sanitasi lingkungan

Upload: tantri

Post on 08-Jan-2016

71 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Hasil penelitian dampak kekurangan air di pedesaan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Dengan kata lain, masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri. Menurut Hendrik L.Bloom (1974) ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.Penyebab yang paling besar adalah faktor lingkungan, disusul oleh faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, kemudian yang paling kecil pengaruhnya adalah faktor kependudukan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku masyarakat memegang peranan yang sangat penting untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, karena lingkungan yang sehat akan terwujud bila masyarakat juga berprilaku sehat.Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal, hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Namun, dewasa ini faktor utama dari timbulnya berbagai penyakit adalah lingkungan. Hal tersebut dapat menganggu aktivitas manusia. Segala aktivitas manusia dapat saling timbal balik dengan sistem penunjang kehidupan dan sumber daya serta sisa-sisa aktivitas manusia.Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat, diperlukannya peran aktif dan kesadaran dari dalam diri masyarakat tersebut. Selain itu diperlukan upaya kegiatan yang relevan, yaitu penangan promotif dan preventif yang berbasis lingkungan. Salah satu kegiatan promotifpreventif untuk menanggulangi penyakit berbasis lingkungan adalah pembangunan jamban keluarga, khusunya di daerah pedesaan.Di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 16/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman tidak disebutkan adanya istilah jamban. Namun di dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah nomor 534/2001 tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal disebutkan adanya sarana sanitasi individual dan komunal berupa jamban beserta MCK-nya. Lebih jauh lagi di dalam Buku Panduan Penyehatan Lingkungan Permukiman untuk RPIJM 2007 disebutkan adanya pengumpulan data primer tentang jamban keluarga.Dalam rangka mewujudkan lingkungan dan kesehatan masyarakat yang sehat dengan menyediakan fasilitas jamban disetiap rumah dan mengatasi keterbatasan air di Dusun Menasa, Desa Sinabun maka tercetuslah ide untuk melakukan penelitian dan menyusunya dalam bentuk karya tulis dengan topik Pemanfaatan Jamban dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Lingkungan dalam Konteks Ketersedian Sumber Dayu Air ( Studi Kasus di Dusun Menasa, Desa Sinabun)Penelitian ini didasarkan beberapa kenyatan bahwa:1. Desa Sinabun, merupkan salah satu desa di kabupaten Buleleng yang salah satu dusunya masih mengalami masalah terhadap fasilitas jamban dan pengelolaan air bersih. Dusun Menase merupakan dusun yang letaknya paling hulu sehingga di dusun tersebut air bersih susah didapatkan kecuali bagi warga pengguna PAM.2. Pada bulan juni, warga dusun Menasa mengalami penyakit kulit dan gatal-gatal akibat dari mandi dan mengomsumsi air sungai. Air sungai tersebut tercemar dengan sampah dan kotoran-kotoran hewan lainya. Tentu hal tersebut menyebabkan warga mengalami penyakit kulit. Penyakit ini di derita anak-anak hingga orang tua. Warga desa sudah beberapa kali memehon bantuan kepada pemerintah, tetapi pemerintah masih belum memberikan jawabanya. Tidak semua warga dusun menase menggunakan air PAM. Belum lagi kendala jika air tersebut tiba-tiba mati atau tidak mengalir lagi karena air PAM tersebut tidak sepanjang hari mengalir.3. Fasilitas jamban disetiap rumah yang terbatas. Misalnya saja pada satu rumah yang menepati ada dua KK. Namun, jamban yang dimiliki hanya satu. Selain itu, karena faktor ekonomi warga dusun Menasa masih banyak yang belum memiliki jamban. Program yang dilakukan oleh pemerintah masih sederhana yaitu hanya dengan sosialisasi. Pemerintah seharusnya dapat memberikan sumbangan berupa wc umun yang harus disediakan di dusun menase tersebut. selain itu pengolahan sumber daya air yang bersih untuk warga.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah pokok yang disoroti sebagai fokus dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.1) Bagaimana pengaruh ketersedian sumber daya air terhadap penggunaan jamban di Dusun Menasa, Desa Sinabun?2) Bagaimana pengaruh pemanfaatan jamban terhadap kesehatan lingkungan masyarakat Dusun Menasa, Desa Sinabun?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :1) Untuk mengetahui pengaruh ketersedian sumber daya air terhadap penggunaan jamban di Dusun Menasa, Desa Sinabun.2) Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan jamban terhadap kesehatan lingkungan masyarakat Dusun Menasa, Desa Sinabun.1.4 Manfaat PenelitianManfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :1.4.1 Manfaat Teoritis1. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi serta wawasan dalam studi lingkungan, dalam menggali aspek-aspek kajian lain dalam pelestarian lingkungan, termasuk fasilitas jamban dan sumber air bersih dalam menjaga kelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat.2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber acuan dalam mengembangkan perilaku positif masyarakat dalam partisipasinya untuk berperan dalam pengelolan sumber mata air dan memberdayakan fasilitas jamban, sebagai salah satu kegiatan dalam mendukung upaya pemerintah dalam pelestarian lingkungan hidup.1.4.2 Manfaat Praktis

A. Bagi Peneliti1. Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman peneliti sebagai bekal untuk turut serta berperan dalam upaya pelestarian lingkungan dan menjaga kesehatan .2. Mengembangkan sikap kepedulian terhadap fasilitas jamban yang berpotensi mendukung upaya pelestarian lingkungan.3. Menambah wawasan dalam rangka mempersiapkan diri mengabdi untuk nusa dan bangsa terutama dalam mendukung upaya untuk mewujudkan insan ekologi pelestari lingkungan dan kesehatan.

B. Bagi Masyarakat1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi dan menambah profesionalisme masyarakat sekitar dalam mengelola lingkungan, termasuk pelestarian sumber mata air, terutama dalam penggunaan jamban.2. Dapat meningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan jamban serta fasilitasnya dan pelestarian sumber daya air, dengan upaya-upaya yang sederhana, tetapi bermakna bagi pelestarian lingkungan

C. Bagi Pemerintah dan Para Pengambil Kebijakan1. Dapat digunakan sebagai salah satu acuan oleh para pengambil kebijakan dalam pelestarian lingkungan hidup, terutama dalam memberikan pembinaan secara edukatif dan persuasif , sebelum menerapkan sanksi bagi pelaku pelanggaran terhadap upaya pemerintah dalam pelestarian lingkungan2. Diharapkan pula hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para pengambil kebijakan dalam menggali nilai-nilai positif, dan lebih memerhatikan masyarakat yang masih tidak memiliki jamban dengan memberikan bantuan dan penyuluhan kepelosok-pelosok desa yang masih tercpencil.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Maka dari itu lingkungan sangat berperan dalam menjaga kesehatan individu. Apabila lingkungan sekitar bersih, maka kesehatan masyarakat pun akan terjaga. Notoatmodjo (1996), kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Undang-undang RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian faktor penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya. Melihat luasnya ruang lingkup kesehatan lingkungan, sangatlah diperlukan adanya multidisiplin kerja agar kegiatannya dapat berjalan dengan baik.Sanitasi lingkungan adalah usaha mengendalikan semua faktor-faktor fisik manusia yang mungkin menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik kesehatan dan daya tahan hidup manusia, kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain: perumahan, penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Usaha memperbaiki atau kondisi lingkungan ini dari masa ke masa, dan dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya bervariasi dan bertingkat dari paling sederhana (primitif) sampai paling mutakhir (modern). Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara negara berkembang. Berikut yang termasuk kedalam masalah kesehatan dan kebersihan lingkungan adalah jamban dan air bersih.

2.1. Jamban KeluargaJamban merupakan fasilitas atau sarana pembuangan tinja. Menurut Kusnoputranto (1997), pengertian jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan. Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa pengertian jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan menganggu estetika.Selain menyangkut perilaku buang air besar masyarakat yang belum semuanya menggunakan jamban, kita juga dihadapkan pada masih banyaknya jumlah jamban yang tidak memenuhi standar. Banyak di masyarakat jamban unimproved atau jamban yang tidak sehat. Sebagai Sanitarian kita harus paham berbagai informasi terkait jamban, baik kriteria maupun prosedur pemeliharaannya, diantaranya persyaratan pembuangan tinja. Menurut Kumoro (1998), terdapat beberapa bagian sanitasi pembuangan tinja, antara lain : Rumah Kakus: Berfungsi sebagai tempat berlindung dari lingkunagn sekitar, harus memenuhi syarat ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksi disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga. Lantai Kakus: Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga disesuaikan dengan bentuk rumah kakus. Tempat Duduk Kakus: Fungsi tempat duduk kakus merupakan tempat penampungan tinja, harus kuat, mudah dibersihkan, berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang mudah diangkat. Kecukupan Air Bersih: Jamban hendaklah disiram minimal 4-5 gayung, bertujuan menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih. Juga agar menghindari kotoran tidak dihinggapi serangga sehingga dapat mencegah penularan penyakit. Tersedia Alat Pembersih: Tujuan pemakaian alat pembersih, agar jamban tetap bersih setelah jamban disiram air. Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi kebersihan lantai agar tidak berlumut dan licin. Sedangkan peralatan pembersih merupakan bahan yang ada di rumah kakus didekat jamban. Tempat Penampungan Tinja: Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang berfungsi sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksi lubang harus kedap air dapat terbuat dari pasangan batu bata dan semen, sehingga menghindari pencemaran lingkungan. Saluran Peresapan: Merupakan sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang lengkap, berfungsi mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur tinja.2.1.1. Jenis-Jenis Jamban Menurut Azwar (1990), terdapat beberapa jenis jamban, antara lain :1) Jamban cubluk (Pit Privy): adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya dibangun dibawah tempat injakan atau dibawah bangunan jamban. Fungsi dari lubang adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak dimungkinkan penyebaran dari bakteri secara langsung ke pejamu yang baru. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu dalam karena akan menotori air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3 meter (Mashuri, 1994).2) Jamban Empang (Overhung Latrine): Adalah jamban yang dibangun diatas empang, sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yang biasanya dipakai untuk makanan ikan, ayam.Jamban Kimia (Chemical Toilet): Jamban model ini biasanya dibangun pada tempat-tempat rekreasi, pada transportasi seperti kereta api dan pesawat terbang dan lain-lain. Disini tinja disenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan pembersihnya dipakai kertas tissue (toilet paper). Sedangkan jamban kimia ada dua macam, yaitu tipe lemari (commode type), dan tipe tangki (tank type). Jamban kimia sifatnya sementara, karena kotoran yang telah terkumpul perlu di buang lagi.3) Jamban Leher Angsa (Angsa Trine): Jamban leher angsa merupakan jamban leher lubang closet berbentuk lengkungan, dengan demikian akan terisi air gunanya sebagai sumbat sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.2.1.2. Tujuh Syarat Jamban SehatBuang air besar (BAB) sembarangan bukan lagi zamannya. Dampak BAB sembarangan sangat buruk bagi kesehatan dan keindahan. Selain jorok, berbagai jenis penyakit ditularkan. Sebagai gantinya, BAB harus pada tempatnya yakni di jamban. Hanya saja harus diperhatikan pembangunan jamban tersebut agar tetap sehat dan tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut :1) TidakMencemariAir, Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester. Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.2) Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau, sungai, dan laut3) Tidak mencemari tanah permukaan, tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan. 4) Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian. Bebas dari serangga. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering. Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup.5) Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran. Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik.6) Aman digunakan oleh pemakainya. Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lai yang terdapat di daerah setempat. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya. Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran. Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100. 7) Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan. Jamban harus berdinding dan berpintu. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.2.1.3 Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga Fungsi jamban dari aspek kesehatan lingkungan antara lain dapat mencegah berkembangnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran manusia. Sementara dampak serius membuang kotoran di sembarang tempat menyebabkan pencemaran tanah, air dan udara karena menimbulkan bau. Pembuangan tinja yang tidak dikelola dengan baik berdampak mengkawatirkan terutama pada kesehatan dan kualitas air untuk rumah tangga maupun keperluan komersial. Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu : Melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit, melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang aman.Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit, melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan. Sedangkan prosedur pemeliharaan jamban menurut Depkes RI (2004) adalah sebagai berikut:1) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering2) Di sekeliling jamban tidak ada genangan air3) Tidak ada sampah berserakanan4) Rumah jamban dalam keadaan baik5) Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat6) Lalat, tikus dan kecoa tidak ada7) Tersedia alat pembersih8) Bila ada yang rusak segera diperbaiki2.1.4. Syarat-Syarat Jamban Sehat1) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter2) Tidak berbau3) Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus4) Tidak mencemari tanah di sekitamya5) Mudah dibersihkan dan aman digunakan6) Dilengkapi dinding dan atap pelindung7) Penerangan dan ventilasi cukup8) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai9) Tersedia air, sabun, dan alat pembersih

2.2. Pentingnya Sumber Daya AirAir adalah sumber daya alam yang mutlak diperlukan oleh manusia dan mahluk hidup lainnya, yang mempunyai arti serta peran penting bagi berbagai sektor kehidupan. Apabila semula air banyak digunakan hanya untuk keperluan minum dan rumah tangga lainnya, namun dalam perkembangannya air juga banyak digunakan untuk kebutuhan irigasi dan transportasi bahkan juga untuk indiustri baik untuk bahan produksi maupun sebagai pendingin mesin-mesin.Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang. Air merupakan sumber daya yang sampai saat ini belum dapat digantikan fungsinya dalam memberikan dukungan dan kehidupan bagi seluruh makhluk hidup,sehingga keberadaan dan kualitasnya haruslah dijadikan prioritas utama dalam pelestarian fungsinya untuk memberikan kehidupan bagi seluruh makhluk hidup. Dampak lingkungan yang terkait dengan air seperti dua sisi mata uang. Apabila telah terjadi kekurangan air dan kekeringan di musim kemarau, tak ayal lagi kecenderungan terjadinya luapan air dan banjir di musim hujan menjadi konsekuensi yang mau tidak mau harus diterima. Apabila kedua bencana itu telah terjadi, yang menjadai korban tidak hanya lingkungan saja efeknya terhadap manusia juga sangat besar. Kurangnya kesadaran akan pentingnya manajemen sumber daya air dan pelestarian air itu sendiri juga merupakan salah satu penyebab berbagai kerusakan lingkungan yang mengarah kepada kelangkaan air.Sehingga bila penyadaran masyarakat telah tercapai, maka hal ini dapat menjadi salah satu upaya untuk mengendalikan pemanfaatan sumber daya air.Atmaja ( 2008 ) dalam artikelnya berjudul Permasalahan Sumber Daya Air di Indonesia menyimpulkan, bahwa pengelolaan sumber daya air di Indonesia kecenderungan semakin tidak mempunyai sistem pola yang jelas. Permasalahan tersebut ditandai oleh degradasi lingkungan yang semakin luas, banjir , tanah longsor dan kekeringan . Banyak indikator menunjukkan bahwa kondisi lingkungan telah mengalami degradasi bila ditinjau dari sumber daya airnya. Dinyatakan, bahwa rata-rata aliran tahunan menjadi salah satu tolok ukur untuk menunjukkan bahwa degradasi lingkungan telah terjadi di Indonesia ( Ibid ). Kurangnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan sumber daya air terutama untuk pelestarian air itu sendiri nampaknya juga merupakan salah satu penyebab berbagai kerusakan linghkungan yang mengarah pada kelangkaan air, baik secara kuantitas maupun kualitas. Apabila penyadaran masyarakat telah tercapai, maka hal ini dapat menjadi salah satu upaya untuk mengendalikan pemanfaatan sumber daya air.Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang menggantikan Undang-Undang No. 11 tahun 1974 tentang pengairan, telah menetapkan bahwa negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan hak atas air. Konsideran Undang-Undang tersebut antara lain juga menimbang bahwa dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumber daya air wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras. Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis antarwilayah, antar sektor dan antergenerasi. Selain itu, masyarakat perlu diberi peran dalam pengelolaan sumber daya air. Air sebagai materi esensial dalam kehidupan tampak dari kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di setiap tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Jumlah penduduk dunia setiap hari bertambah, sehingga mengakibatkan jumlah kebutuhan air (Suriawiria,1996: 3). Ditinjau dari jumlah atau kuantitas air yang dibutuhkan manusia, kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari (Sunjaya dalam Karsidi, 1999 : 18). Ditinjau dari segi kuantitasnya, kebutuhan air rumah tangga menurut Sunjaya adalah:

a. Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan 5 liter / orang perhari.b. Kebutuhan air untuk higien yaitu untuk mandi dan membersihkan dirinya 25 30 liter / orang perhari.c. Kebutuhan air untuk mencuci pakaian dan peralatan 25 30 liter / orang perhari.d. Kebutuhan air untuk menunjang pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas sanitasi atau pembuangan kotoran 4 6 liter / orang perhari, sehingga total pemakaian perorang adalah 60 70 liter / hari di kota. Banyaknya pemakaian air tiap harinya untuk setiap rumah tangga berlainan, selain pemakaian air tiap harinya tidak tetap banyak keperluan air bagi tiap orang atau setiap rumah tangga itu masih tergantung dari beberapa faktor diantaranya adalah pemakaian air di daerah panas akan lebih banyak dari pada di daerah dingin, kebiasaan hidup dalam rumah tangga misalnya ingin rumah dalam keadaan bersih selalu dengan mengepel lantai dan menyiram halaman, keadaan sosial rumah tangga semakin mampu atau semakin tinggi tingkat sosial kehidupannya semakin banyak menggunakan air serta pemakaian air dimusim panas akan lebih banyak dari pada dimusim hujan.Begitu pentingnya sumber daya air dalam kebuthan sehari-hari masyarakat maka dari itu untuk mengelola dan melestraikan sumber daya air memerlukan sinergi dari pihak pemerintah sebagai pemegang otoritas dalam mengambil kebijakan di satu pihak, dan dipihak lain kesadaran dan peranserta masyarakat dalam melestarikan sumber daya air. 2.2.1 Pengaruh Sumber Air Terhadap Ketersedian JambanSumber-sumber air salah satunya adalah sungai dan PAM. Keterbatsan sumber air dapat berpenaruh terhadapa ketersedian jamban di desa-desa terpencil. Jamban merupakan fasilitas yang harus ada disetiap rumah, tetapi karena kurangnya sumber air bersih maka akan berampak terhadap fasilitas jamban. Biasanya masyarakat enggan membuat jamban karena sumber air seperti PAM tidak selalu mengalir. Selain itu karena pemukiman penduduk yang dekat dengan sungai menyebabkan kebanyakan masyarakat melakukan MCK di sungai. Hal ini lah yang mengakibatkan sungai tercemar dari limbah manusia yang berupa sampah maupun tinja. Dalam pembuatan jamban hal utama yang harus tersedia adalah sumber air bersihnya. Namun, jika sumber air bersihnya tidak tersedia dengan maksimal maka ini akan mengancam kesehatan dan kebersihan lingkungan. Tentu saja hal itu akan mengakibatkan sumber penyakit. Pembuangan tinja sangat berpengaruh terhadap kualitassumber air bersih yang natinya air bersih tersebut akan dikonsumsi oleh masyarakat. Contohnya saja tinja (feces), berpotensi mengandung mikroba pathogen, Air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen dan Fosfor, serta kemungkinan kecil mikroorganisme. Maka dari itu ketersedian jamban sangat diperlukan untuk menghambat kerusakan lingkungan dan mengelola sumber air dengan tepat guna.Air bersih yang sehat harus memenuhi beberapa syarat yaitu : Air harus jernihatautidak keruh. Kekeruhan pada air biasanya disebabkan oleh adanya butir-butir tanah liat yang sangat halus. Semakin keruh menunjukkan semakin banyak butir-butir tanah dan kotoran yang terkandung di dalamnya. Tidak berwarna. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain berbahaya bagi kesehatan, misalnya pada air rawa berwarna kuning , air buangan dari pabrik , selokan, air sumur yang tercemar dan lain-lain. Rasanya tawar. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.Tidak berbau. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan organik yang sedang didekomposisi (diuraikan) oleh mikroorganisme air. Derajat keasaman (pH) nya netralsekitar 6,5 8,5 . Air yang pHnya rendah akan terasa asam, sedangkan bila pHnya tinggi terasa pahit. Contoh air alam yang terasa asam adalah air gambut (rawa) Tidak mengandug zat kimia beracun, misalnya arsen, timbal, nitrat, senyawa raksa, senyawa sulfida, senyawa fenolik, amoniak serta bahan radioaktif. Kesadahannya rendah. Kesadahan air dapat diakibatkan oleh kandunganion kalsium (Ca2+)dan magnesium (Mg2+) . Hal ini dapat dilihat bila sabun atau deterjen yang digunakansukar berbusadan di bagian dasar peralatan yang dipergunakan untuk merebus air terdapatkerakatau endapan. Air sadah dapat juga mengandung ion-ionMangan (Mn2+)danbesi (Fe2+)yang memberikan rasa.Polusi air akan memberikan pengaruh yang luas pada aliran sungai dan laut, ada juga yang terdeposit di dasar air dalam bentuk materi berbahaya dan memiliki pengaruh jangka panjang karena setelah beberapa tahun materi ini dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan manusia. Dengan syarat-syarat tersebut maka air dapa di konsumsi dengn layak sehingga sumber air dapat dimanfaatkan untuk penyediaan air disetiap rumah. Jika disetiap rumah memiliki air yang cukup, masyarakat tidak akan memanfaatkan air sungai yang tercemar. Kerusakan lingkungan akibat limbah masyrakat akan berkurang dan kesehatan manusia akan terjaga. 2.2.2 Dampak Pencemaran Sumber AirAir selain sebagai salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan, juga dapat digunakan sebagal media dan sumber penularan penyakit infeksi pada manusia (water borne diseases), dimana organisme patogen dibawa secara pasif dalam sumber air yang tercemar.Penyakit-penyakit ini hanya dapat menyebar, apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar Lewat air ini sangat banyak macamnya, mulai dan virus, bakteri, protozoa, metazoa. Contonya seperti penyakit kulit akibat mandi menggunakan air kotor maupun diare.

Selain itu ada beberapa dampak dari tercemarnya sumber air yaitu : Gangguan KesehatanAir dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit bawaan air (waterborne disease). Selain itu di dalam air yang tercemar mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya. Penurunan Kualitas LingkunganAir yang tercenar akibat limbah masyarakat akan memberi dampak buru terhadapa lingkungan. Sebagai contoh, bahan organik yang terdapat dalam sungai akn berkurang akibat limbah masyarakat yang dibuang di sungai, oksigen yang terlarut (Dissolved Oxygen) di dalam sungai tersebut akan berkurang. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya.Dampak pencemaran sumber air sangat memengaruhi aktivitas masyarakat dan kesehatan masyarakat. Maka dari itu kesadaran masyarakat sangat diperlukan untuk mengelola sumber air tersebut dengan baik dan benar. Air yang tercemar merupakan ulah dari masyarakat yang selalu membuang sampah maupun tinja disungai sehingga dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat.

BAB IIIKerangka Konsep3.1 Kerangka PemikiranPembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Dengan kata lain, masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri. Faktor lingkungan dan perilaku masyarakat memegang peranan yang sangat penting untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, karena lingkungan yang sehat akan terwujud bila masyarakat juga berprilaku sehat.Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat, diperlukannya peran aktif dan kesadaran dari dalam diri masyarakat tersebut. Selain itu diperlukan upaya kegiatan yang relevan, yaitu penangan promotif dan preventif yang berbasis lingkungan. Salah satu kegiatan promotifpreventif untuk menanggulangi penyakit berbasis lingkungan adalah pembangunan jamban keluarga, khususnya di daerah pedesaan.

PeningkatanKesehatan WargaPemberdayaan Jamban KeluargaBerdasarkan hal yang telah dipaparkan, kerangka konsep berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut

Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa sesuai dengan isu dan fenomena yang berkembang di lokasi penelitian, yaitu fenomena keterbatasan sumber air, tantangan yang dihadapi sebagai masalah penelitian adalah meningkatkan kualitas kesehatan warga dengan pemberdayaan atau pembangunan jamban keluarga.

BAB IVMETODE PENELITIAN4.1 Subjek,Objek, Rancangan dan Tahapan Penelitian.Pengertian Subjek Penelitian dalam hal ini mengacu pada konsep Netra ( 1974 ), yaitu setiap individu yang akan diselidiki, dan dalam pengertian individu termasuk manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda, sedangkan objek penelitian adalah setiap gejala atau peristiwa yang akan diselidiki. Dalam penelitian yang berjudul Pemanfaatan Jamban dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Lingkungan dalam Konteks Ketersedian Sumber Daya Air ( Studi Kasus di Dusun Menasa, Desa Sinabun) ini, yang menjadi subjek penelitian adalah jamban keluarga. Penelitian dilakukan di dusun menasa, desa sinabun, kecamatan sawan, kabupaten buleleng. Sedangkan objek yang diteliti adalah pemberdayaan jamban keluarga dusun menasa. Aspek dari gejala yang diselidiki ( yaitu bentuk-bentuk kearifan lokal ) merupakan gejala yang timbul dari situasi yang wajar atau situasi-situasi yang berlangsung secara wajar. Dengan demikian, dalam penelitian ini digunakan pendekatan empiris , karena gejala yang diselidiki sudah ada secara wajar,- bukan dengan situasi buatan. Survei awal terutama observasi lapangan dan dokumentasi terhadap pemberdayaan jamban maupun lingkungan dan kesehatan warga dusun menasa sudah mulai dilaksanakan sejak pertengahan bulan juni 2013, tetapi penelitian intensif dilakukan sejak akhir bulan juni sampai awal bulan juli 2013 dengan sejumlah tahapan mulai dari identifikasi masalah, penyusunan proposal beserta pedoman wawancara sebagai instrument penelitian, pengumpulan, pengolahan melalui tabulasi dan analisis data dan penyusunan laporan hasil penelitian.Tabel 1. Jadwal Kegiatan PenelitianNo.WaktuKegiatan

119-23 Juni 2013Penjajakan ke lokasi penelitian

224-27 Juni 2013Identifikasi masalah, penyusunan proposal, pedoman wawancara

31-10 Juli 2013Pengumpulan, pengolahan, analisis.

411 Juli- 5 AgustusPenyusunan dan pengumpulan laporan penelitian.

4.2 Pendekatan dan Tempat penelitian Untuk memperoleh data tentang pemberdayaan jamban di kawasan dusun menasa , informan yang dianggap paling tepat adalah kepala desa sinabun dan kepala dusun menasa, sedangkan informasi tentang lingkungan dan kesehatan warga dusun menasa, informan yang dianggap representatif adalah masyarakat sekitar dan petugas kesehatan setempat. Penelitian ini dilakukan di wilayah Dusun Menasa, Desa Sinabun,Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng.4.3 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen4.3.1. Jenis Data yang DiperlukanData yang diperlukan dalam penelitian ini sebagian berupa data primer dan yang lainnya data sekunder.Data primer yang dimaksud adalah data tentang Pemberdayaan jamban di wilayah Dusun Menasa baik ada dan tidaknya jamban di setiap rumah kepala keluarga serta Pemanfaatannya, dan Kondisi Lingkungan serta kesehatan warga dusun menasa akibat pengaruh dari kondisi jamban tersebut. Sedangkan data sekunder sebagai pendukung terutama berkaitan dengan kondisi wilayah dan lokasi penelitian.4.3.2. Teknik Pengumpulan DataData primer dikumpulkan dengan melakukan wawancara terstruktur dengan menyiapkan pertanyaan terkait dengan aspek-aspek yang dikembangkan dari gejala yang diselidiki, dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisikan sejumlah daftar pertanyaan, pertanyaan, isian yang telah dipersiapkan sebelumnya yang dikembangkan dari objek penelitian. Format instrumen, disusun dan disesuaikan dengan kapasitas serta otoritasnya dalam memberikan informasi. Data primer lainnya tentang keadaan lingkungan dan kesehatan warga dusun menasa, dikumpulkan melalui peninjauan atau observasi ke lapangan dan diabadikan dengan menggunakan kamera digital. Hal ini dilakukan setelah memperoleh informasi awal dari beberapa sumber informasi.Sumber informasi utama adalah kepala dusun menasa dan warga dusun menasa, karena keduanya mempunyai kompetensi handal dan informasi yang saling melengkapi tentang pemberdayaan jamban beserta kondisi lingkungan dan kesehatan warga dusun menasa.4.4 Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan analisis non statistik yaitu analisis deskriptif kualitatif, dengan menyusun secara sistematis sehingga diperoleh suatu kesimpulan umum yang bersifat menyeluruh mengenai pokok permasalahan yang dibahas dari awal sampai akhir dan selanjutnya dilakukan generalisasi untuk memperoleh simpulan umum. Namun demikian secara lebih spesifik analisis juga disesuaikan dengan karakter masing-masing masalah yang telah dirumuskan. Masalah penelitian yaitu : Bagaimana pengaruh sumber daya air terhadap ketersediaan jamban di dusun menasa desa sinabun dan bagaimana pengaruh fasilitas jamban terhadap kesehatan dan lingkungan warga dusun menasa desa sinabun dianalisis dengan observasi terhadap jamban dan sumber air serta pengaruhnya terhadap kesehatan warga dusun menasa desa sinabun.Data atau informasi tantang sumber air, ketersediaan jamban di setiap rumah, serta kondisi kesehatan warga dusun menasa desa sinabun diperoleh dari kepala desa sinabun, kepal dusun menasa dan warga dusun menasa.

BAB VHasil Penelitian dan PembahasanHasil penelitian yang berkenaan dengan rumusan masalah, akan disajikan pada sub bab 5.2, namun sebagai gambaran umum awal untuk memperjelas dasar analisisnya, terlebih dahulu akan di deskripsikan lokasi penelitian (5.1) dan pengaruh lingkungan terhadap kesehatan warga 5.1. Deskripsi Wilayah lingkungan Dusun Menasa, Desa Sinabun5.1.1. Deskripsi wilayahWilayah Dusun Menasa yang berada di Desa Sinabun bagian Timur, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng berbatasan dengan Desa sangsit dibagian utara dan timur, bagian selatan Desa Suwug dan bagian barat Dusun Tengah. Dusun Menasa mempunyai luas wilayah 807 ha. Jarak tempuh dari ibu kota Kabupaten/kota sejauh 9 km dengan lama tempuh sekitar 25 menit. Di Dusun Menasa terdapat 405 kepala keluarga yang rata-rata bekerja sebagai petani dan buruh yang mengakibatkan kedaan ekonominya kurang untuk kebutuhan keluarga apalagi untuk merawat kesehatan diri. Dari 405 kepala keluarga kurang lebih 182 kepala keluarga memiliki fasilitas jamban untuk keperluan MCK. Warga yang tida memiliki fasilitas MCK melakukan MCK di sungai-sungai kecil yang berada disekitar wilayah Dusun Menasa. Air sungai yang mengalir ke Dusun Menasa merupakan aliran terusan dari Desa . Menasa sebagai daerah hulu sungai yang mengakibatkan banyak mendapat kiriman air kotor atau sampah dari Desa Sudaji. Selain itu, sungai-sungai yang terdapat di Dusun Menasa tidak selalu mengalirkan air dalam skala besar dan pada bulan 10-12 debit airnya kecil. Karena masalah keterbatasan sumber air, membuat warga Menasa enggan membuat jamban yang dalam pembuatannya menggunakan air PAM. Hanya sekitar 97 kepala keluarga yang menggunakan air PAM. Akan tetapi, warga yang sudah mempunyai sarana MCK yang memadai masih sering melakukan MCK di sungai dikarenakan air PAM yang tidak tentu mengalirkan air.

5.1.2. Lingkungan Dusun MenasaDusun Menasa merupakan daerah yang cukup jauh dari pusat kota, dengan kondisi wilayah tidak banyak terdapat bangunan permanen yang besar dan luas sehingga lahan produktif masih tersedia. Lahan tersebut digunakan sebagai sawah dan perkebunan kecil sebagai penopang kegiatan perekonomian warga. Namun, hal tersebut hanya dilihat dari pandangan lurus yang sebenarnya jika melihat kebawah tepatnya sungai yang terdapat disekitar Dusun Menasa terlihat buruk. Kondisi sungai yang kotor dengan sampah-sampah plastik membuat air sungai tercemar. Hal tersebut karena Menasa sebagai daerah hulu yang mendapat aliran air dari desa yang terletak di bagian selatan Desa Sinabun. Sungai-sungai tersebut tidak selalu mengalirkan air dalam debit besar, sering juga dalam debit kecil. Keterbatasan air yang dialami oleh warga sekitar, dan ketersediaan air bersih dari PDAM yang belum dapat menjangkau seluruh wilayah Menasa membuat warga terpaksa memanfaatkan air sungai untuk keperluan sehari-hari termasuk MCK dan masak. Air yang tercemar tidak akan baik untuk kesehatan, timbulnya berbagai penyakit kapan saja dapat menyerang tubuh seperti warga Menasa yang menggunakan air sungai untuk melakukan MCK termasuk memandikan hewan ternak (sapi) membuat warga menderita penyakit kulit. Lingkungan yang buruk dapat mengancam kesehatan karena adanya berbagai bakteri dan virus penyebab penyakit yang mengintai. Seperti penyakit kulit yang banyak diderita oleh warga Dusun Menasa akibat menggunakan air sungai yang tercemar untuk kegiatan MCK. Perlunya menjaga kesehatan sangat penting untuk keberlasungan hidup dengan membiasakan diri berprilaku sehat. Pemberdayaan jamban dan penyediaan air bersih sangat perlu dan harus dilakukan di Dusun Menasa untuk meningkatkan kualitas kesehatan warga dan keberlangsungan hidup yang lebih baik.

5.2 Pemberdayaan Jamban Keluarga 5.2.1. Pengaruh Ketersediaan Sumber Daya Air terhadap Penggunaan JambanHasil observasi yang dilakukan sejak awal penjajakan, hingga pengumpulan data tentang jumlah warga yang tidak memiliki jamban dan warga yang terjangkit penyakit kulit. Hasil wawancara dengan Kepala Dusun Menasa yaitu Nyoman Sadi Arta (Kelian Banjar Dinas Menasa) bahwa, masyarakat disana kebanyakan melakukan kegiatan MCK di sungai-sungai sekitar yang keadaan airnya sangat buruk akibat tercemar oleh berbagai sampah dan juga sebagai tempat untuk memandikan hewan ternak seperti sapi. Air yang mengalir di sungai sekitar Dusun Menasa merupakan salah satu sumber daya air yang dimiliki warga untuk keperluan sehari-hari terutama untuk MCK, mengambil air untuk masak dan untuk mencuci. Sebagai daerah hulu sungai, yang mendapat aliran air dari desa bagian selatan (Desa Suwug dan Desa Sudaji) sering mendapat kiriman sampah-sampah dan bahan pencemar air. Air tersebut terpaksa dimanfaatkan oleh warga sekitar karena kurangnya dan keterbatasan sumber daya air bersih. Air dari PDAM belum dapat menjangkau seluruh wilayah Dusun Menasa, hanya 97 KK dari 405 KK yang memakai air PAM. Keterbatasan sumber daya air yang dialami Dusun Menasa juga berpengaruh pada penggunaan jamban di setiap rumah. Warga enggan membangun jamban karena tidak adanya air PAM sehingga, warga membuang air besar di sungai. Walaupun air sungai kotor warga tetap tidak menggunakan jamban secara optimal.Warga yang memiliki jamban hanya sejumlah 182 KK, tetapi ada juga yang dalam satu rumah terdiri dari 2 atau lebih kepala keluarga hanya memiliki 1 jamban. Air PAM yang terdapat di Menasa mempunyai kendala selain masih terbatas juga jarang mengalirkan air dalam debit yang besar akibatnya warga yang telah memiliki jamban tetap membuang air besar di sungai. 5.2.2. Pengaruh Penggunaan Jamban Terhadap Kesehatan WargaKualitas jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus/WC dan memenuhi syarat jamban sehat atau baik. Manfaat jamban keluarga adalah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari kotoran manusia. Pentingnya keberadaan jamban karena dapat mempengaruhi kesehatan. Buang air besar (BAB) disembarang tempat akan dapat menyebabkan gangguan kesehatan melalui faktor serangga/binatang penular penyakit diantaranya diare dan penyakit kulit.Warga Dusun Menasa banyak yang mengeluh dengan adanya penyakit kulit. Penyakit kulit yang menjangkit tersebut diakibatkan karena warga menggunakan air sungai yang telah tercemar untuk kegiatan MCK dan mencuci pakaian. Adanya bakteri di aliran sungai tidak menutup kemungkinan bakteri tersebut mengakibatkan penyakit seperti penyakit kulit. Salah satu warga Ketut Eka Nadi (20) seorang ibu rumah tangga, mengaku telah terjakit penyakit kulit beserta 5 anggota keluarganya yang lain. Penyakit tersebut disebabkan karena beliau melakukan MCK di sungai. Tanda-tanda awal dari penyakit tersebut timbulnya bintik-bintik merah dan terasa gatal hingga lama-kelamaan bintik merah tersebut menyebar ke seluruh tubuh. Dari penyakit kulit yang dialami, setelah sembuh menimbulkan bekas berwarna gelap. Hal ini membutikkan bahwa aliran air sungai sudah tidak layak untuk di manfaatkan sehingga warga desa tidak perlu menggunakan air sungai tersebut. Namun, karena keterbatasan air PAM seperti yang dijelaskan diatas. PAM tidak selalu mengalirkan air sehingga dengan terpaksa warga Dusun Menasa menggunakan air sungai walau sudah mengetahui kurang terjaminnya air sungai tersebut.

BAB VIPENUTUP6.1. SimpulanBerdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian, simpulan yang dapat diambil adalah1) Ketersedian sumber air sangat berpengaruh terhadap penggunan jamban di Dusun Menase Desa Sianbun. Dengan adanya sumber daya air yang memadai maka masyarakat Dusun Menasa dapat memanfaatkan jamban seoptimal mungkin. Namun , sumber daya air di Dusun Menasa yang berasala dari PAM tidak optimal sehingga masyarakat lebih memanfaatkan aliran air sungai.2) Pemanfaatan jamban yang tidak optimal menyebabkan banyak masyarakat terjangkit penyakit kulit akiban melakukan MCK di sungai. Hal tersebut karena air sungai yang mulai tercemar akibal limbah masyarakat.6.2. Saran-Saran1) Warga Dusun Menasa, Desa Sinabun di harapkan untuk menggunakan jamban seoptimal mungkin dengan mengelola sumber air secara baik dan benar, sehingga kesehatan warga dapat terjaga.2) Bantuan dari pemerintah sangat diperlukan untuk kelancaran pembangunan jamban serta sosialisasi berkelanjutan terhadap pentingnya jamban bagi kesehatan.

25