perkembangan candi borobudur adalah salah satu aset negara sebagai cerminan budaya hindu
TRANSCRIPT
BAB II
ISI
2.1 Sejarah Candi Borobudur
Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis
oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang
memberi nama candi ini. Tidak ada bukti tertulis yang lebih tua yang memberi
nama Borobudur pada candi ini. Satu-satunya dokumen tertua yang menunjukkan
keberadaan candi ini adalah kitab Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu
Prapanca pada tahun 1365. Di kitab tersebut ditulis bahwa candi ini digunakan
sebagai tempat meditasi penganut Buddha.
Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis
oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang
memberi nama candi ini. Tidak ada bukti tertulis yang lebih tua yang memberi
nama Borobudur pada candi ini. Satu-satunya dokumen tertua yang menunjukkan
keberadaan candi ini adalah kitab Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu
Prapanca pada tahun 1365. Di kitab tersebut ditulis bahwa candi ini digunakan
sebagai tempat meditasi penganut Buddha.
Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena
letusan gunung berapi, sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup tanah
vulkanik. Selain itu, bangunan juga tertutup berbagai pepohonan dan semak
belukar selama berabad-abad. Kemudian bangunan candi ini mulai terlupakan
pada zaman Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15.
5
6
Borobudur merupakan salah satu peninggalan sejarah terindah dan terbaik
di dunia yang tercatat dalam Daftar Peninggalan Sejarah Dunia. Candi Borobudur
adalah bangunan agama Budha terbesar di dunia dan telah diakui sebagai
peninggalan sejarah terbesar yang pernah dibuat oleh manusia dan hingga kini
selalu dikunjungi oleh jutaan turis domestik maupun mancanegara.
Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Candi
Borobudur dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa
pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi ini dibangun pada masa kejayaan
dinasti Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang
berasal dari wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini dibangun
sekitar tahun 824 M dan selesai sekitar menjelang tahun 900-an Masehi pada
masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang adalah putri dari Samaratungga.
Sedangkan arsitek yang berjasa membangun candi ini menurut kisah turun-
temurun bernama Gunadharma.
Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena
letusan gunung berapi, sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup tanah
vulkanik. Selain itu, bangunan juga tertutup berbagai pepohonan dan semak
belukar selama berabad-abad. Kemudian bangunan candi ini mulai terlupakan
pada zaman Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15.
Pada tahun 1814 saat Inggris menduduki Indonesia, Sir Thomas Stamford
Raffles mendengar adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di desa
Bumisegoro daerah Magelang. Karena minatnya yang besar terhadap sejarah
Jawa, maka Raffles segera memerintahkan H.C. Cornelius, seorang insinyur
7
Belanda, untuk menyelidiki lokasi penemuan yang saat itu berupa bukit yang
dipenuhi semak belukar.
Cornelius dibantu oleh sekitar 200 pria menebang pepohonan dan
menyingkirkan semak belukar yang menutupi bangunan raksasa tersebut. Karena
mempertimbangkan bangunan yang sudah rapuh dan bisa runtuh, maka Cornelius
melaporkan kepada Raffles penemuan tersebut termasuk beberapa gambar.
Karena penemuan itu, Raffles mendapat penghargaan sebagai orang yang
memulai pemugaran Candi Borobudur dan mendapat perhatian dunia. Pada tahun
1835, seluruh area candi sudah berhasil digali. Candi ini terus dipugar pada masa
penjajahan Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1956, pemerintah Indonesia
meminta bantuan UNESCO untuk meneliti kerusakan Borobudur. Lalu pada tahun
1963, keluar keputusan resmi pemerintah Indonesia untuk melakukan pemugaran
Candi Borobudur dengan bantuan dari UNESCO. Namun pemugaran ini baru
benar-benar mulai dilakukan pada tanggal 10 Agustus 1973. Proses pemugaran
baru selesai pada tahun 1984. Sejak tahun 1991, Candi Borobudur ditetapkan
sebagai World Heritage Site atau Warisan Dunia oleh UNESCO.
Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari
Yogyakarta. Candi Borobudur memiliki 10 tingkat yang terdiri dari 6 tingkat
berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa
utama sebagai puncaknya. Di setiap tingkat terdapat beberapa stupa. Seluruhnya
terdapat 72 stupa selain stupa utama. Di setiap stupa terdapat patung Buddha.
Sepuluh tingkat menggambarkan filsafat Buddha yaitu sepuluh tingkatan
8
Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha di
nirwana. Kesempurnaan ini dilambangkan oleh stupa utama ditingkat paling atas.
Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur mandala yang
menggambarkan kosmologi Buddha dan cara berpikir manusia.
Di keempat sisi candi terdapat pintu gerbang dan tangga ke tingkat di
atasnya seperti sebuah piramida. Hal ini menggambarkan filosofi Buddha yaitu
semua kehidupan berasal dari bebatuan. Batu kemudian menjadi pasir, lalu
menjadi tumbuhan, lalu menjadi serangga, kemudian menjadi binatang liar, lalu
binatang peliharaan, dan terakhir menjadi manusia. Proses ini disebut sebagai
reinkarnasi. Proses terakhir adalah menjadi jiwa dan akhirnya masuk ke nirwana.
Setiap tahapan pencerahan pada proses kehidupan ini berdasarkan filosofi Buddha
digambarkan pada relief dan patung pada seluruh Candi Borobudur.
2.2 Bukti Candi Borobudur sebagai Candi Budha
Siapa tak kenal Candi Borobudur? Candi Budha ini memiliki 1460 relief
dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Jutaan orang mendamba untuk
mengunjungi bangunan yang termasuk dalam World Wonder Heritages ini. Tak
mengherankan, sebab secara arsitektural maupun fungsinya sebagai tempat
ibadah, Borobudur memang memikat hati.
Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan
Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti
Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan
bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun 26 Mei
9
824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama Borobudur sendiri
menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara),
sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak
di tempat tinggi.
Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat.
Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena
tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Enam tingkat paling bawah
berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu
tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat. Setiap
tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha
Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui
setiap tingkatan kehidupan tersebut.
Bagian dasar Borobudur, disebut Kamadhatu, melambangkan manusia
yang masih terikat nafsu. Empat tingkat di atasnya disebut Rupadhatu
melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun
masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan
terbuka. Sementara, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam
stupa yang berlubang-lubang disebut Arupadhatu, melambangkan manusia yang
telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk. Bagian paling atas yang disebut Arupa
melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.
Setiap tingkatan memiliki relief-relief indah yang menunjukkan betapa
mahir pembuatnya. Relief itu akan terbaca secara runtut bila anda berjalan searah
jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita
10
tentang suatu kisah yang sangat melegenda, yaitu Ramayana. Selain itu, terdapat
pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief
tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian
saat itu dan relief kapal layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran
yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang).
Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran
sang Budha. Karenanya, candi ini dapat dijadikan media edukasi bagi orang-orang
yang ingin mempelajari ajaran Budha. YogYES mengajak anda untuk
mengelilingi setiap lorong-lorong sempit di Borobudur agar dapat mengerti
filosofi agama Budha. Atisha, seorang budhis asal India pada abad ke 10, pernah
berkunjung ke candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan
4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.
Berkat mengunjungi Borobudur dan berbekal naskah ajaran Budha dari
Serlingpa (salah satu raja Kerajaan Sriwijaya), Atisha mampu mengembangkan
ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara Vikramasila dan mengajari orang Tibet
tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam naskah dari Serlingpa pun diringkas
menjadi sebuah inti ajaran disebut "The Lamp for the Path to Enlightenment" atau
yang lebih dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.
Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah
bagaimana kondisi sekitar candi ketika dibangun dan mengapa candi itu
ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa mengatakan Borobudur awalnya
berdiri dikitari rawa kemudian terpendam karena letusan Merapi. Dasarnya adalah
prasasti Kalkutta bertuliskan 'Amawa' berarti lautan susu. Kata itu yang kemudian
11
diartikan sebagai lahar Merapi. Beberapa yang lain mengatakan Borobudur
tertimbun lahar dingin Merapi.
Dengan segala kehebatan dan misteri yang ada, wajar bila banyak orang
dari segala penjru dunia memasukkan Borobudur sebagai tempat yang harus
dikunjungi dalam hidupnya. Selain menikmati candinya, anda juga bisa
berkeliling ke desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo
untuk melihat aktivitas warga membuat kerajinan. Anda juga bisa pergi ke puncak
watu Kendil untuk dapat memandang panorama Borobudur dari atas. Tunggu apa
lagi? Tak perlu khawatir gempa 27 Mei 2006, karena Borobudur tidak terkena
dampaknya sama sekali.
2.3 Struktur dari bangunan Candi Borobudur
Menurut Sutanto (2005) candi Borobudur dibangun pada saat masa
kepemimpinan Raja dari wangsa Syailendra yang sangat terkenal, yaitu
Samaratungga, sekitar tahun 800-an Masehi (tulisan: Sejarah Borobudur). Candi
ini dikelilingi oleh beberapa gunung dan pegunungan serta terletak dalam satu
wilayah perbukitan (selengkapnya: Borobudur Nan Megah). Struktur bangunan
candi merupakan tumpukan bebatuan yang diletakkan di wilayah perbukitan alami
yang menjulang tinggi. Batu yang disusun menjadi candi tersebut merupakan batu
andesit sebanyak 55.000 m3, dengan bangunan berbentuk limas berjenjang yang
dilengkapi tangga naik di keempat sisinya (timur, selatan, barat dan utara).
Candi Borobudur tidak memiliki ruangan yang memungkinkan
pengunjung dapat memasukiknya, jadi para pengujung hanya dapat mencapai
12
terasnya. Lebar bangunan candi ini adalah 123 m dan panjangnya 123 m, serta
tinggi candi bangunan candi adalah 345 m. Seluruh kaki candi merupakan
tumpukan batu andesit sebanyak 12.750m3, yang berfungsi sebagai selasar dan
undakannya.
Borobudur merupakan deskripsi dari perjalanan kehidupan manusia dan
kaitannya dengan alam semesta yang diyakini oleh warga Budha Mahayana, yaitu
Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu.
Kamadhatu merupakan alam bawah atau dunia hasrat dan hawa nafsu;
Dunia Kamadhatu menunjukkan bahwa manusia terikat pada hasrat dan hawa
nafsu, serta cenderung terpengaruh dan dikuasai oleh hawa nafsu. Gambaran dan
deskripsi alam kamadhatu secara jelas dalam bentuk relief-relief yang terdapat
pada kaki candi asli yang melambangkan adegan Karmawibhangga, yang
melukiskan hukum sebab akibat.
Rupadhatu merupakan alam antara atau dunia rupa; Dunia Rupadhatu
menggambarkan bahwa manusia telah meninggalkan segala urusan duniawi
dengan meninggalkan hawa nafsu dan segala urusan duniawi. Gambaran tahapan
ini dilambangkan dengan bentuk lorong penghubung antara tingkat satu sampai
tingkat empat.
Arupadhatu merupakan alam atas atau dunia tanpa rupa; Dunia
Arupadhatu merupakan gambaran tentang tempat bersemayamnya para Dewa.
Gambaran tahapan ini dilambangkan dengan teras bundar di tingkat satu, dua dan
tiga, serta kehadiran stupa induk pada tingkat tertinggi.
13
Selain gambaran kondisi dunia yang terkait dengan perjalanan hidup
manusia dalam bentuk relief-relief yang ada, terdapat pula beberapa patung Budha
(kurang lebih sebanyak 504 buah) dan stupa (yang terdiri dari stupa induk, stupa
berlubang dan stupa kecil). Penjelasan rinci patung dan stupa yang terdapat di
candi Borobudur disajikan pada Patung dan Stupa Borobudur.Candi Borobudur
berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur
sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai
puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
Borobudur yang bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas filsafat mazhab
Mahayana. bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan
Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih
dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup oleh
tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada
bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita
Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga
orang masih dapat melihat relief pada bagian ini. Empat lantai dengan dinding
berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk
persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu,
tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam
antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini
patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau
selasar.
14
Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan
ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah
lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana
manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun
belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa
yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung
itu masih tampak samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan
berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-
lubang. Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak
sempurna atau disebut juga unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai
patung Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung
pada stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya
pada zaman dahulu. menurut kepercayaan patung yang salah dalam proses
pembuatannya memang tidak boleh dirusak. Penggalian arkeologi yang dilakukan
di halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini.
Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan
relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang
dikirimkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia
Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia
Belanda ketika itu.
Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain.
Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-
15
lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong
inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi
candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-
tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang
merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia. Struktur
Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur Mandala. Struktur Borobudur
tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-
balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam
tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan
sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-
tingkatannya beberapa stupa.
2.4 Perkembangan CandiBorobudur Adalah Salah Satu Aset Negara
Sebagai Cerminan Budaya Hindu.
Persebaran agama Budha dari India bukan hanya melalui jalur darat atau
jalur sutra (Silk Route) tetapi juga melalui jalur laut (Sea-route), yang dipicu
oleh perkembangan perdagangan internasional, peranan kepulauan nusantara
khususnya Sumatra dan Jawa menjadi sangat penting. Proses persebaran pengaruh
Budhisme (termasuk juga Hinduisme) dari India ke nusantara selama ini dikenal
sebagai proses Indianisasi, suatu istilah yang sebenarnya kurang tepat. Dengan
istilah ‘Indianisasi’ seakan-akan kepulauan nusantara mendapat pengaruh secara
16
penuh dari India. India dianggap sebagai ‘donor culture’ dan Jawa-Sumatra
ditempatkan di dalam posisi ‘recipient culture’.
Himansu Bhusan Sarkar mencatat bahwa di dalam teks Budhist
Dīpavamsa dan Mahāvamsa disebut-sebut perdagangan laut dari Bengal ke Asia
Tenggara pada sekitar abad ke-3 SM. Ada tiga zona di wilayah Asia Selatan dan
Asia Tenggara yang selalu dikontrol oleh para penguasa maritim. Zona pertama
mencakup Laut Arabia yang dibatasi oleh Somalia di barat, Oman, Irak, Iran dan
Pakistan di sebelah utara, dan Pakistan serta India bagian barat di sebelah timur
termasuk Srilangka. Zona kedua meliputi Teluk Bengal, Burma, Malaya, serta
Sumatra bagian barat di timur. Zona ketiga adalah wilayah laut Cina Selatan.
Di dalam tulisannya yang lain, Sarkar menyatakan tentang adanya
hubungan budaya antara Bengal dengan pulau Jawa. Namun baru setelah
N.J.Krom menerbitkan bukunya Hindoe-Javaansche Geschiednis (1926)
informasi tentang hubungan budaya antara Jawa dan India (Bengal) mendapat
perhatian para sarjana seperti F.D.K. Bosch dan W.F. Stutterheim[ Pulau Jawa
terletak dalam lokasi yang strategis dalam persebaran Budhisme karena berada di
jalur laut yang menghubungkan India, Asia Tenggara, dan China. Hal ini
membawa kebudayaan Jawa (Indonesia) memiliki ciri-ciri yang spesifik.
Zoetmulder menyatakan bahwa:
Pulau Jawa (atau kepulauan di nusantara secara keseluruhan) secara geografis di
pertengahan jalur laut, jalur transmisi Budhisme antara Asia Selatan dan Asia
Timur.
17
Berita tertua sejarah perkembangan Budhisme barangkali dari riwayat
perjalanan Fa Xian. Ia mulai perjalanan dari Cina ke India dalam tahun 399 dan
kembali ke Cina via jalur laut pada tahun 414 M. Pada tahun 413 Fa Xian singgah
di pulau Jawa dan tinggal di Jawa selama 5 bulan. Pada tahun itu Budhisme di
nusantara baru dalam tahap kelahirannya. Dapat dipahami mengapa catatan Fa
Xian hanya sedikit dalam hal agama Budha di Jawa. Di dalam catatan berita Cina
disebutkan bahwa Fa Xian sampai di Ye-P’o-T’i, tempat yang diasumsikan
sebagai Jawa. Pada abad V M berita Cina juga menyebutkan bahwa kerajaan
Cho-po merupakan kerajaan yang penting.Di dalam catatan sejarah Dinasti Sung
diberitakan bahwa pada tahun 430 kerajaan Ho-lo-tan mengirimkan utusannya ke
Cina, kemudian juga mengirimkan utusan lagi pada tahun 433/434 dan 452. Ho-
lo-tan dikatakan terletak di Cho-po. Banyak tafsiran untuk mengidentifikasi Ho-
lo-tan, namun menurut Majumdar Ho-lo-tan sama dengan kerajaan
Taruma.Berdasarkan catatan Cina tahun 519 M seorang biksu dari Kashmir
bernama Gunavarman juga datang di Jawa dan tinggal di kerajaan di Jawa, ia
berhasil mengajak raja dan keluarganya, bahkan rakyatnya, untuk memeluk agama
Budha. Ia juga menterjemahkan beberapa buku seperti Dharmagupta-bhiksu-
karma dan Bodhisattva-bhumi-bhadra-sila-sutra. Berdasarkan catatan
Gunavarman dapat diperkirakan bahwa pada abad V Masehi, pulau Jawa bukan
lagi pulau yang terisolir dan agama Budha mulai perkembangannya saat itu. Pulau
Sumatra juga menjadi saksi perkembangan agama Budha pada periode awal. Di
dalam buku Sejarah Dinasti Liang (502-506) disebutkan bahwa di Sumatra pada
sekitar abad V-VI telah ada agama Budha. Sumber-sumber dari Tibet juga
18
menyebutkan bahwa perkembangan agama Budha terjadi di Sumatra pada abad V
Masehi. Cukup menarik bahwa sebuah arca Budha dari bahan perunggu telah
ditemukan di Sempaga (Sulawesi) dan di Jember (Jawa Timur). Dari
pembandingan gaya, kedua arca Budha tersebut sangat mirip dengan arca Budha
di Amaravati. Oleh karena itu kedua arca Budha tersebut diduga berasal dari India
selatan atau Srilangka.