skripsi lengkap libre
DESCRIPTION
adadadaTRANSCRIPT
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN
KREDIT PADA PT. PEGADAIAN (Persero)
CABANG GARUT
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh
ujian sidang pada Program Studi Strata Satu (S1) Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Garut
Disusun oleh :
Nama : Harni Rustini
NPM : 2402210124
UNIVERSITAS GARUT
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
2014
2
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN
KREDIT PADA PT. PEGADAIAN (Persero)
CABANG GARUT
Disusun oleh :
Nama : Harni Rustini
NPM : 2402210124
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Wahyuningsih, SE., M.Si Yaman Suryaman, SE., M.Si
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Program Studi S1
Universitas Garut Akuntansi
H. M. Joesoef Adnan, SE., M.Si H.D. Kasmat Djuanta, SE., M.Si, Ak
3
Motto
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.
(Q.S Alam Nasyrah 6-8)
Janganlah engkau menghitung kebaikan yang telah engkau lakukan
Tetapi hitunglah beberapa perbuatan yang buruk yang telah engkau kerjakan
di muka bumi ini, orang yang bijak adalah orang yang selalu berusaha untuk
memperbaiki dirinya dan tidak pernah ada kata untuk menyalahkan orang lain
Walaupun sebenarnya orang itu salah
“Tanpa Melupakan-Mu ya Allah, sebuah karya kecil ini kupersembahkan untuk
memenuhi harapan papah dan mamah, adik-adikku serta orang yang paling
kusayangi semoga langkah ini lebih berarti, Amin……”
4
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Karya Tulis saya, skripsi dengan judul “Analisis Sistem Pengendalian Intern Kredit Pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut”, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Universitas Garut maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan tim pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Garut, Juli 2014 Yang Membuat Pernyataan,
Harni Rustini NPM: 2402210124
5
ABSTRAK
PT. Pegadaian (Persero) merupakan salah satu lembaga formal di Indonesia yang berdasarkan hukum diperbolehkan melakukan pembiayaan dengan bentuk penyaluran kredit atas dasar hukum gadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan sistem pengendalian intern kredit pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Proses pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah data dokumenter, dengan sumber data primer yang diperoleh langsung dari perusahaan. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap sistem pengendalian intern kredit yang meliputi struktur organisasi, sistem wewenang dan prosedur pencatatan, praktik yang sehat serta karyawan yang berkualitas dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern kredit pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut dapat dikatakan cukup baik. Akan tetapi, masih adanya beberapa kelemahan seperti rangkap jabatan antara fungsi operasi dan fungsi akuntansi serta masih menerima karyawan baru yang tidak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.
6
ABSTRACT
PT. Pegadaian (Persero) is one of the legal formal agencies in Indonesia which in permitted to giving funding in the form of credit distribution based on pawning law. The purpose of this study is to investigate the implementation of the internal control system credit of the PT. Pegadaian (Persero) Garut.
The method used in this research is descriptive method. The process of collecting data using the interviews and documentation. The type of data used is documentary data, with the primary data source is obtained directly from the company. Technique data processing used are reducing data, display data and verification.
Based on the results of a research of the internal control system credits that includes organizational structure, authority system and recording procedures, practices a healthy and qualified employees can be concluded that the internal control system at PT. Pegadaian (Persero) Garut can be quite good. However, there still exists some disadvantages such as the double post between the function operation and the accounting function and still hiring new employees who are not in accordance with the regulations set.
7
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Sistem Pengendalian
Intern Kredit Pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut”. Penyusunan
skripsi ini dimaksudkan untuk menyelesaikan studi program Strata Satu (S1)
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Garut.
Penulis pada kesempatan ini sepatutnya menyampaikan banyak rasa
terimakasih serta penghargaan setinggi-tingginya pada berbagai pihak yang telah
membantu, membimbing maupun memberikan dorongan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Ucapkan terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-
tingginya penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Bapak H.M. Joesoef Adnan, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Garut.
2. Bapak H.D. Kasmat Djuanta, SE., M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Garut.
3. Ibu Wahyuningsih, SE., M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
ilmu, arahan, bimbingan dan koreksi serta motivasi yang sangat berharga
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8
4. Bapak Yaman Suryaman, SE., M.Si, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan ilmu, arahan, bimbingan dan koreksi serta motivasi yang sangat
berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Garut yang telah memberikan
ilmu pengetahuan kepada penulis.
6. Seluruh staf administrasi, staf perpstakaan dan seluruh karyawan Universitas
Garut yang telah membantu penulis selama berada di Fakultas Ekonomi
Universitas Garut.
7. Bapak Hartono selaku pimpinan PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut, serta
seluruh karyawan PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut, terimakasih telah
meluangkan waktunya dan untuk keterangan yang berharga bagi peneliti.
8. Teman-teman terbaikku Siti Aisyah, Citra Zulistiya, Yayang Mayangsari, Siti
Nurjanah, Siti Suminar, Irma Agustina Saputra, Ririn Revitasari, Annisa Nur
Muslimah dan Wulan Nur Aprilia yang telah banyak membantu penulis
sampai selesainya skripsi ini.
9. Teman-teman angkatan 2010 program studi Strata Satu (S1) Akuntansi kelas
C yang selalu memberikan keceriaan selama menjalani perkuliahan, serta
teman-teman program studi Strata Satu (S1) Akuntansi yang lainnya yang
telah membantu penulis dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan
skripsi ini.
Teristimewa penulis ucapkan untuk ayahanda (Dede Sutisna) dan ibunda
(Emma Martini) yang sangat penulis sayangi, cintai dan hormati yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materil serta selalu memberikan doa,
9
semangat dan inspirasi bagi penulis. Adik-adikku (Taopik Al-Hakim dan Salsabila
Intan Hapita) yang telah memberikan motivasi, dukungan, kasih sayang dan
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan kepada seluruh
keluarga besarku, yang selalu mendukung dan membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Tidak lupa penulis pun
meminta maaf kepada semua pihak jika dalam penyusunan skripsi ini ada kata-
kata yang kurang berkenan. Hal ini disebabkan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan. Maka dari itu saran dan kritik yang bersifat membangun akan
penulis terima dengan lapang dada, demi penyempurnaan lebih lanjut.
Semoga Allah SWT membalas amal baik semua pihak yang telah
membantu penulis, dengan pahala yang berlipat ganda. Amin ya Robal Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Garut, Juli 2014
Penulis
Harni Rustini
10
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR TABEL........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................ 4
1.5 Pembatasan Masalah ............................................................... 5
1.6 Kerangka Pemikiran ................................................................ 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Umum Sistem Pengendalian Intern ............................ 11
2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern ....................... 11
2.1.2 Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern .................... 13
2.1.3 Tujuan dan Fungsi Sistem Pengendalian Intern .......... 16
11
2.1.3.1 Tujuan Sistem Pengendalian Intern ................. 16
2.1.3.2 Fungsi Sistem Pengendalian Intern ................. 16
2.1.4 Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern ................... 17
2.2 Konsep Umum Perkreditan ..................................................... 18
2.2.1 Pengertian Kredit ......................................................... 18
2.2.2 Jenis-jenis Kredit ......................................................... 19
2.2.3 Unsur-unsur Kredit ...................................................... 24
2.2.4 Tujuan dan Fungsi Kredit ............................................ 25
2.2.4.1 Tujuan Kredit ................................................. 25
2.2.4.2 Fungsi Kredit ................................................. 26
2.2.5 Kredit Gadai ................................................................ 28
2.2.5.1 Pengertian Gadai ........................................... 28
2.2.5.2 Pengertian Kredit Gadai ................................ 29
2.3 Sistem Pengendalian Intern Kredit .......................................... 29
2.3.1 Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggungjawab
Fungsional Secara Tegas ............................................. 30
2.3.2 Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang
Memberikan Perlindungan yang Cukup Terhadap
Kekayaan, Utang, Pendapatan dan Biaya .................... 31
2.3.2.1 Prosedur Pemberian dan Pengembalian
Kredit ............................................................. 32
2.3.2.2 Dokumen dan Catatan Kredit ........................ 34
12
2.3.3 Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan
Fungsi Setiap Unit Organisasi ..................................... 37
2.3.3.1 Pengawasan Kredit ........................................ 37
2.3.3.2 Penyelamatan Kredit Bermasalah .................. 38
2.3.4 Karyawan yang Mutunya Sesuai dengan
Tanggungjawabnya ...................................................... 39
2.4 Penelitian Terdahulu ................................................................ 40
BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ...................................................................... 42
3.1.1 Sejarah Singkat PT. Pegadaian (Persero) Cabang
Garut ........................................................................... 42
3.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas PT. Pegadaian
(Persero) Cabang Garut ............................................... 44
3.1.3 Aktivitas Pokok dan Perkembangan Usaha PT.
Pegadaian (Persero) Cabang Garut .............................. 50
3.2 Metode Penelitian .................................................................... 51
3.2.1 Metode yang Digunakan .............................................. 51
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ............................................ 51
3.2.3 Jenis dan Sumber Data ................................................ 52
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................... 53
3.2.5 Teknik Pengolahan Data .............................................. 55
3.2.6 Tahap Penelitian .......................................................... 57
13
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PELAKSANAAN
SISTEM PENGENDALIAN INTERN KREDIT PADA PT.
PEGADAIAN (PERSERO) CABANG GARUT
4.1 Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggungjawab
Fungsional Secara Tegas ......................................................... 58
4.2 Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang
Memberikan Perlindungan yang Cukup Terhadap Kekayaan,
Utang, Pendapatan dan Biaya .................................................. 60
4.2.1 Prosedur Pemberian dan Pengembalian Kredit ........... 61
4.2.1.1 Prosedur Pemberian Kredit .............................. 61
4.2.1.2 Prosedur Pengembalian Kredit ........................ 68
4.2.2 Dokumen dan Catatan Kredit ...................................... 71
4.2.2.1 Dokumen Kredit .............................................. 71
4.2.2.2 Catatan Kredit .................................................. 74
4.3 Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi
Setiap Unit Organisasi ............................................................. 76
4.3.1 Pengawasan Kredit ......................................................... 76
4.3.2 Penyelamatan Kredit Bermasalah ................................... 77
4.4 Karyawan yang Mutunya Sesuai dengan Tanggungjawabnya . 81
4.4.1 Seleksi Calon Karyawan ................................................. 82
4.2.2 Pendidikan ...................................................................... 82
4.3.3 Pelatihan ......................................................................... 83
14
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................... 87
5.2 Saran ........................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut ... 45
Gambar 3.2 Tahapan Penelitian .................................................................. 57
Gambar 4.1 Flow Chart Prosedur Pemberian Kredit Gadai ....................... 66
Gambar 4.2 Flow Chart Prosedur Pengembalian atau Pelunasan Kredit
Gadai ........................................................................................ 70
Gambar 4.3 Flow Chart Prosedur Lelang ................................................... 80
16
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 40
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ........................................................... 52
Tabel 4.1 Daftar Uang Pinjaman, Tarif sewa Modal Berdasarkan Golongan
Kredit ........................................................................................... 61
Tabel 4.2 Pengelompokan dan Spesifikasi Barang Jaminan Berdasarkan
Jenis Barang Jaminan .................................................................. 62
17
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Lembar Bimbingan Skripsi ……………………………… 92
LAMPIRAN 2 Bukti Hadir Seminar Usulan Penelitian …………………. 94
LAMPIRAN 3 Surat Keterangan Penelitian ……………………………… 95
LAMPIRAN 4 Pedoman Wawancara …………………………………… 96
LAMPIRAN 5 Formulir Permohonan Kredit (FPK) …………………….. 98
LAMPIRAN 6 Surat Bukti Kredit (SBK) ………………………………… 99
LAMPIRAN 7 Surat Perjanjian Kredit …………………………………… 100
LAMPIRAN 8 Buku Kredit ……………………………………………… 101
LAMPIRAN 9 Buku Rekapitulasi Kredit ………………………………. 102
LAMPIRAN 10 Buku Penerimaan Barang Jaminan …………………… 103
LAMPIRAN 11 Buku Ikhtisar Kredit dan Pelunasan …………………….. 104
LAMPIRAN 12 Buku Gudang ……………………………………………. 105
LAMPIRAN 13 Surat Pemberitahuan Jatuh Tempo ………………………. 106
LAMPIRAN 14 Slip Pelunasan …………………………………………….. 107
LAMPIRAN 15 Daftar Riwayat Hidup……………………..…………….… 108
LAMPIRAN 16 Format Perbaikan Skripsi …………………..…………….. 109
18
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Persaingan yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk beroperasi
lebih efisien dan terkendali. Tidak mudah bagi perusahaan untuk mengendalikan
seluruh kegiatan perusahaan. Pengendalian merupakan tantangan yang semakin
serius bagi manajemen karena manajemen dihadapkan pada tuntutan dan
tanggungjawab dalam kegiatan operasional perusahaan serta terbatas waktu, maka
persoalan yang dihadapi dalam pengendalian menjadi semakin kompleks.
Umumnya suatu perusahaan perlu melakukan pengelolaan dan
pengawasan yang memadai terhadap aktivitas yang dilakukannya. Perusahaan
berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan sehingga
para pengelola akan dihadapkan pada tuntutan terhadap penguasaan pengetahuan,
teknologi, keterampilan dan kemampuan manajemen.
Seiring dengan perkembangan skala usaha dalam suatu perusahaan,
pemimpin perusahaan tidak mungkin untuk bisa melakukan pengawasan atas
semua operasi perusahaan secara langsung atau dengan kata lain pemilik tidak
mungkin bisa terlibat langsung dalam operasi perusahaannya. Untuk itu pemimpin
perusahaan perlu mendelegasikan wewenangnya kepada manajemen perusahaan
dan menajemen meneruskan kembali wewenang tersebut. Dengan demikian
diperlukan adanya suatu sistem yang memadai yang dapat dijadikan sebagai alat
19
kontrol bagi perusahaan. Sistem tersebut dikenal dengan sistem pengendalian
intern.
Sistem pengendalian intern merupakan suatu sistem yang meliputi struktur
organisasi dan segala cara serta tindakan yang terkoordinasi dengan tujuan untuk
mengamankan harta milik perusahaan dari penyimpangan maupun penyelewengan
yang dilakukan oleh pihak didalam maupun diluar perusahaan. Dengan adanya
sistem pengendalian intern ini tidak dimaksudkan bahwa penyimpangan dan
penyelewengan sama sekali tidak akan terjadi. Akan tetapi diharapkan dapat
menekan terjadinya penyimpangan dan penyelewengan dalam batas-batas yang
layak sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan yang tepat oleh pihak
manajemen perusahaan.
Kredit tidak hanya diberikan oleh kalangan perbankan saja, lembaga
keuangan non-bank pun dapat mengadakan atau melakukan transaksi kredit,
seperti koperasi simpan pinjam, perusahaan anjak piutang dan pegadaian. Fungsi
dari kredit antara lain membantu usaha masyarakat yang memerlukan dana, baik
dana untuk investasi maupun untuk modal kerja.
Agar memperoleh keuntungan dari usaha kredit, tentu perusahaan tersebut
harus menjalankan fungsi dan kegiatan operasional kreditnya dengan baik,
sehingga usaha kredit tidak mengalami kerugian maupun risiko yang tinggi atau
dengan kata lain dapat memperoleh keuntungan seperti yang ditargetkan.
Berkenaan dengan masalah tersebut maka perusahaan memerlukan suatu sistem
pengendalian intern yang disebut dengan sistem pengendalian intern kredit.
Sistem pengendalian intern kredit merupakan hal yang penting karena jika
20
diabaikan usaha kredit akan mengalami kerugian atau bahkan mungkin akan
mengalami kebangkrutan.
Disamping risiko tinggi, adanya tingkat persaingan antar perusahaan yang
menyebabkan perusahaan perlu menetapkan suatu pengendalian intern kredit yang
memadai dalam organisasi perkreditannya, yang diharapkan dapat membantu
mengatasi kesulitan dalam pengendalian dana yang disalurkan kepada nasabah.
Sistem pengendalian intern kredit ini meliputi aktivitas persiapan menentukan
layak tidaknya suatu pemberian kredit.
Salah satu lembaga keuangan non-bank yang menyediakan fasilitas kredit
dengan jaminan tertentu yaitu PT. Pegadaian (Persero). Perusahaan ini merupakan
badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan
kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana
kepada masyarakat atas dasar hukum gadai seperti yang dimaksudkan dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1150.
Salah satu faktor yang dapat mendukung atau menunjang terlaksananya
sistem pengendalian intern yang baik menurut Mulyadi (2010:164) adalah
memiliki struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara
tegas, akan tetapi pada PT. Pegadaian (Persero) terdapat rangkap jabatan.
Rangkap jabatan ini terjadi antara kasir yang merangkap sebagai bagian
administrasi/ tata usaha yang seharusnya menurut Pedoman Operasional Kantor
Cabang dilaksanakan oleh orang yang berbeda karena berbeda tugas.
21
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN
INTERN KREDIT PADA PT. PEGADAIAN (Persero) CABANG GARUT”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas,
maka pokok permasalahan yang dapat diidentifikasi oleh penulis dalam penelitian
ini adalah “Bagaimana Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Kredit pada PT.
Pegadaian (Persero) Cabang Garut” .
1.3 Tujuan Penelitian
Mengingat pentingnya sistem pengendalian intern kredit dan prospek PT.
Pegadaian (Persero) dimasa yang akan datang, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk Menganalisa Sistem Pengendalian Intern Kredit Pada PT. Pegadaian
(Persero) Cabang Garut.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini, penulis mengharapkan bahwa hasilnya dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, yang dibagi menjadi dua
kegunaan yaitu sebagai berikut:
1. Kegunaan Praktis
a. Diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi
manajemen perusahaan sebagai bahan masukan guna untuk
22
mempertimbangkan dan menyempurnakan Sistem Pengendalian Intern
Kredit yang sedang berjalan dalam upaya meningkatkan keefektifan dan
efisiensi perusahaan.
b. Diharapkan dapat menjadi masukan sebagai bahan pertimbangan
meningkatkan kinerja perusahaan pada masa yang akan datang.
2. Kegunaan Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan pengalaman khusus dalam menganalisa Sistem
Pengendalian Intern Kredit.
b. Dengan penelitian ini mudah-mudahan bermanfaat sebagai bahan
referensi penulisan karya ilmiah dan penelitian lebih lanjut dalam topik
yang serupa.
1.5 Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah yang terpapar di atas
diperoleh gambaran permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya
keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu memberi
batasan masalah secara jelas dan terfokus. Selanjutnya masalah yang menjadi
obyek penelitian dibatasi hanya pada Sistem Pengendalian Intern Kredit untuk
produk Kredit Cepat Aman (KCA) pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut.
23
1.6 Kerangka Pemikiran
Salah satu cara untuk melindungi kekayaan perusahaan baik pihak
manajemen atau pemimpin perlu mengadakan suatu sistem pengendalian intern.
Demikian pula halnya dengan PT. Pegadaian (Persero) yang fungsi operasinya
dilaksanakan oleh kantor-kantor cabangnya, memerlukan suatu sistem
pengendalian intern.
Sebagaimana pengertian sistem pengendalian intern menurut AICPA
(American Institute of Certifield Public Accountant) yang dikutip Mardi (2011:59)
adalah sebagai berikut:
Sistem Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi dan segala cara serta tindakan dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta membantu menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.
Menurut Mulyadi (2010:163) sistem pengendalian intern itu sendiri
adalah:
Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Definisi sistem pengendalian intern tersebut menekankan tujuan yang
hendak dicapai, dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut.
Dengan demikian pengertian pengendalian intern tersebut di atas berlaku baik
dalam perusahaan yang mengolah informasinya secara manual, dengan mesin
pembukuan maupun dengan komputer.
24
Tujuan dari sistem pengendalian intern menurut Mulyadi (2010:163)
adalah sebagai berikut:
1. Menjaga kekayaan organisasi, 2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, 3. Mendorong efisiensi, dan 4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Supaya tujuan utama dari sistem pengendalian intern tersebut dapat
dicapai, maka diperlukan adanya unsur-unsur yang mendukung atau menunjang
terlaksananya sistem pengendalian intern yang baik.
Menurut Mulyadi (2010:164) unsur-unsur sistem pengendalian intern
meliputi:
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya.
Disisi lain menurut La Midjan dan Azhar (2001:60-63) unsur-unsur dari
sistem pengendalian intern terdiri dari:
1. Adanya struktur organisasi yang menggambarkan pemisahan fungsi (Segregation of Function) dan pekerjaan yang tepat
2. Sistem pemberian wewenang dan prosedur pencatatan 3. Unsur pelaksana yang wajar (praktek yang sehat) 4. Unsur kualitas pegawai 5. Adanya suatu bagian pengawas intern (Internal Auditing)
Pengertian kredit menurut Undang-undang perbankan Nomor 10 Tahun
1998 yang dikutip oleh Kasmir (2011:96) adalah sebagai berikut:
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
25
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Disisi lain menurut Teguh (2001:9) pengertian kredit adalah “Kemampuan
untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan
suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu
yang disepakati”.
Pengendalian intern kredit mutlak harus dilaksanakan untuk menghindari
terjadinya kredit macet dan penyelesaian kredit macet. Oleh karena itu diperlukan
pengelolaan kredit yang baik yaitu dalam bentuk kebijakaan kredit yang
mengandung unsur pengendalian intern kredit, agar dana yang terdapat pada
debitur dapat tertagih tepat waktu sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi
perusahaan.
Menurut Mulyadi (2010:165) dalam suatu pengendalian harus adanya
pembagian tanggungjawab fungsional dalam organisasi yang harus di dasarkan
pada prinsip-prinip: “Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan
dari fungsi akuntansi. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggungjawab penuh untuk
melaksanakan semua tahap suatu transaksi.”
Suatu pemberian kredit harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan
aturan yang ditetapkan perusahaan. Maka menurut Rachmat dan Maya (2009:4)
“Seandainya kredit kurang dikelola dengan baik maka akan banyak kredit
bermasalah (Non Performing Loans) dan seandainya kredit dikelola dengan baik
maka kredit bermasalah jumlahnya sedikit sekali”.
26
Suhardjono (2003:100) menyatakan bahwa agar penyaluran kredit kepada
debitur tetap lancar dan produktif maka sekurang-kurangnya harus memuat dan
mengatur hal-hal pokok sebagai berikut:
1. Organisasi intern kredit
Organisasi merupakan salah satu unsur sistem pengendalian intern dimana
didalamnya terdapat gambaran yang mencerminkan kerangka pembagian
tugas dari masing-masing bagian serta keseluruhan dari fungsi-fungsi yang
saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
2. Prosedur pemberian dan pengembalian kredit
Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, suatu lembaga atau organisasi
dituntut untuk melaksanakan prosedur pemberian dan pengembalian kredit
secara tepat sehingga tidak menimbulkan permasalahan.
3. Dokumen dan catatan kredit
Dokumen dan catatan akuntansi merupakan obyek fisik untuk membawa data
(dokumen sumber) ataupun membukukan setiap transaksi, diikhtisarkan dan
dilaporkan. Dokumen dan catatan akuntansi untuk pencatatan setiap transaksi
merupakan unsur penting dari sistem, namun biasanya dokumen yang tidak
memadai dapat menyebabkan timbulnya masalah pengendalian yang lebih
besar.
4. Pengawasan kredit
Pengawasan kredit diperlukan sebagai upaya peringatan dini (early warning)
yang mampu mengantisipasi tanda-tanda penyimpangan dari syarat-syarat
27
yang telah disepakati antara debitur dengan lembaga yang mengakibatkan
menurunnya kualitas kredit serta untuk menentukan tingkat kualitas/
kolektabilitas kredit yang bersangkutan.
5. Penyelamatan kredit bermasalah
Dalam kebijakan perkreditan suatu lembaga, setiap lembaga atau organisasi
harus mengatur dan mencantumkan tata cara penyelamatan dan penyelesaian
kredit bermasalah.
Bagaimanapun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur
pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktik yang
sehat, semuanya sangat bergantung kepada manusia yang yang melaksanakannya.
Mulyadi (2010:170) menyebutkan bahwa “Mutu karyawan merupakan unsur
sistem pengendalian yang paling penting. Oleh karena itu, organisasi harus
dijalankan oleh orang yang berkualitas, jujur, memiliki integritas dan
tanggungjawab yang tinggi agar mampu mengelola seluruh sumber daya yang
dimiliki organisasi dan membantu tercapainya tujuan organisasi”.
Menurut Mulyadi (2010:165) Untuk mendapatkan karyawan yang
kompeten dan dapat dipercaya dapat dilakukan dengan cara “Seleksi calon
karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya dan
pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan,
sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya”.
28
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Umum Sistem Pengendalian Intern
2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern
Awal perkembangannya istilah sistem pengendalian intern dimulai dari
istilah internal cek, yang kemudian sejak tahun 1949 berubah menjadi sistem
pengendalian intern. Pada dasarnya sistem pengendalian intern telah
dikembangkan secara alamiah melalui pengalaman atau trial and error, dan secara
naluriah banyak ditemukan pada para pengusaha tradisional yang berusaha
mengembangkan sistem pengendalian intern dalam mengamankan hartanya,
disamping berkembang secara ilmiah sistem pengendalian intern juga berkembang
sesuai kebutuhan.
Pengertian sistem pengendalian intern menurut AICPA (American Institute
of Certifield Public Accountant) yang dikutip Mardi (2011:59) adalah sebagai
berikut:
Sistem Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi dan segala cara serta tindakan dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta membantu menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.
Disisi lain pengertian sistem pengendalian intern menurut AICPA
(American Institute of Certifield Public Accountant) yang dikutip oleh La Midjan
dan Azhar (2001:58) diartikan sebagai berikut:
29
Meliputi struktur organisasi dan segala cara serta tindakan dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan tujuan untuk mengamankan harta kekayaan perusahaan, menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi serta mendorong ketaatan terhadap kebijakan-kebijakan yang telah digariskan oleh pemimpin perusahaan.
Sistem Pengendalian Intern menurut Arens dan Loebbecke yang
diterjemahkan oleh Jusuf (2003:258) adalah “Sistem Pengendalian Intern yang
terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dirancang untuk
memberikan manajemen keyakinan memadai bahwa tujuan dan sasaran yang
penting bagi suatu usaha dapat dicapai”.
Menurut Mulyadi (2010:163) sistem pengendalian intern itu sendiri
adalah:
Sistem Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Berdasarkan definisi diatas terdapat beberapa konsep dasar tentang sistem
pengendalian intern. Sistem pengendalian intern merupakan suatu proses untuk
mencapai tujuan tertentu, dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi
perusahaan yang diharapkan dapat menjaga keamanan harta milik perusahaan,
memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
30
2.1.2 Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern
Unsur-unsur yang mendukung atau menunjang terlaksananya sistem
pengendalian intern yang baik menurut Mulyadi (2010:164) adalah sebagai
berikut:
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas.
Struktur organisasi merupakan kerangka (Framework) pembagian
tanggungjawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian
tanggungjawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-
prinsip sebagai berikut:
a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi
akuntansi.
b. Suatu fungsi tidak boleh diberitanggungjawab penuh untuk melaksanakan
semua tahap suatu transaksi.
Pemisahan fungsi akuntansi dari fungsi-fungsi operasi dan fungsi
penyimpanan, catatan akauntansi yang diselenggarakan dapat mencerminkan
transaksi sesungguhnya yang dilaksanakan oleh unit organisasi yang
memegang fungsi operasi dan fungsi penyimpanan. Dengan demikian dalam
pelaksanaan suatu transaksi dapat terdapat internal check di antara unit
organisasi pelaksana.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
31
Setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dan pejabat yang memiliki
wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut oleh karena itu,
dalam organisasi hanya dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang
untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi dalam organisasi. Salah
satu media yang digunakan untuk merekam penggunaan wewenang untuk
memberikan otorisasi terlaksananya transaksi dalam organisasi adalah
formulir, oleh karenanya penggunaan formulir dicatat dalam catatan
akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalannya (reliability) yang tinggi.
Dengan demikian sistem otorisasi akan menjamin dihasilkannya dokumen
pembukuan yang dapat dipercaya, sehingga akan menjadi masukan yang
dapat dipercaya bagi proses akuntansi. Selanjutnya, prosedur pencatatan yang
baik akan menghasilkan informasi yang diteliti dan dapat dipercaya mengenai
kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu organisasi.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi.
Pembagian tanggungjawab dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan
yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan
cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya. Adapun
cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan
praktik yang sehat adalah:
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus
dipertanggungjawabkan oleh orang yang berwenang.
b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit).
32
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu
orang satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit
organisasi lain.
d. Perputaran jabatan (job rotation)
e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.
f. Secara periodik diadakan pencatatan fisik kekayaan dengan catatannya.
g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas
unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya.
Bagaimanapun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur
pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktik
yang sehat, semuanya sangat bergantung kepada manusia yang yang
melaksanakannya. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan
jujur, unsur pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas yang
minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban
keuangan yang dapat diandalkan. Untuk mendapatkan karyawan yang
kompeten dan dapat dipercaya, berbagai cara berikut ini dapat ditempuh:
a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh
pekerjaannya.
b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan
perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.
33
2.1.3 Tujuan dan Fungsi Sistem Pengendalian Intern
2.1.3.1 Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Tujuan dari sistem pengendalian intern menurut Mulyadi (2010:163)
adalah sebagai berikut:
1. Menjaga kekayaan organisasi, 2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, 3. Mendorong efisiensi, dan 4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Mulyadi (2010:163) menyatakan bahwa “Tujuan dari sistem pengendalian
intern tersebut dapat dibagi menjadi dua macam: pengendalian intern akuntansi
(Internal Accounting Control) dan pengendalin intern administratif (Internal
Administrative Control)”. Selanjutnya dikemukakan bahwa pengendalian intern
akuntansi yang merupakan bagian dari sistem pengendalian intern, yang meliputi
struktur organisasi, metode yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga
kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan
dipatuhinya kebijakan manajemen.
2.1.3.2 Fungsi Sistem Pengendalian Intern
Sistem pengendalian intern memiliki fungsi seperti yang diungkapkan oleh
Romney dan Steinbart yang diterjemahkan oleh Deni dan Dewi (2006:229) terdiri
dari tiga fungsi yakni:
1. Pengendalian untuk pencegahan (preventive control) mencegah timbulnya suatu masalah sebelum mereka muncul. Mempekerjakan personel akuntansi yang berkualifikasi tinggi, pemisahan tugas
34
pegawai yang memadai, dan secara efektif mengendalikan akses fisik atas asset, fasilitas dan informasi, merupakan pengendalian secara efektif.
2. Pengendalian untuk pemeriksaan (detective control) dibutuhkan untuk mengungkap masalah begitu masalah tersebut muncul. Contohnya pemeriksaan salinan atas perhitungan dengan mempersiapkan rekonsiliasi bank dan neraca saldo setiap bulan.
3. Pengendalian korektif (corrective control) memecahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian untuk pemeriksaan. Pengendalian ini mencakup prosedur yang dilaksanakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah, memperbaiki kesalahan atau kesulitan yang ditimbulkan dan mengubah sistem agar masalah dimasa yang akan datang dapat diminimalisasikan atau dihilangkan. Contohnya dengan pemeliharaan salinan (backup copies) atas transaksi dan file utama, dan mengikuti prosedur untuk memperbaiki kesalahan memasukan data, seperti juga kesalahan dalam menyerahkan kembali transaksi untuk proses lebih lanjut.
2.1.4 Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern
Keterbatasan yang terdapat dalam sistem pengendalian internal dapat
mengakibatkan tujuan dari pengendalian internal tidak akan tercapai.
Keterbatasan-keterbatasan tersebut menurut Menurut Azhar (2008:110) hal-hal
yang dapat memperlemah pengendalian intern adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan (Error) Kesalahan muncul ketika karyawan melakukan pertimbangan yang salah atau perhatiannya selama bekerja terpecah.
2. Kolusi (Collusion) Kolusi terjadi ketika dua atau lebih karyawan berkonspirasi untuk melakukan pencurian (korupsi) ditempat mereka bekerja.
3. Penyimpangan Manajemen Karena manajer suatu organisasi memiliki lebih banyak otoritas dibandingkan karyawan biasa, proses pengendalian efektif pada tingkat manajemen bawah dan tidak efektif pada tingkat atas.
4. Manfaat dan Biaya Konsep jaminan yang meyakinkan atau masuk akal akan mengandung arti bahwa biaya pengendalian intern tidak melebihi manfaat yang dihasilkannya. Pengendalian yang masuk akal adalah pengendalian yang memberikan manfaat lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkannya untuk melakukan pengendalian tersebut.
35
La Midjan dan Azhar (2001:68) mengungkapkan “Betapa baiknya sistem
pengendalian intern yang dihasilkan oleh sistem akuntansi yang telah disusun
dengan baik, pada pelaksanaannya tidak akan berjalan baik apabila tidak didukung
oleh pegawai yang berkualitas dan memadai”. Sebagai akibat kelemahan faktor
pegawai ini maka dapat memperlemah sistem pengendalian intern.
2.2 Konsep Umum Perkreditan
2.2.1 Pengertian Kredit
Menurut Veitzal (2007:438) “Istilah kredit, berasal dari perkataan lain
Credo yang berarti I Believe, I Trust, saya percaya atau saya menaruh
kepercayaan”.
Kredit menurut Rachmat dan Maya (2009:1) yaitu “Suatu kepercayaan
dari seseorang atau badan yang diberikan kepada seseorang atau badan lainnya
yaitu bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang akan memenuhi
segala sesuatu kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu”.
Pengertian kredit menurut Undang-undang perbankan Nomor 10 Tahun
1998 yang dikutip oleh Kasmir (2011:96) adalah sebagai berikut:
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Sedangkan menurut Teguh (2001:9) kredit adalah “Kemampuan untuk
melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu
janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang
disepakati”.
36
2.2.2 Jenis-jenis Kredit
Jenis atau macam-macam kredit dilihat dari berbagai aspek tujuannya
sangatlah banyak dan bervariasi. Rachmat dan Maya (2009:10) menyebutkan
bahwa kredit yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari diantaranya:
1. Kredit menurut tujuan penggunaannya:
a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian
barang-barang atau jasa-jasa.
b. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan-tujuan produktif.
2. Kredit ditinjau dari segi materi yang dialih haknya:
a. Kredit dalam bentuk uang (money credit), yaitu kredit yang diberikan dalam
bentuk uang dan pengembaliannya pun dalam bentuk uang juga.
b. Kredit dalam bentuk bukan uang (non-money credit), yaitu kredit berbentuk
benda-benda atau jasa yang biasanya diberikan oleh perusahaan-perusahaan
dagang, dan sebagainya.
3. Kredit yang ditinjau dari penguangannya (tunai atau tidak tunai):
a. Kredit tunai (cash credit), yaitu kredit yang penggunaannya dilakukan tunai
atau dengan jalan pemindah-bukuan ke dalam rekening debitur atau yang
ditunjuk olehnya pada saat perjanjian ditanda tangani.
b. Kredit bukan tunai (non-cash credit), yaitu kredit yang tidak dibayarkan
langsung pada saat perjanjjian ditanda tangani, melaikan diperlukan adanya
tenggang waktu tertentu sesuai dengan yang dipersyaratkan.
37
4. Kredit menurut jangka waktunya:
a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu minimal satu
tahun.
b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu antara satu
tahun sampai dengan tiga tahun.
c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga
tahun.
5. Kredit menurut cara penarikan dan pembayaran kembali:
a. Kredit sekaligus (aflopend credit), yaitu kredit yang cara penarikannya atau
penyediaan dananya dilakukan sekaligus, baik secara tunai maupun melalui
pemindah-bukuan ke dalam rekening debitur.
b. Kredir rekening Koran (kredit R/K), yaitu kredit yang penyediaan dananya
dilakukan dengan jalan pemindah-bukuan, ke dalam rekening koran/
rekening giro atas nama debitur, sedangkan penarikannya dilakukan dengan
cek, bilyet giro atau surat pemindah-bukuan lainnya.
c. Kredit bertahap, yaitu kredit yang penarikan atau penyediaannya
dilaksanakan secara bertahap.
d. Kredit berulang (revolving credit), yaitu kredit yang setelah satu transaksi
selesai dapat digunakan untuk transaksi berikutnya dalam batas maksimum
dan jangka waktu tertentu.
e. Kredit per-transaksi (selfiquiditing credit), yaitu kredit yang digunakan untuk
membiayai suatu transaksi dan hasil transaksi tersebut merupakan sumber
pelunasan kredit.
38
6. Kredit menurut sektor ekonominya:
a. Kredit untuk sektor pertanian, yaitu kredit dengan tujuan produktif dalam
rangka meningkatkan hasil di sektor pertanian, baik berupa kredit investasi
maupun modal kerja.
b. Kredit untuk sektor pertambangan, yaitu kredit untuk membiayai usaha-
usaha penggalian dan pengumpulan bahan-bahan tambang.
c. Kredit sektor perindustrian/ manufacturing, yaitu kredit yang berkenaan
dengan kegiatan-kegiatan mengubah bentuk, meningkatkan faedah dalam
bentuk pengolahan-pengolahan baik secara mekanik maupun secara kimiawi
dari suatu bahan menjadi barang baru.
d. Kredit untuk sektor listrik, gas dan air, yaitu kredit yang diberikan untuk
pembiayaan usaha-usaha pengadaan dan distribusi listrik, gas dan air, baik
untuk rumah tangga, untuk industri maupun tujuan komersil.
e. Kredit untuk sektor konstruksi, yaitu kredit yang diberikan kepada para
kontraktor untuk keperluan pembangunan dan perbaikan gedung, rumah,
pasar, jalan raya, jalan kereta api, pelabuhan, lapangan udara, proyek irigasi,
jembatan dan sebagainya.
f. Kredit untuk sektor perdagangan, restoran dan hotel, yaitu kredit untuk
membiayai usaha-usaha perdagangan.
g. Kredit untuk sektor pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi, yaitu
kredit baik investasi maupun modal kerja untuk tujuan pengangkutan umum.
39
h. Kredit untuk sektor jasa-jasa dunia usaha, yaitu ktedit yang diberikan untuk
pembiayaan sektor-sektor real estate, profesi/ advokat/ pengacara, notaris,
akuntan, insinyur, leasing company dan sebagainya.
i. Kredit jasa-jasa sektor jasa-jasa masyarakat, yaitu kredit yang diberikan
untuk membiayai kegiatan-kegiatan di bidang kesenian dan kebudayaan.
j. Kredit untuk sektor-sektor lain, yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai
sektor-sektor yang tidak termasuk ke dalam butir a-i.
7. Kredit dilihat dari jaminan atau agunannya:
a. Kredit yang tidak memakai jaminan (unsecured loan), yaitu kredit yang
diberikan benar-benar atas dasar kepercayaan saja, sehingga tidak ada
“pengaman” sama sekali.
b. Kredit dengan memakai jaminan/ agunan (secured loan) baik jaminan
perorangan (personal securities) atau badan maupun jaminan kebendaan
yang besifat “tangible” (berwujud).
c. Jaminan kebendaan yang bersifat tidak berwujud (intangible).
8. Kredit menurut organisasi pemberinya:
a. Kredit yang terorganisasi (organized credit), yaitu kredit yang diberikan oleh
suatu badan atau lembaga yang telah terorganisir secara baik dan syarat-
syarat pendiriannya berdasarkan ketentuan yang berlaku.
b. Kredit yang tidak terorganisasi (unorganized credit), yaitu kredit yang
diberikan oleh orang atau sekelompok orang maupun badan yang tidak
terorganisir secara resmi.
40
9. Kredit dilihat dari segi alat pembuktiannya (instrument credit):
a. Kredit secara lisan, yaitu kredit yang perjanjiannya dilakukan secara lisan
semata-mata.
b. Kredit secara pencatatan, yaitu transaksi kredit dicatat secara pembukuan/
administrasi masing-masing pihak oleh kreditur maupun oleh debitur.
c. Kredit dengan perjanjian tertulis, yaitu hubungan transaksi kredit yang
dinyatakan dalam suatu perjanjian tertulis antara pihak kreditur dengan pihak
debitur.
10. Kredit menurut sumber dananya:
a. Kredit yang dananya berasal dari tabungan masyarakat, yaitu pemberian
kredit karena adanya kelebihan pendapatan dari segolongan anggota
masyarakat yang dikumpulkan dalam bentuk simpanan.
b. Kredit yang dananya berasal dari penciptaan uang baru, yaitu pemberian
kredit yang dananya dibiayai oleh penambahan uang terhadap uang yang
beredar yang telah ada.
11. Kredit menurut negara pemberiannya;
a. Kredit dalam negeri (domestic credit), yaitu kredit yang diberikan oleh
kreditur di dalam negeri yang dananya serta pemberi kreditnya berasal dari
dalam negeri yang sama.
b. Kredit luar negeri (foreign credit/ off shore loan), yaitu kredit yang diberikan
oleh pihak asing (baik pemerintah maupun swasta negara lain).
12. Kredit menurut kualitas dan kolektibilitasnya:
41
a. Kredit Lancar (L)
b. Kredit Dalam Perhatian Khusus (KDPK)
c. Kredit Kurang Lancar (KL)
d. Kredit Diragukan (KD)
e. Kredit Macet (M).
13. Kredit menurut status subyek hukum debiturnya:
a. Kredit untuk golongan penduduk (resident), yaitu kredit yang diberikan
kepada penduduk Indonesia.
b. Kredit untuk bukan golongan penduduk (non resident), yaitu kredit yang
diberikan kepada bukan penduduk Indonesia.
14. Kredit yang pemberiannya melebihi suatu bank (kredit sindikasi/ syndication
loan), yaitu kredit yang diberikan secara bersama-sama oleh dua bank atau lebih
dengan pembagian risiko dan pendapatan (bunga dan provisi/ komisi) sesuai
porsi kepesertaan (sharing) masing-masing anggota sindikasi.
15. Kredit menurut ukuran besar kecilnya debitur:
a. Kredit usaha kecil dan menengah (UMKM), yaitu kredit yang diperuntukkan
bagi usaha kecil termsuk koperasi.
b. Kredit korporasi, yaitu kredit dengan jumlah besar dan diperuntukkan bagi
debitur-debitur korporasi (perusahaan besar).
2.2.3 Unsur-unsur Kredit
Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberi kredit adalah
pemberi kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar di
42
yakini dapat di kembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-
syarat yang disepakati bersama. Berdasarkan hal di atas, unsur-unsur dalam kredit
menurut Vaitzal (2007:438), adalah sebagai berikut:
a. Terdapat dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah). Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan.
b. Terdapat kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas kredit rating penerima kredit.
c. Terdapat persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Janji membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa instrument (Credit Instrument).
d. Terdapat penerima kredit. e. Terdapat unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsur
esensial kredit. Kredit dapat ada karena unsur waktu, baik di lihat dari pemberi kredit maupun di lihat dari penerima kredit. Misalnya, penabung memberikan kredit sekarang untuk konsumsi lebih besar di masa yang akan datang. Produsen memerlukan kredit karena adanya jarak waktu antara produksi dan konsumsi.
f. Terdapat unsur risiko (Degre Of Risk) baik di pihak pemberi kredit maupun di pihak penerima kredit. Risiko di pihak pemberi kredit adalah risiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan unsur (pinjam komersial) atau karena ketidak mampuan bayar (pinjam konsumen) atau karena ketidaksediaan membayar. Risiko di pihak nasabah adalah adanya kecurangan dari pihak kreditor, antara lain berupa pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberikan kredit atau tanah yang dijaminkan.
g. Terdapat unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit. Bagi pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari berbagai komponen seperti biaya modal (cost of capital), biaya umum (overhead cost), risk premium dan sebagainya. Jika kredit rating penerima kredit tinggi, risk premium dapat dikurangi dengan sofety discount.
2.2.4 Tujuan dan Fungsi Kredit
2.2.4.1 Tujuan Kredit
Menurut Viatzal (2007:439) pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling
berkaitan dengan kredit, yaitu sebagai berikut:
43
1. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa
keuntungan yang di raih dari bunga yang harus dibayar oleh nasabah. Oleh
karena itu, bank hanya akan menyalurkan kredit kepada usaha-usaha nasabah
yang di yakini mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah
diterimanya. Dalam faktor kemampuan dan kemauan ini tersimpul unsur
keamanan (safety) dan sekaligus juga unsur keuntungan (profitability) dari
suatu kredit sehingga kedua unsur tersebut saling berkaitan. Dengan
demikian, keuntungan merupakan tujuan dari pemberi kredit yang terjelma
dalam bentuk bunga yang diterima.
2. Safety, yaitu dari keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus
benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai
tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, keamanan ini atau jasa itu
betul-betul terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan (profitability)
yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.
2.2.4.2 Fungsi Kredit
Kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian.
Secara garis besar fungsi kredit di dalam perekonomian, perdagangan dan
keuangan menurut Veithzal (2007:440) dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Meningkatkan utility (daya guna) dari modal/ utang. Para pengusaha
menikmati kredit dari bank untuk memperluas/ memperbesar usahanya, baik
untuk peningkatan produksi, perdagangan, maupun untuk usaha-usaha
rehabilitasi ataupun usaha peningkatan, produktivitas secara menyeluruh.
44
b. Meningkatkan utility (daya guna) suatu barang. Produsen dengan bantuan
kredit bank dapat memproduksi bahan jadi sehingga utility dari bahan
tersebut meningkat.
c. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Kredit yang disalurkan melalui
rekening koran, mendorong pengusaha untuk menciptakan penambahan uang
giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet giro, wesel, promes dan sebagainya
melalui kredit.
d. Menimbulkan gairah berusaha masyarakat. Dari sisi hukum permintaan dan
penawaran, dalam segala macam dan ragam usaha, permintaan akan terus
bertambah jika masyarakat telah melakukan penawaran. Sehingga semakin
besar permintaan secara berantai menimbulkan kegairahan yang meluas
dikalangan masyarakat dan meningkatkan produktivitas
e. Alat stabilisasi ekonomi. Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat
langkah-langkah stabilisasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk:
pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, rehabilitasi sarana dan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.
f. Jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional. Pengusaha yang
memperoleh kredit tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya,
peningkatan usaha berarti peningkatan profit, yang berarti pajak perusahaan
akan terus bertambah yang menghasilkan pendapatan bagi Negara.
g. Sebagai alat meningkatkan hubungan ekonomi internasional. Bank sebagai
lembaga kredit tidak saja bergerak di dalam negeri, tetapi juga diluar negeri.
Hubungan antar negara pemberi dan penerima kredit akan bertambah erat
45
terutama yang menyangkut hubungan perekonomian dan perdagangan. Lalu
lintas pembayaran internasional akan berjalan lancar bila disertai kegiatan
kredit yang bersifat internasional.
2.2.5 Kredit Gadai
2.2.5.1 Pengertian Gadai
Gadai berasal dari terjemahan dari kata pand atau vuistpand (bahasa
Belanda), atau pledge atau pawn (bahasa Inggris), pfand atau faustpfand (bahasa
Jerman). Kegiatan pokok PT. Pegadaian adalah menyalurkan kredit atau uang
pinjaman atas dasar hukum gadai. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (civil code) Buku Kedua BAB XX pasal 1150 tentang Gadai, pengertian
gadai adalah sebagai berikut:
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur, atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas utangnya, dan yang memberi wewenang kepada kreditur untuk mengambil pelunasan piutangnya dan barang itu dengan mendahalui kreditur-kreditur lain; dengan pengecualian biaya penjualan sebagai pelaksanaan putusan atas tuntutan mengenai pemilikan atau penguasaan, dan biaya penyelamatan barang itu, yang dikeluarkan setelah barang itu sebagai gadai dan yang harus didahulukan.
Sedangkan menurut Totok dkk (2011:212), pengertian gadai adalah
sebagai berikut:
Gadai adalah hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau orang seorang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
46
2.2.5.2 Pengertian Kredit Gadai
Menurut Pedoman Operasional Kantor Cabang PT. Pegadaian (Persero)
pengertian kredit gadai adalah sebagai berikut:
Kredit Gadai adalah pemberian pinjaman (kredit) dalam jangka waktu tertentu kepada nasabah atas dasar hukum gadai dan persyaratan tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Nasabah menyelesaikan pinjamannya kepada perusahaan (Pegadaian) sebagai pemberi pinjaman (kreditur), dengan cara mengembalikan uang pinjaman dan membayar sewa modalnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.
2.3 Sistem Pengendalian Intern Kredit
Sistem pengendalian intern kredit merupakan usaha-usaha yang dilakukan
agar kredit tetap lancar, produktif dan tidak macet. Agar pemberian kredit dapat
dilaksanakan secara konsisten dan berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat,
diperlukan suatu kebijakan perkreditan tertulis yang dikabulkan menurut dokumen
kebijakan pemberian kredit. Sistem pengendalian intern kredit menurut
Suhardjono (2003:99) sekurang-kurangnya harus mencakup “Organisasi kredit,
dokumen dan catatan kredit, prosedur pemberian kredit dan laporan kredit”.
Menurut Suhardjono (2003:100) agar penyaluran kredit kepada debitur
tetap lancar dan produktif maka sekurang-kurangnya harus memuat dan mengatur
hal-hal pokok sebagai berikut:
1. Organisasi intern kredit
2. Prosedur pemberian dan pengembalian kredit
3. Dokumen dan catatan kredit
4. Pengawasan kredit
5. Penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah
47
2.3.1 Struktur yang Memisahkan Tanggung Jawab Fungsional Secara
Tegas
Berbicara mengenai organisasi, sebagaimana kita maklumi bahwa teori
dan pandangan tentang organisasi sangatlah banyak dan beraneka ragam hal
tersebut menyebabkan penerapan organisasi tersebut juga berbeda-beda antara
satu dengan yang lain, tidak terkecuali aplikasi pada organisasi perkreditan.
Perbedaan teori (plus aplikasinya) pada organisasi perkreditan disebabkan oleh
perbedaan visi, misi/ tujuan, latar belakang lingkungan, situasi dan kondisinya
masing-masing. Namun demikian disamping perbedaan-perbedaan tersebut, pada
dasarnya setiap organisasi mempunyai pesamaan-persamaan tertentu setidak-
tidaknya dalam perannannya.
Suhardjono (2003:106) menyebutkan bahwa:
Untuk mendukung pemberian kredit yang sehat dan penerapan unsur pengendalian internal (internal control) mulai dari tahap awal proses kegiatan pemberian perkreditan sampai dengan kredit yang bersangkutan lunas, maka harus menerapkan struktur organisasi serta tugas dan tanggung jawab masing-masing pejabat yang terkait dalam proses pemberian kredit.
Organisasi merupakan salah satu unsur sistem pengendalian intern dimana
di dalamnya terdapat gambaran yang mencerminkan kerangka pembagian tugas
dari masing-masing bagian serta keseluruhan dari fungsi-fungsi yang saling
berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Fungsi
organisasi yang terkait dalam pemberian kredit menurut Suhardjono (2003:109)
adalah sebagai berikut:
48
a. Ketua pimpinan
Memberikan keputusan peminjaman kredit berdasarkan ketentuan dan
peraturan yang berlaku dalam lembaga tersebut.
b. Seksi analisa kredit
Memberikan keterangan kepada calon debitur yang akan mengajukan
permohonan kredit dan mengadakan pembahasan kredit dan mengajukan
hasil pembahasan kepada pimpinan melalui kas kredit.
c. Seksi administrasi
Melayani pengajuan kredit dan meneliti kelengkapan persyaratan kredit dan
membuat analisa yang diajukan kepada pimpinan. Membuat realisasi kredit
dalam buku register dan melayani debitur yang akan mengambil jaminan.
d. Supervisi kredit
Membuat pengajuan penyelesaian kredit dan membuat peninjauan jaminan
kredit bersama petugas analisa kredit.
e. Kasir/ teller, bertugas untuk menerima dan mengeluarkan uang.
2.3.2 Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang Memberikan
Perlindungan yang Cukup Terhadap Kekayaan, Utang, Pendapatan
dan Biaya
Sistem wewenang dan prosedur pencatatan kegiatan di antara lembaga
keuangan semacam Pegadaian tidaklah jauh berbeda, mungkin yang menjadi
perbedaan terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkan dengan
pertimbangan masing-masing. Prosedur pemberian kredit secara umum dapat
49
dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan
hukum. Kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif
atau produktif.
2.3.2.1 Prosedur Pemberian Kredit dan Pengembalian Kredit
Menurut Suhardjono (2003:195) dalam proses pemberian putusan kredit,
prosedur kredit dibagi dalam empat tahap diantaranya:
1. Tahapan Prakarsa dan analisa permohonan kredit a. Kegiatan pada tahap ini adalah penerimaan permohonan kredit
dari nasabah atau memprakarsai permohonan kredit, baik untuk Permohonan kredit baru, perpanjangan kredit, perubahan jumlah kredit, perubahan syarat kredit, restrukturisasi maupun penyelesaian kredit.
b. Analisa dan evaluasi kredit Analisa kredit yang dilakukan oleh pejabat pemrakarsa kredit melipiti analisis 5C (Character, Capacity, Capital, Condition, Collateral) yang terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitaf.
c. Perhitungan kebutuhan kredit Perhitungan kebutuhan kredit dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti kredit yang benar-benar dibutuhkan oleh pemohon, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan kredit yang penggunaannya di luar usaha atau terjadi kekurangan kredit sehingga usaha tidak berjalan.
d. Pembagian risiko kredit Dalam upaya mengurangi risiko kredit yang harus ditanggung, bank membagi risiko tersebut dengan perusahaan asuransi, yaitu dengan melakukan asuransi kredit, asuransi kerugian maupun asuransi jiwa debitur.
e. Negosiasi kredit Negosiasi dilakukan dalam rangka mendiskusikan suatu permasalahan kredit yang terjadi antara pihak bank dan pemohon, dalam rangka mencapai kesepakatan mengenai jumlah kredit, kelengkapan dokumen, struktur dan tipe kredit serta syarat-syarat kredit yang harus dipenuhi oleh pemohon.
2. Tahapan pemberian rekomendasi kredit Rekomendasi kredit merupakan suatu kesimpulan dari analisa dan evaluasi atas proposal kredit yang disajikan oleh pemrakarsa kredit. Rekomendasi harus secara jelas menguraikan kekuatan dan kelemahan pemohon untuk memenuhi angsuran yang telah dijadwalkan.
50
Rekomendasi kredit harus memastikan bahwa tidak ada kebijakaan dan prosedur kredit yang dilanggar serta tidak ada masalah hukum.
3. Tahapan pemberian putusan Pemberian keputusan hanya dapat dilakukan oleh pejabat pemutus kredit atau komite kredit yang diberikan kewenangan untuk memutus kredit. Sebelum memberikan putusan kredit pejabat pemutus kredit harus memeriksa dan meneliti kelengkapan paket kredit berdasarkan pengalaman dan pengetahuan bisnis yang dimilikinya, pejabat pemutus kredit melihat analisa dan evaluasi yang dibuat oleh bagian rekomendasi akan mampu memberikan putusan kredit secara akurat.
4. Tahapan persetujuan pencairan kredit Pencairan kredit dapat dilakukan setelah instruksi pencairan kredit ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang, yaitu petugas administrasi kredit sebagai pembuat instruksi (maker) dan disetujui oleh pimpinan unit kerja yang bersangkutan
Langkah selanjutnya adalah merupakan prosedur pengembalian kredit.
Menurut Thomas dkk (2003:86) “Pengembalian kredit adalah dipenuhinya semua
kewajiban utang peminjam terhadap bank yang berakibat hapusnya perjanjian
kredit”.
Adapun prosedur pengembalian kredit menurut Suhardjono (2003:197)
adalah sebagai berikut:
1. Debitur dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar. Dalam memenuhi kewajibannya, debitur menyerahkan pembayaran baik pembayaran pokok, bunga atau lainnya apabila ada. Sebagai tanda pembayaran, debitur menerima kuitansi dari kasir dan menerima struk yang berisikan total sisa pinjaman sebagai kontrol jumlah kewajiban yang masih harus dibayar.
2. Kasir menerima pembayaran dari debitur. Kasir menerima sejumlah uang dari debitur sebagai pembayaran, baik pokok, bunga ataupun yang lainnya. Menghitung atau membandingkan pembayaran yang harus dipenuhi oleh debitur yaitu pembayaran pokok pinjaman, bunganya ataupun pembayaran lainnya dengan jumlah potongan yang telah jatuh tempo. Kasir kemudian menerbitkan dan menyerahkan kuitansi sebagai bukti pembayaran yang diperuntukan kepada debitur dan bagian kredit. Transaksi di atas dicatat pada buku transaksi.
3. Pencatatan oleh bagian perkreditan. Bagian perkreditan mencatat jumlah pembayaran yang dilakukan oleh debitur, kemudian mengeluarkan struk sisa pinjaman yang dipotong
51
sebagai pemberitahuan mengenai jumlah kewajiban yang masih harus dipenuhi debitur.
4. Pencatatan oleh bagian akuntansi. Bagian akuntansi menerima bukti bembayaran dari bagian kredit, dilakukan pencatatan pada buku besar piutang dan dicockannya dengan buku kas masuk bagian kredit.
2.3.2.2 Dokumen dan Catatan Kredit
Menurut Suhardjono (2003:221) pengertian dokumen kredit adalah
sebagai berikut:
Dokumen kredit adalah seluruh dokumen yang diperlukan dalam rangka pemberian kredit yang merupakan bukti perjanjian/ ikatan hukum antara bank dengan debitur dan bukti kepemilikan barang agunan serta dokumen-dokumen perkreditan lainnya yang merupakan perbuatan hukum atau mempunyai akibat hukum.
Dokumen berfungsi untuk memastikan bahwa seluruh aktiva telah
diawasi dengan sewajarnya dan pencatatan telah dilakukan dengan baik.
Formulir penting yang selalu dimasukan dalam setiap arsip dokumen
kredit menurut Suhardjono (2003:223) adalah sebagai berikut:
1. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan identitas atau legalitas nasabah dan usahanya. a. KTP, Kartu Keluarga (KK), pas photo b. Akte pendirian usaha c. Bukti perjanjian usaha
2. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permohonan, analisa dan evaluasi kredit, negosiasi, rekomendasi, persetujuan kredit. a. Putusan kredit b. Putusan penundaan dokumen c. Memorandum analisa kredit d. Putusan penghapus bukuan kredit macet
3. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perjanjian dan pencairan kredit. a. Surat hutang b. Adendum surat hutang
4. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kepemilikan barang jaminan dan pengikatannya.
52
a. Hak atas tanah b. Bukti kepemilikan agunan c. Sertifikat hak tanggungan d. Akte pengikat hak agunan
5. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembinaan, pengawasan dan penyelamatan atau penyelesaian kredit.
Pengertian catatan kredit menurut Suhardjono (2003:225) adalah sebagai
“Pengelolaan atas dokumen-dokumen yang diperoleh selama kredit berlangsung,
pengelolaan tersebut mencakup pencatatan/ registrasi, penyimpanan berkas dan
pengamanan berkas kredit”.
Sedangkan proses pencatatan transaksi kredit menurut Suhardjono
(2003:226) secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam beberapa tipe, yaitu:
1. Pencatatan pembayaran kewajiban-kewajiban yang harus dilunasi oleh
debitur yaitu:
a. Biaya administrasi, baik pada saat pembukuan rekening debitur atau biaya
administrasi rutin pada saat kredit berjalan.
b. Pembayaran provisi kredit atau commitmen fee saat nasabah memperoleh
kredit baru atau perpanjangan kredit.
c. Untuk pembayaran bunga kredit yang menjadi kewajibannya.
2. Pencatatan transaksi kredit selama fasilitas kredit tersebut berjalan, yaitu:
a. Pada saat pelaksanaan penarikan/ pembukuan kredit.
b. Pada waktu nasabah melaksanakan penyetoran-penyetoran terhadap
rekeningnya.
3. Pencatatan transaksi kredit pada saat pelunasan kredit.
4. Pencatatan transaksi kredit pada saat penghapusan sebagai debitur.
53
Adapun jurnal untuk pencatatan mutasi-mutasi di atas dapat disajikan
dengan cara sebagai berikut:
1. Pada saat pembukuan rekening debitur yaitu setelah nasabah menandatangani
akad perjanjian kredit maka jurnalnya dilakukan sebagai berikut:
Kas Rp. xxx
Provisi kredit Rp. xxx
Biaya bank lainnya Rp. xxx
2. Jurnal pembebanan/ pembayaran bunga oleh nasabah. Setelah bank selesai
membuat “nota perhitungan bunga” maka jurnalnya dilakukan sebagai
berikut:
Kas Rp. xxx
Pendapatan bunga kredit Rp. xxx
Yang menjadi masalah apabila nasabah tidak dapat membayar dan terjadi
tunggakan bunga maka jurnalnya dilakukan sebagai berikut:
Tagihan tunggakan bunga Rp. xxx
Pendapatan bunga kredit Rp. xxx
3. Pencatatan yang lain pada saat terjadi penarikan kredit atau pembebanan
lainnya maka jurnalnya dilakukan sebagai berikut:
Rekening debitur yang bersangkutan Rp. xxx
Kas Rp. xxx
Pemindahbukuan ke rekening lain Rp. xxx
4. Sering juga nasabah selain menunggak bunga juga menunggak angsuran
kredit maka jurnalnya dilakukan sebagai berikut:
54
Tunggakan angsuran kredit Rp. xxx
Rekening debitur yang bersangkutan Rp. xxx
Dan pada saat nasabah melunasi tunggakan angsuran tersebut maka jurnalnya
dapat dilakukan dengan cara:
Kas Rp. xxx
Tunggakan angsuran kredit Rp.xxx
2.3.3 Praktik yang Sehat Dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Setiap
Unit Organisasi
Suhardjono (2003:229) menyebutkan bahwa: “Dalam mendukung
pemberian kredit yang sehat dan menerapkan unsur pengendalian intern dalam
kegiatan perkreditannya, perusahaan melakukan pengawasan dan pembinaan atas
tahapan-tahapan proses pemberian kredit yang dilakukannya”.
2.3.3.1 Pengawasan Kredit
Menurut Suhardjono (2003:229) prinsip-prinsip dalam pengawasan
kredit yang pada umumnya dilakkan antara lain:
a. Setiap tahapan proses pemberian kredit harus didasarkan atas asas-asas perkreditan yang sehat dan menguntungkan/ melindungi kepentingan bagi bank.
b. Setiap pemberian kredit harus mengandung unsur pengawasan ganda dan pengawasan melekat yang berkesinambungan.
c. Setiap pemberian kredit harus dipantau perkembangan usaha debitur yang dimaksudkan untuk memberikan arahan kepada debitur agar kredit yang diberikan mencapai sasaran dan mencegah kemungkinan penurunan kualitas kredit.
d. Setiap pemberian kredit tidak hanya diawasi oleh pejabat kredit saja. Tetapi juga oleh unit kerja yang dibentuk untuk melakukan fungsi pengawasan, yaitu audit internal.
55
Menurut Suhardjono (2003:230) pengawasan kredit adalah “Kegiatan
pengawasan/ monitoring terhadap tahapan-tahapan proses pemberian kredit,
pejabat kredit yang melaksanakan proses pemberian kredit serta fasilitas
kreditnya”. Pengawasan kredit bertujuan untuk memastikan bahwa
pengelolaan, penjagaan dan pengawasan kredit sebagai asset telah dilakukan
dengan baik sehingga tidak timbul resiko-resiko kredit yang diakibatkan
penyimpangan baik oleh debitur maupun oleh bank. Pengawasan kredit dapat
dilakukan dengan cara pengawasan preventif dan pengawasan represif.
Pengawasan preventif dimaksudkan untuk mencegah terjadinya masalah
dalam perkreditan dalam perkreditan yang dapat dilakukan dengan penerapan
prinsip kehati-hatian pada setiap tahapan proses pemberian kredit sejak
permohonan kredit sampai dengan pencairan kredit. Sedangkan pengawasan
represif dimaksudkan untuk memperbaiki masalah yang terjadi dalam bidang
perkreditan yang dapat dilakukan dengan berbagai macam cara setelah kredit
direalisasi dan digunakan oleh debitur sampai dengan kredit lunas.
2.3.3.2 Penyelamatan Kredit Bermasalah
Suhardjono (2003:252) mengemukakan bahwa “Kredit bermasalah
adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian
atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan dalam
perjanjian kredit”. Walaupun semua tahap-tahap dalam proses pemberian kredit
telah dilakukan secara hati-hati dan telah dilakukan pengawasan dan pengendalian
kredit secara berkesinambungan, namun demikian tidak seratus persen kredit akan
menjadi lancar.
56
Menurut Suhardjono (2003:272), upaya penyelamatan kredit bermasalah
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Penjadwalan kembali (Rescheduling) Penjadwalan kembali yaitu perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya yang meliputi: perubahan grace period, perubahan jadwal pembayaran, perubahan jangka waktu, perubahan jumlah angsuran dan sebagainya.
2. Persyaratan kembali (Reconditioning) Persyaratan kembali yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut maksumin saldo kredit, yang meliputi: perubahan tingkat suku bunga atau denda, perubahan cara perhitungan tingkat suku bunga, keringanan bunga atau denda, perubahan atau penggantian kepemilikan atau pengurus, perubahan atau penggantian nama atau status perusahaan, perubahan atau penggantian nasabah atau novasi, perubahan atau penggantian agunan.
3. Penataan kembali (Restructuring) Penataan kembali yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang meliputi: penambahan dana, pengurangan tunggakan pokok, konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, perubahan jenis fasilitas kredit termasuk konversi pinjaman dalam valuta asing atau sebaliknya, konversi seluruh atau sebagaian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, penjualan agunan/ asset debitur.
2.3.4 Karyawan yang Mutuya Sesuai dengan Tanggung Jawabnya
Berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya sangat
tergantung pada kualitas pegawai yang ada di dalam organisasi tersebut. Faktor
kemampuan kerja pegawai dapat dilihat dari pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya. Menurut Spencer (2007:6) yang dikutip Palan menguraikan lima
karakteristik yang membentuk kompetensi adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan Merujuk pada informasi dan hasil pembelajaran. Pengetahuan pegawai turut menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya, pegawai yang mempunyai pengetahuan yang cukup akan meningkatkan efisiensi perusahaan.
57
2. Keterampilan Merujuk pada kemampuan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Pegawai yang mampu mempunyai kerja yang baik, maka akan mempercepat pencapaian tujuan organisasi, sebaliknya pegawai yang tidak terampil akan memperlambat tujuan organisasi.
3. Konsep diri dan nilai-nilai Merujuk pada sikap, nilai-nilai dan citra diri seseorang seperti kepercayaan seseorang bahwa dia bisa berhasil dalam suatu situasi. Disamping pengetahuan dan keterampilan pegawai, hal yang perlu diperhatikan adalah sikap atau prilaku kerja pegawai. Apabila pegawai mempunyai sifat yang mendukung pencapaian tujuan organisasi, maka secara otomatis segala tugas yang dibebankan kepadanya akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
4. Karakteristik pribadi Merujuk kepada karakteristik fisik dan konsistensi tanggapan terhadap situasi atau informasi, seperti pengendalian diri dan kemampuan untuk tetap tenang dibawah tekanan. Karakteristik pribadi merupakan cerminan bagaimana seorang pegawai mampu/ tidak mampu melakukan suatu aktivitas dan tugas secara mudah/ sulit dan sukses/ tidak pernah sukses.
5. Motif Motif adalah kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya. Hal ini merajuk pada emosi, hasrat, kebutuhan psikologi atau dorongan-dorongan lain yang memicu tindakan.
2.4 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Metode Variabel Hasil Penelitian
1.
Linda Mega Sari 2008
Analisis Sistem Pengendalian Intern Kredit
PNPM Mandiri Perkotaan dalam MenjagaTingkat Kolektabilitas
Kredit pada Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM) Tarogong Kidul
Garut
Analisis Deskriptif
1. Organisasi Intern Kredit
2. Dokumen dan Catatan Kredit
3. Prosedur Pemberian dan Pengembalian Kredit
4. Laporan Kredit
Pelaksanaan sistem pengendalian intern kredit pada BKM Tarogong Kidul Garut belum memadai, akan tetapi pencapaian tingkat kolektibilitas kreditnya dari tahun 2007 sampai yahun 2008 dikategorikan sehat sehingga dapat dikatakan bahwa pelaksanaan sistem pengendalian intern kredit pada BKM Tarogong Kidul Garut belum memadai akan tetapi tingkat kolektibbilitas kreditnya terjaga.
58
2. Amirah Ahmad 2007
Peranan Sistem Pengendalian
Intern Kredit Gadai dalam Upaya
Menjaga Efektivitas
Pengembalian Kredit Gadai Pada Perusahaan Umum Pegadaian Cabang
Garut
Deskriptif Analisis
1. Struktur Organisasi
2. Dokumen dan Catatan Kredit Gadai
3. Prosedur Pemberian dan Pengembalian Kredit Gadai
4. Laporan Kredit
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Pelaksanaan sistem pengendalian
intern kredit gadai pada perum Pegadaian Cabang Garut, sudah dilaksanakan dengan baik.
2. Efektivitas pengendalian kredit gadai pada perum Pegadaian Cabang Garut pada tahun 2006 sudah tercapai, dengan prosentase pengembalian sebesar 92,25%
3. Sistem pengendalian intern kredit gadai yang dilaksanakan pada perum Pegadaian Cabang Garut dapat menjaga efektivitas pengembalian kredit gadai.
3. Rina 2013
Analisis Pelaksanaan Sistem
Pengendalian Intern Kredit
Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perdesaan
Pada Unit Pengelolaan
Kegiatan Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut.
Analisis Kualitatif
1. Organisasi Intern Kredit
2. Prosedur Pemberian dan Pengembalian Kredit
3. Dokumen dan Catatan Kredit
4. Pengawasan dan Pembinaan Kredit
5. Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Bermasalah
Pelaksanaan sistem pengendalian intern kredit pada UPK Cilawu Garut belum memadai, hal ini ditunjukan dengan adanya: rangkap jabatan untuk bagian administrasi dan bagian akuntansi; tahap analisa kredit dan peninjauan setempat kurang diperhatikan; dokumen dan catatan kredit dapat memberikan keyakinan memadai bahwa seluruh aktiva perusahaan dikendalikan dengan baik; pengawasan dan pembinaan secara langsung jarang sekali dilakukan; penyelamatan dan penyelesaian kredit yang bermasalah yang dilakukan dengan upaya penjadwalan kembali, persyaratan kembali, penataan kembali dan penghapusan.
59
BAB 3
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sarana atau lokasi yang dijadikan unit pengamatan
penelitian, dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian di PT.
Pegadaian (Persero) Cabang Garut yang berlokasi di Jalan Pasar Baru No.36
Kabupaten Garut 44115.
3.1.1 Sejarah Singkat PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut
Pegadaian merupakan Lembaga Keuangan Non-Bank yang menyalurkan
kredit kepada masyarakat berdasarkan hukum gadai. Lembaga semacam ini pada
awalnya berkembang di Italia yang kemudian dipraktekan di wilayah-wilayah
Eropa lainnya, seperti Inggris dan Belanda. Sistem gadai tersebut Memasuki
Indonesia dibawa dan dikembangkan oleh orang Belanda (VOC).
Bentuk usaha Pegadaian di Indonesia berawal dari Bank Van Leening
yang didirikan VOC pada tanggal 20 Agustus 1746 di Batavia. VOC dibubarkan
bersama Bank Van Leening, kemudian dibentuk Pegadaian yang dikelola swasta.
Akan tetapi keberadaannya justru menyusahkan rakyat. Oleh karena itu,
Pegadaian kembali diambil alih oleh pemerintah untuk membantu kehidupan
buruh tani dan nelayan kecil. Keputusan ini tertuang dalam Staatbald No. 131
tanggal 12 Maret 1901. Pada tahun yang sama, didirikanlah Pegadaian pertama
milik pemerintah, tepatnya tanggal 1 April 1901 yang berlokasi di Sukabumi.
60
Pegadaian beberapa kali mengalami perubahan bentuk. Dengan Staatbald
1930 No. 266, lembaga ini berubah menjadi JAWATAN Pegadaian berstatus
lembaga resmi milik pemerintah. Kemudian, berdasarkan Peraturan Pemerintah
RI No. 178 tahun 1961, tanggal 3 Mei 1961 satus JAWATAN Pegadaian diubah
menjadi Perusahaan Negara Pegadaian diintegrasi ke dalam urusan Bank Sentral.
Dan diubah lagi menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN) Pegadaian dibawah
naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia, dibawah pimpinan
Derektorat Jendral Moneter Dalam Negeri.
Melalui Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 11 Maret 1969. Selanjutnya
berdasarkan PP No. 10 tahun 1990, lembaga ini kembali diubah menjadi
Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian. Kemudian pada tahun 2011 perubahan
status kembali terjadi dari PERUM menjadi PERSEROAN yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2011 yang ditandatangani pada tanggal
13 Desember 2011 yang berlaku tanggal 1 April 2012.
Adapun visi dan misi dari PT. Pegadaian (Persero) adalah sebagai berikut:
1. Visi
Visi dari PT. Pegadaian adalah sebagai solusi bisnis terpadu terutama berbasis
gadai yang selalu menjadi market leader dan mikro berbasis fidusia selalu
menjadi yang terbaik untuk masyarakat menengah ke bawah.
2. Misi
a. Memberikan pembiayaan yang tercepat, termurah, aman dan selalu
memberikan pembinaan terhadap usaha golongan menengah kebawah
untuk pendorong pertumbuhan ekonomi.
61
b. Memastikan pemerataan pelayanan dan infrastruktur yang memberikan
kemudahan dan kenyamanan di seluruh Pegadaian dalam mempersiapkan
diri menjadi pemain regional dan tetap menjadi pilihan utama masyarakat.
c. Membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
golongan menengah kebawah dan melaksanakan usaha lain dalam rangka
optimalisasi sumber daya perusahaan.
Begitu juga dengan keberadaan kantor Cabang PT. Pegadaian (Persero) di
Garut yang didirikan tepatnya pada tahun 1982 di Jalan Pasar Baru Kecamatan
Garut Kota Kabupaten Garut, salah satu dasar pertimbangan didirikannya kantor
Cabang ini adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dalam hal
pemberian jasa kredit gadai.
3.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas PT. Pegadaian (Persero)
Cabang Garut
Sebagaimana lembaga keuangan atau organisasi pada umumnya,
pembagian tugas (Job Discription) tergambar pada struktur organisasi yang
masing-masing bagian telah sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dengan adanya
pembagian tugas, akan mengetahui aktivitas sesuai dengan tugas, kedudukan,
wewenang dan tanggungjawabnya. Hal ini dapat digambarkan dalam bentuk
gambar struktur organisasi dibawah ini:
62
Gambar 3.1
Struktur Organisasi PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut
Adapun uraian tugas-tugas pengelola PT. Pegadaian (Persero) Cabang
Garut adalah sebagai berikut:
1. Pimpinan Cabang/ Kepala Cabang
Tugas Pokok: Mengelola operasional cabang dengan menyalurkan uang
pinjaman secara hukum gadai dan melaksanakan usaha-usaha lainnya serta
mewakili kepentingan perusahaan dalam hubungan dengan pihak luar/
masyarakat sesuai ketentuan yang berlaku dalam rangka melaksanakan misi
perusahaan.
Rincian Tugas:
a. Menetapkan taksiran dan mengkoordinasikan kegiatan penaksir barang
jaminan berdasarkan peraturan yang berlaku agar uang pinjaman gadai
yang diberikan sesuai peraturan yang berlaku.
Pimpinan Cabang
Penaksir Penyimpan Kasir Administrasi
Pusat
Cabang
Asisten Manajer Usaha Mikro
Analisis Kredit
Administrasi/TU
Kantor Wilayah
63
b. Mengkoordinasikan penyaluran uang pinjaman berdasarkan taksiran
barang jaminan agar besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Mengkoordinasikan pengambilan uang pinjaman, pendapatan sewa
modal dan usaha lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
usaha pengembalian uang perusahaan.
d. Mengkoordinasikan pengelolaan barang jaminan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dalam rangka menjaga kualitas barang jaminan.
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan lelang barang jaminan dan penjualan
Barang Sisa Lelang (BSL) serta pembayaran uang kelebihan sesuai
ketentuan yang berlaku dalam rangka pengembalian uang perusahaan dan
uang nasabah.
f. Melakukan kegiatan promosi sesuai ketentuan yang berlaku dalam
rangka meningkatkan pangsa pasar dan citra baik perusahaan.
g. Mengawasi pelaksanaan tugas pekerjaan operasional, keuangan dan
sumber daya manusia sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar
pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan rencana perusahaan.
h. Membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan
pendelegasian wewenang operasional sebagai bahan pertimbangan dalam
program kerja tahun berikutnya.
2. Penaksir
Tugas Pokok: Menaksir barang jaminan untuk menentukan mutu dan nilai
barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka mewujudkan
penetapan uang pinjaman yang wajar serta citra baik perusahaan.
64
Rincian Tugas:
a. Menyiapkan sarana kerja sesuai dengan ketentuang yang berlaku agar
pemberian kredit dapat berjalan dengan lancar.
b. Menaksir barang jaminan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk
mengetahui mutu dan nilai barang dalam rangka menentukan dan
menetapkan uang kredit gadai.
c. Menaksir barang jaminan yang akan dilelang berdasarkan peraturan yang
berlaku untuk mengetahui mutu dan nilai dalam rangka menentukan
harga dasar barang yang akan dilelang.
3. Penyimpan
Tugas Pokok: Mengelola gudang barang jaminan dengan menerima,
menyimpan, merawat, mengeluarkan dan mengadministrasikan barang
jaminan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka mengamankan
serta menjaga keutuhan barang nasabah.
Rincian Tugas:
a. Secara berkala memeriksa keadaan gudang penyimpanan barang jaminan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka keamanan dan
keutuhan barang jaminan untuk serah terima jabatan.
b. Menerima barang jaminan emas dan perhiasan kepada Wakil Kepala
Cabang atau Kepala Cabang sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk
disimpan dalam gudang penyimpanan barang jaminan emas.
c. Mengeluarkan barang jaminan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
untuk keperluasn pelunasan, pemeriksaan atasan dan pihak lain.
65
d. Merawat barang jaminan dan gudang penyimpanan agar barang jaminan
dalam keadaan baik dan aman.
e. Mencatat mutasi penerimaan/ pengeluaran barang jaminan yang menjadi
tanggungjawabnya.
4. Kasir
Tugas Pokok: Melakukan tugas penerimaan dan pembayaran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan operasional kantor
cabang.
Rincian Tugas:
a. Menerima modal kerja harian dari atasan sesuai dengan ketentuan.
b. Menyiapkan uang kecil untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
c. Melaksanakan penerimaan pelunasan uang pinjaman dari nasabah.
d. Membuat Laporan Rekening Koran (LRK).
e. Melaksanakan penerimaan dari transfer, hasil penjualan lelang dan
penerimaan lainnya dan melaksanakan pembayaran untuk pinjaman
kredit dan pembayaran pengeluaran lain-lain.
f. Pembayaran uang kelebihan dan pembayaran pinjaman pegawai.
5. Administrasi
Tugas Pokok: mencatat setiap transaksi pelunasan atas dasar badan Surat
Bukti Kredit (SBK) yang diterima dari Kasir, pada Buku Pelunasan, Buku
Kas dan Ikhtisar Kredit dan pelunasan
Rincian Tugas:
a. Membuat Rekapitulasi Pelunasan
66
b. Mencocokan Rekapitulasi Pelunasan dengan Buku Gudang dan Buku
Pelunasan.
6. Asisten Manajer Usaha Mikro
Tugas Pokok: menyelenggarakan penyaluran uang pinjaman gadai untuk
produk Kreasi dan Krasida dan pelaksanaan usaha lainnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku agar pelaksanaan tugas operasional berjalan lancar.
Rincian Tugas:
a. Menyelenggarakan kegiatan penaksiran barang jaminan berdasarkan
peraturan yang berlaku agar uang pinjaman gadai yang diberikan sesuai
ketentuan.
b. Menyelenggarakan pengeluaran uang pinjaman gadai berdasarkan
taksiran dan pembayaran uang kelebihan serta melaksanakan kegiatan
usaha lain dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.
c. Membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas operasional
sebagai bahan pertimbangan pimpinan cabang dalam menyusun program
kerja tahun berikutnya.
7. Analisis Kredit
Tugas Pokok: melakukan survey untuk kredit Kreasi dan Krasida terhadap
nasabah dengan menganalisa kelayakan usaha serta taksiran barang
jaminannya, agar tidak terjadi risiko yang besar dalam pemberian kredit.
Rincian Tugas:
a. Melakukan survey kepada nasabah dengan memahami prinsip 5C yang
dituangkan dalam perhitungan baik berupa materiil maupun non materiil.
67
b. Memahami adanya kemauan (willingness), adanya kemampuan (ability)
dan adanya pengetahuan (knowledge) untuk menghitung risiko yang
paling kecil
8. Administrasi/ TU
Tugas pokok: mencatat setiap transaksi Kreasi dan Krasida sesuai dengan
kartu angsuran nasabah.
3.1.3 Aktivitas Pokok dan Perkembangan Usaha PT. Pegadaian (Persero)
Cabang Garut
PT. Pegadaian (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak pada
bidang pemberian kredit kepada masyarakat ekonomi menengah kebawah, dengan
menggunakan barang jaminan dengan sistem gadai.
Aktivitas PT. Pegadaian (Persero) memindahkan prinsip-prinsip ekonomi
serta terjaminnya keselamatan kekayaan, usaha-usaha yang dilakukan oleh PT.
Pegadaian (Persero) Cabang Garut adalah sebagai berikut:
1. Menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai dengan proses yang
mudah, cepat dan aman.
2. Memberikan pembiayaan berupa Kredit Cepat Aman (KCA), Kreasi dan
Krasida. Kredit Cepat Aman (KCA) adalah kredit yang diberikan kepada
masyarakat dengan sistem hukum gadai (jaminan barang yang bergerak).
3. Memberikan aneka jasa seperti: Kucica (Pengiriman Uang), multi
pembayaran online, persewaan gedung, jasa sertifikasi batu mulia, jasa
taksiran dan jasa titipan
68
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
yaitu suatu metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki. Seperti yang diungkapkan oleh Nazir
(2011:54) adalah sebagai berikut:
Metode deskriptif adalah metode untuk mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Menurut Sugiyono (2010:38) variabel penelitian adalah “Segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
Sesuai dengan judul penelitian yaitu: “Analisis Sistem Pengendalian Intern
Kredit pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut, maka terdapat satu variabel
dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel
operasionalisasi variabel berikut:
69
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi Indikator
Sistem Pengendalian
Intern Kredit
Mulyadi (2010:164)
dan Suhardjono (2003:100)
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas
1. Fungsi Operasi 2. Fungsi Penyimpanan 3. Fungsi Akuntansi
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya
1. Prosedur Pemberian dan Pengembalian Kredit
2. Dokumen dan Catatan Kredit
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi
1. Pengawasan Kredit 2. Penyelamatan Kredit
Bermasalah
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya
1. Seleksi Calon Karyawan 2. Pendidikan 3. Pelatihan
3.2.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter.
Menurut Nur dan Bambang (2002:146) data dokumenter adalah “Jenis data
penelitian yang antara lain berupa faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat,
memo atau dalam bentuk laporan program”. Data dokumenter yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu berupa dokumen maupun catatan yang berhubungan
dengan proses kredit yang diberikan oleh pihak PT. Pegadaian (Persero).
70
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data
primer yang diperoleh langsung dari PT. Pegadaian (Persero). Menurut Sugiyono
(2013:225), data primer adalah “Sumber data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data”.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan (Field Reasearch)
Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer, data tersebut
dikumpulkan dan diperoleh dengan cara:
a. Wawancara
Sugiyono (2010:231) mendefinisikan wawancara merupakan “Pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.
Menurut Esterberg (2002) yang dikutup Sugiyono (2010:233) Terdapat
tiga macam jenis wawancara, adalah sebagai berikut:
1. Wawancara terstruktur: teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti mengenai informasi
apa yang akan diperoleh.
2. Wawancara semi terstruktur: pelaksanaan wawancara ini lebih bebas
dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
71
3. Wawancara tak berstruktur: wawancara yang bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Dari beberapa macam wawancara di atas, peneliti menggunakan
wawancara terstruktur karena penulis berpedoman pada pedoman
wawancara yang telah dibuat yang dijabarkan dari indikator sehingga
penulis akan memperoleh informasi yang pasti mengenai pelaksanaan
dan peran Sistem Pengendalian Intern Kredit pada PT. Pegadaian
(Persero) Cabang Garut.
b. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2010:240) “Dokumen, merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang”. Teknik ini digunakan untuk memperoleh
data tentang struktur organisasi, daftar dan beberapa contoh dokumen
dan catatan, prosedur kegiatan serta laporan kredit yang ada pada PT.
Pegadaian (Persero) Cabang Garut.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Menurut Iqbal (2006:5) penelitian kepustakaan adalah “Penelitian yang
dilaksanakan dengan menggunakan literature (kepustakaan), baik berupa buku,
catatan maupun laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu”.
72
3.2.5 Teknik Pengolahan Data
Suharsimi (2010:53) menyebutkan bahwa pengolahan data adalah
“Mengubah data mentah menjadi data yang lebih bermakna”. Teknik pengolahan
data yang dilakukan penulis adalah dengan menggunakan analisis data.
Sugiyono (2010:244) menyebutkan bahwa analisis data adalah sebagai
berikut:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah analisis data
kualitatif. Analisis data kualitatif oleh Miles dan Huberman (1984), sebagaimana
yang dikutip oleh Sugiyono (2010:246) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Data yang muncul berupa kata-kata dan bukan merupakan rangkaian angka.
Data tersebut mungkin telah dikumpulkan dalam berbagai macam cara
(melalui pengamatan, wawancara, pita rekaman) dan bila diproses (melalui
pencatatan, pengetikan, penyuntingan dengan alat-alat tulis) maka data
kualitatif tersebut tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun
kedalam teks atau kalimat yang diperluas.
2. Prosedur analisis data menurut Miles dan Huberman (1984), yang dikutip
sugiyono (2008:246) terdiri dari tiga kegiatan yang terdiri secara bersamaan,
meliputi:
a. Data Reduction (Reduksi Data), yaitu merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya.
73
Dalam penelitian ini yang pertama kali dilakukan oleh seorang peneliti
dalam menganalisis data adalah dengan reduksi data, dengan demikian
data yang telah direduksi oleh peneliti dapat memberikan kemudahan di
dalam memberikan gambaran yang jelas tentang pelaksanaan dan
peranan Sistem Pengendalian Intern Kredit pada PT. Pegadaian (Persero)
Cabang Garut.
b. Data Display (penyajian data), yaitu kumpulan dari informasi yang
tersusun secara sistematis dan memberikan kemungkinan adanya sebuah
penarikan simpulan dan pengambilan suatu tindakan atas hasil penelitian.
Dari teknik mereduksi data, maka langkah selanjutnya yang dilakukan
oleh peneliti yaitu penyajian data, dimana penyajian data ini peneliti
melakukan dalam bentuk tabel. Melalui penyajian data ini, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah
dipahami.
c. Penarikan Simpulan atau Verification, yaitu sebuah jalinan keterkaitan
pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dan
membentuk suatu wawasan umum yang disebut dengan analisis. Dari
teknik analisis data yang terakhir, yaitu peneliti menggunakan penarikan
kesimpulan yang dilakukan secara terus-menerus sepanjang proses
penelitian. Agar dalam menganalisis data peneliti mendapatkan suatu
kesimpulan yang jelas dan mudah dipahami.
74
3.2.6 Tahap Penelitian
Adapun tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan oleh penulis
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2 Tahapan Penelitian
Gambar 3.2
Tahap Penelitian
Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Kerangka Pemikiran
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Pembahasan
Simpulan
Saran
Penelitian Pendahuluan
75
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PELAKSANAAN
SISTEM PENGENDALIAN INTERN KREDIT PADA PT.
PEGADAIAN (PERSERO) CABANG GARUT
Lingkup pembahasan atas sistem pengendalian intern kredit pada PT.
Pegadaian (Persero) Cabang Garut mencakup pembahasan yang berhubungan
dengan unsur-unsur sistem pengendalian intern kredit, yaitu struktur organisasi
yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas, sistem wewenang dan
prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap
kekayaan, utang, pendapatan dan biaya, praktik yang sehat dalam melaksanakan
tugas dan fungsi setiap unit organisasi serta karyawan yang mutunya sesuai
dengan tanggungjawabnya.
4.1 Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional
secara tegas
Struktur organisasi merupakan salah satu unsur sistem pengendalian intern
dimana di dalamnya terdapat gambaran yang mencerminkan kerangka pembagian
tugas dari masing-masing bagian serta secara keseluruhan dari fungsi-fungsinya
yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut menerapkan struktur organisasi
sesuai dengan aktivitas yang ada disertai dengan rincian tugas dan tanggungjawab
sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya.
76
Guna menunjang sistem pengendalian intern kredit PT. Pegadaian
(Persero) Cabang Garut telah membentuk perangkat perkreditan, yaitu sebagai
berikut:
a. Fungsi Operasi
Fungsi operasi pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut dilaksanakan oleh
penaksir dan kasir. Fungsi penaksir adalah bertugas untuk menaksir barang
jaminan yang diserahkan oleh nasabah dan menentukan nilai uang pinjaman
yang dapat dipinjamkan kepada nasabah. Sedangkan fungsi kasir pada PT.
Pegadaian (Persero) Cabang Garut yaitu kasir bertanggungjawab atas
pengeluaran dan pemasukan uang kas serta penyimpanan kas kecil (petty
cash).
b. Fungsi Penyimpanan
Fungsi penyimpan barang pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut
dilaksanakan oleh penyimpan. Penyimpan bertanggungjawab penuh terhadap
barang jaminan nasabah, mulai dari barang jaminan masuk sampai barang
jaminan keluar dari gudang. Sedangkan untuk penyimpan uang dilaksanakan
oleh pimpinan cabang yang disimpan dalam brangkas, yang hanya diketahui
oleh pimpinan cabang.
c. Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut dilaksanakan
oleh bagian administrasi. Bagian administrasi ini mempunyai tugas yaitu,
bertugas melakukan pencatatan ke buku yang bersangkutan atas transaksi-
transaksi yang terjadi pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut.
77
Berdasarkan penelitian, struktur organisasi yang ada pada PT. Pegadaian
(Persero) Cabang Garut dapat dikatakan kurang baik, hal ini dapat dilihat dari:
1. Adanya rangkap jabatan antara fungsi operasi yang merangkap sebagai fungsi
akuntansi.
2. Dimana rangkap jabatan ini melibatkan kasir yang melakukan dua pekerjaan
sekaligus, yaitu kasir selaku fungsi operasi yang melaksanakan pengeluaran
dan pemasukan uang kas serta penyimpanan kas kecil (petty cash), juga
selaku fungsi administrasi yang melaksanakan pencatatan atas transaksi.
3. Tidak adanya pemisahan fungsi ini dapat memberikan kemudahan ruang
gerak karyawan untuk melakukan tindakan penyimpangan, penyelewengan,
penyalahgunaan atau kecurangan aktiva perusahaan. Alasan terjadi rangkap
jabatan adalah untuk melakukan efisiensi dalam hal pengeluaran perusahaan.
Menurut Mulyadi (2010:164) “Struktur organisasi merupakan framework
pembagian tanggungjawab fungsional kepada unit organisasi untuk melaksanakan
kegiatan perusahaan yang menggambarkan secara jelas adanya pemisahan
tanggungjawab fungsional antara fungsi akuntansi, operasi dan penyimpan”.
4.2 Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan
biaya
Sistem wewenang dan prosedur pencatatan merupakan alat yang
digunakan untuk mengolah data yang berhubungan dengan usaha termasuk usaha
perkreditan serta bertujuan untuk menghasilkan umpan balik dalam bentuk
78
laporan-laporan yang diperlukan oleh manajemen untuk mengawasi usahanya, dan
bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur,
lembaga-lembaga pemerintah untuk menilai hasil operasi perusahaan.
4.2.1 Prosedur Pemberian dan Pengembalian Kredit
4.2.1.1 Prosedur Pemberian Kredit
Sebelum membahas proses pemberian kredit pada PT. Pegadaian (Persero)
Cabang Garut ada baiknya mengetahui tentang golongan kredit, uang pinjaman
dan tarif sewa modal terlebih dahulu untuk menentukan suatu kredit termasuk
dalam golongan kredit apa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.1 Daftar Uang Pinjaman, Tarif sewa Modal Berdasarkan Golongan Kredit
Sumber : PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut
Tabel 4.1 merupakan tabel pembiayaan Kredit Cepat Aman (KCA) pada
PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut, terdiri dari golongan, uang pinjaman, tarif
sewa modal dan lama pinjaman. Perhitungan bunga berdasarkan pada kelipatan 15
Pembiayaan KCA (Gadai Konvensional)
Golongan Uang Pinjaman (UP) Tarif Sewa Modal Lama Pinjaman
(Hari) Min Max Emas Non-Emas A 50.000 500.000 0,750%xUP 0,750%xUP 1 s/d 120 B1 500.001 1.000.000 1,150%xUP 1,150%xUP 1 s/d 120 B2 1.000.001 2.500.000 1,150%xUP 1,150%xUP 1 s/d 120 B3 2.500.001 5.000.000 1,150%xUP 1,150%xUP 1 s/d 120 C1 5.000.001 10.000.000 1,150%xUP 1,150%xUP 1 s/d 120 C2 10.000.001 15.000.000 1,150%xUP 1,150%xUP 1 s/d 120 C3 15.000.001 20.000.000 1,150%xUP 1,150%xUP 1 s/d 120 D 20.000.001 1.000.000.000 1,000%xUP 1,000%xUP 1 s/d 120
79
hari dan dalam pemberian tarif sewa modal nasabah juga dikenakan biaya
administrasi yang dipotong langsung dari uang pinjaman.
Setelah mengetahui tentang golongan kredit, uang pinjaman dan tarif sewa
modal maka selanjutnya adalah mengetahui pengelompokan dan spesifikasi
barang jaminan berdasarkan jenis barang jaminan pada PT. Pegadaian (Persero)
Cabang Garut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Pengelompokan dan Spesifikasi Barang Jaminan Berdasarkan Jenis
Barang Jaminan
Sumber : PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut
Tabel 4.2 menjelaskan barang yang dapat diterima sebagai barang jaminan
untuk memperoleh kredit. Untuk barang non-emas maka harus disertakan
kelengkapan barang jaminannya seperti kardus, kwitansi, kartu garansi dan lain-
Jenis Barang Jaminan
Pengelompokan Barang Jaminan Spesifikasi
Barang Gudang
Barang Elektronik
Televisi, DVD, VCD, LCD, tape, radio, video games, mesin fax, mesin fotocopy, printer, receiver parabola,
mesin hitung, dll
Komputer Laptop, notebook, personal komputer
Motor Sepeda motor, traktor, pompa air,
mesin pemotong rumput, generator, kompresor, gergaji mesin
Kamera Kamera digital, tustel, handycam
Telepon Handphone, pesawat telepon
Sepeda MTB, sepeda mini, sepeda balap,
sepeda klasik, sepeda gunung Barang lain Gitar listrik, gitar akustik, gamelan
Barang Kantong
Perhiasan Perhiasan emas, perak, dll Batu Mulia Permata, intan, berlian, dll
Barang Mewah
Barang-barang non perhiasan Mobil keluaran terbaru, mobil klasik,
motor besar, dll
80
lain. Untuk barang jaminan non emas, taksiran gadainya sekitar 50% dari harga
second barang tersebut.
Prosedur pemberian kredit pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut
adalah sebagai berikut:
1. Prosedur permintaan kredit
a. Nasabah mengambil dan mengisi Formulir Permintaan Kredit (FPK).
b. Nasabah menyerahkan FPK yang telah diisi dengan melampirkan Bukti
Pendukung (BP) yaitu fotocopy KTP/ identitas lainnya serta Barang
Jaminan (BJ) yang akan dijaminkan.
2. Prosedur taksiran barang jaminan
a. Penaksir menerima FPK dengan lampiran fotocopy KTP/ identitas
lainnya beserta Barang Jaminan (BJ) dari nasabah.
b. Penaksir memeriksa kelengkapan kebenaran pengisian FPK dan Barang
Jaminan (BJ) yang dijaminkan.
c. Penaksir menandatangani FPK (pada badan dan kitirnya) sebagai tanda
bukti penerimaan Barang Jaminan (BJ) dari nasabah.
d. Menyerahkan kitir FPK kepada nasabah.
e. Penaksir melakukan taksiran untuk menentukan nilai Barang Jaminan
(BJ) sesuai dengan Buku Peraturan Menaksir (BPM) dan Surat Edaran
(SE) yang berlaku.
f. Menentukan besarnya Uang Pinjaman (UP) yang dapat diberikan kepada
nasabah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
81
g. Mencatat nilai taksiran dan uang pinjaman pada Buku Taksiran Kredit
(BTK), menerbitkan Surat Bukti Kredit (SBK), dan menandatangani
SBK rangkap dua sesuai dengan kewenangannya.
3. Prosedur pencairan kredit
a. Penaksir menyerahkan SBK asli dan SBK dwilipat kepada kasir.
b. Kasir menerima SBK asli dan SBK dwilipat dari penaksir.
c. Kasir mencocokan SBK tersebut dengan kitir FPK yang diserahkan oleh
nasabah.
d. Kasir menyiapkan dan melakukan pembayaran UP sesuai dengan jumlah
yang tercantum pada SBK.
e. Kasir menyerahkan SBK asli beserta uang pinjaman kepada nasabah
sedangkan SBK dwilipat diserahkan kepada bagian administrasi.
f. Membuat Laporan Rekening Koran (LRK) berdasarkan Buku Kredit
(BK) dan mencocokannya dengan Buku Penerimaan Barang Jaminan
(BPBJ) yang di buat penaksir
4. Prosedur pencatatan
a. Bagian Administrasi menerima badan SBK dwilipat, Laporan Rekening
Koran (LRK) dan kitir FPK dari kasir.
b. Mencatat semua transaksi pemberian kredit semua golongan berdasarkan
SBK dwilipat yang diterima dari kasir kedalam Kas Kredit (KK) rangkap
dua, selanjutnya dicatat di dalam Buku Kredit dan Buku Kas rangkap
dua.
82
c. Pada akhir jam kantor, petugas administrasi membuat rekapitulasi kredit
berdasarkan badan SBK dwilipat dan Buku Kredit serta mencatatnya
pada Ikhtisar Kredit dan Pelunasan (IKPL).
5. Prosedur penyimpanan barang jaminan
a. Penaksir memasukan barang jaminan ke dalam kantong dan
menempelkan kitir dwilipat SBK. Setelah itu kantong barang jaminan di
plombir.
b. Penaksir menyerahkan barang jaminan yang telah di plombir kepada
penyimpan.
c. Penyimpan menerima dan menghitung Barang Jaminan (BJ) yang
diserahkan oleh penaksir.
d. Pada akhir jam tutup kantor, penyimpan mencocokan Barang Jaminan
(BJ) yang telah diterima dengan jumlah yang tertera pada buku
penerimaan barang jaminan dan apabila telah cocok, petugas
membubuhkan tandatangan pada kolom “penerimaan” dan di catat di
Buku Gudang (BG).
e. Barang Jaminan (BJ) yang di terima di simpan di gudang sesuai dengan
golongan, rubik dan bulan kredit Barang Jaminan (BJ).
Adapun tahapan atau langkah-langkah pemberian kredit gadai pada PT.
Pegadaian (Persero) Cabang Garut dapat dilihat pada gambar Flow Chart sebagai
berikut:
83
BP
BJ
2
2
BP 2
Rp
BJ
Nasabah Penaksir Kasir Administrasi Penyimpan
Dicocokan
Keterangan:
FPK : Formulir Permintaan Kredit BJ : Barang Jaminan BP : Bukti Pendukung SBK : Surat Bukti Kredit BPBJ : Buku Penerimaan Barang Jaminan SP : Slip Penerimaan LRK : Laporan Rekening Koran BK : Buku Kredit IKPL : Ikhtisar Kredit dan Pelunasan BG : Buku Gudang Rp : Uang Tunai
Gambar 4.1 Flow Chart Prosedur Pemberian Kredit Gadai
1
Diisi&dilengkapi bukti pendukung
BP BJ
2
FPK
Memeriksa kelengkapan & melaksanakan
taksiran
SP 1
catat
BPBJ
3
FPK
SBK 1
Pembayaran dan Pendistribusian
4
5
FPK
T
SBK 1
SBG 1
LRK
BK
T
LRK
SBK 2
catat
IKPL
T
SBK 2
BG
T
N
FPK
FPK
catat
84
Berdasarkan penelitian, prosedur pemberian kredit pada PT. Pegadaian
(Persero) Cabang Garut telah dilaksanakan dengan memadai, hal ini dapat dilihat
dengan adanya tahapan-tahapan pemberian kredit sebagai berikut:
1. Adanya prakarsa dan analisa permohonan kredit yaitu berupa formulir
permintaan kredit (FPK) dari nasabah, hal ini dapat dilihat pada prosedur
permintaan kredit.
2. Adanya tahap pemberian rekomendasi, apabila nilai barang jaminan yang
telah ditaksir kurang dari nilai yang dibutuhkan oleh nasabah maka penaksir
akan memberikan rekomendasi sesuai dengan taksiran barang jaminan. Hal
ini dapat dilihat pada prosedur taksiran barang jaminan.
3. Adanya tahap pemberian putusan kredit yaitu pemberian kredit kepada
nasabah yang telah memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan
perusahaan. Pemberian kredit dapat dilihat pada prosedur taksiran barang
jaminan.
4. Adanya tahapan persetujuan pencairan kredit, persetujuan pencairan kredit ini
telah disetujui dan diotorisasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam
tahap persetujuan juga telah termasuk prosedur pemberian kredit, prosedur
pencatatan dan prosedur penyimpanan barang jaminan.
Menurut Suhardjono (2003:195) “Prosedur kredit dibagi dalam empat
tahap diantaranya: tahapan prakarsa dan analisa permohonan kredit, tahapan
pemberian rekomendasi kredit, tahapan pemberian putusan dan tahapan
persetujuan pencairan kredit”.
85
4.2.1.2 Prosedur Pengembalian Kredit
Setelah prosedur pemberian kredit tentunya setiap nasabah berkewajiban
mengembalikan pinjaman dan membayar bunganya. Pelunasan atau pengembalian
kredit dapat dilakukan selama kredit yang diberikan belum jatuh tempo dan
barang jaminan belum dilelang. Berikut ini adalah prosedur dari proses pelunasan
atau pengembalian kredit:
1. Nasabah menyerahkan SBK asli.
2. Kasir menerima SBK asli dari nasabah.
3. Kasir memeriksa keabsahan SBK yang diterima, melakukan perhitungan
jumlah yang harus di bayar oleh nasabah yaitu: Pokok Pinjaman + Sewa
Pinjaman (bunga).
4. Nasabah menyerahkan sejumlah uang untuk pelunasan sesuai dengan jumlah
yang harus di bayar (pokok pinjaman + bunga).
5. Kasir menerima jumlah pembayaran dari nasabah, menerbitkan dan
menyerahkan Slip Pelunasan (SP) kepada nasabah sebagai tanda bukti
pelunasan dan membubuhkan cap lunas, tanggal dan paraf pada SBK asli
yang dilunasi, baik pada badan SBK, kitir dalam (D) dan kitir luar (L). Serta
kasir:
A. Melakukan distribusi SBK:
a) Kitir bagian dalam (D) kepada penyimpan.
b) Kitir bagian luar (L) kepada nasabah.
c) Badan SBK kepada bagian administrasi.
B. Melakukan pencatatan ke dalam Laporan Rekening Koran (LRK).
86
6. Bagian penyimpan menerima kitir SBK bagian dalam (D), memeriksa cap
lunas, tanggal dan paraf kasir, mengambil Barang Jaminan (BJ) ke gudang
dengan cara mencocokan kitir SBK bagian dalam (D) dengan kitir SBK yang
menempel di Barang Jaminan (BJ).
7. Penyimpan menyerahkan Barang Jaminan (BJ) kepada nasabah dengan cara
mencocokan nomor kitir SBK bagian dalam (D) dengan kitir SBK bagian luar
(L) yang di pegang nasabah.
8. Penyimpan melakukan pencatatan ke dalam Buku Gudang (BG). Setiap akhir
jam kerja melakukan pencocokan/ pemeriksaan:
a. Mencocokan kitir dwilipat SBK asli yang dimasukan ke dalam lispen
dengan bulan kredit, nomor rubik dan uang pinjaman
b. Mencocokan jumlah kitir yang ada dengan jumlah kitir pada pengeluaran
Barang Jaminan (BJ) (dengan meningat juga kitir yang ada pada pegawai
barang kasep/ pengikat pengikat/ penaksir/ KPK)
9. Bagian administrasi mencatat setiap transaksi pelunasan atas dasar badan
SBK yang diterima dari kasir pada Buku Pelunasan, Buku Kas, Ikhtisar
Kredit dan Pelunasan serta membuat Rekapitulasi Pelunasan dan mencocokan
dengan Buku Gudang dan Buku Pelunasan.
Adapun tahapan atau langkah-langkah pengembalian atau pelunasan kredit
gadai pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut dapat dilihat pada gambar Flow
Chart sebagai berikut:
87
2
BJ
BPL
Nasabah Kasir Penyimpan Administrasi
Pencocokan
Keterangan SBK : Surat Bukti Kredit Rp : Uang Tunai SP : Slip Pelunasan L : Kitir SBK Bagian Luar BJ : Barang Jaminan D : Kitir SBK Bagian Dalam LRK : Laporan Rekening Koran BPL : Buku Pelunasan BG : Buku Gudang
Gambar 4.2 Flow Chart Prosedur Pengembalian atau Pelunasan Kredit Gadai
Berdasarkan penelitian, prosedur pengembalian kredit pada PT. Pegadaian
(Persero) Cabang Garut telah dilakukan dengan memadai. Hal ini dapat dilihat
dari:
1. Nasabah yang membayar uang pinjaman beserta sewa pinjaman (bunga) yang
dapat dilihat pada poin satu sampai dengan empat.
2. Kasir menerima jumlah pembayaran dari nasabah, menerbitkan dan
menyerahkan Slip Pelunasan (SP) kepada nasabah sebagai tanda bukti
1 SBK 1 D L
SBK 1 D L 2
Memeriksa keaslian SBK dan menghitung
Sewa Modal
RP RP
SP 1
SP 1
Ditandatangani dan di cap “Lunas”
SBK 1 D L
catat
SP 1
didistribusikan
L
LRK
3
D
Memeriksa
D
Penyerahan
BG
catat
Lihat Prosedur akutansi
kantor cabang
SBK 1
catat
BJ
88
pelunasan dan membubuhkan cap lunas. Hal ini dapat dilihat pada poin lima
sampai tujuh.
3. Pihak pegadaian mencatat transaksi pelunasan tersebut pada Buku Pelunasan,
Buku Kas dan Ikhtisar Kredit dan Pelunasan dan membuat Rekapitulasi
Pelunasan dan mencocokan dengan Buku Gudang dan Buku Pelunasan sesuai
dengan yang tertera pada poin delapan dan sembilan.
Menurut Suhardjono (2003:197), dalam tahap pengembalian kredit perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
4. Debitur dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar. Dalam memenuhi kewajibannya, debitur menyerahkan pembayaran baik pembayaran pokok, bunga atau lainnya apabila ada.
5. Kasir menerima pembayaran dari debitur. Kasir menerima sejumlah uang dari debitur sebagai pembayaran, baik pokok, bunga ataupun yang lainnya.
6. Pencatatan oleh bagian perkreditan. Bagian perkreditan mencatat jumlah pembayaran yang dilakukan oleh debitur, kemudian mengeluarkan struk sisa pinjaman yang dipotong sebagai pemberitahuan mengenai jumlah kewajiban yang masih harus dipenuhi debitur.
7. Pencatatan oleh bagian akuntansi. Bagian akuntansi menerima bukti bembayaran dari bagian kredit, dilakukan pencatatan pada buku besar piutang dan dicockannya dengan buku kas masuk bagian kredit.
4.2.2 Dokumen dan Catatan Kredit
4.2.2.1 Dokumen Kredit
Dokumen dan catatan pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut
merupakan media informasi bagi seluruh bagian kerja yang berbeda dan
memberikan keyakinan yang memadai bahwa seluruh aktiva perusahaan
dikendalikan dengan baik dan seluruh transaksi kredit dicatat dengan benar.
89
Dokumen kredit yang digunakan PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut
adalah sebagai berikut:
1. Bukti Pendukung
Bukti pendukung merupakan identitas/ data nasabah. Bukti pendukung yang
diperlukan pihak PT. Pegadaian (Persero) adalah KTP atau SIM yang masih
berlaku.
2. Formulir Permintaan Kredit (FPK)
Formulir Permintaan Kredit (FPK) adalah dokumen yang digunakan untuk
mengajukan permohonan kredit gadai pada PT. Pegadaian (Persero).
Dokumen ini digunakan sebagai dasar dalam pemberian kredit, yang
didalamnya memuat informasi mengenai identitas nasabah, data mengenai
permohonan kredit gadai dan data mengenai barang jaminan.
3. Surat Bukti Kredit (SBK)
Surat Bukti Kredit (SBK) adalah dokumen yang menunjukan bahwa nasabah
telah menerima kredit dengan mewajibkan membayar bunga dan membayar
uang pinjaman yang telah disetujui dalam jangka waktu tertentu. Di dalam
dokumen memuat informasi perjanjian kredit yang akan ditanda tangani
kedua belah pihak.
Berdasarkan penelitian, dokumen yang ada pada PT. Pegadaian (Persero)
Cabang Garut telah memadai, hal ini dilihat dari dokumen-dokumen yang
digunakan pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut sudah memenuhi syarat
yang lengkap untuk merekam terjadinya transaksi, yaitu sebagai berikut:
90
1. Dokumen yang berkaitan dengan identitas nasabah, ada pada Dokumen
Pendukung (DP) yaitu poin satu. Dokumen ini berupa KTP, SIM ataupun
Paspor yang masih berlaku. Dokumen ini merupakan dokumen yang paling
penting dikarenakan mencakup seluruh identitas nasabah dan merupakan
syarat utama dalam pemberian kredit.
2. Dokumen yang berhubungan dengan permohonan kredit dan dokumen
kepemilikan barang jamianan adalah Formulir Permintaan Kredit (FPK). FPK
merupakan formulir yang diisi oleh nasabah saat mengajukan permohonan
kredit dan di dalam FPK memuat informasi mengenai barang jaminan.
3. Dokumen yang berkaitan dengan perjanjian dan penyelamatan kredit ada
pada Surat Bukti Kredit (SBK). SBK memuat informasi mulai dari data
nasabah, perjanjian utang piutang dengan jaminan gadai hingga pada
pelelangan yang merupakan penyelamatan kredit pada PT. Pegadaian
(Persero).
Suhardjono (2003:111) menyebutkan bahwa dokumen kredit yang
sekurang-kurangnya harus ada:
1. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan identitas atau legalitas nasabah dan usahanya.
2. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permohonan, analisa dan evaluasi kredit, negosiasi, rekomendasi, persetujuan kredit.
3. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perjanjian dan pencairan kredit.
4. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kepemilikan barang jaminan dan pengikatannya.
5. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembinaan, pengawasan dan penyelamatan atau penyelesaian kredit.
91
4.2.2.2 Catatan Kredit
Catatan kredit yang digunakan pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang
Garut adalah sebagai berikut:
1. Buku Kredit (BKr)
Adalah catatan yang digunakan untuk mendebet rekening kas apabila terjadi
penerimaan kas atau saat pelunasan dan mengkredit rekening kas apabila
terjadi pengeluaran kas atau saat pemberian kredit.
2. Buku Rekapitulasi Kredit (RKr)
Adalah catatan yang digunakan untuk merekap kembali kredit yang
diberikan, kemudian mengakumulasikan jumlah kreditnya setiap bulan
3. Buku Penerimaan Barang Jaminan (BPBJ)
Adalah catatan yang digunakan untuk mencatat barang jaminan yang diterima
oleh PT. Pegadaian (Persero) Cabang, yang diisi setiap ada permintaan kredit.
4. Buku Gudang
Adalah catatan yang digunakan untuk memcatat masuknya barang jaminan
yang diterima oleh pihak PT. Pegadaian (Persero).
5. Ikhtisar Kredit dan Pelunasan
Adalah catatan yang berisi saldo awal yang diambil dari saldo akhir bulan
rekapitulasi kredit yang diberikan berdasarkan golongan kredit. Data
pelunasan piutang diambil dari saldo akhir bulan rekapitulasi kredit dan
taksiran serta data pelelangan diambil dari berita acara lelang. Buku
pelunasan digunakan untuk mencatat data barang jaminan dari nasabah yang
sudah ditebus.
92
Berdasarkan penelitian, catatan yang ada pada PT. Pegadaian (Persero)
Cabang Garut telah memadai, hal ini dilihat dari catatan-catatan yang ada pada
PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut, adalah sebagai berikut:
1. Pencatatan pembayaran kewajiban-kewajiban yang harus dilunasi, pencatatan
transaksi kredit pada saat pelunasan kredit dan pencatatan transaksi kredit
pada saat penghapusan sebagai debitur tercatat dalam Ikhtisar Kredit dan
Pelunasan yang ada pada poin lima.
2. Pencatatan transaksi kredit selama fasilitas kredit tersebut berjalan, dicatat
dalam Buku Kredit.
3. Catatan dibuat setiap hari, diarsipkan secara rutin dan direkap setiap bulan.
Hasil rekap yang dibuat oleh Pegadaian telah dibuat secara rangkap. Rangkap
satu untuk Pegadaian Cabang Garut dan rangkap dua dikirimkan ke Kantor
Wilayah (KANWIL) setiap bulan.
Menurut Suhardjono (2003:226) secara garis besar catatan diklasifikasikan
pada “Pencatatan pembayaran kewajiban-kewajiban yang harus dilunasi oleh
debitur, pencatatan transaksi kredit selama fasilitas kredit tersebut berjalan,
pencatatan transaksi kredit pada saat pelunasan kredit dan pencatatan transaksi
kredit pada saat penghapusan sebagai debitur”.
Suhardjono (2003:225) mengemukakan bahwa catatan yaitu sebagai
“Pengelolaan atas dokumen-dokumen yang diperoleh selama kredit berlangsung,
pengelolaan tersebut mencakup pencatatan/ registrasi, penyimpanan berkas dan
pengamanan berkas kredit”.
93
4.3 Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi
Organisasi harus menerapkan sistem pengendalian intern yang dapat
melakukan pencegahan sedini mungkin terhadap hal-hal yang dapat merugikan
organisasi serta terjadinya praktek-praktek yang tidak sehat.
4.3.1 Pengawasan Kredit
Pengawasan kredit pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut dilakukan
secara langsung oleh pimpinan cabang dan penaksir.
A. Pengawasan yang dilakukan oleh Pimpinan Cabang
1. Mengawasi pelaksanaan tugas pekerjaan operasional, keuangan dan
sumber daya manusia sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar
pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan rencana perusahaan.
2. Melakukan monitoring terhadap seluruh kegiatan yang ada pada PT.
Pegadaian (Persero) Cabang Garut.
3. Mengkoordinasikan penyaluran uang pinjaman berdasarkan taksiran
barang jaminan agar besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Menjadi Kuasa Pemutus Kredit (KPK).
5. Mengirimkan surat pemberitahuan lelang kepada nasabah apabila nasabah
tidak tepat waktu (lebih dari 120 hari) dalam membayar kredit.
B. Pengawasan yang dilakukan oleh penaksir
Penaksir lebih berperan penting dalam melakukan pengawasan secara
penuh untuk produk Kredit Cepat Aman (KCA). Karena dalam pemberian
94
kredit ini penaksir langsung mengawasi, mengotorisasi dan mengecek
mengenai keabsahan serta kelengkapan dokumen dan barang jaminan yang
dijadikan sebagai jaminan kredit apakah telah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut.
Berdasarkan penelitian, pengawasan kredit PT. Pegadaian (Persero)
Cabang Garut telah dilaksanakan dengan memadai, hal ini dapat dilihat dari:
1. Pengawasan kredit yang tidak hanya dilakukan oleh pimpinan cabang juga
dibantu oleh penaksir.
2. Perencanaan dokumen dan catatan yang cukup baik sebagai media yang
digunakan untuk merekam wewenang dalam memberi otorisasi terlaksananya
transaksi pada perusahaan, sehingga setiap transaksi terjadi atas dasar
otorisasi yang memiliki wewenang untuk menyetujui pemberian kredit.
Menurut Suhardjono (2003:230) pengawasan kredit adalah “Kegiatan
pengawasan/ monitoring terhadap tahapan-tahapan proses pemberian kredit,
pejabat kredit yang melaksanakan proses pemberian kredit serta fasilitas
kreditnya”.
4.3.2 Penyelamatan Kredit Bermasalah
Upaya-upaya yang dilakukan oleh PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut
dalam penyelamatan kredit bermasalah adalah dengan cara sebagai berikut:
1. Penjadwalan kembali (Rescheduling)
Penjadwalan kembali diberikan oleh PT. Pegadaian kepada nasabah apabila
nasabah hendak memperbaharui kredit dengan hanya membayar bunganya
95
saja. Pada Surat Bukti Kredit (SBK), kitir dalam dan kitir luar diberi tanda
cap “UG” artinya Ulang Gadai sebagai tanda bahwa nasabah hanya
membayar bunga/sewa modal.
2. Persyaratan kembali (Reconditioning)
Persyaratan kembali dilakukan kepada nasabah dengan cara memperpanjang
jangka waktu pinjaman kredit dengan membayar sewa modal dan biaya
penyimpanan/ administrasi (PA) dan nasabah bisa memperpanjang jangka
waktu pinjaman dengan cara menambah pinjaman jika nilai taksiran barang
jaminan terpenuhi.
3. Penataan kembali pinjaman (Restructuring)
Penataan pinjaman diberikan kepada nasabah yang hendak mengajukan
permohonan penundaan pelaksanaan lelang.
4. Pihak PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut melakukan panagihan melalui
telepon kepada nasabah apabila melewati jatuh tempo, yaitu lebih dari 120
hari.
5. Apabila nasabah tidak merespon panggilan telepon maka pihak PT.
Pegadaian (Persero) Cabang Garut menerbitkan surat teguran pertama. Jika
dalam jangka waktu tujuh hari setelah jatuh tempo belum ada pembayaran
maka perusahaan akan memberikan surat teguran kedua. Dalam jangka waktu
maksimum tujuh hari nasabah belum melakukan pembayaran maka
perusahaan akan memberikan surat teguran yang ketiga.
Upaya penyelamatan terakhir kredit bermasalah pada PT. Pegadaian
(Persero) Cabang Garut adalah dengan cara melelang barang jaminan. Lelang
96
adalah upaya pengembalian uang pinjaman beserta bunga/sewa modal, yang tidak
dilunasi sampai batas waktu yang ditentukan. Adapun prosedur lelang pada PT.
Pegadaian (Persero) Cabang Garut adalah sebagai berikut:
1. Pelaksana Lelang menyiapkan Berita Acara Penyerahan Barang Jaminan
yang Akan Dilelang (BAPBJAL) yang dilampiri Daftar Barang Jaminan yang
Akan Dilelang (DBJYAL), formulir penjualan lelang beserta barang
jaminannya dan Cocokan dengan fisik barang jaminan yang akan dilelang.
2. Menetapkan harga penjualan lelang dengan pedoman sebagai berikut:
a. Apabila taksiran baru lebih rendah dari uang pinjaman + sewa modal
penuh, maka harga minimal lelang harus sebesar uang pinjaman + sewa
modal, dibulatkan ke atas menjadi ratusan rupiah penuh.
b. Apabila taksiran baru lebih tinggi dari uang pinjaman + sewa modal,
maka harga minimal lakunya lelang adalah sebesar uang pinjaman
maksimal berdasarkan taksiran baru + sewa modal penuh berdasarkan
uang pinjaman penuh.
3. Kasir menerima Berita Acara Lelang (BAL), Register Barang Sisa Lelang
(RBSL) dan uang hasil penjualan lelang dari pelaksana lelang (pimpinan
cabang) dan atas dasar Berita Acara Lelang (BAL) dan uang tunai yang
diterima dicatat pada Laporan Rekening Koran (LRK), dan uang disimpan
dibrankas. Berita Acara Lelang (BAL) dan Register Barang Sisa Lelang
(RBSL) diserahkan kepada petugas bagian administrasi.
4. Bagian administrasi menerima Berita Acara Lelang (BAL) dan Register
Barang Sisa Lelang (RBSL) dari kasir, mencatat nomor-nomor barang
97
RBSL 3
RBSL 2
RBSL 1
BAL
RBSL 1
BAL
BKL
FPL
RBSL
BAL
jaminan yang dilelang dari buku kredit serta membuat Buku Penjualan Lelang
dan berdasarkan bukti-bukti tersebut dibuat Kas Debet dan dicatat kedalam
Buku Kas.
Adapun tahapan atau langkah-langkah lelang pada PT. Pegadaian
(Persero) Cabang Garut dapat dilihat pada gambar Flow Chart sebagai berikut:
Pelaksana Lelang Kasir Administrasi
Keterangan:
RP : Uang Tunai BAL : Barang Sisa Lelang RBSL : Rekapitulasi Barang Sisa Lelang LRK : Lapran Rekening Koran FPL : Formulir Penjualan Lelang BKL : Buku Kas Lelang
Gambar 4.3
Flow Chart Prosedur Lelang
Berdasarkan penelitian, Penyelamatan Kredit Bermasalah pada PT.
Pegadaian (Persero) Cabang Garut telah dilaksanakan dengan memadai, hal ini
dapat dilihat dari upaya yang dilakukan oleh perusahaan melalui beberapa upaya,
seperti:
Pelaksanaan lelang
RP RP
catat
LRK
Lihat Prosedur akutansi kantor cabang
98
1. Penjadwalan kembali (rescheduling) diberikan kepada nasabah yang hendak
memperbaharui kredit dengan hanya membayar bunganya saja.
2. Persyaratan kembali pinjaman (reconditioning) diberikan kepada nasabah
dengan cara memperpanjang jangka waktu pinjaman kredit.
3. Penataan kembali pinjaman (restructuring) diberikan kepada nasabah yang
hendak mengajukan permohonan penundaan pelaksanaan lelang.
4. Penagihan melalui telepon, menerbitkan surat pemberitahuan jatuh tempo
kredit hingga proses pelelangan barang jaminan nasabah.
Menurut Suhardjono (2003:272) “Upaya penyelamatan kredit bermasalah
dapat dilakukan dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan
kembali (reconditioning) dan penataan kembali (restructuring)”.
4.4 Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya
Sistem pengendalian intern yang telah dirancang tidak akan berjalan
dengan baik jika manusia yang menjalankannya tidak memiliki komitmen dan
kecakapan yang sesuai. Manusia yang menjalankan sistem pengendalian dalam
suatu organisasi terdiri dari seluruh komponen perusahaan, baik pimpinan
organisasi maupun para karyawan. Oleh karena itu, perusahaan atau organisasi
senantiasa meningkatkan mutu para karyawannya.
Apabila telah disusun struktur organisasi yang tepat, prosedur-prosedur
yang baik tetapi tingkat kecakapan pegawai tidak memenuhi syarat-syarat yang
diminta, bisa diharapkan bahwa sistem pengendalian intern juga tidak akan
berhasil dengan baik.
99
4.4.1 Seleksi calon karyawan
Setiap penerimaan karyawan pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut
dilakukan oleh kantor pusat yang ada di Jakarta. Seleksi calon karyawan ini
dilakukan terhadap seluruh penduduk Indonesia yang memiliki potensi,
kualifikasi dan kemampuan yang dianggap mampu melakukan pekerjaan.
4.4.2 Pendidikan
Pendidikan untuk karyawan baru yang terlibat secara langsung dalam
proses pemberian kredit pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut minimal
memiliki pendidikan Diploma 3 (D3). Kualifikasi pendidikan pada PT. Pegadaian
(Persero) yang terlibat secara langsung dalam proses pemberian kredit adalah
sebagai berikut:
a. Pimpinan Cabang
Pendidikan formal Sarjana (S1), Diploma 3 (D3), Sekolah Menengah Atas
(SMA) dengan masa jabatan 16 tahun di Cabang Pegadaian dan Lulus DPT
Pengelola Cabang, MMC, dan Suspim Lanjutan.
b. Penaksir
Pendidikan formal Sarjana (S1), Diploma (D3) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) dengan masa kerja 4 tahun dan Lulus DPT II Penaksir.
c. Penyimpan
Pendidikan formal Sarjana (S1), Diploma (D3), dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) dengan masa kerja 4 tahun dan Lulus DPT II Penaksir serta Lulus
DPT Administrasi Gudang.
100
d. Kasir
Pendidikan formal Diploma (D3), untuk pegawai kontrak Sekolah Menengah
Atas (SMA) dan telah menjadi pegawai kontrak sekurang-kurangnya 3 bulan.
e. Administrasi
Pendidikan formal Sarjana (S1), Diploma (D3), dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) dengan masa kerja 4 tahun dan Lulus DPT II Penaksir serta
pengetahuan dasar komputer.
4.4.3 Pelatihan
Pelatihan pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut dilaksanakan
melalui diklat yang disediakan oleh perusahaan, diklat ini dilaksanakan di Jakarta,
Surabaya dan Solo.
Pelatihan karyawan melalui diklat ini bertujuan untuk mendapatkan
kualitas dan kuantitas karyawan yang tepat yang diperlukan untuk mencapai
tujuan organisasi, untuk mengembangkan keahlian dan kemampuan sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan denganl lebih cepat dan efektif serta untuk
mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kerja sama antar karyawan dan
pimpinan.
Jenis-jenis diklat yang diberikan kepada karyawan oleh PT. Pegadaian
(Persero) adalah sebagai berikut:
1. Diklat Dasar, adalah diklat yang diberikan untuk karyawan dan trainee dalam
proses pengadaan karyawan guna membekali karyawan yang bersangkutan
dalam melaksanakan tugasnya. Diklat Dasar ini antara lain meliputi Program
101
Induksi (diklat pengenalan tugas-tugas kantor cabang atau kanwil atau
KPPP), program trainee dikantor cabang atau kanwil atau KPPP.
2. Diklat Fungsional, adalah diklat yang ditujukan untuk menunjang,
mengembangkan keahlian atau keterampilan kerja dititikberatkan pada
perubahan pola kerja, cara kerja, serta penggunaan metode-metode kerja
mutakhir. Diklat Fungsional ini antara lain meliputi Diklat Penaksir Muda,
Diklat Ahli Taksir, Diklat Pemeriksa Madya, Diklat Legal Officer Muda,
dan lain-lain.
3. Diklat Manajerial, adalah diklat dengan sasaran utama untuk meningkatkan
karir guna memangku suatu jabatan, fungsi atau pangkat tertentu secara
bertahap dan untuk memperkaya atau meningkatkan keterampilan manajemen
kepemimpinan serta kemampuan menciptakan metode-metode kerja baru.
Diklat Manajerial dititikberatkan pada penajaman maupun bidang manajerial.
Diklat Manajerial ini antara lain meliputi Diklat Pengelola Cabang, Kursus
Pimpinan Muda (SUSPIMDA), Kursus Pimpinan Madya (SUSPIMDYA),
Kursus Pimpinan Utama (SUSPIMA).
4. Diklat Lain-lain, adalah diklat yang diadakan secara inhouse atau penugasan
untuk meningkatkan wawasan karyawan seperti penataan seminar, lokakarya
atau workshop, pemagangan atau praktek kerja lapangan di instasi atau
perusahaan lain baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Diklat lain-lain
ini antara lain meliputi Pelatihan Akutansi Terapan, Diklat Pengelolaan Gadai
Syariah, dan lain-lain.
102
Berdasarkan penelitian, dapat dikatakan bahwa karyawan yang ada pada
PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut dapat dikatakan cukup berkualitas, hal ini
dapat dilihat dari:
1. Seleksi calon karyawan yang dilakukan oleh kantor pusat melalui berbagai
test dan penyaringan sehingga di dapatkan calon karyawan yang memiliki
memiliki potensi, kualifikasi dan kemampuan sesuai yang di inginkan oleh
perusahaan.
2. Pendidikan yang dipersyaratkan untuk karyawan baru pada PT. Pegadaian
(Persero) adalah minimal Diploma 3 (D3). Akan tetapi pada kenyataannya
masih menerima karyawan baru yang memiliki tingkat pendidikan SMA.
3. Pelatihan melalui diklat yang diberikan kepada karyawan yang diharapkan
dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi karyawan guna untuk
meningkatkan kinerja, kemampuan, keterampilan dan pengetahuan karyawan.
Menurut Spencer yang dikutip Palan (2007:6) menguraikan lima
karakteristik yang membentuk kompetensi adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan, merujuk pada informasi dan hasil pembelajaran. 2. Keterampilan, merujuk pada kemampuan seseorang untuk melakukan
suatu kegiatan. 3. Konsep diri dan nilai-nilai, merujuk pada sikap, nilai-nilai dan citra
diri seseorang seperti kepercayaan seseorang bahwa dia bisa berhasil dalam suatu situasi.
4. Karakteristik pribadi, merujuk kepada karakteristik fisik dan konsistensi tanggapan terhadap situasi atau informasi, seperti pengendalian diri dan kemampuan untuk tetap tenang dibawah tekanan.
5. Motif adalah kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya.
103
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan di atas,
maka dapat dikatakan bahwa sistem pengendalian intern kredit pada PT.
Pegadaian (Persero) Cabang Garut adalah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari:
1. Adanya rangkap jabatan antara fungsi akuntansi dan fungsi operasi, situasi
hal yang demikian dapat mengakibatkan terjadinya kecurangan,
penyelewengan dan penyalahgunaan dana maupun aktiva yang ada pada PT.
Pegadaian (Persero) Cabang Garut.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang pendapatan dan biaya yang terdiri dari
prosedur pemberian dan pengembalian kredit serta dokumen dan catatan,
telah dilaksanakan dengan memadai.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi yang terdiri dari pengawasan kredit dan penyelamatan kredit
bermasalah telah dilaksanakan dengan memadai.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya dapat dikatakan
cukup berkualitas, dikarenakan masih menerima karyawan baru yang
memiliki tingkat pendidikan SMA.
Menurut Mulyadi (2010:164) sistem pengendalian intern yang baik
meliputi:
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya.
104
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern kredit
pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut adalah cukup baik. Hal ini dapat
dilihat dari:
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas
dapat dikatakan kurang baik, karena masih adanya rangkap jabatan antara
fungsi operasi dan fungsi akuntansi.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya telah dilakukan
dengan memadai, karena telah didukung oleh prosedur pemberian dan
pengembalian kredit serta dokumen dan catatan kredit.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi telah dilakukan dengan memadai, karena pengawasan kredit tidak
hanya dilakukan oleh pimpinan cabang tetapi dibantu oleh penaksir dan
penyelamatan kredit bermasalah dilaksanakan dengan berbagai upaya seperti:
penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning)
dan penataan kembali (restructuring) hingga pada proses pelelangan barang
jaminan.
105
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya dapat dikatakan
cukup berkualitas, karena pada kenyataannya masih menerima karyawan baru
yang memiliki tingkat pendidikan SMA.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa serta simpulan yang telah diuraikan, maka saran
yang dapat diberikan kepada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut adalah
sebagai berikut:
1. Agar dilakukan pemisahan fungsi, antara fungsi operasi dan fungsi akuntansi.
Sehingga apabila telah dilakukan pemisahan fungsi antara fungsi operasi dan
fungsi akuntansi akan dapat meningkatkan pengendalian intern kredit dalam
pelaksanaan operasional perusahaan.
2. Untuk posisi kasir agar menerima karyawan baru dengan tingkat pendidikan
minimal Diploma 3 (D3) sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
perusahaan.
106
DAFTAR PUSTAKA
Arens, A.A., dan Leobecke, J.K (2003), Auditing, Buku kesatu, Terjemahan Jusuf, A.A, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Amirah Ahmad (2007), Peranan Sistem Pengendalian Intern Kredit Gadai dalam Upaya Menjaga Efektivitas Pengembalian Kredit Gadai Pada Perusahaan Umum Pegadaian Cabang Garut, Skripsi Jurusan Akuntansi, Universitas Garut.
Azhar Susanto (2008), Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Perdana, Penerbit Lingga Jaya, Bandung.
Iqbal Hasan (2006), Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Kasmir (2011), Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi, Penerbit PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
La Midjan dan Azhar Susanto (2001), Sistem Informasi Akuntansi 1: Pendekatan Manual Penyusunan Metode dan Prosedur, Edisi Delapan, Penerbit Lingga Jaya, Bandung.
Linda Mega Sari (2008), Analisis Sistem Pengendalian Intern Kredit PNPM Mandiri Perkotaan dalam MenjagaTingkat Kolektabilitas Kredit pada Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Tarogong Kidul Garut, Skripsi, Universitas Garut.
Mardi (2011), Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.
Mulyadi (2010), Sistem Akuntansi, Cetakan Lima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Mohammad Nazir (2011), Metode Penelitian, Cetakan Tujuh, Penerbit Ghalia
Indonesia, Bogor.
107
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002), Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi I, Penerbit BPPE, Yogyakarta.
Palan, R (2007), Competency Management: Teknik Mengimplementasikan Manajemen SDM Berbasis Kompetensi untuk Meningkatkan Daya Saing Organisasi, Terjemahan Octa Melia Jalal, Penerbit PPM, Jakarta.
Pedoman Kantor Cabang, Pedoman Operasional Kantor Cabang (POKC), Penerbit Kantor Pusat PT. Pegadaian, Jakarta.
Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti (2009), Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori, Masalah, Kebijakan dan Aplikasi Lengkap dengan Analisis Kredit, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Rina Andriani (2013), Analisis Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Kredit Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Pada Unit Pengelolaan Kegiatan Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut. Skripsi, Jurusan Akuntansi, Universitas Garut.
Romney, B. Marshall dan Paul John Steinbart (2006), Accounting Information System, diterjemahkan oleh Deny Arnos Kwary dan Dewi Fitriasari, Edisi Sembilan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono (2010), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung.
(2013), Memahami Penelitian Kualitatif, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Suhardjono (2003), Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, Edisi Kesatu Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMPYKPN, Yogyakarta.
Suharsimi Arikunto (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Teguh Pudjo Mulyono (2001), Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
108
Thomas Suyatno, dkk (2003), Dasar-Dasar Perkreditan, Edisi Keempat, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru, (2011), Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Veithzal Rivai, dkk (2007), Bank and Financial Institution Management Conventional & Sharia System, Penerbit PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
www.pegadaian.co.id
Undang-Undang dan Peraturan:
Undang-Undang Hukum Perdata (Civil Code) Buku Kedua, Tentang Benda, BAB XX, Pasal 1150.
109
LAMPIRAN
110
RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi:
Nama : Harni Rustini
NPM : 2402210124
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Garut, 18 Desember 1992
Agama : Islam
Alamat : Kp. Lunjuk Girang RT/RW: 02/10 Desa Talagasari
Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut.
Data Orang Tua:
Nama Ayah : Dede Sutisna
Pekerjaan : Karyawan BUMN
Nama Ibu : Emma Martini
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kp. Lunjuk Girang RT/RW: 02/10 Desa Talagasari
Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut.
Riwayat Pendidikan:
1. SDN Leles 02 Garut Lulus Tahun 2004
2. SMPN 1 Leles Garut Lulus Tahun 2007
3. SMAN 2 Garut Lulus Tahun 2010
4. Sejak Tahun 2010 tercatat sebagai Mahasiswa pada Program Studi Strata Satu
(S1) Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Garut.
111
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN
PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hartono
Jabatan : Pimpinan Cabang
Dengan ini menyatakan bahwa :
Nama : Harni Rustini
NPM : 2402210124
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Akuntansi S1
Perguruan Tinggi : Universitas Garut
Mahasiswa tersebut di atas sudah melakukan penelitian pada PT.
Pegadaian (Persero) Cabang Garut, yang dilakukan mulai dari bulan Desember
2013 sampai selesai. Dengan judul penelitian “Analisis Sistem Pengendalian
Intern Kredit Pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Garut”.
Demikian surat keterangan ini dibuat, atas perhatiannya kami ucapkan
terimakasih.
Garut, 18 Juli 2014
Pimpinan Cabang
Hartono