peran orang tua dalam memotivasi anak...
TRANSCRIPT
i
PERAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI ANAK MENCUCI TANGAN
DENGAN BENAR DAN MEMAKAI SABUN PADA ANAK USIA
PRA SEKOLAH DI TK AISYIYAH BLIMBING
KABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
“Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh :
INDRO SETIAWAN
NIM. S10018
PROGAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
ii
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Indro Setiawan
NIM : S10018
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (Sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada
Surakarta maupun perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan dari
Tim Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kumudian hari terdapat
pentimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi.
Surakarta, 10 Juli 2014
Yang membuat pernyataan,
Indro Setiawan
S10018
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
serta hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran
Orangtua Dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan Dengan Benar Dan Memakai
Sabun Pada Anak Usia Pra Sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Suko-
harjo”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan
dukungan maka kurang sempurna penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, MSi. selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta
2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku pembimbing utama dan
kepala program studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Ariyani, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan banyak masukan, bimbingan serta arahan dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Kepala Sekolah TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
5. Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah membantu penulis.
v
6. Bapak dan ibu yang tak henti – hentinya mendoakan penulis dan selalu
memberikan motivasi serta dukungan terbesar kepada penulis.
7. Kakak tercinta atas doa dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.
8. Sahabat PAIDI ( Pitriono, Azis, Dayat dan Irawan) serta Teman – teman
seperjuangan dan seangkatan yang tak pernah berhenti memberikan
semangat, motivasi dan dukungan kepada penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu dalam penyusunan
skripsi ini.
10. Para responden saya ucapkan terimakasih banyak atas partisipasi dan
ketersedian waktu dalam penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak.
Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.
Surakarta, 10 Juli 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR SKEMA ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
ABSTRAK ................................................................................................... xiii
ABSTRACT ................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................. 4
1.3. Tujuan ............................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................ 5
1.5. Keaslian Penelitian ........................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peran Orangtua ................................................................. 9
2.1.1. Pengertian ............................................................ 9
2.1.1.1. Macam-macam Peran ............................ 10
vii
2.1.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Peran .......... 14
2.1.2. Motivasi .............................................................. 16
2.1.3. Cuci Tangan ........................................................ 17
2.1.3.1. Pentingnya Mencuci Tangan Memakai
sabun ........................................................ 18
2.1.3.2. Bahaya Jika tidak Mencuci Tangan ........ 19
2.1.3.3. Cara Mencuci Tangan ............................ 19
2.1.4. Sabun ................................................................. 21
2.1.5. Anak Usia Pra Sekolah ....................................... 21
2.1.5.1.Ciri-ciri Anak Pra Sekolah ....................... 23
2.1.5.2.Tugas Perkembangan Anak ..................... 25
2.1.5.3.Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan 26
2.2. Kerangka Teori ................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................... 31
3.2. Populasi dan Sampel ........................................................ 31
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 32
3.4. Variabel Penelitian ............................................................ 32
3.5. Alat Penelitian dan Pengumpulan Data ............................ 33
3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................. 35
3.7. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ............................... 36
3.8. Etika Penelitian ................................................................. 37
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................... 39
4.2. Karakteristik Responden .................................................... 40
4.3. Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci
Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun 42
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden .................................................... 43
5.2. Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan
dengan Benar dan Memakai Sabun ................................... 43
5.3. Keterbatasan Penelitian .................................................... 47
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan ........................................................................ 49
6.2. Saran .................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
1.1 Keaslian Penelitian 6
3.1 Definisi Operasional 33
4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu 40
4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu 40
4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu 41
4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Anak
41
4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Anak 42
4.6 Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci
Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun
42
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
1 Cuci tangan memakai sabun 19
2 6 Langkah Cuci Tangan 20
xi
DAFTAR SKEMA
Nomor Skema Judul Skema Halaman
1 Kerangka Teori 30
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian
Lampiran 2 : F-1 Usulan Topik Penelitian
Lampiran 3 : F-2 Pengajuan Persetujuan Judul
Lampiran 4 : F-4 Pengajuan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 5 : F-3 Penggantian Judul Skripsi
Lampiran 6 : Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 7 : F-6 Lembar AUDIENCE Ujian Sidang Proposal Skripsi
Lampiran 8 : F-5 Lembar OPONENT Ujian Sidang Proposal Skripsi
Lampiran 9 : F-7 Pengajuan Ijin Penelitian
Lampiran 10 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 11 : Surat Rekomendasi BAPPEDA Sukoharjo
Lampiran 12 : Lembar Kuesioner
Lampiran 13 : Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 14 : Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 15 : Hasil Kuesioner
Lampiran 16 : Hasil SPSS
Lampiran 17 : Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing 1
Lampiran 18 : Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing 2
Lampiran 19 : Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 1
Lampiran 20 : Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 2
Lampiran 21 : Dokumentasi Penelitian
xiii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2014
Indro Setiawan
Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan dengan Benar dan Me-
makai Sabun Pada Anak Usia Pra Sekolah Di TK Aisyiyah
Blimbing Kabupaten Sukoharjo
Abstrak
Peran Orangtua dalam menjaga kesehatan anak usia pra sekolah biasanya
berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, salah satunya adalah
kebiasaan mencuci tangan dengan memakai sabun. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar
dan memakai sabun pada anak usia pra sekolah.
Penelitian kuantitatif dengan deskriptif analitik dengan metode
observasional terhadap kebiasaan mencuci tangan memakai sabun pada anak usia
pra sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo. Analisis data
menggunakan univariat yaitu distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden memiliki peran motivasi sedang pada anak, yaitu
16 responden (80 %).
Peran orangtua dalam memotivasi anak merupakan kewajibannya dalam
membimbing dan menjaga kesehatan anak, khususnya dalam kegiatan mencuci
tangan menggunakan sabun. Orangtua dapat mempertahankan peran tersebut,
sehingga kesehatan anak terjaga dengan baik.
Kata kunci : Peran Orangtua, Cuci Tangan, Pra Sekolah
Daftar Pustaka : 38 (1999-2013)
xiv
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA 2014
Indro Setiawan
ROLE OF PARENTS IN MOTIVATING CHILDREN TO WASH HANDS
RIGHTLY WITH SOAP AT AISYIYAH KINDERGARTEN OF
BLIMBING, SUKOHARJO REGENCY
Abstract
The role of parents in maintaining the health of pre-school children is
usually related to the conducts of individual and environmental hygiene. One of
them is the habit of hand washing with soap. The objective of this research is to
investigate the role of parents in motivating their children to wash their hands
with soap correctly at their pre-school ages.
This research used the descriptive analytical method with observation
toward the habit of hand washing with soap of the pre-school children at Aisyiyah
Kindergarten of Blimbing, Sukoharjo regency. The data of the research were
analyzed by using the univariate analysis, namely: frequency distribution. The
result of the research shows that 16 respondents (80%) have a moderate role in
motivating children to conduct hand washing with soap.
The role of parents in motivating their children is their responsibility to
guide their children to wash hands particularly with soap and to maintain their
health. The parents shall keep their role in motivating their children to wash hands
with soap so that their health is maintained.
Keywords: Role of parents, hand washing, and pre-school
References: 38 (1999-2013)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peran aktif orangtua sangat diperlukan disaat mereka berada
dibawah usia lima tahun. Peran aktif orang tua tersebut yang dimaksud
adalah usaha langsung terhadap anak seperti membimbing, memberikan
pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak serta
peran lain yang lebih penting adalah dalam menciptakan lingkungan
rumah sebagai lingkungan sosial yang dialami oleh anak, melalui
pengamatannya terhadap tingkah laku secara berulang ulang, anak ingin
menirunya dan kemudian menjadi ciri kebiasaan atau kepribadiannya,
ucapan dan tingkah laku atau perilaku orangtua yang konsisten, anak
memperoleh perasaan aman, mengetahui apa yang diharapkan dari
hubungan anak, serta membangun pengertian yang jelas tentang apa yang
benar dan salah (Suherman 2000).
Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia pra sekolah
biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, salah
satunya adalah kebiasaan mencuci dengan pakai sabun. Survey Health
Service Program Tahun 2006 tentang persepsi dan perilaku terhadap
kebiasaan mencuci tangan menemukan bahwa sabun telah sampai ke
hampir setiap rumah di Indonesia, namun sekitar 3% yang menggunakan
sabun untuk cuci tangan, dan di desa angkanya bisa lebih rendah lagi.
2
Menurut penelitian World Health Organization (WHO) mencuci tangan
pakai sabun dapat menurunkan resiko diare hingga 50% (Tazrian 2011).
Cuci tangan pakai sabun yang dipraktikkan secara tepat dan benar
merupakan cara termudah dan efektif untuk mencegah berjangkitnya
penyakit seperti diare, kolera, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),
cacingan, flu, hepatitis A, dan bahkan flu burung. Mencuci tangan dengan
air dan sabun dapat lebih efektif menghilangkan kotoran dan debu secara
mekanis dari permukaan kulit dan secara bermakna mengurangi jumlah
mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri dan parasit
lainnya pada kedua tangan. Mencuci tangan dengan menggunakan air dan
sabun dapat lebih efektif membersihkan kotoran dan telur cacing yang
menempel pada permukaan kulit, kuku dan jari-jari pada kedua tangan
(Desiyanto dan Djannah 2012).
Anak pra sekolah adalah anak yang berusia 3-5 tahun dan mengikuti
program pra sekolah (Patmonodewo 2003). Pada masa ini anak
menggunakan fungsi biologisnya untuk menemukan berbagai hal dalam
dunianya. Anak suka bermain dengan posisi sangat berdekatan satu sama
lain, menggunakan tangan untuk meletakkan suatu benda di mulutnya,
makan dan membuang ingus. Kondisi tersebut dapat berdampak pada
tingginya kejadian infeksi pada anak usia prasekolah karena mudahnya
penyebaran beberapa penyakit infeksi melalui tangan. Tingginya angka
penyebaran infeksi yang terjadi di lingkungan sekolah menimbulkan
kecemasan para orang tua, mengganggu konsentrasi belajar anak dan
3
berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap hasil belajar anak
(Cutler 2010).
Salah satu perilaku hidup sehat yang dilakukan anak usia pra sekolah
diantaranya adalah mencuci tangan dengan sabun. Perilaku cuci tangan ini
pada umumnya sudah diperkenalkan kepada anak-anak sejak kecil, tidak
hanya oleh orang tua di rumah, bahkan menjadi salah satu kegiatan rutin
yang diajarkan para guru di Taman Kanak-Kanak sampai dengan Sekolah
Dasar. Pada anak usia 4-5 tahun sangat rentang terkena penyakit, mereka
belum mendapat kesehatan dengan baik dan pada usia tersebut anak masih
berperilaku ceroboh sehingga membahayakan kesehatannya.
Kenyataannya perilaku sehat ini belum menjadi budaya masyarakat kita
dan biasanya hanya dilakukan sekedarnya. Tangan merupakan pembawa
utama kuman penyakit. Sehingga sangat penting perilaku cuci tangan
pakai sabun merupakan perilaku yang sangat efektif untuk mencegah
penyebaran berbagai penyakit menular seperti diare, ISPA dan Flu
Burung.
Mempertahankan kesehatan anak merupakan tanggung jawab orang
tua, namun demikian sekolah-sekolah umum dan departemen kesehatan
telah kontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan anak dengan
menyediakan lingkungan sekolah yang sehat, pelayanan kesehatan, dan
pendidikan kesehatan yang sangat menekankan pada praktik-praktik
kesehatan (Wong 2008). Anak-anak sekolah di dalam kehidupan bangsa
tidak dapat diabaikan, karena mereka inilah sebagai generasi penerus
4
bangsa. Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam
meletakkan dasar perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk
perilaku kesehatan (Notoatmodjo 2010).
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan di TK Aisyiyah Blimbing
Kabupaten Sukoharjo secara observasi saat pengambilan data awal yang
dilakukan peneliti tanggal 23 Desember 2013 pada anak usia pra sekolah
4-5 tahun, didapatkan data bahwa kebiasaan cuci tangan pada anak sudah
diterapkan. Namun kebiasaan cuci tangan ini hanya dilakukan sebelum
makan oleh anak-anak, sedangkan sesudah makan dan setelah main di luar,
anak-anak belum mempunyai kesadaran yang tinggi untuk melakukan cuci
tangan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti ten-
tang Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan dengan
Benar dan Memakai Sabun Pada Anak Usia Pra Sekolah di TK Aisyiyah
Blimbing Kabupaten Sukoharjo.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut : Bagaimana Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak
Mencuci Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun Pada Anak Usia Pra
Sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo?
5
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci
tangan dengan benar dan memakai sabun pada anak usia pra sekolah.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi peran orangtua dalam memotivasi anak
mencuci tangan dengan benar
2. Untuk mengidentifikasi perilaku anak dalam mencuci tangan memakai
sabun.
3. Untuk mengevaluasi peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci
tangan dengan benar dan memakai sabun.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui pentingnya mencuci tangan dengan
benar dan memakai sabun pada anak usia pra sekolah.
1.4.2. Instansi Pendidikan
Sebagai bahan refrensi tambahan dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
6
1.4.3. Peneliti Lain
Peneliti lain dapat mengetahui hasil dari penelitian yang dilakukan
serta dapat menambah pengetahuan peneliti tersebut dan dapat menjadikan
pedoman dalam melakukan penelitian yang sama di daerah lain.
1.4.4. Peneliti
Menjadi pengalaman berharga bagi penulis dan menambah
pengetahuan peneliti tentang peran orangtua dalam memotivasi anak
mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun pada anak usia pra
sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo.
1.4.5. Perawat
Perawat dapat mengetahui pentingnya peran orangtua terhadap
perilaku anak dalam mencuci tangan memakai sabun.
1.5. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
Nama Peneliti Judul Penelitian Metode yang
digunakan
Hasil Penelitian
Dyna Apriany Perbedaan
Perilaku Mencuci
Tangan Sebelum
dan Sesudah
Diberikan
Pendidikan
Kesehatan Pada
Anak Usia 4-5
Tahun
Metode
Kuantitatif
Didapatkan hasil
bahwa
terdapat perbedaan
signifkan antara
perilaku sebelum
dan sesudah diberi-
kan
pendidikan
kesehatan
7
Nama Peneliti Judul Penelitian Metode yang
digunakan
Hasil Penelitian
Fajar Ardi
Desiyanto
Efektivitas
Mencuci Tangan
Menggunakan
Cairan Pembersih
Tangan
Antiseptik (Hand
Sanitizer)
Terhadap Jumlah
Angka Kuman
True
experiment
dengan
rancangan
penelitian
posttest only
control group
design
Bahwa perlakuan
cuci tangan dengan
air mengalir tidak
efektif, sedangkan
kelompok
perlakuan cuci
tangan dengan
sabun, hand
sanitizer A, dan
hand sanitizer B
efektif dalam
penurunan jumlah
angka kuman
dr A. Chusnul
Chuluq Ar,
MPH, Ns. Dian
Susmarini,
S.Kep, MN, Asri
Puji Lestari
Pengaruh
Kegiatan Rutin
Mencuci Tangan
di Sekolah
dengan Perilaku
Mencuci Tangan
Anak Pra
Sekolah Usia 4-6
Tahun di TK
Islam Terpadu
As-Salam Kota
Malang
Design
penelitian ini
adalah cross
sectional
design dengan
menggunakan
Tehnik
sampling yaitu
Total Sampling
Hasil analisa
bivariat
menunjukkan
adanya hubungan
bermakna antara
kegiatan rutin
mencuci tangan
disekolah dengan
perilaku mencuci
tangan anak
prasekolah usia 4-6
tahun (baik
perilaku ketika
disekolah,
dirumah), dengan
kekuatan korelasi
masing-masing
0,338 ; 0,401 ;
0,303. Uji rasio
prevalensi
menunjukkan
kegiatan rutin
mencuci tangan
disekolah
merupakan faktor
8
Nama Peneliti Judul Penelitian Metode yang
digunakan
Hasil Penelitian
(ketika disekolah,
dirumah) dengan
nilai rasio
prevalensi 3,85 ;
1,87 ; 1,37
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peran Orangtua
2.1.1. Pengertian
Peran adalah perilaku yang berkenaan dengan siapa yang memegang
posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam
suatu sistem sosial. Setiap perilaku individu menempati posisi-posisi
multiple, orang dewasa dan pria suami (Biddle dalam Friedmen 2002)
yang berkaitan dengan masing-masing posisi ini adalah sejumlah peran, di
dalam hal posisi ibu, beberapa peran yang terkait adalah sebagai penjaga
rumah, merawat anak, pemimpin kesehatan dalam keluarga, memasak,
sahabat atau teman bermain bagi anak (Friedman 2002).
Peran merupakan seperangkat tingkah laku seseorang yang
diharapkan sesuai dengan fungsi, potensi, kemampuan serta tanggung
jawabnya (Rice 2001). Orang tua merupakan seorang atau dua orang ayah-
bunda yang bertanggung jawab pada keturunannya semenjak terbentuknya
hasil pembuahan atau zigot baik berupa tubuh maupun sifat-sifat moral
dan spiritual (Wadnaningsih 2005).
Orang tua adalah tokoh panutan anak, maka diharapkan orang tua
dapat ditiru, sehingga anak yang bebas bersekolahpun sudah mau dan
mampu melakukan cuci tangan dengan benar melalui model yang ditiru
dari orang tuanya (Maulani dkk 2005)
10
Peran orangtua adalah seperangkat tingkah laku dua orang ayah-ibu
dalam bekerjasama dan bertanggung jawab berdasarkan keturunan sebagai
tokoh panutan anak semenjak terbentuknya pembuahan atau zigot secara
konsisten terhadap stimulus tertentu, baik berupa bentuk tubuh maupun
sikap dan spiritual serta emosional yang mandiri (Wadnaningsih 2005).
2.1.1.1.Macam-macam Peran
Ada dua macam peran :
1. Peran Formal
Peran formal merupakan peran yang membutuhkan
ketrampilan dan kemampuan tertentu dalam menjalankan peran
tersebut. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga yaitu
ayah sebagai pencari nafkah, ibu sebagai pengatur ekonomi keluarga,
di samping itu tugas pokok sebagai pengasuh anak. Jika salah satu
anggota keluarga tidak dapat memenuhi suatu peran, maka anggota
keluarga yang lainnya mengambil alih kekosongan ini dengan
memerankan perannya agar tetap berfungsi dengan baik (Murray dkk
dalam Friedman 2002).
Setiap posisi peran dalam keluarga adalah peran yang terkait,
yaitu sejumlah perilaku yag kurang lebih bersifat homogen. keluarga
membagi peran secara merata kepada para anggotanya seperti cara
masyarakat membagi peran-perannya menurut pentinggnya
pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Ada peran yang
11
yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertetu, ada juga
peran yang tidak terlalu komplek, sehingga dapat didelegasikan
kepada mereka yang kurang terampil atau kepada mereka yang
kurang memiliki kekuasaan (Maulani dkk 2005).
Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga (pencari
nafkah, ibu rumah tanggga, sopir, pengasuh anak, dan lain-lain). Jika
dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang yang memenuhi peran
ini, maka akan lebih banyak tuntutan dan kesempatan bagi anggota
keluarga untuk memerankan beberapa peran pada waktuyang
berbeda. Jika seorang anggota keluarga meninggalkan rumah, dan
karenanya ia tidak memenuhi suatu peran, maka anggota laian akan
mengambil alaih kekosongan ini dengan memerankan perannya agar
tetap berfungsi (Maulani dkk 2005). Peran yang membentuk posisi
sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai barikut :
a. Peran sebagai provaider atau penyedia
b. Sebagai pengatur rumah tangga
c. Perawat anak, baik yang sehat maupun yang sakit
d. Sosialisasi dan rekresasi anak
e. Persaudaraan, memelihara hubungan keluarga peternal man
maternal
f. Peran terapeutik dan peran seksual
12
2. Peran Informal
Peran informal adalah peran yang mempunyai tuntutan yang
berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, jenis kelamin dan lebih
berdasarkan pada atribut personalitas atau kepribadian individu.
Peran formal dapat mempermudah pandangan terhadap sifat masalah
yang dihadapi dan mendapatkan solusi yang tepat. Pelaksanaan peran
informal yang efektif dapat mempermudah pelaksanaan peran-peran
formal (Friedmen 2002).
Peran informal adalah peran yang bersifat implisit, biasanya
tidak tampak, dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan emosional indivudu atau untuk menjaga keseimbangan
dalam keluarga (Maulani dkk 2005). Berikut beberapa contoh peran
informal antara lain :
a. Pendorong. Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga
terjadi kegiatan mendorong, memuji, setuju dengan, dan
menerima kontribusi dari orang lain. Akibatnya ia dapat
merangkul orang lain dan membuatmereka merasa bahwa
pemikiran mereka penting dan bernilai untuk didengarkan.
b. Pengharmonis. pengharmonis yaitu berperan menengahi
perbedaaan yang terdapat diantara para anggota, penghibur dan
menyatukan kembali perbedaan pendapat.
13
c. Inisiator-kontribitor. mengemukakan dan mengajukan ide-ide
baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan
kelompok-kelompok.
d. Pendamai. Pendamai berarti jika terjadi konflik dalam keluarga
maka konflik konflik dapat diselesaikan dengan jalan
musyawaroh atau damai.
e. Pencari nafkah. Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh
orang tua dalam memenuhi kebutuhan, baik material maupun
nonmaterial anggota keluarganya.
f. Perawatan keluarga. Perawatan keluarga yaitu peran yang
dijalankan terkait merawat anggota keluarga jika ada yang sakit.
g. Penghubung keluarga. Perantara keluarga adalah penghubung,
biasanya ibu mengirim dan memonitorkomunikasi dalam
keluarga.
h. Pionir keluarga. Pionir keluarga yaitu membawa keluarga
pindah ke suatu wilayah asing dan mendapatkan pengalaman
baru.
i. Sahabat, Penghibur dan koordinator. Koordinator berarti
mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga
yang berfungsi mengangkat keakraban dan memerangi
kepedihan.
14
j. Pengikut dan saksi. Saksi sama dengan pengikut kecuali dalam
beberapa hal, saksi lebih pasif. Saksi hanya mengamati dan tidak
melibatkan dirinya.
2.1.1.2.Faktor yang Mempengaruhi Peran
1. Faktor Kelas Sosial
Kelas sosial ditentukan oleh unsure-unsur seperti pendidikan,
pekerjaan dan penghasilan. Pendapatan seseorang dari segi finansial
akan mempengaruhi status ekonomi, dimana dengan pendapatan
yang lebih besar memungkinkan lebih bias terpenuhinya kebutuhan,
sehingga yang ada di masyarakat bahwa semakin tinggi status
ekonomi seseorang maka akan semakin tinggi pula kelas sosialnya
(Notoatmodjo 2003).
Pada keluarga dengan status ekonomi kurang, peran orang tua
merupakan hal paling penting dari sang ibu, dimana ibu lebih jauh
bersifat tradisional dalam pandangannya terhadap pengasuhan anak
dengan suatu penekanan yang lebih besar pada kehormatan,
kepatuhan, kebersihan dan disiplin bila dibandingkan dengan
keluarga menengah ke atas yang lebih menitik beratkan pada
pengembangan pengendalian kekuatan sendiri dan kemandirian
prinsip perkembangan dan psikologi dengan orang tua dan anak
(Besmer dalam Friedmen 2002).
15
2. Faktor Bentuk Keluarga
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak
mengingat anak adalah bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat
ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu keperawatan anak
harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai
konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong 2009). Anak
merupakan individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai
dengan tahap perkembangan, meliputi kebutuhan fisiologis sosial
dan spiritual (Hidayat 2008).
Keluarga dengan orang tua lengkap yaitu dengan adanya ayah
dan ibu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anggota keluarga terutama anak, dimana anggota keluarga dengan
adanya ayah dan ibu akan menimbulkan perasaan aman dan nyaman
dalam mengembangkan dan memenuhi kebutuhan fisik, mental dan
sosial dibandingkan dengan keluarga dengan orang tua tunggal yang
hanya mengenal salah satu sosok orang tua sehingga anggota
keluarga atau anak mengalami kesulitan mencari identitas diri
(Wong 2009).
3. Faktor Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga dimulai dari terjadinya
pernikahan yang menyatukan dua pribadi yang berbeda, dilanjutkan
dengan tahap persiapan menjadi orang tua. Tahap selanjutnya adalah
menjadi orang tua dengan anak usia bayi sampai tahap-tahap
16
berikutnya yang berakhir dengan tahap berduka kembali dimana
dalam setiap tahap individu mempunyai peran yang berbeda sesuai
dengan keadaan (Wong 2009).
4. Faktor Model Peran
Individu merupakan bagian dari masyarakat, informasi yang
diterima individu terkait dengan masalah sehari-hari dalam
masyarakat akan menyebabkan masalah peran dari individu tersebut
sehingga akan terjadi transisi peran dan konflik peran (Friedman
2002).
5. Faktor Peristiwa Situasional Khususnya Masalah Kesehatan atau
Sakit
Kejadian kehidupan situasional yang berhadapan dengan
keluarga dengan pengaruh sehat-sakit terhadap peran keluarga, peran
sentral ibu sebagai pembuat keputusan tentang kesehatan utama,
pendidik, konselor, dan pemberi asuhan dalam keluarga (Litman
dalam Friedman 2002).
2.1.2. Motivasi
Motivasi merupakan hasrat didalam diri seseorang yang
menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan (Malthis 2001).
Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi
individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu
(Rivai 2004). Motivasi adalah kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi
17
guna mencapai sasaran organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan
usaha tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah individu (Robins dan
Mary 2005).
Motivasi merupakan faktor psikologis yang menunjukan minat
individu terhadap pekerjaan, rasa puas dan ikut bertanggung jawab
terhadap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan (Masrukhin dan Waridin,
2004). Sedangkan Hasibuan (2004) berpendapat bahwa motivasi adalah
hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia,
supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.
Motivasi merupakan sesuatu yang membuat bertindak atau berperilaku
dalam cara-cara tertentu (Armstrong 1999).
Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa motivasi
merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, memelihara dan
mendorong perilaku manusia. Peran orangtua dalam memotivasi anak
mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun salah satu untuk
menjaga kesehatan anak agar terhindar dari penyakit seperti diare.
2.1.3. Cuci Tangan
Cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang paling
penting. Selain itu mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok
menggunakan dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan
tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas dibawah air yang
mengalir (Potter 2005).
18
2.1.3.1.Pentingnya Mencuci Tangan Memakai Sabun
Mantan Menteri Kesehatan, Dr. dr. Siti Fadilah Supari mengatakan
bahwa kebiasaan mencuci tangan dengan air saja, tidak cukup untuk
melindungi seseorang dari kuman penyakit yang menempel di tangan.
Terlebih bila mencuci tangan tidak dibawah air mengalir. Berbagi kobokan
sama saja saling berbagi kuman. Kebiasaan itu harus ditinggalkan.
Mencuci tangan pakai sabun terbukti efektif dalam membunuh kuman
yang menempel di tangan. Gerakan nasional cuci tangan pakai sabun
dilakukan sebagai bagian dari kebijakan pemerintah untuk pengendalian
risiko penyakit yang berhubungan dengan lingkungan seperti diare dan
penyakit kecacingan (Lestari 2008).
Sama halnya dengan Erman (2007) yang mengatakan bahwa, untuk
mengatasi kuman dibutuhkan pengertian akan pentingnya kebiasaan
mencuci tangan oleh siapapun. Bukan hanya sekedar mencuci tangan saja
melainkan juga menggunakan sabun dan dilakukan di bawah air yang
mengalir karena sabun bisa mengurangi atau melemahkan kuman yang ada
di tangan.
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan kebiasaan yang
bermanfaat untuk membersihkan tangan dari kotoran dan membunuh
kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci tangan
yang baik membutuhkan beberapa peralatan berikut: sabun antiseptic, air
bersih dan handuk atau lap tangan bersih. Untuk hasil yang maksimal
disarankan mencuci tangan selama 20-30 detik (Wati 2010).
19
2.1.3.2.Bahaya Jika Tidak Mencuci Tangan
Disamping manfaat secara kesehatan yang telah terbukti, banyak
orang tidak melakukannya sesering yang seharusnya bahkan setelah ke
kamar mandi. Jika tidak mencuci tangan memakai sabun, kita dapat
menginfeksi diri sendiri terhadap kuman dengan menyentuh mata, hidung
atau mulut. Dan kita juga dapat menyebarkan kuman ke orang lain dengan
menyentuh mereka atau dengan menyentuh permukaan yang mereka
sentuh juga seperti handel pintu. Penyakit infeksi umumnya menyebar
melalui kontak tangan ke tangan termasuk demam biasa (common cold),
flu dan beberapa kelainan system pencernaan seperti diare. Kebersihan
tangan yang kurang juga menyebabkan penyakit terkait makanan seperti
infeksi Salmonella dan E.coli. Beberapa mengalami gejala yang
mengganggu seperti mual, muntah, diare (Lestari 2008).
2.1.3.3.Cara Mencuci Tangan dengan Benar
Mencuci tangan dengan air dan sabun dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
Gambar 1. Cuci tangan memakai sabun (WHO 2013)
20
1. Rata sabun dengan menggosokkan pada kedua telapak tangan.
2. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari, lakukan pada kedua
tangan.
3. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari kedua tangan.
4. Gosok punggung jari kedua tangan dengan posisi tangan saling
mengunci.
5. Gosok ibu jari kiri dengan diputar dalam genggaman tangan kanan,
lakukan juga pada tangan satunya.
6. Usapkan ujung kuku tangan kanan diputar di telapak tangan kiri,
lakukan juga pada tangan satunya kemudian bilas.
7. Setelah selesai mencuci tangan keringkan menggunakan handuk
kertas atau pengering udara.
Gambar 2. 6 Langkah Cuci Tangan (WHO 2013)
21
2.1.4. Sabun
Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa
Natrium atau Kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak
hewani (SNI 1994). Ditambahkan pula oleh Kirk (2005), komponen utama
pembuatan sabun terdiri dari asam lemak rantai C12 – C18 dan garam
sodium atau potassium. Asam lemak yang berikatan dengan garam sodium
(NaOH) dikenal dengan nama hard soaps, sedangkan asam lemak yang
berikatan dengan garam potassium (KOH) dikenal dengan nama soft
soaps.
Sabun dapat dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan
proses netralisasi minyak. Pada proses saponifikasi minyak akan diperoleh
produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan sabun yang diperoleh dengan
proses netralisasi tidak menghasilkan gliserol. Proses saponifikasi terjadi
karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi
terjadi karena reaksi antara asam lemak dengan alkali (Kirk 2005).
2.1.5. Anak Usia Pra Sekolah
Anak usia prasekolah yaitu anak yang berusia 3 sampai 5 tahun.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan biologis, kognitif, psikososial dan
spiritual serta mengalami banyak perubahan fisik dan mental ( Betz 2002).
Anak usia prasekolah biasanya mengikuti program pra sekolah misalnya
kelompok bermain dan Taman Kanak-Kanak (Padmonodewo 2003).
22
Anak usia pra sekolah memainkan peranan penting mengenai citra
tubuhnya. Mereka mengenali perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, dan
ras. Mereka menyadari makna kata “ cantik”, ataupun “ jelek “. Anak
mulai membandingkan postur tubuh dengan teman sebaya dan bisa
membandingkan apakah mereka tinggi, pendek, kecil atau terlalu besar,
anak yang memiliki citra tubuh tidak sempurna akan merasa malu (Wong
2008).
Tugas perkembangan anak usia prasekolah yaitu anak mampu
memakai pakaianya sendiri, Naik turun tangga, memasang manik-manik
besar, membuka kancing depan dan samping, memanjat dan melompat,
Bermain lompat tali dengan cukup baik, melempar bola dengan cukup
baik, menggunting gambar sederhana, mengikat tali sepatu, memukul
kepala paku dengan palu, dapat menulis namanya sendiri dan orang lain,
bermain bersama teman sebaya, mampu menggunakan garpu dan pisau
(Betz 2002).
Perkembangan perilaku sosialisasi pada anak usia pra sekolah yaitu
anak selalu memandang orang tua sebagai figur yang terpenting, bersifat
posesif : ingin maunya sendiri, mampu bekerjasama dengan teman sebaya
dan orang dewasa sehingga dalam melakukan kebiasaan sehari-hari anak
selalu menirukan kebiasaan orang tua dan model peran dewasa lainnya.
Sementara perkembangan moral anak usia pra sekolah yaitu anak melihat
aturan sebagai sesuatu yang kaku dan tidak fleksibel, konsekuensi negatif
dilihat sebagai hukuman terhadap perilaku yang tidak sesuai dan anak
23
selalu melihat orang tua sebagai otoritas tertinggi untuk menetapkan benar
dan salah sehingga anak mulai mendalami proses pengertian benar dan
keliru (Padmonodewo 2003).
2.1.5.1.Ciri-Ciri Anak Usia Pra Sekolah
Menurut Padmonodewo (2003), mengemukakan ciri-ciri anak
prasekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.
1. Ciri Fisik
Penampilan atau gerak-gerik prasekolah mudah dibedakan dengan
anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.
a. Anak dengan prasekolah umumnya sangat aktif. mereka telah
memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat
menyukai kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri. berikan
kesempatan kepada anak untuk lari, memanjat, dan melompat.
usahakan kegiatan-kegiatan tersebut sebanyak mungkin sesuai
dengan kebutuhan anak dan selalu dibawah pengawasan (Pad-
monodewo 2003).
b. Walaupun anak laki-laki lebih besar, namun anak perempuan
lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya da-
lam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik
anak lelaki apabila dia tidak terampil. jauhkan dari sikap mem-
bandingkan lelaki-perempuan, juga dalam kompetensi ket-
rampilan (Padmonodewo 2003).
24
2. Ciri Sosial
Anak prasekolah mudah bersosialisasi dengan orang di
sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua
sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat
menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman.
Sahabat yang biasa dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya,
tetapi kemudian berkembang menjadi sahabat yang terdiri dari jenis
kelamin yang berbeda (Padmonodewo 2003).
3. Ciri Emosional
Anak pra sekolah mudah bersosialisasi dengan orang di
sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua
sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat
menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman.
Sahabat yang biasa dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya,
tetapi kemudian berkembang menjadi sahabat yang terdiri dari jenis
kelamin yang berbeda (Padmonodewo 2003).
4. Ciri Kognitif
Anak prasekolah umumnya sudah terampil berbahasa,
sebagian besar dari mereka senang berbicara, khususnya pada
kelompoknya. Sebaliknya anak diberi kesempatan untuk menjadi
pendengar yang baik (Padmonodewo 2003).
25
2.1.5.2.Tugas Perkembangan Anak
Soetjiningsih (1998), mengemukakan bahwa semua tugas
perkembangan anak usia 4-5 tahun itu disusun berdasarkan urutan
perkembangan dan diatur dalam empat kelompok besar yang disebut
sektor perkembangan yang meliputi:
1. Perilaku Sosial
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan kemandirian,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan misalnya,
membantu di rumah, mengambil makan, berpakaian tanpa bantuan,
menyuapi boneka, menggosok gigi tanpa bantuan, dapat makan
sendiri (Soetjiningsih 1998).
2. Gerakan Motorik Halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian
tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot terkecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat misalnya menggambar garis, lingkaran dan
menggambar manusia (Soetjiningsih 1998).
3. Bahasa
Kemampuan yang memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah, misalnya bicara semua dimengerti, mengenal
dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat besar-kecil
(Soetjiningsih 1998).
26
4. Gerakan Motorik Kasar
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh,
misalnya berdiri dengan satu kaki, berjalan naik tangga dan
menendang bola ke depan (Soetjiningsih 1998).
2.1.5.3.Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak antara lain
(Supartini 2004) :
1. Keturunan
Karakteristik yang diturunkan mempunyai pengaruh besar
pada perkembangan jenis kelamin anak, yang ditentukan oleh seleksi
acak pada waktu konsepsi, mengarahkan pola pertumbuhan dan
perilaku pada aktu orang lain terhadap anak. Jenis kelamin dan
determinan keturunan lain secara kuat mempengaruhi hasil akhir
pertumbuhan dan laju perkembangan untuk mendapatkan hasil akhir
tersebut. Terdapat hubungan yang besar antara orang tua dan anak
dalam hal sifat seperti tinggi badan, berat badan dan laju
pertumbuhan. Kebanyakan karakteristik fisik, termasuk pola dan
bentuk gambaran, bangun tubuh dan keganjilan fisik diturunkan dan
dapat mempengaruhi cara pertumbuhan dan integrasi anak dengan
lingkungan.
27
2. Faktor Neuroendokrin
Penelitian menunjukan kemungkinan adanya pusat
pertumbuhan dalam region hipotalamik yang bertanggng jawab
untuk mempertahankan pola pertumbuhan yang ditetapkan secara
genetik. Beberapa hubungan fungsional diyakini diantara
hipotalamus dan system endokrin yang mempengaruhi pertumbuhan.
3. Nutrisi
Nutrisi mungkin merupakan satu-satunya pengaruh paling
penting pada pertumbuhan. faktor diit mengatur pertumbuhan pada
semua tahap perkembangan dan efeknya ditunjukan pada cara yang
beragam dan rumit, selama masa bayi dan kanak-kanak. Kebutuhan
kalori relative besar dibuktikan oleh peningkatan tinggi dan berat
badan.
4. Hubungan Interpersonal
Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting
dalam perkembangan terutama dalam perkembangan emosi,
intelektual dan kepribadian, terutama dalam perkembangan emosi,
intelektual dan kepribadian tidak hanya kualitas dan kuantitas kontak
dengan orang lain yang memberi pengaruh pada anak yang sedang
berkembang tetapi luasnya rentang kontak penting untuk
pembelajaran dan perkembangan kepribadian yang sehat.
28
5. Tingkat Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi keluarga mempunyai dampak
signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan. Pada semua usia
anak dari kelas atas dan menengah mempunyai tinggilebih dari anak
keluarga dengan strata ekonomi rendah. keluarga dari sosioekonomi
rendah kurang memiliki pengetahuan atau sumber daya yang
diperlukan untuk memberikan lingkungan yang aman, menstimulasi
dan kaya nutrisi yang membantu perkembangan optimal anak.
6. Penyakit
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah satu
manifestasi klinis dalam sejumlah gangguan hereditas. Gangguan
pertumbuhan terutama terlihat pada gangguan skeletal, seperti
berbagai bentuk duarfisme dan sedikitnya satu anomaly kromosom
(syndrome turner) banyak gangguan metabolisme seperti riketsia
resisten-vitamin D, mukopoli sekaridosis dan berbagai gangguan
lain, kecendrungannya adalah kearah persentil atas tinggi badan.
Gangguan apapun yang dicirikan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna dan mengabsorbsi nutrisi tubuh akan memberi efek
merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan.
7. Bahaya Lingkungan
Bahaya dilingkungan adalah sumber kekawatiran pemberi
asuhan kesehatan dan orang lain yang memperhatikan kesehatan dan
keamanan. Cedera fisik paling sering terjadi akibat bahaya
29
lingkungan dan berkaitan dengan usia dapat menimbulkan bahaya
karna ketidakmampuan fisik.
8. Stress pada Masa Kanak-Kanak
Meskipun semua anak mengalami stress beberapa anak muda
tampak lebih rentan dibanding yang lain. Usia anak temperamen
situasi hidup dan status kesehatan mempengaruhi kerentanan reaksi
dan kemampuan mereka mengatasi stress. Orang tua dapat mencoba
untuk mengenali tanda stress untuk membantu anak menghadapi
stress sebelum menjadi berat.
9. Pengaruh Media Massa
Media dapat member pengaruh besar pada perkembangan
anak, media memberi anak suatu cara untuk memperluas
pengetahuan mereka tentang dunia tempat mereka hidup dan
berkontribusi untuk mempersempit perbedaan antar kelas. Anak
dapat mengidentifikasi secara dekat orang atau karakter yang
digambarkan dalam materi bacaan, film, video dan program televisi
serta iklan.
30
2.2. Kerangka Teori
Skema 1. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi
· Pengetahuan
· Sikap
· Kepercayaan
· Keyakinan
· Nilai-nilai
· Motivasi
Faktor Enabling
· Lingkungan
Fisik
· Sarana-sarana
Kesehatan
Faktor Reenforcing
· Peran
Orangtua
Mencuci Tangan
dengan Benar dan
Memakai Sabun
Anak Usia Pra Sekolah
· Fisik
· Sosial
· Emosional
· Kognitif
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
kuantitatif dengan deskriptif analitik dengan metode observasional yaitu
mengetahui peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan
dengan benar dan memakai sabun di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten
Sukoharjo (Dharma 2011).
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetap-
kan oleh penelitian untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah orangtua anak-anak
murid A kelas besar di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo
sebanyak 20 orang.
3.2.2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, A aziz Al-
imul 2007). Sampel yang akan diteliti adalah orangtua anak-anak murid A
32
kelas besar di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo sebanyak 20
orang.
3.2.3. Tehnik Sampling
Teknik penggunaan sampel menggunakan sampling jenuh yaitu
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono 2013).
Sampel yang akan diteliti adalah orangtua anak-anak murid A kelas besar
di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo sebanyak 20 orang.
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat / lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan
data selama kasus berlangsung (Notoatmojo 2003). Penelitian dilakukan di
TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo dan penelitian dilakukan
selama 1 bulan dari tanggal 1 Mei sampai 31 Mei 2014.
3.4. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
3.4.1. Variabel
Variabel adalah karakteritik subjek penelitian yang berubah dari satu
subjek ke subjek lainnya (Hidayat, A aziz Alimul 2007). Dalam peneltian
ini hanya ada satu variabel terikat (dependen) yaitu peran orangtua dalam
memotivasi anak mencuci tangan dengan benar memakai sabun
merupakan suatu tindakan untuk melakukan hidup bersih dan sehat.
33
3.4.2. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak
Mencuci Tangan dengan Benar Memakai Sabun Pada Anak Usia Pra
Sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo.
Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Indikator
Penilaian
Skor Skala
Peran orang
tua dalam
memotivasi
anak cuci
tangan
Seperangkat
aktifitas
orang tua un-
tuk
mengajarkan
kebiasaan
mencuci tan-
gan kepada
anak guna
mencegah
penularan
penyakit.
Menggunakan
Kuesioner yang
terdiri dari 24
item pertanyaan
dengan skala lik-
ert dikategori
untuk jawaban
4= selalu
3= sering
2=kadang
1= tidak pernah
Peran
Orangtua
i. Kategori
baik skor ≥84
ii. kategori se-
dang skor 56-
84
iii. kategori
skor ≤56
Ordinal
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1. Alat Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah jenis
pengukuran dengan mengumpulkan data secara formal kepada subjek
untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam 2011).
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah closedended
questions yaitu kuesioner yang sudah tersedia jawabannya sehingga
responden tinggal memilih. Penelitian ini menggunakan 1 jenis kuesioner
sesuai dengan 1 variabel. Kuesioner mengadopsi dari penelitian Muhamad
Marjuandi pada tahun 2011 yaitu kuesioner peran orangtua dalam memo-
34
tivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun dengan
penelitian yang berjudul “Hubungan antara peran orang tua dalam perilaku
hidup bersih sehat dengan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun pada
anak PraSekolah di TK Assalamah Ungaran Kabupaten Semarang”
(Nursalam 2011).
3.5.2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek
dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Pada penelitian kuantitatif, peneliti harus melaksanakan lima
tugas dalam proses pengumpulan data. Tugas tersebut berhubungan dan
dilaksanakan secara simultan, dengan kata lain tidak secara berurutan.
Tugas tersebut meliputi : memilih subjek, mengumpulkan data secara
konsisten, mempertahankan pengendalian dalam penelitian, menjaga
integritas atau validitas, dan menyelesaikan masalah (Nursalam 2011).
Secara metodologis dikenal beberapa macam teknik pengumpulan
data, diantaranya : Observasi, Wawancara, Angket, Studi dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan cara pengumpulan data dengan angket yaitu
teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner (daftar
pertanyaan/isian) untuk diisi langsung oleh responden seperti yang
dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat umum (fathoni
2006). Dalam penelitian ini adalah melakukan observasi pada seluruh anak
35
murid A kelas besar dan memberikan kuesioner kepada orangtua murid di
TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo.
3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas
3.6.1. Uji Validitas
Untuk mengetahui kuesioner yang kita susun tersebut mampu
mengukur yang hendak diukur maka akan dilakukan uji validitas. Uji
instrumen ini akan dikatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r
tabel (Arikunto 2002). Nilai kritis r tabel dengan n = 20 pada taraf
signifikansi 5% adalah 0,444 (Sugiyono 2005). Validitas instrumen diuji
cobakan pada 20 orang yang diambil secara acak dan memenuhi kriteria
sampel penelitian, yang mana akan diujikan di TK Aisyiyah Blimbing Ka-
bupaten Sukoharjo. Adapun ketentuan pengujiannya yaitu jika nilai rhitung >
rtabel, maka item pertanyaan dinyatakan valid (Sugiyono 2008). Untuk nilai
rtabel dimana n=20, pada taraf signifikan 5% adalah 0,444.
3.6.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berarti instrument yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama
(Sugiyono 2003). Pengujian reliabilitas pada penelitian ini. menggunakan
rumus Alpha Cronbach. Uji instrumen ini dikatakan reliabilitas jika r
hitung atau hasil nilai alpa lebih besar dari r tabel. Nilai r tabel untuk N=20
36
maka nilai df: N - 2 dengan taraf signifikansi 5% yaitu 0,468 (Arikunto
2002).
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.7.1. Pengolahan Data
Etika penelitian menurut Hidayat (2011), terdiri dari 4 macam yaitu:
1. Pengecekan Data (Editing)
Yaitu memeriksa kembali kabenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan, editing dapat dilakukan pada pengumpulan data
atau setelah data terkumpul.
2. Pemberian Kode Data (Coding)
Yaitu memberikan kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori, pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan data menggunakan komputer.
3. Pemprosesan Data (Entering)
Yaitu langkah memasukkan data yang telah di kumpulkan
ke dalam data komputer,kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana.
4. Analisa Data (Analiting)
Dalam melakukan analisis terhadap data penelitian
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan
tujuan yang dianalisis. Data yang telah dikumpulkan pada saat
penelitian kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat.
37
3.6.7. Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis univariat adalah analisis yang
menggambarkan karaktristik setiap variabel (Widyasari dan Anik 2010).
Penelitian ini menggunakan katagori penilaian selalu, sering, kadang-
kadang dan tidak pernah sehingga hasilnya akan tersaji dalam bentuk
distribusi frekuensi.
3.7. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian seorang peneliti harus menerapkan
etika penalitian (Hidayat 2011).
3.7.1. Persetujuan Riset (informed concent)
Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan,
tujuannya agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian, jika
responden bersedia maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus
menghormati hak responden.
3.7.2. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya, semua informasi yang
telah di kumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh peneliti hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
38
3.7.3. Tanpa Nama (Anonimity)
Merahasiakan atau tidak mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data atau penelitian yang akan disajikan.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang peran orangtua dalam
memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun di TK Aisyi-
yah Blimbing Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan data yang diambil selama 7 hari
penelitian yaitu pada tanggal 5 mei 2014 sampai 12 mei 2014 dengan 20 respond-
en yang telah memenuhi kriteria. Dari kegiatan penelitian didapatkan hasil sebagai
berikut :
4.1. Gambaran Penelitian
TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu
TK terbesar yang berada di wilayah Polokarto. Siswa-Siswi yang sekolah
di TK tersebut dikelompokkan berdasarkan usia. Rata-rata jumlah siswa
satu kelas 20 anak dengan usia yang berbeda. Usia 4-5 di kelas yang
lebih kecil dan 5-6 di kelas yang lebih besar, jumlah kelas secara
keseluruhan di TK Aisyiyah sebanyak 8 kelas. Setiap siswa diijinkan
istirahat pada pukul 08.30 WIB. Pintu gerbang Sekolah selalu ditutup
ketika jam masuk tiba, hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan anak.
Fasilitas yang ada di sekolah antara lain adalah tempat mencuci
tangan masih di kamar mandi dan belum ada tempat khusus untuk
mencuci tangan. Kondisi kamar mandi tampak bersih dan airnya jernih.
Lantai kamar mandi tidak tampak licin, anak-anak sering ke kamar mandi
tanpa melepas sepatu.
40
4.2. Karakteristik Responden
4.2.1. Usia Ibu
Karakteristik ibu berdasarkan umur diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu di TK Aisyiyah
Blimbing Tahun 2014
(N=20)
Umur Jumlah Persentase (%)
28-33 tahun 9 45,0
34-40 tahun 7 35,0
41-47 tahun 4 20,0
Total 20 100
Pada Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa mayoritas usia ibu di TK
Aisyiyah Blimbing adalah antara 28-33 tahun dengan jumlah 9 orang
(45%).
4.2.2. Pendidikan Ibu
Karakteristik ibu berdasarkan pendidikan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu di TK Aisyi-
yah Blimbing Tahun 2014
(N=20)
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SD
SMP
SMA
PT
7
9
2
2
35,0
45,0
10,0
10,0
Total 20 100
Pada Tabel 4.2 diatas karakteristik ibu berdasarkan pendidikan
diketahui bahwa mayoritas ibu mempunyai tingkat pendidikan SMP, yaitu
sebanyak 9 orang (45%).
41
4.2.3. Pekerjaan Ibu
Karakteristik ibu berdasarkan pekerjaan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu di TK Aisyiyah
Blimbing Tahun 2014
(N=20)
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Wiraswasta
IRT
3
17
15,0
85,0
Total 20 100
Pada Tabel 4.3 diatas bahwa karakteristik ibu berdasarkan
pekerjaan mayoritas adalah ibu rumah tangga sebanyak 17 orang (85 %).
4.2.4. Jenis Kelamin Anak
Karakteristik anak berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di TK
Aisyiyah Blimbing Tahun 2014
(N=20)
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Perempuan
Laki-laki
8
12
40,0
60,0
Total 20 100
Pada Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin anak di TK
Aisyiyah laki-laki sebanyak 12 orang (60,0%) dan perempuan sebanyak 8
anak (40%), sehingga mayoritas adalah jenis kelamin laki-laki.
42
4.2.5. Usia Anak
Karakteristik anak berdasarkan usia diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Anak di TK Aisyiyah
Blimbing Tahun 2014
(N=20)
Usia Anak Jumlah Presentase (%)
5 6 30,0
6 14 70,0
Total 20 100
Pada Tabel 4.5 diatas bahwa karakteristik anak berdasarkan usia di
TK Aisyiyah adalah anak usia 6 tahun berjumlah 14 anak (70%).
4.3. Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan dengan
Benar dan Memakai Sabun
Hasil analisis adalah sebagai berikut :
Hasil analisis peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci
tangan dengan benar dan memakai sabun adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Hasil Distribusi Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak
Mencuci Tangan dengan Benar dan Memakai Sabun di TK Aisyiyah
Blimbing Tahun 2014
(N=20)
Kategori Peran Jumlah Presentase (%)
Baik 2 10,0
Sedang 16 80,0
kurang 2 10,0
Total 20 100
Pada Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki peran motivasi sedang pada anak, yaitu 16 responden (80 %).
43
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas penelitian yang telah dilaksanakan pada anak
usia pra sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian
menunjukkan bagaimana peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan
dengan benar dan memakai sabun.
Penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya ber-
tujuan untuk mengetahui peran orangtua dalam memotivasi anak mencuci tangan
dengan benar dan memakai sabun pada anak usia pra sekolah di TK Aisyiyah
Blimbing Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 5
Mei 2014 sampai 12 Mei 2014 dengan jumlah sebanyak 20 responden.
5.1. Karakteristik Responden
5.1.1. Usia Ibu
Motivasi orangtua terhadap anak dalam mencuci tangan dengan
benar dan menggunakan sabun pada penelitian ini ditemukan pada sebagi-
an besar ibu dengan usia 28-33 tahun. Menurut Ma’ruf (2006) usia 28-33
tahun merupakan kelompok usia dewasa muda. Menurut Sadli (2010) usia
dewasa muda paling benyak tersentuh dan menyentuh perubahan sosial
yang sedang berlangsung. Mereka juga kelompok yang dijadikan sasaran
program pembangunan, seperti program kesehatan, gizi, dan program
Keluarga Berencana (KB).
44
Orangtua dengan usia dewasa muda akan lebih mudah membimbing
atau mengarahkan anak-anak mereka dalam menjaga kesehatan. Orangtua
akan menyadari pentingnya menjaga kesehatan diri dan anak mereka khu-
susnya dimulai dari hal kecil, seperti mencuci tangan menggunakan sabun.
5.1.2. Pendidikan Ibu
Pada penelitian ini mayoritas ibu dari anak-anak TK Aisyiyah ber-
pendidikan SMP (sekolah menengah pertama). Akhir tamatan SMP ini
lebih mempunyai wawasan luas dibanding mereka yang hanya tamat
sekolah dasar (SD). Pengetahuan yang mereka miliki salah satunya akan
menuntun anak-anak mereka menuju kehidupan yang sehat, karena orang-
tua telah berlandaskan pada ilmu-ilmu dasar terkait masalah kesehatan
yang didapatkan pada pembelajaran di SMP.
5.1.3. Pekerjaan Ibu
Berdasarkan hasil penelitian pekerjaan orangtua dari anak-anak di
TK tersebut mayoritas adalah ibu rumah tangga sebanyak 7 orang (85 %).
Pekerjaan ibu rumah tangga yang cukup padat terkadang membuat ibu ku-
rang memperhatikan anak-anaknya pada dalam menjaga kesehatan, khu-
susnya dalam hal mencuci tangan setelah anak melakukan aktivitas tidak
terlalu diperhatikan.
5.1.4. Jenis Kelamin Anak
45
Jenis kelamin anak di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo
mayoritas adalah laki-laki dengan jumlah 12 anak (60 %). Anak laki-laki
kebanyakan bermain diluar rumah sehingga akan mudah kotor dalam ak-
tivitasnya. Orangtua yang memperdulikan anaknya dalam menjaga
kesehatan akan memberikan motivasi bagi anak-anak mereka dalam
mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah anak melakukan ak-
tivitas yang kotor.
5.2. Peran Orangtua dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan dengan
Benar dan Memakai Sabun
Hasil penilitian menunjukkan bahwa hampir semua orangtua mem-
iliki peran motivasi sedang pada anak. Orangtua yang masuk pada kategori
motivasi sedang yaitu 16 responden (80 %). Menurut Masrukhin dan War-
idin (2004) Motivasi merupakan faktor psikologis yang menunjukan minat
individu terhadap pekerjaan, rasa puas dan ikut bertanggung jawab ter-
hadap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan Hasibuan
(2004) berpendapat bahwa motivasi adalah hal yang menyebabkan,
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat
dan antusias mencapai hasil yang optimal. Peran motivasi orangtua kepada
anak termasuk motivasi sedang hal ini dipengaruhi oleh usia ibu, pendidi-
kan ibu, pekerjaan ibu, jenis kelamin anak. Hal-hal tersebut yang akan
merubah sikap atau tingkah laku orangtua dan anak-anak mereka dalam
menjaga kesehatan sehari-hari.
46
Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa peran orang tua dalam
memotivasi anak untuk memcuci tangan memakai sabun rata-rata di-
pengaruhi karena tingkat pendidikan orang tua hanya sekolah menengah
pertama (SMP) sebanyak (45 %), dengan tingkat pendidikan SMP maka
tingkat pengetahuan orang tua dapat mempengaruhi dalam peran memoti-
vasi anak untuk mencuci tangan dengan menggunkan sabun. Selain pen-
didikan orang tua dengan lulusan tingkat SMP rata-rata bekerja sebagai ibu
rumah tangga sebanyak (85 %). Dengan pekerjaan orang tua sebagai ibu
rumah tanggga maka waktu bersama anak lebih banyak sehingga orangtua
mampu memperhatikan anaknya dalam menjaga kesehatan seperti halnya
mencuci tangan supaya terhindar dari penyakit seperti diare. Selain mem-
iliki nilai positif juga memiliki nilai negatif yaitu ibu hanya berinteraksi
dengan sesama ibu yang memiliki pekerjaan yang sama sehingga tingkat
pengetahuaan ibu hanya biasa dan tidak ada perubahan dalam penge-
tahuan.
Peran orangtua yang konsisten terhadap perilaku hidup sehat akan
ditiru oleh anak kemudian menjadi kebiasaan atau kepribadian anaknya.
Para orangtua sering kali mempraktekan kebiasaan lama mereka yaitu
bermain bebas dengan alam, namun jarang ada penyakit yang
menghinggapi dirinya dan ini dipraktekan pula oleh anaknya. Peran
orangtua sendiri dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan
yang menjadikan baik atau buruknya perilaku orangtua dalam
menanamkan peran motivasi pada anaknya.
47
Mencuci tangan memakai sabun merupakan salah satu kebiasaan
yang tercakup dalam perilaku hidup bersih sehat. Meski terkesan simpel
namun mencuci tangan dengan sabun memiliki manfaat yang sangat besar.
Puluhan penyakit yang ditularkan lewat tangan yang kotor dapat dicegah
dengan mencuci tangan memakai sabun.
Berkaitan dengan penelitian ini maka peneliti berpendapat bahwa
peran orangtua dalam memotivasi pada anak terutama adalah kebiasaan
mencuci tangan. Semakin baik peran orangtua terutama dengan
keteladanan, pendidikan akan pentingnya kesehatan dan serta
menyediakan saran atau fasilitas penunjang maka akan semakin baik pula
anak dalam menerapkan kebiasaan untuk mencuci tangan dengan benar
dan memakai sabun setiap sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
5.3. Keterbatasan Penelitian
Kendala penelitian yaitu dalam pemberian kuesioner tidak secara
langsung diberikan kepada orangtua siswa. Alat penelitian atau kuesioner
diberikan kepada kepala sekolah untuk diberikan siswa dan dibawa pulang
agar kuesioner diisi oleh orangtuanya. Ketidak ada pertemuan dengan
orangtua mempengaruhi jawaban yang akan diisikan pada kuesioner.
Peneliti tidak mengetahui orang yang mengisi kuesioner tersebut, benar-
benar orang tua siswa atau orang lain. Peneliti juga tidak bisa menjelaskan
poin kuesioner secara langsung, apabila orangtua siswa kurang paham ter-
hadap sebagian kuesioner yang diberikan. Peniliti juga tidak melakukan uji
48
validitas dan uji realibilitas karena kuesioner yang digunakan untuk
melakukan penelitian mengabdopsi dari penelitian Marjuandi pada tahun
2011 yang berjudul “Hubungan antara peran orang tua dalam perilaku
hidup bersih sehat dengan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun pada
anak PraSekolah di TK Assalamah, Ungaran, Kabupaten Semarang” selain
itu kuesioner juga sudah teruji validitasnya.
49
BAB VI
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang peran orangtua da-
lam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun pada
anak usia pra sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
6.1. Kesimpulan
6.1.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
peran motivasi sedang pada anak, yaitu 16 responden (80 %).
6.1.2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku anak mencuci tangan
dengan benar dan memakai sabun dipengaruhi oleh peran orangtua dalam
membimbing anak dalam menjaga kesehatannya.
6.1.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran orangtua dalam memotivasi
anak merupakan kewajibannya dalam membimbing dan menjaga
kesehatan anak, khususnya dalam kegiatan mencuci tangan menggunakan
sabun.
50
6.2. Saran
Saran dalam penelitian ini antara lain adalah :
6.2.1. Instansi Pendidikan
Instansi pendidikan hendaknya menambah bahan referensi tambahan
khususnya dalam menjaga perilaku hidup bersih sehingga dapat digunakan
sebagai tambahan pengetahuan bagi muridnya.
6.2.2. Masyarakat
Masyarakat hendaknya menjaga perilaku hidup bersih dengan
mencuci tangan memakai sabun sebelum dan sesudah melakukan kegiatan,
Orangtua dapat mempertahankan peran tersebut, sehingga kesehatan anak
terjaga dengan baik.
6.2.3. Peneliti Selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan kuesioner dapat diberikan
secara langsung pada orangtua siswa tanpa melalui perantara orang lain.
Peneliti lain juga dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua
siswa terkait penelitian yang dilakukan.
6.2.4. Perawat
Perawat perlu untuk memaksimalkan perannya sebagai pendidik
secara langsung dengan memberikan pendidikan atau penyuluhan
kesehatan pada orangtua dan masyarakat pada umumnya tentang perilaku
hidup bersih sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, Michael, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia: A Handbook Of
Human Resource Management. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Arikunto, S, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :
Rineka Cipta.
Arthur, 2006, Peran Aktivitas Pengasuhan Pada Pembentukan Perilaku Anak Se-
jak Sejak Usia Dini: Kajian Psikologis Berdasarkan Teori Sistem Ekologis.
Journal of Child Psychology and Psychiatry.
Betz, Cecili 2002, buku saku keperawatan pediatri Ed.3, EGC, Jakarta.
Cutler, Ron. 2010. Promoting Hygiene in Schools : Breaking The Chain of Infec-
tion. Journal of School Nursing.
Desiyanto, F, A & Djannah, S, N, 2013, Efektivitas Mencuci Tangan
Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Ter-
hadap Jumlah Angka Kuman, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 2, No.
2.
Dharma, Kelana, Kusuma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta Ti-
mur : CV Trans Info Media.
Hasibuan, Malayu. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara.
Jakarta.
Hidayat, A, A. 2007. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data, Ja-
karta: Salemba Medika.
Friedman, M. 2002, Keperawatan keluarga: teori praktek, Edisi ketiga, Jakarta:
Salemba Medika.
Kirk, 2005, ‘Kajian Pengaruh Kosentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat Terhadap Mutu
Sabun Transparan’, Skripsi, Fakultas Tehnologi Pertanian Institut Per-
tanian Bogor.
Lestari, D, 2008, ‘Efektivitas Metode Expository Teaching Terhadap Perilaku
Mencuci Tangan dengan Menggunakan Sabun’, Skripsi, Universitas
Katolik Soegijapranata
Malthis, R.L dan Jackson. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba
Empat.Jakarta.
Masrukhin dan Waridin. 2004. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya
Organisasi Dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai. EKOBIS. Vol
7. No.2. Hal: 197-209.
Maulani, dkk. 2005. Panduan Orang Tua Dalam Menjaga Dan Merawat
Kesehatan Gigi Bagi Anak-Anaaknya. Jakarta: Gramedia.
Ma’ruf, H, 2006, Pemasaran Ritel, Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, Ce-
takan Kedua
Marjuandi, M, 2011, ‘Hubungan antara peran orang tua dalam perilaku hidup ber-
sih sehat dengan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun pada anak Pra-
Sekolah di TK Assalamah, Ungaran, Kabupaten Semarang’, Skripsi, Stikes
Ngudiwaluyo Ungaran.
Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. rineka
Cipta.
Nototatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni, Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmodjo. 2010. Perilaku Kesehatan. Cetakan Ketiga. Edisi Revisi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nursalam. 2011. Buku Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Patmonodewo, S. 2003. Pendekatan Anak Pra Sekolah. Cetakan kedua. Jakarta:
PT. Rineka cipta.
Padmonodewo, Soemiarti 2003, Pendidikan anak prasekolah, PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Rice. 2001. Keluarga Dalam Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak. Bandung :
Prioner Jaya.
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. PT
Rajagrafindo Persada. Jakarta
Riyanti, E. 2008. Pengenalan Dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini.
http://www.google.co.id
Robbins, Stephen. P. dan Mary Coulter. 2005. Manajemen. PT Indeks Kelompok
Gramedia. Jakarta.
Sadli, S, 2010, Pemikiran Tentang Kajian Perempuan, Jakarta : PT Kompas Me-
dia Nusantara.
Soetjiningsih, 1998, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. alfabeta.
Bandung.
Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: EGC.
Supartini, Y. 2004, Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta: EGC.
Tazrian, 2011, ‘Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Mencuci Tangan Pa-
kai Sabun Menggunakan Media Film Terhadap Perubahan Perilaku
Mencuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak Usia Sekolah’. Tugas Akhir,
Universitas Airlangga Surabaya.
Widnaningsih. 2005. Peran Orang Tua Bagi Anak. http://pikiran rakyat.com/anak.
Wati, Nur. 2010. ‘Pengaruh Pemberian Penyuluhan PHBS Tentang Mencuci Tan-
gan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Mencuci Tangan pada Siswa Kelas
V Di SDN Bulukantil Surakarta’, KTI, Universitas Sebelas Maret Surakar-
ta.
WHO 2013, Enam Langkah Cuci Tangan, Diakses 8 Januari 2014,
http://www.who.int
Wong, et al 2008, Buku ajar keperawatan pediatrik Ed.6, EGC, Jakarta.
Wong, L.D. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC.