rasio gini - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29gini...

52

Upload: vuongtram

Post on 12-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk
Page 2: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk
Page 3: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

RASIO GINI

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

2016

No. ISBN : -

No. Publikasi : 34030.17.028

Penulis :

Yanis Habibie, S.ST., M.Stat.

Penyunting :

Heri Minto Widodo, S.Si.

Paulus Henri Laksono, S.ST

Desain Sampul :

Buhari Muslim, S.ST.

Diterbitkan oleh :

Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

May be cited with reference to the source

Page 4: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

i

SAMBUTAN

Dengan ridho dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, Pemerintah

Kabupaten Gunungkidul dapat menyelesaikan Publikasi “Rasio Gini Kabupaten

Gunungkidul Tahun 2016” yang merupakan kerjasama antara Dinas

Komunikasi dan Informatika Kabupaten Gunungkidul dengan Badan Pusat

Statistik (BPS) Kabupaten Gunungkidul. Publikasi ini merupakan

kesinambungan dari publikasi sejenis beberapa tahun sebelumnya.

Sebagai indikator pembangunan ekonomi makro, publikasi ini

memberikan indikator mengenai beberapa tingkat pemerataan pendapatan

dan bagaimana distribusi pendapatan yang diterima masyarakat sebagai

akibat semakin meningkatnya aktivitas pembangunan di segala bidang

terutama pembangunan di bidang ekonomi. Indikator ini dapat dijadikan

kerangka acuan rencana pembangunan ke depan, sehingga pembangunan

ekonomi akan lebih terarah.

Publikasi Rasio Gini Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016 memiliki arti

yang sangat urgen dan strategis bagi semua pihak terutama bagi pemegang

kebijakan pembangunan dalam program pengentasan kemiskinan dan

perencanaan program pembangunan di Kabupaten Gunungkidul. Kami

berharap, para pengguna data dapat memanfaatkannya secara optimal.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

secara aktif membantu dalam penerbitan publikasi ini.

Wonosari, November 2017

Dinas Komunikasi dan Informatika

Kabupaten Gunungkidul

Kepala,

Ir. Purnamajaya, M.UM

NIP. 19620524 199303 1 002

Page 5: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk
Page 6: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

iii

KATA PENGANTAR

Ketimpangan distribusi pendapatan penduduk menjadi hal yang

sangat penting untuk dikaji, selanjutnya dilakukan upaya untuk

menguranginya. Publikasi Rasio Gini Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

merupakan publikasi yang mengkaji tentang ketimpangan distribusi

pendapatan di Kabupaten Gunungkidul.

Secara khusus, pembahasan dalam publikasi ini menyajikan data

distribusi pendapatan yang disertai dengan ukuran tingkat ketimpangan

pendapatan penduduk. Sebagai penunjang juga dipaparkan secara garis besar

data kemiskinan karena umumnya pada daerah-daerah yang sedang giat

membangun terdapat hubungan antara ketimpangan pendapatan dan

kemiskinan.

Dengan terwujudnya publikasi ini kami menyampaikan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak pada Dinas Komunikasi dan

Informatika Kabupaten Gunungkidul atas kerjasama yang telah terjalin baik

selama ini. Ucapan yang sama juga tertuju kepada semua pihak yang turut

berperan dan membantu hingga tersusunnya publikasi ini.

Akhir kata, saran dan kritik untuk perbaikan buku ini di masa

mendatang akan kami terima dengan tangan terbuka. Semoga buku ini

bermanfaat bagi berbagai pihak.

Wonosari, November 2017 Badan Pusat Statistik

Kabupaten Gunungkidul Kepala,

Drs. Sumarwiyanto NIP. 19670713 199303 1 001

Page 7: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk
Page 8: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

v

ABSTRAKSI

Pemerataan distribusi pendapatan penduduk Kabupaten Gunungkidul

pada 2016 menunjukkan ketimpangan yang lebih tinggi dibandingkan pada

2015. Gambaran Kurva Lorenz distribusi pendapatan penduduk Kabupaten

Gunungkidul pada 2016 lebih menjauh dari garis diagonal, artinya lebih tidak

terdistribusi merata dan lebih timpang dibandingkan tahun sebelumnya.

Indikator ketimpangan yang diukur berdasarkan nilai Rasio Gini

memberikan angka sebesar 0,3337 pada 2016 dan menurut Oshima masuk

dalam kategori ketimpangan ‘moderat’. Kondisi ini menunjukkan distribusi

pendapatan yang semakin timpang dibandingkan dengan tahun sebelumnya

dengan Rasio Gini sebesar 0,3190. Perubahan tingkat ketimpangan distribusi

pendapatan terjadi baik di daerah perkotaan maupun di perdesaan.

Hasil pengukuran ketimpangan berdasarkan Kriteria Bank Dunia juga

memberikan kesimpulan yang sama. Pada kelompok 40 persen penduduk

berpendapatan terendah yang menjadi kelompok referensi hanya menguasai

19,76 persen dari total pendapatan yang dibelanjakan oleh penduduk di

Kabupaten Gunungkidul. Persentase pendapatan yang dinikmati oleh

kelompok 40 persen penduduk berpendapatan terendah ini lebih rendah

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 21,20 persen.

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2016

mencapai 139,15 ribu orang, atau 19,34 persen dari seluruh penduduk

Kabupaten Gunungkidul. Dengan demikian terjadi penurunan jumlah

penduduk miskin sebesar 15,85 ribu orang dibandingkan tahun 2015.

Demikian halnya garis kemiskinan mengalami kenaikan, yaitu dari Rp 250.630,-

per kapita sebulan pada 2015 menjadi Rp 264.637,- per kapita sebulan pada

2016. Indeks kedalaman kemiskinan (P1) mencapai 4,16 dan indeks keparahan

kemiskinan (P2) tercatat 1,30; lebih rendah dari tahun sebelumnya yang

tercatat 4,55 untuk P1 dan 1,33 untuk P2. Penurunan nilai kedua indeks ini

berindikasi kecenderungan rata-rata pengeluaran penduduk miskin di

Kabupaten Gunungkidul makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan

pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.

Page 9: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk
Page 10: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

vii

DAFTAR ISI

SAMBUTAN .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii

ABSTRAKSI .......................................................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Maksud dan Tujuan ............................................................................ 2

1.2. Manfaat .............................................................................................. 3

1.3. Sumber Data ....................................................................................... 3

1.4. Sistematika Penulisan ......................................................................... 3

BAB II. METODE ANALISIS ................................................................................... 5

Kurva Lorenz ....................................................................................... 7 2.1.

Rasio Gini (Gini Ratio) ......................................................................... 9 2.2.

Ketimpangan Relatif (Relative Inequality) Kriteria Bank Dunia ........ 10 2.3.

Konsep Kemiskinan ........................................................................... 12 2.4.

BAB III. PEMBAHASAN ...................................................................................... 17

3.1. Pola Konsumsi Rumah Tangga ............................................................... 17

3.2. Kurva Lorenz ......................................................................................... 20

3.3. Rasio Gini (Gini Ratio) ............................................................................ 23

3.4. Ketimpangan Relatif (Relative Inequality) Kriteria Bank Dunia ............. 24

3.5. Kemiskinan ............................................................................................. 26

Page 11: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

viii

BAB IV. PENUTUP ............................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 35

Page 12: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Persentase Penduduk Menurut Kelompok Pengeluaran Per Kapita

Sebulan dan Tipe Daerah di Kabupaten Gunungkidul, 2016 ........... 19

Tabel 3.2. Rasio Gini Menurut Tipe Daerah di Kabupaten Gunungkidul, 2015-

2016 ................................................................................................. 23

Tabel 3.3. Distribusi Pendapatan Berdasarkan Kriteria Bank Dunia Menurut

Tipe Daerah di Kabupaten Gunungkidul, 2015-2016 ....................... 25

Tabel 3.4. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota

di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014-2016 ...................... 28

Page 13: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk
Page 14: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kurva Lorenz .............................................................................. 8

Gambar 3.1. Persentase Pengeluaran per Kapita per Bulan Menurut Jenis

Komoditi, 2015-2016 ............................................................... 18

Gambar 3.2. Kurva Lorentz Distribusi Pendapatan Penduduk Gunungkidul,

2015-2016 ............................................................................... 21

Gambar 3.3. Kurva Lorentz Distribusi Pendapatan Penduduk Gunungkidul

Menurut Tipe Daerah, 2016 .................................................... 22

Gambar 3.4. Perkembangan Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di

Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009-2016 ............................... 29

Gambar 3.5. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan

Kemiskinan (P2) Kabupaten Gunungkidul, 2009-2016 ............ 31

Page 15: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk
Page 16: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

1

BAB I. PENDAHULUAN

embangunan merupakan rangkaian proses perubahan struktural yang

dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Pembangunan pada dasarnya memiliki dua sasaran utama, yaitu

sasaran untuk mewujudkan kemakmuran regional (wilayah) dan sasaran untuk

mewujudkan kemakmuran masyarakat. Kemakmuran regional berarti bahwa

pembangunan bertujuan menghasilkan terwujudnya kondisi umum yang

dinginkan, yaitu terwujudnya kondisi fisik regional yang maju meliputi sarana

dan prasarana, perumahan dan lingkungan pemukiman, kegiatan ekonomi

masyarakat, fasilitas pelayanan sosial di bidang pendidikan, kualitas hidup dan

lainnya. Sedangkan sasaran pembangunan untuk kemakmuran masyarakat

akan lebih banyak ditekankan pada pembangunan penduduk. Dalam kaitannya

dengan sasaran ini, program dan kegiatan lebih banyak diarahkan pada

peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bentuk pengembangan

pendidikan, peningkatan pelayan kesehatan masyarakat, dan peningkatan

penerapan teknologi tepat guna (Djamester, 2009).

Sejak diundangkannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah, maka pemerintah daerah diberikan kewenangan

menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Setiap daerah berlomba meningkatkan daya saing daerah dalam upaya

menggali sumber-sumber pendapatan yang potensial. Peningkatan

pendapatan diharapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi yang

merupakan salah satu indikator kinerja pembangunan daerah. Permasalahan

P

Page 17: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

2

pembangunan daerah bukan hanya bagaimana meningkatkan pertumbuhan

ekonomi, tetapi juga siapa yang menumbuhkan perekonomian dan yang

menikmati hasil-hasilnya serta bagaimana distribusi pendapatan.

Kemiskinan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari ketimpangan

distribusi pendapatan penduduk. Tingkat ketimpangan distribusi pendapatan

penduduk yang semakin tinggi menunjukkan bahwa semakin lebar

kesenjangan pendapatan orang kaya dan orang miskin. Bila kondisi seperti ini

yang terjadi di suatu daerah, berarti pembangunan yang dilaksanakan lebih

berpihak kepada segelintir orang kaya, sedangkan orang miskin tidak

menikmatinya.

1.1. Maksud dan Tujuan

Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang perlu

dicermati karena pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan relatif. Banyak

ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur ketimpangan distribusi

pendapatan penduduk. Namun pada kajian ini dibatasi pada ukuran

ketimpangan distribusi pendapatan dengan ukuran kuantitatif yang

digambarkan dalam Kurva Lorenz, Rasio Gini, dan Ketimpangan Relatif

(Relative Inequality) Kriteria Bank Dunia. Ukuran-ukuran tersebut merupakan

ukuran besar kecilnya bagian pendapatan yang diterima oleh penduduk.

Kajian ini bertujuan untuk mengamati distribusi dan ketimpangan pendapatan

di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2016, dibandingkan dengan

ketimpangan tahun-tahun sebelumnya, ketimpangan antara daerah perkotaan

dan perdesaan serta antar kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selain itu, dengan analisis ini akan diperoleh gambaran kondisi kemiskinan

penduduk Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2016.

Page 18: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

3

1.2. Manfaat

Indikator ketimpangan distribusi pendapatan dapat digunakan sebagai bahan

untuk menelaah berbagai kemungkinan yang dapat ditawarkan dalam analisis

ekonomi untuk memecahkan persoalan ketimpangan dan kemiskinan. Kajian

ini juga dapat digunakan untuk menggali kebijakan alternatif yang akan

diterapkan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam mengurangi

ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan di wilayahnya.

1.3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam publikasi ini bersumber dari Survei Sosial Ekonomi

Nasional (SUSENAS) 2016. Dalam operasionalnya di lapangan untuk

mendapatkan data pendapatan rumah tangga bukanlah hal yang mudah.

Keterbukaan dan kesediaan rumah tangga sendiri untuk memberikan

informasi yang sesungguhnya masih dirasa kurang kooperatif, sehingga

informasi pendapatan rumah tangga akan cenderung under estimate. Maka

dalam penghitungan indikator-indikator ketimpangan dalam kajian ini tingkat

pendapatan rumah tangga didekati dengan pendekatan total pengeluaran

atau konsumsi rumah tangga (consumption approach). Namun, pendekatan

pengeluaran memiliki beberapa kelemahan di antaranya adalah yang

menyangkut tabungan (saving). Bagian pendapatan yang ditabung

menyebabkan jumlah pengeluaran lebih kecil dari pada pendapatan. Hal lain

adalah transfer pendapatan, di mana seseorang memberikan sebagian

pendapatan ke pihak lain.

1.4. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan, materi dalam buku

ini dibagi dalam empat bab. Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang yang

Page 19: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

4

mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

dan kemiskinan, serta tujuan dan sistematika penulisan. Bab II Metode

Analisis, mengupas secara singkat ukuran yang digunakan dan metode yang

digunakan, serta paparan teoritis tentang ketimpangan distribusi pendapatan

penduduk dan kemiskinan. Bab III Pembahasan, merupakan inti dari publikasi

ini, yang menganalisis hasil penghitungan ketimpangan distribusi pendapatan

penduduk berdasarkan Kurva Lorenz, Rasio Gini, dan Ketimpangan Relatif

(Relative Inequality) Kriteria Bank Dunia, serta membahas mengenai penduduk

miskin dan profil kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul. Bab IV Kesimpulan,

berupa kesimpulan atau ringkasan dari hasil analisis masing-masing metode

pengukuran.

Page 20: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

5

BAB II. METODE ANALISIS

egiatan ekonomi dalam suatu sistem perekonomian pada dasarnya

ada tiga kegiatan utama yaitu kegiatan produksi barang/jasa,

konsumsi barang/jasa dan investasi. Dalam kegiatan memproduksi

barang/jasa selanjutnya akan menghasilkan pendapatan sebagai nilai produksi

yang dihasilkan dan pendapatan tersebut akan diterima faktor-faktor produksi

yang dimiliki oleh berbagai golongan penduduk. Menurut Simon Kuznets

dalam Aisyah (2003), perkembangan sektor-sektor perekonomian khususnya

Sektor Industri akan menentukan perkembangan perekonomian suatu wilayah

dan akan mempengaruhi pola distribusi dan pemerataan pendapatan.

Ahluwalia dalam Sadono (2006) memberikan dua gambaran mengenai

keadaan distribusi pendapatan, yaitu distribusi pendapatan relatif dan

distribusi pendapatan mutlak. Yang dimaksud dengan distribusi pendapatan

relatif adalah perbandingan jumlah pendapatan yang diterima oleh berbagai

golongan penerima pendapatan. Sedangkan distribusi pendapatan mutlak

adalah presentasi jumlah penduduk yang pendapatannya mencapai suatu

tingkat pendapatan tertentu atau kurang dari padanya.

Menurut Dumairy (1996), pemerataan pembagian pendapatan dapat ditinjau

dari tiga segi yaitu :

a) Pembagian pendapatan antar lapisan pendapatan masyarakat.

b) Pembagian pendapatan antar daerah, dalam hal ini antara daerah

perkotaan dan daerah perdesaan.

K

Page 21: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

6

c) Pembagian pendapatan antar wilayah, dalam hal ini antar

kabupaten/kota.

Banyak pendapat dari kalangan ekonomi tentang penyebab ketidakmerataan

distribusi pendapatan. Salah satunya pendapat Estudilo (1997) dalam Aisyah

(2003), berpendapat bahwa ketidakmerataan distribusi pendapatan

dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, meningkatnya proporsi rumah tangga

perkotaan. Distribusi pendapatan penduduk perkotaan biasanya lebih luas dari

pada penduduk perdesaan, karena bermacam-macam kelompok ekonomi ada

di perkotaan. Ketika struktur ekonomi bergeser dari sektor pertanian ke sektor

industri dan sektor jasa, maka jumlah penduduk perkotaan akan bertambah

lebih cepat dibandingkan jumlah penduduk perdesaan, sehingga ketimpangan

antar wilayah tersebut akan meningkat. Kedua, perubahan distribusi umur.

Semakin tinggi Angka Harapan Hidup berarti semakin lama hidupnya

seseorang, notabene jumlah penduduk usia tua akan meningkat. Karena

pendapatan penduduk usia tua biasanya lebih rendah dibandingkan penduduk

usia muda, maka peningkatan jumlah penduduk usia tua akan meningkatkan

jumlah rumah tangga berpendapatan rendah dan distribusi pendapatan akan

semakin tidak merata. Ketiga, meningkatnya jumlah anggota rumah tangga

sangat terdidik. Meningkatnya permintaan tenaga kerja terampil dan

berpendidikan tinggi mengakibatkan kompetisi dalam memperebutkan

peluang kerja di antara tenaga kerja terdidik sendiri atau bahkan tidak terdidik

akan semakin sulit. Jika mereka kalah dalam kompetisi, maka mereka akan

menerima pekerjaan apa saja yang berupah minimum dan mungkin

menganggur. Dengan demikian peningkatan penduduk terdidik menyebabkan

peningkatan ketidakmerataan antara penduduk yang memiliki pendidikan

tinggi dan yang hanya berpendidikan rendah. Keempat, ketidakmerataan

Page 22: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

7

tingkat upah. Pada umumnya upah merupakan bagian terbesar dari

penghasilan rumah tangga, sehingga memberikan kontribusi terbesar

terhadap ketidakmerataan pendapatan rumah tangga.

Menurut Oshima dalam Putri (2010) ada tiga faktor yang menyebabkan

perbedaan distribusi pendapatan di daerah perkotaan dan perdesaan, yaitu:

a) Faktor pendapatan, terutama di daerah perdesaan umumnya memiliki

pendapatan rata-rata per kapita yang lebih rendah dibandingkan daerah

perkotaan.

b) Penduduk desa lebih banyak bermata pencaharian di sektor pertanian

dibandingkan penduduk kota bukan pertanian.

c) Distribusi pendapatan yang lebih tinggi di daerah kota.

Daimon dan Thorbecke (1999) dalam BPS (2008) berpendapat bahwa

penurunan ketimpangan (perbaikan distribusi pendapatan) selalu tidak

konsisten dengan bertambahnya insiden kemiskinan kecuali jika terdapat dua

aspek yang mendasari inkonsistensi tersebut. Pertama, variasi distribusi

pendapatan dari kelas terendah meningkat secara drastis sebagai akibat krisis.

Kedua, merupakan persoalan metodologi berkaitan dengan keraguan dalam

pengukuran kemiskinan dan indikator ketimpangan.

Kurva Lorenz 2.1.

Kurva Lorenz diambil dari nama Conrad Lorenz, seorang ahli statistik Amerika

yang pada tahun 1905 menemukan diagram yang sering digunakan untuk

menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan menurut kelompok-

kelompok penduduk yang juga dihitung secara kumulatif. Kurva ini terletak di

dalam sebuah bujursangkar di mana sisi vertikal melambangkan persentase

Page 23: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

8

kumulatif pendapatan dan sisi horizontal mewakili persentase kumulatif

penduduk sebagai penerima pendapatan (Dumairy, 1996).

Penentuan tingkat ketimpangan berdasarkan Kurva Lorenz dilihat dari jarak

kurva ini ke garis diagonal. Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal

(semakin lurus) menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang semakin

merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin jauh dari diagonal (semakin

lengkung), maka ia mencerminkan keadaan yang semakin buruk, distribusi

pendapatan nasional semakin timpang dan tidak merata.

Pembuatan Kurva Lorenz dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Mengurutkan data pengeluaran dari nilai terkecil hingga terbesar.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Per

sen

rase

Pen

dap

atan

Persentase Penduduk

Gambar 2.1. Kurva Lorenz

Page 24: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

9

2) Menentukan desil pertama hingga ke sepuluh pada distribusi data

pengeluaran.

3) Menghitung besarnya nilai pendapatan pada masing-masing kelompok

desil.

4) Menentukan kumulatif pendapatan pada masing-masing kelompok desil.

5) Menghitung persentase kumulatif pendapatan dari masing-masing desil.

6) Memetakan dalam plot dua dimensi antara masing-masing desil sebagai

sisi horisontal dengan nilai persentase kumulatif pendapatan pada sisi

vertikal.

Rasio Gini (Gini Ratio) 2.2.

Untuk melihat ketimpangan pendapatan penduduk, salah satu indikator yang

sering dipakai adalah Rasio Gini. Ide dasar perhitungan Rasio Gini sebenarnya

berasal dari upaya pengukuran luas suatu kurva (yang kemudian dinamakan

Kurva Lorenz) yang menggambarkan distribusi pendapatan untuk seluruh

kelompok pengeluaran. Kelompok pengeluaran dimaksud sejak tahun 2012

dilakukan perubahan dari kelompok pengeluaran tetap menjadi desil

penduduk menurut pengeluaran, karena kurang sensitifnya kelompok

pengeluaran tetap terhadap inflasi yang menyebabkan perubahan nilai

nominal pengeluaran.

Secara ilustrasi, luas Kurva Lorenz merupakan luas daerah di bawah garis

diagonal yang dibatasi dengan kurva pada suatu persegi empat. Perbandingan

atau rasio antara luas daerah Kurva Lorenz dengan luas daerah di bawah garis

diagonal dapat diperoleh nilai Rasio Gini. Secara matematis, untuk

menghitung Rasio Gini dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

Page 25: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

10

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐺𝑖𝑛𝑖 = 1 − ∑𝑃𝑖(𝑄𝑖 + 𝑄𝑖−1)

10.000

𝑘

𝑖=1

Keterangan :

Pi = Persentase penduduk pada kelas pengeluaran ke-i

Qi = Persentase kumulatif jumlah pengeluaran kelas pengeluaran ke-i

K = Jumlah kelas pengeluaran yang dibentuk

Nilai Rasio Gini berkisar antara 0 hingga 1. Jika nilai Rasio Gini semakin

mendekati satu maka dikatakan tingkat ketimpangan pendapatan penduduk

makin melebar, atau mendekati ketimpangan sempurna. Sebaliknya, semakin

mendekati 0 distribusi pendapatan semakin merata, atau mendekati

pemerataan sempurna. Menurut Oshima, nilai Rasio Gini dibagi menjadi tiga

tingkatan. Nilai Rasio Gini kurang dari 0,3 masuk dalam kategori ketimpangan

yang rendah, nilai antara 0,3 hingga 0,5 masuk dalam kategori moderat, dan

nilai lebih besar dari 0,5 dikatakan berada dalam ketimpangan yang tinggi.

Ketimpangan Relatif (Relative Inequality) Kriteria Bank Dunia 2.3.

Pola distribusi pendapatan masyarakat yang didasarkan pada hasil

penghitungan Rasio Gini barulah menggambarkan tingkat pemerataan

pendapatan secara global. Sejauh mana atau berapa bagian yang diterima

oleh kelompok berpendapatan terendah/miskin belum nampak jelas.

Sehubungan dengan hal tersebut, Pusat Penelitian Bank Dunia (World Bank)

dan Lembaga Studi Pembangunan Universitas Sussex mengembangkan suatu

ukuran yang dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai masalah

ketimpangan (Inequality) melalui indikator yang disebut ketimpangan relatif

(relative inequality) Kriteria Bank Dunia. Ketimpangan relatif diartikan sebagai

Page 26: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

11

ketimpangan dalam distribusi pendapatan yang diterima oleh berbagai

golongan masyarakat.

Ketimpangan relatif didasari dengan adanya teori kemiskinan relatif.

Kemiskinan relatif dihitung dengan standar minimum yang disusun

berdasarkan kondisi hidup suatu daerah pada waktu tertentu dan perhatian

terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40

persen lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut

pendapatan/pengeluaran. Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin.

Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi

pendapatan/pengeluaran penduduk sehingga dengan menggunakan definisi

ini berarti “orang miskin selalu hadir bersama kita” (BPS, 2008).

Bank Dunia mengelompokkan penduduk pada tiga kelompok sesuai dengan

besarnya pendapatan, 40 persen penduduk dengan pendapatan rendah, 40

persen penduduk dengan pendapatan menengah, dan 20 persen penduduk

dengan pendapatan tinggi. Berdasarkan Kriteria Bank Dunia, indikator

kesenjangan pendapatan diukur dengan menghitung persentase pendapatan

penduduk dari 40 persen penduduk yang berpendapatan terendah

dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk. Kesenjangan distribusi

pendapatan dikategorikan :

Tingkat ketimpangan tinggi (high inequality), bila proporsi jumlah

pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah

terhadap total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12 persen;

Tingkat ketimpangan sedang (moderate inequality), bila proporsi jumlah

pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah

terhadap total pendapatan seluruh penduduk antara 12-17 persen;

Page 27: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

12

Tingkat ketimpangan rendah (low inequality), bila proporsi jumlah

pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah

terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17 persen.

Berdasarkan kriteria Bank Dunia di atas, dapat dilihat bahwa pendapatan yang

diterima oleh masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah (40 persen

penduduk berpenghasilan menengah) dan atas (20 persen penduduk

berpenghasilan tertinggi) tidaklah diperhatikan. Seandainya ada perubahan

penerimaan pendapatan pada masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah

dan atas, tidak akan berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan

berdasarkan kriteria Bank Dunia ini.

Konsep Kemiskinan 2.4.

Secara umum kemiskinan didefinisikan sebagai suatu kondisi kehidupan di

mana sejumlah penduduk tidak mampu mendapatkan sumber daya yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok (basic needs) minimum dan mereka

hidup di bawah tingkat kebutuhan minimum (Todaro dan Smith, 2006).

Kebutuhan hidup pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial

dalam bentuk uang (BPS, 2007). Nilai kebutuhan minimum kebutuhan dasar

tersebut digambarkan dengan garis kemiskinan (GK), yaitu batas minimum

pengeluaran per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum

makanan dan non makanan (Zulfachri, 2006 dalam BPS, 2007). Penduduk

dengan pendapatan berada di bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai

penduduk miskin.

Ada dua pendekatan utama yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat

kemiskinan, yaitu pendekatan pendapatan/pengeluaran dan pendekatan

dengan memasukkan komponen-komponen sosial. Pendekatan pendapatan/

Page 28: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

13

pengeluaran dihitung berdasarkan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar

(basic needs approach). Sedangkan pendekatan kedua dilakukan karena

banyaknya faktor yang mempengaruhi sulitnya mendefinisikan kemiskinan

dari sisi pendapatan/pengeluaran. Indikator sosial sering dipakai sebagai tolok

ukur tambahan. Beberapa indikator sosial yang sering dipakai sebagai

indikator atau tolok ukur kemiskinan antara lain: usia harapan hidup (life

expectancy), kematian bayi, asupan gizi, proporsi pendapatan yang dipakai

untuk membeli makanan, tingkat pendidikan, akses kesehatan, dan

ketersediaan serta kebersihan air minum.

Pendekatan pengukuran kemiskinan terus mengalami perkembangan dari

waktu ke waktu. Ukuran kemiskinan yang sering digunakan Bank Dunia adalah

menggunakan batas kemiskinan Purchasing Power Parity (PPP) US$ per kapita

per hari. Batas kemiskinan menggunakan PPP US$ ini sering disalahartikan

dengan menggunakan nilai tukar biasa (exchange rate) untuk mendapatkan

garis kemiskinan. Sehingga ada anggapan, jika misalkan nilai tukar adalah Rp.

10.000 per satu dolar, maka garis kemiskinan 1 PPP US$ per kapita per hari

menjadi Rp. 300.000 per kapita per bulan, padahal bukan seperti ini

pengertian yang dimaksud. Nilai tukar yang digunakan di dalam penghitungan

garis kemiskinan 1 PPP US$ adalah nilai tukar dolar PPP (Purchasing Power

Parity). Nilai tukar PPP menunjukkan daya beli mata uang di suatu negara,

dalam hal ini US$, untuk membeli barang dan jasa yang “sama” di negara lain.

Contoh sederhananya adalah sebagai berikut, apabila di Indonesia seseorang

membeli beras seharga Rp. 5.000 per liter, sementara di Amerika satu liter

beras dengan kualitas yang sama harganya adalah 1 (satu) US$, dengan nilai

tukar biasa artinya Rp. 10.000, tetapi dengan pengertian nilai tukar PPP, maka

orang di Indonesia yang membeli beras tadi dianggap telah membelanjakan 1

Page 29: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

14

US$, walaupun pada kenyataannya dia hanya mengeluarkan Rp. 5.000. Saat ini

ukuran yang digunakan oleh Bank Dunia adalah: a) PPP US $ 1,25 per kapita

per hari yang diperkirakan ada sekitar 1,38 miliar penduduk dunia yang hidup

di bawah ukuran tersebut; b) PPP US $ 2 perkapita per hari, yaitu sekitar 2,09

miliar penduduk yang hidup di bawah ukuran tersebut.

Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung garis kemiskinan menggunakan

konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach)

dengan data SUSENAS-nya. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang

sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Metode yang

digunakan adalah menghitung garis kemiskinan, yang terdiri dari dua

komponen yaitu garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non-

makanan, sehingga garis kemiskinan merupakan penjumlahan garis

kemiskinan makanan dengan garis kemiskinan non makanan. Garis kemiskinan

makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2.100 kalori per kapita per hari, sedangkan garis

kemiskinan non-makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan,

sandang, pendidikan, dan kesehatan.

Head Count Index merupakan persentase penduduk miskin yang berada di

bawah Garis Kemiskinan (GK). Ukuran ini belum memberikan petunjuk

seberapa miskin kaum miskin atau tingkat keparahan kemiskinan yang

diderita. Jika terjadi perubahan kemiskinan, katakanlah menjadi lebih miskin,

tidak dapat diketahui hanya menggunakan Head Count Index tersebut.

Misalnya pada tahun 2016 penduduk miskin di Gunungkidul mencapai 19,34

persen atau 139,15 ribu jiwa. Apabila ada di antara penduduk miskin ini

menjadi lebih miskin lagi atau sebaliknya kehidupannya membaik namun

Page 30: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

15

masih tetap di bawah garis kemiskinan maka dengan hanya memiliki Head

Count Index belum dapat diketahui perubahan yang terjadi.

Berdasarkan pendekatan kebutuhan, ada 3 indikator kemiskinan yang

digunakan, yaitu:

Head Count Index (P0), yaitu persentase penduduk miskin yang berada di

bawah garis kemiskinan.

Indeks kedalaman kemiskinan/poverty gap index (P1) yang merupakan

ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk

miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh

rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

Indeks keparahan kemiskinan/poverty severity index (P2) yang memberikan

gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.

Foster-Greer-Thorbecke/FGT (1984) dalam BPS (2016) telah merumuskan

suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan, yaitu :

𝑃𝛼 =1

𝑛∑ [

𝑧 − 𝑦𝑖

𝑧]

𝛼𝑞

𝑖=1

Di mana :

𝑃𝛼 = Indeks kemiskinan, (= 0,1,2)

𝑛 = Jumlah penduduk suatu daerah

𝑧 = Garis kemiskinan suatu daerah

𝑦𝑖 = Pengeluaran per kapita penduduk di bawah garis kemiskinan

(𝑖 = 1,2, … , 𝑞), 𝑦𝑖 < 𝑧

𝑞 = Banyaknya penduduk yang berada di bawah kemiskinan

Page 31: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

16

Jika = 0, maka 𝑃0 = 𝑞 𝑛⁄ , merupakan Head Count Index (P0) bila dikalikan

100 persen, atau sama dengan persentase penduduk miskin. Jika = 1 maka

P1 menunjukkan rata-rata agregat kesenjangan kemiskinan penduduk di suatu

daerah. Atau dengan kata lain P1 memberikan petunjuk tentang kedalaman

kemiskinan (poverty gap index). Apabila P1 dibagi dengan P0 maka hasil bagi

P1/P0 merupakan persentase rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk

miskin terhadap garis kemiskinan. Kemudian jika = 2 maka P2 disebut indeks

keparahan kemiskinan (poverty severity index).

Indeks P1 tersebut belum memberikan indikasi tentang gambaran distribusi

pendapatan kaum miskin, karena indeks tersebut tidak sensitif terhadap

distribusi pendapatan. Dengan kata lain, P1 belum dapat menangkap tingkat

keparahan kemiskinan. Untuk mengetahui sensitivitas distribusi pendapatan di

antara kaum miskin digunakan P2. Makin besar nilai P2, makin parah tingkat

kemiskinan suatu daerah.

Page 32: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

17

BAB III. PEMBAHASAN

embangunan ekonomi dilakukan tidak hanya mengejar pertumbuhan

ekonomi secara makro, tetapi juga harus memperhatikan pemerataan

pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang cepat tidak

dengan sendirinya diikuti oleh pertumbuhan atau perbaikan distribusi

pendapatan bagi segenap penduduk (Todaro dan Smith, 2006). Pembangunan

yang hanya terfokus pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan

menimbulkan dua masalah krusial yakni kesenjangan ekonomi dan tingkat

kemiskinan. Kesenjangan ekonomi yang dimaksud adalah adanya ketimpangan

yang besar dalam distribusi pendapatan. Distribusi pendapatan mencerminkan

merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu wilayah di

kalangan penduduknya. Oleh karena itu, pembangunan yang dilakukan

diharapkan tidak hanya untuk mencapai target tingkat pertumbuhan, tetapi

juga menghasilkan pemerataan bagi masyarakat.

3.1. Pola Konsumsi Rumah Tangga

Pola konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat

memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin

tinggi pendapatan maka porsi pendapatan untuk pengeluaran akan bergeser

dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan atau dengan

kata lain bahwa semakin tinggi pendapatan suatu rumah tangga, maka

persentase konsumsi untuk makanan akan semakin kecil, sedangkan

persentase konsumsi bukan makanan akan semakin besar.

P

Page 33: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

18

Rata-rata pengeluaran per kapita penduduk Kabupaten Gunungkidul pada

2016 mencapai 671.115 rupiah per bulan. Jika dibandingkan dengan rata-rata

pengeluaran per kapita pada 2015 yang hanya mencapai 541.114 rupiah,

terjadi kenaikan sebesar 24,02 persen. Kenaikan rata-rata pengeluaran per

kapita pada 2016 ini menggambarkan adanya peningkatan pendapatan dan

terjadi penurunan porsi pengeluaran makanan serta kenaikan porsi

pengeluaran bukan makanan. Kenyataan ini menunjukkan mulai terjadi

pergeseran pengeluaran makanan ke pengeluaran bukan makanan sehingga

diharapkan peningkatan pendapatan ini dapat meningkatkan kesejahteraan

penduduk.

Rata-rata pengeluaran per kapita merupakan salah satu cara dalam

penghitungan kemiskinan absolut (BPS, 2008). Dengan mempertimbangkan

tingkat konsumsi menurut skala ekonomi (economic scale) dalam konsumsi

akan diketahui distribusi penduduknya. Berdasarkan tabel 3.1 terlihat

kelompok pengeluaran 200.000 sampai 499.999 rupiah merupakan kelompok

terbesar dengan persentase yaitu sebesar 43,10 persen, kemudian diikuti oleh

kelompok pengeluaran 500.000 sampai 749.999 rupiah ke atas sebesar 22,08

persen. Sedangkan kelompok pengeluaran kurang dari 200.000 rupiah menjadi

55,61 52,71

44,39 47,29

2015 2016

Gambar 3.1. Persentase Pengeluaran per Kapita per Bulan Menurut Jenis Komoditi, 2015-2016

Makanan

Non Makanan

Page 34: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

19

kelompok pengeluaran paling sedikit yang hanya memiliki bagian 3,28 persen

dari total keseluruhan.

Tabel 3.1. Persentase Penduduk Menurut Kelompok Pengeluaran Per Kapita Sebulan dan Tipe Daerah di Kabupaten Gunungkidul, 2016

Kelompok Pengeluaran Per Kapita Sebulan

Tipe Daerah

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan

Perdesaan

(1) (2) (3) (4)

< 200.000 0,00 3,69 3,28

200.000-499.999 49,65 42,29 43,10

500.000-749.999 22,97 21,97 22,08

750.000-999.999 1,09 18,44 16,55

1.000.000-1.499.999 13,93 9,70 10,16

1.500.000 ke atas 12,36 3,90 4,82

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: Susenas 2016

Menurut status daerah, sesuai dengan premis umum bahwa penduduk

perkotaan relatif lebih sejahtera dibandingkan penduduk perdesaan terlihat

dari distribusi pengeluaran penduduk perkotaan yang cenderung pada nilai

konsumsi yang tinggi. Pada 2016 sebagian besar penduduk perkotaan sudah

berada pada kelompok pengeluaran 200.000 sampai 499.999 rupiah yaitu

sebanyak 49,65 persen, diikuti kelompok pengeluaran 500.000 sampai

749.999 rupiah sebanyak 22,97 persen, bahkan tidak ada yang berada pada

kelompok pengeluaran di bawah 200.000 rupiah. Sedangkan penduduk

perdesaan umumnya masih berada pada kelompok pengeluaran 200.000

sampai 499.999 rupiah, yaitu sebanyak 42,29 persen, kemudian baru diikuti

oleh kelompok pengeluaran 500.000 sampai 749.999 rupiah sebesar 21,97

Page 35: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

20

persen. Sedangkan pada kelompok pengeluaran di bawah 200.000 rupiah

sebanyak 3,69 persen lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk

perkotaan pada kelompok yang sama. Fakta ini memperlihatkan bahwa

kemiskinan umumnya tersebar di perdesaan. Menurut Todaro dan Smith

(2004) bahwa penduduk miskin umumnya bertempat tinggal di daerah

perdesaan dengan mata pencaharian pokok di bidang pertanian dan kegiatan

lain yang erat hubungannya dengan sektor ekonomi tersebut.

3.2. Kurva Lorenz

Kurva Lorenz distribusi pendapatan penduduk Kabupaten Gunungkidul pada

2016 bergeser jika dibandingkan dengan distribusi pendapatan pada 2015.

Pergeseran yang terjadi pada Kurva Lorenz relatif tidak signifikan, namun pola

yang tampak pada Gambar 3.1 menunjukkan bahwa pendapatan penduduk

Kabupaten Gunungkidul yang diukur dengan pengeluaran per kapita 2016

terdistribusi tidak merata dan sedikit lebih timpang dibandingkan tahun

sebelumnya. Hal ini berindikasi bahwa pola distribusi pendapatan penduduk

Kabupaten Gunungkidul masih tidak merata dan berakibat pada ketimpangan

pendapatan penduduk Kabupaten Gunungkidul sehingga perlu dilakukan

langkah-langkah guna mengurangi ketimpangan yang masih terjadi.

Page 36: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

21

Kemudian jika dibandingkan menurut tipe daerahnya bisa terlihat pada

Gambar 3.2 bahwa Kurva Lorenz distribusi pendapatan penduduk yang tinggal

di daerah perdesaan agak berjauhan dengan distribusi pendapatan penduduk

yang tinggal di daerah perkotaan. Distribusi pendapatan penduduk di daerah

perdesaan lebih dekat dengan garis diagonal pada kelompok pendapatan

rendah. Artinya distribusi pendapatan di perkotaan jauh lebih timpang

dibandingkan dengan perdesaan.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Pe

rse

nta

se P

en

gelu

aran

Persentase Penduduk

Gambar 3.2. Kurva Lorentz Distribusi Pendapatan Penduduk Gunungkidul, 2015-2016

2016

2015

Page 37: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

22

Sesuai dengan pendapatnya Profesor Oshima, perbedaan distribusi

pendapatan di Kabupaten Gunungkidul kemungkinan disebabkan karena rata-

rata pendapatan penduduk daerah perkotaan lebih tinggi daripada di daerah

perdesaan, penduduk yang tinggal di perdesaan lebih banyak yang bekerja di

Sektor Pertanian dan penduduk daerah perdesaan terdistribusi pada

kelompok pendapatan lebih rendah dari pada di daerah perkotaan.

Mengingat bahwa Kurva Lorenz tidak menunjukkan suatu nilai kuantitatif,

maka seberapa besar pergeseran kurva tersebut tidak terukur. Ukuran secara

kuantitatif akan dijelaskan pada subbab berikutnya, yaitu dengan Indikator

Rasio Gini.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Pe

rse

nta

se P

en

gelu

aran

Persentase Penduduk

Gambar 3.3. Kurva Lorentz Distribusi Pendapatan Penduduk Gunungkidul Menurut Tipe Daerah, 2016

Perkotaan

Perdesaan

Page 38: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

23

3.3. Rasio Gini (Gini Ratio)

Visualisasi dengan Kurva Lorenz menjelaskan distribusi pendapatan penduduk

tanpa memberikan nilai kuantitatif yang dapat dibandingkan. Dengan Rasio

Gini, ukuran tinggi atau rendahnya ketimpangan distribusi pendapatan

penduduk secara kuantitatif akan lebih terbandingkan.

Tabel 3.2. Rasio Gini Menurut Tipe Daerah di Kabupaten Gunungkidul, 2015-2016

Tipe Daerah

2015r 2016

Rasio Gini Kriteria Oshima

Rasio Gini Kriteria Oshima

(1) (2) (3) (4) (5)

Perkotaan 0,3810 Moderat 0,4066 Moderat

Perdesaan 0,3070 Moderat 0,3204 Moderat

Perkotaan dan Perdesaan

0,3190 Moderat 0,3337 Moderat

Sumber: Susenas, 2015r (revisi) - 2016

Pada tahun 2016, Rasio Gini Kabupaten Gunungkidul tercatat 0,3337, lebih

tinggi 0,0147 poin dibandingkan dengan Rasio Gini pada 2015. Hal ini berarti

distribusi pendapatan penduduk Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2016

lebih timpang dibanding tahun 2015. Dengan kata lain, pendapatan penduduk

Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2015 lebih merata dibandingkan pada

2016. Ketimpangan distribusi pendapatan ini terjadi di semua wilayah baik

perkotaan maupun perdesaan, dengan peningkatan derajat ketimpangan yang

berbeda.

Page 39: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

24

3.4. Ketimpangan Relatif (Relative Inequality) Kriteria Bank Dunia

Sesuai dengan penjelasan pada Bab sebelumnya, berdasarkan Kriteria Bank

Dunia indikator kesenjangan pendapatan juga dapat diukur dengan

menghitung persentase pendapatan penduduk dari 40 persen penduduk yang

berpendapatan terendah dibandingkan dengan total pendapatan seluruh

penduduk. Pada tahun 2016, 40 persen penduduk berpenghasilan terendah di

Kabupaten Gunungkidul menikmati bagian pendapatan sebesar 19,76 persen

dari total pendapatan masyarakat. Berdasarkan kriteria yang sudah dijelaskan

sebelumnya, pendapatan penduduk pada kelompok ini persentasenya masih

lebih dari 17 persen, sehingga masih dikategorikan pada distribusi pendapatan

dengan ketimpangan rendah (low inequality). Namun jika dibandingkan

dengan keadaan pada 2015 di mana 40 persen penduduk berpenghasilan

terendahnya menikmati bagian pendapatan yang lebih banyak yaitu 21,20

persen, maka dapat dikatakan bahwa distribusi pendapatan penduduk di

Kabupaten Gunungkidul pada 2016 relatif semakin tidak merata.

Berdasarkan Tabel 3.3, dapat kita lihat bahwa distribusi pendapatan penduduk

yang semakin timpang ini terutama disebabkan oleh meningkatnya persentase

distribusi pendapatan 20 persen penduduk berpenghasilan tertinggi yang naik

menjadi 41,07 persen pada 2016. Jika diklasifikasikan berdasarkan wilayah

perkotaan dan perdesaan, terlihat bahwa penyebab ketimpangan paling nyata

adalah meningkatnya porsi 20 persen penduduk berpendapatan tinggi di

perkotaan dalam menikmati pendapatan rumah tangga secara umum.

Peningkatan bagian pendapatan pada kategori 20 persen penduduk

berpenghasilan tertinggi tersebut tentu saja akan mereduksi porsi kelompok

lain terutama kelompok 40 persen pendapatan rendah. Dari ilustrasi di atas

Page 40: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

25

dapat dikatakan bahwa peningkatan pendapatan penduduk hanya dirasakan

oleh kalangan atas saja, dengan kata lain kesenjangan antara penduduk miskin

dan kaya semakin lebar.

Di wilayah perdesaan pergeseran porsi pendapatan antara kelompok

penduduk tidaklah setimpang di perkotaan, terlihat dari sedikitnya perubahan

porsi pendapatan 20 persen penduduk penghasilan tinggi yang berkurang

sekitar 0,32 poin. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kategori 40

persen pendapatan menengah mengalami penambahan sebesar 2 persen.

Kenaikan porsi pendapatan pada kelompok ini menggeser porsi pendapatan

40 persen penduduk berpenghasilan rendah sehingga turun sekitar 1,68 poin.

Tabel 3.3. Distribusi Pendapatan Berdasarkan Kriteria Bank Dunia Menurut Tipe Daerah di Kabupaten Gunungkidul, 2015-2016

Tipe Daerah

2015r 2016

Kota Desa Kota+ Desa

Kota Desa Kota+ Desa

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

40% Pendapatan Terendah

18,55 21,70 21,20 17,56 20,02 19,76

40% Pendapatan Menengah

35,12 38,54 37,90 32,94 40,54 39,16

20% Pendapatan Tertinggi

46,32 39,76 40,90 49,51 39,44 41,07

Sumber: Susenas, 2015r (revisi) - 2016

Ketimpangan distribusi pendapatan menjadi topik yang perlu dibahas secara

mendalam karena berkaitan dengan tingkat kemiskinan. Makin timpang

Page 41: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

26

distribusi pendapatan secara tidak langsung mencerminkan semakin banyak

penduduk miskin dalam suatu wilayah.

3.5. Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul mencapai 139,15 ribu

orang pada tahun 2016. Dibandingkan dengan kondisi 2015, jumlah penduduk

miskin turun sebesar 10,23 persen. Penurunan jumlah penduduk miskin pada

2016 ini, diikuti dengan tingkat ketimpangan maupun pemerataan pendapatan

penduduk yang lebih timpang/tidak merata dibanding 2015 dilihat dari angka

Rasio Gini dan kriteria menurut Bank Dunia. Tingkat ketimpangan/pemerataan

pendapatan penduduk di Kabupaten Gunungkidul yang lebih timpang/tidak

merata pada 2016 ini masih dalam batas wajar.

Persentase penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2016

bukan merupakan yang terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jika di

Gunungkidul persentase jumlah penduduk miskin sebesar 19,34 persen maka

di Kulonprogo sebagai ‘pesaing’ mencapai 20,30 persen. Akan tetapi jika

dilihat secara jumlah, penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul (139,15

ribu orang) masih lebih sedikit bila dibandingkan dengan penduduk miskin di

Kabupaten Bantul yang mencapai 142,76 ribu orang. Pola distribusi penduduk

miskin DIY menunjukkan penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul

dibandingkan dengan kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta pada

2014 - 2016 selalu merupakan yang terbanyak bersama Kabupaten Bantul di

urutan pertama. Sedangkan secara persentase pada 2014 - 2016, penduduk

miskin Gunungkidul juga merupakan yang terbesar bersama Kabupaten

Kulonprogo.

Page 42: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

27

Page 43: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

28

Tabel 3.4. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014-2016

Kabupaten/ Kota

2014 2015 2016

Jumlah (000)

Persentase

Jumlah (000)

Persentase

Jumlah (000)

Persentase

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Kulonprogo 84,67 20,64 88,13 21,40 84,34 20,30

Bantul 153,49 15,89 160,15 16,33 142,76 14,55

Gunungkidul 148,39 20,83 155,00 21,73 139,15 19,34

Sleman 110,44 9,50 110,96 9,46 96,63 8,21

Yogyakarta 35,60 8,67 35,98 8,75 32,06 7,70

DI Yogyakarta 532,59 14,55 550,22 14,91 494,94 13,34

Sumber: Susenas, 2015r (revisi) - 2016

Garis batas yang membedakan antara penduduk miskin dan tidak miskin

disebut dengan garis kemiskinan. Garis kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul

tahun 2016 masih merupakan yang terendah dibanding kabupaten/kota lain di

Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu hanya sebesar Rp 264.637,- per kapita per

bulan. Garis kemiskinan tertinggi dimiliki oleh Kota Yogyakarta dengan nilai Rp

401.193,- per kapita per bulan. Garis kemiskinan di Kota Yogyakarta ini dari

tahun ke tahun selalu menjadi yang tertinggi, demikian pula garis kemiskinan

di Kabupaten Gunungkidul yang dari tahun ke tahun selalu menjadi yang

terendah. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh standar biaya hidup

yang lebih tinggi di Kota Yogyakarta dibandingkan dengan biaya hidup di

Page 44: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

29

Kabupaten Gunungkidul. Sedangkan kenaikannya lebih dipengaruhi oleh

kenaikan harga-harga yang biasa terlihat dari angka inflasi, Di sinilah angka

inflasi berperan dalam penentuan jumlah penduduk miskin.

Tren garis kemiskinan selalu meningkat seiring dengan laju inflasi yang

menggambarkan tingkat kenaikan harga barang-barang kebutuhan

masyarakat. Peningkatan garis kemiskinan yang terendah di Kabupaten

Gunungkidul terjadi pada 2013. Adapun kabupaten/kota lain di Daerah

Istimewa Yogyakarta peningkatan garis kemiskinannya bervariasi antar

kabupaten/kota sesuai dengan kondisi perekonomian masing-masing.

150 000

175 000

200 000

225 000

250 000

275 000

300 000

325 000

350 000

375 000

400 000

425 000

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 3.4. Perkembangan Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009-2016

Kulonprogo Bantul Gunungkidul

Sleman Yogyakarta DI Yogyakarta

Page 45: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

30

Persoalan kemiskinan bukan sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin,

tetapi juga perlu memperhatikan tingkat kedalaman dan keparahan dari

kemiskinan. Selain harus mampu mengurangi jumlah penduduk miskin,

kebijakan kemiskinan juga sekaligus dapat menurunkan tingkat kedalaman

dan keparahannya. Pada tahun 2016 indeks kedalaman kemiskinan (P1)

Kabupaten Gunungkidul mencapai 4,16 dan indeks keparahannya (P2)

mencapai 1,30. Tingkat kedalaman dan tingkat keparahan tersebut lebih

rendah dibandingkan dengan tahun 2015, yang mencapai tingkat kedalaman

(P1) sebesar 4,55 dan tingkat keparahan (P2) 1,33.

Turunnya nilai kedua indeks ini berindikasi kecenderungan rata-rata

pengeluaran penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul makin mendekati

garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antara sesama penduduk

miskin juga semakin mengecil atau homogen. Pada kurun 2009-2016 tingkat

kedalaman dan tingkat keparahan kemiskinan Kabupaten Gunungkidul

terendah terjadi pada 2010 dan tertinggi terjadi pada 2015.

Page 46: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

31

3,77

2,89

4,05 3,68 3,54 3,74

4,55 4,16

1,00 0,57

0,98 0,89 0,86 1,03 1,33 1,30

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 3.5. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Gunungkidul, 2009-

2016

P1 P2

Page 47: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk
Page 48: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

33

BAB IV. PENUTUP

1. Gambaran Kurva Lorenz distribusi pendapatan penduduk Kabupaten

Gunungkidul pada 2016 lebih menjauhi garis diagonal jika dibandingkan

dengan distribusi pendapatan pada 2015 atau semakin luas, artinya

distribusi pendapatan penduduk relatif lebih timpang dibandingkan tahun

sebelumnya.

2. Ketimpangan yang diukur berdasarkan nilai Rasio Gini memberikan angka

sebesar 0,3337 (kategori moderat) pada 2016 atau menunjukkan

distribusi pendapatan yang semakin timpang jika dibandingkan dengan

tahun sebelumnya dengan Rasio Gini sebesar 0,3190. Perubahan tingkat

ketimpangan distribusi pendapatan terjadi baik di daerah perkotaan

maupun di perdesaan; yaitu di perkotaan bergeser dari 0,3810 pada 2015,

menjadi 0,4066, dan di perdesaan bergeser dari 0,3070 pada 2015,

menjadi 0,3204.

3. Pengukuran ketimpangan berdasarkan Kriteria Bank Dunia juga

memberikan kesimpulan yang sama. Pada kelompok 40 persen penduduk

berpendapatan terendah yang menjadi kelompok referensi menguasai

19,76 persen dari total pendapatan yang dibelanjakan oleh penduduk

Kabupaten Gunungkidul. Persentase pendapatan yang dinikmati oleh

kelompok 40 persen penduduk berpendapatan terendah ini lebih rendah

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 21,20 persen.

Kenaikan ketimpangan distribusi pendapatan terjadi di daerah perkotaan

maupun di perdesaan.

Page 49: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

34

4. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2016

mencapai 139,15 ribu orang, atau 19,34 persen dari seluruh penduduk

Kabupaten Gunungkidul.

5. Beberapa pilihan kebijakan penanggulangan ketimpangan distribusi

pendapatan dan kemiskinan yang dikemukakan oleh para ekonom dapat

menjadi alternatif dalam perencanaan program Pemerintah Kabupaten

Gunungkidul, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul diharapkan dapat

memberikan perhatian khusus dalam upaya mengurangi ketimpangan

distribusi pendapatan dan kemiskinan. Bukan hanya Pemerintah

Kabupaten Gunungkidul saja, namun para pelaku bisnis dan masyarakat

juga perlu ikut berperan aktif, agar kaum miskin tidak semakin

terpinggirkan, dan apa yang dicita-citakan dalam pembangunan untuk

mencapai kesejahteraan masyarakat secara merata dapat tercapai.

Page 50: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

35

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti, 2003, ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan Di Indonesia (Studi Kasus 26

Propinsi di Indonesia)”, Tesis Program Studi Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

Badan Pusat Statistik, 1999, “Metodologi Penghitungan Penduduk Miskin

Tingkat Kabupaten/Kotamadya: Pendekatan dengan Susenas Kor”,

Jakarta,

Badan Pusat Statistik, 2007, “Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan

Tahun 2007”, Jakarta,

Badan Pusat Statistik, 2008, “Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan

Tahun 2008”, Jakarta,

Badan Pusat Statistik, 2016, ”Penghitungan dan Analisis Kemiskinan Makro

Indonesia Tahun 2016”, Jakarta,

Badan Pusat Statistik, 2017, ”Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota

Tahun 2016”, Jakarta,

BPS Kabupaten Gunungkidul, 2016, “Rasio Gini Kabupaten Gunungkidul 2015”,

Yogyakarta,

BPS Kabupaten Gunungkidul, 2016, “Indikator Kesejahteraan Rakyat

Kabupaten Gunungkidul 2015”, Yogyakarta,

Dumairy, 1996, “Perekonomian Indonesia”, Penerbit Erlangga, Jakarta,

Putri, Hera Pramesti, 2010, ”Analisis Disparitas Pendapatan Kabupaten Kendal

(Studi Kasus : Dataran Rendah Dan Dataran Tinggi)”, Skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang,

Raj, Debray, 1998, ”Development Economics”, Princeton University Press,

Page 51: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk

36

Simarmata, Djamester, 2009, “Catatan Kuliah Ekonomi Pembangunan 2009”,

Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia,

Sukirno, Sadono, 2006, “Makroekonomi : Pengantar teori Edisi 3”, Raja

Grafindo Persada,Jakarta

Todaro, Michael P, and Smith, Stephen C, 2006, “Economic Development 9th

Edition”, Addison Wesley, London,

Page 52: RASIO GINI - kominfo.gunungkidulkab.go.idkominfo.gunungkidulkab.go.id/publikasi.php?file=29Gini Ratio... · mendeskripsikan permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan penduduk