ptk

48
PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SDN ORO ORO OMBO MADIUN OLEH : NURUL RAHMAWATI / PGSD 7D NPM. 09. 141. 160 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Upload: harry-widodo

Post on 15-May-2015

10.364 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ptk

PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS III SDN ORO ORO OMBO MADIUN

OLEH :

NURUL RAHMAWATI / PGSD 7D

NPM. 09. 141. 160

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKIP PGRI MADIUN

2013

Page 2: Ptk

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran matematika berfungsi membekali siswa agar siap

beradaptasi dengan kemajuan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan dinamika

perubahan masyarakat. Dengan demikian matematika merupakan salah satu

mata pelajaran yang memegang peranan yang sangat penting bagi siswa. Oleh

karena itu, pengetahuan matematika harus dimengerti dan dipahami sedini

mungkin oleh siswa.

Mengingat pentingnya matematika bagi kehidupan, maka matematika

perlu dipelajari sejak di sekolah dasar. Adapun yang menjadi tujuan dari

pembelajaran matematika menurut GBPP (Garis-garis Besar Program

Pengajaran) secara umum yaitu :

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi keadaan di dalam

kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan

bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, efektif dan

efisien.

2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola

pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari

berbagai ilmu pengetahuan.

Realitas menunjukkan banyak siswa yang memandang matematika

sebagai mata pelajaran yang sulit, membosankan, menyeramkan, bahkan

menakutkan. Salah satu faktor penyebabnya adalah pola pembelajaran yang

Page 3: Ptk

kurang mengaitkan materi dengan dunia nyata. Apalagi dengan peserta didik

yang kerja otak kanan lebih dominan dalam aktivitas kesehariannya. Dengan

asumsi seperti ini, maka pelajaran matematika akan menjadi sebuah

penghambat dalam proses pembelajaran bagi sebagian siswa tersebut.

Utomo dan Ruijter (Suparno, 2000:31) memaparkan bahwa pada latihan

pemecahan soal ternyata hanya sebagian kecil siswa yang dapat

mengerjakannya dengan baik, sebagian besar tidak tahu apa yang harus

dikerjakan. Setelah diberi petunjuk pun, mereka masih juga tidak dapat

menyelesaikan soal-soal tersebut, sehingga guru menerangkan seluruh

penyelesaiannya. Menurut Herman (2010:1) salah satu penyebab rendahnya

penguasaan matematika siswa adalah guru tidak memberi kesempatan yang

cukup kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya. Matematika

dipelajari oleh kebanyakan siswa secara langsung dalam bentuk yang sudah

jadi (formal), karena matematika dipandang oleh kebanyakan guru sebagai

suatu proses yang prosedural dan mekanistis.

RME adalah pendekatan pembelajaran yang bertolak dari hal-hal yang

‘real’ bagi siswa, menekankan keterampilan ‘proses of doing mathematics’,

berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga

mereka dapat menemukan sendiri (‘student inventing’ sebagai kebalikan dari

‘teacher telling’) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk

menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada

pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau

evaluator sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan ‘reasoning-nya’,

melatih nuansa demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain.

Page 4: Ptk

Pendekatan ini didasarkan pada konsep Freudenthal yang berpendapat

bahwa matematika merupakan aktivitas manusia. Dengan ide utamanya

adalah bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali

(reinvent) ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa

(Gravemeijer, 1994). Usaha untuk membangun kembali ide dan konsep

matematika tersebut melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-

persoalan realistik. Realistik dalam pengertian bahwa tidak hanya situasi yang

ada di dunia nyata, tetapi juga dengan masalah yang dapat mereka bayangkan

(Heuvel, 1998).

Dalam pendekatan RME siswa didorong atau ditantang untuk aktif

bekerja, sekaligus dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri

pengetahuan yang diperolehnya. Bagi guru, pendekatan RME berangkat dari

persoalan dalam dunia nyata untuk memotivasi siswa terlibat dalam proses

pembelajaran. Dalam pendekatan RME, pembelajaran matematika lebih

memusatkan kegiatan belajar pada siswa dan lingkungan, serta bahan ajar

yang disusun sebaik mungkin, sehingga siswa lebih aktif mengkonstruksi

atau membangun sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah yang dapat

diteliti adalah sebagai berikut :

1. Matematika dipandang sebagai mata pelajaran yang membosankan,

monoton, dan menakutkan, sehingga banyak siswa yang berusaha

menghindari mata pelajaran tersebut.

Page 5: Ptk

2. Pola pendekatan pembelajaran matematika di kelas masih belum

maksimal, ditandai dengan pembelajaran yang monoton, kurang

demokratis, klasikal, dan memposisikan siswa sebagai objek.

3. Guru tidak memberi kesempatan yang cukup kepada siswa untuk

membangun sendiri pengetahuannya.

4. Pembelajaran yang digunakan oleh guru bersifat konvensional yakni

ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas perlu mengalami perubahan.

5. Praktik pembelajaran di sekolah kurang relevan dengan kehidupan nyata

di sekitar siswa dan di luar sekolah.

C. Batasan Masalah

Fokus masalah PTK ini adalah “pendekatan realistic mathematics

education dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III

SDN Oro Oro Ombo Madiun.”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah diatas

maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Pendekatan RME seperti apa yang lebih efektif meningkatkan prestasi

belajar matematika siswa kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun?

Page 6: Ptk

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah :

1. Menemukan pendekatan yang efektif dalam pembelajaran matematika

siswa kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun melalui pendekatan realistic

mathematics education.

2. Mengungkap dampak PMR bagi pengembangan sikap positif siswa

terhadap mata pelajaran matematika dan peningkatan prestasi belajarnya.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka

menggunakan realitas lingkungan sebagai daya dukung proses

pembelajaran matematika.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam rangka menentukan

strategi efektif dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan

realistik.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan.

Page 7: Ptk

G. Definisi Operasional

1. Pembelajaran disebut efektif jika pelaksanaannya sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai dengan tingkat ketuntasan tertentu.

2. Pendekatan PMR adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang

dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran, sehingga

mencapai tujuan secara lebih baik dari pada yang lalu.

3. Realita adalah hal-hal yang nyata atau konkrit, dapat diamati atau

dipahami siswa dengan cara membayangkan.

4. Realitas lingkungan adalah tempat siswa berada, baik di sekolah, di

lingkungan keluarga, maupun masyarakat yang dapat dipahami siswa.

5. Prestasi belajar adalah hasil belajar kognitif yang dicapai oleh siswa

dibuktikan dengan skor hasil tes.

6. Peningkatan prestasi belajar matematika adalah pertambahan kemampuan

siswa memahami matematika dilihat dari ketetapan dan kecepatan

mengerjakan soal bila dibandingkan sebelumnya, dan menumbuhkan rasa

senang siswa terhadap pelajaran matematika.

Page 8: Ptk

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Karakteristik Pembelajaran di Kelas Rendah

Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran

(silabus) yang telah dikembangkan oleh guru. Pembelajaran konkrit lebih sesuai

diberikan pada siswa kelas rendah (kelas 1,2,3) di Sekolah Dasar. Proses

pembelajaran ini harus dirancang oleh guru sehingga kemampuan siswa, bahan

ajar, proses belajar dan sistem penilaian sesuai dengan taraf perkembangan siswa.

Hal lain yang harus dipahami yaitu proses belajar harus dikembangkan

secara interaktif. Dalam hal ini, guru memegang peranan penting dalam

menciptakan stimulus-respon agar siswa menyadari kejadian di sekitar

lingkungannya. Sementara itu, siswa kelas rendah di Sekolah Dasar masih

banyak membutuhkan perhatian karena kurang terfokus dalam konsentrasi, serta

kurang memperhatikan kecepatan dan aktivitas belajar sehingga hal ini

memerlukan kegigihan guru untuk menciptakan proses belajar yang lebih

menarik dan efektif.

Banyak strategi yang dapat digunakan dalam proses belajar di kelas rendah

Sekolah Dasar, namun penggunaan atau pemilihan strategi belajar harus

mempertimbangkan variabel-variabel yang terlibat dalam suatu proses belajar

mengajar. Pengembangan sikap ilmiah pada siswa kelas rendah Sekolah Dasar

dapat dilakukan dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkinkan

siswa berani mengemukakan pendapat, memiliki rasa ingin mengetahui, memiliki

sikap jujur terhadap dirinya dan orang lain, dan mampu menjaga kebersihan diri

Page 9: Ptk

dan lingkungan. Dalam pengembangan kreativitas siswa, proses pembelajaran

dapat diarahkan supaya siswa melakukan kegiatan kreativitas yang sesuai dengan

tingkat perkembangannya, misalnya memecahkan permasalahan melalui

permainan sehari-hari.

Untuk siswa SD kelas rendah, dianjurkan menggunakan pembelajaran

tematik. Pembelajaran tematik adalah strategi pembelajaran untuk memberikan

pengalaman bermakna kepada siswa dengan melibatkan beberapa mata pelajaran.

Prioritas pembelajaran tematik adalah terciptanya pembelajaran bersahabat,

menyenangkan, dan bermakna. Karakteristik pembelajaran tematik pada siswa

adalah fleksibel, tidak ada pemisahan mata pelajaran dan dapat mengembangkan

bakat sesuai dengan minat siswa, menumbuhkembangkan kreativitas siswa,

kemampuan sosial, belajar bertahan lama, dan menumbuhkan kemampuan

memecahkan masalah.

B. Pembelajaran Matematika SD

Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang

abstrak, berpola pikir deduktif, dan konsisten. Matematika merupakan ilmu

universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran

penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini

dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar,

analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan

teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini

(Puskur, 2008).

Page 10: Ptk

Matematika merupakan ilmu pasti dan konsisten yang memiliki peranan

penting dalam meningkatkan daya pikir siswa dan menunjang berbagai disiplin

ilmu pengetahuan lainnya serta aspek-aspek perkembangan kehidupan yang

terkait dengan penguasaan berbagai perkembangan teknologi dan komunikasi.

Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua

siswa mulai dari SD agar siswa memilki kemampuan berpikir logis, analitis,

sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi

tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh,

mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Tujuan umum pelajaran matematika adalah mempersiapkan siswa agar

sanggup menghadapi perubahan yang ada di dalam kehidupan dan di dunia yang

selalu berkembang melalui latihan atas dasar pemikiran secara logis, rasional,

kritis, cermat, jujur, dan efektif (Mushlisoh, 1991). Suyatinah dkk. (1999)

Pada buku kurikulum Pendidikan Dasar 1994 (1994:70), tujuan pengajaran

matematika SD adalah sebagai berikut :

1. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung menggunakan

bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui

kegiatan matematika.

3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih

lanjut di Sekolah Menengah Pertama.

4. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

Page 11: Ptk

C. Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

RME tidak dapat dipisahkan dari Institut Freudenthal. Institut ini didirikan

pada tahun 1971, berada di bawah Utrecht University, Belanda. RME atau PMR

merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang didasari atas

pandangan bahwa matematika sebagai aktivitas manusia (Gravemeijer, 1994).

Matematika diusahakan dekat dengan kehidupan siswa, harus dikaitkan dengan

kehidupan sehari-hari, dan bila mungkin harus real bagi siswa. Dalam proses

pembelajarannya siswa diberi kesempatan yang leluasa untuk belajar melakukan

aktivitas bekerja matematika, siswa diberi kesempatan mengembangkan strategi

belajarnya dengan berinteraksi serta bernegosiasi baik dengan sesama siswa

maupun dengan guru (Streefland, 1991).

Penerapan RME memberikan harapan untuk meningkatkan prestasi belajar

matematika siswa. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa hasil belajar

siswa dengan menggunakan RME lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan

menggunakan metode konvensional ( Trisna, 2005; Hasanah, 2005; Fauzan,

2001).

Menurut De Lange, Treffers, Gravemeijer yang dikutip dalam Darhim

(2004) ada lima karakteristik RME, yaitu:

1. Menggunakan masalah kontekstual. Masalah kontekstual sebagai peluang

bagi aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana suatu konep matematika yang

diinginkan muncul.

2. Menggunakan model atau jembatan dengan instrumen vertikal. Perhatian

diarahkan pada pengenalan model, skema, dan simbolisasi daripada

mentransfer rumus atau matematika formal secara langsung.

Page 12: Ptk

3. Menggunakan kontribusi siswa. Kontribusi yang besar pada proses

pembelajaran diharapkan datang dari murid sendiri dimana mereka ditutut

dari cara-cara informal ke arah yang formal atau standar.

4. Terjadinya interaktivitas dalam proses pembelajaran. Negosiasi secara

eksplisit, intervensi, kooperasi, dan evaluasi sesama murid dan guru adalah

faktor penting dalam proses pembelajaran secara konstruktif dengan

menggunakan strategi informal murid sebagai jantung untuk mencapai yang

formal.

5. Menggunakan berbagai teori belajar yang relevan, saling terkait, dan

terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya. Pendekatan holistik,

menunjukkan bahwa unit-unit belajar tidak akan dapat dicapai secara terpisah

tetapi keterkaitan dan keintegrasian harus diwujudkan dalam pemecahan

masalah.

Sama halnya dengan yang diuraikan di atas, Reewijk dikutip oleh

Marpaung (2007) merumuskan prinsip RME itu dengan singkat dalam 5 pokok,

(a) Dunia ‘nyata’, (b) Produksi bebas dan konstruksi, (c) Matematisasi, (d)

Interaksi dan (e) Aspek pembelajaran secara terintegrasi. Selanjutnya Marpaung

(2007) merumuskan karakteristik Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) sebagai berikut:

1. Murid aktif, guru aktif (matematika sebagai aktivitas manusia).

2. Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah

kontekstual/realistik.

3. Guru memberi kesempatan pada siswa menyelesaikan masalah dengan cara

sendiri.

Page 13: Ptk

4. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

5. Siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok (kecil atau besar).

6. Pembelajaran tidak selalu di kelas (bisa di luar kelas, duduk di lantai, pergi ke

luar sekolah untuk mengamati atau mengumpulkan data).

7. Guru mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi, baik antara siswa dan

siswa, juga antara siswa dan guru.

8. Siswa bebas memilih modus representasi yang sesuai dengan struktur

kognitifnya sewaktu menyelesaikan suatu masalah (menggunakan model).

9. Guru bertindak sebagai fasilitator (Tut Wuri Handayani).

10. Kalau siswa membuat kesalahan dalam menyelesaikan masalah jangan

dimarahi tetapi dibantu melalui pertanyaan-pertanyaan (santun,

terbuka,komunikatif dan menghargai pendapat siswa).

Ciri Pembelajaran yang Berorientasi  RME diantaranya :

1. Pemberian perhatian yang cukup besar pada “reinvention” yakni siswa

diharapkan membangun konsep dan struktur matematika bermula dari intuisi

mereka masing-masing;

2. Pengenalan konsep dan abstraksi melalui hal yang konkrit; diawali dari

pengalaman siswa serta berasal dari lingkungan sekitar siswa; diharapkan

siswa tertarik terhadap aktivitas matematika   tersebut; siswa belajar dari

pengalamannya sendiri bukan pengalaman gurunya;

3. Pembelajaran didesain dan diawali dari pemecahan masalah terhadap masalah

kontekstual yang ada di sekitar siswa atau yang dapat dipikirkan siswa;

4. Selama proses matematisasi, diharapkan siswa mengkonstruksi gagasannya

sendiri, menemukan solusi suatu masalah, dan membangun atau memperoleh

Page 14: Ptk

suatu konsep secara mandiri, tidak perlu sama antar siswa satu dengan siswa

lainnya bahkan dengan gurunya sekalipun;

5. Pembelajaran matematika tidak hanya memberi penekanan pada komputasi,

serta mementingkan langkah prosedural (algoritmis) serta drill;

6. Penekanan lebih pada pemahaman yang mendalam pada konsep dan

pemecahan masalah; dengan penyelesaian masalah yang tidak rutin dan

mungkin jawabannya tidak tunggal;

7. Siswa belajar matematika dengan pemahaman, membangun secara aktif

pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan awal;

8. Terdapat interaksi yang kuat antara siswa dengan siswa lainnya, menyangkut

hasil pemikiran para siswa yang dikonfrontir dengan siswa lainnya.

D. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)

PAKEM merupakan strategi dalam proses pembelajaran yang bertujuan

untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih interaktif serta dapat

mengembangkan keterampilan, kreativitas, pengetahuan, dan sikap yang

dibutuhkan siswa dalam kehidupan dalam kehidupan sehari-hari. PAKEM

membantu guru agar dapat mengajar secara variatif sehingga tercipta suasana

belajar yang tidak membosankan dan juga tepat sasaran. Siswa pun dapat lebih

memahami materi yang diberikan, memiliki motivasi belajar, dan lebih

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam menerapkan PAKEM, ada

hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru, diantaranya sebagai berikut :

1. Memahami sifat yang dimiliki anak

2. Mengenal anak secara perorangan

Page 15: Ptk

3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

4. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan kemampuan

memecahkan masalah

5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental.

Apabila digambarkan dalam bentuk skema maka proses belajarnya adalah

sebagai berikut:

Keterangan bagan di atas :

Dalam proses pembelajaran, guru menerapkan model PAKEM agar siswa aktif

dan kreatif sehingga pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan. Dengan

demikian, diharapkan kompetensi kelulusan dapat tercapai.

Sesuai dengan namanya PAKEM memuat empat karakteristik utama yakni:

a. Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif maksudnya adalah sebuah proses aktif

membangun makna, pemahaman, informasi, ilmu pengetahuan maupun

pengalaman oleh peserta didik sendiri. Dalam proses belajar peserta didik

tidak semestinya dianggap seperti bejana kosong yang pasif yang hanya

menerima kucuran ceramah sang guru tentang ilmu pengetahuan atau

informasi. Karena itu, dalam proses pembelajaran guru dituntut mampu

SiswaProses

pembelajaranKompetensi

lulusan

PAKEM

Page 16: Ptk

menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik secara aktif

menemukan, memproses dan mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan

keterampilan baru (Ismail, 2008 : 46).

Pembelajaran dikatakan aktif jika dalam proses pembelajaran guru

dapat menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa bebas bertanya

dan mengemukakan gagasan. Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka

pembentukan generasi yang kreatif (Umi Supraptiningsih, 2005 : 7).

Pembelajaran ini menitik beratkan pada siswa aktif artinya aktif

membangun konsep, aktif bertanya, aktif mengemukakan gagasan, aktif

mempertanyakan gagasan dan aktif melakukan kegiatan. Untuk itu, guru

harus juga aktif artinya membantu kegiatan belajar siswa, memberi umpan

balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, dan mempertanyakan

gagasan siswa (Subiyanto dan Susiati, 2008 : 1.12).

Menurut Depdiknas (dalam suwartiningsih, 2009 : 8) aktif diartikan

peserta didik maupun guru berinteraksi untuk menunjang pembelajaran. Guru

harus menciptakan suasanan peserta didik aktif dalam pembelajaran baik aktif

bertanya, memberi tanggapan, mengungkapkan ide maupun

mendemonstrasikan gagasan. Namun demikian menurut Joel Wein (1997:1),

keterlibatan aktif guru disini hanya dalam perannya sebagai seorang pelatih,

pengarah, dan penolong; bukan pihak yang mendominasi proses

pembelajaran. Siswalah yang berada dalam posisi pengajaran diri mereka

sendiri.

Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa

bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang

Page 17: Ptk

dialami. Beberapa contoh pembelajaran aktif yang bisa meningkatkan

pembelajaran di kelas adalah mengacu pada tujuan, melibatkan siswa,

menggunakan seni, gerakan dan indra, serta meragamkan langkah kegiatan

(Pat Hollingsworth, 2008 : viii-ix).

Beberapa contoh pembelajaran aktif seperti pembelajaran berpasang-

pasangan, berdiskusi, bermain peran, debat, studi kasus, terlibat aktif dalam

kerja kelompok, atau membuat laporan singkat dan sebagainya. Disarankan

agar guru menjadi pemandu sepanjang tahap awal pembelajaran, kemudian

biarkan anak melakukan praktik keterampilan baru, selanjutnya berikan

informasi-informasi baru yang belum diketahui siswa selama pembelajaran.

Caranya bermacam-macam, misalnya mengajak mengungkapkan pengalaman

mereka membantu orang tua di rumah. Dengan cara seperti ini, siswa akan

terdorong untuk secara aktif mengeksplorasi pengalaman hidupnya untuk

kemudian diungkapkan dalam berbagai bentuk, seperti cerita lisan, tulisan

atau gambar.

b. Pembelajaran kreatif

Pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang mampu menghasilkan

sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain (Umi Supraptiningsih,

2005:7). Pembelajaran ini menitik beratkan pada siswa kreatif, artinya kreatif

merancang/membuat sesuatu. Untuk itu, guru harus juga kreatif, artinya

mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam, membuat alat bantu

belajar, dan memanfaatkan lingkungan (Subiyanto dan Susiati, 2008 : 1.13).

Page 18: Ptk

Menurut Anang Santoso (2009 : 2) “ pembelajaran kreatif adalah

pembelajaran yang pelaksanaannya banyak diwarnai penciptaan-penciptaan

baru“.

Depdiknas (dalam Suwartiningsih, 2009 : 8) berpendapat bahwa

kretaif dapat diartikan guru memberikan variasi dalam kegiatan belajar

mengajar dan membuat alat bantu belajar, menciptakan teknik-teknik

mengajar tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dan tujuan

belajarnya.

Pembelajaran yang kreatif mengandung arti bahwa seorang guru harus

dapat menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi

berbagai tingkat kemampuan siswa. Di sini guru perlu memahami perbedaan

tingkat kemampuan tiap siswa dan tiap kelasnya. Siswa kelas 1 tentu

memiliki kemampuan yang berbeda dengan siswa kelas 6. Siswa kelas 6

relatif sudah mahir menulis sehingga aktivitas seperti ini tidak akan

menimbulkan masalah.

Bardasarkan pemahaman seperti digambarkan di atas, seorang guru

tidak hanya dituntut kreatif tetapi juga inovatif dalam menciptakan aktivitas

belajar yang berbeda dari satu kelas ke kelas yang lain, dari satu kelompok

siswa ke kelompok siswa yang lain. Kreativitas guru juga berkaitan dengan

pemanfaatan media belajar yang sesuai untuk menjelaskan suatu materi

kepada para siswa. Seorang guru dituntut untuk kreatif dan memiliki

kepekaan terhadap berbagai media yang ada di sekitarnya yang dapat dipakai

untuk proses belajar di kelas. Guru juga dapat memanfaatkan media belajar

Page 19: Ptk

yang berbasiskan teknologi informasi komunikasi (Information and

Communication Technology) yang saat ini tengah berkembang pesat.

Teknologi seperti komputer, handphone, dan internet dapat dipakai

sebagai media untuk memberikan pengetahuan atau keterampilan kepada

siswa. Namun yang perlu diingat bahwa media belajar tidak perlu sesuatu

yang mahal. Media belajar dapat dirancang dari benda atau sesuatu yang

sederhana yang ada di lingkungan sekitar, misalnya dari barang-barang bekas

atau dari aktivitas masyarakat di sekitar seperti bertani, berdagang, dan

sebagainya. Dengan strategi dan media belajar yang kreatif seperti itu, siswa

tentu akan semakin terdorong untuk juga berkreasi dengan kemampuan dan

pengetahuan yang dimilikinya.

c. Pembelajaran efektif

Pembelajaran efektif adalah proses pembelajaran yang berhasil atau

yang mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan dengan mendayagunakan

sumber daya pembelajaran yang ada. Guru menggunakan kemampuan

profesionalnya untuk menggerakkan sumber daya pembelajaran sehingga

tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Syafaruddin dan Irwan

Nasution, 2006 : 212).

Menurut Depdiknas (dalam Suwartiningsih, 2009 : 8) efektif diartikan

sebagai ketercapaian suatu tujuan atau kompetensi yang merupakan pijakan

utama suatu rancangan pembelajaran.

Pembelajaran yang efektif berkaitan dengan pertanyaan: “sejauh mana

proses belajar yang dijalankan mampu membawa siswa mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan”. Situasi belajar yang aktif dan menyenangkan

Page 20: Ptk

tidaklah cukup jika proses pembelajaran tersebut tidak efektif, yaitu tidak

menghasilkan apa yang seharusnya dikuasai siswa setelah proses

pembelajaran berlangsung. Menurut Suparlan, M.Ed (2009) jika

pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka

pembelajaran tersebut tak ubahnya sebagai sebuah permainan biasa.

Oleh karena itu, hal yang krusial dari seorang guru adalah

mempersiapkan dan merancang aktivitas belajar yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Dalam tahapan ini, guru perlu bertanya pada diri sendiri

apakah aktivitas yang dirancangnya dapat membantu siswa mencapai

kompetensi yang diharapkan atau sebaliknya tidak akan memberi dampak

apa-apa bagi mereka.

Setiap alternatif pilihan aktivitas pembelajaran sedapat mungkin

dipertimbangkan efektifitasnya. Hal ini antara lain berarti bahwa seorang

guru tidak perlu memaksakan sebuah aktivitas yang rumit apabila indikator

atau tujuan pembelajarannya hanya memerlukan aktivitas pembelajaran yang

sederhana. Sebaliknya, seorang guru pun tidak sepantasnya menyederhanakan

aktivitas pembelajaran jika indikatornya menuntut aktivitas yang lebih

banyak atau rumit.

Berkenaan dengan itu, lesson plan atau Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang biasa dibuat oleh seorang guru hendaknnya tidak

dibuat seadanya tetapi benar-benar dipikirkan dengan matang apakah dapat

diterapkan dan efektif menjadi tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Page 21: Ptk

d. Pembelajaran menyenangkan

Pembelajaran menyenangkan menitik beratkan pada siswa yang

merasa senang melakukan kegiatan pembelajaran, artinya senang mencoba

atau berbuat, senang bertanya, senang mengemukakan pendapat, senang

mempertanyakan gagasan orang lain. Pembelajaran ini tidak membuat anak

takut, artinya takut salah, takut ditertawakan, takut dianggap sepele. Dalam

hal ini guru juga ikut senang dalam melaksanakan pembelajaran (Subiyanto

dan Susiati, 2008 : 1.14).

Menurut Depdiknas (dalam Suwartiningsih, 2009 : 8) menyenangkan

diartikan sebagai suasana belajar mengajar yang “hidup” semarak, terkondisi

untuk terus berlanjut, ekspresif dan mendorong pemusatan peserta didik

terhadap pembelajaran.

Pembelajaran yang menyenangkan berkaitan dengan penciptaan

suasana belajar yang aman, menyenangkan, dan menarik bagi siswa sehingga

mereka tergerak untuk terlibat dan memusatkan perhatiannya secara penuh

pada kegiatan tersebut. Menurut hasil penelitian, besarnya perhatian yang

diberikan seorang siswa terhadap pembelajaran terbukti meningkatkan hasil

belajar siswa tersebut (Suparlan 2009). Oleh karena itu, sangat penting bagi

guru untuk menciptakan suasana belajar yang dapat menarik perhatian para

siswa sehingga mereka akhirnya tergerak untuk memusatkan perhatian pada

kegiatan belajar yang telah direncanakan oleh guru. Suasana belajar yang

dimaksud antara lain adalah suasana belajar yang menyenangkan dan

didukung oleh lingkungan yang aman dan bahan ajar yang relevan.

Page 22: Ptk

Kegiatan pembelajaran harus menyenangkan karena siswa-siswa pada

usia SD umumnya berada pada usia bermain sehingga ketertarikan mereka

terhadap aktivitas belajar akan tumbuh jika mereka merasa aktivitas tersebut

menyenangkan seperti yang mereka rasakan saat bermain. Untuk itu guru,

harus merancang aktivitas belajar yang sedemikian rupa sehingga siswa tidak

merasakan sebagai beban tetapi layaknya sebuah permainan dimana di

dalamnya ada kegembiraan, interaksi sosial, interaksi dengan alam, namun

dengan sejumlah aturan.

Suasana belajar yang menyenangkan biasanya terjadi ketika

dilaksanakan bersama orang lain misalnya dalam bentuk diskusi, kerja

kelompok, bermain peran, bereksperimen, dan sebagainya. Selain

memyenangkan, melalui bentuk aktivitas seperti ini, para siswa sebenarnya

diarahkan untuk membangun pengetahuan secara bersama karena pada

dasarnya pengetahuan bukan milik perseorangan melainkan tersebar dalam

berbagai bentuk dan kondisi sebagai kekayaan kolektif.

Melalui aktivitas bersama, para siswa akan berbagi pengetahuan dan

keterampilan yang memungkinkan mereka saling belajar untuk membentuk

kompetensi diri masing-masing ke arah yang lebih baik. Pengaturan kelas

juga menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh guru untuk membantu para

siswa belajar dengan senang dan mau berbagi pengetahuan dan keterampilan

kepada yang lain. Misalnya, tempat duduk siswa tidak harus selalu

menggunakan pola berjejer kebelakang dengan guru berada dibagian paling

depan. Tempat duduk dapat dirancang dengan berbagai pola sesuai kebutuhan

belajar. Selain itu pembelajaran yang menyenangkan juga dapat diciptakan

Page 23: Ptk

guru melalui berbagai cara yang sederhana, misalnya menggunakan mimik

dan bahasa tubuh dalam menjelaskan suatu materi, memberikan selingan

humor, menggunakan alat peraga, serta memberi waktu istirahat dan jeda

yang teratur. Dengan cara pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan seperti yang telah disebutkan diatas, kita yakin siswa akan

merasa belajar sebagai sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi. Dalam dirinya

akan tumbuh kecintaan terhadap aktivitas belajar seumur hidupnya (life- long

education).

E. Prestasi Belajar

Dalam pendidikan, prestasi belajar merupakan faktor yang sangat penting

dan sering dijadikan pokok pembicaraan atau permasalahan antar pendidik,

karena prestasi belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam mempelajari

suatu materi pelajaran.

Prestasi belajar terdiri dari dua kata yang mempunyai pengertian sendiri-

sendiri yakni prestasi dan belajar, tetapi dalam pembahasan ini kedua kata sangan

berhubungan.

Berikut ini diberikan pengertian prestasi dan pengertian belajar menurut

beberapa para ahli :

1. Suharsini Arikunto (1998:5) berpendapat bahwa prestasi adalah tingkatan-

tingkatan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Nana Sudjana (1998:5) menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang

ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan proses hasil

belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan

Page 24: Ptk

pengetahuan, penalaran, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan,

kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang sedang

belajar.

3. Gozali (dalam Suhito, 1989:4) mengemukakan bahwa prestasi adalah hasil

kerja suatu lapangan yang telah dicapai dengan sangat mengagumkan.

4. Oemar Hamalik (dalam Suhito, 1989:4) mengemukakan prestasi adalah hasil

interaksi baik dari dalam diri individu maupun dari luar individu yang

bersangkutan.

Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah tingkatan-tingkatan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan yang telah

ditetapkan yang ditandai adanya perubahan dalam berbagai bentuk seperti

perubahan pengetahuan, penalaran, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan,

kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang sedang

belajar.

Page 25: Ptk

00

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Hipotesis Tindakan

Peneraan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika di kelas III

sekolah dasar efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini akan diadakan pada kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun.

Alasan mengambil mata pelajaran dan kelas ini, karena sesuai dengan

tuntutan kurikulum yang berlaku.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian yaitu selama dua bulan, yaitu pada bulan awal November

sampai akhir bulan Desember tahun ajaran 2012/2013.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah desain putaran spiral. Kegiatan

penelitian dimulai dengan perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi, seperti disajikan pada

gambar.

? 1

? 2

? 3

? 4

? 1

? 2

? 3

? 4

Page 26: Ptk

Siklus I : (1) Perencanaan I, (2) Tindakan I, (3) Observasi I, dan

(4) Refleksi I.

Siklus II : (1) Revisi Rencana I, (2) Tindakan II, (3) Observasi II, dan

(4) Refleksi II.

Penelitian ini direncanakan dua siklus. Namun demikian, jika hasilnya

belum optimal, akan dilakukan siklus 3. Kegiatan pada masing-masing siklus

terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Perencanaan, meliputi penetapan materi pembelajaran matematika kelas III

dan penetapan alokasi waktu pelaksanaannya yaitu bulan November-Desember

2012. Tindakan, meliputi proses pembelajaran melalui PMR kelas III semester 1.

Observasi, dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Refleksi,

meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan sekaligus menyusun rencana

perbaikan pada siklus berikutnya.

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun,

dengan jumlah siswa 30 orang. Obyek penelitian ini adalah pembelajaran

matematika dengan PMR dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa

kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun.

E. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2012-2013 di SDN

Oro Oro Ombo madiun, dimulai pada awal November 2012, Minggu I, II, III,

dan IV. Setting penelitian ini adalah lingkungan kelas tempat subjek melakukan

Page 27: Ptk

kegiatan pembelajaran, dan lingkungan secara umum pada kelas III SDN Oro

Oro Ombo Madiun.

F. Metode Pengumpulan Data

Data penelitian dikumpulkan melalui tes, observasi, dan catatan lapangan.

Data penelitian ini bersumber dari interaksi peneliti dan siswa, dalam

pembelajaran matematika pada siswa kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun.

Peningkatan prestasi belajar berupa data tindakan belajar atau hasil belajar.

Metode pengumpulan data yaitu observasi, tes, dan catatan lapangan.

Instrumen yang dipakai adalah pedoman observasi, soal tes, dan lembar

catatan. Pedoman observasi yang digunakan memuat garis besar sejauh mana

minat dan sikap positif serta partisipasi siswa dalam proses pembelajaran

matematika. Lembar pengamatan digunakan untuk memperoleh data sebelum

tindakan, baik dari guru maupun pengamat langsung di lapangan. Lembar soal tes

digunakan untuk menguji kemampuan dan prestasi belajar siswa.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dimulai sejak awal sampai akhir pengumpulan data. Data

yang diperoleh dari perhitungan persentasi dari hasil penilaian observasi pada

saat tindakan dilakukan. Hasil observasi tersebut kemudian dianalisis dan

dikaitkan dengan peningkatan prestasi belajar matematika dengan pendekatan

realistic.

Data penelitian diperoleh mulai observasi langsung pada objek penelitian

untuk mengungkap sejauh mana peningkatan minat dan prestasi belajar siswa

Page 28: Ptk

dalam bidang studi matematika. Observasi langsung dilaksanakan pada kondisi

awal pembelajaran di dalam kelas dan pada saat digunakan tindakan kelas berupa

penggunaan RME. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif teknik persentase.

H. Jadwal Penelitian

No. KEGIATAN

WAKTU

November

(minggu ke)

Desember

(minggu ke)

1 2 3 4 1 2 3 4

1. Perencanaan √

2. Proses pembelajaran √ √ √ √ √

3. Evaluasi proses pembelajaran √ √ √ √ √

4. Evaluasi hasil pembelajaran √ √

5. Pengumplan data PTK √ √ √ √ √

6. Analisis data PTK √ √

7. Penyusunan hasil PTK √

8. Pelaporan hasil PTK √

Page 29: Ptk

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2010. Karya Tulis Inovatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R & D. Bandung : Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Walle, J. A. 2008. Matematika Pengembangan Pengajaran. Jakarta : Erlangga

http://p4tkmatematika.org/2008/09/rme-salah-satu-pendekatan-pembelajaran-yang-

menyenangkan/

http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/22/matematika-realistik/

Page 30: Ptk

LAMPIRAN

1. Lembar observasi terhadap keaktifan siswa kelas III pada saat proses belajar

mengajar matematika berlangsung

No.

Nama Siswa

Aspek yang DiamatiBertanya

kepada guruMenjawab pertanyaan

Mengemukakan pendapat

memecahkan masalah

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41.2.3.4.dst

Persentase

2. Lembar observasi

No. Pernyataan Ya Tidak1. Siswa memperhatikan dengan sungguh-sungguh2. Siswa mengindahkan perintah guru3. Siswa bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran4. Siswa serius memperhatikan penjelasan guru5. Siswa serius belajar kelompok6. Siswa serius belajar matematika secara individu7. Siswa dengan senang belajar matematika secara individu8. Siswa semangat saat diberikan soal jajakan9. Siswa bergairah dalam mengerjakan soal latihandst