pesan utama - 一键安装包 lnmp lnmp一键安装包...

2
Volume 1, No 3, 2010 DUKUNGAN KEBIJAKAN DAN PERANAN PEMERINTAH DALAM MENUJU SWASEMBADA GARAM Pencanangan swasembada garam pada tahun 2015 oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada tanggal 26 Desember 2009 di Pamekasan Madura telah memicu dan memacu pengarahan program – program di beberapa kementerian dan lembaga untuk mendukung swasembada garam. Kementerian yang memfokuskan program dukungan swasembada garam adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dan Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal serta Pemerintah Daerah. Untuk menghindari terjadinya tumpang tindih dalam melaksanakan program kegiatan masing-masing kementerian/lembaga maka sangat diperlukan adanya koordinasi agar program tersebut dapat berjalan dengan baik. Tujuan swasembada garam harus berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan petambak garam. Swasembada garam nasional diarahkan pada 1. Peningkatan produksi dan kualitas untuk memenuhi kebutuhan nasional 2. Subsitusi impor secara bertahap 3. Meningkatkan kesejahteraan petambak garam 4. Mendorong persebaran pegaraman 5. Mengembangkan industri hilir berbasis soda (Na) dan khlor (Cl). Tulisan ini untuk mengulas dan mengkaji dukungan kebijakan dan peranan pemerintah dalam mensukseskan swasembada garam. MENGAPA HARUS SWASEMBADA GARAM Meskipun sebagai negara bahari beriklim tropis dengan dua pertiga wilayahnya laut dan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, namun produksi garam Indonesia tahun 2007-2010 sangat rendah hanya 1,4 juta ton per tahun. Produksi ini tidak cukup memenuhi kebutuhan dalam negeri yang pada tahun 2010 mencapai 2,9 juta ton per tahun. Garam merupakan salah satu potret ironis industri Indonesia, disatu sisi sebagai negara bahari dengan potensi garam, namun di sisi lain garam yang dihasilkan sangat rendah. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BALAI BESAR RISET SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN Jl. K.S Tubun Petamburan VI Jakrta Pusat 10260 Telp. (021) 5365012 Fax 53650159 E-mail: [email protected] Tabel 1. Pasokan dan Kebutuhan Garam Nasional (dalam 000 ton) Tahun Uraian 2007 2008 2009 2010 Pasokan Dalam Negeri 1,150 1,199 1,371 1,400 Kebutuhan 2,619 2,667 2,888 2,985 Garam Industri CAP (Chlor Alkali Plain) 1,320 1,350 1,560 1,638 Garam Konsumsi 680 687 693 707 Industri Pangan 444 455 460 465 Pengeboran Minyak 125 125 125 125 Aneka 50 50 50 50 PESAN UTAMA Sumber : Kementerian Perindustrian, 2010 Kementerian Koperasi dan UKM Pemerintah Daerah Pembinaan kelembagaan kelompok petambak garam Pembinaan, penguatan dan pendampingan kelompok Petambak garam untuk pelaksanaan produksi. Penguatan kelembagaan koperasi petambak garam Pemberian bimbingan penerapan teknologi pegaraman kepada petambak Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal garam dan iodisasi garam bagi produsen (demplot, dan distribusi garam beryodium). Pengadaan fasilitasi pengembangan garam di Jawa Timur berupa: pengadaan mesin pencuci garam, diesel pompa air, kincir angin, Pendorong dan penyediaan fasilitas produsen untuk penerapan SNI. pembangunan jalan produksi. Pengaturan distribusi garam di daerah yang mengacu pada ketentuan nasional. Kementerian Pekerjaan Umum Monitoring dan evaluasi di tingkat produsen dan distribusi di setiap kabupaten. Penyediaan sarana dan prasarana dan infrastruktur di lahan pengembangan garam. FOKUS KEGIATAN SWASEMBADA GARAM Kementrian Badan Usaha Milik Negara Fokus utama dalam kegiatan swasembada garam difokuskan pada aspek Pengaturan posisi PT Garam dalam tata niaga garam kebijakan dan peraturan dan aspek teknis. Beberapa kementerian/lembaga Penjamin PT. Garam jika ditunjuk sebagai buffer untuk melakukan yang bertanggungjawab terhadap kegiatan swasembada garam disajikan pembelian garam rakyat. Tabel 3. No Uraian Penanggung Jawab Aspek Kebijakan dan Peraturan 1 Pemetaaan dan Penataan Lahan BPN, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kehutanan, 2 Penataan Tata Niaga Kementerian Perdagangan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian. 3 Penentuan Harga Dasar Kementrian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Kelautan dan Perikanan Aspek Teknis 1 Intensifikasi, Revitalisasi dan Ekstensifikasi Lahan Tambak Garam Kementerian Kelautan dan Perikanan 2 Pengembangan Infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Daerah 3 Peningkatan manajemen produksi dan kualitas garam Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian 4 Peningkatan SDM dan kelembagaan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koperasi dan UKM 5 Peningkatan akses dan permodalan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koperasi dan UKM Tabel 3. Fokus Kegiatan Swasembada Garam Oleh: Manadiyanto KESIMPULAN Dukungan Kebijakan dan peranan kementerian/lembaga serta Pemerintah Daerah sangat penting untuk swasembada garam. Indonesia saat ini masih banyak membutuhkan garam sebesar 2.865.600 ton namun produksi nasional yang dihasilkan sangat terbatas hanya 1.265.600 ton, sehingga kekurangannya sebesar 1.600.000 ton dipenuhi dari impor. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan strategi yaitu melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan revitalisasi lahan. Kondisi lahan garam yang ada seluas 37.463 hektar dan lahan garam yang produktif 19.889 hektar atau 53 % dan tersebar di pulau Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Ada beberapa permasalahan dan isu-isu strategis yang perlu mendapat perhatian dan dicari solusinya dengan segera dalam mensukseskan swasembada garam yaitu kelembagaan, infratruktur dan fasilitas produksi, permodalan dan manajemen usaha, regulasi, tata niaga dan mutu. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun, Petamburan VI Jakarta 10260 Telp: (021) 53650162, Fax: (021) 53650159, E-mail: [email protected] 1 Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun, Petamburan VI Jakarta 10260 Telp: (021) 53650162, Fax: (021) 53650159, E-mail: [email protected] 4

Upload: vuliem

Post on 15-May-2018

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Volume 1, No 3, 2010

DUKUNGAN KEBIJAKAN DAN PERANAN PEMERINTAH DALAMMENUJU SWASEMBADA GARAM

Pencanangan swasembada garam pada tahun 2015 oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada tanggal 26 Desember 2009 di Pamekasan Madura telah memicu dan memacu pengarahan program – program di beberapa kementerian dan lembaga untuk mendukung swasembada garam. Kementerian yang memfokuskan program dukungan swasembada garam adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dan Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal serta Pemerintah Daerah. Untuk menghindari terjadinya tumpang tindih dalam melaksanakan program kegiatan masing-masing kementerian/lembaga maka sangat diperlukan adanya koordinasi agar program tersebut dapat berjalan dengan baik. Tujuan swasembada garam harus berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan petambak garam.Swasembada garam nasional diarahkan pada

1. Peningkatan produksi dan kualitas untuk memenuhi kebutuhan nasional2. Subsitusi impor secara bertahap3. Meningkatkan kesejahteraan petambak garam4. Mendorong persebaran pegaraman5. Mengembangkan industri hilir berbasis soda (Na) dan khlor (Cl).

Tulisan ini untuk mengulas dan mengkaji dukungan kebijakan dan peranan pemerintah dalam mensukseskan swasembada garam.

MENGAPA HARUS SWASEMBADA GARAM

Meskipun sebagai negara bahari beriklim tropis dengan dua pertiga wilayahnya laut dan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, namun produksi garam Indonesia tahun 2007-2010 sangat rendah hanya 1,4 juta ton per tahun. Produksi ini tidak cukup memenuhi kebutuhan dalam negeri yang pada tahun 2010 mencapai 2,9 juta ton per tahun. Garam merupakan salah satu potret ironis industri Indonesia, disatu sisi sebagai negara bahari dengan potensi garam, namun di sisi lain garam yang dihasilkan sangat rendah.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANANBALAI BESAR RISET SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANANJl. K.S Tubun Petamburan VI Jakrta Pusat 10260Telp. (021) 5365012 Fax 53650159 E-mail: [email protected]

Tabel 1. Pasokan dan Kebutuhan Garam Nasional (dalam 000 ton)

Tahun Uraian

2007 2008 2009 2010

Pasokan Dalam Negeri 1,150 1,199 1,371 1,400 Kebutuhan 2,619 2,667 2,888 2,985

· Garam Industri CAP (Chlor Alkali Plain) 1,320 1,350 1,560 1,638

· Garam Konsumsi 680 687 693 707

· Industri Pangan 444 455 460 465

· Pengeboran Minyak 125 125 125 125

· Aneka 50 50 50 50

PESAN UTAMA

Sumber : Kementerian Perindustrian, 2010

Kementerian Koperasi dan UKM Pemerintah Daerah

·Pembinaan kelembagaan kelompok petambak garam ·Pembinaan, penguatan dan pendampingan kelompok Petambak garam untuk pelaksanaan produksi.·Penguatan kelembagaan koperasi petambak garam

·Pemberian bimbingan penerapan teknologi pegaraman kepada petambak Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal garam dan iodisasi garam bagi produsen (demplot, dan distribusi garam

beryodium).·Pengadaan fasilitasi pengembangan garam di Jawa Timur berupa: pengadaan mesin pencuci garam, diesel pompa air, kincir angin, ·Pendorong dan penyediaan fasilitas produsen untuk penerapan SNI.pembangunan jalan produksi. ·Pengaturan distribusi garam di daerah yang mengacu pada ketentuan

nasional.Kementerian Pekerjaan Umum ·Monitoring dan evaluasi di tingkat produsen dan distribusi di setiap

kabupaten.·Penyediaan sarana dan prasarana dan infrastruktur di lahan pengembangan garam. FOKUS KEGIATAN SWASEMBADA GARAM

Kementrian Badan Usaha Milik NegaraFokus utama dalam kegiatan swasembada garam difokuskan pada aspek

·Pengaturan posisi PT Garam dalam tata niaga garamkebijakan dan peraturan dan aspek teknis. Beberapa kementerian/lembaga

·Penjamin PT. Garam jika ditunjuk sebagai buffer untuk melakukan yang bertanggungjawab terhadap kegiatan swasembada garam disajikan pembelian garam rakyat. Tabel 3.

No Uraian Penanggung Jawab

Aspek Kebijakan dan Peraturan 1 Pemetaaan dan Penataan Lahan BPN, Kementerian Kelautan dan

Perikanan, Kementerian Kehutanan, 2 Penataan Tata Niaga Kementerian Perdagangan, Kementerian

Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian.

3 Penentuan Harga Dasar Kementrian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Aspek Teknis

1 Intensifikasi, Revitalisasi dan Ekstensifikasi LahanTambak Garam

Kementerian Kelautan dan Perikanan

2 Pengembangan Infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum,Pemerintah Daerah

3 Peningkatan manajemen produksi dan kualitas garam

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian

4 Peningkatan SDM dan kelembagaan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koperasi dan UKM

5 Peningkatan akses dan permodalan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koperasi dan UKM

Tabel 3. Fokus Kegiatan Swasembada Garam

Oleh: Manadiyanto

KESIMPULAN

Dukungan Kebijakan dan peranan kementerian/lembaga serta Pemerintah Daerah sangat penting untuk swasembada garam. Indonesia saat ini masih banyak membutuhkan garam sebesar 2.865.600 ton namun produksi nasional yang dihasilkan sangat terbatas hanya 1.265.600 ton, sehingga kekurangannya sebesar 1.600.000 ton dipenuhi dari impor. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan strategi yaitu melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan revitalisasi lahan. Kondisi lahan garam yang ada seluas 37.463 hektar dan lahan garam yang produktif 19.889 hektar atau 53 % dan tersebar di pulau Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Ada beberapa permasalahan dan isu-isu strategis yang perlu mendapat perhatian dan dicari solusinya dengan segera dalam mensukseskan swasembada garam yaitu kelembagaan, infratruktur dan fasilitas produksi, permodalan dan manajemen usaha, regulasi, tata niaga dan mutu.

Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun, Petamburan VI Jakarta 10260

Telp: (021) 53650162, Fax: (021) 53650159, E-mail: [email protected] 1Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Jl. KS. Tubun, Petamburan VI Jakarta 10260Telp: (021) 53650162, Fax: (021) 53650159, E-mail: [email protected] 4

ketentuan. Pengolahan, Pengemasan dan pelabelan garam beryodium PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGISharus dilakukan oleh Badan Usaha yang berbadan hukum atau koperasi yang ditunjuk oleh Menteri Perindustrian.Kompleksitas permasalahan dan isu-isu strategis dalam mendukung dan

mensukseskan swasembada garam meliputi :2. Peraturan Menteri Perdagangan No. 44/M-DaG/PER/10/2007 tentang

Perubahan Atas Perubahan Menteri Perdagangan No.20/A. Kelembagaan M-DAG/PER/9/2005 tentang Ketentuan Impor Garam, yang mengatur Posisi tawar (bargaining position) petambak garam lemah karena belum tentang indutri diperbolehkan melakukan impor sepanjang tahun namun adanya kelembagaan yang representatif, dan kuat dalam memperjuangkan impor garam untuk industri iodisasi (garam konsumsi) dibatasi hanya kepentingan petambak garam.pada Januari – Juni karena impor dilarang dilakukan dalam masa satu bulan sebelum panen garam rakyat, selama panen raya dan dua bulan B. Infrastruktur dan fasilitas produksisetelah panen raya garam rakyat. Impor garam untuk industri garam Luas pegaraman potensial Indonesia seluas 34.731 Ha baru sekitar konsumsi juga dilarang jika harga rata-rata garam curah diatas truk di titik 20.150 Ha atau 58 persen yang dimanfaatkan untuk memproduksi garam. pengumpul lebih murah dari patokan pemerintah.Produksi yang dihasilkan rata-rata 60 ton/Ha/musim. Fasilitas produksi garam

masih bersifat tradisional serta penanganan pasca panen dan transportasi Kementerian Perdagangan juga menerbitkan Peraturan Dirjen membutuhkan biaya tinggi. Saluran untuk pasokan air laut ke tambak masih

Perdagangan Luar Negeri Nomor: 07/DAGLU/PER/2008 tentang harga terbatas. Jalur produksi ke tambak dan collecting point belum memadai patokan impor garam dinaikkan dari Rp.250.000 per ton menjadi Rp.325.000 sehingga biaya angkut tinggi.per ton untuk garam kualitas baik (KP1). Sedangkan untuk kisaran sedang KP2 harganya dinaikkan menjadi Rp.250.000 per ton dari sebelumnya C. Permodalan dan manajemen usaha.Rp.190.000 per ton.Sulitnya mengakses lembaga keuangan pembiayaan/perbankan

untuk memperoleh modal usaha. Lemahnya kapasitas sumberdaya petambak Peranan Kementerian / Lembagagaram dalam mengelola usaha serta mengakses informasi pasar dan

teknologi.

Adapun peranan Kementerian dan lembaga dalam mensukseskan wujudnya D. Regulasi swasembada garam tahun 2015 antara lan :

Adanya jaminan pasar dan harga dasar di tingkat petambak garam perlu segera direalisasikan, sehingga harga garam tidak ditentukan sepihak oleh Kementerian Kelautan dan Perikanantengkulak dan pedagang garam. Bila harga dasar ditetapkan maka harus · Penerapan target pencapaian swasembada garam konsumsi pada 2012diimbangi dengan lembaga yang mengawasinya. Pengaturan garam impor dan swasembada garam industri 2015. yang semula bertujuan melindungi petambak garam dalam rangka ·Intensifikasi, revitalisasi, ekstensifikasi dan pemberdayaan usaha garam. meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petambak garam, tidak efekif ·Alternatif teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas garam.dalam implementasinya akibat mekanisme pengawasan yang lemah dan tidak adanya sanksi terhadap pelanggaran. Pengaturan pengadaan garam Kementerian Perindustrianberyodium, pengolahan, pengemasan dan pelabelan garam beryodium sulit ·Pelaksanakan program fasilitasi dalam hal investasi, sarana produksi, dilakukan pada tataran petambak garam. distribusi dan pemasaran serta kelembagaan.

·Pengembangan demplot pegaraman melalui penerapan manajemen E. Tata Niaga mutu pegaraman/teknologi kristalisasi bertingkat.

Komsumsi garam nasional pada tahun 2009 sekitar 2.865.600 ton, garam ·Pembangunan fasilitas infrastruktur seperti saluran primer, sekunder, industri Chlor Alkali Plain (CAP) sebesar 1.699.500 ton dan garam Industri pintu air di beberapa daerah seperti di Jawa Barat (Cirebon), Jawa Tengah Non Chlor Alkali Plain (Non CAP) sebesar 1.166.100 ton, kemampuan produksi (Pati, Rembang), Jawa Timur (Sampang, Pamekasan dan Sumenep), hanya sebesar 1.265.600 ton sehingga 1.600.000 ton garam harus diimpor. Sulawesi Selatan (Jeneponto), NTB (Bima dan Lombok Timur) dan NTT Petambak garam tidak mengetahui secara pasti spesifikasi teknis/kelas/grade (Kupang).mutu garam berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan tidak ·Pembinaan dengan memberikan fasilitas infrastruktur dan penerapan mengetahui begaimana harga patokan garam ditetapkan, pada umumnya manajemen lahan dapat meningkatkan produktivitas 20-50 % dan kualitas harga di tingkat petambak garam ditentukan oleh tengkulak. Distribusi hasil kadar NaCl meningkat 2-5 % dari kondisi garam rakyat 85-90 %.produksi garam rakyat belum mampu menembus area pasar potensial secara ·Pemberian bantuan peralatan iodisasi garam untuk meningkatkan langsung. Deviasi harga di tingkat produsen dengan tingkat harga di tingkat produksi garam beryodium di sentra produksi garam.konsumen terlalu besar sehingga merugikan petambak garam sebagai produsen. Terjadinya penguasaan kartel perdagangan garam di tingkat lokal Kementerian Perdagangandan regional. ·Pengaturan impor garam melalui peraturan:

-Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 20/M-DAG/PER/9/2005 F. Mutu

tentang Ketentuan Impor Garam.Persyaratan mutu garam indutri baik untuk Chlor Alkali Plain (CAP)

-Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 44 tentang Ketentuan/ maupun indutri makanan belum dapat dipenuhi.

M-DAG/PER/10/2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 20/M-DAG/PER/9/2005 tentang Ketentuan

DUKUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH Impor Garam.

-Peraturan Dirjen Perdagangan Luar Negeri tentang Penetapan 1. Keppres No.69/1994 tentang Pengadaan Garam yang mengatur tentang Harga Garam.

garam untuk konsumsi dan industri makanan harus beryodium sesuai ·Pengawasan terhadap distribusi garam.dengan SNI. Garam beryodium harus dikemas dan dilabel sesuai dengan

Kebutuhan impor garam nasional pada tahun 2008 mencapai 1.630 ribu ton. Jumlah ini terus meningkat pada tahun 2009 sebesar 1.730 ribu ton dan sampai tahun 2010 sudah mencapai 905,5 ribu ton. Kebutuhan impor garam ini dipasok oleh sebanyak 28 perusahaan importir. Yang mengimpornya dari empat negara, yaitu Australia (80 %), India (10 %), China (4 %) dan New Zealand (0,1 %).

Berdasarkan data Sucofindo (2010), perusahaan importir garam terbesar adalah:

(1). Asahi Mas Chemical, (2). Sulfindo Adiusaha, (3). Pagarin Anugerah Sejahtera, (4). Tjiwi Kimia, (5). Indah Kiat Pulp and Paper, (6). Cheetham Garam Indonesia, (7). Pindo Deli Pulp and Mills, (8). Indo Rasa Sejati, (9). Riau Andalan Pulp and Paper, (10). Garindo Sejahtera Abadi, (11). Lontar Papyrus, (12). Sumatraco, (13). Susanti Megah, (14). Toba Pulp Lestari, (15). Budi Indah.

Dari lima belas perusahaan importir garam tersebut, dua perusahaan terbesar mengusai lebih dari 50 % garam impor yaitu Asahi Mas Chemical dan Sulfindo Adiusaha.

KONDISI LAHAN YANG TERSEDIA

Sampai saat ini kondisi potensial lahan tambak garam yang tersedia sebesar 37.643 Ha yang terdiri dari lahan tambak garam yang berproduksi seluas 19.889 Ha dan lahan tambak garam yang belum produksi 17.754 Ha. Lahan produksi sebagian besar terdapat di pulau Jawa yang mencapai luas 16.580 Ha. Dari luasan tersebut, PT. Garam memiliki lahan luas 5.190 Ha, dan 11.390 Ha merupakan lahan tambak garam milik rakyat.

Luas lahan tambak garam yang terdapat di luar pulau Jawa adalah 3.309 Ha yang terdiri dari lahan tambak garam milik rakyat 3.309 Ha. Sedangkan lahan tambak garam yang belum berproduksi seluas 14.754 Ha yang terdiri dari 5.715 Ha berada di pulau Jawa dan dimiliki PT. Garam 2.201 Ha dan dimiliki rakyat 3.514 Ha, sedangkan yang berada di luar pulau Jawa 8.927 Ha dimiliki rakyat.

No Lokasi Lahan Nominatif

(Hektar) Lahan Produkstif

(Hektar)

1 Jawa Timur

· PT. Garam

· Sampang

· Pamekasan

· Sumenep

· Gresik

· Pasuruan

· Sidoarjo

5.190

4.849

1.414

2.767

488

157

234

5.190

4.246

975

1.214

328

145

181

Sub Jumlah 15.099 12.279

2 Jawa Tengah

·

Pati

·

Rembang

·

Brebes

·

Jepara

·

Demak

1.777

1.097

84

625

266

977

897

84

767

165

Sub Jumlah

3.249

2.890

3

Jawa Barat

·

Cirebon

·

Indramayu

·

Karawang

1.106

590

50

926

465

20

Sub Jumlah

1.746

1.411

4

Nusa Tenggara Barat

·

Bima

·

Lombok Timur

·

Sumbawa

732

189

653

714

142

178

Sub Jumlah

1.574

1.411

5

Nusa Tenggara Timur

·

Kupang

·

Ngada

·

Ende

·

Manggarai

·

Sumba

4.130

4.108

500

140

200

491

250

81

53

75

Sub Jumlah

13.878

950

6

Sulawesi Selatan

·

Jeneponto

·

Pangkep

·

Takalar

·

Maros

534

503

152

75

434

383

133

75

Sub Jumlah

1.264

1.025

7

Sulawesi Tengah

·

Palu

·

Donggala

20

300

20

280

Sub Jumlah

320

300

Jumlah Keseluruhan

37.463

19.889

Tabel 2. Sentra Produksi dan Luas Lahan Garam Nasional

Sumber : A2PGRI, 2009

Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun, Petamburan VI Jakarta 10260Telp: (021) 53650162, Fax: (021) 53650159, E-mail: [email protected] 2

Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun, Petamburan VI Jakarta 10260

Telp: (021) 53650162, Fax: (021) 53650159, E-mail: [email protected] 3