proteksionisme di negara-negara 'emerging economics

13
 Eksplanasi Restriksi Perdagangan di Negara M iddl e -Powe r   (Brazil, Rusia, India, Cina) Disusun Oleh: Zulfikar Tito Enggartiarso F1I012003 Mutiara Kurniasari F1I012006 Harry Kurniawan F1I012009 Adhi Mulya F1I012014 Dian Wahyunizar F1I012018 Suryani F1I012028 Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto 2014

Upload: zulfikar-tito-enggartiarso

Post on 09-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Proteksionisme merupakan sebuah bentuk perlindungan dari sebuah negara kepada ekonomi nasional dan industri domestiknya. Proteksionisme di masing-masing negara berbeda.

TRANSCRIPT

Eksplanasi Restriksi Perdagangan di Negara Middle-Power (Brazil, Rusia, India, Cina)

Disusun Oleh:Zulfikar Tito EnggartiarsoF1I012003Mutiara KurniasariF1I012006Harry KurniawanF1I012009Adhi MulyaF1I012014Dian WahyunizarF1I012018SuryaniF1I012028

Program Studi Hubungan InternasionalFakultas Ilmu Sosial Ilmu PolitikUniversitas Jenderal SoedirmanPurwokerto2014Daftar IsiBAB I Pendahuluana. Latar Belakang..3b. Rumusan Masalah..4BAB II Pembahasan..5BAB III Penutupa. Kesimpulan12b. Saran12Daftar Pustaka.13

BAB IPendahuluanc. Latar BelakangPerdagangan dunia memang sudah menjadi kebutuhan yang mengglobal, oleh karena itu, layaknya manusia, negara tidak bisa mengisolasi dirinya atau hidup sendiri. Negara juga pasti membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya karena tidak semua produk bisa diproduksi di negaranya, entah karena faktor sumber daya alam, sumber daya manusia dan faktor-faktor produksi lainnya. Tetapi negara-negara di dunia juga tidak mau perdagangan global ini berlangsung terlalu bebas, mereka membutuhkan resiprositas juga dari negara-negara lain yang berdagang dengan mereka.Negara-negara dengan ekonomi menengah, dalam kasus ini kita ambil contoh Brazil, Rusia, India dan Cina, merupakan negara dengan industri yang cukup berkembang sehingga tidak semua barang harus diimpor dari luar negeri, melainkan bisa diproduksi secara mandiri di negara sendiri. Dengan barang-barang diproduksi di negara sendiri, ekonomi masyarakat pun bisa terangkat dan potensi-potensi kedaerahan bisa tereksplorasi demi hajat hidup orang banyak. Ini terbentur dengsn kepentingan-kepentingan ekonomi global, dimana semua produk bisa masuk kemana saja, melewati batas negara mana saja.Brazil, Rusia, India dan Cina yang merupakan negara dengan industri mulai berkembang, mereka berusaha untuk melindungi ekonomi nasional dengan cara melakukan restriksi perdagangan atau memproteksi ekonomi nasional mereka. Ada banyak cara, ada yang melakukan penaikan tarif impor, ada yang membatasi kuota barang yang masuk ke negara mereka, mempersulit izin, lalu mempersulit birokrasi dan lain-lain. Ini semata-mata dilakukan demi kebaikan ekonomi domestik mereka sendiri. Walaupun terkadang mendapat tentangan dari negara-negara lain, terutama negara-negara maju, proteksionisme yang mereka lakukan terus mereka tingkatkan.

d. Rumusan MasalahApakah kebijakan proteksionisme yang dilakukan oleh Brazil, Rusia, India dan Cina sebagai negara dengan industri berkembang, ditengah arus globalisasi kontemporer seperti sekarang ini?

BAB IIPembahasanA. Kebijakan Proteksi Perdagangan di BrazilKenaikan pesat dalam nilai tukar BRL di pasar saham internasional membahayakan daya saing perusahaan Brasil di luar negeri. Situasi tersebut berkaitan dengan impor produk Cina yang semakin merambah pasar Brasil. Sebagai salah stau upaya menjaga kestabilan dan daya sang produk local maka Pemerintah Brazil mengembangkan kebijakan "Brasil Maior" atau suatu rencana strategis di 19 sektor perekonomian negara. Rencana tersebut meliputi langkah-langkah perdagangan perlindungan: tunjangan pajak, preferensi dalam mengalokasikan kontrak pengadaan pemerintah, kondisi pinjaman lunak.Pada KTT G-20 bulan September 2012, Komisi Eropa merilis sebuah laporan tentang langkah-langkah yang berpotensi pembatasan perdagangan selama lima tahun terakhir. Menurut laporan tersebut, sebagian besar langkah-langkah pembatasan perdagangan masih diterapkan di negara berkembang, seperti Argentina, Brazil, China dan Rusia. Pada 2008-2013, terdapat 688 pembatasan perdagangan baru yang hampir dilakukan oleh negara-negara di seluruh dunia, dengan 107 dari yang telah dihapus. Menurut penilaian dilaporkan bahwa Brasil menduduki peringkat kelima dalam hal jumlah pembatasan perdagangan seperti langkah-langkah untuk mendukung ekspor dan pengenalan tarif pajak preferensial untuk produksi di wilayah Brasil. Langkah-langkah tersebut sebagian besar mempengaruhi AS (bahan kimia, bahan plastik, dan karet alam) dan China (tekstil, alas kaki dan logam). Tarif Bea Cukai meningkat dari 2% menjadi 18% di lebih dari 100 lini produk. Pada tahun 2011, pemerintah Brazil menaikkan pajak industri untuk impor mobil dan truk yang diproduksi di luar zona Mercosur sebesar 30%. Akibatnya, Volkswagen, BMW, Audi dan produsen mobil dunia lainnya mengumumkan minat mereka dalam memulai proyek untuk memproduksi kendaraan di Brasil . Pemerintah brazil juga sedang mengejar kebijakan yang sama di sektor industri lain, termasuk minyak dan gas, sebagai bagian dari rencana untuk mengembangkan industri mahal dan menciptakan lebih banyak pekerjaan. Oleh karena itu melalui leverage keuangan dan politik, pemerintah berusaha untuk menggantikan impor produk penting dengan produksi lokal di wilayah Brazil, sehingga memfasilitasi penciptaan lapangan kerja dan memberikan pendapatan tambahan anggaran.B. Kebijakan Proteksi Perdagangan RusiaRusia adalah negara terbesar di dunia dengan pasar konsumen lebih dari 140 juta orang, sumber daya alam yang luas, tenaga kerja yang berpendidikan tinggi, dan berteknologi maju penelitian dan kemampuan produksi. Ini mencakup sejumlah besar wilayah topografi bervariasi, termasuk banyak yang tidak dapat diakses oleh moda Transportasi konvensional. Rusia adalah salah satu negara terkaya di dunia dalam bahan baku, banyak yang merupakan masukan yang signifikan bagi perekonomian industri. Pada tahun 2011 Russia menjadi penyumbang minyak sekitar 20% dari produksi minyak dunia mengalahkan Arab Saudi. Russia juga menjadi produsen gas alam, batubara terbesar kedua dan cadangan minyak mintah kedelapan serta eksportir terbesar ketiga baja dan alumunium primer. Produksi gas alam di Rusia diperkirakan akan tumbuh 10,7% tahun-ke tahun untuk 646.000.000.000 meter kubik, menurut pemerintah. Dikatakan ekspor gas harus tumbuh 22,1% menjadi 205,7 bcm. Rusia telah mengalami perubahan signifikan sejak runtuhnya Uni Soviet, Rusia yang dulu sebagai bangsa yang mendominasi politik dunia, setelah runtuhnya Uni Soviet langsung merosot tajam. Pasca runtuhnya Uni Soviet negara-negara satelitnya di Eropa Timur meninggalkannya kemudian berbalik arah meminta dukungan Eropa dan Amerika Serikat untuk membangun politik dan ekonomi mereka masing-masing. Bagi Rusia, keanggotaan dalam BRICS dapat menjamin bangkitnya posisi Rusia dalam dunia politik global. Diimbangi dengan bangkitnya perekonomian Rusia yang didukung kuat oleh sumber daya minyak dan gas mereka yang sangat dibutuhkan negara-negara Eropa. Dengan posisi Russia menjadi anggota BRICS kini mulai dilirik sebagai Negara kuat dan dapat meyakinkan Negara lain bahwa Russia mempunyai potensi dan pengaruh besar. Banyaknya industry yang berdiri di Russia terutama industry yang baru berdiri, ditambah dengan adanya perdagangan bebas yang terjadi saat ini menyebabkan banyaknya persaingan barang dan jasa antar Negara. Hal itu yang menimbulkan industry dan barang-barang baru untuk didorong agar dapat bersaing di tingkat internasional. Untuk itu diperlukannya system proteksi inpor dan ekspor akan barang dan jasa. Ada dua alasan kuat yang mendorong lahirnya kebijakan proteksionisme, yaitu melindungi perekonomian domestik dari tindakan negara atau perusahaan asing yang tidak adil, dan melindungi industri-industri domestik yang baru berdiri (infant industry).Berdasarkan data lembaga pemantau perdagangan independen Global Trade Alert (GTA), Russia ditetapkan sebagai Negara yang paling banyak menggunakan kebijakan proteksionis dibandingkan dengan Negara lain pada tahun 2013. Profesor dari Institut Ekonomi Internasional Swiss yang menjadi koordinator GTA, Simon Evenett, mengatakan, kebijakan penyatuan cukai yang diterapkan oleh Rusia setara dengan 15 kali kebijakan proteksionisme China. Rusia menyumbang 20 persen kebijakan proteksionis seluruh negara di dunia, dengan sejumlah langkah seperti pemotongan kuota tenaga kerja asing serta bantuan negara terhadap industri mineral langka, pertanian dan pesawat terbang. Rusia juga melakukan proteksi salah satunya adalah industri baja. Proteksi tersebut di antaranya dengan menaikkan tarif bea masuk, pengetatan impor khusus barang-barang tertentu, dan subsidi. Proteksi itu dinilai mampu menyelamatkan industri baja di Rusia dari ancaman kebangkrutan dan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Rusia menaikkan tariff bea masuk untuk produk baja canai, pipa, dan steel tubes sekitar 15%. C. Kebijakan Proteksi Perdagangan di IndiaIndia terus menyuarakan komitmennya dalam membuka perekonomiannya untuk turut terlibat dalam konstelasi perekonomian global. Namun, terdapat beberapa hal yang menjadikan sikap dualism yang dimiliki oleh India, yang mana hal ini tercermin melalui kebijakan perdagangan internasionalnya. Salah satunya adalah pengenaan tariff yang relative tinggi dibandingkan dengan Negara-negara lain, sehingga India dijuluki sebagai Negara dengan globalisasi yang masiv namun disis lain India memiliki system perekonomian yang sangat proteksionis.Hingga awal 1990-an, menurut laporan World Bank, perekonomian India termasuk perekonomian yang tertutup, dimana pengenaan tariff mencapai angka 200 persen . India juga melakukan pembatasan kuota impor serta pembatasan ketat terhadap investasi asing. Pasca fase ekonomi tertutup tersebut, India menghasilkan hasil yang signifikan, dimana dari sector perdagangan internasional yang dilakukan oleh India berimplikasi pada peningkatan sebanyak 25 persen PDB dalam kurun waktu 1990-2005 yang menjadi pencetus India disebut sebagai salah satu Negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.Berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi makro yang signifikan, India mulai menurunkan tariff disektor non-pertanian yang angka penurunannya mencapai 15 persen, dan pembatasan jumlah kuota impor juga telah ditiadakan dan investasi asing di beberapa sector mulai mendapatkan kemudahan untuk berinvestasi di India. Di sisi lain India tetap mengedepankan kebijakan untuk melindungi perekonomian domestiknya. Terutama pada sector pertanian dengan peningkatan tariff rata-rata Antara 30-40 persen, India juga menerapkan kebijakan anti-dumping pada produk-produk asal Negara eksportir yang terindikasi sebagai produk dumping yang hendak masuk kedalam pasar India. India saat ini semakin agresif mendorong perdagangan global yang lebih liberal, khususnya ditunjukan dari signifikansi India dalam berperan di forum nogosiasi perdagangan global pada umumnya, dan memainkan peran penting dalam negosiasi Doha pada khususnya. Namun kepentingan India untuk melindungi pasar domestiknya masih menjadikan dualism India dalam penerapan kebijakan ekonomi yang lebih liberal.D. Kebijakan Proteksi Perdagangan di CinaChina merupakan salah satu negara anggota BRICS dan juga anggota WTO. Masuknya China dalam WTO dengan dukungan secara substansial oleh Amerika Serikat pada tahun 2001 menunjukkan keinginan untuk mencapai stabilitas ekonomi dan global. China menjadi semakin terintegrasi ke dalam institusi ekonomi dan pasar internasional.[footnoteRef:1] Keterbukaanya ekonomi dan perdagangan China saat ini sangat berbeda dibandingkan dengan sebelum 2001, dimana sebelumnya retailer asing seperti perusahaan bank dan asuransi dilarang melakukan bisnis di sebagian besar kota di China.[footnoteRef:2] Namun keterbukaan ini menciptakan sebuah proteksionisme yang lebih halus disamping juga adanya kontrol media oleh pemerintah China. [1: Scott Kennedy, (2005). Chinas Porous Protectionism: The Changing Political Economy of Trade Policy. Political Science Quartely, 120(3), 407-432. DOI: http://chinatrack.typepad.com/files/PSQ_Fall_05_Published.pdf (diakses tanggal 05 Oktober 2014).] [2: Dexter Roberts. 2011. Chinas New Protectionism. Business Week. DOI: http://www.businessweek.com/magazine/chinas-new-protectionism-10272011.html (diakses tanggal 05 Oktober 2014).]

Semakin meningkatnya perdagangan China terbukti dengan survey yang membuktikan bahwa 10,7% dari total perdagangan barang dan jasa di dunia hingga tahun 2009 adalah berasal dari China lebih tinggi dari Jepang yang hanya 6%.[footnoteRef:3] [3: Razeen Sally. 2010. Chinese Trade Policy After (Almost) Ten Years In The WTO: A Post-Crisis Stocktake. European Centre for International Political Economy and London School of Economics: Paper for PAFTAD 34. DOI: http://www.paftad.org/files/34/05_SALLY_WTO.pdf (diakses tanggal 05 Oktober 2014). Beijing.]

Proteksi yang dilakukan oleh China sangatlah tinggi, bahkan menempati urutan pertama di dunia. Banyaknya praktek-praktek proteksi seperti subsidi, tarif yang tinggi dalam beberapa komoditas penting tertentu, dan proteksi lokal menunjukkan persaingan yang begitu ketat bagi para investor asing untuk dapat bertahan baik di dalam pasar local China maupun di pasar internasional. Praktek dumping yang dilakukan pemerintah China memang begitu mendapat sorotan dan pertentangan oleh beberapa negara kuat, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa. Salah satu dumping yang sangat kotroversial yaitu dalam panel solar, dan inipun menjadi salah satu kasus yang maju dalam WTO yang diajukan oleh Amerika Serikat. Berawal dari bangkrutnya salah satu perusahaan solar Amerika, Solyndra, pada tahun 2012 diakibatkan harga solar yang begitu rendah sehingga melemahkan perusahaan-perusahaan solar di Amerika. Amerika mengatakan bahwa China telah melakukan subsidi dan dumping secara illegal terhadap ekspor panel solar dan sempat diancam oleh Uni Eropa menaikan tarif untuk China hingga 47,6%, walaupun pada akhirnya tetap berada pada angka yang rendah untuk panel solar China.[footnoteRef:4] [4: Protectionism Can Take Many Forms, Not All of Them Obvious (Koran). 2013. DOI: http://www.economist.com/news/special-report/21587381-protectionism-can-take-many-forms-not-all-them-obvious-hidden-persuaders (diakses tanggal 6 Oktober 2014).]

Kembali berorientasinya ekonomi China dari ekspor kepada belanja konsumen ditunjukkan dengan naiknya harga Yuan terhadap Dollar sebesar 7% yang menunjukkan angka yang lebih besar dibanding tingkat inflasinya.[footnoteRef:5] [5: Ibid.]

Kemudian juga yang menjadi salah satu hambatan terbesar bagi para investor asing yaitu adanya proteksi lokal yang berujung pada proteksi investasi yang dilakukan oleh China. Peraturan yang ketat bagi impor asing, seringkali bersifat samar-samar bahkan tidak mungkin berhasil ditembus. Hal ini banyak disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, karena hampir semua perusahaan China setidaknya sebagian saham merupakan milik negara dan diberikan subsidi. Contohnya yaitu subsidi ekspor mobil.[footnoteRef:6] [6: Ibid.]

Kedua, disebabkan oleh kebijakan yang dibuat pemerintah China dalam hal proteksi lokal dimana segala persetujuan investasi, pemberian izin usaha, pengawasan undang-undang perlindungan lingkungan dan tenaga kerja, pelaksanaan prosedur sertifikasi dan pengujian, penuntutan kejahatan ekonomi, kebijakan pelanggaran, penegakkan hukum kekayaan intelektual jatuh di bawah kekuatan pembuat keputusan lokal, yang juga selalu mengejar tujuan atau kepentingan bisnis mereka sendiri.[footnoteRef:7] Inilah yang disebutkan dengan bottleneck economic development. Persaingan yang begitu ketat diciptakan oleh pemerintah China disamping industri-industri China memiliki kemampuan untuk meniru kekayaan intelektual dan teknologi swasta yang kemudian dibuat ulang dengan murahnya sehingga konsumen pun akan lebih tertarik dengan harga yang diberikan juga dengan melihat banyaknya konsumen dengan daya beli yang rendah namun selera yang tinggi. [7: Hou Yu. 2004. Local Protectionism: The Bottleneck of Chinas Economic Development. International Institute for Asian Studies Newsletter (33). DOI: http://www.iias.nl/iiasn/33/RR_LP.pdf (diakses tanggal 7 Oktober 2014).]

Proteksi yang dilakukan sebenarnya tidak hanya terjadi di China. Banyak negara anggota WTO lainnya yang melakukan proteksi di berbagai bidang perdagangannya untuk mengamankan pasar dalam negerinya. Hal ini tentu yang harus diperhatikan dan menjadi pertanyaan bagi efektivitas WTO sebagai organisasi perdagangan internasional yang seharusnya dapat digunakan sebagai wadah untuk memperkecil hambatan-hambatan perdagangan tersebut melihat masih banyak negara berkembang dan less-developed yang membutuhkan pasar lebih luas terutama negara-negara dengan produksi barang dan jasa terbesar di dunia seperti China, walaupun proteksi rahasia yang dilakukan tersebut membantu manufaktur lokal dalam mencapai pasar di dalam negeri dan luar negeri. Berbagai julukan telah diberikan kepada China melihat kebijakan perdagangannya, namun kelompok kami mengambil satu julukan yang paling tepat untuk China saat ini, yaitu Dominance without the will to lead.[footnoteRef:8] [8: Hanns GH. 2014. Chinas Trade Policy: Dominance Without the Will to Lead. Stiftung Wissenschaft und Politik, German Institute for International and Security Affairs Researh Paper. DOI: http://www.swp-berlin.org/fileadmin/contents/products/research_papers/2014_RP01_hlp.pdf (diakses tanggal 08 Oktober 2014). Berlin.]

BAB IIIPenutupc. KesimpulanDari pemaparan yang sangat komperhensif dan menggunakan unsur pendekatan per-negara bisa ditarik kesimpulan bahwa kemunculan kerjasama tersebut diawali dari itikad baik tiap-tiap Negara untuk mendorong isu-isu yang berkembang di dunia internasional dan bisa menjadi penyeimbang yang baik terkait kekuatan dunia, hal tersebut mungkin menimbulkan banyak spekulasi bahwa kehadirannya sekaligus bermaksud mencari legitimasi terhadap keadaan multipolar.Kerjasama ekonomi dan isu lingkungan menjadi hal utama yang diagendakan dalam pertemuan karena tujuan utama diadakannya kerjasama tersebut membawa agenda dunia yang sedang terjadi dan bisa diangkat dalam perspektif yang berbeda. Oleh karena itu bisa ditarik benang merah kelompok kami lebih memandang positif kehadiran BRICS ini dikarenakan tujuan mereka yang menjadi penyeimbang adalah baik dan menciptakan pandangan baru terhadap konstelasi internasional, tetapi perlu diwaspadai bagi Negara yang berkembang dan kurang berkembang agar tidak hanya menjadi pasar ataupun konsumen justru sebaliknya bisa menjadi peluang baru meningkatkan iklim kerjasama yang berasas pembangunan berkepanjangan.d. SaranAdapun masukan terkait kemunculan kekuatan baru menjadi catatan penting bagi Negara berkembang dan kurang berkembang agar terus meningkatan keseimbangan yang lebih dinamis mengingat kehadiran BRICS yang juga baru memasuki tahun ke-5 bisa mengevaluasi apa yang harus dikembangkan selanjutnya untuk kesejahteraan dunia.

Daftar PustakaJurnal:Dexter Roberts. 2011. Chinas New Protectionism. Business WeekHanns GH. 2014. Chinas Trade Policy: Dominance Without the Will to Lead. Stiftung Wissenschaft und Politik, German Institute for International and Security Affairs Researh PaperHou Yu. 2004. Local Protectionism: The Bottleneck of Chinas Economic Development. International Institute for Asian Studies Newsletter (33)Razeen Sally. 2010. Chinese Trade Policy After (Almost) Ten Years In The WTO: A Post-Crisis Stocktake. European Centre for International Political Economy and London School of Economics: Paper for PAFTAD 34.Scott Kennedy, (2005). Chinas Porous Protectionism: The Changing Political Economy of Trade Policy. Political Science Quartely, 120(3), 407-432Page | 11