referat depresi

36
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO Gejala dan Diagnosis Gangguan Depresi Referat – ILMU KESEHATAN JIWA Fernia Stevani (112012151) Pembimbing dr. Sri Woroasih Sp. KJ 08 September 2013

Upload: fernia-stevani

Post on 20-Oct-2015

871 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

referat depresi

TRANSCRIPT

Page 1: referat depresi

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO

Gejala dan Diagnosis Gangguan Depresi

Referat – ILMU KESEHATAN JIWA

Fernia Stevani (112012151)

Pembimbing

dr. Sri Woroasih Sp. KJ

08 September 2013

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

RUMAH SAKIR JIWA DAERAH DR. AMINO GONDHOHUTOMO

SEMARANG

2013

Page 2: referat depresi

Table of Contents

BAB

I..........................................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

2.1 KELAINAN AFEKTIF....................................................................................................3

2.2 DEPRESI..........................................................................................................................5

2.3 PATOFISIOLOGI DAN ETIOLOGI...............................................................................6

2.4 GEJALA KLINIS.............................................................................................................8

2.5 DIAGNOSIS ..................................................................................................................10

2.6 DIAGNOSIS BANDING...............................................................................................14

2.7

TATALAKSANA...........................................................................................................15

2.7.1 MEDIKAMENTOSA..............................................................................................15

BAB III...................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

2

Page 3: referat depresi

BAB I

PENDAHULUAN

Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal

dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap

diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak

diterapi dengan baik bisa berakhir dengan bunuh diri.1

Depresi merupakan salah satu gangguan psikiatrik yang sering ditemukan dengan

prevalensi seumur hidup adalah kira kira 15%. Pada pengamatan yang universal terlepas dari

kultur atau negara prevalensi gangguan depresi berat pada wanita dua kali lebih besar dari

pria. Pada umumnya onset untuk gangguan depresi berat adalah pada usia 20 sampai 50

tahun, namun yang paling sering adalah pada usia 40 tahun. Depresi berat juga sering terjadi

pada orang yang tidak menikah dan bercerai atau berpisah.

Depresi tersebar luas, tetapi jumlah dan rata-rata dari gejala fisik dan kognitif

berhubungan dengan gangguan depresi mayor atau major depressive disorder (MDD) yang

berarti banyak orang tidak menunjukkan gejala emosional. Satu dari tujuh orang akan

menderita gangguan psikososial dari MDD, beberapa tidak terdiagnosis kecuali dengan

kunjungan ke dokter yang berulang. Dan, tidak hanya dokter keluarga, psikiatri, dan klinisi

kesehatan mental juga harus dapat mendiagnosis depresi. Tingginya prevalensi dari MDD

dengan penyakit medis lainnya menunjukkan bahwa professional kesehatan dan dokter,

ataupun internis atau onkologis atau ahli bedah atau kardiologis atau neurologis atau spesialis

lainnya, juga harus mengenali dan memberikan tatalaksana depresi klinis pada pasien.1

Patogenesis depresi kenyataannya sampai saat ini masih membingungkan dan belumlah

pasti sehingga banyak teori-teori semuanya timbul dan berkembang seiring dengan kemajuan

bidang psikofarmakologi.

3

Page 4: referat depresi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KELAINAN AFEKTIF

Istilah kelainan afektif mencakup penyakit-penyakit dengan gangguan afek

(mood) sebagai gejala primer, sedangkan semua gejala lain bersifat sekunder. Afek

bisa terus menerus depresi atau gembira (dalam mania) dan kedua episode ini bisa

timbul pada orang yang sama, karena itu dinamai “psikosis manik-depresif”. Penyakit

dengan hanya satu jenis serangan disebut unipolar, dan jika episode manik dan

depresif keduanya ada disebut bipolar.

Mood merupakan subjektivitas peresapan emosi yang dialami dan dapat

diutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang lain; termasuk sebagai contoh adalah

depresi, elasi dan marah. Kepustakaan lain, mengemukakan mood, merupakan

perasaan, atau nada “perasaan hati” seseorang, khususnya yang dihayati secara

batiniah.

Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi dan

minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir mati

atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat aktivitas,

kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetative (termasuk tidur, aktivitas seksual

dan ritme biologik yang lain). Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya

(handicap) interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan.

Klasifikasi gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menurut PPDGJ-III :

F30 Episode Manik

F30.0 Hipomania

F30.1 Mania tanpa gejala psikotik

F30.8 Mania dengan gejala psikotik

F30.9 Episode Manik YTT

F31 Gangguan Afektif Bipolar

F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode hipomanik

F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik

F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik

F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang

.30 Tanpa gejala somatik

.31 Dengan gejala somatik

4

Page 5: referat depresi

F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala

psikotik

F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala

psikotik

F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran

F31.7 Gangguan afektif bipolar, episode kini dalam remisi

F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya

F31.9 Gangguan afektif bipolar ytt

F32 Episode Depresif

F32.0 Episode depresif ringan

.00 Tanpa gejala somatik

.01 Dengan gejala somatik

F32.1 Episode depresif sedang

.10 Tanpa gejala somatik

.11 Dengan gejala somatik

F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik

F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik

F32.8 Episode depresif lainnya

F32.9 Episode depresif YTT

F33 Gangguan Depresif Berulang

F33.0 Gangguan depresif berulang, episode kini ringan

.00 Tanpa gejala somatik

.01 Dengan gejala somatik

F33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini sedang

10 Tanpa gejala somatik

.11 Dengan gejala somatik

F33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik

F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik

F33.4 Gangguan depresif berulang, kini dalam remisi

F33.8 Gangguan depresif berulang lainnya

F33.9 Gangguan depresif berulang YTT

F34 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) Menetap

F34.0 Siklotimia

F34.1 Distimia

5

Page 6: referat depresi

F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap lainnya

F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap YTT

F38 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) Lainnya

F38.0 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) tunggal lainnya

.00 Episode afektif campuran

F38.1 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) berulang lainnya

.10 Gangguan depresif singkat berulang

F38.8 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) lainnya YDT

F39 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) YTT

2.2 DEPRESI

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan

alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan

nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak

berdaya, serta bunuh diri.

Terdapat gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam perkembangan emosi jangka

pendek atau masalah-masalah perilaku, dimana dalam kasus ini, perasaan sedih yang

mendalam dan perasaan kehilangan harapan atau merasa sia-sia, sebagai reaksi terhadap

stressor) dengan kondisi mood yang menurun. 2,3

Depresi Mayor merupakan gangguan yang lebih berat, membutuhkan lima atau lebih

simptom-simptom selama dua minggu, salah satunya harus ada gangguan mood, atau

ketidaksenangan pada anak-anak. Sedangkan episode depresi berat menurut kriteria DSM-IV-

TR, adalah suasana perasaan ekstrem yang berlangsung paling tidak dua minggu dan meliputi

gejala-gejala kognitif (seperti perasaan tidak berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang

terganggu (seperti perubahan pola tidur, perubahan nafsu makan dan berat badan yang

signifikan, atau kehilangan banyak energi) sampai titik dimana aktivitas atau gerakan yang

paling ringan sekalipun membutuhkan usaha yang luar biasa besar.2,4,5

2.3 PATOSIOLOGI dan ETIOLOGI

Patofisiologi MDD belum diketahui secara pasti, tetapi etiologi selalu diasumsikan oleh

banyak faktor sebagai diagnosis MDD dengan melihat beberapa sindrom yang ada dengan

gejala yang berhubungan. Faktor biologis, psikologis, dan sosial berkaitan dengan MDD,

6

Page 7: referat depresi

tetapi penemuan terbaru menyatakan genetic, gambaran neurologis, dan biologi molekuler

sudah menjelaskan beberapa hubungan dengan tekanan yang besar ini, terutama pada

modulasi dari kehidupan pada proses genetic dan neurobiology.1,2,5

Genetik

Penemuan keluarga, kembar, dan adaptasi

Studi keluarga menunjukkan risiko relatif bahwa setidaknya dua atau tiga kali lebih

besar untuk MDD dalam keluarga garis pertama dengan MDD, dengan onset umur dan

depresi berulang memberikan resiko yang lebih besar. Studi adopsi, kebanyakan dari mereka

di Skandinavia, menemukan bahwa depresi jauh lebih mungkin dengan adanya kekerabatan

biologis dibandingkan dengan orang tua asuh untuk menderita depresi. Studi anak kembar

yang membandingkan kembar monozigot dan dizygot, memperlihatkan pada pembedahan

genetik dari pengaruh lingkungan terhadap risiko penyakit. Perkiraan dari studi anak kembar

kapasitas depresi diturunkan secara genetik antara 33 dan 70%, tanpa memandang jenis

kelamin. hasil yang konsisten dari berbagai penelitian menunjukkan dasar genetik untuk

MDD.1

Neurobiologi

Monoamin

Hipotesis monoamina telah menjadi dasar teori neurobiologis depresi selama 50 tahun

terakhir. Berdasarkan pengamatan dari mekanisme kerja antidepresan, hipotesis ini

menyatakan bahwa depresi merupkan hasil dari defisit serotonin (5-HT) di otak atau

neurotransmisi norepinefrin pada sinaps. Antidepresan bertindak dengan menghalangi

transpor serotonin (SERT), yang meningkatkan ketersediaan neurotransmiter ke dalam celah

sinaps. Namun, teori ini tidak sesuai dengan penundaan onset efek terapi antidepresan karena

kenaikan neurotransmiter sinapsi terjadi segera penghambatan pengambilan kembali. Studi

tryptophan deplesi dan katekolamin juga belum menghasilkan bukti untuk defisit sederhana

di tingkat neurotransmitter atau fungsi pada MDD.1,2,5

Tidur

7

Page 8: referat depresi

Keluhan tidur (insomnia, hipersomnia) telah lama dianggap sebagai fitur utama dari

depresi klinis sehingga tidak mengherankan bahwa studi biologi telah difokuskan pada

disregulasi tidur pada MDD. polysomnography digunakan untuk mendeteksi gangguan tidur

di MDD, dan memperlihatkan beberapa dari tanda-tanda biologis yang paling kuat di depresi.

Masih ada kontroversi tentang apakah depresi menyebabkan perubahan dalam tidur adalah

penanda karakteristik, mendahului onset depresi, dan memprediksi relaps pada pasien yang

dilaporkan, sehingga menunjukkan peran pathoogenetic untuk gangguan tidur diMDD.1,5

Kotak 1. Abnormalitas Tidur Polisomnografi pada gangguan depresi mayor 1

Onset awal REM (Rapid Eye Movement)

Peningkatan tidur REM

Peningkatan lamanya REM

Penurunan tidur gelombang lambat/slow wave sleep (SWS)

Perubahan SWS yang terjadi pada awal saat malam

Gangguan pada slow wave activity (SWA)

Neuropsikologi

Kognitif dan Daya Ingat

Pasien depresi memperlihatkan gangguan pada fungsi kognitif dan daya ingat, terutama

pada perhatian-perhatian tertentu dan daya ingat yang tersamar. Sebagai tambahan, ada

beberapa defisit ingatan dalam jangka panjang dan pengambilan daya ingat yang diucapkan,

dan fungsi kognitif khusus seperti pemilihan strategi dan pemantauan performa.1

Hipokampus adalah yang terpenting dalam proses daya ingat, sebagai jalur neuron

dalam memproses informasi dan membenntuk emosi dan menjabarkan ingatan. Volume

hipokampus menurun pada pasien depresi, terutama dengan episode yang berulang atau

kronis atau trauma masa lalu.1

Lingkungan dan kejadian kehidupan

8

Page 9: referat depresi

Depresi selalu diikuti oleh stres psikososial yang berat, terutama pada episode depresi

pertama atau kedua. Pengalaman masa kanak yang berat seperti kekerasan pada anak,

kehilangan orang tua, dan dukungan sosial yang buruk adalah stres yang paling umum yang

terjadi pada pasien depresi. Peningkatan bukti yang menyatakan bahwa stres dan trauma

dapat mengakibatkan gangguan sistem biologik pada depresi.1,2,5

Studi kembar memperlihatkan innteraksi antara resiko genetik dan kejadian saat hidup

dalam berkembangya depresi. Kehidupan yang penuh dengan stres tidak terdapat resiko

dalam menghasilkan depresi pada wanita dengan faktor genetik yang rendah., tetapi kejadian

saat hidup dapat meningkatkan resiko depresi dengan adanya peningkatan faktor genetik pada

depresi.1

2.4 GEJALA KLINIK

Mood yang rendah.

Selama orang depresi memperlihatkan suasana perasaannya dengan mood yang

rendah, pengalaman emosional yang buruk selama depresi berbeda secara kualitatif dengan

orang yang mengalami kesedihan dalam batas normal atau rasa kehilangan yang dialami oleh

orang pada umumnya. Beberapa menyampaikannya dengan menangis, atau merasa seperti

ingin menangis, lainnya memperlihatkan respon emosional yang buruk.1

Minat.

Kehilangan minat pada aktivitas atau interaksi sosial yang biasanya ada merupakan

salah satu tanda penting pada depresi. Anhedonia juga memperlihatkan sebagai pembedanya,

dan tetap ada walaupun penderita tidak memperlihatkan mood yang turun. Kehilangan minat

seksual, keinginan, atau fungsi juga umum terjadi, dimana dapat menyebabkan masalah

dalam hubungan terdekat atau konflik rumah tangga.1,6

Tidur.

Kebanyakan pasien depresi mengalami kesulitan tidur. Hal yang klasik adalah

terbangun dari tidur pada pagi buta dan tidak dapat tidur lagi (terminal insomnia), tetapi tidur

dengan kelelahan dan frekuensi terbangun pada tengah malam (insomnia pertengahan) juga

umum terjadi. Kesulitan tertidur pada malam hari (insomnia awal atau permulaan) biasanya

9

Page 10: referat depresi

terlihat saat cemas menyertai. Tetapi, hipersomnia atau tidur yang berlebihan juga bisa

menjadi gejala yang umum terjadi pada pasien depresi.1

Tenaga.

Kelelahan adalah keluhan yang sering disampaikan pada depresi, seperti sulit untuk

memulai suatu pekerjaan. Kelelahan dapat bersifat mental atau fisik, dan bisa berhubungan

dengan kurangnya tidur dan nafsu makan, pada kasus yang berat, aktivitas rutin seperti

kebersihan sehari-hari atau makan kemungkinan terganggu. Pada bentuk yang ekstrem dari

kelelahan adalah kelumpuhan yang dibuat, dimana pasien menggambarkan bahwa tubuhnya

yang membuat hal ini atau mereka seperti berjalan di air.1

Rasa bersalah.

Perasaan tidak berguna dan merasa bersalah dapat menjadi hal yang umum dipikirkan

oleh pasien yang dalam episode depresi. Pasien depresi sering salah menginterpretasikan

kejadian sehari-hari dan mengambil tanggung jawab kejadian negative diluar kemampuan

mereka, ini dapat menjadi suatu porsi delusi. Rasa cemas yang berlebihan dapat menyertai

dan rasa bersalah yang muncul kembali.1

Konsentrasi.

Kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengambil keputusan adalah hal yang sering

dialami oleh pasien depresi. Keluhan tentang daya ingat biasanya menyebabkan

permasalahan pada perhatian. Pada pasien lanjut usia, keluhan kognitif bisa salah didiagnosis

sebagai dementia onset dini.1

Nafsu makan/berat badan.

Kehilangan nafsu makan, rasa, dan nikmat dalam makan akan menyebabkan

kehilangan berat badan yang signifikan dan beberapa pasien harus memaksa dirinya sendiri

untuk makan. Bagaimanapun, pasien lainnya harus mendapatkan karbohidrat dan glukosa

ketika depresi, atau perlakuan sendiri dalam mendapatkan kenyamanan dalam makan. Tetapi,

berkurangnya aktifitas dan olahraga akan menyebabkan peningkatan berat badan dan sindrom

metabolic. Perubahan berat badan juga dapat berdampak pada gambaran diri dan harga diri.1

10

Page 11: referat depresi

Aktivitas psikomotor.

Perubahan psikomotor, dimana terjadi perubahan pada fungsi motorik tanpa adanya

kelainan pada tes secara objektif, sering terlihat pada depresi. Kemunduran psikomotor

meliputi sebuah perlambatan (melambatnya gerakan badan, buruknya ekspresi wajah, respon

pembicaraan yang lama) dimana pada keadaan yang ekstrem dapat menjadi mutisme atau

katatonik. Kecemasan juga dapat bersamaan dengan agitasi psikomotorik (berbicara cepat,

sangat berenergi, tidak dapat duduk diam).1,6

Bunuh diri.

Beberapa ide bunuh diri, dimulai dari pemikiran bahwa dengan bunuh diri diharapkan

semuanya akan selesai bersamaan dengan rencana bunuh diri tersebut, terjadi pada 2/3 orang

dengan depresi. Walaupun ide bunuh diri merupakan hal yang serius, pasien depresi sering

kekurangan tenaga dan motivasi untuk melaksanakan bunuh diri. Tetapi, bunuh diri

merupakan hal yang menjadi pusat perhatian karena 10-15% pasien yang dirawat inap adalah

pasien yang matinya karena bunuh diri. Waktu resiko tinggi untuk terjadinya bunuh diri

adalah saat awalan pengobatan, ketika tenaga dan motivasinya mulai berkembang baik selain

gejala kognitif (keputusasaan), membuat pasien depresi mungkin bertindak seperti apa yang

mereka pikirkan dan rencanakan untuk bunuh diri.1

Gejala lain.

Kecemasan, dengan berbagai manifestasi klinis, adalah hal yang umum pada depresi.

Mudah marah dan perubahan mood yang cepat, berlebihan dalam kemarahan dan kesedihan,

dan frustasi juga mudah terganggu untuk hal kecil adalah yang sering terlihat. Variasi diurnal

mood, dengan kekhawatiran pada pagi hari, dapat muncul. Depresi sering menyebabkan

berkurangnya kepercayaan diri dan harga diri dengan pemikiran bahwa dirinya tidak berguna

didukung dengan keputusasaan. Depresi juga berhubungan dengan peningkatan frekuensi

sakit fisik, seperti sakit kepala, sakit punggung, dan kondisi nyeri kronis lainnya.1,6

Gejala pada orang tua

Gejala klinis depresi lanjut usia sedikit berbeda dengan usia yang lebih muda, sering

hanya gangguan emosi berupa apatis, penarikan diri dari aktivitas sosial, dan gangguan

kognitif seperti gangguan memori, gangguan konsentrasi serta fungsi kognitif yang

memburuk.

11

Page 12: referat depresi

Perubahan Pikiran

Merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit mengungat

informasi.

Sulit membuat keputusan dan selalu menghindar.

Kurang percaya diri.

Merasa bersalah dan tidak mau dikritik.

Pada kasus berat sering dijumpai adanya halusinasi ataupun delusi.

Adanya pikiran untuk bunuh diri.

Perubahan Perasaan

Penurunan ketertarikan ddengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami istri.

Merasa bersalah, tak berdaya.

Tidak adanya perasaan.

Merasa sedih.

Sering menangis tanpa alas an yang jelas.

Iritabilitas, marah, dan terkadang agresif.

Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari

Menjauhkan diri dari lingkungan sosial, pekerjaan.

Menghindari membuat keputusan.

Menunda pekerjaan rumah.

Penurunan aktivitas fisik dan latihan.

Penurunan perhatian terhadap diri sendiri.

Peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang.

Pada pasien lanjut gangguan kognitif sering menyebabkan pseudodemensia (sindrom

demensia pada depresi) antara lain mengalami:

a. Defisit atensi dan kosentrasi yang bervariasi

b. Jarang memiliki gangguan bahasa

c. Jika tidak yakin, paling sering menjawab ‘tidak tahu’

12

Page 13: referat depresi

d. Gangguan ingatan terbatas pada ingatan bebas

Gejala pada anak – anak atau remaja

2.5 DIAGNOSIS

DSM-IV-TR, membagi depresi menjadi tiga bagian besar : gangguan depresi mayor/

major depressive disorder (MDD), distimia, dan depresi yang tidak terklasifikasikan.1

MDD memiliki karakteristik dengan adanya satu atau lebih episode depresi mayor

(Kotak 2). kriteria diagnosis menunjukkan beberapa gejala yang harus ada pada waktu yang

sering, sekurang-kurangnya dalam 2 minggu, walaupun durasinya terkadang lebih lama dari

waktu yang terlihat. Gejala yang muncul juga harus memperlihatkan perubahan fungsi yang

13

Page 14: referat depresi

signifikan. Akhirnya, bereavement dan beberapa penyebab gejala depresi harus dapat

disingkirkan.1,5

Episode depresi berdasarkan ICD-10 6

Kriteria Umum

1. Episode depresi harus bertahan setidaknya 2 minggu

2. Tidak ada hypomanic atau manik gejala cukup untuk memenuhi kriteria untuk episode

hypomanic atau manik pada setiap saat dalam kehidupan individu

3. Tidak disebabkan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental organik

Gejala Utama

1. Perasaan depresi untuk tingkat yang pasti tidak normal bagi individu, hadir untuk hampir

sepanjang hari dan hampir setiap hari, sebagian besar tidak responsif terhadap keadaan,

dan bertahan selama minimal 2 minggu

2. Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya menyenangkan

3. Penurunan energi atau kelelahan meningkat

Gejala Lainnya

1. Kehilangan percaya diri atau harga diri

2. Tidak masuk akal perasaan diri atau rasa bersalah yang berlebihan dan tidak tepat

3. Berpikiran tentang kematian atau bunuh diri, atau perilaku bunuh diri

4. Keluhan atau bukti kemampuan berkurang untuk berpikir atau berkonsentrasi, seperti

keraguan atau kebimbangan

5. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

6. Gangguan tidur

7. Perubahan nafsu makan (penurunan atau kenaikan) dengan perubahan berat badan yang

sesuai

Kotak 2. DSM-IV-TR kriteria diagnosis episode depresi mayor 1,5

A. Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan memperlihatkan

perubahan fungsi, paling tidak satu atau lainnya (1)mood depresi (2)kehilangan minat

1. Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hari, diindikasikan dengan

laporan yang subjektif (merasa sedih atau kosong) atau yang dilihat oleh orang

sekitar. Note : pada anak dan remaja, dapat mudah marah

2. Ditandai dengan hilangnya minat disemua hal, atau hampir semua hal

14

Page 15: referat depresi

3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, atau penurunan atau

peningkatan nafsu makan hamper setiap hari. Note : pada anak-anak, berat badan

yang tidak naik

4. Insomnia atau hipersomnia hamper setiap hari

5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang lain, bukan

perasaan yang dirasakan secara subjektif dengan kelelahan atau lamban)

6. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari

7. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan (bisa terjadi delusi)

hampir setiap hari

8. Tidak dapat berkonsentrasi atau berpikir hampir setiap hari

9. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang tanpa

perencanaan yang jelas, atau ide bunuh diri dengan perencanaan.

B. Gejala-gejalanya tidak memenuhi episode campuran

C. Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan secara klinis

D. Gejala tidak disebabkan langsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat, obat-obatan)

atau kondisi medis umum (hipotiroid)

E. Gejala yang muncul lebih baik tidak masuk dalam kriteria bereavement

MDD dapat ditemukan sebagai penyakit yang baru pertama kali diderita atau saat

kambuh, setidaknya sudah pernah mengalami 2 kali episode depresi mayor dengan jarak

penyembuhan paling tidak 2 bulan. MDD juga dapat juga memiliki beberapa sub tipe yang

memiliki perbedaan pada beberapa spesifikasi dan derajat keparahan.1

Sub tipe MDD dikelompokkan berdasarkan gejala klinis yang muncul dan pola dari

episode depresi. DSM-IV-TR memberikan spesifikasi depresi dengan maksud agar pemilihan

terapi yang diberikan lebih baik dan memprediksikan prognosisnya. Tabel 3 memperlihatkan

kriteria-kriteria depresi dengan beberapa kunci-kuncinya.1

Tabel 3. DSM-IV-TR sub tipe dan spesifikasi MDD1,2,6

Sub tipe Spesifikasi DSM-IV-TR Kunci

Depresi melankolis Dengan gambaran

melankolis

Mood nonreaktif, anhedonia,

kehilangan berat badan, rasa

bersalah, agitasi dan retardasi

15

Page 16: referat depresi

psikomotorik, mood yang

memburuk pada pagi hari,

terbangun di pagi buta

Depresi atipikal Dengan gambaran atipikal Mood reaktif, terlalu banyak

tidur, makan berlebihan,

paralisis yang dibuat, sensitive

pada penolakan interpersonal

Depresi psikotik (waham) Dengan gambaran psikotik Halusinasi atau waham

Depresi katatonik Dengan gambaran katatonik Katalepsi, katatonik,

negativism, mutisme,

mannerism, echolalia,

echopraxia (tidak lazim pada

klinis sehari-hari)

Depresi kronik Gambaran kronis 2 tahun atau lebih dengan

kriteria MDD

Gangguan afektif musiman Musiman Onset yang seperti biasa dan

kambuh pada saat musim

tertentu (biasanya musim

gugur/dingin)

Depresi postpartum Postpartum Onset depresi selama 4 minggu

postpartum

DSM-IV-TR dan ICD-10, keduanya mengkategorikan tingkat keparahan MDD menjadi

tiga : ringan, sedang, dan berat (Tabel 4). DSM-IV-TR membagi tngkat keparahannya

berdasarkan efek yang dihasilkan depresi dalam hal sosial/pekerjaan dan tanggung jawab

individu dan ada atau tidaknya gejala psikotik. ICD-10, sebaliknya, membedakan tingkat

keparahan depresi berdasarkan jumlah dan jenis gejala yang diperlihatkan saat seseorang

menderita depresi. Penggunaan skala depresi sangat dianjurkan untuk menentukan derajat

keparahan.1,7

16

Page 17: referat depresi

Tabel 4. Derajat keparahan depresi 1

Keparahan

depresi

Kriteria DSM-IV-TR Kriteria ICD-10

Ringan 1. Mood depresi atau kehilangan

minat + 4 gejala depresi lainnya

2. Gangguan minor sosial/

pekerjaan

1. 2 gejala tipikal

2. 2 gejala inti

lainnya

Sedang 1. Mood depresi atau kehilangan

minat + 4 atau lebih gejala

depresi lainnya

2. Gangguan sosial/pekerjaan yang

bervariasi

1. 2 gejala tipikal

2. 3 atau lebih gejala

inti lainnya

Berat 1. Mood depresi atau kehilangan

minat + 4 atau lebih gejala

depresi lainnya

2. Gangguan sosial atau pekerjaan

yang berat atau ada gambaran

psikotik

1. 3 gejala tipikal

2. 4 atau lebih gejala

inti lainnya

Juga dapat dengan

atau tanpa gejala

psikotik

Pedoman diagnosis menurut PPDGJ-III.

Pedoman diagnostik pada depresi dibagi menjadi :

• Semua gejala utama depresi :

o afek depresif

o kehilangan minat dan kegembiraan

o berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.

• Gejala lainnya:

o konsentrasi dan perhatian berkurang

17

Page 18: referat depresi

o harga diri dan kepercayaan diri berkurang

o gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

o pandangan masa depan yang suram dan pesimis

o gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

o tidur terganggu

o nafsu makan berkurang

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika

gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan

diagnosis dalam kurun waktu dari 2 minggu.

Episode depresif ringan menurut PPDGJ III

(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya

(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode berlangsung

sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu

(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.

Episode depresif sedang menurut PPDGJ III

(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya

(3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu

(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan

rumah tangga.

Episode Depresif Berat dengan Tanpa Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :

18

Page 19: referat depresi

(1) Semua 3 gejala utama depresi harus ada

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus

berintensitas berat

(3) Bila ada gejala penting (misalnya retardasi psikomotor) yang menyolok, maka pasien

mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci.

Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat

dibenarkan.

(4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau

urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :

Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2) tersebut

di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.

Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang

mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau

alfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran. Retardasi

psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

Asesmen Depresi

Geriatric Depression Scale (GDS)

Terdiri dari 30 pertanyaan, biasanya dipergunakan untuk memisahkan apakah pasien tersebut

masuk ke dalam kelompok depresi. Alat ukur GDS ini memiliki sensitivitas 88,9% dan

spesifisitas 47,8%. Penilaian skala ini berdasarkan aspek kekhawatiran somatik, penurunan

afek, gangguan kognitif, berkurangnya orientasi terhadap masa yang akan datang, dan

kurangnya harga diri. Skala ini telah direkomendasikan agar dipergunakan dalam situasi

klinis oleh Institute of Medicine.

2.6 DIAGNOSIS BANDING

1. Bereavement (Kehilangan teman atau keluarga karena kematian)

19

Page 20: referat depresi

Bereavement atau rasa kesedihan yang berlebihan karena putusnya suatu hubungan

dapat memperlihatkan gejala yang sama dengan episode depresi mayor. Tingkat keparahan

dan durasi dari gejala dan dampaknya pada fungsi sosial dapat membantu dalam

menyingkirkan antara kesedihan yang mendalam dan MDD.1

Tabel 5. Pembeda antara bereavement dan episode depresi mayor1

Gejala Bereavement Episode depresi mayor

Waktu Kurang dari 2 bulan Lebih dari 2 bulan

Perasaan tidak berguna/tidak

pantas

Tidak ada Ada

Ide bunuh diri Tidak ada Kebanyakan ada

Rasa bersalah, dll Tidak ada Mungkin ada

Perubahan psikomotor Agitasi ringan Melambat

Gangguan fungsi Ringan Sedang –Berat

2. Gangguan Afektif Disebabkan Karena Kondisi Medis Umum

Gejala depresi dapat diperlihatkan dari efek fisiologis suatu kondisi medis khusus yang

terjadi sebelumnya. Sebaliknya, gejala fisik suatu penyakit medis utama sulit untuk dapat

didiagnosis yang berkormorbid dengan MDD. The Hospital Anxiety and Depression Scale

(HADS) sangat berguna untuk alat deteksi pasien dengan penyakit medis dimana digunakan

pertanyaan yang memfokuskan pada gejala kognitif dibandingkan dengan gejala somatiknya.

MDD sama banyaknya dengan penyakit kronis (Tabel 5), tetapi lebih umum diabetes,

penyakit tiroid, dan gangguan neurologis (penyakit Parkinson, multiple sklerosis).1

3. Gangguan Afektif Disebabkan Karena Zat

Efek samping obat (baik yang diresepkan atau tidak) dapat memperlihatkan gejala

depresi, jadi suatu zat yang dapat mempengaruhi gangguan mood harus dapat

dipertimbangkan dalam mendiagnosis banding MDD (Kotak 6). Bukti dari riwayat,

20

Page 21: referat depresi

pemeriksaan fisik, atau temuan laboratories digunakan untuk dapat menentukan adanya suatu

pengalahgunaan, ketergantungan, intoksikasi/keracunan, atau kondisi putus obat yang secara

fisoilogis akan menyebabkan suatu episode depresi. Selama gejala depresi karena pengaruh

obat dapat disembuhkan dengan menghentikan penggunaan obat tersebut, gejala putus obat

dapat berlangsung selama beberapa bulan.1

Kotak 6. Obat yang umum disalahgunakan dan menyebabkan

gangguan mood yang dipengaruhi zat1

Alcohol

Amfetamin

Anxiolitik

Kokain

Zat-zat halusinogen

Hipnotik

Inhalant

Opioid

Phencycline

Sedative

2.7TATALAKSANA

2.7.1 MEDIKAMENTOSA

Memilih pengobatan harus mencakup evaluasi seberapa parah episode depresif

telah terjadi, ketersediaan sumber daya pengobatan, dan keinginan pribadi pasien.

Untuk depresi ringan sampai berat, psikoterapi berbasis bukti sama efektifnya dengan

farmakoterapi. Terdapat sedikit bukti bahwa kombinasi antara farmakoterapi dan

psikoterapi untuk pengobatan dini lebih unggul daripada pengobatan lainnya untuk

depresi tanpa komplikasi. Oleh karena itu, pengobatan kombinasi harus

dipertimbangkan ketika terjadi depresi berat, komorbiditas dengan kondisi lain, atau

tidak adanya respon yang memadai pada monoterapi.1

Farmakoterapi

Anti depresi

- Golongan Trisiklik : Amytriptyline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine

21

Page 22: referat depresi

- Golongan Tetrasiklik : Maprotiline, Mianserin, Amoxapine.

- Golongan MAOI_Reversible ( REVERSIBLE INHIBITOR OF MONOAMIN

OXYDASE-A-(RIMA) : Moclobemide

- Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) : Sertraline, Paroxentine,

Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, citalopram.

- Golongan Atipical : Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine.4,7,9

Psikologi Terapi 2,4,7,9

- Behaviour therapy

- Interpersonal Therapy

- Problem solving

BAB III

KESIMPULAN

Ketika seseorang mengalami gangguan mood atau lebih khususnya mengalami gangguan

depresi yang mana terjadi perubahan dalam kondisi emosional, fungsi motorik, kogintif serta

motivasinya dan jika tidak segera diberi penanganan maka akan memicu timbulnya gangguan

22

Page 23: referat depresi

depresi mayor satu episode dan depresi mayor barulang. Apabila hal tersebut terjadi maka itu

akan lebih susah untuk ditangani dan akan berujung pada bunuh diri. Insiden tinggi pada

perempuan dan bersarkan usia rata-rata pada usia 27 tahun.

Ada beberapa sebab-sebab yang dapat menimbulkan depresi yaitu dari sisi biologis

karena adanya ketidakseimbangan otak yaitu berkurangnya neurotransmitter, dari sisi

psikologis yaitu karena adanya kepribadian-kepribadian yang rentan terhadap timbulnya

depresi, dari sisi sosial karena keadaan lingkungan-lingkungan sekitar yang tidak mendukung

berlangsungnya kehidupan yang baik dan dari sisi spiritual adalah kurangnya keimanan dan

ketakwaan.

DAFTAR PUSTAKA

23

Page 24: referat depresi

1. W. Lam R, Mok H. Depression Oxford Psychiatry Library. Lunbeck Institutes. 2000.

p. 1-57.

2. Anonim. Major depressive disorder. [online]. Update 0n 2012. Cited on [13 septmber

2013]: Available from : http://www.Major_depressive_disorder.htm

3. Anonim. Major Depressive Disorder. [online]. Update 0n 2012. Cited on [13

September 2013]: Available from : http://www.All About Depression.com

4. Peveler R, Carson A, Rodin G. Depression in medical patients, in Mayou R, Sharpe

M, Alan C. ABC of Psychological Medicine. BMJ Publishing group 2003. p. 10-3.

5. Sadock, Benjamin James,et al. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral

Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition Lippincott Williams & Wilkins. 2007. p. 1-

89.

6. Maj M, Sartorius N. Depressive Disorder Second Edition. Evidence and experience in

psychiatry. 2002. p. 8-12.

7. W. Long P. Mayor depressive Disorder, Treatment. [online]. Updated on Feb. 9,

1998. Cited on [15 September 2013]. p 1-31. Available from :

http://www.mentalhealth.com

8. W. Long P. Mayor depressive Disorder. [online]. Updated on 2011. Cited on [13

September 2013]. p 1-6. Available from : http://www.mentalhealth.com

9. Anonim. Depression in Older Adults, in : Mental Health: A report of the surgeon

general. [online]. Update 0n 2012. Cited on [14 september 2013]: Available from :

http://www.Mental Health.com

24