rkm 2

15
TANTANGAN AKUNTAN DALAM MENYONGSONG MEA DAN INTEGRASINYA DALAM PENDIDIKAN AKUNTANSI Tugas Mata Kuliah Auditing 1 Oleh: MUNAWAROH 140810301148

Upload: munawaroh

Post on 12-Jul-2016

216 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Auditing 1

TRANSCRIPT

Page 1: RKM 2

TANTANGAN AKUNTAN DALAM MENYONGSONG MEA DAN INTEGRASINYA DALAM PENDIDIKAN AKUNTANSI

Tugas Mata KuliahAuditing 1

Oleh:

MUNAWAROH140810301148

Program Studi AKuntansiFakultas Ekonomi

Universitas Jember2016

Page 2: RKM 2

BAB 1. PENDAHULUAN

Dalam perkembangannya, profesi akuntansi mengalami perkembangan yang

cukup pesat seiring dengan tuntutan masyarakat dunia usaha dan sektor

pemerintahan. Sebagai professional di bidang akuntansi, seorang akuntan dapat

mengembangkan karirnya di berbagai bidang, antara lain bidang keuangan,

pendidikan, perpajakan, konsultan keuangan, pasar modal, manajemen, audit,

teknologi informasi dan penyusunan laporan keuangan. Akuntan juga

mengembangkan profesinya sebagai akuntan publik dan dapat membuka usaha

dengan mendirikan Kantor Akuntan Publik (KAP).

Indonesia sudah harus membuka diri terhadap persaingan global, terutama

dalam level Asia Tenggara yang sudah dimulai pada akhir 2015 yang lalu. Negara-

negara di Kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN termasuk Indonesia

akan melebur dan bersama-sama memasuki era baru dalam bidang perekonomian

khususnya perdagangan di area pasar bebas dalam bentuk Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA)/Asean Economics Community (AEC). Tantangan sebagai akuntan

kedepan akan semakin sulit bila setiap pribadi tidak memiliki dorongan untuk

meningkatkan soft-kills. Kemampuan berbahasa inggris, kecepatan mengelola

teknologi, mampu membawa diri dengan baik, dan etos kerja yang tinggi merupakan

beberapa soft-kills yang harus dimiliki untuk menghadapi MEA.

Berlakunya MEA pada akhir tahun 2015 berarti semua negara-negara anggota

ASEAN menyepakati perwujudan integrasi ekonomi yang penerapannya mengacu

pada ASEAN Economic Community (AEC) blueprint, yaitu pedoman bagi Negara-

negara ASEAN dalam mewujudkan AEC 2015. Dalam menghadapi AEC 2015 untuk

sector-sektor yang telah disepakati tersebut, Indonesia telah melahirkan regulasi UU

NO.7 tahun 2014 tentang strategi perdagangan untuk membendung banjirnya produk

yang masuk ke Indonesia. UU ini mengatur tentang ketentuan perijinan bagi pelaku

usaha yang terlibat dalam perdagangan, peningkatan penggunaan produk dalam

negeri, dan mewajibkan pemerintah untuk mengendalikan ketersediaan bahan

kebutuhan pokok bagi seluruh wilayah di Indonesia. Pada UU tersebut juga

menentukan larangan dan atau  pembatasan barang dan jasa yang diperdagangkan di

Indonesia, tujuannya untuk kepentingan nasional yaitu untuk melindungi keamanan

nasional.

Sektor yang menjadi unggulan Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 ini

adalah sumber daya alam, informasi teknologi, dan ekonomi kreatif.  Kemudian salah

Page 3: RKM 2

satu sektor jasa  dari 5 (lima) sektor jasa yang telah disepakati dalam MRA (Mutually

Recognition Agreement) adalah jasa akuntansi. Jasa akuntansi diberikan oleh profesi

akuntan, yang dianggap sebagai salah satu  profesi pendukung kegiatan dunia usaha

dalam era globalisasi. Keliat dkk (2013,92) menyebutkan bahwa jasa akuntansi adalah

salah satu sektor jasa yang penting dalam produksi barang dan jasa, juga penting bagi

implementasi dan penegakan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan keuangan.

Oleh karena itu sekarang kebutuhan akan jasa akuntan semakin meningkat, terutama

kebutuhan kualitas informasi keuangan yang  digunakan sebagai salah satu dasar

pertimbangan dalam pengambilan keputusan bisnis, untuk itu perlu pengembangan

kualitas jasa akuntansi. Sebagaimana disebutkan oleh Menteri Keuangan RI Prof.

Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menyebutkan bahwa Ikatan Akuntan

Indonesia (IAI) sebagai mitra strategis pemerintah untuk bersama-sama

mengembangkan profesi Akuntan di Indonesia, karena profesi akuntan memiliki

peranan yang besar dalam mendukung perekonomian nasional yang sehat dan efisien,

serta membantu dalam meningkatkan transparansi dan mutu informasi dalam bidang

keuangan (Akuntan Indonesia, Januari-Pebruari, 2015). Untuk itu seorang akuntan

terutama akuntan publik dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan

profesionalismenya agar dapat memenuhi kebutuhan stakeholders dan mengemban

kepercayaan publik.

Page 4: RKM 2

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian AkuntanPada saat ini yang dapat disebut sebagai akuntan adalah mereka yang lulus

dari pendidikan Strata satu (S1) program studi akuntansi dan telah memperoleh gelar

profesi akuntan melalui pendidikan profesi akuntansi. Akuntan adalah sebutan dan

gelar profesional yang diberikan kepada seorang sarjana yang telah menempuh

pendidikan di Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi pada suatu universitas atau

perguruan tinggi dan telah lulus Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Ketentuan

mengenai praktek Akuntan di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 34

Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan (Accountant) yang mensyaratkan

bahwa gelar akuntan hanya dapat dipakai oleh mereka yang telah menyelesaikan

pendidikannya dari perguruan tinggi dan telah terdaftar pada Departemen Keuangan

R.I. (Erika, 2011).

Menurut Prof. Nasir dalam Media Akuntansi (2015) menyatakan bahwa profesi

akuntan bisa menjadi katalis peningkatan daya saing bagi profesi lain. Ujungnya

adalah naiknya national competitiveness, karena profesi akuntan memiliki peran

sentral dalam meningkatkan daya saing bangsa secara keseluruhan.

2.2 Profesi AkuntanProfesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan

keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan

internal yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang

bekerja di Pemerintah, dan akuntan pendidik. Dalam arti sempit, profesi akuntan

adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan publik yang

lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak dan konsultan manajemen.

Secara garis besar dan dari bidang kerjanya, profesi Akuntan dapat digolongkan

sebagai berikut:

2.1.1 Akuntan Publik (Public Accountants)Akuntan publik atau juga dikenal dengan akuntan eksternal adalah akuntan

independen yang memberikan jasa-jasanya atas dasar pembayaran tertentu.

Mereka bekerja bebas dan umumnya mendirikan suatu kantor akuntan. Yang

termasuk dalam kategori akuntan publik adalah akuntan yang bekerja pada

kantor akuntan publik (KAP) dan dalam prakteknya sebagai seorang akuntan

Page 5: RKM 2

publik dan mendirikan kantor akuntan, seseorang harus memperoleh izin dari

Departemen Keuangan. Seorang akuntan publik dapat melakukan pemeriksaan

(audit), misalnya terhadap jasa perpajakan, jasa konsultasi manajemen, dan

jasa penyusunan sistem manajemen.

2.1.2 Akuntan Internal (Internal Accountants)Akuntan intern adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau

organisasi. Akuntan intern ini disebut juga akuntan perusahaan atau akuntan

manajemen. Jabatan tersebut yang dapat diduduki mulai dari Staf biasa sampai

dengan Kepala Bagian Akuntansi atau Direktur Keuangan. Tugas mereka

adalah menyusun sistem akuntansi, menyusun laporan keuangan kepada

pihak-pihak eksternal, menyusun laporan keuangan kepada pemimpin

perusahaan, menyusun anggaran, penanganan masalah perpajakan dan

pemeriksaan intern.

2.1.3 Akuntan Pemerintah (Government Accountants)Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga

pemerintah, misalnya di kantor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

(BPKP), Badan Pengawas Keuangan (BPK).

2.1.4 Akuntan PendidikAkuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi,

melakukan penelitian dan pengembangan akuntansi, mengajar, dan menyusun

kurikulum pendidikan akuntansi di perguruan tinggi.

Seorang berhak menyandang gelar akuntan bila telah memenuhi syarat

antara lain: pendidikan Sarjana akuntansi dari fakultas ekonomi perguruan

tinggi yang telah diakui menghasilkan gelar akuntan atau perguruan tinggi

swasta yang berafiliasi ke salah satu perguruan tinggi yang telah berhak

memberikan gelar Akuntan. Selain itu juga bisa mengikuti Ujian Nasional

Akuntansi (UNA) yang diselenggarakan oleh konsorsium Pendidikan Tinggi

Ilmu Ekonomi yang didirikan dengan SK Mendikbud RI tahun 1976.

Profesi akuntan sekarang ini dituntut untuk mampu bertindak secara

profesional sesuai dengan etika profesionalisme audit. Hal tersebut

dikarenakan profesi akuntan memiliki tanggungjawab terhadap apa yang

diperbuat baik terhadap pekerjaan, organisasi, masyarakat, dan dirinya sendiri.

Dengan bertindak sesuai etika maka kepercayaan masyarakat terhadap profesi

Page 6: RKM 2

akuntan akan meningkat. Terlebih saat ini profesi akuntan diperlukan oleh

perusahaan, khususnya perusahaan yang akan masuk ke dalam pasar modal.

Profesi Akuntan biasanya dianggap sebagai salah satu bidang profesi

seperti organisasi lainnya. Adapun ciri profesi menurut Harahap (1991) adalah

sebagai berikut:

1. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan pedoman

dalam melaksanakan keprofesiannya.

2. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku

anggotanya dalam profesi itu.

3. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh

masyarakat/pemerintah.

4. Keahliannya dibutuhkan oleh masyarakat.

5. Bekerja bukan dengan motif komersil tetapi didasarkan kepada

fungsinya sebagai kepercayaan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan

akuntan baik yang bekerja di sektor swasta maupun sektor pemerintah, entah

selaku akuntan manajemen, akuntan publik, akuntan pendidik maupun akuntan

pemerintahan disebut sebagai profesi karena 1) memerlukan pengetahuan

akuntansi dan disiplin ilmu lain yang relevan melalui pendidikan formal, 2)

memerlukan ketrampilan dalam mengolah data dan menyajikan laporan

khususnya dengan memanfaatkan teknologi komputer dan sistem informasi

(skill), serta 3) harus mempunyai sikap dan perilaku etis (attitude).

2.3 Tuntutan Jasa AKuntansiDi dalam dokumen MRA, jasa akuntansi termasuk dalam klasifikasi Central

Product Clasification (CPC) 862 yang menyebutkan bahwa jasa akuntan, audit

dan bookkeeping digolongkan sebagai bagian dari subsektor A dari jasa-jasa bisnis.

Kemudian jasa akuntan, auditing, dan bookkeeping dibagi lagi menjadi beberapa

kategori, yaitu (Keliat dkk, 2013,93):1. Financial auditing services (CPC 86211), yaitu jasa untuk melakukan penilaian

terhadap pembukuan serta bukti-bukti pendukung organisasi yang lain dengan

tujuan untuk menyampaikan opini tentang apakah pernyataan keuangan dari

organisasi tersebut telah menunjukkan dengan baik posisi keuangan organisasi

tersebut, dan hasil-hasil kegiatannya sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berterima umum.

Page 7: RKM 2

2.  Accounting review services (CPC 86212), yaitu jasa untuk melakukan penilaian

terhadap laporan keuangan tahunan atau sementara dan berbagai informasi

pembukuan lainnya, yang cakupan jasa yang diberikan lebih kecil dibandingkan

dengan jasa audit, sehingga tingkat keyakinan ,lebih rendah dibandingkan

dengan audit.

3. Compilation of financial statement services (CPC 86213), yaitu jasa penyusunan

laporan keuangan berdasarkan infromasi yang diberikan oleh klien. Tidak ada

jaminan yang diberikan mengenai akurasi dari laporan yang dibuat tersebut.

4. Jasa akuntansi yang lain (CPC 86219), kategori jasa akuntansi yang lain adalah

jasa pembukuan (jasa menglasifikasikan dan mencatat transaksi bisnis dalam

nilai uang atau unit penilaian tertentu di dalam buku catatan keuangan.

 

Pada masa sekarang telah banyak diterbitkan undang-undang oleh pemerintah

yang intinya mewajibkan kepada lembaga sektor publik maupun sektor swasta untuk

menciptakan tata kelola organisasi  dalam usaha mencegah terjadinya kejahatan

keuangan seperti korupsi. Untuk itu setiap lembaga tersebut harus diaudit dan

mendapatkan penilaian wajar tanpa pengecualian. Berdasarkan data dari IAI bahwa di

Indonesia ada sekitar 226.780 organisasi  (lembaga pemerintah, perusahaan, yayasan,

dll) yang membutuhkan jasa audit untuk mendapatkan penilaian wajar tanpa

pengecualian tersebut. Hal ini merupakan peluang besar bagi jasa akuntan, dan

kebutuhan jasa akuntan ini semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Kontribusi akuntan yang professional diharapkan semakin meningkat dan

dapat memuluskan jalan untuk mencapai tatakelola dan transparansi keuangan bagi

organisasi tersebut.  Oleh karena itu dengan adanya liberalisasi jasa akuntan ini,

diperlukan upaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jasa akuntan. Namun jika

kita melihat data jumlah akuntan di Indonesia, peluang besar ini belum dapat dipenuhi

oleh jumlah akuntan tanah air.

Strategi yang dapat dilakukan untuk menghadapi MEA menurut Wakhyudi

(2014) adalah regulasi, standar kompetensi, dan komitmen pribadi. Regulasi yang

mengatur tentang persyaratan akuntan asing yang akan berpraktik di Indonesia, dan

memberikan kejelasan dalam proses menjadi akuntan professional, yaitu memenuhi

standar dan sesuai dengan kualifikasi dan kompetensinya atau tentang ketentuan

pemberian Akuntan Beregister negara (PMK 25/PMK.01/2014). Peraturan ini sejalan

dengan kesepakatan (MRA), namun tersebut juga masih tetap menguntungkan

akuntan lokal.  Salah satu pelaksanaan peraturan Menteri Keuangan ini telah

Page 8: RKM 2

diluncurkan Chartered Accountant (CA) yang telah diberlakukan tahun 2012

persaingan. 

Standar kompetensi lulusan sarjana akuntansi (Wakhyudi, 2014) adalah:

1. Kompetensi utama

a. Mampu menyusun laporan keuangan perusahaan jasa, dagang, dan

manufaktur sesuai dengan standar akuntansi

b. Mampu menganalisis informasi keuangan untuk kebutuhan internal

perusahaan

c. Mampu mendesain system akuntansi manual dan berbasis teknologi

informasi

d. Mampu mendesain kertas kerja audit dan melakukan pengauditan laporan

keuangan

e. Mampu menyusun dan menganalisis laporan keuangan sector public

f. Mampu menghitung, melaporkan, dan menyetorkan pajak sesuai dengan

peraturan perpajakan

g. Mampu melakukan riset/ menulis karya ilmiah

2. Kompetensi pendukung

a. Mampu belajar secara mandiri dan berkelanjutan

b. Mampu menganalisis studi kasus akuntansi dengan pendekatan kuantitatif

dan kualitatif

c. Mampu menyampaikan pendapat secara jelas baik secar lisan maupun

tulisan serta menghargai pendapat orang lain

d. Mampu bekerja dalam tim untuk menyelesaikan kasus

e. Kreatif dan inovatif dalam memberikan solusi terhadap studi kasus

f. Terampil dalam mengaplikasi berbagai teknologi dalam penyelesaian

masalah akuntansi pada berbagai entitas

g. Menghayati dan mengamalkan tujuan hidup untuk kesejahteraan bersama

yang berlandaskan pada nilai-nilai kehidupan.

3. Kompetensi lainnya:

a. Mampu berbahasa Indonesia dan Inggris dengan baik dan benar

b. Berkemampuan mengendalikan diri, memiliki integritas dan disiplin tinggi

c. Beriman, berakhlak mulia dan cinta tanah air

d. Memahami estetika, etika sosial dan akademik

e. Adaptif dan cepat tanggap/peduli terhadap lingkungan

f. Mampu membangun jejaring dan kerjasama di bidang akuntansi  

Page 9: RKM 2

2.4 KESIAPAN PENDIDIKAN AKUNTANSI DALAM MENGHADAPI MEA 2015Semakin berkembangnya pemanfaatan teknologi informasi dan meluasnya

pasar produksi telah menimbulkan globalisasi ekonomi, dan menimbulkan cakrawala

baru dalam manajemen operasional dan usaha bisnis. Tentu saja juga mengakibatkan

terjadinya pergeseran paradigma akuntansi. Paradigma baru dalam operasional

manajemen di era globalisasi ini menimbulkan keinginan pelaku bisnis untuk

menjadikan usahanya berkelas dunia (world class firm). Perusahaan yang berkelas

dunia mempunyai kriteria, yaitu menghasilkan produk dengan standar yang tinggi,

selalu melakukan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan, dan  sangat

berorientasi pada keinginan pelanggannya (Rofelawaty, 2014)

Adanya tuntutan globalisasi dan perkembangan teknologi informasi

menyebabkan pergeseran paradigma manajemen, yaitu: (Mulyadi, 2001)

a. Berorientasi pada keinginan pelanggan (customer value)

b. Melakukan pengembangan perusahaan secara berkelanjutan (continous

improvement)

c. Melakukan pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada system

manajemen yang modern (organizational system) dengan pola pengelolaan

manajemen menerapkan cross functional system

Pergeseran paradigma manajemen diikuti dengan pergeseran pada paradigma

akuntansi. Paradigma akuntansi yang baru dapat digambarkan sebagai berikut

(Goldfrey et al,2010):

a. Akuntansi harus mampu mengidentifikasi keunggulan kompetitif perusahaan

dengan melakukan efisiensi dan mengembangkan keunggulan produk

b. Berorientasi pada pelanggan dengan mengidentifikasi kepuasan pelanggan dan

menyesuaikan operasional perusahaan dengan tuntutan pelanggan

c. Melakukan pengukuran kinerja dengan melakukan evaluasi atas laporan

keuangan dan berorientasi pada keberhasilan secara berkesinambungan.

d. Menerapkan pola pelaporan yang terintegrasi, dengan laporan yang

komprehensif menggabungkan berbagai aspek data, baik data financial

maupun data non financial dalam satu laporan. 

Oleh karena itu dibutuhkan seorang akuntan yang kompeten yang mampu menjawab

tantangan dalam era globalisasi dan tantang pada MEA 2015 ini. Untuk mampu

bersaing di negara sendiri, dan melakukan ekspansi ke negara-negara

ASEAN, akuntan Indonesia harus mampu bersaing baik pemenuhan secara kualitas

maupun kuantitas.

Page 10: RKM 2

BAB 3. KESIMPULAN

Profesi akuntan merupakan salah satu profesi yang ikut serta dalam pasar

bebas Asean 2015/Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Sebagai professional di bidang

akuntansi, seorang akuntan dapat mengembangkan karirnya di berbagai bidang,

antara lain bidang keuangan, pendidikan, perpajakan, konsultan keuangan, pasar

modal, manajemen, audit, teknologi informasi dan penyusunan laporan keuangan.

Ketentuan mengenai praktek Akuntan di Indonesia diatur dengan Undang-Undang

Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan (Accountant) yang

mensyaratkan bahwa gelar akuntan hanya dapat dipakai oleh mereka yang telah

menyelesaikan pendidikannya dari perguruan tinggi dan telah terdaftar pada

Departemen Keuangan R.I. (Erika, 2011). Strategi yang dapat dilakukan untuk

menghadapi MEA menurut Wakhyudi (2014) adalah regulasi, standar kompetensi, dan

komitmen pribadi. Regulasi yang mengatur tentang persyaratan akuntan asing yang

akan berpraktik di Indonesia, dan memberikan kejelasan dalam proses menjadi

akuntan professional, yaitu memenuhi standar dan sesuai dengan kualifikasi dan

kompetensinya atau tentang ketentuan pemberian Akuntan Beregister negara (PMK

25/PMK.01/2014).

REFERENSI

Rofeawaty, Budi. No Date. Kesiapan Pendidikan Akuntansi Dalam Menghadapi MEA

2015.

Triatini, Ni Nyoman A., Erlina Diamastuti, Merlyana Dwinda Yanthi. No Date. Kesiapan

Profesi akuntan Di Indonesia Dalam Menghadapi MEA.