program penguatan ekonomi kerakyatan (peka) jilid ii ... · dalam suatu konteks ekonomi nasional...
TRANSCRIPT
PROGRAM PENGUATAN EKONOMI KERAKYATAN (PEKA) JILID II
MELALUI PENGORGANISASIAN PELAKU USAHA EKONOMI KERAKYATAN SEBAGAI
UPAYA PENYELAMATAN WARUNG DAN PASAR TRADISIONAL SERTA PEMBIAYAAN
BANTUAN PERMODALAN DALAM MENGATASI KETERGANTUNGAN MASYARAKAT
DARI JERATAN PRAKTIK RENTENIR
PENDAHULUAN
Kemiskinan dan keterbelakangan, pada saat ini masih merupakan persoalan rakyat dan bangsa,
yang belum juga ditemukan jalan keluarnya secara jitu – masih diperlukan strategi dan kerja benar
untuk menjawab persoalan tersebut. Proses reformasi yang berlangsung sejak 1998, dirasakan belum
memberikan perbaikan yang signifikan, Kami (LSM KOMPAS) hadir untuk memperlihatkan komitmen
yang besar untuk memajukan ekonomi rakyat membuka jalan bagi makin kokohnya pasar dan warung
tradisional serta menangkis kuatnya dari cengkraman kapitalisme global.
Masalah kemiskinan dan keterbelakangan, tidak dapat hanya dilihat sebagai masalah kesempatan dan
pendidikan, melainkan juga berkait dengan sistem perekonomian, yang dalam kenyataan memang masih
belum sepenuhnya berpihak pada msyarakat bawah, yaitu rakyat. Dalam krisis dan dalam kondisi
dimana kemampuan negara mengalami kemerosotan, masyarakat justru mampu bertahan dalam
kegiatan usaha di sektor kecil dan menengah, baik formal ataupun informal.
Dalam keadaan krisis nasional maupun internasional, sangat terlihat bahwa usaha kecil dan
menengah menunjukan ketangguhannya – karena relatif tidak terguncang, bahkan terbukti mampu
menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Ketika perekonomian nasional tumbuh lebih dari 5 %
(2017), sekitar 2,4% disumbangkan oleh aktivitas usaha di sektor kecil dan menengah. Pergerakan
ekonomi rakyat di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan, sekitar 86%
usaha kecil, 9% usaha menengah dan sisanya usaha besar. Sementara itu, pogram dukungan pemerintah,
antara lain melalui kredit, dapat dikatakan belum sepenuhnya berjalan: dari sekian banyak UKM, hanya
sekitar 17,7% yang berusaha mengakses kredit perbankan. (Contribution of MSMEs Credits in EIA to
National’s MSMEs Credits).
Kenyataan posisi dan kondisi, ekonomi rakyat, antara lain UMKM tersebut, tentu saja membawa suatu
harapan baru, dan karenanya dibutuhkan suatu upaya yang sedemikian rupa mampu memberikan
dukungan bagi pertumbuhan UKM. Memperkuat UKM, pada dasarnya akan menjadi bagian penting
bagi penguatan ekonomi nasional, karena selain menyerap tenaga kerja, kegiatan usaha di sektor kecil
dan menengah, akan menjadi picu bagi pertumbuhan ekonomi. Memungkinkan ekonomi rakyat
berkembang dengan pesat dan kuat, merupakan suatu kemutlakan, jika bangsa ini ingin tumbuh
berkembang dan memiliki kekuatan nasional yang dapat diperhitungkan.
Diperlukan bukan saja kebijakan, tetapi suatu sistem pendukung, yang diharapkan dapat ikut
mendorong pertumbuhan UMKM yang kuat dan berorientasi pada produktivitas, kemajuan dan pada
gilirannya eksport. Keterlibatan berbagai pihak, dipandang penting, terutama untuk mengembangkan
program-program yang lebih sesuai dengan kebutuhan riil UMKM – bukan sekedar proyek yang justru
menguntungkan pihak “pemberi bantuan”. Dalam kaitan inilah sangat penting artinya upaya
pengorganisasian UMKM, sebagai bagian dari usaha memperkuat posisi dan kondisi UMKM.
Gambar besar strategi pembangunan nasional memperlihatkan belum begitu memperhatikan atau
kurangnya perhatian pada pengembangan ekonomi rakyat. Padahal sudah sangat jelas konstitusi
menyatakan bahwa tujuan berbangsa dan bernegara adalah untuk:
1. Melindungi warga negara
2. Mewujudkan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia
Konstitusi juga telah menekankan suatu garis politik yang jelas mengenai strategi ekonomi
nasional, yakni pemihakan pada ekonomi rakyat, dan tidak memberikan kesempatan pada pertumbuhan
ekonomi raksasa, sebagaimana yang dikembangkan oleh Orde Baru, melalui fasilitasi bisnis skala besar
yang justru memarjinalisasi ekonomi rakyat.
Penguatan ekonomi rakyat, tentu saja bukan dimaksudkan sebagai sikap anti kemajuan, melainkan suatu
strategi yang hendak tumbuh dari bawah dan tumbuh bersama rakyat. Pilihan ini disadari benar dan
dimaksudkan sebagai suatu langkah mendasar untuk mengubah struktur kolonial, menjadi struktur
nasional, yang lebih ramah kepada rakyat, dan memberikan tempat terhormat pada rakyat untuk dapat
tumbuh berkembang secara merdeka di tanah airnya sendiri.
Oleh sebab itulah, penguatan ekonomi rakyat, atau dalam konteks ini, penguatan UMKM serta
membantu Permodalan Masyarakat agar terhindar dari jeratan ketergantungan praktik rentenir ,
haruslah menjadi suatu gerakan ekonomi, sekaligus gerakan politik. Sebagai gerakan ekonomi
dimaksudkan untuk dapat membangun fondasi ekonomi nasional yang kokoh, yang berbasis
sumberdaya nasional dan memiliki produktivitas yang tinggi. Sebagai gerakan politik dimaksudkan
untuk mengubah strategi pembangunan nasional, dan juga strategi pembangunan daerah, agar lebih
berpihak pada ekonomi rakyat.
(Oleh : Fajar Budhi Wibowo, M.Si)
LATAR BELAKANG
Pengorganisasian rakyat dalam kerangka pemberdayaan dan penguatan ekonomi rakyat merupakan
suatu keharusan sejarah. Inti dari keseluruhan proses pengorganisasian adalah membangun kekuatan,
kekuatan rakyat, dan dengan sendirinya membangun kekuatan ekonomi dan politik. Pengorganisasian
dengan demikian, bukan suatu praktek karitatif, bukan praktek yang didasarkan pada belas kasihan,
melainkan suatu praktek yang dilandasi pada nilai dan semangat “kemerdekaan”, atau memerdekakan
rakyat, memerdekakan ekonomi rakyat, agar dapat terbebas dari belenggu ekonomi yang menindas.
Pengorganisasian bukan jenis kerja proyek. Bukan jenis mobilisasi massa, untuk kepentingan politik
jangka pendek. Pengorganisasian adalah langkah jangka panjang, yang tidak lain ingin membangun
kesadaran baru di kalangan massa rakyat dan sekaligus memadukan kesadaran-kesadaran yang ada
menjadi kesadaran bersama dan langkah bersama. Oleh sebab itu, pengorganisasian bukan suatu sikap
netral, melainkan sikap berpihak pada rakyat. Pengorganisasian merupakan bagian penting dari sebuah
proses perlawanan, melalui pemberdayaan rakyat.
Dalam proses pengorganisasian, tugas pokok organiser atau aktivis yang mengorganisasikan rakyat,
tidak lain dari memenangkan hati dan pikiran rakyat. Memenangkan hati, bermakna organiser harus
mampu meyakinkan rakyat, dengan tindakan nyata, keteladanan dan budi baik. Oleh sebab itu, kualitas
pribadi seorang organiser akan sangat menentukan. Tentu saja seorang organiser bukanlah seorang
moralis, bukan orang yang sok suci, melainkan orang dengan kualitas bersedia bekerja untuk rakyat dan
bersedia berkorban untuk rakyat. Dalam situasi sulit, organiser harus mampu memperlihatkan kepada
rakyat, kualitasnya sebagai manusia pilihan, yakni bersedia berdiri di depan, membela rakyat dan
mengutamakan kepentingan rakyat.
Secara umum kita menyebutkan empat tugas pokok dari seorang organiser, yakni: (1) terusmenerus
melakukan penyelidikan atas problem-problem rakyat, dan membuat rumusan yang jelas, tegas, dan
berpihak, terutama untuk membuka peta kekuatan: siapa yang mendukung dan siapa yang tidak
mendukung gerakan pemberdayaan ekonomi rakyat; (2) dengan tanpa keraguan sedikitpun, bersedia
terjun ke rakyat, bergabung bersama rakyat, dan bahkan berintegrasi; (3) tangkas dan cekatan membuat
rumusan tuntutan politik berdasarkan penderitaan yang dialami rakyat; dan (4) menjaga sikap dan
tindakan, terutama untuk mengamalkan prinsip satunya kata dan perbuatan. Tidak terelakkan seorang
aktifis Divisi Kawani LSM KOMPAS, yang ditugaskan menjadi organiser rakyat, untuk menjauhi apa
yang tidak disukai rakyat dan menjalankan apa yang disukai rakyat.
MAKSUD DAN TUJUAN
Suatu proses pengorganisasian UMKM, merupakan bagian dari proses pengorganisasian rakyat, pada
dasarnya adalah kegiatan membantu, mengarahkan, mendukung terhadap individu/ kelompok
masyarakat miskin dalam merumuskan masalah, merencanakan program, melaksanakan, dan
melestarikan program yang dilakukannya. Proses pengorganisasian, tidak sekedar mendorong
kemampuan individu, atau kelompok, melainkan juga mentransformasikan kemampuan usaha tersebut
menjadi kekuatan ekonomi rakyat, dan pada gilirannya menjadi kekuatan politik untuk perubahan.
Terdapat banyak pengalaman dalam proses pengorganisasian UMKM, yang menunjukan kegagalan.
Pengalaman tersebut penting untuk dikaji bersama, dan ditemukan faktor kunci yang menyebabkan
proses pengorganisasian tidak mencapai hasil yang diharapkan. Kita melihat bahwa salah satu faktor
kunci yang ikut menyumbang kegagalan proses pengorganisasian adalah ditempatkannya program
pengorganisasian UMKM sebagai proyek, bukan sebagai gerakan. Sebagai sebuah proyek, maka upaya
berhenti manakala proyek berhenti. Dalam skema proyek, tidak ada kemandirian, keswadayaan dan
militansi, yang ada adalah mentalitas ”aji mumpung”. Proyek bersifat sementara. Padahal salah satu
prasyarat penting yang diperlukan bagi keberhasilan pemberdayaan UMKM adalah adanya
pengorganisasian yang mandiri dan berkelanjutan.
Untuk mengembangkan suatu program pengorganisasian yang sistematis, terencana, berkelanjutan dan
mampu mentransformasikan diri menjadi salah satu pilar gerakan, terdapat dua masalah utama yang
kerap muncul, yakni:
Pertama, masalah kualifikasi kemampuan organiser untuk dapat memberikan konsultasi dan asistensi
kepada UMKM sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Kualitas organiser yang diperlukan, bukan
sekedar mau akan tetapi juga mampu. Dengan demikian, organiser harus memiliki pemahaman minimal
mengenai persoalan-persoalan yang dihadapi oleh UMKM untuk tumbuh dan berkembang, dan juga
memahami mengenai jaringan UMKM, sehingga memiliki kemampuan untuk memediasi UMKM.
Kedua, masalah ketersediaan anggaran untuk membiayai operasionalisasi proses pengorganisasian.
Masalah pembiayaan kegiatan pengorganisasian, dapat menjadi masalah tersendiri, jika tidak dikelola
dengan baik. Skema proyek yang dilakukan oleh pemerintah, pada dasarnya juga menghadapi problem
serupa. Oleh sebab itulah, ketika anggaran proyek habis, maka program pemberdayaan juga tutup buku
alias berakhir. Organisasi dalam konteks ini harus memikirkan suatu strategi khusus untuk
mengembangkan sumberdaya dalam rangka pembiayaan proses pengorganisasian.
Namun demikian, organiser yang berkualitas pada dasarnya harus mampu: (1) mengusahakan secara
mandiri pembiayaan untuk aktivitas pengorganisasiannya; dan (2) mendorong munculnya kader lokal,
dari kalangan UMKM sendiri, sehingga lebih efisien dan dapat dibiayai sendiri oleh UMKM.
Kami melihat terdapat tiga peran penting organisator (organiser), yakni: Pertama, mengorganisir rakyat
miskin, kelompok-kelompok usaha mikro, kecil dan menengah, terutama untuk: (1) meningkatkan
produktivitas mereka; dan (2) meningkatkan akses terhadap pasar. Secara pokok organiser harus
mendorong terjadinya peningkatan produktivitas dan secara kongkrit mendorong peningkatan
pendapatan UMKM, sehingga terjadi peningkatan kualitas hidup. Kedua, melakukan pengorganisasian
yang mengarah pada pengembangan jaringan UMKM yang pada gilirannya menjadi penyangga
ekonomi nasional. Ketiga, melakukan pengorganisasian dalam rangka meningkatkan kualitas produksi
UMKM, agar memiliki kemampuan memasuki pasar global, sehingga mampu mendongkrak
produktivitas nasional.
Penting untuk disadari bahwa bagaimana pun UMKM tidak berada di ruang hampa. UMKM hidup
dalam suatu sistem ekonomi nasional, yang saat ini makin terintegrasi dengan sistem ekonomi dunia.
Banjir barang dari luar, merupakan bagian dari bukti bahwa Indonesia bukan negeri tertutup, dan
dengan demikian harus mampu bersaing dengan kekuatan global. Yang menjadi masalah adalah apabila
ekonomi rakyat dalam situasi dan kondisi yang serba terbatas dipaksa untuk bertarung dengan kekuatan
global. Dapat dibayangkan apa jadinya jika produk UMKM harus berkompetisi dengan barang-barang
impor yang sangat murah dan berkualitas?
Pengorganisasian UMKM dengan demikian harus senantiasa meletakkan upaya pemberdayaan UMKM
dalam suatu konteks ekonomi nasional dan ekonomi global. Oleh sebab itu, pemberdayaan UMKM
harus dilakukan pada dua level sekaligus, secara simultan, yakni: Pertama, pada level pelaku UMKM,
diupayakan suatu proses memperkuat, sehingga produktivitas meningkat dan berdampak pada
peningkatan pendapatan pelaku UMKM; dan Kedua, pada level kebijakan, perlu adanya dorongan agar
terjadi perubahan sehingga pemerintah mengembangkan suatu skema perlindungan dan pelayanan
(melindungi dan melayani). Melindungi dalam arti memberikan proteksi yang diperlukan, agar produk
UMKM tidak dibiarkan bertarung dalam pasar bebas. Melayani dalam arti memberikan fasilitas yang
diperlukan UMKM, seperti akses sarana produksi, permodalan dan teknologi.
HARAPAN
Kami berharap perubahan kebijakan dapat mendorong adanya kebijakan khusus bagi UMKM, dengan
arah utama: Pertama, mengupayakan pengembangan UMKM, khususnya usaha skala mikro dalam
rangka peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah atau meningkatkan
pendapatan rakyat miskin; Kedua, menyederhanakan perijinan dan memperluas akses kepada sumber
permodalan, dan sejauh mungkin mengembangkan skema permodalan yang lebih mudah bagi UMKM;
Ketiga, memperluas dan meningkatkan kualitas intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan
usaha teknologi, manajemen, pemasaran dan informasi. Pada prinsipnya kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah harus mengarah pada upaya menumbuhkan dan melindungi UMKM. Di sisi yang lain, harus
dihindari suatu pola proyek dalam kebijakan, karena itu pula kontrol dari kekuatan-kekuatan
prodemokrasi, amat perlu. Tabel berikut memberikan gambaran mengenai luasnya program
penanggulangan kemiskinan, namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah program ini sampai ke
rakyat?
Bilamana kita melihat gambaran program nasional diberbagai sumber, memperlihatkan bahwa adanya
peluang yang besar bagi rakyat untuk memanfaatkan fasilitas negara, untuk dapat tumbuh dan
berkembang.
Hal yang menjadi masalah adalah bagaimana rakyat dapat mengakses informasi dankebijakan tersebut?
Disinilah peran penting dari organisasi dan seluruh aktifis Divisi Kawani LSM KOMPAS, yakni: (1)
memungkinkan suatu perubahan kebijakan, agar lebih pro pada rakyat (pro poor); dan (2)
memungkinkan suatu pengorganisasian UMKM, dalam kerangka memperkuat, sehingga UMKM
menjadi suatu gerakan ekonomi, yang sekaligus mengontrol kinerja pemerintah dalam upaya
memperkuat posisi dan kondisi UMKM.
Kita berpandangan bahwa organiser, selayaknya mendorong sinergi tiga komponen utama, yakni: rakyat
(melalui organisasi), parlemen (melalui fraksi) dan pemerintah (misalnya, kader yang menjadi pimpinan
di daerah). Organiser, harus mampu mengarahkan kerja-kerja organisasi agar lebih terarah dan tertata,
dan di sisi lain, mendorong rakyat agar menggunakan jalur organisasi untuk memperjuangkan aspirasi
mereka. Memang hal ini tidak mudah dilakukan, karena membutuhkan syarat kualitas kinerja
organisasi. Tanpa kinerja organisasi yang benar-benar mengakar dan kongkrit, sulit rasanya
membangun kepercayaan rakyat pada organisasi. Program pengorganisasian UMKM yang tidak diikuti
oleh proses pembenahan organisasi, sama artinya dengan “kekeliruan”, karena keberdayaan rakyat, atau
meningkatnya kemampuan rakyat, yang tidak diikuti oleh meningkatnya kemampuan organisasi dalam
memfasilitasi dan memperjuangkan kepentingan rakyat, justru akan mendorong rakyat untuk mencari
organisasi lain.
Pada intinya kita berpandangan bahwa upaya pengorganisasian UMKM, harus menjadi bagian integral
dari pembenahan organisasi organisasi, jika organisasi benar-benar ingin berkuasa. Dan penting untuk
disadari bahwa posisi organisasi sebagai oposisi dan organisasi sebagai pemenang (pemegang
kekuasaan), amat berbeda dalam karakter dan kerja. Di daerah-daerah dimana organisasi menang, maka
prilaku sebagai pemenang yang dimunculkan. Sebagai pemenang, organisasi harus mengembangkan
“ilmu pasang” dan bukan “ilmu bongkar” (sebagai oposisi). Dengan demikian organisasi harus dapat
menunjukan kepada rakyat bahwa organisasi mau bekerja dan sanggup memberikan yang terbaik pada
rakyat. Dalam konteks pengorganisasian UMKM, untuk daerah-daerah dimana organisasi berkuasa,
maka yang penting dilakukan adalah membangun sinergi, agar antara proses pengorganisasian,
kebijakan dan pelayanan yang diberikan pemerintah berjalan secara sinergis. Hasil dari kesemuanya itu
adalah peningkatan kesejahteraan rakyat, dan bermakna pula meningkatnya kualitas bangsa.
POKOK PERMASALAHAN
Pentingnya menjaga eksistensi warung tradisional, dengan bermunculannya toko-toko modern seperti
minimarket dan supermarket di tengah-tengah masyarakat, sudah sedemikian pesat bak jamur yang
tumbuh di kala musim hujan tiba. Yang pada mulanya hanya di wilayah perkotaan dan menyasar
segmen kelas ekonomi menengah ke atas, kini, keberadaan toko modern sudah menggurita hingga ke
pelosok perdesaan dan mengincar kalangan masyarakat desa yang mayoritas dari kalangan ekonomi ke
bawah. Hal ini tentunya dapat mengancam eksistensi warung tradisional yang terlebih dahulu hadir di
masyarakat.
Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk sekitar 46 juta jiwa, tentunya menjadi daya tarik
tersendiri bagi para pelaku usaha toko modern untuk membuka gerai mereka hingga ke pelosoknya.
Oleh karena itu, sekarang ini banyak toko modern di wilayah perdesaan di Jawa Barat yang turut serta
meramaikan perekonomian di desa tersebut. Dengan beragam kelebihan yang ditawarkan, seperti
kondisi yang nyaman, harga kompetitif, serta produk yang lengkap, maka toko modern cenderung lebih
sering dilirik oleh konsumen pada saat berbelanja untuk pemenuhan kebutuhan sehari-harinya.
Persoalannya kemudian adalah, berbagai kelebihan tersebut tidak dimiliki oleh warung tradisional.
Alasannya sudah jelas, karena keterbatasan modal yang menyebabkan mereka sulit untuk bersaing.
Warung tradisional biasanya hanya bermodal kecil dan dari usaha perseorangan atau keluarga,
ruangannya pun tidak ber-AC dan produk yang dijual tidak sebanyak di toko modern. Sering pula kita
temukan suatu lokasi toko modern, yang berada tidak jauh dari warungwarung atau pasar tradisional.
Awalnya mungkin hanya ada satu toko modern oleh suatu brand, namun seiring berjalannya waktu,
akan mengundang bermunculannya toko modern dari brand yang berbeda, karena melihat potensi
strategisnya. Hal ini menjadikan keberadaan warung tradisional menjadi sangat mengkhawatirkan.
Secara berangsur-angsur, eksistensi mereka mulai tersisihkan dari percaturan aktivitas perekonomian di
masyarakat. Para pemilik warung tradisional dibuat tidak berdaya menghadapi kondisi persaingan yang
tidak sehat ini, semakin terjepit oleh pemilik kapital besar yang seolah-olah mengepung mereka dari
segala penjuru serta sangat berfotensi besar Masyarakat pelaku UKM terjerus dalam peraktik rentenir.
PERAN DAN FUNGSI
Isu pemerataan dan keadilan menjadi hal yang penting di sini. Seperti yang sudah kita ketahui bersama,
bahwa keberadaan toko modern hanya akan menguntungkan segelintir pihak saja yang umumnya bukan
dari masyarakat sekitar. Belum lagi ketika para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) hendak
bermitra dengan toko modern tersebut, maka akan dibuat rumit dengan persyaratan administrasi yang
berbelit-belit serta standar produk yang demikian ketat.
Sedangkan eksistensi warung tradisional di tengah masyarakat sejatinya akan melibatkan lebih banyak
para pelaku usaha dari kalangan masyarakat sekitar, kemudian dengan peran pentingnya yang mampu
menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit. Berbagai pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) pun
banyak yang menggantungkan harapannya dari kehadiran warung tradisional, karena di tempat itulah
beragam produk hasil usaha mereka dapat dijajakan sehingga dapat dijangkau oleh konsumen,
kemudian juga tanpa perlu melalui proses administrasi yang panjang.
Sudah sejak lama, kehadiran warung tradisional merupakan tempat di mana aktivitas perekonomian
serta perdagangan dilakukan oleh masyarakat, dari dan untuk masyarakat juga, kehadirannya dapat
memberikan manfaat yang signifikan bagi peningkatan roda perekonomian masyarakat khususnya
kalangan kecil. Sebagai salah satu embrio dari pasar tradisional, warung tradisional sesungguhnya dapat
diandalkan menjadi salah satu instrumen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan
pula dengan keinginan pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan, diantaranya dengan memberikan
stimulan kepada masyarakat untuk dapat lebih sejahtera dengan berwirausaha, maka kemudian,
berdagang atau membuka warung kecil di rumah adalah salah satu wujud konkritnya. Keberadaan
warung tradisional juga dapat menjadi ajang interaksi antar sesama anggota masyarakat, karena para
pembeli atau konsumen mereka biasanya juga adalah tetangga dekat atau masih dalam lingkungan
RT/RW yang sama. Sehingga jalinan komunikasi dan tali silaturahmi antar warga dapat terjalin lebih
erat.
Secara regulasi, sebenarnya sudah ada aturan main dari pemerintah pusat yaitu Peraturan Presiden
Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Pembinaan dan Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern, dan juga Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53 tahun 2008. Kemudian oleh setiap
daerah ditindaklanjuti dengan menerbitkan perda yang menjabarkan lebih detail aturan main tersebut.
Namun ironisnya, di beberapa daerah, keberadaan toko modern justru semakin marak dan hal ini
membuat para pelaku usaha warung tradisional semakin gigit jari. Setiap saat dibayang-bayangi oleh
kerugian hingga keadaan „gulung tikar‟ terhadap usaha yang dijalankannya. Sepinya pembeli serta
batas kadaluarsa produk yang dijual, hanyalah sebagian kondisi dari „bom waktu‟ yang harus mereka
terima dengan pasrah.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan pernah turut bersuara terkait hal ini, dengan membuat
himbauan kepada setiap kepala daerah agar membuat regulasi yang dapat menjamin semua hak hidup,
jangan sampai perizinan terhadap warung modern mematikan yang tradisional. Dukungan pun
diberikannya agar dilakukan kebijakan moratorium terhadap keberadaan toko modern bagi wilayah
Kota/Kabupaten yang jumlahnya sudah melebihi batas (Pikiran Rakyat, 18/11/2016).
Beberapa daerah di Jawa Barat pun tidak tinggal diam, mereka bergerak cepat dalam rangka menyikapi
permasalahan ini, berupaya untuk dapat mempertahankan, memberikan jaminan serta perlindungan
terhadap warung tradisional diwilayahnya. Salah satunya dengan memberlakukan kebijakan moratorium
atau penghentian sementara terhadap pembangunan toko dan pasar modern. Beberapa diantaranya
adalah Kota Bandung, Kota Cirebon, Kabupaten Pangandaran dan Kota Banjar. Untuk Kota Bandung
sendiri, sudah sejak tahun 2012 menerapkan moratorium dalam rangka mengendalikan keberadaan
minimarket di kota Bandung yang jumlahnya diperkirakan sudah melebihi ambang batas.
Tetapi kemudian, pemberlakuan kebijakan moratorium saja rasanya belum cukup jika tidak diiringi
dengan keseriusan dan komitmen pelaksanaannya di lapangan, termasuk melakukan pengawasan secara
intensif terhadap berdirinya toko modern baru, serta tindak tegas oknum nakal yang tidak
mengindahkan peraturan yang ada. Kemudian juga melakukan kajian ulang terkait perizinan dan jam
operasionalnya. Karena disinyalir masih banyak toko modern yang perizinannya masih bermasalah.
Sebagai contoh seperti yang terjadi di Kota Cimahi, yaitu mengenai banyak ditemukannya minimarket
ilegal, bahkan diduga ada sekitar 132 minimarket yang ditemukan bermasalah terkait dengan
perizinannya. (Pikiran Rakyat, 27/10/2016).
VISI DAN MISI
VISI
Program PEKA JILID II sebagai motor penggerak perekonomian masyarakat bawah, dengan terus
berupaya mendorong Pemerintah membuat strategi agar keberadaan toko modern dapat terkendali dan
sebagai program perlindungan untuk melestarikan pasar dan warung tradisional dengan dukungan
bantuan permodalan bagi pelaku usaha agar terhindar dari ketergantungan dari praktik rentenir serta
sinergitas Pemerintah.
MISI
1. Mendorong masyarakat sebagai konsumen agar dapat berperan dengan menetapkan pilihan
untuk selalu berbelanja di warung-warung tradisional, meskipun mungkin akan ada perbedaan
harga serta kekurangan di sana sininya, tapi sejatinya dapat berkontribusi nyata terhadap
keberlanjutan usaha warung tradisional kedepannya.
2. Mengarahkan pemilik usaha warung tradisional untuk berbenah diri dan meningkatkan kualitas
pelayanannya kepada konsumen mereka.
3. Membangun interaksi dan hubungan emosional yang lebih baik lagi agar konsumen dapat lebih
nyaman dalam berbelanja, sehingga akan mampu menggairahkan kembali aktivitas
perekonomian di warung-warung tradisional.
4. Melakukan upaya penyelamatan warung-warung tradisional di tengah maraknya kehadiran toko
modern ini sudah tidak dapat ditawar lagi dan mendesak untuk segera dilakukan. Dengan
kerjasama semua pihak, maka diharapkan eksistensi warung tradisional dapat terus bertahan
menghadapi arus deras tuntutan perkembangan zaman di era yang semakin kompetitif ini serta
pelaku usaha kecil dapat terus berkembang dengan tanpa meminjam tambahan modal kepada
rentenir.
SASARAN PROGRAM
1. Warung-warung Tradisional yang berada di pelosok wilayah dengan lokasi berdekatan dengan
mini market dan pasar modern.
2. Pelaku UMKM di masyarakat yang melakukan aktifitas produksi rumahan.
3. Pasar Trasidional.
4. Masyarakat.
TARGET PROGRAM
No Wilayah Perekrutan Calon Peserta Peserta yang terseleksi *
1 Kota Bandung 150 Warung 75 Warung
2 Kota Cimahi 150 Warung 75 Warung
3 Kabupaten Bandung 150 Warung 75 Warung
4 Kabupaten Bandung Barat 150 Warung 75 Warung
*) Seleksi berdasarkan skala prioritas, yaitu warung – warung yang bermodal kecil dan belum pernah
menerima pembinaan.
JENIS PROGRAM
1. Workshop Peningkatan Skala UMKM.
2. Pendampingan dan Pelatihan Dasar Pengelolaan Usaha.
3. Pendampingan dan Pelatihan Akuntansi Keuangan Dasar untuk UKM.
4. Pendampingan Penguatan Permodalan UMKM.
5. Pendampingan Pengurusan Ijin Usaha.
TEMA PROGRAM
“ PENGUATAN EKONOMI KERAKYATAN JILID II (PEKA JILID II) LSM KOMPAS
MELALUI PENGORGANISASIAN PELAKU USAHA EKONOMI RAKYAT SEBAGAI
UPAYA PENYELAMATAN WARUNG DAN PASAR TRADISIONAL SERTA PEMBIAYAAN
PERMODALAN DALAM MENGATASI KETERGANTUNGAN MASYARAKAT DARI
JERATAN PRAKTIK RENTENIR “
PENYELENGARA PROGRAM
LSM KOMPAS (KOORDINAT MASYARAKAT PEJUANG ASPIRASI
PELAKSANA PROGRAM
DIVISI KOORDINAT WANITA INSPIRATIF (KAWANI)
JADWAL KEGIATAN
No Program
Kota Bandung
Tempat :
Puri Tomat
Hotel
Kota Cimahi
Tempat :
Technopark
Baros Cimahi
Kab.
Bandung
Tempat :
Armor Cafe
Ciburial
KBB
Tempat :
Hotel Bumi
Asri
Lembang
1 Survey 1 – 5
April 2019
8 – 12
April 2019
15 – 19
April 2019
22 – 26
April 2019
2 Verifikasi 3 – 7
April 2019
10 – 14
April 2019
17 – 21
April 2019
24 – 28
April 2019
3 Seleksi 8 – 10
April 2019
15 – 17
April 2019
22 – 24
April 2019
29 April – 1
Mei 2019
4 Publikasi Hasil Seleksi 11 April 2019 18 April 2019 25 April 2019 02 Mei 2019
5 Workshop : Peningkatan
Skala UKM 5 Mei 2019 10 Mei 2019 14 Mei 2019 18 Mei 2019
6 Pelatihan Dasar Pengelolaan
Usaha. 5 Mei 2019 10 Mei 2019 14 Mei 2019 18 Mei 2019
7
Pelatihan Akuntansi
Keuangan Dasar untuk
UKM.
5 Mei 2019 10 Mei 2019 14 Mei 2019 18 Mei 2019
8
Program bantuan dan
Penguatan Permodalan
UMKM.
5 Mei 2019 10 Mei 2019 14 Mei 2019 18 Mei 2019
9 Pendampingan Pengurusan
Ijin Usaha.
7 Mei – 8 Juni
2019
12 Mei –
19 Juni 2018
15 Mei –
22 Juni 2019
18 Mei –
30 Juni 2019
Catatan : Jadwal dan tempat sewaktu-waktu dapat berubah dan dilakukan penyesuaian.
NARA SUMBER / PEMATERI PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN
1. Dinas Koperasi UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat
2. Dinas Koperasi UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung.
3. Dinas Koperasi UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Kota Cimahi.
4. Dinas Koperasi UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kab. Bandung.
5. Dinas Koperasi UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kab. Bandung Barat.
6. Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran (UNPAD)
7. Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan (UNPAS)
8. Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI)
9. Fakultas Ekonomi Universitas Komputer (UNIKOM)
10. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Nusantara (UNINUS)
11. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung (UNISBA)
KONTRIBUSI PESERTA
1. Peserta akan mendapatkan Fasilitas :
2. Hand Out (Modul dan alat Tulis)
3. Sertifikat
4. Coffe Break
5. Makan
6. Souvenir
7. Uang Transportasi saat Workshop
8. Pendampingan Pengelolaan Usaha selama 2 Bulan.
9. Bantuan Permodalan
SUSUNAN PANITIA
Penanggung Jawab : Fajar Budhi Wibowo, S.IP., M.Si (Koordinator Umum)
Penasehat : Para Kepala Dinas Koperasi UMKM Provinsi / Kabupaten / Kota
Para Kepala Kesbangpol Provinsi / Kabupaten / Kota
Pengarah Program : H. Amrullah, SH., MH
Denny Mucharam, SH., MH., L.L.M
Arif Rahman
Dadan Kurnia
Ketua Pelaksana : Sri Fatimah
Sekretaris : Nining Sariningrum
Bendahara : Sarah Suryana
Wakil Bendahara : Titi Desi Sudargo
Koordinator Survey : Dedi Mulyana
Ade Sumarni
Koordinator Seleksi : Sandi Arisandi
Sri Nengsih Mardiana
Koordinator Acara : Tony F Siregar
Mardiono
Koordinator Logistik : Dede Suherman
Eni Sulastri
Koordinator Registrasi : Mia Rusmiati
Cucu Sumarni
Koordinator Publikasi : Herry Mulyana
Koordinator Dokumentasi : Denis
Koordinator Humas : Yaya Tarkya
Yulia
Koordinator Konsumsi : Dewi Arniawati
Dewi Kurnia
Bantuan Umum : Cucu Sumiati
Titing
KESEKRETARIATAN PANITIA :
JL. Jend. H. Amir Machmud, Gg. H. Abdul Syukur RT. 04 RW. 01
Padasuka Cimahi - Tengah Kota Cimahi.
Email : [email protected]
0857 9589 1888 – 0878 2393 4999
SUSUNAN ACARA WORKSHOP
Tanggal 05, 10, 14, 18 Mei 2019
No Waktu Uraian Tempat Penanggung Jawab
1 07.30 – 08.30 Registrasi Peserta Meja Registrasi Koord. Registrasi
Kawani, PAM
2 08.30 – 09.30
Pembukaan Laporan Panitia
Sambutan-sambutan Paparan
Program
Lokasi Acara
Pengarah Program
Koordinator Acara
Kawani, PAM
3 09.30 – 10.00 Break Lokasi Acara
Koord. Konsumsi
Koord. Logistik
Kawani, PAM
ACARA INTI
4 10.00 – 11.30 Materi I : Peningkatan
SkalaUKM/UMKM Lokasi Acara
Pengarah Program
Koordinator Acara
Kawani, PAM
5 11.30 – 12.30 Break Lokasi Acara Koord. Konsumsi
Kawani, PAM
12.30 – 14.00
Materi II :
Pelatihan Dasar
Pengelolaan Usaha
Lokasi Acara
Pengarah Program
Koordinator Acara
Kawani, PAM
6 14.00 – 14.30 Break Lokasi Acara Koord. Konsumsi
Kawani, PAM
7 14.30 – 16.00
Materi III :
Pelatihan Akuntasi
Dasar untuk UMKM
Lokasi Acara
Pengarah Program
Koordinator Acara
Kawani, PAM
8 16.00 – 17.00 Penyerahan Bantuan Permodalan
Penutupan Lokasi Acara
Pengarah Program
Koordinator Acara
Kawani, PAM
RENCANA ANGGARAN BIAYA
Kesekretariatan
NO Uraian Vol Satuan Harga
Satuan
Jumlah
Rp. Keterangan
1 Proposal & Laporan 1 Paket 2.500.000 2.500.000
Proposal
Laporan
Surat-surat
Ekspedisi dan Distribusi
2 Sewa Tempat 4 Lokasi 5.000.000 20.000.000 Per Kota
3 Media Publikasi 4 Paket 2.500.000 10.000.000 Spanduk, Baligho,
Backdrop
4 Dokumentasi 4 Paket 2.500.000 10.000.000 Fotografer,Video
Shooting
5 Penyediaan
Transportasi 4 Paket 2.000.000 8.000.000
6 Pengurusan Perijinan 4 Lokasi 1.000.000 4.000.000 Ijin Survey, Ijin
Kegiatan, Ijin Lokasi
7 Koordinasi dan
Komunikasi 4 Paket 1.000.000 4.000.000
8 Seminar Kit 200 Paket 150.000 30.000.000 Tas, Modul, Note Book,
Pulpen, Souvenir, Kaos ,
Seragam
Sub Total :
Rp. 88.500.000
Survey, Verifikasi dan Seleksi
NO Uraian Vol Satuan Harga
Satuan
Jumlah
Rp. Keterangan
9
Alat Survey,
Verifikasi
dan Seleksi
1 Paket 2.000.000 2.000.000
Sticker 1 Rim,
Lembar Survey,
Lembar Verifikasi 1
Rim, Lembar Seleksi 1
Rim, Alat Tulis, Map
10 Pengawas Survey 4 Orang 1.500.000 6.000.000 5 Hari Kerja,
1 Orang/Kota
11 Personil Survey 8 Orang 1.500.000 12.000.000 5 Hari Kerja,
2 Orang/Kota
12 Pengawas Verifikasi
Survey 4 Orang 1.500.000 6.000.000
5 Hari Kerja,
1 Orang/Kota
13 Personil Verifikasi 8 Orang 1.500.000 12.000.000 5 Hari Kerja,
2 Orang/Kota
14 Tim Seleksi 8 Orang 900.000 7.200.000 3 Hari Kerja,
2 Orang/Kota
Sub Total : Rp. 45.200.000
Akomodasi Acara Workshop/Pelatihan
NO Uraian Vol Satuan Harga
Satuan
Jumlah
Rp. Keterangan
15 Nara Sumber 12 Orang 1.000.000 12.000.000 3 Orang/Kota
16 Assisten Nara
Sumber 12 Orang 300.000 3.600.000 3 Orang/Kota
17 Moderator 4 Orang 500.000 2.000.000 1 Orang/Kota
18 Peserta 300 Orang 150.000 45.000.000
Sub Total : Rp. 62.600.000
Bantuan Permodalan
NO Uraian Vol Satuan Harga
Satuan
Jumlah
Rp. Keterangan
19
Bantuan
Penambahan
Modal Usaha
300 Orang 1.000.000 300.000.000 1 Kota, 75 Orang
Sub Total : Rp. 300.000.000
Konsumsi Acara Workshop/Pelatihan
NO Uraian Vol Satuan Harga
Satuan
Jumlah
Rp. Keterangan
20 Makan dan Snack 500 Porsi 75.000 37.500.000 125 Orang/Kota, Terdiri
dari panitia dan peserta
Sub Total : Rp. 37.500.000
Grand Total : Rp. 533.800.000
Terbilang: Lima Ratus Tiga Puluh Tiga Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah.
KETENTUAN SPONSORSHIP
Dalam Program PEKA ini, LSM KOMPAS mengajak dan membuka peluang kepada seluruh
elemen masyarakat, pemerintah dan dunia usaha ( Badan Usaha Milik Negara / Daerah / Swasta ) untuk
berpartisipasi aktif sebagai bentuk tanggung jawab sosial terhadap lingkungan dan masyarakat serta
sebagai bentuk pembuktian terhadap program – program perekonomian mendukung program
pemerintah. Dengan ini kami menawarkan kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan dalam
kegiatan ini, dengan menggunakan material-material program yang kami laksanakan menjadi media
komunikasi dan publikasi dengan masyarakat dalam memperkenalkan produk barang dan jasa nya.
Adapun berbagai jenis media publikasi bukti keterlibatan dan perhatian pihak- pihak pendukung acara
akan kami pampangkan dalam bentuk pencantuman logo dan nama perusahaan ataupun produk. Seluruh
media publikasi akan menampilkan LOGO PERUSAHAAN PENDUKUNG KEGIATAN DAN
DIPASANG SAAT KEGIATAN BERLANGSUNG SESUAI DENGAN KELAS SPONSOR.
1. SPONSOR PLATINUM :
Mendukung 100 % Total Anggaran Biaya (Rp. 533.800.000,-), Full Branding Stage & Venue di
4 Kabupaten dan Kota, dengan branding yang produk dan nama usaha/instansi di lokasi acara
setiap kota/kabupaten sebagai berikut : Tayangan Iklan pada Slide di setiap sebelum, setelah dan
setiap sesi acara dan masa istirahat, , masing masing 5 kali tayang di masing masing sesi,, Logo
dan nama terpampang dalam Backdrop khusus di dalam gedung, 2 Baligho Publikasi khusus
yang terpasang di Jalan Strategis, 10 T Banner khusus yang terpasang di lokasi acara, 2 Spanduk
khusus, 300 T-Shirt, logo terpampang di setiap media publikasi yang dikeluarkan
penyelenggara, lembar survey, stiker survey dan perlengkapan survey lainnya, berhak memakai
nama kegiatan, 3 kali Ekspose Media Massa, penyebutan nama perusahaan setiap sesi acara,
penyelenggara tidak menerima sponsor lai, berhak memasang 4 Spot promosi didalam dan luar
lokasi acara yang disesuaikan dengan ketentuan yang ada.
2. SPONSOR GOLD :
Mendukung 75 % Total Anggaran Biaya (Rp.400.350.000 ,-), Branding Stage & Venue di 4
Kabupaten dan Kota, dengan branding produk dan nama usaha/instansi di lokasi acara setiap
kota/kabupaten sebagai berikut : Tayangan Iklan pada Slide di setiap sebelum, setelah dan setiap
sesi acara dan masa istirahat, masing masing 2 kali tayang di masing maisng sesi, Logo dan
nama terpampang dalam Backdrop khusus di dalam gedung, 1 Baligho Publikasi khusus yang
terpasang di Jalan Strategis, 5 T Banner khusus yang terpasang di lokasi acara, 1 Spanduk
khusus, 300 T-Shirt, logo terpampang di setiap media publikasi yang dikeluarkan
penyelenggara, lembar survey, stiker survey dan perlengkapan survey lainnya, berhak memakai
nama kegiatan, 2 kali Ekspose Media Massa, penyebutan nama perusahaan setiap sesi acara,
penyelenggara dapat menerima sponsor lain, berhak memasang 2 Spot promosi di dalam dan
diluar lokasi acara yang disesuaikan dengan ketentuan yang ada.
3. SPONSOR SILVER :
Mendukung 50 % Total Anggaran Biaya (Rp.266.900.000 ,-), dengan branding produk dan
nama usaha/instansi di lokasi acara setiap kota/kabupaten sebagai berikut : Tayangan Iklan pada
Slide di setiap sebelum, setelah dan setiap sesi acara dan masa istirahat, masing masing 1 kali
tayang di masing masing sesi, Logo dan nama terpampang dalam Backdrop umum di dalam
gedung, 3 T Banner khusus yang terpasang di lokasi acara, 1 Spanduk khusus, logo terpampang
di setiap media publikasi yang dikeluarkan penyelenggara, lembar survey, stiker survey dan
perlengkapan survey lainnya, berhak, 1 kali Ekspose Media Massa, penyebutan nama
perusahaan setiap sesi acara, penyelenggara dapat menerima sponsor lain, berhak memasang 1
Spot promosi di luar lokasi acara yang disesuaikan dengan ketentuan yang ada.
4. SPONSOR BRONZE :
Mendukung 25 % Total Anggaran Biaya (Rp.133.450.000 ,-), dengan branding produk
sebagai berikut : Logo dan nama terpampang dalam Backdrop umum di dalam gedung, 1
T Banner khusus yang terpasang di lokasi acara, logo terpampang di setiap media publikasi yang
dikeluarkan penyelenggara, lembar survey, stiker survey dan perlengkapan survey lainnya,
berhak, penyebutan nama perusahaan setiap sesi acara, penyelenggara dapat menerima sponsor
lain.
5. SPONSOR COUPPLE :
Mendukung 10 % Total Anggaran Biaya (Rp.53.380.000 ,-), dengan branding produk sebagai
berikut : Logo dan nama terpampang dalam Backdrop umum di dalam gedung, logo terpampang
di setiap media publikasi yang dikeluarkan penyelenggara, lembar survey, stiker survey dan
perlengkapan survey lainnya, berhak, penyebutan nama perusahaan setiap sesi acara,
penyelenggara dapat menerima sponsor lain.
6. SPONSOR PENDUKUNG
Penyelenggara menerima dukungan pada acara diluar kategori sponsorship dari instansi dan
dunia usaha sebagai partisipan kegiatan.
PENUTUP
Demikian proposal ini kami sampaikan, dengan harapan mendapat respon positif dari berbagai pihak,
sambil menantikan petunjuk dan konfirmasi, kami ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya.
Bandung, 2 Maret 2018
LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT
KOORDINAT MASYARAKAT PEJUANG ASPIRASI,
KETUA PELAKSANA,
(Sri Fatimah)
SEKRETARIS,
(Nining Sariningrum)
Mengetahui,
Koordinator Umum
( Fajar Budhi Wibowo, S.IP., M.Si)
Informasi lebih lanjut hubungi :
0857 9589 1888 – 0878 2393 4999
LAMPIRAN – LAMPIRAN
1. AKTA NOTARIS LSM KOMPAS
2. SK KEMENKUMHAM LSM KOMPAS
3. NPWP ATAS NAMA ORGANISASI
4. REKENING BANK ATAS NAMA ORGANISASI
5. KTP PANITIA PELAKSANA
6. SK KEPANITIAAN
KOORDINATOR UMUM
KOORDINAT NASIONAL/PUSAT
LSM KOMPAS
(FAJAR BUDHI WIBOWO, SI.P., M.Si)
KETUA PANITIA PELAKSANA
PEKA JILID II
Sri Fatimah
SEKRETARIS PANITIA
PEKA JILID II
Nining Sariningrum
Nomor : 003/E/PEKA/KOMPAS Kepada,
Bapak / Ibu Kepala Dinas Lampiran : 1 (Satu) Paket Proposal Yth.
Perihal : : Program Penguatan Ekonomi
Kerakyatan ( PEKA ) Jilid II
Tahun 2019
di-
Tempat.
Bismillahirrahmanirrohiim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam Pemberdaya..!!!
LSM KOMPAS...BISA !!!
Berdaya-Inspiratif-Sinergis-Aspiratif
Dalam rangka menjalankan Program Pembinaan dan Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia
Lembaga Swadaya Masyarakat Koordinat Masyarakat Pejuang Aspirasi Koordinat Nasional (LSM
KOMPAS KOORDNINAT NASIONAL), dengan berhasilnya Program Penguatan Ekonomi
Kerakyatan jilid I yang telah kami laksanakan, maka LSM KOMPAS Koordinat Nasional kembali
menggulirkan Program Penguatan Ekonomi Kerakyatan ( PEKA ) Jilid II yang bertujuan untuk
membantu pelaku usaha ekonomi kerakyatan sebagai upaya penyelamatan warung tradisional dan pasar
tradisional serta bantuan pembiayaan permodalan untuk mengatasi ketergantungan masyarakat dari
praktik rentenir.
Sehubungan dengan Pembinaan dan Pengembangan potensi masyarakat adalah tanggungjawab
bersama, bersama ini kami mengajak kepada Bapak / Ibu serta kepada instansi
pemerintah/BUMN/BUMD/Swasta untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pelaksanaannya dengan
memberikan berbagai bantuan dan fasilitasi demi suksesi serta kelancaran acara dimaksud.
(Proposal Terlampir).
Demikian ajakan kerjasama ini disampaikan dan semoga mendapat tanggapan positif, sambil menunggu
petunjuk dan realisasi, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Billahitufiq Walhidayah
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bandung, 2 Maret 2018
LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT
KOORDINAT MASYARAKAT PEJUANG ASPIRASI,
Koordinator Umum
( Fajar Budhi Wibowo, S.IP., M.Si)
Informasi lebih lanjut hubungi : 0857 9589 1888 – 0878 2393 4999