publication wakaf02

16
PANDUAN WAKAF (TANAH DAN UANG) Tim Penyusun Yayasan Peningkatan & Pemberdayaan Sumberdaya Ummat Jl. Retno Dumilah No.29A, Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta

Upload: akhmadarifin

Post on 15-Jan-2017

182 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Publication wakaf02

PANDUAN WAKAF

(TANAH DAN UANG)

Tim Penyusun

Yayasan Peningkatan & Pemberdayaan Sumberdaya

Ummat

Jl. Retno Dumilah No.29A, Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta

Page 2: Publication wakaf02

Istilah Wakaf berasal dari bahasa Arab, yakni ; wa-

qo-fa, yang berarti Menahan”, “berhenti”, “diam di

tempat” atau “tetap berdiri”. Istilah wakaf tidak di-

asalkan dari al Qur‟an atau al Hadits, karena tidak

ada kata „waqofa‟ dari kedua sumber petunjuk aga-

ma islam tersebut. Tetapi secara implisit, banyak

sekali kandungan dari keduanya yang menunjukkan

pentingnya seseorang untuk menafkahkan sebagian

hartanya, tidak hanya untuk sedekah, melainkan

juga untuk kemaslahatan ummat, bukan dalam

jangka pendek melainkan jangka panjang.

Istilah Wakaf, dalam hadits yang diriwayatkan oleh

Ibn Umar menggunakan kata „at tahbiis‟ atau ha-

basa-yahbisu-tahbisan, yang punya makna sama

dengan kata waqofa di atas. Yaitu dari sabda

Rasulullah kepada Sayyidina Umar Ibn Khottob, „In

Syi’ta habasta ashlaa-ha wa tashoddaq tsama-

rotaha’ (jika kamu inginkan, hendaklah kamu tahan

pokoknya dan kamu sedekahkan lah hasilnya).

Hadits di atas menjelaskan bahwa harta yang akan

diwakafkan itu harus berasal dari kehendak dari si

pemilik wakaf (harta kekayaan), apakah akan dimili-

ki sendiri, ataukah dihibahkan kepada orang lain,

ataukah diwakafkan. Jika diwakafkan, maka ia mere-

lakan diri, agar asset kekayaan tersebut dimanfaat-

kan, untuk kemaslahatan ummat.

Para Imam Mahdzab bersepakat tentang sunnahnya

berwakaf. Oleh karena itu banyak Negara yang te-

lah melakukan improvisasi wakaf sejak zaman dulu,

contohnya Universitas Al Azhar yang didirikan se-

jak masa Dinasti Fatimiyah menguasai Mesir.

Dengan penggagas awal oleh Khalifah Al Hakim bi

Amrillah, diikuti dengan para khalifah selanjutnya

dan orang-orang kaya setempat. Dari dana wakaf

ini, dapat menggerakkan aktivitas al Azhar hingga

menjadikanna universitas Islam ternama, dengan-

beasisswa, asrama dan berbagai fasilitas pendidikan

dan layanan social lainnya.

Wakaf adalah asset ummat yang berasal dari

kepemilikan pribadi. Meski sudah dilaksanakan

hingga ribuan tahun, tetapi masih ditemukan perbe-

daan pendapat di sekitar pertanyaan; “apakah harta

wakaf, sejatinya adalah milik wakif (orang yang me-

wakafkannya), atau benar-benar milik umum”.

Misalnya, Bapak Kiai A, punya tanah, diperuntuk-

kan untuk sekolah, apakah sekolah tersebut sejat-

inya adalah benar-benar milik umum (milik Allah)

ataukah milik Kiai A?

Ulama dari kalangan mahdzab Hanafi menaytakan

bahwa hak milik harta wakaf tetap beradda di tan-

gan wakif, tetapi merelakan assetnya untuk keba-

jikan. Begitu juga dari Imam Maliki, wakaf berarti

menahan miliknya, tetapi hasil dari wakafnya di-

peruntukkan bagi orang lain. Tetapi, jika harta

wakaf dimiliki oleh wakif, dan ummat hanya

mengambil kemanfaatn selagi ia masih hidup, maka

harta wakaf tersebut bersifat sementara. Harta

wakaf ketika berhenti memberikan manfaatnya,

maka tidak lah menjadi amalan jariyah. Oleh karena

itu, dalam wakaf dikenal pembagian wakaf pada dua

hal; yaitu wakaf abadi dan wakaf sementara.

Wakaf sementara atau wakaf abadi, keduanya sama-

sama sah dalam sistem hokum kita tentang per-

wakafan, sebagaimana bunyi Undang-undang ten-

tang wakaf No. 41 tahun 2004, yakni;

“Perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/

atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya

untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka

waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya

guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan

umum menurut syariah”

PENGERTIAN WAKAF

Page 3: Publication wakaf02

Kata “Wakaf” atau “Waqf” berasal dari bahasa Arab “Waqafa”. Asal kata “Waqafa” berarti “menahan”, “berhenti”, “diam di tempat” atau tetap berdiri”.

Wakaf Sama artinya dengan At-Tahbis /

.habasa-yahbisu—tahbisan , التَّْحبِْيس

Secara Etimologi

Wakaf adalah menahan suatu

benda yang menurut hukum, tetap

milik si wakif dalam rangka mem-

pergunakan manfaatnya untuk ke-

bajikan.

Pengertian Wakaf Menurut Abu Hanifah

wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menye-

rahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau

untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan

ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

DEFINISI WAKAF

Pengertian Wakaf Menurut UU No. 41 Tahun 2004

Page 4: Publication wakaf02

Wakaf dikenal sejak masa Rasulullah Saw

dan disyariatkan setelah Nabi Saw di Madi-

nah, tepatnya pada tahun kedua Hijriyah. Ada

dua pendapat yang berkembang di kalangan

ahli fuqaha tentang siapa yang pertama kali

melaksanakan syariat wakaf. Menurut sebagi-

an pendapat ulama, yang pertama kali

melaksanakan wakaf adalah Rasulullah Saw,

yaitu wakaf tanah milik Nabi Saw untuk

dibangun masjid.

Pendapat ini berdasarkan hadits yang diri-

wayatkan Umar bin Syabah dari „Amr bin

Sa‟ad bin Mu‟adz, ia berkata: “Kami bertanya

tentang mula-mula wakaf dalam Islam?

Orang Muhajirin mengatakan Umar, se-

dangkan orang-orang Ansor mengatakan

Rasulullah Saw.

Ketika itu (tahun ketiga Hijriyah) Rasulullah

pernah mewakafkan tujuh buah kurma di

Madinah, diantara adalah kebun “Araf, Shafi-

yah, Dalal, Barqah, dan kebun lainnya.

Sedangkan ulama yang berpendapat Umar

bin Khaththab adalah orang yang pertama

kali wakaf, berdasarkan hadits yang diri-

wayatkan Ibnu Umar ra. Disampaikan, bahwa

sahabat Umar ra memperoleh sebidang tanah

di Khaibar, kemudian menghadap Rasulullah

untuk minta petunjuk.

Rasulullah mengatakan, “Bila engkau suka,

kau tahan (pokoknya) tanah itu, dan engkau

sedekahkan (hasilnya), tidak dijual, tidak dihi-

bahkan dan tidak diwariskan . Ibnu Umar

berkata, “Umar menyedekahkannya (hasil

pengelolaan tanah) kepada orang-orang fakir,

kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, ibnu

sabil, dan tamu. Tidak dilarang bagi yang

mengelola (nadzir) wakaf, makan dari hasil-

nya dengan cara yang baik (sepantasnya) atau

memberi makan orang lain dengan tidak ber-

maksud menumpuk harta.” (HR. Muslim).

Selanjutnya, wakaf juga dilakukan Umar bin

Khaththab, disusul Abu Thalhah yang me-

wakafkan kebun kesayangannya (Bairaha).

Selanjutnya disusul oleh sahabat Nabi Saw

lainnya, seperti Abu Bakar As-Shiddiq yang

mewakafkan sebidang tanahnya di Mekkah

yang diperuntukkan kepada anak keturun-

annya yang datang ke Mekkah.

Begitu juga Utsman ra menyedekahkan har-

tanya di Khaibar. Ali bin Abi Thalib me-

wakafkan tanahnya yang subur, Mu‟adz bin

Jabal mewakafkan rumahnya yang populer

dengan sebutan “Daar Al-Anshar”. Kemudian

wakaf disusul oleh Anas bin Malik, Abdullah

bin Umar, Zubair bin Awwam, dan Aisyah

(istri Rasulullah saw).

Praktik wakaf menjadi lebih luas pada masa

Dinasti Umayah dan Dinasti Abbasiyah. Ban-

yak orang memberikan wakaf, tidak hanya

untuk orang-orang fakir miskin saja, tetapi

wakaf menjadi modal untuk membangun lem-

baga pendidikan, membangun perpustakaan

dan membayar gaji para stafnya, gaji para

guru dan beasiswa untuk para siswa dan ma-

hasiswa.

Antusiasme masyarakat kepada pelaksanaan

wakaf telah menarik perhatian negara untuk

mengatur pengelolaan wakaf sebagai sektor

untuk membangun solidaritas sosial dan

ekonomi masyarakat.

Sumber: Voa-Islam

WAKAF DI ZAMAN RASULULLAH SAW

Page 5: Publication wakaf02

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian hasil

usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi

untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu

nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melain-

kan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha

Kaya lagi Maha Terpuji.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan

Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir sera-

tus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi sesiapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas

(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah (2): 261)

DALIL DARI AYAT AL QUR’AN TENTANG WAKAF

Secara eksplisit tidak disebutkan dalam al Qur‟an tentang konsep Wakaf, hanya disebut-

kan perintah umum (lafzh „am) untuk menafkahkan dari sebagian harta yang kita

usahakan dan dari apa-apa yang kita tanam, kepada orang lain

Page 6: Publication wakaf02

Wakaf dalam konsep ajaran Islam adalah bagian dari amal jariyah, yaitu amalan yang tetap

langgeng walau orang yang bersangkutan telah tiada. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Ra,

Rasulullah Saw bersabda;

“Apabila Meninggal seorang Anak Adam (Manusia) maka terputuslah segala amalnya, kecuali tiga

hal: yaitu Sedekah Jariyah, Ilmu Yang Bermanfaat, dan Seorang Shaleh yang senantiasa Men-

doakan Orangtuanya” (HR Muslim).

Ketiga hal di atas adalah, adalah amalan seseorang yang masih memberikan efek positif

terhadap lingkungannya. Amal Jariyah digunakan untuk keperluan orang banyak, Ilmu

yang bermanfaat yang diberikannya diamalkan dengan baik oleh para muridnya, hingga

mendatangkan kemaslahatan. Dan hasil didikan yang baik, menjadikan putra-putrinya se-

bagai generasi orang soleh dan solehah.

DALIL DARI HADITS NABI TENTANG WAKAF

Diriwayatkan dari Ibn Umar: “Umar memperoleh tanah di Khaibar, lalu dia ber-

tanya kepada Nabi dengan berkata; Wahai Rasulullah, saya telah memperoleh

tanah di Khaibar yang nilainya tinggi dan tidak pernah saya peroleh yang lebih

tinggi nilainya dari padanya. Apa yang baginda perintahkan kepada saya untuk

melakukannya? Sabda Rasulullah: “Kalau kamu mau, tahan sumbernya dan

sedekahkan manfaat atau faedahnya.” Lalu Umar menyedekahkannya, ia tidak

boleh dijual, diberikan, atau dijadikan wariskan. Umar menyedekahkan kepada

fakir miskin, untuk keluarga, untuk memerdekakan budak, untuk orang yang

berperang di jalan Allah, orang musafir dan para tamu. Bagaimanapun ia boleh

digunakan dengan cara yang sesuai oleh pihak yang mengurusnya, seperti me-

makan atau memberi makan kawan tanpa menjadikannya sebagai sumber penda-

patan.” (HR Bukhori)

Page 7: Publication wakaf02

REKENING WAKAF SAYYIDINA UTSMAN BIN AFFAN

MASIH BERTAHAN HINGGA KINI??

Utsman Bin Affan adalah seorang sahabat Nabi,

yang hidup di zaman Nabi, tetapi rekening atas na-

ma utsman bin affan tersimpan di salah satu bank di

Saudi Arabia? Bagaimana Bisa?? Apakah ada orang

yang mengatasnamakan harta miliknya dengan Sa-

habat Nabi tersebut? Ataukah itu hanya sekedar

nama belaka? Ternyata tidak, Rekening tersebut

benar-benar atas nama Utsman Bin Affan.

Sejarah Kerasulan, mencatat nama Utsman Bin Af-

fan sebagai khalifah ketiga dari khulafa’ur rasyidin.

Ia dikenal sebagai pedagang yang kaya raya,

seorang pebisnis, tapi juga dikenal sebagai seorang

yang sangat dermawan. Beliau dilahirkan pada seki-

tar 574 Masehi, atau 3 tahun lebih muda dari

Rasulullah. Dan meninggal pada usia 81 tahun, pa-

da tahun 35 Hijriyah.

Beliau mendapat julukan Dzun Nur‟aini, karena te-

lah menikahi dua putri rasulullah, di waktu yang

berbeda. Karena kepribadiannya yang jujur dan

rendah hati. Beliau berasal dari Bani Umayyah, yai-

tu Bani (keturunan) yang pada masa selanjutnya

memerintah wilayah Islam di Timur Tengah,

dengan nama Dinasti Umayyah.

Pada waktu sesudah Hijrah, Penduduk Kota di

Madinah semakin bertambah, yakni penduduk

setempat ditambah ratusan orang dari Mekkah

yang terpaksa berhijrah di sana, demi memper-

tahankan aqidahnya. Pertambahan jumlah

penduduk, di daerah padang pasir sangat menen-

tukan keseimbangan ekosistem, terutama dalam hal

ketersediaan jumlah volume air yang dibutuhkan

oleh sejumlah populasi manusia untuk bertahan

hidup.

Waktu itu sumur terbesar dan terbaik dimiliki oleh

seorang Yahudi, yaitu sumur Ar raumah atau al

bir‟u ar Raumah. Pemiliknya dikenal sangat pelit, ia

hanya mau berbagi dengan orang lainnya, hanya

jika mereka membelinya. Keadaan ini jelas membu-

at para sahabat yang datang dari Mekkah merasa

kesulitan, karena mereka sebelumnya terbiasa mi-

num dari Air Zam-zam selama di Mekkah. Kaum

Muslimin beserta penduduk Yatsrib, terpaksa mem-

beli air bersih dari orang Yahudi tersebut secara

rutin.

Rasulullah merasa prihatin, dengan ketergantungan

kaum muslimin atas sumur tersebut, sehingga ia

bersabda

" Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang

menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan

perigi itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka

akan mendapat surgaNya Allah Ta'ala" ( HR. Mus-

lim) .

Utsman segera bertindak untuk membebaskan su-

mur Raumah tersebut dari si Yahudi. Utsman

menawarkannya dengan biaya sangat tinggi, tetapi

si Yahudi tersebut menolak. Karena menurutnya,

jika sumur tersebut ia jual, maka penghasilan rutin

yang ia terima kesehariannya akan hilang.

Page 8: Publication wakaf02

Utsman pun berfikir bahwa orang banyak mesti

mendapat akses terhadap sumur tersebut, di sisi

lainnya, si Yahudi tidak kehilangan penghasilannya.

Maka ia memutuskan untuk menawarkan 1/2 dari

total harga sumur yang ditawarkan yakni seharga

12.000 dirham, lalu sumur tersebut dipergunakan

secara bergantian. Hari ini menjadi milik si Yahudi,

esok harinya berganti dimiliki oleh Utsman,

besoknya kembali kepada si Yahudi, begitu se-

terusnya.

Si Yahudi pun setuju dengan usulan Utsman bin

Affan. Ketika giliran Utsman Bin Affan memiliki

sumur tersebut, Utsman segera mengumumkan

kepada seluruh penduduk Madinah untuk mengam-

bil sumur yang ia beli setengahnya tersebut, se-

hingga mereka mendapat jatah air secara Cuma-

Cuma untuk mencukupi kebutuhan mereka selama

dua hari ke depan, karena keesokan harinya dirinya

tidak mendapat jatah kepemilikan sumur.

Keesokan harinya, si Yahudi mendapati sumurnya

sepi dengan pembeli, karena semua pembeli sudah

memborong keperluan air sumurnya selama dua

hari. Lalu si Yahudi mendatangi Utsman bin Affan,

untuk menawarkan pembelian setengahnya lagi.

Lalu Utsman menyanggupinya, dengan membayar

uang 8.000 dirham, sehingga total keseluruhannya

ia membeli sumur tersebut, dan menjadi miliknya

seutuhnya.

Utsman kemudian mewakafkan sumur tersebut,

untuk dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk oleh

pemilik lamanya. Ternyata, kekayaan sumur terse-

but, tidak lah berhenti sampai di sini saja. Tetapi

berlanjut, bahkan hingga pada masa kini !!

Masa-masa selanjutnya, sumur tersebut dirawat

untuk kepentingan orang banyak. Dari Sumur,

kemudian berkembang di sektiarnya menjadi

ladang kurma. Kemudian diatur, dari zaman

kekhalifahan khulafaur rasyidin, berlanjut ketika ma-

sa Dinasti Umayyah, kemduian berkembang ketika

masa Daulah Turki Utsmani, hingga penjagaan

oleh Dinasti Su‟udiyah sekarang ini.

Sumur tersebut kini menjadi kebun kurma, yang

hasil pemeliharaannya dijual ke pasaran. Hasil

penjualannya disimpun ke kas beliau di bawah

pengawasan Menteri Pertanian, sebagiannya lagi

disalurkan kepada anak-anak yatim dan terlantar di

Saudi Arabia. Jumlah tanaman kurma di lading

hasil wakaf Utsman tersebut kini berjumlah 1.550

buah.

Hasil perputaran uang tersebut, dapat di-

pergunakan untuk mengembangkan uang lebih luas

lagi, dengan membeli lahan di kawasan Masjid

Nabawi, yang diperuntukkan membangun hotel,

dengan nama Hotel “Utsman Bin Affan”, karena

dibiayai oleh rekening yang didapatkan dari

Utsman Bin Affan. Hotel tersebut akan dikelola

oleh sebuah perusahaan ternama di bidang per-

hotelan, dengan income (pemasukan) darinya sebe-

sar 50 juta Riyal atau sekitar 16 Milyar per tahun.

Hasil dari perputaran uang ini akan dibagikan kepa-

da anak yatim dan faqir miskin.

Ladang Kurma hasil pengembangan dari Sumur Raumah,

yang dibeli oleh Utsman Bin Affan

Page 9: Publication wakaf02

Wakaf

Infak/Shadaqah/Hibah

Menyerahkan kepemilikan suatu ba-rang kepada oaring lain

Menyerahkan kepemilikan suatu ba-rang kepada pihak lain

Hak milik atas barang di kembalikan kepada Allah

Hak milik atas barang diberikan kepada penerima shadaqah/hibah

Objek wakaf tidak boleh diberikan atau dijual kepada pihak lain

Objek shadaqah/hibah boleh diberi-kan atau dijual kepada pihak lain

Manfaat barang biasanya dinikmati un-tuk kepentingan sosial

Manfaat barang dinikmati oleh pen-erima shadaqah/hibah

Objek wakaf biasa nya kekal zatnya Objek shadaqah/hibah tidak harus kekal zatnya

Pengololaan objek wakaf diserahkan kepada administrator yang disebut nad-

zir/mutuwalli

Pengololaan objek shadaqah/hibah diserahkan kepada si penerima

PERBEDAAN ANTARA WAKAF DAN SHODAQOH

Page 10: Publication wakaf02
Page 11: Publication wakaf02

Wakaf Identik dengan orang kaya, apalagi wakaf tanah. Tetapi tidak demikian dengan Sukino. Seorang warga Desa Wonorejo Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar. Ia mewakafkan tanah 300 meter miliknya, un-tuk pembangunan masjid. Padahal Sukino bukan lah orang dengan kehidupan pas-pasan, dengan penghasilan seharinya han-ya 25 ribu rupiah, dari profesi tukang be-cak, yang dijalaninya sehari-harinya.

Rumah yang didiami Sukino sendiri bukan lah rumah mentereng, melainkan rumah yang sudah ditembok, tetapi belum diplester dengan semen dan cat dinding. Di ruang tamu, hanya ada kursi berusia tua, beserta papan besar dan mesin jahit yang sehari-harinya digunakan oleh istrinya, Sri, untuk menjahit pakaian.

Tanah untuk pembangunan masjid ini ada-lah tanah hasil warisan, yang total kese-luruhannya seluas 600 meter persegi. 300 meter digunakan sebagai rumah dan pekarangan yang ia tempati, dan 300 meter persegi adalah lahan yang sekarang ini su-dah ia wakafkan di Jalan Allah.

Wakaf lahan untuk pembangunan masjid, bukan lah amalan sia-sia. Karena wakaf un-tuk pembangunan lahan masjid, akan mendapat kebaikan yang tak pernah putus, meski jika yang bersangkutan telah meninggal dunia.

Cerita Sukino berwakaf tanah untuk pem-

bangunan masjid ini berawal dari sakit pa-

ru-parunya yang ia alami selama 13 tahun.

Ia pun bernazar, jika sakit paru-parunya

sembuh, maka ia akan mewakafkan sebagi-

an tanahnya untuk pembangunan masjid.

Apa yang ia nazarkan, mendapat ijabah

dari Allah, ia menjadi sembuh, lalu memen-

uhi nazarnya.

Cerita tentang Sukino ini terdengar oleh

Bupati Karanganyar waktu itu, Rina Iriani,

yang datang ke Rumah Sukino mem-

berikan beberapa bantuan, seperti

melancarkan kepngurusan Jamkesmas, ka-

rena keluarga Sukino belum mendapatkan

jaminan Kesehatan dari pemerintah. Bupati

juga membantu melancarkan pem-

bangunan masjid, agar cita-cita Sukino da-

lam mebangun masjid di atas tanah

wakafnya, dapat terealisir.

Hari Sabtu, tanggal 23 November 2013,

Masjid tersebut diresmikan dengan pele-

takan batu pertama oleh Ibu Bupati, did-

ampingi Perangkat Kerja Daerah. Masjid

ini dinamakan dengan Al Maming 20

SUKINO, TUKANG BECAK WAKIF TANAH 500 METER

PERSEGI UNTUK PEMBANGUNAN MASJID

Page 12: Publication wakaf02

SYARAT WAKIF, NAZHIR, & BARANG WAKAF

Wakif (Pemberi Wakaf) meliputi tidak hanya in-

dividu (orang), melainkan dapat pula wakif itu

berupa yayasan, organisasi atau badan hokum, yang

menyerahkan asset mereka untuk dikelola.

Syarat menjadi Wakif adalah;

a. dewasa;, b. berakal sehat; c. tidak terhalang

melakukan perbuatan hukum; dan d. pemilik sah

harta benda wakaf.

Nazhir (Pengelola Wakaf) tidak hanya individu, melain-

kan juga dapat berupa yayasan, organisasi atau badan ho-

kum. Dimana mereka menerima amanah dari wakif, untuk

mengelola harta benda yang diwakafkan. Syarat menjadi

wakif meliputi;

A) Beragama Islam B) Dewasa C) Amanah D) Mampu

secara jasmani dan rohani, E) Tidak terhalang melakukan

perbuatan hukum

Harta Benda Wakaf dapat sah, jika benda yang

diwakafkan adalah milik sepenuhnya dari si wakif

(pemberi wakaf). Baik barang tersebut adalah ba-

rang tak bergerak (tanah, lahan pertanian, dan

gedung) ataupun barang bergerak (uang, tunai,

deposito, logam mullia, kendaraan, investasi, dst).

Page 13: Publication wakaf02

MACAM-MACAM WAKAF BERDASARKAN MAUQUF ‘ALAIH

Wakaf Khairi

Wakaf yang ditujukan untuk kepentingan

Umum, tidak ditujukan kepada orang-orang

tertentu. Wakaf jenis ini adalah wakaf yang

benar-benar diutamakan dalam ajaran Islam,

dan lebih baik daripada wakaf yang ditujukan

kepada kelompok tertentu saja. Oleh karena itu

Wakaf ini disebut dengan Wakaf Khairi (lebih

baik). Misalnya, wakaf lahan untuk pem-

bangunan masjid, sekolah atau yayasan anak

yatim untuk kepentingan semua orang yang

membutuhkannya.

Wakaf Ahli

Wakaf Ahli atau wakaf zhurriy atau keluar-

ga, yaitu wakaf yang ditujukan kepada

orang-orang tertentu (yang ditunjuk oleh

wakif), satu atau lebih orang, baik keluarga

maupun orang lain. Misalnya, wakaf

sebidang tanah dari seorang kakek, yang ditujukan un-

tuk kepentingan para cucu-cucunya, dan generasi beri-

kutnya. Wakaf ini dikelola untuk kepentingan para ke-

turunannya, kelemahannya adalah jika keluarga berkem-

bang biak, atau musnah. Sehingga pada akhirnya, beru-

bah statusnya menjadi wakaf khairi., dengan hakim se-

Page 14: Publication wakaf02

Wakaf di Zaman Rasul hanya pada wakaf dalam ben-

tuk lahan atau bangunan atau disebut dengan wakaf

barang tak bergerak (ghoiru al manqul), dan tidak

ada riwayat tentang wakaf dengan menggunakan ba-

rang bergerak (al manqul), seperti uang, saham, cek,

surat berharga dan seterusnya. Sehingga Para Ulama

bersepakat tentang wakaf tak bergerak (ghoiru al

manqul), tetapi tidak bersepakat tentang kebolehan

harta bergerak.

Pendapat Imam al-Zuhri (w. 124H.) bahwa

mewakafkan dinar (uang) hukumnya boleh,

dengan cara menjadikan dinar tersebut se-

bagai modal usaha kemudian keuntungannya

disalurkan pada mauquf 'alaih (penerima

wakaf)

Mutaqaddimin dari ulama mazhab Hanafi (lihat

Wahbah al-Zuhaili, al Fiqh al-Islam wa Adillatu-

hu, [Damsyiq: Dar al-Fikr, 1985], juz VIII, h.

162) membolehkan wakaf uang dinar dan dirham

sebagai pengecualian, atas dasar Istihsan bi al-'Urfi,

berdasarkan atsar Abdullah bin Mas'ud r.a:

"Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin maka

dalam pandangan Allah adalah baik, dan apa yang

dipandang buruk oleh kaum muslimin maka dalam

pandangan Allah pun buruk".

PERTIMBANGAN KE-

BOLEHAN WAKAF TUNAI /

UANG

1) Nilai Pokok Wakaf Uang ha-

rus dijamin kelestariannya,

tidak boleh berkurang, tak

boleh dihibahkan atau diwaris-

kan.

2) Memperhatikan hadits dari

Ibn Umar tentang Wakaf Sa-

habat Umar Ibn Khattab, yaitu

mengusahakan keuntungan dari

harta benda, yang hasilnya untuk

kemaslahatan umum.

3) Uang memiliki fleksibilitas

(keluwesan ) dan kemaslahatan

besar yang tidak dimiliki oleh

benda lain.

KEBOLEHAN WAKAF TUNAI

Page 15: Publication wakaf02

Wakaf selalu identic dengan lahan atau bangunan tetap.

Bangunan wakaf selalu dipersepsikan sebagai bangunan yang

bermanfaat tetapi tidak menghasilkan. Bermanfaat dalam ar-

tian, ia selalu memberi manfaat kepada orang banyak, tetapi

tidak menghasilkan secara ekonomis, sehingga tidak dapat

berkembang. Jika bangunan berwujud masjid seluas 7 x 7 me-

ter misalnya, maka ia akan tetap seperti itu terus, tidak

berkembang, menjadi lebih luas.

Persepsi terhadap wakaf seperti di atas, mengakibatkan wakaf

seabgai bentuk amal jariyah, yang dititipkan oleh wakif, tidak

memiliki tingkat produktivitias. Padahal, dalam sejarah Nabi,

berbagai harta benda wakaf, punya peluang untuk

menghasilkan laba, dari laba tersebut digunakan untuk

kepentingan bersama. Selain factor persepsi bahwa wakaf itu

identic dengan harta tak bergerak, juga persepsi bahwa benda

wakaf itu kurang penting jika dikembangkan.

Ini lah yang menyebabkan potensi wakaf kurang dimaksimal-

kan. Wakaf berupa lahan dan bangunan, atau jenis wakaf ben-

da tak bergerak, memiliki kelemahan, yaitu kurang fleksibel

untuk dikembangkan. Hal ini berbeda dengan wakaf uang tun-

ai, karena mudah untuk diinvestasikan dalam berbagai bentuk

usaha, yang sekiranya lebih produktif.

Keunggulan lainnya dari wakaf tunai dibandingkan dengan

wakaf barang tak bergerak adalah, siapapun bisa berwakaf

uang. Selama ini, hanya orang yang memiliki lahan yang luas

atau orang kaya saja yang dapat berwakaf. Karena wakaf iden-

tic dengan tanah, dan tanah identic dengan harga tinggi yang

relative tak terjangkau oleh kelompok kelas ekonomi menen-

gah atau ke bawah.

Wakaf tunai jelas punya kemudahan dalam mengurus admin-

istrasinya daripada wakaf tanah, karena wakaf tanah berkaitan

dengan pengurusan sertifikat tanah oleh Badan Pertanahan

Nasional, dan segala sesuatunya yang berkaitan dengan

pemindahan status kepemilikan tanah. Sedangkan, wakaf tun-

ai, hanya berupa sertifikat wakaf uang. Seseorang tidak diha-

ruskan untuk berwakaf dengan jumlah tertentu dengan nilai

tinggi, melainkan dengan nilai yang terjangkau. Misalnya,

untuk membangun masjid, untuk pembebasan lahan, maka

pihak takmir menyelenggarakan penggalangan dana wakaf.

Siapapun bisa menyumbang hingga terkumpul untuk mem-

bebaskan tanah yang pada akhirnya untuk pembangunan mas-

jid atau untuk areal pekuburan.

Potensi wakaf tunai dapat digunakan pula untuk usaha bisnis

yang hasilnya untuk kemaslahatan ummat, seperti wakaf Say-

yidina Umar Bin Khottob yang menyedekahkan hasil perke-

bunan miliknya untuk faqir miskin, untuk memerdekakan bu-

dak sampai pada musafir. Wakaf sumur Raumah sendiri

berkembang demikian pesat, dari masa kenabian hingga masa

sekarang. Dari sebuah sumur tua, dikembangkan menjadi areal

pertanian yang menghasilkan kurma, sampai pembangunan

hotel berbintang Lima di Kota Madinah Modern sekarang ini.

Bagaimana besarnya potensi wakaf di Indonesia?

Indonesia adalah Negara dengan mayoritas muslim, yaitu

sebanyak 200‟an juta populasi kaum muslimin di negeri ini.

Jika 5% diantaranya (sekitar 10 juta ummat Islam Indonesia),

mewakafkan uang Rp. 10.000,00 per bulan, jika dijumlahkan

akan menjadi 100 Milyar selama satu bulan, dan 1,2 Triliun

dalam satu tahun. Jika dari modal sebesar ini setidaknya akan

memberi keuntungan 10% dari total modal, maka didapatkan

per tahun akan menghasilkan laba sebesar 120 Miliar/tahun.

Bagaimana jika ummat Islam dapat melakukan wakaf untuk

investasi selama 5 tahun, dengan Nazhir yang professional?

Potensi dan pemanfaatannya ini, akan mampu menyelesaikan

persoalan ummat islam. Namun, penghimpunan dan pengel-

olaan potensi ini akan segera terwujud, jika seluruh ummat

Islam, baik dari swasta, pemerintahan, lembaga Ulama (MUI),

Ormas Islam, Media-media konvensional, mempunyai visi

yang sama dalam mengkampanyekan gerakan wakaf uang.

Misalnya di bidang mikrobisnis, dapat dipakai untuk investasi

kepada kerajinan dan peternakan. 10% dari hasil bersih diberi-

kan kepada Nazhir wakaf (pengelola dana wakaf), sedangkan

sisanya disalurkan untuk kepentingan umum atau untuk

menambah akun rekening dari modal awal. Sedangkan untuk

investasi jangka panjang, dapat dipakai untuk mengem-

bangkan swalayan atau membangun pabrik-pabrik dengan

skala menengah atau besar, yang dapat menampung ribuan

pekerja muslim, yang hasilnya dipakai untuk didistribusikan

kepada yayasan-yayasan yatim piatu atau diberikan secara

langsung kepada faqir miskin.

Dana wakaf tersebut dapat diinvestasikan secara langsung

sebagaimana contoh di atas, tetapi dapat dipakai pula sebagai

investasi tidak langsung, misalnya melalui perbankan dengan

cara Deposito. Dengan cara tersebut, maka akan dihasilkan

investasi tiap bulan. “Kelemahan” dari wakaf uang adalah, bah-

wa dalam wakaf, harta benda (dalam wujud uang) tidak boleh

berkurang nilainya (nilai pokoknya), sehingga perlu kehati-

hatian dan profesionalisme dalam pengelolaannya. Jika ke de-

pannya merugi, dan nilai pokoknya berkurang, maka

tanggungjawabnya ada pada diri Nazhir terhadap Allah Swt.

Apakah sumber daya nazhir untuk mengembangkan wakaf

uang dapat terpenuhi?

Wallahu A’lam Bish Showwab

MENGHITUNG POTENSI WAKAF UANG DI INDONESIA

Page 16: Publication wakaf02