ppt epid

18
Effect of Corticosteroids on Treatment Failure Among Hospitalized Patients With Severe Community-Acquired Pneumonia and High Inflammatory Response (Randomized Control Trial) Novianti Dian Lestari G1F012020 Deva Alfa Avila G1F012036 Nindya Nur Bagaskarina G1F012048 Putri Sukma Andriana G1F012084 Putri Margareta G1F012088

Upload: nindya-nur-bagaskarina

Post on 14-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

farmakoepidemiologi

TRANSCRIPT

  • Effect of Corticosteroids on Treatment

    Failure Among Hospitalized Patients

    With Severe Community-Acquired

    Pneumonia and High Inflammatory

    Response

    (Randomized Control Trial)

    Novianti Dian Lestari G1F012020 Deva Alfa Avila G1F012036 Nindya Nur Bagaskarina G1F012048 Putri Sukma Andriana G1F012084 Putri Margareta G1F012088

  • Pendahuluan

    Dalam praktek klinis, penggunaan kortikosteroid untuk pasien komunitas

    dengan pneumonia masih kontroversial. Namun, sebagian besar

    penelitian ini tidak termasuk kasus pasien komunitas dengan pneumonia

    yang paling parah.

    Dari dua penelitian meta-analisis, ditemukan peningkatan angka kematian

    pada sub-kelompok pasien komunitas dengan pneumonia parah yang

    menerima pengobatan kortikosteroid.

    2

    Kortikosteroid: menghambat ekspresi sitokin yang terlibat dalam respon inflamasi yang berhubungan dengan pneumonia.

  • Hipotesis

    Kortikosteroid dapat memodulasi pelepasan sitokin

    pada pasien

    Kortikosteroid dapat mengurangi peradangan, diikuti

    oleh penurunan kegagalan pengobatan rawat inap

    pada pasien komunitas dengan pneumonia.

    3

  • Tata Cara

    Pasien diacak untuk menerima IV bolus 0,5 mg / kg per 12 jam

    methylprednisolone atau plasebo selama 5 hari dimulai dalam waktu 36

    jam setelah masuk rumah sakit.

    Pengacakan didasarkan pada alokasi satu-persatu kotak diberi nomor

    sebelumnya yang berisi unit dosis untuk methylprednisolone dan

    plasebo.

    Pasien, peneliti, dan assessor dilakukan metode blinded untuk alokasi

    pengobatan.

    Semua pasien diobati dengan antibiotik sesuai dengan perawatan

    guidelines.

    4

  • Analisis statistik

    Pasien secara acak menerima setidaknya 1 dosis obat studi.

    Populasi per-protokol termasuk semua pasien secara acak menerima

    setidaknya 6 dosis obat studi,.

    Variabel kategori dibandingkan dengan uji 2 atau uji Fisher.

    Variabel kontinyu dibandingkan dengan uji t atau non-parametrik uji

    Mann-Whitney.

    Interval kepercayaan 95% untuk perbedaan tingkat hasil dan median.

    Dilakukan model regresi logistik untuk menguji perbedaan hasil utama

    antara 2 kelompok, serta kegagalan pengobatan awal dan akhir dan

    komponen tunggal, untuk memberikan informasi yang mendukung.

    5

  • Analisis Statistik Perbedaan waktu untuk kegagalan pengobatan antar kelompok

    menggunakan metode Kaplan-Meier (uji log-rank).

    Perbedaan hasil sekunder (waktu untuk stabilitas klinis, ICU dan lamanya

    tinggal di rumah sakit) antara kedua kelompok perlakuan dianalisis

    dengan Cox model regresi hazard proporsional.

    Mortalitas di rumah sakit dianalisis menggunakan model regresi logistik.

    Hasil primer dan sekunder dianalisis tanpa penyesuaian untuk variabel

    dasar dan dengan penyesuaian untuk pembaur potensial, termasuk 2

    kovariat yang telah ditetapkan (yaitu, tahun masuk dan pusat) dan semua

    variabel yang ada ketidakseimbangan antara 2 kelompok.

    6

  • RESULTRESULT

    Indicates those who were treated with corticosteroids for any other reason.

  • DISKUSI

  • Pada procalcitonin dan IL-10 yang menggunakan metilprednisolon dapat mengurangi resiko kegagalan dalam pengobatan terutama untuk pengembangan radiografi.

    Pasien CAP yang parah dapat di obati dengan kortikosteroid (Confalonieri, et al). Belum ada uji coba terkontrol secara acak yang di evaluasi mengalami kegagalan pengobatan ketika diberi kortikosteroid sebagai terapi tambahan pada pasien CAP.

  • Meta-analisis dilakukan termasuk juga dengan uji coba terkontrol secara acak yang menggunakan kortikosteroid pada pasien CAP dari tahun 1956-2011. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan penggunaan kortikosteroid, pasien lebih bisa untuk bertahan hidup.

  • Efek steroid dalam sistem imun sangat banyak dan kompleks. Kortikosteroid dapat mematikan gen seperti IL-6 atau IL-8 dan menghidupkan gen sitokinin anti-inflamasi seperti IL-10. Namun, penggunaan steroid juga berpengaruh pada fungsi imun yang berbeda terhadap bakteri ketika penggunaan dosis tinggi dan pengobatan yang berkepanjangan.

    Dalam penelitian, penggunaan metilprednisolon tidak berhubungan dengan superinfeksi atau efek samping lainnya. Dalam analisis subset dari percobaan acak kontrol prospektif, terapi kortikosteroid untuk pasien CAP dapat mengurangi kematian.

  • KESIMPULAN Pasien CAP yang sudah parah jika menggunakan metil

    prednisolon dibandingkan dengan plasebo akan menurunkan resiko kegagalan dalam pengobatan.

    Kortikosteroid dapat digunakan sebagai pengobatan tambahan pada populasi klinis.

    Terapi kortikosteroid dapat mengurangi kematian

  • DAFTAR PUSTAKA Nitzan, Orna., et al. 2015. Urinary tract infections in

    patients with type 2 diabetes mellitus: review of prevalence, diagnosis, and management. Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity: Targets and Therapy 2015:8 129136.

    Torres, Antoni., et al. 2015. Effect of Corticosteroids on Treatment Failure Among Hospitalized Patient With Severe Community-Acquired Pneumonia and High Inflammatory Response. University of California - San Francisco User on 02/24/2015.