proposal ta

25
PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR KAJIAN SLOPE STABILITY DALAM RANGKA OPTIMALISASI PENGGALIAN BATUBARA ANTARA FINAL SLOPETAL UTARA DENGAN TAL SELATAN Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya Oleh HERMANTO TARIHORAN 03101002066

Upload: hermanto-tarihoran

Post on 20-Feb-2016

38 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Proposal Lereng

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Ta

PROPOSALPENELITIAN TUGAS AKHIR

KAJIAN SLOPE STABILITY DALAM RANGKA OPTIMALISASI PENGGALIAN BATUBARA ANTARA FINAL SLOPETAL UTARA

DENGAN TAL SELATAN

Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir MahasiswaJurusan Teknik Pertambangan

Universitas Sriwijaya

Oleh

HERMANTO TARIHORAN03101002066

UNIVERSITAS SRIWIJAYAFAKULTAS TEKNIK

2014

Page 2: Proposal Ta

IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITAIAN TUGAS AKHIR MAHASISWA

1. JUDUL : ANALISIS DAN RANCANGAN TEKNIS KEMANTAPAN LERENG MENGGUNAKAN METODE KESETIMBANGAN BATAS BISHOP DI PT. NUSANTARA THERMAL COAL, MUARO BUNGO, JAMBI

2. PENGUSULa. Nama : Hermanto Tarihoranb. Jenis kelamin : laki-laki c. Nim : 03101002066d. Semester : VIII (delapan)e. Fakultas/jurusan : Teknik/Teknik Pertambanganf. No.handphone : 085263588679g. Email : [email protected]. No fax fakultas : -

3. Lokasi Penelitian : PT. Nusantara Thermal CoalIndralaya, Juni 2014

Pengusul,

Hermanton TarihoranNIM.03101002066

Pembimbing Proposal,

DR. Ir. H. Syamsul Komar NIP. 195210181988031001

Menyetujui : Ketua jurusan teknik pertambanganFakultas teknik universitas sriwijaya

Hj.Rr.Harminuke Eko Handayani, ST,MT.NIP. 196902091997032001

Page 3: Proposal Ta

I. JUDUL

PENERAPAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD UNTUK ANALISA DAN KAJIAN TEKNIS KEMANTAPAN LERENG DI PT. NUSANTARA THERMAL COAL, MUARO BUNGO, JAMBI

II. BIDANG ILMU

TEKNIK PERTAMBANGAN

III. PENDAHULUAN

Salah satu masalah yang dihadapi dalam aktivitas penambangan

adalah kestabilan lereng bukaan tambang. Permintaan pasar akan batubara

membuat perusahaan harus mengejar target produksi. Hal ini terkadang

membuat aktivitas penambangan tidak memperhatikan batas aman ketinggian

dan kemiringan lereng tambang. Pengusahaan untuk meminimalkan stripping

ratio juga menyebabkan geometri aman luput dari perhatian. Dalam

kenyataannya sering terjadi longsoran- longsoran pada lereng tambang baik

dalam skala kecil maupun besar. Tidak terkecuali pada aktivitas

penambangan di PT. Nusantara Thermal Coal, Muaro Bungo Jambi. Pada

salah satu area penambangannya terdapat lereng- lereng tambang yang dinilai

terlalau terjal, da nada beberapa lereng yang menunjukkan gejala- gejala akan

longsor dengan terlihatnya penurunan- penurunan permukaan tanah.

Untuk mendapatkan solusi yang optimal dari permasalahan tersebut,

maka dibutuhkan analisis kestabilan dari suatu lereng untuk mengetahui

penyebanya dan melakukan perbaikan- perbaikan untuk mengetahui geometri

lereng yang aman. Hingga saat ini telah banyak berkembang metode untuk

menganalisis stabilitas lereng yang pada umumnya menggunakan metode

keseimbangan batas (limit equilibrium) salah satunya adalah kesetimbangan

batas bishop. Analisa dilakukan dengan menggunakan metode kesetimbangan

batas yang menggunakan input data berupa kohesi, bobot isi dan sudut geser

dalam. Setelah dilakukan analisa akan didapatkan data output berupa factor

keamanan (FK).

Page 4: Proposal Ta

IV. RUMUSAN MASALAH

1. Apa penyebab kelongsoran yang terjadi pada lereng tambang

2. Bagaimana analisa terhadap lereng tambang yang dianggap tidak aman

2. Bagaimana Desain lereng yang aman untuk mengatasi kelongsoran pada

lereng.

V. PEMBATASAN MASALAH

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah menganalisis kestabilan

lereng dengan menggunakan metode kesetimbangan batas bishop. Dengan

menggunakan parameter- paremeter input berupa data kohesi, sidut geser

dalam, bobot isi. Akivitas tektonik, peledakan dan getaran alat mekanis tidak

dimasukkan ke dalam perhitungan.

VI. TUJUAN PENELITIAN

1. Memperoleh parameter- parameter masukan untuk analisis dan rancangan

kemantapan lereng tambang PT. Nusantara Thermal Coal

2. Mengetahui penyebab kelongsoran pada lereng tambang PT. Nusantara

Thermal Coal

3. Memberikan rancangan teknik kemantapan lereng berupa geometri lereng

yang aman untuk PT. Nusantara Thermal Coal

VII. TINJAUAN PUSTAKA

7.1 Kemantapan lereng tambang terbuka

Dalam mendesain lereng tambang terbuka ada terdapat tiga komponen

utama. Yang pertama adalah sudut kemiringan pit secara keseluruhan (overall pit

slope angel) puncak (crest) hingga (toe), gabungan ramp dan bench. Hal ini

memungkinkan variasi dalam mendesain kemiringan lereng. Lereng dibuat lebih

landai pada material lemah dan lebih curam pada material yang kompak. Variasi

slope angel juga bergantung pada kondisi geologi dan layout ramp. Komponen

yang kedua adalah inter- ramp slope yaitu sudut yang dibentuk antara dua ramp.

Dan komponen ketiga adalah bench face angel yaitu sudut lereng yang dibentuk

oleh gabungan beberapa jenjang diantara dua jalan angkut (C Wyllie dan W Mah,

2004).

Page 5: Proposal Ta

Beberapa faktor yang yang berpengaruh dalam mendesain lereng adalah

tinggi lereng, keadaan geologi, kekuatan batuan, tekanan air tanah, dan kerusakan

akibat aktivitas peledakan. Dalam penggalian batubara yang terus- menerus akan

menyebabkan kedalaman pit semakin bertambah maka perlu diperhatikan agar

overall slope tidak terlalu terjal (C Wyllie dan W Mah, 2004).

Sumber: E Hoek dan J Bray 1974

GAMBAR 8.1

GEOMETRI LERENG TAMBANG TERBUKA

Lereng disekitar ramp juga sebaiknya dibuat lebih landai untuk

mengurangi resiko kelongsoran pada jalan tambang. Pertimbangan berbeda

dimungkinkan untuk slope tanpa jalan tambang (ramp). Sedangkan pada lereng

yang terdapat air tanah yang signifikan maka proses drainase diperlukan untuk

mengurangi tekanan air tanah sehingga lereng dapat dibuat lebih terjal (C Wyllie

dan W Mah, 2004).

Faktor keamanan (FS) merupakan metode yang palig sering digunakan

dan sudah diterapkan dalam berbagai macam keadaan geologi. Kondisi dimana

keadaan gaya penahan terhadap longsoran lebih besar dari gaya penggeraknya

maka lereng tersebut akan berada dalam keadaan yang mantap atau stabil.

(seteffen, et,al). Tetapi apabila gaya penahan menjadi lebih kecil dari gaya

penggeraknya maka lereng tarsebut menjadi tidak mantap dan longsoran akan

Page 6: Proposal Ta

…..……...………………………………… (8-1)

……...………………………………..… (8-2)

terjadi. Kestabilan suatu lereng dapat dihitung dengan perbandingan antara gaya

penahan dan gaya penggerak yang menghasilkan suatu angka yang disebut factor

keamanan (safety factor). Nilai factor keamanan tersebut dapat dinyatakan dalam

persamaan (8-1) sebagai berikut (C Wyllie dan W Mah, 2004):

FK= ∑Gaya Penahan∑Gayapenggerak

FK= cA+W cosα tan θW sin α

Sumber: E Hoek dan J Bray, 1974 dalam DC Wyllie dan CM Mah, 2004

GAMBAR 8.2

DIAGRAM MOHR

Gaya penahan dan gaya penggerak pada persamaan 8-2 dapat dilihat pada

gambar 8.2. c, σ’, 𝟇, τ, τs secara berurut adalah angka kohesi, tegangan normal,

sudut geser dalam, kuat geser, dan teganan geser. Apabila harga FK dari suatu

lereng > 1.0 maka lereng tersebut dapat dikatakan aman. Sedangkan bila harga

suatu FK dari suatu lereng < 1.0 maka lereng tersebut dalam keadaan tidak aman

dan kemungkinan besar akan longsor. Pada tambang terbuka factor keamanan

yang pada umumnya digunakan adalah anatar 1.2- 1.4, dengan menggunakan

kesetimbangan batas untuk menghitung nilai factor keamanan secara langsung (C

Page 7: Proposal Ta

……...…………………………………… (8-4)

Wyllie dan W Mah, 2004). Jika bidang luncur dalam keadaan bersih dan tidak

terdapat suatu infilling serta kohesinya mendekati nol, maka persamaan 8-2 dapat

disederhanakan menjadi:

FS=cos α . tan θsin α

Atau

FS= tanθtan α

Persamaan 8-3 dan 8-4 berlaku dalam keadaan ideal dimana bidang luncur

dalam keadaan bersih dan tidak ada system penyangga. Nilai factor keamanan

bernilai satu jika besar sudut geser dalam dan dip bidang luncur sama besar.

7.2 Faktor- factor yang mempengaruhi kestabilan lereng

7.2.1 Faktor pembentuk gaya penahan

a. Jenis batuan

Batuan beku, sedimen, dan mentamorf tertentu yang masih segar dan

belum mengalami pelapukan pada umumnya memiliki kestabilan lereng yang

baik, terutama jika batuan tersebut tersebar secara luas. Batuan beku biasanya

terbentuk dari mineral- mineral kristalin yang tersusun sedemikian rupa sehingga

batuan tersebut kuat dan kompak,karna Kristal- kristalnya terikat satu sama lain

dengan baik. Kuat Tarik dan kuat tekan batuan ini pada umumnya sangat tinggi

(Huddson dan Harrison, 1997)

Batuan sedimen yang terkonsolidasi dengan baik sehingga ikatan Antara

masing- masing butirnya kuat juga mempunyai kekuatan batuan yang tinggi.

Tetapi sedimen yangbelum terkosolidasi tidak memiliki kekuatan batuan yang

tinggi. Kekuatan batuan sedimen juga dipengaruhi oleh kekuaatan mineral-

mineral penyusunnya (Huddson dan Harrison, 1997).

Batuan metamorf yang terdiri dari satu macam mineral yang kuat dan

mempunyai ukuran- ukuran butir yang homogeny juga mempunyai kekuatan yang

tinggi (kuarsit dan marmer). Sedangkan batuan marmer yang bertekstur schiss

……...……………………………….…… (8-3)

Page 8: Proposal Ta

atau gneiss mempunyai kekuatan yang tidak sama pada arah- arah yang berbeda

karena dipengaruhi oleh orientasi Kristal (Huddson dan Harrison, 1997).

b. kekuatan batuan

Batuan utuh (intact rock) mempunyai mempunya kuat tekan yang tinggi dan

mempunya sudut geser dalam yang besar merupakan batuan yang sangat stabil

terhadap longsoran. Batuan dengan kekuatan seperti ini, umumya adalah batuan

beku yaitu granit, andesit, basalt dan lain- lain, beberapa jenis batuan sedimen

yaitu batu pasir, breksi, dan lain- lain, dan batuan metamorf yaiut batu marmer,

kuarsit dan lain- lain. Untuk batuan- batuan tersebut diatas umumnya tidak

mempunyai masalah dengan kemantapan lerengnya kecuali kalau batuan tersebut

tidak utuh dan dengan adanya bidang- bidang lemah (massa batuan). Sudut lereng

pada batuan yang kuat tersebut bias mencapai 90o atau bahkan lebih dari 90o dan

dengan tinggi yang besar pula (Huddson dan Harrison, 1997).

Kekuatan batuan dinyatakan oleh sifat- sifat mekaniknya yang brupa

parameter- parameter kuat tekan uniaxial , kohesi (c), dan sudut geser dalam (𝟇). Dalam analisis kemantapan lereng parameter- parameter yang penting adalah

harga- harga c dan 𝟇 yang merupakan sifat asli kekuatan batuan (Huddson dan

Harrison, 1997).

7.2.2 Faktor pembentuk gaya pengerak

Gaya penggerak umumnya dipegaruhi oleh gravitasi, sehingga berat dari

bagian lereng yang bersangkutan adalah merupakan salah satu gaya penggerak

yang memacu terjadinay longsoran. Parameter- parameter yang pentimg sebagai

pembentuk gaya penggerak adalah (Huddson dan Harrison, 1997):

a. bobot isi

Batuan yang mempunya bobot yang besar akan memberikan beban atau gaya

yang besar pula pada lereng.

b. Kandungan air tanah

keberadaan air sebagai moisture air tanah maupun air pori tanah pada lereng

yang bersangkutan akan memberikan beban tambahan pada lereng.

c. Sudut lereng dan tinggi lereng

Page 9: Proposal Ta

Sudut dan tinggi lereng yang besar akan memberikan volume material yang

besar yang akan membuat beban lereng semakin besar.

7.2.3 Faktor yang mengurangi gaya penahan.

a. proses pelapukan

Pelapukan kimia terjadi dimana- mana terutama di daerah tropis dimana

kelembapan dan suhu udara yang tinggi. Pelapukan yang terjadi pada batuan

mengubah komposisi mineralogi batuan yang beresangkutan. Seperti system

Kristal, kemas dan tekstur. Karena berubahnya sebagian atau seluruh mineral

mneral yang ada menjadi mineral lain sebagai reaksi kimia denga air, asam, udara,

dan gas- gas lainnya. Sehingga kekuatan batuan akanberubah drastis (Huddson

dan Harrison, 1997).

b. bidang lemah

proses secara alamiah seperti tektonik, perubahan temperature, atau

pengurangan beban vertical dapat mengakibatkan perubahan struktur pada batuan

dan menghasikan bidang- bidang lemah yang berupa sesar, kekar dan retakan-

retakan lainnya. Dengan munculnya bidang lemah tersebut maka batuan yang

tadinya utuh akan berubah menjadi massa batuan yang memiliki kekuatan batuan

yang jauh lebih kecil dari sebelumya. Selain itu beban yang diterima masa batuan

juga akan diteruskan secara anisotrop ke sekitarnya, sehingga dengan demikian

kestabilan lereng juga akan menurun (Huddson dan Harrison, 1997).

c. Aktivitas manusia

Aktivitas manusia yang langsung mempengaruhi kesetimbangan muka

bumi dalam hal ini kemantapan lereng Antara lain adalah penggalian dan

penimbunan (tambang, jalan raya, saluran air, bangunan- bangunan sipil lainnya).

Dengan adanya aktivitas penggalian dan penimbunan maka geometri muka bumi

berubah dan terjadi pengurangan penyangga atau penambahan beban yang

mengakibatkan perubahan kesetimbangan tanah atau lereng. Untuk timbunan,

juga terjadi perubahan parameter- parameter kekuatan batuan, yaitu berubahnya

harga kohesi (c), dan sudut geser dalam sebagai akibat dari pengghancuran atau

perubahan tekstur tanah atau batuan (Huddson dan Harrison, 1997).

Page 10: Proposal Ta

7.2.4 Faktor yang memperbesr gaya penggerak.

Selain pengurangan kekuatan batuan, penambahan beban atau gaya

penggerak juga dapat mengakibatkan lereng yang tadinya mantap menjadi tidak

mantap. perubahan ini dapat terjadi secara alamiah maupun akibat aktivitas

manusia secara langsung atau tidak langsung (Huddson dan Harrison, 1997).

a. Aktivitas tektonik

Terjadinya pengangkatan dan penurunan muka bumi akan mengakibatkan

terjadinya perubahan arah dan besar gaya- gaya yang bekerja pada suatu titik

tertentu dikulit bumi. Misalnya pada suatu daerah dengan morfologi datar atau

landai. Terjadinya pengangkatan ataupun penurunan akan mengakibatkan daerah

tersebut akan berubah menjaid terjal. Akibatnya rona muka bumi akan berubah

dan beban pada lereng- lereng baru akan lebih besar sehingga menghasilkan

ketidakmantapan lereng.

b. Penambahan beban akibat penimbunan

Timbunan material tanah atau batuan maupun bangunan diatas disuatu

lereng akan memperbesar gaya penggerakdan dapat mengakibatkan longsoran

pada lereng tersebut.

c. penambahan air tanah

Penambahan air tanah pada pori- pori mauun celah- celah tanah atau

batuan jelas akan memperbesar gaya pengerak yangdapat mengakibatkan

longsoran. Penambahan air tanah ini dapat terjadi karena alam yaitu huaj dan

banjir, dan aktivitas manusia yaitu irigasi, drainsae dan lain- lain.

7. 3 Longsoran

Longsoran bisa terjadi secara alami mupun karena aktivitas manusia.

Jika ditinjau dari mekanisme dan bentuk bidang longsornya, terdapat beberapa

jenis longsoran yang dapat terjadi seperti longsoran bidang (plan failure),

longsoran baji (wedge failure), dan longsoran guling (toppling failure). Kondisi

dan jenis material berpengaruh terhadao terjadinya longsoran. (C Wyllie dan W

Mah, 2004).

a. longsoran bidang

Page 11: Proposal Ta

Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi

disepanjang bidang luncur yang dianggap rata.bidang sesar tersebut dapat berupa

rekahan, sesar, ataupun bidang perlapisan batuan.

Sumber: DC Wyllie dan CM Mah, 2004

GAMBAR 8.3

LONGSORAN BIDANG

b. longsoran baji

Longsoran baji dapat terjadi pada suatu lereng batuan jika terdapat lebih

dari satu bidang lemah yang saling berpotongan.sudut perpotongan Antara dua

bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dala batuannya dan lebih

kecil dari kemiringan lerengnya.

Sumber: E Hoek dan J Bray, 1974 dalam DC Wyllie dan CM Mah, 2004GAMBAR 8.4

LONGSORAN BAJI

c. longsoran guling

Page 12: Proposal Ta

Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah

kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang lemahnya.

Sumber: E Hoek dan J Bray, 1974 dalam DC Wyllie dan CM Mah, 2004

GAMBAR 8.5

LONGSORAN GULING

d. Longsoran busur

Longsoran jenis ini sering terjadi dialam terutama pada material tanah

atau batuan yag lunak.untuk longsoran pada batuan dapat terjadi apabila batuan

mempunyai pelapukan yang tinggi dan mempunyai spasi kekar yang rapat.

Sehingga batuan tersebut akan mempumyai sifat seperti tanah.

Sumber: E Hoek dan J Bray, 1974 dalam DC Wyllie dan CM Mah, 2004

GAMBAR 5.6

Page 13: Proposal Ta

LONGSORAN BUSUR

7.5 Metode kesetimbangan batas bishop

Menurut Lee W. Anbramson (2002), mmetode kesetimbangan batas

bishop menggunakan metode irisan yakni membagi masa tanah ke dalam irisan

yang lebih kecil untuk menentukan faktor keamanan lereng tersebut. Metode ini

memenuhi kesetimbangan gaya vertical untuk setiap irisan dan kesetimbangan

momen terhadap titik pusat lingkaran. Metode ini mengganggap gaya geser pada

antar irisan adalah nol. Metode ini mengasumsikan bidang luncur berupa sirkular

dan gaya horizontal cukup untuk mendefenisikann gaya- gaya yang berkerja

dalam tiap irisan.

Menurut C Wyllie dan W Mah (2004), untuk lereng yang mempunyai

bidang kritis berupa busur lingkaran, angka keamanannya dapat dicari dengan

menggunakan metode bishop dengan hasil yang memuaskan dan dapat dipercaya.

Komponen- komponen yang digunakan dalam perhitungan dapat dilihat pada

(gambar 8.3) di bawah ini.

Page 14: Proposal Ta

Sumber: (C Wyllie dan W Mah, 2004)

GAMBAR 8.3

METODE BISHOP DALAM ANALISA KELONGSORAN BUSUR

Gaya normal dalam tiap irisan diadapatkan dengan menjumlahkan seluruh

gaya- gaya dalam arah vertical. Sedangkan factor keamanan ditentukan dengan

penjumlahan momen- momen dengan titik pusat yang sama. Bentuk umum

persamaan metode ini adalah:

Keterangan: W= gaya berat (N)

α = sudut kemiringan segmen (0)𝟇= sudut geser dalam (0)

c = kohesi

FK= Faktor keamanan

u = tekanan air pori

VIII. METODOLOGI PENELITIAN

8.1 Studi pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum

didaerah penelitian secara langsung. Studi pendahuluan meputi observasi aktivitas

kerja dan produksi batubara secara keseluruhan serta melakukan survey atau

wawancara mengenai kondisi umum dan permasalahan- permasalahan yang

terjadi selama aktivitas produksi.

8.2 Identifikasi masalah

Setelah melakukan observasi lapangan dan wawancara dengan pekerja,

penulis mendapatkan informasi- informasi awal yang terjadi dalam aktivitas

produksi terutama dalam permasalahan kestabilan lereng. Dari hasil observasi dan

wawancara tersebut akan diketahui masalah- masalah yang terjadi terutama

masalah yang berhubungan dengan kestabilan lereng.

8.3 Studi literature

FK=¿ 1

∑WSinα ∑(c'b+(W-ub)tan𝟇) Sec α

1+ 1+ tan ϕ tan αFK

………………..8.2

Page 15: Proposal Ta

Setelah permasalahan teridentifikasi, maka perlu dilakuakan studi pustaka

atau studi literatur. Studi pustaka dilakuakan dengan mencari referensi berupa

buku- buku, jurnal, dan hasil- hasil penelitian. Studi literature merupakan dasar

dari penelitian yang dilakuakn untuk mendapatkan solusi ari permasalahan.

8.4 Perumusan masalah

Setelah identifikasi masalah dan studi literatur dilakukan maka

selanjutnya dilakukan perumusan masalah yang menjadi fokus penelitian dan akan

menjadi bahan bahasan dalam pengoalahan dan analisis data.

8.5 Pengumpulan data

Data yang akan dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data

primer merupakan data yang diperoleh denga pengamatan dan penghitungan

langsung dari lapangan. Sedangakan data sekunder adalah data yang diperoleh

dari penelitian terdahulu dari perusahaan.

8.5.1 Data Primer

Data yang akan diambil adalah data orientasi lereng yang akan diteliti.

Orientasi yang dilakukan meliputi pengukuran sudut lereng tunggal yangdapat

dugunakan sebagai bahan korelasi dengan hasil survey dan pemetaan, kondisi dan

jenis batuan yang terdapat pada lereng tambang sebagai bahan korelasi dengan log

bor eksplorasi serta mengamati keberadaan air limpasan untuk mengetahui kondisi

muka air tanah unutk analisa kemantapan lereng.

8.5.2 Data sekunder

Data- data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Log bor eksplorasi

Log bor eksplorasi digunakan untuk mengetahui lapisan batuan pada

lokasi penelitian berupa dip lapisan dan jenis batuan yang berguna untuk

pembuatan penampang lithologi.

b. sifat fisik material

Page 16: Proposal Ta

Sifat fisik material digunakan untuk perhitungan analisis kestabilan

lereng. Sifat fisik tersebut meliputi bobot is basah (𝞺s), bobot isi kering (𝞺d) dan

bobot isi natural (𝞺n) dan derajat kejenuhan (S)

c. parameter uji laboratorium

Dari uji laboratoruim akan diperoleh data berupa tegangan normal, dan

tegangan geser yang dapat digunakan untuk menentukan nilai parameter kekuatan

batuan seperti kohesi (c), sudut geser dalam (𝟇).

d. Monitoring Slope

Monitoring slope berfungsi untuk terus memantau kemantapan lereng

yang sedang diamati apakah terjadi pergerakan pada lereng tersebut. Hasil

monitoring dapat memberi masukan untuk menganalisis apakah lereng tersebut

stabil atau telah mengalami pergerakan.

e. Topografi actual

Topografi ini digunakan untuk membuat penampang analisis kestabila

lereng.

8.6 Pengolahan dan analisis data

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode kesetimbangan batass

bishop untuk menganalisis kestabilan lereng. Data yang akan diolah adalah

properti massa batuan. Properti massa batuan merupakan parameter masuakan

yang digunakan untuk analisis kestabilan lereng menggunakan metode

kesetimbangan batas bishop. Properti massa batuan meliputi Physical Properties

yaitu bobot isi basah (𝞺s), dan mechanical properties yaitu kohesi (c), dan sudut

geser dalam (𝟇). Penentuan properti massa batuan ditentukan dengan uji

laboratorium.

8.7 Pembuatan penampang lereng

Pembuatan penampang lereng sangat dibutuhkan untuk analisis dengan

menggunakan kesetimbangan batas bishop. Pembuatan penampang ini harus

mendekati dengan kondisi aktualnya baik geometri, dikontinuitas, kondisi

geologi, kondisi pembebanan, dan kondisi air tanah. Semua aspek tersebut harus

mendekati kondisi aktual sehingga memberikan tingkat keyakinan yang tinggi.

8.8 Analisis kestabilan lereng

Page 17: Proposal Ta

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Orientasi Lapangan

2 Pengumpulan Referensi dan Data

3 Pengolahan Data

4 Konsultasi dan Bimbingan

5Penyusunan dan Pengumpulan Draft Laporan

No KegiatanWaktu Pelaksanaan

Minggu Ke -

Setelah melakukan pengoalahan dan analisis data dan pembuatan

penampang lereng langkah selnjutnya adalah menganalisis kestabilan lereng

untukmendapatkan parameter output sebagai interpretasi lereng dalam keadaan

stabil atau tidak.

8.9 Kesimpulan dan saran

Tahap ini adalah tahap menyimpulkan mengenai kestabilan lereng yang

diteliti, serta memberikan saran berupa geometri lereng yang aman.

I. JADWAL PELAKSANAAN

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan selama 2 bulan, yaitu dari

tanggal 18 September s/d 18 November 2014, dengan jadwal pelaksanaan

sebagai berikut:

J. DAFTAR PUSTAKA

D.C Wyllie, C.W. Mah,2004, Rock Slope Engineering Civil and Mining 4-ed, Spoon Press, London and Newyork

Hoek, E,. 2006, Praktical Rock Engineering, Canada

Giani. G.P,1988, Rock slope Stability Analysis, Associazione Mineraria Sulbapina, Turin

Page 18: Proposal Ta

Hudson, Harrison. 1997. Engineering Rock Mechanic An Introduction to The Principle. Pergamon. London

I. Abramson, Lee W. 2002. Slope Stability and Stabilization Method. Jhon Willey and Sons, Inc. New York