skripsi lengkap zhem
DESCRIPTION
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS X SMAN 2 MAJENE KAB. MAJENETRANSCRIPT
-
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
MENGGUNAKAN PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS X
SMAN 2 MAJENE KAB. MAJENE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar
Oleh
SYAMSUDDIN
NIM.20402107142
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2012
-
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan skripsi saudara SYAMSUDDIN, NIM 20402107142,
Mahasiswa Jurusan Tadris Program Studi Pendidikan Matematika pada Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, setelah dengan seksama meneliti
dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul Efektivitas Pembelajaran
Matematika dengan Menggunakan Peta Pikiran pada Siswa Kelas X SMA
Negeri 2 Majene Kabupaten Majene, memandang bahwa skripsi tersebut telah
memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui dan diajukan ke sidang
Munaqasyah.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.
Makassar, Juli 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ibrahim Nasbi, M.Th.I Drs. Thamrin Tayeb, M.Si
NIP: 19550817 199103 1 002 NIP: 19610529 199403 1 001
-
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini,
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Dan jika
dikemudian hari terbukti ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh
orang lain secara keseluruhan ataupun sebagian, maka skripsi ini dan gelar yang
diperoleh batal demi hukum
Makassar, Juli 2011
Penulis:
SYAMSUDDIN
NIM: 20402107142
-
iv
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan
Menggunakan Peta Pikiran pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Majene
Kabupaten Majene yang disusun oleh saudara Syamsuddin, NIM: 20402107142,
mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang
munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Kamis, tanggal 15 bulan Desember
tahun 2011 dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Program Studi Pendidikan Matematika, dengan beberapa perbaikan.
Samata Gowa, Oktober 2012 M,
Zulkaiddah 1433 H
DEWAN PENGUJI
(Sesuai dengan SK Dekan No. 095 Tahun 2011 )
1. Ketua : Dra. Hj. Djuwairiah Ahmad, M.Tesol (....)
2. Sekretaris : Dra. Kamsinah, M.Pd.I (....)
3. Munaqisy I : Dr. H. Muh. Amri, M.Ag (....)
4. Munaqisy II : St. Hasmiah Mustamin, S.Ag, M.Pd. (....)
5. Pembimbing I : Drs. Ibrahim Nasbi, M.Th.I (....)
6. Pembimbing II : Drs. Thamrin Tayeb, M.Si (....)
Disahkan Oleh:
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar
Dr. H. Salehuddin, M.Ag
NIP. 19541212 198503 1 001
-
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT sang penentu
segalanya, yang senantiasa memberikan limpahan rahmat, kesehatan, dan kesempatan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Salam
dan shalawat atas junjungan nabi besar Muhammad saw yang telah menjadi suri
tauladan bagi umat manusia dalam setiap aspek kehidupan.
Ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga besar di Tinambung, Desa
Lekopadis Kabupaten Polewali Mandar terkhusus untuk kedua orang tua tercinta
ayahanda Nurdin, S.Pd dan ibunda Hj. Hasnah, serta adinda saya (Husain,
Nahrawi, Muh. Ainun Ridha dan Khusnul Khatimah) atas kasih sayangnya yang
tulus, dan doanya yang selalu mengiringi penulis dalam setiap langkah hidupnya.
Dan semoga jasanya dibalas oleh Allah swt. Amien...
Penulis juga menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai
pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang diharapkan. Oleh
karena itu penulis patut menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Abd. Kadir Gassing, M.A., selaku Rektor UIN Alauddin Makasar.
2. Dr. H. Salehuddin Yasin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar.
3. Drs. Thamrin Tayeb, M.Si., dan St.Hasmiah Mustamin, S.Ag., M.Pd., Ketua dan
Sekretaris Prodi Pendidikan Matematika UIN Alauddin Makassar.
-
vi
4. Drs. Ibrahim Nasbi, M.Th.I., selaku pembimbing I dan
Drs. Thamrin Tayeb, M.Si., selaku pembimbing II yang membimbing dan
mengarahkan penulis hingga taraf penyelesaian.
5. Para Dosen Prodi Pendidikan Matematika UIN Alauddin Makassar, yang telah
membimbing dan memberikan ilmu yang tak ternilai harganya kepada penulis
selama kuliah.
6. Drs. Nursyamsu, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Majene dan
Hasri, S.Si., selaku guru matematika serta adik-adik siswa kelas X2 atas segala
pengertian dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian.
7. Sahabat-sahabatku, Ramli, Rudiyanto, Sadar, Sirajuddin, Supriadi, Zaharuddin,
Syahrul Arifin, Sudirman, dan Ulil Amri, serta teman-teman seperjuanganku
angkatan 2007 khususnya yang ada di matematika 7-8 community yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu, atas bantuan, canda tawa, dan kebersamaan
selama melewati masa perkuliahan.
Akhirnya, harapan penulis semoga tulisan ini bermanfaat bagi pengajaran
matematika dan semoga bantuan yang telah diberikan bernilai ibadah di sisi Allah swt
dan mendapat pahala yang setimpal.
Makassar, Juli 2011
Penulis
-
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 9 C. Definisi Operasional Variabel ........................................................................ 9 D. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 11 E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 12 F. Garis Besar Isi ............................................................................................. 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika ............................................................................ 16 B. Peta Pikiran (Mind Map) .............................................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 42 B. Desain Penelitian .......................................................................................... 42 C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................... 43 D. Prosedur Penelitian ....................................................................................... 44 E. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 46 F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 49 G. Teknik Analisis Data .................................................................................... 50
-
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................................ 54 1. Aktivitas Siswa ....................................................................................... 54 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran ............................... 55 3. Respon Siswa ......................................................................................... 57 4. Hasil Belajar Siswa ................................................................................ 58
B. Pembahasan .................................................................................................. 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 66 B. Saran ............................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
-
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 1 Penggunaan Otak Pada Peta Pikiran ................................................ 35
2. Tabel 2 Subjek Populasi Siswa-siswi SMAN 2 Majene Kab. Majene.......... 43
3. Tabel 3 Kriteria Penilaian ............................................................................. 51
4. Tabel 4 Hasil Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran ................................... 54
5. Tabel 5 Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran dengan Metode Peta Pikiran ................................................................................ 56
6. Tabel 6 Respon Siswa terhadap Pembelajaran .............................................. 57
7. Tabel 7 Hasil Belajar Siswa .......................................................................... 58
8. Tabel 8 Pencapaian Kefektifan Metode Pembelajaran Peta Pikiran ............. 60
-
x
ABSTRAK
Nama Penyusun : Syamsuddin
Nim : 20402107142
Jurusan : Pendidikan Matematika
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan
Judul : Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan
Menggunakan Peta Pikiran pada Siswa Kelas X SMA
Negeri 2 Majene Kabupaten Majene
Penelitian yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan
Menggunakan Peta Pikiran pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Majene Kabupaten
Majene ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran dengan
menggunakan metode peta pikiran. Sedangkan keefektifan pembelajaran ditinjau dari
empat aspek, yaitu: aktivitas siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran,
respon siswa terhadap pembelajaran dan hasil belajar klasikal. Suatu pembelajaran
dikatakan efektif jika paling sedikit tiga dari empat aspek di atas terpenuhi, dengan
syarat aspek aktivitas siswa dan hasil belajar klasikal terpenuhi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Sedangkan populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Majene dan sampel
dalam penelitian ini adalah kelas X2 yang terdiri dari 28 siswa yang diambil secara
acak.
Setelah penelitian ini dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1). Aktivitas
siswa aktif lebih besar daripada aktivitas pasif, maka aktivitas siswa dikatakan efektif.
2). Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menunjukkan bahwa semua
rata- rata aspek memiliki kategori baik, maka kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dikatakan efektif. 3). Angket respon siswa menunjukkan bahwa respon
siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode peta pikiran untuk tiap aspek
yang menjawab senang, menarik dan ya lebih dari 65 %, yang berarti respon siswa
terhadap pembelajaran menggunakan metode peta pikiran adalah positif, 4). Analisis
tes akhir menunjukkan bahwa 23 siswa kelas X2 dikatakan tuntas dalam belajarnya,
sedangkan 5 siswa lainnya tidak tuntas dalam belajarnya. Sedangkan hasil belajar
klasikal dikelas X2 dikatakan tuntas dengan persentase 82,14 %. Jadi dilihat dari
kriteria keefektifan, pembelajaran matematika dengan menggunakan peta pikiran
dikatakan efektif.
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era milenium ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang sangat pesat, sehingga semua orang dituntut untuk selalu
memperbaharui informasi yang dimilikinya dengan cara mengolah informasi yang
berada di sekelilingnya untuk kemudian dikonstruksi di dalam otaknya sehingga
menjadi wawasan yang baru dan luas. Salah satu contohnya adalah dalam proses
belajar dimana siswa mendapatkan tambahan materi berupa informasi mengenai
teori, gejala, fakta ataupun kejadian-kejadian. Informasi yang diperoleh akan
diolah oleh siswa. Proses pengolahan informasi melibatkan kerja sistem otak,
sehingga informasi yang diperoleh dan telah diolah akan menjadi suatu ingatan.
Mengingat merupakan suatu proses pemberian kode-kode terhadap
informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi tersebut
dibutuhkan. Ingatan terbentuk karena adanya reaksi kimia elektrokimia yang
rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran inderawi dan disimpan dalam
jaringan saraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Ingatan
dibentuk melalui berfikir, bergerak dan mengalami hidup (rangsangan inderawi).
Semua pengalaman yang dirasakan akan disimpan dalam otak, kemudian akan
diolah dan diurutkan oleh struktur dan proses otak mengenai nilai dan
-
2
kegunaannya.1 Saat kita sedang mempelajari materi baru, tugas yang terpenting
adalah mempelajari kata-kata dan pengertian-pengertian yang penting serta
bahasa-bahasa yang berkaitan dengan bidang tersebut.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa hanya sedikit individu yang
mampu menangani informasi secara efektif dan menjadi pemenang di tengah
persaingan yang ketat saat ini. Kebanyakan individu yang lainnya gagal
menangani informasi seoptimal mungkin dan tidak mampu memberikan
kontribusi berarti. Jika ditelaah lebih lanjut, sebenarnya hambatan pemrosesan
informasi terletak pada dua hal utama yaitu: proses pencatatan informasi dan
proses penyajian kembali informasi yang didapatnya. Keduanya merupakan
proses yang saling berhubungan satu sama lain.
Khusus mengenai pencatatan informasi, seringkali individu tanpa disadari
membuat catatan yang tidak efektif. Kebanyakan individu melakukan pencatatan
secara linear, baris per baris. Tidak sedikit pula di antara mereka membuat catatan
dengan cara menyalin langsung seluruh informasi yang tersaji di buku. Hal ini
tentunya berakhir pada kesulitan untuk mengingat dan menggunakan seluruh
informasi tersebut dalam belajar atau bekerja. Kebiasaan ini sangat kontra
produktif dengan pencapaian hasil pembelajaran optimal. Aktivitas mencatat
seperti ini memaksa pikiran untuk bekerja (membuat catatan) secara terpisah dari
proses pengingatan dan pembelajaran. Penggunaan pikiran lebih sedikit
dibandingkan penggunaan mata dan tangan. Segera setelah melihat informasi
1 http://etd.eprints.ums.ac.id/8521/1/A420050070.pdf
-
3
yang tersaji, tanpa sebelumnya melakukan evaluasi kritis, mereka langsung
menyalin tanpa menghiraukan apakah catatan yang dibuat nantinya dapat
membantu proses pengingatan/pembelajaran. Kenyataannya tidak banyak siswa
yang memiliki nilai melebihi batas minimal yang telah ditetapkan. Keadaan ini
kemungkinan disebabkan faktor dari dalam dan luar diri siswa.
Salah satu faktor dari luar siswa yang mendukung dalam pencapaian hasil
belajar yang efektif adalah kemampuan guru dalam memilih metode pembelajaran
yang tepat. Metode pembelajaran adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di
dalam mengajar.2 Penggunaan suatu metode belajar dalam kegiatan pembelajaran
tersebut adalah yang menghubungkan antara pendidik dan peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Jelaslah bahwa metode
pembelajaran mempengaruhi proses belajar. Metode pembelajaran yang kurang
baik akan mengakibatkan proses belajar siswa yang tidak baik pula, seperti siswa
tidak aktif dalam mengikuti pelajaran dikarenakan pola pengajaran yang monoton
akibat terpusat pada guru, sehingga siswa tidak ikut berfikir secara lebih aktif.
Siswa cenderung jenuh terhadap kegiatan pembelajaran akan berdampak kurang
berminat dalam pembelajaran sehingga perhatian dalam kegiatan pembelajaran
juga akan berkurang. Kurangnya perhatian terhadap suatu materi ajar akan
menyebabkan siswa kurang memahami konsep dari suatu materi ajar. Padahal
2 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Cet. IV; Jakarta: Rineka
Cipta, 2003)
-
4
banyak materi ajar yang membutuhkan pemahaman terhadap konsep-konsepnya
dan tidak cukup hanya sekedar dihafalkan, salah satunya adalah matematika.
Hakikat matematika berkenaan dengan ide struktur dan hubungannya
yang di atur menurut sifat yang logis, jadi matematika berkenaan dengan
konsep yang abstrak, suatu kebenaran matematis dan di kembangkan
berdasarkan alasan logis. Namun kerja matematis terdiri dari observasi
menebak dan merasa, mengetes hipotesis, mencari analogi dan akhirnya
merumuskan teorema yang dimulai asumsi-asumsi dan unsur-unsur yang
didefinisikan ini benar-benar aktivitas mental.3
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu
kumpulan konsep-konsep abstrak yang berhubungan dengan bersistem deduktif
dimana dasar komunikasinya dimulai dari unsur-unsur yang tak terdefinisikan.
Belajar matematika berarti belajar tentang hal-hal yang berkaitan dengan ide-ide
atau konsep yang bersifat abstrak. Hal ini membuat siswa beranggapan bahwa
matematika merupakan materi ajar yang sulit. Pada kenyataannya banyak siswa
yang kurang berminat terhadap matematika. Akibatnya siswa menjadi lamban
dalam menguasai konsep-konsep matematika.
Hal ini terlihat dalam menyelesaikan suatu permasalahan, siswa selalu
menyelesaikan permasalahan tersebut runtut sama seperti cara atau langkah-
langkah penyelesaian yang diberikan oleh guru. Siswa tidak memahami
langkah-langkah atau konsep penyelesaian suatu permasalahan tetapi menghafal
langkah-langkah penyelesaiannya, sehingga apabila permasalahan mengalami
perubahan namun inti permasalahannya sama, siswa kurang mampu
3 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum Matematika, (cet. I; Surabaya : Usaha
Nasional, 1978), h. 96
-
5
menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini akan mempengaruhi kefektifan dalam
proses pembelajaran dan juga akan berdampak pada hasil belajarnya.
Permasalahan di atas juga dijumpai di dalam pembelajaran matematika di
SMAN 2 Majene kelas X. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti, tingkat pemahaman konsep yang ditunjukkan oleh kemampuan siswa
dalam menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal secara tepat,
kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara tepat, kemampuan siswa
memberi tanggapan tentang jawaban siswa lain dan kemampuan siswa dalam
membuat kesimpulan materi yang meliputi mendefinisikan konsep, menemukan
sifat-sifat dari konsep dan memberikan contoh dan non contoh dari konsep masih
rendah.
Selain pemahaman konsep dalam matematika, penanaman konsep yang
benar juga sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran matematika. Jika
konsep dasar yang diterima siswa salah, maka akan sukar memperbaiki kembali
terutama jika sudah diterapkan dalam penyelesaian suatu permasalahan, sehingga
penting sekali untuk membuat siswa memahami suatu konsep. Salah satu metode
pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep adalah
peta pikiran (mind map).
Peta pikiran adalah metode mempelajari konsep yang ditemukan oleh
Tony Buzan. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan
informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak
menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi
-
6
melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang berbercabang-cabang
yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon.4
Strategi peta pikiran merupakan satu-satunya bentuk pencatatan yang
dapat mengakomodir berbagai masalah penyajian kembali (recalling)
informasi-informasi yang telah dipelajari. Recalling merupakan
kemampuan menyajikan secara tertulis atau lisan berbagai informasi dan
hubungannya, dalam format yang sangat personal. Hal ini juga
merupakan indikator pemahaman individu atas informasi yang diberikan.
Jelaslah kiranya bahwa proses recalling sangat erat hubungannya dengan
proses pengingatan (remembering).5
Definisi real dari peta pikiran adalah satu teknik mencatat yang
mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan
mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang.
Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan
seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara
tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan
sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.
Pembuatan peta pikiran tidaklah terlalu rumit. Justru karena
kesederhanaannya, peta pikiran menjadi alat bantu favorit guna memproses
informasi. Adapun langkah-langkah dalam membuat peta pikiran adalah sebagai
berikut:
1. Gambarkan tema utama di tengah-tengah kertas dan beri warna. 2. Gunakan satu kata atau frase yang sederhana sebagai informasi, pada
umumnya kata dalam penulisan normal tersaji dalam kondisi saling
melengkapi, hal ini utamanya ditujukan untuk memastikan bahwa
maksud dari tulisan tersampaikan secara sempurna. Pada peta pikiran
dibuat, gunakan satu kata kuat dan frase berarti yang dapat
4 http://pkab.wordpress.com/2008/02/29/peta-pikiran-mind-mapping/
5 http://etd.eprints.ums.ac.id/7233/1/A410060038.pdf
-
7
memberikan arti yang sama secara lebih baik. Kata-kata yang
berlebihan hanya mengotori peta pikiran.
3. Gunakan simbol dan gambar. 4. Gambarkan informasi pendukung lainnya di sekitar tema utama. 5. Kata-kata pendukung dapat dicetak pada garis penghubung. Garis-
garis penghubung harus digambarkan secara jelas guna
mempermudah hubungan antar informasi.
6. Kata-kata pendukung dinyatakan dalam satuan misal satu kata per garis penghubung.
7. Gunakan warna untuk mempermudah proses pengingatan. 8. Bebaskan pikiran. Karena pemikiran seperti di mana satu informasi
harus diletakkan? akan menghambat pembuatan peta pikiran. 9. Gunakan hubungan saling. Informasi di salah satu bagian dari peta
pikiran mungkin saja berhubungan dengan bagian yang lain.6
Adapun keunggulan metode pembelajaran peta pikiran adalah sebagai
berikut.
1. Tema utama terdefenisi secara sangat jelas karena dinyatakan di tengah.
2. Level keutamaan informasi terindikasi secara lebih baik. Informasi yang memiliki kadar kepentingan lebih diletakkan dekat dengan tema
utama.
3. Hubungan antara tema masing-masing informasi secara mudah dapat segera dikenali.
4. Lebih mudah dipahami dan diingat. 5. Informasi baru setelahnya dapat segera digabungkan tanpa merusak
keseluruhan struktur peta pikiran, sehingga mempermudah proses
revisi infomasi.
6. masing-masing peta pikiran sangat unik, sehingga mempermudah proses pengingatan.
7. Mempercepat proses pencatatan karena hanya menggunakan kata kunci.
7
Dengan mengaplikasikan peta pikiran individu dapat mengantisipasi
derasnya laju informasi dengan memiliki kemampuan mencatat yang
6 Yovan P. Putra, Memori dan Pembelajaran Efektif (cet. I; Bandung: CV. Yrama
Widya, 2008), h. 258-260. 7 Ibid, h. 258
-
8
memungkinkan terciptanya "mental computer printout". Hal ini tidak hanya
berguna untuk membantu dalam mempelajari informasi yang diberikan, tetapi
juga dapat merefleksikan pemahaman personal yang mendalam atas informasi
tersebut. Selain itu peta pikiran juga dapat mengefisienkan penggunaan waktu
individu dalam mempelajari suatu informasi. Hal ini utamanya disebabkan karena
peta pikiran dapat menyajikan gambaran menyeluruh atas suatu hal sehingga
individu dapat menguasai suatu hal dalam waktu yang lebih singkat. Apabila hal
ini diterapkan dalam pembelajaran matematika, proses belajar mengajar akan
lebih efektif.
Penelitian yang dilakukan oleh Mistin Dwiana pada tahun 2009 dengan
judul Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping Sebagai Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI SD Negeri Tepas 01
Kesamben Blitar Tahun Pelajaran 2009/2010 telah menunjukkan bahwa metode
peta pikiran (mind mapping) sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar
matematika. Hal ini dibuktikan bahwa dari 16 siswa, pada pembelajaran pra
tindakan (belum menggunakan metode peta pikiran) hanya ada 7 siswa (43,75%)
yang tuntas. Berikutnya melalui tindakan 1 (siklus 1) meningkat dari 16 siswa
yang tuntas ada 14 siswa (87,50%). Tindakan berikutnya pada siklus 2, diperoleh
hasil 15 siswa (93,75%) yang tuntas dari 16 siswa yang melakukan kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka penulis akan melakukan penelitian menggunakan metode pembelajaran peta
-
9
pikiran dengan judul Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan
Menggunakan Peta Pikiran pada Siswa Kelas X SMAN 2 Majene Kab.
Majene.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
Apakah metode pembelajaran peta pikiran efektif dalam meningkatkan hasil
belajar matematika pada siswa kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene? yang
dapat dilihat dari empat aspek yaitu:
1. Bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran matematika menggunakan
metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene?
2. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika
menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan
metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene?
4. Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran
matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene
Kab. Majene?
C. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak menimbulkan kesalahan penafsiran, maka penulis
mendefinisikan hal- hal berikut:
-
10
1. Efektivitas adalah sesuatu yang menunjukkan ketercapain sasaran/tujuan yang
telah ditetapkan.
2. Aktivitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama mengikuti
proses belajar mengajar yang diukur dengan lembar pengamatan aktivitas
siswa.
3. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah kemampuan guru
dalam melaksanakan setiap tahap pembelajaran dengan metode pembelajaran
peta pikiran yang diukur dengan lembar kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran. Kemampuan guru tersebut meliputi kegiatan pendahuluan, inti
dan penutup.
4. Respon siswa adalah tanggapan atau komentar siswa terhadap metode
pembelajaran peta pikiran yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam bentuk
angket.
5. Metode pembelajaran adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam
mengajar.
6. Peta pikiran adalah metode mempelajari konsep yang ditemukan oleh Tony
Buzan yang didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Peta
pikiran dapat mengefisienkan penggunaan waktu dalam mempelajari suatu
informasi karena peta pikiran dapat menyajikan gambaran menyeluruh atas
suatu hal, dalam waktu yang lebih singkat.
7. Hasil belajar matematika adalah hasil yang di peroleh siswa sebagai akibat
dari proses belajar matematika yang dilaksanakan oleh siswa.
-
11
8. Efektivitas pembelajaran adalah seberapa besar pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai berdasarkan
aspek-aspek berikut:
a. Aktivitas siswa efektif. Aktivitas siswa dikatakan efektif jika jumlah
persentase aktivitas aktif lebih besar daripada aktivitas pasif. Jika tidak
demikian, maka aktivitas siswa dikatakan tidak efektif.
b. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran efektif. Aktivitas guru
dikatakan efektif apabila kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
mencapai kriteria baik.
c. Respon terhadap pembelajaran positif. Respon siswa dikatakan positif
apabila presentase respon siswa yang dalam menjawab senang dan ya
untuk tiap poin pertanyaaan lebih dari 65%.
d. Hasil belajar klasikal tuntas. Hasil belajar siswa dikatakan efektif apabila
telah memenuhi ketuntasan belajar yang telah ditentukan.
Suatu pembelajaran dikatakan efektif jika paling sedikit tiga dari empat aspek
diatas dipenuhi, dengan syarat aspek aktivitas siswa efektif dan hasil belajar
klasikal tuntas terpenuhi.
D. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan metode pembelajaran peta pikiran
dalam meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMAN 2
Majene Kab. Majene, yang terbagi ke dalam empat aspek, yaitu:
-
12
1. Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa selama pembelajaran matematika
menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene.
2. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene
Kab. Majene.
3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika
menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN Majene Kab. Majene.
4. Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran
matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene
Kab. Majene.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Sebagai upaya peningkatan keefektifan dalam proses pembelajaran
matematika.
b. Sebagai titik tolak dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
peta pikiran.
2. Secara Praktis
a. Bagi Siswa
Meningkatkan pemahaman konsep matematika.
Menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran.
-
13
Mendorong siswa berperan aktif dalam mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dalam menyelesaikan soal-soal matematika dengan
baik.
b. Bagi Guru
Sebagai alat bantu memperjelas konsep-konsep dalam matematika.
Membantu dalam mengembangkan metode pembelajaran yang tepat
dalam mengajarkan matematika.
Menambah variasi dalam penyampaian materi.
c. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai
metode peta pikiran diformulasikan dalam pembelajaran matematika.
d. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
menerapkan metode pembelajaran yang dianggap efektif dan efisien.
e. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian yang
sejenis.
F. Garis Besar Isi
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini meliputi lima bab termasuk bab
pendahuluan dan penutup, antara yang satu dengan yang lain terdapat hubungan
yang logis. Untuk mendapatkan gambaran mengenai isi pokok skripsi yang
-
14
direncanakan ini, maka berikut ini peneliti mengemukakan sistematika
penulisannya.
Bab I Pendahuluan merupakan pengantar sebelum lebih jauh mengkaji
dan membahas apa yang menjadi substansi penelitian ini. Di dalam Bab I ini
terdiri atas enam bagian besar yaitu latar belakang permasalahan, rumusan
masalah, definisi operasional variabel, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
garis besar isi. Pada latar belakang masalah yang dibahas adalah masalah yang
menjadi dasar dilakukannya penelitian ini untuk dicari solusinya. Kemudian
masalah tersebut diramu ke dalam rumusan masalah. Rumusan masalah ini
diungkapkan dalam bentuk pertanyaan yang akan terjawab setelah pelaksanaan
tindakan selesai dilakukan. Definisi operasional yaitu definisi-definisi variabel
yang menjadi pusat perhatian pada penelitian ini. Tujuan yaitu suatu hasil yang
ingin dicapai oleh peneliti berdasarkan rumusan masalah yang ada. Dan manfaat
yaitu suatu hasil yang diharapkan oleh peneliti setelah melakukan penelitian.
Adapun yang terakhir yaitu garis besar isi yang merupakan uraian penjelasan
setiap bab.
Bab II Tinjauan Pustaka yang membahas tentang kajian teoritis yang erat
kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian ini dan menjadi dasar dalam
merumuskan dan membahas tentang aspek-aspek yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam penelitian ini. Dengan demikian, di dalam bab ini dijelaskan
hal-hal yang berhubungan dengan judul, terutama penjelesan-penjelasan yang
terkait dengan efektivitas suatu pembelajaran.
-
15
Bab III Metode Penelitian yang memuat jenis penelitian yang membahas
tentang jenis penelitian yang dilakukan pada saat penelitian berlangsung. Populasi
penelitian ini adalah kelas X SMA Negeri 2 Majene Kab. Majene. Prosedur
penelitian yaitu langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti dalam
melakukan penelitian yang memuat tentang tahap persiapan, tahap pelaksanaan
tes hasil belajar, respon siswa dan tahap analisis hasil penelitian. Instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi, tes hasil belajar dan angket respon siswa.
Teknik pengumpulan data adalah suatu teknik yang dilakukan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian. Teknik analisis data yaitu suatu cara yang
digunakan oleh peneliti dalam menganalisis data-data yang diperoleh pada saat
penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian yaitu data-data yang diperoleh pada saat
penelitian dan pembahasan yang memuat penjelasan-penjelasan dari hasil
penelitian yang diperoleh.
Bab V Kesimpulan yang membahas tentang rangkuman hasil penelitian
berdasarkan dengan rumusan masalah yang ada. Dan saran-saran yang dianggap
perlu agar tujuan penelitian dapat tercapai dan dapat bermamfaat sesuai dengan
keinginan peneliti.
-
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk
memenuhi kebutuhan dan sekaligus mengembangkan dirinya. Oleh karena itu
belajar sebagai suatu kegiatan telah dikenal dan bahkan sadar atau tidak telah
dilakukan oleh manusia. Namun pengertian yang lengkap atau memenuhi
keinginan semua orang, khususnya keinginan pakar-pakar dibidang pendidikan
dan psikologi. Sampai saat ini boleh dikatakan belum ada. Ini tidak berarti kita
tidak dapat memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan belajar.
Para ahli telah mencoba menjelaskan pengertian belajar dengan
mengemukakan rumusan atau definisi menurut sudut pandang masing-masing,
baik bentuk rumusan maupun aspek-aspek yang ditekankan dalam belajar,
berbeda antara ahli yang satu dengan yang lain. Namun perlu diketahui di
samping perbedaan terdapat pula persamaan pengertian dalam definisi-definisi
tersebut.
Satu hal yang perlu dikemukakan disini adalah bahwa pengertian belajar
dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengertian popular dan pengertian khusus,
yang dimaksud pengertian belajar secara popular adalah pengertian belajar secara
umum, tidak mengacu pada suatu aliran psikologi tertentu. Sedangkan pengertian
-
17
belajar secara khusus adalah pengertian belajar yang sudah diwarnai oleh aliran
psikologi tertentu. Dibawah ini akan diuraikan.
a. Pengertian belajar secara popular
1) Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai hasil pengalaman-pengalaman atau praktek.
2) Belajar merupakan suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
3) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
4) Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahun, pemahaman, ketrampilan
dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas.8
Jadi, belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis dimana tingkah
laku ditimbulkan atau diubah melalui pengalaman yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai
sikap. Perubahan ini relatif konstan dan berbekas.
b. Pengertian belajar secara khusus
Yang di maksud pengertian belajar secara khusus ialah belajar menurut
pandangan tertentu. Pandangan tersebut didasarkan pada aliran psikologis
yang dipakai sebagai dasar membuat definisi. Beberapa aliran psikologis yang
akan dikemukakan untuk menjelaskan pengertian belajar secara khusus ini
adalah aliran behavioristik, kognitif, humanistik, dan gestalt.
1) Belajar menurut psikologi behavioristik
8 Chatarina Tri Anni dkk, Psikologi Belajar, (Jakarta: Dikti, 2004), h. 36
-
18
Aliran psikologi behavioristik, dalam menyelidiki tingkah laku
manusia sangat mengandalkan pada apa yang diperbuat, bukan pada apa
yang disadari. Sesuatu yang diperbuat (perbuatan) lebih nyata, sehingga
dapat diukur dan disimpulkan. Sebaiknya perubahan yang bersifat abstrak,
umpamanya perubahan dalam pengetahuan, kesadaran, tanpa diwujudkan
dalam perbuatan, tidak mungkin diselidiki dan disimpulkan.
Atas dasar pemikiran seperti itu, maka pengertian belajar menurut
aliran psikologi behavioristik ialah perubahan perilaku yang dapat
diamati, yang terjadi karena adanya hubungan antara stimulus dengan
respon menurut prinsip-prinsip yang mekanistik.9 Penganut behavioristik
memfokuskan perhatian mereka pada stimulus yang hadir mendahului
perilaku yang dipelajari, dan konsekuensi yang diperoleh dari perilaku itu.
Konsekuensi berfungsi sebagai reinforcement. Oleh karena itu perilaku
belajar tidak lebih dari usaha menemukan hubungan yang tepat antara
stimulus dan respon yang sudah terjadi, diperlukan reinforcement. Jadi
reinforcement berfungsi sebagai alat memperkuat perilaku. Dengan
demikian dalam perilaku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi
behavioral dan aksi stimulusnya, dan diperkuat dengan hadiah (reward)
dan penguat (reinforcement).
2) Belajar menurut psikologi kognitif
9 Ibid, h. 37
-
19
Aliran psikologi kognitif mengatakan bahwa tingkah laku manusia
semata-mata ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, tetapi
faktor yang ada dalam diri manusia juga mempunyai peran yang sangat
penting. Faktor-faktor yang bersifat internal itu berupa kapasitas atau
potensi yang bersifat untuk mengenal (kognisi) dunia luarnya, dan dengan
pengenalan itu manusia baru memberikan respon terhadap stimulus, sesuai
dengan tingkat daya kognisinya. Berdasarkan pandangan seperti itu, maka
belajar menurut psikologi kognitif adalah memfungsikan unsur-unsur
kognisi, terutama unsur pikir, untuk dapat mengenal dan memahami
stimulus yang datang dari luar dirinya.
Penampilan seseorang sebagai hasil belajar tidak hanya tergantung
pada jenis dan cara pemberian stimulasi (seperti pada psikologi
behavioristik), tetapi mengorganisasikan potensi berpikirnya untuk
dapat mengolah stimulus, sehingga dapat dipahaminya.10
Jadi belajar menurut aliran ini lebih menekankan pada proses
internal dalam berpikir, yaitu proses pengorganisasian dalam berpikir
inilah yang menentukan perubahan perilaku (hasil belajar) seseorang,
bukan jenis dan jumlah materi pelajaran sebagai suatu stimulasi.
3) Belajar menurut psikologi humanistik
10
Ibid
-
20
Aliran psikologi humanistik sangat menghargai kemampuan
seseorang untuk mengembangkan dirinya, persepsi dan kesadaran
merupakan dua potensi yang sangat menentukan perilaku
seseorang, disamping unsur-unsur lainnya. Oleh karena itu tingkah
laku seseorang dalam menghadapi suatu stimulus mempengaruhi
tingkat kesadarannya terhadap stimulus itu. Jadi tidak heran kalau
dua orang yang dihadapkan pada stimulus yang sama, akan bereaksi
dengan cara yang berbeda.11
Dalam belajar pandangan inilah yang berlaku. Setiap orang bebas
menentukan apa dan bagaimana cara mempelajari sesuatu. Kalau begitu
belajar menurut aliran psikologi humanistik ini adalah suatu kegiatan
untuk memahami sesuatu, sesuai dengan persepsi dan kesadarannya
terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
4) Belajar menurut psikologi gestalt
Aliran psikologi Gestalt memandang tingkah laku manusia sebagai
hasil persepsinya terhadap suatu stimulasi, dan melalui persepsi itu
manusia mengorganisasikan dan mengatur stimulus, sehingga
menjadi suatu pola yang bermakna baginya. Menurut aliran ini
suatu totalitas yang integral lebih memiliki identitas dan makna dari
pada sekedar kumpulan dari sejumlah bagian-bagian dari stimulus
itu menjadi suatu pola (gestalt) maka orang akan memperoleh
insting atau pemahaman tentang stimulus itu.12
Jadi pengertian belajar menurut aliran ini adalah kegiatan internal
yang mengatur atau menorganisasikan stimulus yang terdiri dari beberapa
bagian, sehingga seseorang mempersepsinya sebagai suatu pola atau
struktur yang bermakna. Unsur internal dalam mempersepsi dan
11
Ibid, h. 38 12
Ibid.
-
21
mengorganisasikan stimulus tersebut antara lain adalah daya kognisi,
seperti halnya pandangan psikologi kognitif.
Perlu dicatat bahwa dalam belajar, stimulus yang diterima oleh
siswa berupa informasi, tidak boleh dilihat secara tidak jelas. Dengan
informasi yang tidak jelas orang tidak akan berhasil mengambil suatu
kesimpulan yang tepat. Orang harus mengorganisasikan berbagai
stimulus menjadi suatu pola yang bermakna. Stimulasi yang sudah terpola
akan lebih mudah dipersepsi, pengorganisasian stimulus, dan insting
merupakan kunci belajar dalam psikologi gestalt.
2. Ciri-ciri Belajar
Sebagai suatu proses pengajaran, kegiatan pembelajaran tidak terlepas
dari ciri-ciri tertentu, sebagai berikut:
a) Sadar akan tujuan b) Adanya interaksi atau prosedur c) Adanya pengerjaan materi yang khusus d) Anak didik bersifat aktif e) Peran guru sebagai pembimbing f) Adanya kedisiplinan g) Adanya batas waktu dalam belajar h) Adanya evaluasi.13
3. Keaktifan Belajar
Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa
Individu merupakan manusia belajar yang selalu ingin tahu.14
13
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 46 14
Dimyati dan Mudjiono, Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999), h. 45
-
22
Keaktifan adalah pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar
murid-muridnya aktif jasmani maupun rohani.15
Keaktifan jasmani maupun rohani itu meliputi antara lain:
a. Keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain. Murid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya
sebaik mungkin.
b. Keaktifan akal: akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan
mengambil keputusan.
c. Keaktifan ingatan: pada waktu mengajar, anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam
otak, kemudian pada suatu saat ia siap mengutarakan kembali.
d. Keaktifan emosi: dalam hal ini murid hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya.
16
Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat
dalam:
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. b. Terlibat dalam pemecahan masalah. c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya.
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
e. Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal. f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.17
Paul. B. Diedrich mengklasifikasikan aktifitas menjadi:
a. Visual activities, seperti: membaca, melihat gambar, percobaan, mengamati pekerjaan orang lain.
15
Sriyono, dkk. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. (Jakarta : Rineka Cipta, 1992),
h. 75 16
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2006), h.
124-134. 17
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: PT. Tarsito, 1988), h. 72.
-
23
b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, diskusi.
c. Listening activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan, musik, pidato.
d. Writing activities, seperti: menulis, keterangan, laporan. e. Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
f. Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi. g. Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat-ingat, memecahkan
soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h. Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.
18
Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika sangat
penting, karena dalam Matematika banyak kegiatan pemecahan masalah yang
menuntut kreativitas siswa aktif. Siswa sebagai subyek didik adalah yang
merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.
Keaktifan belajar dapat dilihat dari :
a. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru b. Kerjasamanya dalam kelompok c. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli d. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal e. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok f. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat g. Memberi gagasan yang cemerlang h. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang i. Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain j. Memanfaatkan potensi anggota kelompok k. Saling membantu dan menyelesaikan masalah.19
4. Interaksi Belajar Mengajar
Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari
pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan
18
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran. (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h. 8-9. 19
http://ardhana12.wordpress.com/2009/01/20/indikator-keaktifan-siswa-yang-dapat-
dijadikan-penilaian-dalam-ptk-2/
-
24
penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah
laku serta kesadaran diri sebagai pribadi.20
Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan
interaksi antara dua unsur manusiawi yakni sebagai pihak yang belajar dan guru
sebagai pihak yang mengajar, dengan peserta didik sebagai subjek pokoknya.
Ciri-ciri interaksi belajar mengajar, yakni memiliki tujuan, ada suatu
prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, ditandai dengan adanya aktivitas,
ada guru yang berperan sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada
batas waktu untuk pencapaian tujuan serta sudah barang tentu perlu adanya
kegiatan penilaian.
Interaksi belajar mengajar yang baik, khususnya dalam pembelajaran
matematika adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi
membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan
bimbingan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya
melalui kegiatan belajar.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktivitas belajar.21
Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan
yang telah dicapai peserta didik di mana setiap kegiatan belajar dapat
20
A.M. Sardiman, Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 2-3. 21
Chatarina Tri Anni dkk, op. cit., h.4
-
25
menimbulkan suatu perubahan yang khas. Penilaian hasil belajar dilakukan sekali
setelah suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan secara efektif.
Keefektifan pembelajaran tampak pada kemampuan peserta didik mencapai
tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari segi guru, penilaian hasil belajar akan
memberikan gambaran mengenai keefektifan mengajarnya, apakah pendekatan
dan media yang digunakan mampu membantu peserta didik mencapai tujuan
belajar yang ditetapkan (ketuntasan belajar). Tes hasil belajar yang dilakukan
pada peserta didik dapat memberikan informasi sampai di mana penguasaan dan
kemampuan yang telah dicapai peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran
tersebut. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), setiap mata
pelajaran khususnya matematika memiliki standar ketuntasan belajar minimal
(SKBM) untuk setiap aspek penilaian. Aspek penilaian dalam mata pelajaran
matematika terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek pemahaman konsep, aspek
penalaran dan komunikasi matematik, dan aspek pemecahan masalah.
6. Hakekat Matematika
Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara para ahli
matematika. Oleh karena itu banyak ahli matematika berusaha memberikan
pendapatnya tentang pengertian dari istilah matematika.
Hakikat matematika berkenaan dengan ide struktur dan hubungannya
yang di atur menurut sifat yang logis, jadi matematika berkenaan dengan
konsep yang abstrak, suatu kebenaran matematis dan di kembangkan
-
26
berdasarkan alasan logis. Namun kerja matematis terdiri dari observasi
menebak dan merasa, mengetes hipotesis, mencari analogi dan akhirnya
merumuskan teorema yang dimulai asumsi-asumsi dan unsur-unsur yang
didefinisikan ini benar-benar aktivitas mental.22
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu
kumpulan konsep-konsep abstrak yang berhubungan dengan bersistem deduktif
dimana dasar komunikasinya dimulai dari unsur-unsur yang tak terdefinisikan.
7. Karakteristik Matematika
Matematika memiliki karakteristik yang berbeda dengan ilmu
pengetahuan yang lain. Karakteristik matematika, yaitu:
a. Memilliki objek kajian abstrak, b. Bertumpu pada kesepakatan, c. Berpola pikir deduktif, d. Memiliki simbol yang kosong dari arti, e. Memperhatikan semesta pembicaraan, dan f. Konsisten dalam sistemnya.23
Dari keenam karakteristik matematika diantaranya adalah memiliki objek kajian
yang abstrak. Dalam hal ini belajar matematika harus dipahami konsepnya, tidak
cukup dihafal saja. Sebab, hafal konsep belum tentu dapat menyelesaikan masalah
matematika.
8. Belajar Matematika
Belajar matematika adalah belajar tentang konsep konsep dan struktur -struktur matematik yang terdapat dalam materi materi yang dipelajari serta menjalankan hubungan antar konsep konsep dan struktur itu.24
22
Herman Hudojo, op. cit. 23
R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa
Kini Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2000),h. 13 24
Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika Jurusan
FMIPA Universitas Negeri Malang, 2003
-
27
Hasil belajar matematika mempunyai empat aspek yaitu fakta, konsep,
prinsip, dan skill.
a. Fakta adalah sesuatu yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. b. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan
klasifikasi atau penggolongan.
c. Prinsip adalah pola hubungan fungsional antara konsep konsep. d. Skill adalah keterampilan mental menjalankan prosedur guna
menyelesaikan suatu masalah.25
Untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan dalam pembelajaran maka
harus ada konsep strategi dalam pembelajaran. Ada empat strategi dasar dalam
belajar mengajar yaitu:
a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang
diharapkan.
b. Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif.
d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan.
26
Uraian diatas ada masalah pokok yang dapat dijadikan pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran agar berhasil sesuai yang diharapkan.
9. Prinsip-prinsip Belajar Matematika
Adapun prinsip-prinsip mengajar matematika adalah sebagai berikut:
25
Amin Suyitno, Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika, (Jurusan
Matematika FMIPA UNNES, 2004), h. 15-18 26
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 5-6
-
28
a. Mengajar matematika yang efektif memerlukan pemahaman pengetahuan
siswa dan kebutuhan untuk belajar sehingga menarik serta mendukung mereka
untuk belajar yang baik.
Para siswa belajar matematika melalui pengalaman yang difasilitasi
guru. sehingga, siswa memahami matematika, agar mereka mampu
menggunakannya untuk memecahkan masalah, dan mereka menjadi percaya
diri, matematika dibentuk oleh semua pengajar yang berada di sekolah.
Peningkatan pendidikan matematika untuk semua siswa memerlukan
pembelajaran matematika yang efektif di semua kelas.
Guru matematika yang baik adalah selalu berusaha dengan kompleks,
dan tidak ada hal yang mudah untuk membantu semua siswa belajar atau
membantu semua guru menjadi efektif. Meskipun demikian, banyak diketahui
mengajar matematika yang efektif, perlu pengetahuan dalam memandu
aktivitas dan pertimbangan profesional. Untuk bisa efektif, guru harus
mengetahui dan memahami matematika ketika mereka sedang mengajar dan
bisa memberi gambaran/ilustrasi pada pengetahuan dengan fleksibel saat
mereka tugas mengajar. Mereka perlu memahami dan merasa terikat dengan
para siswa mereka, ketika belajar matematika bersikap manusiawi serta
memiliki kemahiran dalam memilih dan menggunakan berbagai keterampilan
pendidikan dan strategi penilaian. Sebagai tambahan, pembelajaran efektif
memerlukan cerminan/keteladanan dan usaha berkesinambungan untuk
-
29
mencari peningkatan. Para guru harus mempunyai sumber daya dan peluang
besar dan sering untuk meningkatkan serta menyegarkan pengetahuan mereka.
b. Pembelajaran efektif memerlukan pengetahuan dan pemahaman matematika,
siswa sebagai pebelajar, dan strategi pendidikan.
Para guru memerlukan beberapa macam pengetahuan matematika yang
berbeda, pengetahuan tentang keseluruhan materi; pengetahuan fleksibel
tentang sasaran dan tujuan kurikulum serta tentang gagasan yang penting pada
setiap tingkatan kelas; pengetahuan tentang tantangan para siswa dalam
belajar membutuhkan bimbingan; pengetahuan tentang bagaimana gagasan
dapat diwakili untuk mengajar siswa secara efektif; dan pengetahuan tentang
bagaimana dapat pemahaman siswa. Pengetahuan banyak membantu para
guru dalam pertimbangan ketika membuat kurikulum, merespon terhadap
pertanyaan siswa, dan melihat hal yang penting pada konsep yang sedang
dikemukakan serta merencanakan sesuatu yang sesuai. Pengetahuan
pendidikan, banyak diperoleh melalui praktek mengajar, membantu guru
memahami bagaimana siswa belajar matematika, menjadi mahir dengan
teknik mengajar yang berbeda dan dapat mengelola/mengatur kelas. Guru
perlu memahami gagasan pokok dalam matematika dan bisa menghadirkan
matematika sebagai satu hubungan. Keputusan dan tindakan guru di dalam
kelas dapat mempengaruhi para siswa ketika belajar matematika.
Pembelajaran matematika efektif memerlukan suatu komitmen serius
kepada pengembangan dari pemahaman matematika siswa. Sebab siswa
-
30
belajar dengan menghubungkan gagasan baru ke pengetahuan utama, guru
harus memahami apa yang siswa telah ketahui. Guru secara efektif
mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan dan rencana pelajaran
yang mengungkapkan pengetahuan siswa lebih dulu, kemudian mereka bisa
mendisain pengalaman dan pelajaran yang bereaksi terhadap, dan berdasar
pada pengetahuan.
Guru mempunyai strategi dan gaya berbeda untuk membantu para
siswa belajar matematika pada gagasan tertentu, dan tak seorangpun cara
benar untuk mengajar. Bagaimanapun, para guru efektif mengenali bahwa
keputusan mereka membuat bentuk matematika dapat menciptakan
pengaturan kaya untuk belajar. Pemilihan dan penggunaan curricular
material, penggunaan teknik dan alat sesuai, mulai bekerja praktik melakukan
peningkatan diri berlanjut yaitu tindakan guru baik setiap hari.
Salah satu kompleksitas mengajar matematika adalah
menyeimbangkan pelajaran kelas yang direncanakan penuh arti dengan
pengambilan keputusan berkelanjutan yang tak bisa diacuhkan terjadi ketika
guru dan siswa bertemu berbagai kesulitan atau penemuan yang tidak
diantisipasi ke dalam wilayah yang belum dipetakan. Pembelajaran
matematika yang baik melibatkan, menciptakan, memperkaya, memperbaiki,
dan mengadaptasi instruksi untuk bergerak ke arah tujuan matematika,
menangkap dan mendukung minat, melibatkan para siswa dalam membangun
pemahaman matematika.
-
31
c. Pembelajaran efektif memerlukan suatu kelas yang menantang dan
lingkungan yang mendukung pembelajaran.
Para guru membuat aneka pilihan setiap hari banyak orang masing-
masing sekitar bagaimana lingkungan belajar akan tersusun dan matematika
yang akan ditekankan. Keputusan ini menentukan, bagi para siswa.
Pembelajaran efektif menyampaikan suatu kepercayaan pada masing-masing
siswa dan diharapkan untuk memahami matematika, masing-masing akan
didukungnya atau berusaha untuk memenuhi tujuan. Para guru menetapkan
dan memelihara suatu lingkungan yang berguna bagi pembelajaran
matematika melalui keputusan mereka yang membuat, percakapan mengarang
musik, dan pengaturan fisik mereka ciptakan. Tindakan guru adalah
mendorong para siswa untuk berpikir, mempertanyakan, memecahkan
permasalahan, dan mendiskusikan gagasan, strategi, dan solusi. Guru
bertanggungjawab untuk menciptakan suatu lingkungan intelektual
matematika pemikiran serius. Lebih dari sekedar fisik yang menentukan
dengan meja tulis, papan buletin, dan poster, lingkungan kelas komunikasi
pesan sulit dipisahkan tentang apa yang dihargai belajar dan melakukan
matematika.
Dalam pembelajaran efektif, tugas matematika bermanfaat untuk
digunakan memperkenalkan gagasan penting matematika, untuk melibatkan
dan menghadapi tantangan siswa dengan alasan. Tugas yang dipilih dengan
baik dapat mengesalkan kecurigaan siswa dan menarik mereka ke dalam
-
32
matematika. Tugas mungkin dihubungkan kepada pengalaman dunia nyata
para siswa, atau mereka boleh memunculkan konteks matematika. Dengan
mengabaikan konteks, tugas yang bermanfaat harus membangkitkan minat,
dengan suatu tingkatan tantangan yang mengundang spekulasi dan pekerjaan
berat. Seperti tugas sering dapat didekati lebih dari satu cara, seperti dengan
menggunakan suatu perhitungan yang menghitung pendekatan, menggambar
menarik suatu diagram geometris dan menyebut satu per satu berbagai
kemungkinan, atau menggunakan penyamaan secara aljabar, yang membuat
tugas dapat diakses ke para siswa dengan pengetahuan utama bervariasi dan
pengalaman.
d. Pembelajaran efektif memerlukan secara terus menerus mencari peningkatan.
Pembelajaran efektif melibatkan mengamati para siswa, mendengarkan
secara hati-hati penjelasan dan gagasan mereka, mempunyai tujuan
matematika, dan menggunakan informasi untuk membuat keputusan. Para
guru yang mempekerjakan seperti praktik memotivasi para siswa untuk
terlibat dalam pemikiran matematika dan menyediakan peluang belajar yang
menghadapi tantangan siswa pada semua tingkat pemahaman. Pembelajaran
efektif memerlukan usaha secara terus menerus untuk belajar dan
meningkatkan. Usaha ini meliputi pelajaran tentang matematika dan ilmu
mendidik, menguntungkan dari interaksi dengan para siswa dan rekan kerja,
mulai bekerja pengembangan profesional berkelanjutan dan refleksi diri.
-
33
Peluang untuk mencerminkan dan menyaring bahan pelajaran kelas
praktik dan kelas luar, sendiri dan dengan yang lain rumit visi matematika
sekolah menguraikan pada prinsipnya dan baku. Untuk meningkatkan
instruksi matematika mereka, para guru harus mampu meneliti apa yang
mereka dan siswa mereka sedang lakukan dan mempertimbangkan bagaimana
tindakan itu sedang mempengaruhi pelajaran siswa. Penggunaan berbagai
strategi, para guru perlu memonitor kecenderungan dan kapasitas siswa untuk
meneliti situasi, bingkai dan memecahkan permasalahan, dan bisa
dipertimbangkan konsep dan prosedur matematika. Mereka dapat
menggunakan informasi ini untuk menilai kemajuan siswa mereka dan
menilai seberapa baik tugas matematika, ceramah, dan lingkungan kelas
sedang saling berinteraksi untuk membantu perkembangan pembelajaran
siswa. Mereka kemudian menggunakan penilaian untuk menyesuaikan
instruksi mereka.
Refleksi dan analisis adalah aktivitas individu, tetapi mereka dapat
ditingkatkan dengan suatu rekan kerja terhormat dan berpengalaman, seorang
guru baru, atau suatu masyarakat para guru. Bekerja sama dengan para rekan
kerja secara teratur untuk mengamati, meneliti, dan mendiskusikan
pembelajaran dan pemikiran siswa atau untuk melakukan lesson study.
Pekerjaan dan waktu para guru tersusun untuk mengijinkan dan mendukung
pengembangan profesional yang akan bermanfaat baginya dan para siswa
mereka.
-
34
B. Peta Pikiran (Mind Map)
1. Pengertian Peta pikiran
Barbara Prashing mengemukakan bahwa peta pikiran (mind mapping)
dipopulerkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an, aslinya diciptakan oleh Gelb.
Mind Mapping dapat diartikan sistem revolusioner dalam perencanaan
dan pembuatan catatan yang telah mengubah hidup jutaan orang di
seluruh dunia. Pembuatan Mind Mapping didasarkan pada cara kerja
alamiah otak dan mampu menyalakan percikan-percikan kreatifitas dalam
otak karena melibatkan kedua belahan otak kita.27
Mind Mapping juga dapat disebut dengan peta pemikiran. Mind Mapping
juga merupakan metode mencatat secara menyeluruh dalam satu halaman.
Mind Mapping menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik
dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Peta pikiran atau Mind
Mapping pada dasarnya menggunakan citra visual dan prasarana grafis
lainnya untuk membentuk kesan pada otak.28
Metode peta pikiran adalah metode baru untuk mencatat yang bekerjanya
disesuaikan dengan bekerjanya dua belah otak (otak kiri dan otak kanan). Metode
ini mengajarkan untuk mencatat tidak hanya menggunakan gambar atau warna.
Tony Buzan mengemukakan your brain is like a sleeping giant, hal itu
disebabkan 99% kehebatan otak manusia belum dimanfaatkan secara optimal.
27
Tony Buzan, Pintar Mind Map Untuk Anak Agar Anak Pintar di Sekolah, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 179-181 28
De Bobby Porter & Hernacki, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman &
Menyenangkan, (Kaifa, 2008)
-
35
Tabel 1
Tabel penggunaan otak pada peta pikiran
No Otak Kiri Otak Kanan
1. Tulisan Warna
2. Urutan Penulisan Gambar
3. Hubungan Antar Kata Dimensi.29
Peta pikiran adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah
akan memetakan pikiran-pikiran. Peta pikiran juga merupakan peta rute yang
memudahkan ingatan dan memungkinkan untuk menyusun fakta dan pikiran,
dengan demikian cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti
mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada
menggunakan teknik mencatat tradisional. Selain itu peta pikiran adalah sistem
penyimpanan, penarikan data dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan
raksasa dalam otak manusia yang menakjubkan.
Peta pikiran bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan
grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat
kembali informasi yang telah dipelajari. Peta pikiran adalah satu teknik mencatat
yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan
mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang.
29
Dhida Dwi Kurniawati, Pengaruh Metode Mind Map dan Keaktifan Belajar Siswa
terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah
5 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010, Skripsi tidak diterbitkan, (Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2010), h. 17.
-
36
Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan
seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara
tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan
sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.
Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi pada setiap materi.
Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam
diri siswa setiap saat. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada
di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta
pikiran. Dengan demikian, guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang
dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan peta
pikiran. Proses belajar yang dialami seseorang sangat bergantung kepada
lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat memberikan sugesti
positif, maka akan baik dampaknya bagi proses dan hasil belajar, sebaliknya jika
lingkungan tersebut memberikan sugesti negatif maka akan buruk dampaknya
bagi proses dan hasil belajar.
2. Kegunaan Peta Pikiran
Metode peta pikiran dapat dimanfaatkan atau berguna untuk berbagai
bidang termasuk bidang pendidikan. Kegunaan metode peta pikiran dalam bidang
pendidikan antara lain:
a. Memberi pandangan menyeluruh pokok masalah. b. Memungkinkan kita merencanakan rute atau kerangka pemikiran
suatu karangan.
c. Mengumpulkan sejumlah besar data disuatu tempat.
-
37
d. Mendorong pemecahan masalah dengan kreatif.30
Selain itu metode peta pikiran dapat bermanfaat untuk:
a. Merangsang bekerjanya otak kiri dan kanan secara sinergis. b. Membebaskan diri dari seluruh jeratan aturan ketika mengawali
belajar.
c. Membantu seseorang mengalirkan diri tanpa hambatan. d. Membuat rencana atau kerangka cerita. e. Mengembangkan sebuah ide. f. Membuat perencanaan sasaran pribadi. g. Memulai usaha baru. h. Meringkas isi sebuah buku. i. Fleksibel. j. Dapat memusatkan perhatian. k. Meningkatkan pemahaman. l. Menyenangkan dan mudah diingat.31
3. Langkah-langkah Membuat Peta Pikiran
Sarana dan prasarana untuk membuat peta pikiran adalah:
a. Kertas kosong tak bergaris. b. Pena dan pensil warna. c. Otak. d. Imajinasi.32
Membuat peta pikiran membutuhkan imajinasi atau pemikiran, adapun
cara pembuatan peta pikiran adalah:
a. Gambarkan tema utama di tengah-tengah kertas dan beri warna. b. Gunakan satu kata atau frase yang sederhana sebagai informasi, pada
umumnya kata dalam penulisan normal tersaji dalam kondisi saling
melengkapi, hal ini utamanya ditujukan untuk memastikan bahwa
maksud dari tulisan tersampaikan secara sempurna. Pada peta pikiran
dibuat, gunakan satu kata kuat dan frase berarti yang dapat
30
Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009),
h. 6 31
Ibid, h. 54-130 32
Ibid, h. 14
-
38
memberikan arti yang sama secara lebih baik. Kata-kata yang
berlebihan hanya mengotori peta pikiran.
c. Gunakan simbol dan gambar. d. Gambarkan informasi pendukung lainnya di sekitar tema utama. e. Kata-kata pendukung dapat dicetak pada garis penghubung. Garis-
garis penghubung harus digambarkan secara jelas guna
mempermudah hubungan antar informasi.
f. Kata-kata pendukung dinyatakan dalam satuan misal satu kata per garis penghubung.
g. Gunakan warna untuk mempermudah proses pengingatan. h. Bebaskan pikiran. Karena pemikiran seperti di mana satu informasi
harus diletakkan? akan menghambat pembuatan peta pikiran. i. Gunakan hubungan saling. Informasi di salah satu bagian dari peta
pikiran mungkin saja berhubungan dengan bagian yang lain.33
Dalam membuat peta pikiran juga diperlukan keberanian dan kreativitas
yang tinggi. Variasi dengan huruf kapital, warna, garis bawah atau simbol-simbol
yang menggambarkan poin atau gagasan utama. Menghidupkan peta pikiran yang
telah dibuat akan lebih mengesankan.
Tony Buzan telah menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti agar peta
pikiran yang dibuat dapat memberikan manfaat yang optimal. Berikut adalah
ringkasan dari Law of MM:
a. Kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3 dengan orientasi horizontal (Landscape). Central Topic
diletakkan ditengah-tengah kertas dan sedapat mungkin berupa Image
dengan minimal 3 warna.
b. Garis: lebih tebal untuk BOIs dan selanjutnya semakin jauh dari pusat garis akan semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh
garis lurus) dengan panjang yang sama dengan panjang kata atau
image yang ada di atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat.
c. Kata: menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis. Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas
dengan besar huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang
semakin jauh dari pusat.
33
Ibid
-
39
d. Image: gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, tabel dan ritme karena lebih menarik serta mudah untuk diingat dan
dipahami. Kalau memungkinkan gunakan Image yang 3 Dimensi agar
lebih menarik lagi.
e. Warna: gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5 6 warna. Warna berbeda untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna
BOIs.
f. Struktur: menggunakan struktur radian dengan sentral topik terletak di tengah-tengah kertas dan selanjutnya cabang-cabangnya menyebar
ke segala arah. BOIs umumnya terdiri dari 2 7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum jam dimulai dari arah jam 1.
34
Aplikasi peta pikiran dalam pembelajaran dalam tahap aplikasi, terdapat
empat langkah yang harus dilakukan proses pembelajaran berbasis peta pikiran,
yaitu:
a. Overview: Tinjauan Menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi
gambaran umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari.
Khusus untuk pertemuan pertama pada setiap awal Semester,
Overview dapat diisi dengan kegiatan untuk membuat master peta
pikiran yang merupakan rangkuman dari seluruh topik yang akan
diajarkan selama satu Semester yang biasanya sudah ada dalam
Silabus. Dengan demikian, sejak awal siswa sudah mengetahui topik
apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi
siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di rumah atau di
perpustakaan.
b. Preview: Tinjauan Awal merupakan lanjutan dari overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada
overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus.
Dengan demikian, siswa diharapkan telah memiliki pengetahuan awal
yang cukup mengenai sub-topik dari bahan sebelum pembahasan yang
lebih detail dimulai. Khusus untuk bahan yang sangat sederhana,
langkah preview dapat dilewati sehingga langsung masuk ke langkah
inview.
c. Inview: Tinjauan Mendalam yang merupakan inti dari suatu proses pembelajaran, di mana suatu topik akan dibahas secara detail,
terperinci dan mendalam. Selama inview ini, siswa diharapkan dapat
34
http://astutimin.wordpress.com/20/09/11/26/meningkatkan-hasil-belajar-dan-reativitas-
siswa-melalui-pembelajaran-berbasis-peta-pikiran-mind-mapping/
-
40
mencatat informasi, konsep atau rumus penting beserta grafik, daftar
atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan
menguasai bahan yang diajarkan.
d. Review: Tinjauan Ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta
ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus
diingat atau dikuasai oleh siswa. Hal ini akan dapat membantu siswa
untuk fokus dalam mempelajari-ulang seluruh bahan yang diajarkan
di sekolah pada saat di rumah. Review dapat juga dilakukan saat
pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu
siswa mengingatkan kembali bahan yang telah diajarkan pada
pertemuan sebelumnya.35
4. Indikator Peta Pikiran
Adapun indikator peta pikiran sebagai berikut:
a. merencanakan, b. berkomunikasi, c. menjadi lebih kreatif, d. menyelesaikan masalah, e. memusatkan perhatian, f. menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, g. mengingat dengan lebih baik, h. belajar lebih cepat dan efisien, dan i. melatih gambar keseluruhan.36
5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Peta Pikiran
Kelebihan metode peta pikiran adalah sebagai berikut:
a. Dapat mengemukakan pendapat secara bebas. b. Dapat bekerjasama dengan teman lainnya. c. Catatan lebih padat dan jelas. d. Lebih mudah mencari catatan jika diperlukan. e. Catatan lebih terfokus pada inti materi. f. Mudah melihat gambaran keseluruhan. g. Membantu Otak untuk : mengatur, mengingat, membandingkan dan
membuat hubungan
h. Memudahkan penambahan informasi baru
35
Ibid 36
Ibid, h. 6
-
41
i. Pengkajian ulang bisa lebih cepat j. Setiap peta bersifat unik.37
Adapun kelemahan metode peta pikiran adalah sebagai berikut:
a. Hanya siswa yang aktif yang terlibat. b. Tidak sepenuhnya murid yang belajar c. Peta pikiran siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan
memeriksa peta pikiran siswa.38
37
http://mahmmudin.wordpress.com/2009/12/01/pembelajaran-berbasis-peta-pikiran-
mind-mapping/ 38
Ibid
-
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bersifat deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan hasil
penelitian yang disajikan dalam bentuk persentase dan skor.
Penelitian deskriptif tidak menguji hipotesa atau menggunakan hipotesa,
melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan
variabel-variabel yang diteliti.39
Penelitian deskriptif tidak terbatas pada pengumpulan data dan
penyusunan data, tetapi juga meliputi analisis dan interprestasi data. Dalam
penelitian ini peneliti mendeskripsikan keefektifan metode peta pikiran yang
meliputi: aktivitas siswa, kemampuan guru mengelola pembelajaran, respon
siswa, dan ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan metode peta pikiran.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan one shot-case study, yaitu penelitian
yang dilakukan dengan melaksanakan suatu perlakuan atau treatment tertentu
kepada subyek yang diikuti dengan pengukuran terhadap akibat dari perlakuan
tersebut.
Pola one shot-case study adalah sebagai berikut:
PERLAKUAN HASIL BELAJAR
39
Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.26.
-
43
Keterangan:
X = Perlakuan yaitu penerapan metode peta pikiran.
O = Hasil setelah penerapan pembelajaran.40
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan kelompok orang atau kejadian atau hal minat
yang diinvestigasi.41
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 2
Majene tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 173 orang. Persebaran siswa
secara terperinci dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2
Populasi siswa-siswi Kelas X SMAN 2 Majene
Kabupaten Majene
Kelas X Jumlah siswa
X.1
X.2 X.3
X.4
X.5
X.6
28
28
30
31
29
27
Jumlah seluruh populasi 173
2. Sampel
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara probability
sampling dengan teknik simple random sampling yakni sampel diambil dari
40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), h.83. 41
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2002), h. 168
-
44
populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.42
Dengan cara ini diperoleh kelas X.2 yang terdiri dari 28 orang yang terpilih
sebagai kelas sampel.
Alasan peneliti mengambil cara ini karena peneliti memperoleh informasi
bahwa pembagian kelas tidak berdasarkan tingkat kepandaian siswa. Sehingga
kelas-kelasnya bersifat heterogen.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini memiliki prosedur penelitian tertentu. Adapun prosedur
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan
persiapan sebagai berikut:
a. Menentukan sekolah untuk penelitian.
b. Meminta izin kepada kepala sekolah SMAN 2 Majene.
c. Melakukan kesepakatan dengan guru bidang studi matematika tentang
materi yang akan diteliti dan lamanya waktu penelitian.
d. Menyusun dan menyiapkan perangkat pembelajaran, yaitu:
1) Rencana pelaksanaan pembelajaran.
2) Buku petunjuk guru.
3) Lembar kerja siswa.
42
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Cet. XVII; Bandung: CV. Alfabeta,
2009), h. 93.
-
45
4) Kunci lembar kerja siswa.
e. Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian, yaitu:
1) Lembar pengamatan aktivitas siswa.
2) Lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran.
3) Lembar angket respon siswa.
4) Lembar validasi RPP.
5) Lembar validasi LKS.
6) Lembar penilaian kinerja siswa dan petunjuk penilaian.
7) Lembar soal tes akhir.
8) Lembar kunci soal tes akhir.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan dalam tahap pelaksanaan meliputi:
a. Jadwal Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan dalam empat kali pertemuan.
b. Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran ini siswa diberi perlakuan dengan metode
pembelajaran peta pikiran yang dilakukan oleh guru bidang studi
matematika. Sedangkan peneliti mengamati kemampuan guru dan
aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
-
46
3. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dilaksanakan pada akhir pertemuan. Tes hasil belajar
ini dilakukan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa setelah proses
pembelajaran dengan metode peta pikiran diterapkan.
4. Respon Siswa
Pada akhir pembelajaran, siswa diberi lembar angket respon siswa
untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap pembelajaran dengan
metode peta pikiran.
5. Tahap Analisis Hasil Penelitian
Setelah penelitian dilakukan, selanjutnya kegiatan yang dilakukan
peneliti pada tahap ini adalah menganalisis semua data yang diperoleh dan
kemudian menulis laporan.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tiga instrumen penelitian. Sebelum
melakukan penelitian, peneliti telah melakukan validasi terhadap instrumen
penelitian kepada beberapa validator dimana instrumen penelitian dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lembar Observasi
a. Lembar observasi aktivitas siswa
Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa
selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran
diterapkan.
-
47
Adapun yang akan diamati adalah sebagai berikut:
1) Kategori aktivitas aktif siswa:
a) Menyelesaikan soal
b) Membuat atau melengkapi catatan
c) Menyampaikan pendapat atau memberikan penjelasan secara lisan
d) Berdiskusi atau bertanya kepada teman atau guru
e) Mengajukan pertanyaan atau meminta penjelasan guru dan teman
f) Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau teman
g) Kegiatan lain dalam tugas, contohnya: menunjukkan gerakan
seperti sedang berfikir yang berkaitan dengan kegiatan belajar
mengajar atau tugas yang dihadapi, dan sebagainya.
2) Kategori aktivitas pasif siswa:
a) Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau teman
b) Kegiatan lain diluar tugas, contohnya: tidak memperhatikan
penjelasan guru, melakukan aktivitas yang tidak berkaitan dengan
kegiatan belajar mengajar. (mengantuk, mengobrol, melamun, dan
lain sebagainya).
Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung, kemudian pengamat menuliskan kode-
kode/nomor kategori pengamatan pada baris dan kolom yang tersedia.
-
48
b. Lembar observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran
Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran
yang meliputi beberapa tahap antara lain:
1) Persiapan
Secara keseluruhan termasuk RPP, penguasaan terhadap materi
yang akan diajarkan, alat dan bahan yang digunakan, sumber belajar,
strategi yang akan digunakan dan lain-lain.
2) Pendahuluan
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran
b) Memotivasi siswa
3) Kegiatan inti
a) Menjelaskan tentang penggunaan peta pikiran dalam pembelajaran
b) Menyajikan informasi dengan menggunakan peta pikiran
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan
d) Evaluasi
4) Penutup: memberi penghargaan
5) Pengelolaan waktu
6) Suasana kelas
a) Berpusat pada siswa
b) Siswa antusias
c) Guru antusias
-
49
Penilaian terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
dengan metode pembelajaran peta pikiran dibedakan atas empat, yaitu: (1)
kurang baik, (2) cukup baik, (3) baik, (4) sangat baik. Hasil pengamatan
diberikan pada setiap kategori pengamatan dengan memberikan tanda cek list
() pada kolom-kolom yang tersedia.
2. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar ini disusun untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar
siswa pada sub pokok bahasan persamaan linier satu variabel. Tes hasil