proposal k2pl 1

21
1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ayam arab merupakan keturunan dari Ayam Brakel Kriel- Silver dari Belgia. Disebut Ayam arab karena dua hal : pejantannya memiliki daya seksual yang tinggi dan keberadaannya di Indonesia melalui telurnya yang dibawa oleh orang yang menunaikan ibadah haji dari Mekah. Kebanyakan masyarakat memanfaatkan Ayam arab karena produksi telurnya tinggi, mencapai 190-250 butir per tahun dengan berat telur 42,3 gram. Kuning telur lebih besar volumenya, mencapai 53,2% dari total berat telur. Jadi ayam arab ini fungsinya hanya sebagai ayam petelur saja. Warna kerabang/bulu sangat bervariasi yakni putih, kekuningan dan coklat. Warna kulit yang kehitaman dengan daging yang lebih tipis dibanding ayam kampung menjadikannya jarang dimanfaatkan sebagai ayam pedaging.

Upload: duesty-wardika

Post on 16-Sep-2015

6 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

inseminasi buatan

TRANSCRIPT

14

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ayam arab merupakan keturunan dari Ayam Brakel Kriel-Silver dari Belgia. Disebut Ayam arab karena dua hal : pejantannya memiliki daya seksual yang tinggi dan keberadaannya di Indonesia melalui telurnya yang dibawa oleh orang yang menunaikan ibadah haji dari Mekah. Kebanyakan masyarakat memanfaatkan Ayam arab karena produksi telurnya tinggi, mencapai 190-250 butir per tahun dengan berat telur 42,3 gram. Kuning telur lebih besar volumenya, mencapai 53,2% dari total berat telur. Jadi ayam arab ini fungsinya hanya sebagai ayam petelur saja. Warna kerabang/bulu sangat bervariasi yakni putih, kekuningan dan coklat. Warna kulit yang kehitaman dengan daging yang lebih tipis dibanding ayam kampung menjadikannya jarang dimanfaatkan sebagai ayam pedaging.

Ayam arab mudah dikenali dari bulunya. Pada sepanjang leher berwarna putih mengkilap, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih. Sedang jenggernya berbentuk kecil berwarna merah muda dan mata hitam dengan dilingkari warna kuning.Ciri lain Ayam arab adalah pejantannya pada umur 1 minggu sudah tumbuh jengger, dan betina induk tidak memiliki sifat mengeram. Dari penampilan tubuhnya, tinggi Ayam Arab dewasa mencapai 35 cm dengan bobot 1,5-2 kg. Kepalanya mempunyai jengger berbentuk tunggal dan bergerigi. Ayam ini berbulu tebal. Bulu di sekitar leher berwarna kuning dan putih kehitaman. Warna bulu badannya putih bertotol-totol hitam. Kokok suara jantan nyaring. Ayam arab betina dewasa tingginya mencapai 25 cm dengan bobot 1,0-1,5 kg. Kepalanya berjengger tipis, bergerigi. Badannya berbulu tebal. Selama usia produktif antara 0,8 1,5 tahun, betina arab terus-menerus bertelur, sehingga hampir setiap hari menghasilkan telur.

Secara genetis Ayam arab tergolong galur ayam buras yang unggul, karena memiliki kemampuan produksi telur yang tinggi. Kebanyakan masyarakat memanfaatkan Ayam arab untuk menghasilkan telur bukan daging karena Ayam arab memiliki warna kulit yang kehitaman dan daging tipis dibanding ayam buras biasa sehingga dagingnya kurang disukai masyarakat.

Kurangnya pengertian masyarakat terhadap ayam arab inilah yang menyebabkan keberadaan ayam arab kurang populer dikalangan peternak. Sosialisasi terhadap keberadaan ayam arab, BPTU Sembawa sebagai salah satu pembibitan ternak unggul mempunyai tugas untuk mensosialisasikan keberadaan ayam arab. Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Sembawa mempunyai tugas pokok melakukan pembibitan jenis-jenis ternak unggas, seperti ayam arab serta dilakukan sosialisasi.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana sistem pemeliharaan ayam arab di BPTU dan HPT Sembawa ?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui sistem pemeliharaan ayam arab di BPTU dan HPT Sembawa.2. Membandingkan antara materi teori kuliah dengan praktek lapangan.

1.4. Manfaat

1. Memahami sistem pemeliharaan ayam arab.2. Mampu mengembangkan ayam arab di masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Arab

Ayam arab merupakan ayam lokal tipe petelur yang berasal dari Mesir. Di kalangan masyarakat Mesir, ayam ini lebih dikenal dengan nama ayam fayoumi atau bigawi. Ayam ini sudah lama menetap dan berkembang sejak sebelum Masehi dan banyak ditemukan di sepanjang Sungai Nil. Ayam ini memiliki ciri ciri diantaranya postur tubuh yang ramping dan kecil, lincah, suka terbang, dan memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi. Keunggulan dari ayam ini adalah dewasa kelamin yang cepat dan mulai bertelur pada umur empat bulan. Sifat-sifat kualitatif dari ayam ini adalah memiliki warna bulu putih keperakan dari kepala hingga leher dan warna bulu totol hitam putih pada badan, shank berwarna hijau pohon atau biru, DOC nya memiliki warna dengan perpaduan warna coklat, hitam dan putih serta kepala berwarna ungu kecoklat-coklatan. Ayam jantan fayoumi memiliki bobot badan hingga mencapai 2,25 kg, sedangkan pada ayam betina fayoumi bobot badan mencapai 1,75 kg (Ayu, 2011).

Ayam arab yang berada di Indonesia terdiri dari dua jenis yaitu ayam arab silver dan ayam arab merah (Golden Red). Namun, di kalangan masyarakat ayam arab yang lebih dikenal adalah ayam arab silver. Menurut asal usulnya, ayam arab silver diduga merupakan hasil persilangan antara ayam jantan arab asli (Silver Braekels) dengan betina lokal petelur. Asal usul keberadaan ayam arab merah (Golden Red) terdiri dari dua versi. Versi pertama, ayam arab merah (Golden Red) merupakan hasil persilangan antara ayam jantan arab asli (Silver Braekels) dengan betina ras petelur (Leghorn). Versi kedua, ayam arab merah (Golden Red) merupakan hasil persilangan antara ayam jantan arab asli (Silver Braekels) dengan ayam betina merawang. Ayam arab silver memiliki ciri-ciri yaitu memiliki tubuh berwarna putih di leher dan totol-totol hitam di badan. Ayam arab merah (Golden Red) memiliki ciri-ciri yaitu memiliki bulu berwarna kuning keemasan di leher dan totol-totol hitam di sekitar sayap dan paha (Pambudhi, 2003).

Menurut Nataamijaya et al. (2003) menyatakan bahwa ayam arab memiliki sifat kualitatif antara lain berjengger tunggal (Single) dan berwarna merah, pial berwarna merah, memiliki warna seragam dengan warna dasar hitam dihiasi warna putih di daerah kepala, leher, dada, punggung, dan sayap, dan berwarna putih pada paruh, kulit, dan sisik kaki. Bobot badan ayam arab Silver jantan dewasa mencapai 1,5 1,8 kg dengan tinggi tubuh 30 cm. Ayam arab Silver betina dewasa, bobot badan mencapai 1,1 1,2 kg dengan tinggi tubuh 22 25 cm. Selanjutnya dijelaskan oleh Pambudhi (2003), ayam arab merah (Golden Red) memiliki sifat kualitatif antara lain memiliki bulu berwarna kuning keemasan di leher dan totol-totol hitam di sekitar sayap dan paha, serta shank berwarna abu-abu. Ayam arab merah (Golden Red) memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari pada ayam arab silver dengan tinggi tubuh sekitar 35 cm.

Menurut Natalia et al. (2005) menyatakan bahwa telur ayam arab yang dihasilkan memiliki karakterisrik warna dan bentuk kerabang seperti telur ayam kampung sehingga banyak diminati konsumen. Ayam arab memiliki daging yang tipis dan kulit yang berwarna hitam sehingga daging ayam arab kurang disukai konsumen, disamping bobot afkirnya yang tergolong rendah yaitu hanya mencapai 1,1 1,2 kg.

2.1.1. Keunggulan Ayam Arab

Menurut Erna Siragih (2000) Ayam Arab memiliki beberapa keunggulan antara lain : Harga DOC tinggi dibandingkan ayam kampung biasa Berat telur 30-35 gram. Warna kerabang telur putih Harga induk tinggi Ayam Arab termasuk tipe ayam kecil sehingga konsumsi pakan relatif lebih sedikit sehingga biaya pakan relatif lebih efisien Libido seksualitas jantan lebih tinggi, mudah dikawinkan dengan ayam lain, dalam 15 menit bisa tiga kali kawin Bisa dijadikan untuk perbaikan genetik ayam buras Sifat mengeram hampir tidak ada, sehingga waktu bertelur panjiang. Produksi telur rata rata pertahun diatas 200 butir,artinya dalam kelompok pemeliharaan jumlah tertentu mampu diperoleh 60 % dari populasi. Telurnya sangat diterima masyarakat, sebagai pengganti telur ayam kampung lokal yang sudah susah kita dapatkan dipasar. Penjualannya memakai sistem satuan butiran, bukan kiloan, sehingga sangat menguntungkanpeternak yang memelihara. Pemeliharaan relatif mudah dan tidak rewel, sama dengan ayam kampung/ lokal.

2.1.2. Kelemahan Ayam Arab

Menurut Erna Siragih (2000) Ayam Arab memiliki beberapa kelemahan antara lain: Warna kulit dan daging hitam sehingga harga jual afkirnya bisa menimbulkan masalah Sifat mengeram hampir tidak ada, sehingga apabila dikembangkan di masyarakat harus ditetaskan di mesin tetas atau menggunakan ayam lain Harus dipelihara secara intensif untuk mendapatkan produksi tinggi sesuai dengan kemampuan genetisnya Bobot badan afkir rendah mencapai 1,1-1,2 kg

2.2. Sistem Pemeliharaan Ayam Arab

2.2.1. Ekstensif

Menurut Dwi,dkk. (2013), sistem pemeliharaan ekstensif adalah sistem pemeliharaan dimana ternak dipelihara dengan cara digembalakan tanpa memperhatikan kandang maupun makanan. Hal ini karena ternak tersebut dilepas ditempat - tempat yang mempunyai sumber pakan alami, misalnya di daerah persawahan yang baru panen. Pemeliharaan ini dilaksanakan oleh para peternak yang bersifat tradisional dan nomaden.

Pola pemeliharaan seperti ini banyak kita jumpai dilingkungan pedesaan. Beberapa alasan yang mendasari antara lain belum sampainya pengetahuan kepada sebagian masyarakat tentang model pemeliharaan lainnya dan didukung pula oleh lingkungan seperti pekarangan rumah atau areal persawahan yang masih luas. Pola ini memiliki sisi kelemahan, antara lain kesulitan dalam hal pengontrolan penyakit, dicuri atau dimakan binatan liar, tingkat mortalitas ayam dapat mencapai 56% terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu, produksi telur rendah, walaupun pemanfaatanya cukup berarti bagi petani.

Tingkat reproduksi ayam yang dipelihara dengan sistem ini paling sekitar 3 siklus, dengan produksi telur masih sekitar 40-50 butir/tahun. Karena proses reproduksi ayam masih sangat tergantung pada naluri induk ayam untuk melepas atau menyapih anak sebelum saat tiba saat bertelur kembali. Rata-rata dibutuhkan waktu sekitar 120 hari per siklus dengan rincian sebagai berikut : 20 hari masa bertelur, 21 hari masa mengeram, 60 hari masa mengasuh anak dan 20 hari masa istirahat sebelum bertelur kembali.

Saran kami untuk peternak yang hanya mampu menerapkan pola pemeliharaan ini adalah dengan melakukan seleksi calon induk, memberikan pakan tambahan yang memiliki kualitas dan kuantitas yang tinggi, menjaga kebersihan kandang dan melakukan vaksinasi untuk pencegahan penyakit.

2.2.1. Semi Intensif

Menurut Ayu (2011), sistem pemeliharaan semi intensif adalah cara kombinasi antar sistem ekstensif dan intensif, yaitu induk jantan dan betina dipelihara bersama dalam kandang ren atau pemeliharaan ayam dengan penyediaan kandang dan pemisahan anak ayam yang baru menetas dari induknya dengan skala 9 ekor induk per petani. Selama pemisahan ini, anak ayam perlu diberi pakan yang baik (komersial atau buatan sendiri) Biasannya pakan tambahan diberikan sebelum ayam dilepas di pekarangan atau di kebun untuk mencari pakan sendiri. Pakan tambahan hanya diberikan sebenyak 25 gram per ekor per hari atau 25% dari kebutuhan pakan yang dipelihara secara intensif per ekor per hari.

Pada pemeliharaan secara semi intensif ini siklus reproduksi ayam semakin pendek karena pemilik ternak ikut membantu yaitu dengan membatasi waktu mengasuh anak dan tingkat mortalitas dapat mencapai 34% terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu dan produksi telur dapat mencapai 59 butir per ekor per tahun.

2.2.2. Intensif

Menurut Abidin (2002), pengertian beternak secara intensif adalah ayam yang dipelihara di dalam kandang secara terus menerus sehingga semua kebutuhan ayam seperti pakan dan minum mutlak kita yang menyediakan. Manajemen pemeliharaan pada pola pemeliharaan ini harus bener-benar diatur dengan baik untuk menjaga agar ayam tetap sehat, produktif dan jauh dari ancaman penyakit. Untuk menerapkan model pemeliharaan seperti ini dibutuhkan modal yang cukup besar terutama untuk biaya pembangunan kandang. Oleh karena itu, kami menyarankan untuk berfikir matang-matang terutama masalah target produksi yang jelas kalau kita akan menerapkan model pemeliharaan seperti ini.

Siklus reproduksi pada model ini semakin dipersempit karena induk ayam tidak dibiarkan mengerami telurnya apalagi mengasuh anak. Induk ayam difungsikan sebagai penghasil telur saja baik telur konsumsi maupun telur tetas. Kalau yang dihasilkan adalah telur tetas maka pengeramannya diserahkan kepada ternak lain atau dengan bantuan mesin penetas telur. Anak hasil tetasan dipelihara di kandang terpisah. Sehingga siklus reproduksinya bisa 7-11 kali dengan jumlah produksi telur sekitar 90-130 butir/tahun.

Yang perlu mendapat perhatian adalah kemampuan produksi dari induk ayam. Apabila ayam sudah menurun produktivitas telurnya sebaiknya segera diganti dengan induk yang baru. Begitu juga masalah masa bertelur kembali untuk induk sangat bergantung pada manajemen pemeliharaan terutama soal kualitas dan kuantitas pakan.

III. PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan TempatPelaksanaan Kuliah Kerja Praktek Lapangan (K2PL) dilakukan selama 2 bulan. Bulan Agustus Bulan Oktober 2014, dilokasi Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Sembawa Kabupaten Banyuasin Palembang.3.2. Metode dan Cara KerjaMetode yang dilaksanakan dalam Kuliah Kerja Praktek Lapangan (K2PL) Mahasiswa Universitas Musi Rawas Tahun Ajaran 2014/2015 di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Sembawa Kabupaten Banyuasin, menggunakan metode praktek langsung dilapangan sesuai dengan ketentuanyang telah ditetapkan oleh instansi/perusahaan Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Sembawa dan mahasiswa sendiri agar mampu berperan aktif dalam semua kegiatan K2PL, serta K2PL terbagi atas beberapa kegiatan yang dimuat dalam sebuah dalam program kerja, dimana program kerja tersebut dibagi menjadi program kerja untuk masing masing mahasiswa. Didalam program kerja yang telah ditetapkan oleh instansi/perusahaan Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Sembawa nantinya akan dilakukan rolling/pertukaran kegiatan kerja bagi mahasiswa. Tujuan yang dilakukan oleh Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Sembawa agar setiap mahasiswa Universitas Musi Rawas mendapatkan pengalaman yang berbeda serta wawasan yang lebih.Cara kerja yang dilakukan mahasiswa selama K2PL antara lain :1. Membantu pelaksanaan kegiatan pada perusahaan/instansi yang ditempati didalam mengelola usahanya dengan dibimbing oleh pembimbing lapangan perusahaan.2. Melakukan kegiatan harian tehnik tehnik usaha di bidang peternakan yang meliputi pemeliharaan, budidaya dan proses manajemen ternak.3. Menganalisis dan menjabarkan kegiatan yang ada dengan teori yang pernah didapatkan dan mengumpulkan serta menyusun bahan bahan/data data untuk pembuatan proposal ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 2002. Sistem Pemeliharaan Ayam Intensif. Jakarta.

Dwi, dkk. 2013. Sukses Meningkatkan Produksi Ayam Petelur. Penerbit Surabaya. Jakarta

http://intannursiam.wordpress.com/2010/11/11/mengenal-unggas-ayam-arab/ ( diakses 21 Juni 2014)http://www.infoternak.com/ayam-arab/ ( diakses 21 Juni 2014 )Lestari, Ayu. 2011. Cerdas Beternak Ayam Buras Petelur dan Pedaging. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.

Pambudhi. 2003. Pemeliharaan Ternak Unggas. Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya. Malang.