presentasi tpti sha

15
Sistem TPTI tahun 1989 dan 1993

Upload: hafid-saifudin

Post on 30-Jun-2015

229 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Sistem TPTI tahun 1989 dan 1993

Kedudukan TPTI

1. Tebang Pilih Tanam Indonesia adalah salah satu sistem silvikultur yang diterapkan pada hutan-hutan alam yang tak seumur di Indonesia. Sebagai salah satu sub sistem dari sistem pengelolaan hutan, sistem silvikultur merupakan sarana utama untuk mewujudkan hutan dengan struktur dan komposisi yang dikehendaki. Pelaksanaan suatu sistem silvikultur yang sesuai dengan lingkungan setempat telah menjadi tuntutan demi terwujudnya pengelolaan hutan yang berkelanjutan (Anonim. 1993).

Sejarah sistem tebang pilih di Indonesia secara resmi ditandai dengan diterbitkannya Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan Nomor 35/KPTS/DD/1/1972 tentang Pedoman Tebang Pilih Tanam Indonesia, Tebang Habis dengan Permudaan Alam, Tebang Habis dengan Penanaman Buatan, dan pedoman-pedoman pengawasannya.

Selama masa pelaksanaannya, dijumpai beberapa kesulitan, sehingga pada tahun 1989 diterbitkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 484/KPTS-II/1989 tentang sistem silvikultur pengelolaan hutan alam produksi di Indonesia. Surat Keputusan ini kemudian ditindaklanjuti dengan SK. Dirjen Pengusahaan Hutan Nomor 564/KPTS/IV-BPHH/89 tentang Pedoman Tebang Pilih Indonesia.

Pada tahun 1993, TPTI mengalami penyempurnaan yaitu dengan diterbitkannya pedoman TPTI yang dituangkan dalam SK. Dirjen Pengusahaan Hutan Nomor 151/Kpts-BPHH/1993 tanggal 13 Oktober 1993 (Anonim, 1993)

Tujuan TPTI adalah meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan tidak seumur melalui tebang pilih dan pembinaan tegakan tinggal dalam rangka memperoleh panenan yang lestari. Sasaran TPTI adalah pada hutan alam produksi di areal IUPHHK atau KPHP.

Tujuan TPTI

 PERBEDAAN SISTEM TPI DAN TPTI

• Perbedaan yang mencolok antara sistem TPTI dibanding dengan sistem TPI adalah secara politis pemerintah menekankan perlunya pembinaan hutan, pemungutan dan pembinaan hutan harus seimbang. Pemegang HPH diwajibkan untuk melengkapi unit organisasi pembinaan hutan, yang terpisah dengan unit logging, tenaga teknis kehutanan menengah yang terampil dalam jumlah yang cukup dan anggaran yang memadai untuk kegiatan pembinaan hutan.

Konsepsi TPTI meliputi cara penebangan dengan limit diameter dan permudaan hutan alam produksi serta

meningkatkan nilai hutan, baik kualitas maupun kuantitas pada bekas areal tebangan berikutnya agar terbentuk tegakan campuran yang diharapkan

dapat menghasilkan kayu untuk keperluan industri secara lestari. tanah

Konsep Dasar TPTI

KONSEP TPTI 1989 sebagai berikut: Rangkaian kegiatan pada sistem TPTI secara keseluruhan

yaitu :1. Penetapan Areal Kerja (E-3)2. ITSP (E-2)3. Pembukaan Wilayah Hutan (E-1)4. Penebangan (E)5. Pembebasan (E+1)6. Inventarisasi Tegakan Tinggal (E+2)7. Pengadaan Bibit (E+2)8. Penanaman / Pengayaan (E+2)9. Pemeliharaan Tahap Pertama (E+3)10. Pemeliharaan Lanjutan Pembebasan (E+4)

Penjarangan (E+9) Penjarangan (E+14) Penjarangan (E+19)

11. Perlindungan dan Penelitian (Terus-menerus)

KONSEP TPTI 1993 yaitu : 1. Penataan Areal Kerja (Et-3)2. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (Et-2) 3. Pembukaan Wilayah Hutan (Et-1)4. Penebangan (Et)5. Perapihan (Et+1)6. Inventarisasi Tegakan Tingggal (Et+2) 7. Pembebasan Tahap I (Et+2) 8. Pengadaan bibit (Et+2)9. Pengayaan/rehabilitasi (Wt+3)10.Pemeliharaan tanaman (Et+3,4,5)11.Pembebasan Tahap II dan III (Et+4,6)12.Penjaranagan tegakan tinggal (Et+10,15,20)

ditebang pada rotasi berikutnya.

Dirjen Kehutanan (1990) menyatakan bahwa dalam sistem TPTI kegiatan pemanenan kayu harus meninggalkan sekurang-kurangnya 25 pohon per hektar sebagai pohon inti dari jenis komersil dengan diameter 20 cm. Pohon inti ini diharpakan akan memberntuk tegakan utama yang akan ditebang pada rotasi berikutnya.

Pedoman pelaksanaan TPTI :1. Penataan Areal Kerja (PAK) 2. Inventarisasi Tegakan Sebelum

Penebangan (ITSP) 3. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) 4. Pemanenan 5. Penanaman dan Pemeliharaan

Tanaman Pengayaan 6. Pembebasan Pohon Binaan 7. Perlindungan dan Pengamanan Hutan

KESIMPULAN Kesimpulannya adalah bahwa kinerja sistem TPTI yang diterapkan di Indonesia saat ini pada aspek pelestarian hasil hutan belum nampak memuaskan. Dua masalah pokok yang nampak jelas pada sistem ini yaitu :

1. Berkaitan dengan kondisi hutannya sendiri, yaitu disamping kualitas dan kuantitas minimum dari tegakan tinggal selalu tidak mencukupi, juga kecepatan tumbuhnya tidak seperti yang diharapkan.

2. Berhubungan dengan aspek kelembagaannya, bobot kerja untuk melakukan pengawasan cukup berat sehingga sulit untuk mengontrol kepatuhan para pemegang IUPHHK pada ketentuan TPTI itu sendiri, terutama persyaratan untuk melakukan tanaman pengayaan dan penyulaman pada areal IUPHHK. Akibat yang timbul adalah merosotnya kualitas tegakan hutan setelah siklus tebangan pertama.

Kelompok • Saifudin Hafidh(12/336764/sv/01772)• Dicky eko wahono()• Nurati oktavia Putri ()• Silvano hutomo ()

Sumber laman

• http://www.silvikultur.com/sistem_silvikultur_TPTI.html ( diakses pada hari senin tanggal 24 maret 2014 pukul 21.22)

• http://setiawan-dikky.blogspot.com/2013/10/sistem-silvikultur-tebang-pilih.html (diakses pada hari senin tanggal 24 maret 2014 pukul 21.22)