review ppk kymlicka

2
Review Multicultural Citizenship’ by Kymlicka Nungky Kusumawardhani / 1306384454. MK. Pemikiran Politik Kontemporer Diskursus mengenai multikultural tidak dapat dipisahkan dari pendapat Kymlicka dalam bukunya ‘Multicultural Citizenship’ menuntut perlakuan khusus kepada anggota beberapa kelompok (minoritas dan imigran) dilihat dari kerangka interpretasi nilai-nilai liberal tradisional. Kymlicka memandang ‘nation’ atau bangsa sebagai ‘history community’ atau masyarakat sejarah, lengkap secara institusional, menempati suatu wilayah tertentu atau tanah air serta berbagi bahasa yang berbeda dan budaya. Sedangkan negara yang memiliki lebih dari satu bangsa bukanlah ‘nation state’ melainkan ‘multinasional- state’ karena terdiri dari lebih dari satu kelompok dengan identitas nasional yang khas. Multinasional-state merujuk pada negara modern yang multikultural dengan penduduk yang heterogen sekaligus mencakup kelompok-kelompok tambahan, yang disebut ‘national minorities’ atau minoritas nasional. Kelompok ini dianggap dirugikan dibandingkan dengan budaya mayoritas yang dominan, karena negara cenderung mendukung budaya masyarakat dominan. Hal ini yang kemudian mengarah pada pentingnya konsep otonomi individu sebagai wadah dalam mempromosikan hak-hak kelompok untuk keperluan akomodasi budaya. Kymlicka amat mendukung adanya ‘perlindungan budaya minoritas’ dengan penekanan bahwa keanggotaan budaya harus dipertahankan, karena budaya merupakan struktur di mana seseorang dapat menjalani kehidupan yang baik. Oleh karenanya Kymlicka tidak memperkenankan asimilasi tetapi menyetujui akomodasi budaya. Perlu di garis bawahi bahwa imigran tidak masuk dalam kelompok minoritas nasional. Imigran, sejauh mereka telah secara sukarela memasuki negara itu, diharapkan berpartisipasi dalam lembaga-lembaga publik dari budaya dominan. Sangat di sayangkan dari pemaparan Kymlicka terkesan terlalu menyederhanakan dengan

Upload: kynungky

Post on 16-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Review Ppk Kymlicka

TRANSCRIPT

Review Multicultural Citizenship by KymlickaNungky Kusumawardhani / 1306384454. MK. Pemikiran Politik KontemporerDiskursus mengenai multikultural tidak dapat dipisahkan dari pendapat Kymlicka dalam bukunya Multicultural Citizenship menuntut perlakuan khusus kepada anggota beberapa kelompok (minoritas dan imigran) dilihat dari kerangka interpretasi nilai-nilai liberal tradisional. Kymlicka memandang nation atau bangsa sebagai history community atau masyarakat sejarah, lengkap secara institusional, menempati suatu wilayah tertentu atau tanah air serta berbagi bahasa yang berbeda dan budaya. Sedangkan negara yang memiliki lebih dari satu bangsa bukanlah nation state melainkan multinasional-state karena terdiri dari lebih dari satu kelompok dengan identitas nasional yang khas. Multinasional-state merujuk pada negara modern yang multikultural dengan penduduk yang heterogen sekaligus mencakup kelompok-kelompok tambahan, yang disebut national minorities atau minoritas nasional. Kelompok ini dianggap dirugikan dibandingkan dengan budaya mayoritas yang dominan, karena negara cenderung mendukung budaya masyarakat dominan. Hal ini yang kemudian mengarah pada pentingnya konsep otonomi individu sebagai wadah dalam mempromosikan hak-hak kelompok untuk keperluan akomodasi budaya. Kymlicka amat mendukung adanya perlindungan budaya minoritas dengan penekanan bahwa keanggotaan budaya harus dipertahankan, karena budaya merupakan struktur di mana seseorang dapat menjalani kehidupan yang baik. Oleh karenanya Kymlicka tidak memperkenankan asimilasi tetapi menyetujui akomodasi budaya. Perlu di garis bawahi bahwa imigran tidak masuk dalam kelompok minoritas nasional. Imigran, sejauh mereka telah secara sukarela memasuki negara itu, diharapkan berpartisipasi dalam lembaga-lembaga publik dari budaya dominan. Sangat di sayangkan dari pemaparan Kymlicka terkesan terlalu menyederhanakan dengan pembagian kelompok jelas ditarik dari minoritas nasional dan kelompok imigran.Kymlicka membedakan hak-hak kelompok, yakni hak self-government, hak polyethnic dan hak representasi khusus. Hak self-government adalah jawaban untuk klaim yang diajukan oleh minoritas nasional yang meminta 'otonomi politik atau yurisdiksi teritorial'. Hak polyethnic adalah tanggapan terhadap tuntutan yang diartikulasikan oleh kelompok imigran dan dapat mengambil bentuk kebijakan anti-rasisme seperti modifikasi dari pendidikan kurikulum, pendanaan, dan pembebasan dari hukum. Hak perwakilan khusus dipandang sebagai 'wajar untuk hak self-government' dan digunakan untuk mengimbangi pengecualian sejarah anggota kelompok dengan pengalaman yang kurang beruntung.[footnoteRef:1] Lebih lanjut otonomi menjadi alternatif dalam upaya melindungi budaya minoritas. Menurut Kymlicka otonomi tidak hanya perlu dipertahankan dalam bidang politik melainkan di semua tempat, publik dan swasta, politik atau sipil berlandaskan komitmen toleransi liberal untuk otonomi bahwa individu harus bebas untuk menilai dan berpotensi merevisi tujuan mereka. Bicara mengenai otonomi ujung-ujungnya pasti berakhir dengan menuntut negara untuk melindungi, apalagi meyangkut hak-hak minoritas. [1: http://iordanou.org/blog/kymlickas-multicultura bl-citizenship/ diakses pada 22/03/2015 pada pukul 07.30]

Sumber :Will Kymlicka, Politics In The Vernacular : Nationalism, Multiculturalism and Citizenship. 2001http://iordanou.org/blog/kymlickas-multicultura bl-citizenship/ diakses pada 22/03/2015 pada pukul 07.30