 TD 13 7 TD 20 18 TD 20 8
TD 20 13 TD 15 2 TD 15 5 TD 7 1 TD 18 9 TD 20 4 TD 18 15
FR TD 5 4 TD 19 3 TD 16 10 TD 14 2 TD 14 3 TD 18 14 TD 20 17 TD 10 TD 18 10 TD 17 3
TD 15 7 TD 6 1 TD 16 8 TD 16 3 TD 11 6 TD 11 8
FR TD 15 3 TD 13 8 TD 19 18 TD 18 2 TD 11 4 TD 17 4 TD 13 1 TD 11 9 TD 9 7
OU SS TV MI AD=OFF
86
Hope
Perceived Social Suport UJI VALIDITAS KONSTRUK PERCEIVED SOCIAL SUPPORT
DA NI=12 NO=240 MA=PM
LA
KEL1 KEL2 KEL3 KEL4 TEM5 TEM6 TEM7 TEM8 ATA9 ATA10 ATA11 ATA12
PM SY FI=PSS.COR
MO NY=12 NE=3 NK=1 TE=SY
LE
KEL TEM ATA
LK
PSS
FR LY 1 1 LY 2 1 LY 3 1 LY 4 1 LY 5 2 LY 6 2 LY 7 2 LY 8 2 LY 9 3 LY 10 3 LY 11 3 LY 12
3
FR TE 11 10 TE 6 2 TE 1 3 TE 12 8 TE 8 5 TE 5 3 TE 11 4 TE 6 5 TE 12 10 TE 11 2 TE 10 2
TE 5 1
PD
OU SS TV MI
87
Syukur UJI VALIDITAS KONSTRUK GRATITUDE
DA NI=17 NO=240 MA=PM
LA
SOA1 SOA2 SOA3 SOA4 SOA5 SOA6 SA7 SA8 SA9 SA10 SA11 SA12 AFO13 AFO14
AFO15 AFO16 AFO17
KM SY FI=SYUKUR.COR
MO NX=17 NK=3 PH=ST TD=SY
LK
SOA SA AFO
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 2 LX 8 2 LX 9 2 LX 10 2 LX 11 2 LX 12
2
FR LX 13 3 LX 14 3 LX 15 3 LX 16 3 LX 17 3
PD
FR TD 12 6 TD 12 11 TD 9 2 TD 16 8 TD 16 2 TD 9 8 TD 14 2
OU SS TV MI
88
Lampiran 2 Kuisiner Penelitian
Kuesioner Penelitian
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh
Selamat Pagi/ Siang/ Sore.
Salam sejahtera, semoga Anda selalu berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Saya Akhlis Istiqlal, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada saat ini sedang melakukan penelitian skripsi mengenai
Kesejahteraan Su bjektif pada Nelayan
Bersama dengan hal ini, saya mohon bantuan Anda untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Penelitian ini berisikan sekumpulan pernyataan yang harus dijawab sesuai
dengan apa yang Anda rasakan atau Anda alami. Tidak ada jawaban benar maupun salah
dalam setiap pernyataan. Data yang Anda berikan dijamin kerahasiaannya karena
kuesioner ini bersifat anonim dan akan dipergunakan hanya untuk kepentingan
penelitian.
Atas bantuan Anda menjadi partisipan penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.
Hormat saya,
Akhlis Istiqlal
DATA RESONDEN
Nama/Inisial :
Usia :
Jenis Kelamin :
Jumlah Anak/Tanggungan :
Status Pernikahan :
Jumlah pendapatan :
Suku/etnik :
Tingkat pendidikan :
Pengeluaran per bulan :
89
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda checklist () pada kolom pilihan jawaban yang sesuai dengan pengalaman
terhadap pernyataan berdasarkan situasi dan kondisi keseharian Bapak/Ibu/Sdr, dengan
pilihan jawaban sebagai berikut :
1. Sangat Tidak Sesuai (STS) jika sangat tidak sesuai dengan situasi dan kondisi
keseharian Bapak/Ibu
2. Tidak Sesuai (TS) jika tidak sesuaidengan situasi dan kondisi keseharian
Bapak/Ibu
3. Sesuai (S) jika sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian Bapak/Ibu
4. Sangat Sesuai (SS) jika sangat sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian
Bapak/Ibu
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1. Saya semangat pergi bekerja. √
Dengan pengisian seperti contoh tersebut, artinya Anda setuju bahwa
Bapak/Ibu semangat pergi bekerja.
Skala 1
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya menjalani hidup dengan terarah dan
bermakna.
2. Hubungan sosial saya mendukung dan
bermanfaat.
3. Saya terlibat dan tertarik pada kegiatan sehari-
hari saya.
4. Saya aktif berkontribusi pada kebahagiaan dan
kesejahteraan orang lain.
5.
Saya memiliki kompetensi dan kemampuan
dalam menjalani kegiatan yang penting bagi
saya.
6. Saya orang yang baik dan menjalani kehidupan
yang baik.
7. Saya optimis tentang masa depan saya.
8. Orang menghormati saya.
9. Saya merasa hal-hal positif terjadi di hidup
saya.
10. Saya dipenuhi dengan pikiran-pikiran negatif.
11. Saya mengharapkan hal baik akan terjadi
dalam hidup saya.
12. Saya sering merasa hal buruk terjadi pada
hidup saya.
13. Saya merasa nyaman dengan hidup saya saat
ini.
14. Selama sebulan terakhir, saya merasa tidak
nyaman dengan diri saya.
15. Saya menjalani hidup dengan senang.
90
16. Kondisi kehidupan saya menyedihkan.
17. Saya takut menghadapi masa depan.
18. Saya menjalani hari dengan riang setiap
harinya.
19. Saya mudah tersinggung.
20. Saya merasa puas dengan kehidupan saya saat
ini.
Skala 2
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya dapat menjadi diri sendiri ketika harus
menyampaikan pendapat di tempat saya bekerja
2 Saya selalu melihat pada sisi positif dari
pekerjaan saya.
3 Saya bersemangat menggapai tujuan dan
keinginan saya
4 Saya dapat membagi pikiran saya dalam
melakukan
5 Masa lalu saya telah membuat saya kuat
menghadapi masalah
6 Saya dapat mencapai harapan dan cita-cita saya
7 Saya merasa hidup saya sangat bermakna
8 Setiap kali berhadapan dengan masalah, saya
selalu menemukan jalan keluarnya
Skala 3
No Pernyataan STS TS S SS
1
Saya sering takjub dengan keindahan alam
disekitar saya
2
Setiap musim hujan, saya sangat menikmati
jatuhnya butiran hujan
3
Banyak hal buruk yang terjadi pada diri saya
dibanding hal baik
4
Saya tidak dapat seperti sekarang tanpa
bantuan dari orang lain
5
Apa yang terjadi di hidup saya sekarang
dikarenakan usaha saya sendiri, bukan dari
bantuan orang lain.
6
Saya sangat menghargai apa yang telah orang
lain lakukan untuk saya
7
Meskipun tidak dapat membantu, namun saya
tetap memikirkan orang-orang yang telah
mendukung dan menolong saya selama ini
8
Saya tidak dapat seperti sekarang tanpa
bantuan dari orang lain
9
Saya sangat menghargai apa yang telah orang
lain lakukan untuk saya
10 Ketika melihat dunia, saya menyadari banyak
91
hal yang bias di syukuri.
11 Kehidupan itu baik bagi saya.
12
Rezeki sekecil apapun saya terima dengan
senang hati.
13
Sebagai tanda terima kasih pada Tuhan, saya
selalu berdoa
14
Saya mengatakan bahwa apapun yang saya
dapatkan pasti sesuai dengan kebutuhan saya.
15 Saya berterima kasih pada Tuhan setiap waktu
16
Saya menyisihkan uang saya untuk berbagi
sdengan orang lain
17
Saya berterima kasih pada Tuhan dengan
menjaga kejujuran dan bekerja dengan giat
18
Saya tidak menggunakan hasil pekerjaan saya
untuk berfoya foya
Skala 4
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya merasa nyaman saat bersama dengan
keluarga
2 Kabar tentang keluarga menyenangkan hati Saya
3 Keluarga saya membantu saat sedang
menghadapi kemalangan
4 Saya merasa bernilai bagi keluarga
5 Saya merasa nyaman saat bersama dengan
teman
6 Cerita dari teman menyenangkan hati Saya
7 Teman saya memberi bantuan saat Saya sedang
menghadapi kemalangan
8 Saya merasa bernilai bagi teman-teman
9 Saya merasa nyaman saat bersama dengan
atasan
10 Masukan atasan menyenangkan hati Saya
11 Atasan saya memberi bantuan saat Saya sedang
menghadapi kemalangan
12 Saya merasa bernilai bagi atasan
92
LEMBAR PENGAKUAN
Penelitian yang berjudul “PENGARUH HOPE, PERCEIVED SOCIAL
SUPPORT, SYUKUR DAN FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF” merupakan bagian dari penelitian paying
kesejahteraan subjektif masyarakat Indonesia dengan subjek nelayan di
Palabuhanratu. Penelitian ini dilaksanakan dengan serentak bersama dengan
mahasiswa lain yang tercantum sebagaimana dibawah ini:
1. Kresna Widyasti 11140700000006
2. Umi Latifah 11140700000018
3. Hany Rahmawati A. Z 11140700000036
4. Dwika Albiyanti Lestari 11140700000061
5. Abdul Hadi 11140700000072
6. Akhlis Istiqlal 11140700000140
7. Arin Husnayain 11140700000148
Penelitian tersebut dilaksanakan dibawah bimbingan Bapak Dr. Abdul Rahman
Shaleh M.si. Demikian pernyataan ini dibuat agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 24 Juli 2018