revisi - paper carpal tunnel syndrome

29
I PENDAHULUAN Latar Belakang Penekanan terhadap persarafan pergelangan tangan (carpal tunnel syndrome) merupakan kelainan yang paling sering mengenai N. Medianus sebagai sindrom jebakan nervus yang paling sering ditemukan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan tangan yang eksesif tak terbatas dan trauma repetitif akibat paparan okupasi berkelanjutan. Ligamentum carpi transversum yang terinfiltrasi oleh jaringan amyloid (seperti yang timbul pada myeloma multiple) atau penebalan jaringan ikat pada rheumatoid artritis, acromegaly, mucopolysaccharidosis, dan hipotiroidisme merupakan penyebab yang mudah diidentifikasi untuk memicu timbulnya carpal tunnel syndrome. Kehamilan merupakan faktor penyebab yang bisa memicu timbulnya sindroma ini, namun jarang teridentifikasi dengan jelas. Pada orang lanjut usia, penyebab timbulnya carpal tunnel syndrome sering menimbulkan kerancuhan. Dysesthesias dan nyeri pada jari tangan, mengacu pada “acroparesthesiae” merupakan tanda klinis awal terjadinya sindrom penekanan N. Medianus pada awal tahun 1950-an. Tahun 1949, Kremer dkk pertama kali mengemukakan penyebab timbulnya sindrom ini dikarenakan oleh penekanan terhadap N. Medianus pada pergelangan tangan dan gejalanya akan berkurang dengan 1

Upload: beatricewalter

Post on 25-Jul-2015

850 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penekanan terhadap persarafan pergelangan tangan (carpal tunnel syndrome)

merupakan kelainan yang paling sering mengenai N. Medianus sebagai sindrom jebakan

nervus yang paling sering ditemukan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan tangan yang

eksesif tak terbatas dan trauma repetitif akibat paparan okupasi berkelanjutan. Ligamentum

carpi transversum yang terinfiltrasi oleh jaringan amyloid (seperti yang timbul pada myeloma

multiple) atau penebalan jaringan ikat pada rheumatoid artritis, acromegaly,

mucopolysaccharidosis, dan hipotiroidisme merupakan penyebab yang mudah diidentifikasi

untuk memicu timbulnya carpal tunnel syndrome. Kehamilan merupakan faktor penyebab

yang bisa memicu timbulnya sindroma ini, namun jarang teridentifikasi dengan jelas. Pada

orang lanjut usia, penyebab timbulnya carpal tunnel syndrome sering menimbulkan

kerancuhan.

Dysesthesias dan nyeri pada jari tangan, mengacu pada “acroparesthesiae” merupakan

tanda klinis awal terjadinya sindrom penekanan N. Medianus pada awal tahun 1950-an.

Tahun 1949, Kremer dkk pertama kali mengemukakan penyebab timbulnya sindrom ini

dikarenakan oleh penekanan terhadap N. Medianus pada pergelangan tangan dan gejalanya

akan berkurang dengan pemisahan fleksor retinaculum yang membentuk dinding ventral

canalis carpi. Paresthesia timbul cukup parah di saat malam hari. Nyeri akibat carpal tunnel

syndrome sering kali menjalar hingga ke lengan dan pundak. Gejala yang timbul secara

esensial berupa sensorik satu, yakni hilangnya sebagian sensibilitas superfisial pada jari

jempol, jari telunjuk dan jari tengah. Kelemahan dan atrofi pada otot abduktor pollicis brevis

dan otot – otot lain yang dipersarafi oleh N. Medianus seringkali ditemukan pada kelainan

yang sudah cukup parah dan tak terobati. Uji elektrofisiologis membantu dalam penegakan

diagnosis dan memberikan kejelasan akan kemungkinan suksesi tindakan operasi.

1

Page 2: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

Tindakan pembedahan dengan pemisahan ligamentum carpal dengan dekompresi

pada persarafan merupakan tindakan pengobatan terbaik. Splint pada pergelangan tangan,

untuk menghindari gerakan fleksi, seringkali dapat menimbulkan ketidaknyamanan, namun

bermanfaat agar penderita tidak terlalu sering menggunakan tangan yang mulai terkena

carpal tunnel syndrome. Splint bermanfaat untuk sementara waktu dan terapi yang lebih baik

dari splint berupa injeksi hidrokortison ke dalam canalis carpi.1

Tujuan Penulisan

Penulisan text book reading (TBR) dengan judul “Carpal Tunnel Syndrome” ini

bertujuan untuk menjelaskan definisi, patogenesis & patofisiologis, gejala klinis,

penegakan diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan dan prognosis mengenai Carpal

Tunnel Syndrome. Diharapkan dalam penulisan referat ini dapat memberikan informasi

yang bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi penderita agar bisa memiliki kualitas hidup

yang lebih baik dan lebih layak.

2

Page 3: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

II

TINJAUAN PUSTAKA

Carpal Tunnel Syndrome

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan tanda dan gejala klinik yang timbul

akibat tekanan terhadap N. Medianus yang berjalan melalui canalis carpi. Carpal tunnel

syndrome merupakan salah satu bentuk neuropathy pada ekstremitas superior yang

menimbulkan efek nyeri pada tangan berupa gangguan motorik dan sensorik yang dipersarafi

oleh N. Medianus.

Gejala – gejala yang ditimbulkan oleh carpal tunnel syndrome berupa nyeri,

paresthesia, dan kelemahan pada regio yang dipersarafi oleh N. Medianus. Diagnosis carpal

tunnel syndrome berupa adanya nyeri, mati rasa (numbness) dan kesemutan pada tangan yang

dapat menjalar hingga pundak dan leher; gangguan ini sering terjadi di malam hari saat tidur

dengan posisi tidur berbaring ke satu sisi. Untuk mencegah terjadinya carpal tunnel

syndrome akibat aktivitas repetitif yang menimbulkan mati rasa (numbness) dan nyeri, perlu

dilakukan gerakan meregang pergelangan tangan, tangan dan jari tangan. Selain itu,

pengobatan yang efektif bagi penderita carpal tunnel syndrome dengan menggunakan splint

(balut tangan), injeksi kortikosteroid dan pembedahan.

Mayoritas kasus carpal tunnel syndrome didiagnosis tanpa disertai dengan penyebab

yang khusus dan pada beberapa penderita dikarenakan oleh faktor genetik.

3

Page 4: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

Latar Belakang Sejarah

Carpal tunnel syndrome mulai dikenal sejak Perang Dunia II. Seseorang yang

menderita gejala – gejala carpal tunnel syndrome akan menjalani terapi pembedahan di

pertengahan abad ke 19. Tahun 1854, Sir James Paget pertama kali melaporkan tekanan pada

N. Medianus di pergelangan tangan akibat fraktur distal radius. Diikuti pada abad ke 20

didapatkan beragam kasus penekanan N. Medianus dalam ligamentum carpal transversum.

Kejadian Carpal tunnel syndrome sering dipublikasikan dalam literasi kedokteran pada awal

abad ke 20 dan mulai digunakan dalam praktek klinis tahun 1939. Dr. George S. Phalen dari

Cleveland Clinic pertama kali mengidentifikasi patologis dari carpal tunnel syndrome pada

sekelompok pasien di tahun 1950-an dan tahun 1960-an dan menyimpulkan carpal tunnel

syndrome merupakan cedera tangan akibat penggunaan dalam aktivitas rutin secara terus –

menerus yang sering didapatkan akibat pekerjaan.

Anatomi

4

Page 5: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan

tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang

dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Nervus dan tendon

memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari – jari tangan. Jari tangan dan otot –

otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon – tendonnya berorigo pada epicondilus

medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang – tulang metaphalangeal, interphalangeal

proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi

berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam

pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm.

Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi,

membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada

tendon – tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat

mengecilkan ukuran canalis.

5

Page 6: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam

ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada

otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang

diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi

oleh bagian distal N. Medianus.

Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan persarafan

proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan

dan jari jempol.

Gejala Klinik

Carpal Tunnel Syndrome yang tidak diobati

Carpal tunnel syndrom menimbulkan beragam gejala khas dari gejala sakit sedang

hingga gejala sakit yang berat. Gejala – gejala ini akan semakin bertambah berat dan

penderita yang telah didiagnosis dengan carpal tunnel syndrome akan mengeluhkan sensasi

mati rasa (numbness), kesemutan, dan sensasi terbakar pada jari jempol, jari telunjuk dan jari

tengah dimana ketiga jari tersebut diinervasi oleh N. Medianus. Pada beberapa penderita juga

sering mengeluhkan rasa sakit pada tangan atau pergelangan tangan dan hilangnya kekuatan

menggenggam. Rasa nyeri juga timbul pada lengan dan pundak serta benjolan pada tangan;

rasa nyeri ini akan terasa teramat sakit terutama di malam hari saat tidur.

6

Page 7: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

Mati rasa (numbness) dan kesemutan (paresthesia) pada area yang dipersarafi oleh N.

Medianus merupakan gejala neuropathy akibat sindrom jebakan canalis carpi (carpal tunnel

entrapment). Kelemahan dan atrofi otot – otot thenar akan timbul selanjutnya jika kondisi ini

semakin tak terobati.

Perempuan tiga kali lebih banyak daripada laki – laki pada penderita carpal tunnel

syndrome, yang diperkirakan karena ukuran canalis carpi pada perempuan lebih kecil

dibandingkan pada laki – laki.

Etiologi

Mayoritas kasus carpal tunnel syndrome tak diketahui etiologinya secara pasti

(idiopatik). Carpal tunnel syndrome dapat dihubungkan dengan beragam keadaan yang

memicu penekanan terhadap N. Medianus pada pergelangan tangan. Beberapa kondisi yang

dapat memicu timbulnya carpal tunnel syndrome, antara lain: obesitas, hipotiroidisme,

arthritis, diabetes dan trauma.

Penyebab lainnya, faktor intrinsik dengan tekanan kuat dari dalam pada canalis dan

faktor ekstrinsik dengan tekanan kuat berasal dari luar canalis, yang dikarenakan oleh tumor

jinak berupa lipoma, ganglioma, dan malformasi vaskuler. Hingga saat ini masih belum

ditemukan hubungan yang jelas antara pekerjaan dan timbulnya carpal tunnel syndrome atau

dikarenakan adanya masalah kesehatan lain yang tak teridentifikasi.

Hubungan dengan Pekerjaan (Okupasi Ergonomik)

Sampai saat ini masih diperdebatkan hubungan antara insidensi carpal tunnel

syndrome dengan gerakan repetitif pergelangan tangan akibat pekerjaan. Occupational Safety

and Health Administration (OSHA) di Amerika Serikat mengeluarkan peraturan dan regulasi

berkaitan dengan trauma karena kelainan kumulatif akibat faktor pekerjaan. Faktor resiko

pekerjaan akibat penggunaan repetitif, pemaksaan, postur pergerakan, dan paparan vibrasi

berulang. Akan tetapi, perkumpulan The American Society for Surgery of the Hand (ASSH)

telah menyatakan literatur yang terkini tidak mendukung adanya hubungan kausal antara

aktivitas pekerjaan dan pengembangan penyakit akibat faktor pekerjaan seperti carpal tunnel

syndrome.

7

Page 8: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

Hubungan antara pekerjaan dan carpal tunnel syndrome masih kontroversi; di banyak

tempat para pekerja yang terdiagnosis dengan carpal tunnel syndrome harus mengambil cuti

dan menerima kompensasi. Di Amerika Serikat, dana yang dibutuhkan selama masa

pengobatan carpal tunnel syndrome sebesar US$30,000 yakni biaya pengobatan dan

hilangnya waktu kerja karena cuti.

Beberapa ahli berspekulasi bahwa carpal tunnel syndrome dapat terjadi dikarenakan

gerakan repetitif dan aktivitas manipulatif akibat paparan yang telah berlangsung dalam

waktu yang lama. Hal ini juga ditegaskan gejala yang timbul dikarenakan eksaserbasi dengan

pemaksaan dan penggunaan tangan dan pergelangan tangan secara repetitif karena faktor

pekerjaan, namun tidak dijelaskan jika gejala ini berupa nyeri alih (yang bukan gejala carpal

tunnel syndrome) atau gejala mati rasa yang lebih tipikal.

Sebuah data ilmiah yang dikeluarkan oleh National Institute for Occupational Safety

and Health (NIOSH) menyatakan jenis pekerjaan yang menyebabkan pergelangan tangan

terpostur melakukan pekerjaan secara repetitif berhubungan dengan insidensi carpal tunnel

syndrome, namun penyebabnya tidak dijelaskan secara terperinci dan perbedaan antara gejala

yang ditimbulkan oleh carpal tunnel syndrome dan nyeri pada lengan akibat hubungan kerja

tidak dijelaskan secara spesifik. Telah diketahui bahwa penggunaan lengan secara repetitif

dapat menimbulkan efek biomekanik pada ekstremitas superior atau menyebabkan kerusakan

pada jaringan. Juga telah diketahui assessment postural dan spinal bersamaan dengan

assessment ergonomic seharusnya dimasukkan sebagai kondisi determinasi. Saat ini belum

ada bukti konkrit tentang riwayat timbulnya carpal tunnel syndrome.

Carpal tunnel syndrome sering ditemukan pada populasi pekerja orang dewasa; oleh

karena itu, ada kemungkinan baik dikarenakan oleh faktor pekerjaan atau bukan. Saat sebuah

otot berkonstraksi, sebagai contoh memelintir dan melakukan gerakan fleksi pergelangan

tangan, terjadi penambahan luas otot berlebihan yang dapat memicu timbulnya kelainan

muskuloskeletal. Disamping tingginya hubungan antara faktor pekerjaan dengan insiden

carpal tunnel syndrome, pengetahuan mengenai hal ini masih kurang jika ditinjau dari pola

dan kausalitas dari hubungan kedua hal ini. Penelitian yang lebih luas perlu dilakukan untuk

mengemukakan secara konkrit hubungan ergonomik dan kecelakaan kerja yang di dalamnya

termasuk carpal tunnel syndrome.

8

Page 9: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

Hubungan Carpal Tunnel Syndrome dengan Penyakit – Penyakit Lain

Beragam faktor yang dapat memicu timbulnya CTS (carpal tunnel syndrome) yakni faktor

keturunan, ukuran dari ruas canalis carpi, hubungan penyakit secara lokal dan sistemik, dan

kebiasaan hidup. Penyebab non-traumatik secara umum dapat timbul setelah lewat suatu

periode waktu, dan tidak dipicu oleh hal lain. Kebanyakan faktor pemicu ini dikarenakan

manifestasi penuaan secara fisiologi, antara lain:

Rheumatoid arthritis dan penyakit inflamasi lainnya yang dapat menyebabkan

peradangan pada tendon – tendon fleksor.

Kehamilan dan hipotiroidisme, terjadinya retensi cairan dalam jaringan menyebabkan

pembengkakan pada tenosynovium.

Perempuan hamil beresiko tinggi terkena CTS dikarenakan perubahan hormonal dan

retensi cairan yang sering terjadi pada masa kehamilan. CTS biasanya muncul dan

mulai dikeluhkan saat memasuki trimester ketiga dan menghilang setelah persalinan,

biasanya dikarenakan edema akibat retensi cairan.

Cedera di waktu lalu berupa fraktur pada pergelangan tangan.

Kesalahan pengobatan dapat memicu terjadinya retensi cairan atau timbulnya

inflamasi berupa: artritis inflamasi, fraktur Colles, amyloidosis, hipotiroidisme,

diabetes mellitus, acromegaly, dan penggunaan kortikosteroid dan estrogen secara

berlebihan.

Carpal tunnel syndrome berhubungan dengan aktivitas repetitif pada tangan dan

pergelangan tangan, bersamaan dengan adanya pemaksaan dan postur yang kaku.

Acromegaly, kelainan hormon pertumbuhan yang menekan persarafan akibat

pertumbuhan tulang abnormal pada tangan dan pergelangan tangan.

Tumor, biasanya tumor jinak, yakni ganglion atau lipoma, dapat menimbulkan

menekan secara aktif ke dalam canalis carpi dan mengurangi ukuran ruang dalam

canalis carpi. Kejadian ini jarang terjadi (kurang dari 1% dari total insidensi).

Obesitas juga dapat meningkatkan resiko CTS. Individu yang termasuk di dalam

kelompok obese (BMI>29) memiliki resiko 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan

individu yang bertubuh kurus (BMI < 20).

Mutasi heterozygot dalam gen dengan kode SH3TC2 berhubungan dengan Charcot-

Marie-Tooth yang menimbulkan neuropathy termasuk CTS.2,3

Diagnosis

9

Page 10: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

Secara klinis CTS didiagnosis dengan kriteria yaitu rasa nyeri yang berupa

kesemutan, rasa terbakar dan baal pada jari I, II, III dan setengah bagian lateral jari IV

dengan onset terjadi di waktu malam hari atau dini hari. Pada keadaan yang berat, rasa nyeri

dapat menjalar hingga ke lengan atas dan terdapat atrofi pada otot thenar. Penegakan

diagnosis baru dilakukan jika telah dilakukan tes provokasi berupa Tes Phalen, Tes Tinel dan

Tes Wormser (Reverse Phalen) positif.

Tes Phalen

Manuver ini dilakukan dengan cara memfleksikan secara lembut pergelangan tangan

dengan jarak sejauh mungkin, lalu posisi ini didiamkan dalam beberapa waktu sambil

menunggu timbulnya gejala. Hasil positif jika terdapat mati rasa pada area yang

dipersarafi oleh N. Medianus ketika sedang menahan pergelangan tangan pada posisi

fleksi selama 60 detik. Semakin cepat timbulnya mati rasa, maka kondisi yang ada

sudah semakin parah. Tanda Phalen positif berupa rasa nyeri dan atau paresthesia di

jari – jari yang dipersarafi oleh N. Medianus dalam fleksi pergelangan tangan selama

satu menit. Tes ini diakui paling tepat menggambarkan tingkat keparahan CTS yang

diderita.

Tanda Tinel

Merupakan salah satu jenis tanda pemeriksaan yang klasik dengan tingkat spesifikasi

yang rendah untuk mendeteksi adanya nervus yang teriritasi. Tanda Tinel dilakukan

dengan cara menepuk dengan ringan kulit yang melapisi fleksor retinaculum untuk

menimbulkan sensasi kesemutan pada area yang dipersarafi oleh N. Medianus. Tanda

Tinel (rasa nyeri dan atau paresthesia pada jari – jari tangan yang dipersarafai N.

Medianus dengan perkusi pada N. Medianus) kurang sensitif namun lebih spesifik

dibandingkan dengan Tanda Phalen. 2,4

Prevalensi

10

Page 11: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

Carpal tunnel syndrome dapat terjadi pada siapa saja. Di Amerika Serikat didapatkan

sekitar 50 dalam populasi 1000 orang yang menderita carpal tunnel syndrome. Ras kaukasia

memiliki resiko tertinggi terkena CTS jika dibandingkan dengan ras yang lain. Perempuan

beresiko lebih tinggi dibandingkan laki – laki dengan tingkat perbandingan sebesar 3:1 pada

usia antara 45 – 60 tahun. Hanya sebesar 10% kasus CTS yang dilaporkan ditemukan pada

usia yang lebih muda di usia 30-an tahun. Kaum perempuan diduga memiliki ukurang canalis

carpi yang lebih kecil dibandingkan kaum laki – laki.

Pencegahan

Sebuah studi di tahun 2007 dibawah pimpinan Lozano-Calderon dkk dari Department

of Othopaedic Surgery at Massachusetts General Hospital menyatakan carpal tunnel

syndrome terjadi karena faktor genetik dan struktur. Oleh karena itu, carpal tunnel syndrome

berkemungkinan tak dapat dicegah untuk terjadi. Akan tetapi, beberapa pihak menyatakan

pencegahan dapat dilakukan dengan cara menerapkan pola gaya hidup sehat seperti

menghindari stress berulang, melakukan kebiasaan bekerja yang sehat seperti menggunakan

alat bantu kerja berupa wrist rest dan mouse pad, istirahat sejenak dari rutinitas pekerjaan

yang dilakukan oleh tangan dan pergelangan tangan secara berulang, menggunakan papan

ketik alternatif (pena digital, alat pengenal suara dan alat pendikte) dan mengkonsumsi

vitamin B, asam lemak omega-3 dan zat anti-inflamasi seperti turmerik. Individu yang selalu

melakukan aktivitas dan pekerjaan yang dapat memicu timbulnya carpal tunnel syndrome di

kemudian hari perlu memberikan batasan dalam pekerjaan, namun sangat sedikit data yang

mendukung konsep ini dan dianggap remeh akan penggunaan lengan secara berulang dalam

posisi yang kaku dapat menimbulkan sakit.

Kemungkinan Kesalahan Diagnosis

Beberapa pakar, yakni Dr. Janet G. Travell, MD dan Dr. David G. Simons, MD yakin

bahwa carpal tunnel syndrome telah menjadi label universal bagi siapa pun yang mengalami

rasa nyeri, mati rasa, benjolan, dan atau rasa terbakar di sisi radial tangan dan atau

pergelangan tangan. Travell dan Simons menyimpulkan dari penelitian bahwa tautan

kontraksi myofascial (otot skelet) yang disebut dengan titik serangan (trigger points) dapat

menimbulkan beragam gejala seperti gejala – gejala klinik gangguan neuropathy pada tangan.

Sebagai contoh, masih diperdebatkan oleh para terapis tentang titik serangan pada otot – otot

di dalam leher, lengan atas, dada dan lengan bawah yang dapat ditimbulkan oleh penekanan

11

Page 12: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

terhadap N. Medianus dalam lengan bawah dan menimbulkan mati rasa dan atau rasa nyeri

terbakar pada tangan. Selanjutnya, titik serangan pada otot scalenus pada leher dapat

memendekkan thoracic outlet dan menekan persarafan dan pembuluh darah dalam lengan

yang mengurangi aliran darah dan cairan limfe yang menyebabkan pembengkakan pada

tangan dan jari – jari tangan. Pembedahan pada canalis carpi dapat mengurangi tegangan

pada N. Medianus dengan memotong ligamentum carpi transversum dan memberikan

perbaikan yang cukup berarti bagi pasien, tetapi hal ini menjadi tidak perlu ketika titik

serangan menjadi akar dari permasalahan. Secara keseluruhan, komunitas medis kurang

menerima teori tentang titik serangan ini.

Terapi

Terdapat beberapa terapi terhadap carpal tunnel syndrome yang masih dipergunakan

hingga saat ini, antara lain:

Peregangan ( Stretching )

Beragam gerakan peregangan dapat membantu pencegahan terhadap CTS, namun

banyak orang yang tidak tahu akan kegunaan peregangan otot – otot pergelangan tangan dan

tangan. Untuk mengurangi insiden terserang CTS, berikut ini adalah gerakan peregangan

yang bisa dilakukan:

Gerakan 1, Gerakan Mengepal dan Membuka

Kepalkan tangan dengan kencang selama 3 – 5 detik, lalu lepaskan dan ratakan

seluruh jari – jari tangan. Ditahan selama 3 – 5 detik juga. Ulangi gerakan ini sebanyak 5 kali

di tiap tangan.

12

Page 13: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

Gerakan 2 : Peregangan

Gerakan perengan ini dapat mengurangi rasa sakit dan tekanan yang disebabkan oleh

pergerakan tangan repetitif dalam periode tertentu. Dengan menggunakan salah satu tangan,

jari – jari di tangan lain di lebarkan sebisa mungkin tanpa menimbulkan rasa nyeri. Hasil dari

peregangan dapat dirasakan pada telapak tangan dan pergelangan tangan. Tahan posisi

peregangan ini selama 3 – 5 detik lalu lepaskan. Lakukan gerakan ini sebanyak 5x di tiap

tangan yang telah dilakukan gerak mengepal dan meregang.

Splint (Bidai Immobilisasi)

Splint pergelangan tangan membantu mengurangi mati rasa dengan mengurangi fleksi

pergelangan tangan. Splint di malam hari dapat membantu pasien untuk tidur nyenyak.

Injeksi Kortikosteroid Lokal

Injeksi kortikosteroid cukup efektif sebagai penghilang gejala CTS secara temporer

dalam waktu yang singkat. Pada beberapa pasien, injeksi kortikosteroid dapat bernilai

diagnostik. Pengobatan ini tidak bersifat untuk dilakukan dalam jangka waktu yang panjang.

Pada umumnya, para ahli medis hanya meresepkan penyuntikan steroid lokal hingga

pengobatan jenis lain bisa dilakukan dengan baik. Pada kebanyakan pasien, pembedahan

merupakan satu –satunya pengobatan yang bisa memberikan penyembuhan permanen.

13

Page 14: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

Obat – obatan

Penggunaan obat – obatan anti-inflamasi tanpa resep seperti aspirin, ibuprofen atau

naproxen dapat secara efektif mengurangi gejala dengan baik. Penghilang nyeri seperti

paracetamol hanya bersifat sementara dalam menghilangkan nyeri, dan hanya anti-inflamasi

yang bisa mengurangi peradangan CTS. Obat anti-inflamasi non-steroid (AINS) secara

teoritis bisa mengobati pembengkakan dan menghilangkannya dengan baik. Steroid oral

seperti prednisone dapat mengobati pembengkakan dengan baik, namun secara umum tidak

digunakan dalam terapi CTS karena efeks sampingnya yang kurang baik. Penggunaan obat

anti-inflamasi non-steroid dapat memperparah gejala asma pada pasien yang memiliki

riwayat asma, penggunaan steroid berupa prednisone adalah pilihan paling aman bagi pasien

asma yang mengalami CTS. Komplikasi yang paling sering muncul berhubungan dengan

pemakaian jangka lama obat anti-inflamasi adalah iritasi dan perdarahan saluran cerna.

Beberapa jenis obat anti-inflamasi juga memiliki kontraindikasi terhadap beberapa jenis

penyakit jantung. Penggunaan obat anti-inflamasi secara kronik, nyeri jangka lama sebaiknya

dipantau oleh dokter secara saksama.

Pengobatan yang lebih agresif untuk terapi CTS adalah injeksi kortison untuk

mengurangi pembengkakan dan tekanan pada persarafan dalam canalis carpi.

Methylcobalamine (vit.B12) dapat memberikan manfaat yang cukup baik pada beberapa

kasus CTS.

Pembedahan Carpal Tunnel Syndrome

Ini adalah salah satu contoh hasil pembedahan carpal tunnel syndrome. Dua teknik

yang berbeda digunakan di dalamnya. Luka pada tangan kiri adalah bekas pembedahan 6

minggu yang lalu, sedangkan luka pada tangan kanan adalah bekas pembedahan 2 minggu

yang lalu. Dapat dilihat adanya atrofi otot thenar eminensia di tangan kiri yang merupakan

tanda kronik CTS.

14

Page 15: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

Salah satu gambar metode pembedahan pada carpal tunnel syndrome. Dapat dilihat

teknik pembukaan ligamentum carpi transversum yang juga dikenal dengan sebutan

pembedahan “pembebasan canalis carpi”. Pembedahan ini sangat direkomendasikan bagi

pasien yang telah mengalami secara konstan dan static mati rasa, kelemahan otot tangan, atau

atrofi, dan penggunaan splint di malam hari sudah tidak bisa lagi mengontrol gejala – gejala

intermiten CTS. Secara umum, pada kasus – kasus dengan derajat sedang dapat dikontrol

gejalanya dengan baik dalam hitungan bulan dan tahun, namun untuk kasus – kasus dengan

derajat berat secara simptomatis sulit dikurangi ataupun dihilangkan sehingga terapi

pembedahan adalah metode pengobatan terbaik.

Terapi Sinar

Terapi sinar radiasi secara ultrasonik terhadap pergelangan tangan pasien CTS

memberikan perbaikan yang cukup signifikan. Satu program terapi sinar terdiri atas 20 sesi

dengan masing – masing sesi selama 15 menit dengan pemaparan ultrasonik pada area canalis

carpi dengan frekuensi 1 MHz dan kekuatan 1.0 W/cm2.

15

Page 16: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

Fisioterapi dan Terapi Okupasi

Beragam terapi yang dilakukan oleh penderita carpal tunnels syndrome seperti

pemasangan splint, terapi sinar ultrasonik, gerakan peregangan saraf, mobilisasi tulang

carpal, terapi magnetik dan yoga memberikan keuntungan berupa perbaikan yang cukup

signifikan. Disamping itu, ada juga pengobatan secara fisioterapi atau teknik terapi okupasi

untuk carpal tunnel syndrome. Terapi ini berorientasi secara primer untuk nyeri karena

aktivitas non-spesifik dan kurang memberikan hasil yang baik pada gejala mati rasa karena

CTS.

Terapi okupasi memberikan penyaranan ergonomik untuk mencegah gejala yang

semakin parah. Terapi okupasi memfasilitasi fungsi tangan melalui terapi adaptif tradisional.

Segala bentuk penekanan paksa dan penggunaan berulang tangan dan pergelangan

tangan dapat menimbulkan nyeri pada anggota ekstremitas superior. Dengan istirahat yang

sesering mungkin dapat berguna jika jadwal kerja dapat dikurangi kepadatannya. Sebuah

hasil penelitian baru – baru ini menunjukkan dengan istirahat singkat beberapa kali saat

aktivitas yang cukup menegangkan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan

istirahat dalam waktu yang lama. Beragam jenis perangkat aksesoris komputer yang dapat

digunakan untuk menopang tangan dari kelelahan karena aktivitas berlebihan.

Olahraga dengan gerakan merelaksasi dan meregangkan otot – otot lengan dan tangan

dapat mengurangi resiko trauma ganda pada N. Medianus.

Massase atau pemijatan merupakan salah satu metode terapi yang sering digunakan

untuk mengobati gejala CTS. Perengangan dan pelepasan myofascial dapat menghilangkan

rasa nyeri, mati rasa, kesemutan dan nyeri terbakar dalam beberapa menit.

16

Page 17: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

Penyembuhan Jangka Lama

Kebanyakan orang mendapatkan penyembuhan dan perbaikan akibat gejala CTS

melalui terapi konservatif atau pembedahan dengan resiko kerusakan saraf seminimal

mungkin. Carpal tunnel syndrome kronik jangka lama, biasanya ditemukan pada orang –

orang lanjut usia, dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen dengan gejala mati rasa

ireversibel, adanya muscle wasting dan kelemahan otot akibat atrofi otot – otot thenar.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keparahan carpal tunnel syndrome,

yakni faktor mental yang labil dan pengguna minuman alkohol akan menyebabkan carpal

tunnel syndrome yang diderita semakin parah.

Banyak penderita carpal tunnel syndrome ringan dengan mengubah perilaku

penggunaan tangan saat bekerja dan perbaikan postur serta melakukan terapi konservatif

dengan baik dan rutin, melalui pengobatan tanpa pembedahan dapat memulihkan kondisi

kembali tanpa adanya lagi mati rasa ataupun rasa nyeri, dan tidak ada lagi gangguan saat

tidur. Beberapa orang menemukan perbaikan terhadap gejala CTS dengan merubah pola

pekerjaan dengan penggunaan tangan dan pergelangan tangan secara berulang, yakni waktu

aktivitas dan waktu istirahat disinkronkan. Pada beberapa orang juga menerapkan pola

pengerjaan berdasarkan prioritas sehingga mereka pun bisa menghindari aktivitas

penggunaan tangan berlebihan sehingga rasa nyeri bisa diminimalisir.

Kekambuhan carpal tunnel syndrome setelah pembedahan jarang terjadi. Jika

seseorang mengeluhkan gejala nyeri pada tangan setelah pembedahan, gejala tersebut bukan

karena carpal tunnel syndrome. Ada kemungkinan diagnosis carpal tunnel syndrome yang

tidak tepat pada pasien tersebut serta setelah pembedahan usai tidak ada pengurangan gejala

yang berarti bagi pasien.2

17

Page 18: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

III

KESIMPULAN

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan tanda dan gejala klinik yang timbul

akibat tekanan terhadap N. Medianus yang berjalan melalui canalis carpi. Carpal

tunnel syndrome merupakan salah satu bentuk neuropathy pada ekstremitas superior

yang menimbulkan efek nyeri pada tangan berupa gangguan motorik dan sensorik

yang dipersarafi oleh N. Medianus.

Gejala – gejala yang ditimbulkan oleh carpal tunnel syndrome berupa nyeri,

paresthesia, dan kelemahan pada regio yang dipersarafi oleh N. Medianus. Diagnosis

carpal tunnel syndrome berupa adanya nyeri, mati rasa (numbness) dan kesemutan

pada tangan yang dapat menjalar hingga pundak dan leher; gangguan ini sering terjadi

di malam hari saat tidur dengan posisi tidur berbaring ke satu sisi. Untuk mencegah

terjadinya carpal tunnel syndrome akibat aktivitas repetitif yang menimbulkan mati

rasa (numbness) dan nyeri, perlu dilakukan gerakan meregang pergelangan tangan,

tangan dan jari tangan. Selain itu, pengobatan yang efektif bagi penderita carpal

tunnel syndrome dengan menggunakan splint (balut tangan), injeksi kortikosteroid

dan pembedahan.

Carpal tunnel syndrome dapat dihubungkan dengan beragam keadaan yang memicu

penekanan terhadap N. Medianus pada pergelangan tangan. Beberapa kondisi yang

dapat memicu timbulnya carpal tunnel syndrome, antara lain: obesitas, hipotiroidisme,

arthritis, diabetes dan trauma.

Secara klinis CTS didiagnosis dengan kriteria yaitu rasa nyeri yang berupa

kesemutan, rasa terbakar dan baal pada jari I, II, III dan setengah bagian lateral jari IV

dengan onset terjadi di waktu malam hari atau dini hari. Pada keadaan yang berat, rasa

nyeri dapat menjalar hingga ke lengan atas dan terdapat atrofi pada otot thenar.

Penegakan diagnosis baru dilakukan jika telah dilakukan tes provokasi berupa Tes

Phalen, Tes Tinel dan Tes Wormser (Reverse Phalen) positif.

Beragam terapi untuk carpal tunnel syndrome berupa gerakan relaksasi dan

peregangan otot dan persarafan tangan dan pergelangan tangan, penyuntikan

kortikosteroid, penggunaan obat anti-inflamasi, pembedahan, terapi sinar dan

fisioterapi okupasi.

18

Page 19: Revisi - Paper Carpal Tunnel Syndrome

IV

REFERENSI ILMIAH

1. Maurice Victor, Allan H. Ropper.“Diseases of Spinal Cord, Peripheral Nerve,

and Muscle”.Adams and Victor’s Principles of Neurology.7th ed. New York:

McGraw-Hill Companies, 2001: 1433 – 1434.

2. NN. 2009. “Carpal Tunnel Syndrome”.

http://en.wikipedia.org/wiki/Carpal_tunnel_syndrome. Diakses tanggal 24

September 2010.

3. Lewis P. Rowland, M.D. “Systemic Diseases and General Medicine”.

Merritt’s Neurology. 11th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins,

2005 : 1116.

4. H. Jusuf M, Abdul Bar H., Adre M., M. Kurniawan S.”Sindroma Terowongan

Karpal”.Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar

Prosedur Operasional (SPO) Neurologi.Jakarta: Perhimpunan Dokter

Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).2006: 90 – 91.

19