skripsi reksadana

Upload: albertina-widiana-sentyaji

Post on 08-Jan-2016

93 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pasar modal

TRANSCRIPT

  • EVALUASI PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM

    DENGAN MENGGUNAKAN INDEKS SHARPE,

    TREYNOR, DAN JENSEN

    SKRIPSI

    Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

    NICO NUGRAHA HADINATA

    NIM: 121110040

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS MA CHUNG

    MALANG

    2015

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pasar modal merupakan suatu alternatif bagi para pemodal untuk berinvestasi.

    Pasar modal ini memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu

    negara karena pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi

    keuangan (Husnan, 2009). Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal

    menyediakan fasilitas dalam memindahkan dana dari pihak yang memiliki

    kelebihan dana ke pihak yang memerlukan dana. Dana masyarakat yang diperoleh

    dari pasar modal digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan.

    Fungsi ini sebenarnya juga telah dilakukan oleh intermediasi lain, misalnya pasar

    uang.

    Perbedaan mendasar antara pasar modal dan pasar uang adalah pasar modal

    memperdagangkan saham, obligasi, dan reksa dana yang bersifat jangka panjang.

    Sementara itu, pasar uang memperdagangkan surat berharga Bank Indonesia dan

    surat berharga pasar uang. Menurut Darmadji & Fakhrudin (2012), pasar modal

    memiliki fungsi keuangan karena pasar modal memberikan kemungkinan dan

    kesempatan untuk memperoleh return bagi investor, sesuai dengan investasi yang

    dipilih.

    Investasi merupakan kegiatan menempatkan uang dengan harapan untuk

    memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang tersebut (Ahmad, 2004).

    Harapan untuk mendapatkan return tersebut dipengaruhi oleh jumlah informasi

    yang beredar yang diserap oleh investor. Harga saham yang diperdagangkan telah

    mencerminkan semua informasi yang tersedia menunjukkan kondisi pasar yang

  • 2

    efisien (Tandelilin, 2010). Konsep pasar efisien ini menyatakan adanya proses

    penyesuaian harga saham menuju harga keseimbangan yang baru, atas respon

    munculnya informasi yang masuk ke pasar. Selain itu, konsep pasar efisien juga

    dapat dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam mengolah informasi dan

    mengambil keputusan yang tepat dari semua informasi yang tersedia (Jogiyanto,

    2013). Semakin banyak informasi yang berhasil didapatkan dan semakin canggih

    investor untuk menggunakan informasi yang relevan untuk pengambilan

    keputusan investasi, maka return investasi yang didapatkan akan semakin besar.

    Di era globalisasi ini, banyak sekali investor yang tidak memiliki banyak

    waktu untuk mengelola dananya dan keterbatasan keahlian untuk menghitung

    risiko atas investasi yang dilakukan (Barus, 2013). Hal ini menyebabkan para

    investor terlambat atau bahkan tidak memperoleh informasi yang relevan sehingga

    tidak dapat mengambil keputusan yang tepat dari informasi yang tersedia. Namun,

    saat ini bukan menjadi masalah yang besar untuk melakukan investasi karena

    calon investor dapat memberikan kepercayaannya kepada manajer investasi untuk

    mengelola dana yang dimiliki.

    Sarana investasi yang didiversifikasi dan dikelola manajer investasi adalah

    reksa dana. Reksa dana menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1995 pasal 1 ayat

    27 didefinisikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari

    masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh

    manajer investasi. Reksa dana adalah salah satu alternatif investasi untuk

    memperoleh arus pendapatan yang kompetitif, meskipun pemodal tidak memiliki

    kemampuan mengelola portofolio dengan baik. Pengungkapan informasi

  • 3

    mengenai perkembangan investasi reksa dana disampaikan setiap hari bursa dalam

    bentuk nilai aset bersih (NAB) reksa dana.

    Tabel di bawah memperlihatkan perkembangan reksa dana bukan syariah dari

    tahun 2010 sampai dengan bulan Januari 2015. Jumlah produk reksa dana bukan

    syariah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang diikuti dengan

    pertumbuhan jumlah unit penyertaan yang cukup tinggi. Reksa dana mengalami

    pertumbuhan yang cukup pesat pada tahun 2014, yakni dengan pertumbuhan nilai

    aset bersih sebesar 25.4% dan jumlah unit penyertaan yang naik sebesar 18%

    dibandingkan tahun sebelumnya. Tidak menutup kemungkinan bahwa nilai aset

    bersih akan mengalami penurunan jika jumlah redemption reksa dana lebih besar

    daripada jumlah subscription.

    Tabel 1.

    Perkembangan Reksa Dana

    Tahun Jumlah Reksa

    Dana

    Jumlah Unit

    Penyertaan

    (Miliar)

    Nilai Aset Bersih

    (Rp Triliun)

    2010 616 82.08 144.69

    2011 671 98.98 167.23

    2012 754 113.71 187.59

    2013 794 120.89 192.54

    2014 894 142.73 241.57

    2015 (Januari) 894 143.78 242.25

    Sumber : e-monitoring Otoritas Jasa Keuangan, 2015

    Sebelum menjatuhkan pilihan pada reksa dana yang ingin diinvestasikan,

    investor perlu untuk mengetahui profil dari reksa dana yang terdapat pada

    prospektus reksa dana. Menurut Infovesta (2014), prospektus reksa dana

    merupakan bacaan wajib yang perlu dipahami dan dijadikan acuan sebelum

    investor melakukan investasi di reksa dana. Prospektus diterbitkan setiap perioda

    oleh perusahaan pengelola reksa dana dan menjadi bahan pertimbangan investor

  • 4

    dalam berinvestasi. Prospektus reksa dana terdiri atas keterangan reksa dana yang

    ditawarkan, tujuan dan kebijakan investasi, perpajakan, metoda penghitungan nilai

    pasar wajar, dan faktor-faktor risiko.

    Tabel 2

    Nilai Aset Bersih Reksa Dana per Jenis Tahun 2014

    Jenis Reksa Dana Jumlah Reksa

    Dana

    Nilai Aset Bersih

    (Rp Triliun)

    Saham 142 105.45

    Terproteksi 344 42.24

    Pendapatan Tetap 147 35.97

    Pasar Uang 62 23.06

    Campuran 112 20.39

    Syariah-Saham 23 6.37

    ETF-Pendapatan Tetap 1 2.02

    Syariah-Campuran 18 1.67

    Syariah-Terproteksi 17 1.46

    Syariah-Pasar Uang 6 0.73

    ETF-Indeks 3 0.63

    Indeks 6 0.45

    ETF-Saham 4 0.50

    Syariah-Pendapatan Tetap 8 0.38

    Syariah-Indeks 1 0.15

    Sumber: e-monitoring Otoritas Jasa Keuangan, 2015

    Saat ini, reksa dana terdiri dari beberapa jenis, yakni reksa dana pasar uang,

    reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, reksa dana saham, reksa dana

    terproteksi, reksa dana syariah, reksa dana ETF, dan reksa dana indeks. Reksa

    dana dengan nilai aset bersih terbanyak adalah reksa dana saham. Lebih dari 40%

    dana masyarakat yang dikumpulkan melalui reksa dana diinvestasikan pada efek

    bersifat ekuitas yang tersebar di 142 produk reksa dana saham.

    Dengan banyaknya produk reksa dana saham yang bermunculan dan dikelola

    oleh manajer investasi yang berbeda, investor perlu melakukan seleksi terhadap

    reksa dana saham yang akan dipilihnya (Barus, 2013). Ketika memutuskan untuk

    berinvestasi, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengukur kinerja.

    Investor hanya dapat memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dari

  • 5

    investasi dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya akan

    menyimpang dari hasil yang diharapkan (Husnan, 2009).

    Teori keuangan menjelaskan bahwa semakin besar risiko investasi, maka

    tingkat keuntungan yang disyaratkan investor semakin besar (Jogiyanto, 2013).

    Pengukuran kinerja reksa dana saham tidak bisa hanya dilihat dari return saja,

    tetapi juga harus memperhitungkan risiko yang ditanggung. Akan tetapi, investor

    sering mengalami masalah untuk menaksir risiko yang dihadapi (Irene, 2013).

    Perhitungan risiko yang ditanggung investor harus dilakukan dengan

    menggunakan alat ukur.

    Terdapat tiga indeks pengukuran evaluasi kinerja reksa dana saham yang

    paling umum digunakan, yakni indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen. Indeks

    Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe, Treynor dikenalkan oleh Jack

    Treynor, dan Jensen dipopulerkan oleh Michael Jensen. Indeks ini

    mengasumsikan adanya hubungan searah antara return portofolio dengan return

    dari beberapa indeks pasar. Indeks-indeks ini mendasarkan analisisnya pada

    return masa lalu untuk memprediksikan return dan risiko di masa depan (Samsul,

    2006).

    Analisis kinerja reksa dana saham menggunakan indeks Sharpe, Treynor, dan

    Jensen perlu dilakukan kajian karena pengelolaan reksa dana saham oleh manajer

    investasi dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahapan yang paling penting adalah

    melakukan evaluasi terhadap kinerja reksa dana yang diinvestasikan. Indeks

    Sharpe menekankan pada risiko total, Treynor mengasumsikan fluktuasi pasar

    yang paling memengaruhi risiko sistematis, sedangkan Jensen menekankan pada

    alpha. Ketiga indeks memiliki karateristik tersendiri.

  • 6

    Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang pengukuran risk-

    adjusted performance, akan tetapi mayoritas penelitian terdahulu melakukan

    penelitian evaluasi pengukuran kinerja ini pada portofolio saham. Pengujian

    mengenai konsistensi pengukuran dan signifikansi perbedaan pengujian yang

    dilakukan dalam penelitian ini juga sebagian besar dilakukan pada saham-saham

    yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Natarajan

    & Dharani (2008) menyatakan bahwa indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen

    menunjukkan hasil yang sama atau ada konsistensi terhadap ketiga indeks.

    Wiksuana & Purnawati (2008) menguji konsistensi parsial dengan hasil Sharpe

    dan Treynor konsisten, Treynor dan Jensen konsisten, sedangkan Sharpe dan

    Jensen tidak konsisten. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Wiksuana &

    Purnawati (2008), Laksmana (2012), dan Sulistyorini (2009) menunjukkan bahwa

    Sharpe, Treynor, dan Jensen dalam mengukur portofolio saham menunjukkan

    tidak adanya konsistensi pengukuran.

    Dalam uji beda, penelitian Laksmana (2012) menunjukkan bahwa pengukuran

    Sharpe, Treynor, Jensen, dan M2 berbeda signifikan. Hal ini ditunjang dengan

    pernyataan Irene (2013) yang menyatakan Sharpe, Treynor, dan Jensen signifikan

    dalam mengukur portofolio. Sementara itu, Sulistyorini (2009) menunjukkan

    bahwa Sharpe, Treynor, dan Jensen tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

    signifikan.

    Penelitian evaluasi kinerja yang dilakukan mengenai berbagai jenis reksa dana

    juga telah dilakukan oleh Susiana & Kaudin (2009), Santosa & Sjam (2012),

    Rahardi (2013), dan Barus (2013). Penelitian yang dilakukan hanya sebatas

  • 7

    mengetahui peringkat kinerja reksa dana tanpa menguji konsistensi dan perbedaan

    pengujian untuk setiap indeks evaluasi reksa dana yang dipilih.

    Penelitian ini melihat perbandingan kinerja reksa dana saham menggunakan

    indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen yang dikomparasikan dengan return acuan

    yakni IHSG. Berdasarkan peringkat kinerja reksa dana yang dibentuk oleh setiap

    indeks, dapat diketahui apakah terdapat konsistensi pengukuran antara ketiga

    indeks dan apakah terdapat perbedaan antara indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen.

    Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah para investor dan calon investor

    mampu mengetahui reksa dana yang dikeluarkan manajer investasi yang layak

    untuk diinvestasikan dan mengetahui indeks pengukuran kinerja reksa dana yang

    paling konsisten dilakukan.

    Peneliti melakukan penelitian pada reksa dana saham karena saat ini reksa

    dana saham merupakan jenis reksa dana yang paling diminati oleh investor

    dengan indikator nilai aset bersih tertinggi (Infovesta, 2014). Selain itu,

    pertumbuhan reksa dana yang mantap yang ditandai dengan pertumbuhan nilai

    aset bersih dari tahun ke tahun juga menjadi salah satu alasan lain pemilihan

    penelitian ini.

    Perioda penelitian dilakukan selama tiga tahun, yakni mulai bulan Maret 2012

    sampai Februari 2015. Hal ini dilakukan karena reksa dana saham merupakan

    bentuk investasi jangka panjang dengan jangka waktu sekurang-kurangnya tiga

    tahun (Jogiyanto, 2013). Selain itu, dalam perioda penelitian sempat terjadi

    pelemahan ekonomi global yang menyebabkan kondisi perekonomian yang

    menurun, termasuk pasar saham dan obligasi yang mengalami tekanan (Otoritas

    Jasa Keuangan, 2013). Walaupun kondisi perekonomian global melambat, akan

  • 8

    tetapi pertumbuhan reksa dana di Indonesia relatif tidak berpengaruh. Hal ini

    ditunjukkan dengan minat investor atas produk reksa dana masih cukup bagus

    yang diukur dari selisih nilai beli reksa dana (subscription) yang lebih besar

    dibandingkan nilai penjualan kembali (redemption) setiap bulannya. Selain itu,

    peneliti ingin mengevaluasi kinerja reksa dana saham agar memudahkan

    masyarakat yang tertarik dengan alternatif investasi selain saham dan deposito

    untuk bisa menentukan produk reksa dana saham terbaik. Oleh sebab itu, peneliti

    tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Pengukuran

    Kinerja Reksa Dana Saham dengan Menggunakan Indeks Sharpe, Treynor,

    dan Jensen.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1. Apakah indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen konsisten sebagai pengukur

    kinerja reksa dana saham perioda Maret 2012Februari 2015?

    2. Apakah indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen memiliki perbedaan hasil

    yang signifikan dalam mengukur kinerja reksa dana saham perioda Maret

    2012Februari 2015?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka penelitian

    ini memiliki tujuan sebagai berikut.

  • 9

    1. Menguji konsistensi indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen sebagai pengukur

    kinerja reksa dana saham perioda Maret 2012Februari 2015.

    2. Menguji ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara indeks Sharpe,

    Treynor, dan Jensen dalam mengukur kinerja reksa dana saham perioda

    Maret 2012Februari 2015.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini dibagi menjadi manfaat teoretis dan manfaat praktis

    sebagai berikut.

    1. Manfaat Teoretis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bahan referensi

    mengenai reksa dana sebagai salah satu bentuk pengujian pasar efisien bentuk

    kuat. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai

    analisis pengukuran kinerja reksa dana saham di Indonesia, khususnya indeks

    Sharpe, Treynor, dan Jensen, serta pengukuran konsistensi dan perbedaan indeks

    pada portofolio yang dibentuk langsung oleh manajer investasi yang belum pernah

    ditemukan peneliti pada penelitian sebelumnya.

    2. Manfaat Praktis

    Bagi calon investor dan investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

    salah satu pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam memilih manajer

    investasi yang mampu mengelola dana dengan baik dan memilih reksa dana

    terbaik sesuai dengan preferensi. Sedangkan bagi masyarakat umum, penelitian ini

    diharapkan bermanfaat untuk memperkenalkan reksa dana, termasuk manfaat dan

  • 10

    risikonya, dan memberikan gambaran mengenai kinerja reksa dana saham di

    Indonesia.

  • 11

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Hipotesis Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis)

    Konsep hipotesis pasar efisien dikemukakan dan dipopulerkan pertama kali

    oleh Fama (1970). Dalam konteksnya, yang dimaksud dengan pasar adalah pasar

    modal dan pasar uang. Suatu pasar akan dikatakan efisien jika tidak seorangpun,

    baik investor individu atau investor institusi, akan mampu memperoleh abnormal

    return setelah disesuaikan dengan risiko dengan menggunakan strategi

    perdagangan yang ada. Hal ini menyebabkan harga yang terbentuk di pasar

    merupakan cerminan dari informasi yang ada.

    Suatu pasar efisien akan mungkin terjadi apabila beberapa kondisi berikut ini

    terpenuhi secara ideal, yakni sebagai berikut (Fama, 1970).

    1. Banyak terdapat investor rasional dan berorientasi pada maksimisasi

    keuntungan yang secara aktif berpartisipasi di pasar dengan menganalisis,

    menilai, dan berdagang saham.

    2. Tidak diperlukan biaya untuk mendapatkan informasi dan informasi tersedia

    bebas bagi pelaku pasar pada waktu yang tidak jauh berbeda.

    3. Informasi diperoleh dalam bentuk acak, dalam arti setiap pengumuman yang

    ada di pasar adalah bebas atau tidak terpengaruh dari pengumuman yang lain.

    4. Investor bereaksi dengan cepat dan sepenuhnya terhadap informasi baru yang

    masuk di pasar, yang menyebabkan harga saham segera melakukan

    penyesuaian.

  • 12

    Menurut Fama (1970), pasar dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yang

    dikenal dengan istilah hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis). Ketiga

    bentuk pasar yang efisien tersebut adalah sebagai berikut.

    1. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah (Weak Form)

    Hipotesis ini mengasumsikan bahwa harga saham mencerminkan semua

    informasi yang terkandung dalam sejarah masa lalu harga sekuritas yang

    bersangkutan. Informasi masa lalu, misalnya harga dan voluma perdagangan,

    akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang, sehingga informasi

    tersebut tidak dapat digunakan lagi untuk memprediksi perubahan harga di

    masa mendatang. Hal ini menyebabkan investor tidak akan bisa memprediksi

    nilai pasar saham di masa datang dengan menggunakan data historis, seperti

    yang dilakukan investor saat melakukan analisis teknikal.

    2. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Semi Kuat (Semi Strong Form)

    Hipotesis ini mengasumsikan bahwa harga-harga sekuritas secara penuh

    mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, baik informasi umum

    yang tersedia di publik dan informasi di dalam laporan keuangan perusahaan,

    misalnya pengumuman laba, pembagian dividen, pengembangan produk baru,

    regulasi terbaru, dan juga peraturan akuntansi. Fama (1991) menyebut

    hipotesis pasar efisien bentuk semi kuat sebagai studi peristiwa karena harga

    mencerminkan semua informasi publik yang relevan. Hal ini menyebabkan

    investor tidak akan mungkin memperoleh abnormal return dengan

    menggunakan strategi yang dibuat berdasarkan informasi yang tersedia di

    publik.

  • 13

    3. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Kuat (Strong Form)

    Hipotesis ini mengasumsikan bahwa harga-harga sekuritas secara penuh

    mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang tidak

    dipublikasikan. Pasar efisien bentuk kuat ini merupakan bentuk pasar efisien

    yang paling ketat karena tidak seorangpun baik investor individu maupun

    institusi dapat memperoleh abnormal return dengan menggunakan informasi

    yang tersedia di publik dalam konteks kelebihan informasi, termasuk di

    dalamnya informasi yang hanya dapat diakses oleh orang-orang tertentu,

    misalnya manajemen perusahaan, dewan direksi, dan kreditor.

    Berbeda dengan Fama (1970), Jogiyanto (2013) menyebutkan bahwa pasar

    efisien terdiri dari tiga jenis, yaitu pasar efisien secara informasi (informationally

    efficient market) yang dikembangkan oleh Fama (1970), pasar efisien secara

    operasional (operationally efficient market), dan pasar efisien secara keputusan

    (decisionally efficient market). Pasar efisien secara informasi terkait dengan pasar

    yang bereaksi terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang

    baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia. Hal terpenting

    dalam pengukuran pasar efisien secara informasi adalah hubungan antara

    informasi dan harga sekuritas itu sendiri. Efisiensi pasar secara operasional

    (operationally efficient market) akan terjadi jika operasi pasar dilakukan dengan

    cepat dan tidak mengeluarkan biaya yang mahal. Jenis pasar efisien secara

    operasional juga menunjukkan kemampuan pasar yang beroperasi secara likuid

    (Jogiyanto, 2013).

    Ketersediaan informasi tidak cukup untuk membuat pasar efisien (Jogiyanto,

    2013). Pasar yang efisien membutuhkan variabel lain, yakni kecanggihan pasar.

  • 14

    Ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar dalam mengambil

    keputusan dari informasi yang tersedia akan menciptakan efisiensi pasar. Hal ini

    disebut dengan efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market).

    Pasar efisien secara informasi belum tentu efisien secara keputusan karena tidak

    semua informasi yang beredar di pasar tergambar secara penuh pada harga

    keseimbangan yang terbentuk sehingga diperlukan analisis yang lebih mendalam.

    Penelitian ini melakukan uji pada reksa dana sebagai bentuk pengujian pasar

    efisien bentuk kuat. Pengujian pasar efisien bentuk kuat merupakan pengujian

    informasi yang tidak dipublikasikan. Permasalahannya adalah informasi yang

    tidak dipublikasikan (privat) ini merupakan informasi yang tidak dapat

    diobservasi secara langsung sehingga harus menggunakan proksi. Hanya ada dua

    proksi yang dapat digunakan untuk mengetahui hal ini, yaitu return corporate

    insider dan return reksa dana. Dua proksi ini dianggap memiliki informasi yang

    tidak dipublikasikan di dalam perdagangan sekuritas (Jogiyanto, 2013)

    2.2 Investasi

    2.2.1 Definisi Investasi

    Menurut Tandelilin (2010), investasi adalah komitmen untuk menanamkan

    sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa

    mendatang. Investasi merupakan komitmen mengorbankan konsumsi sekarang

    (sacrifice current consumptions) untuk memperbesar konsumsi di masa

    mendatang. Menurut Jogiyanto (2013), investasi didefinisikan sebagai penundaan

    konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aset produktif selama perioda waktu

    tertentu.

  • 15

    Investasi juga dapat diartikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk

    dimasukkan ke dalam aset produktif selama perioda waktu tertentu (Jogiyanto,

    2013). Sedangkan menurut Alexander & Sharpe (1997), investasi adalah

    pengorbanan nilai tertentu yang berlaku saat ini untuk mendapatkan nilai di masa

    datang yang belum dapat dipastikan besarnya.

    Berdasarkan definisi-definisi investasi di atas, dapat disimpulkan bahwa

    investasi merupakan suatu bentuk pengorbanan sejumlah kekayaan di masa

    sekarang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar di masa mendatang

    dengan tingkat risiko tertentu. Investasi terkait dengan tiga unsur utama, yaitu

    pengorbanan sesuatu pada saat sekarang yang bersifat pasti, ketidakpastian

    mengenai hasil, dan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.

    2.2.2 Tujuan Investasi

    Tandelilin (2010) memaparkan bahwa tujuan investasi dalam arti luas adalah

    untuk meningkatkan kesejahteraan investor sedangkan tujuan investasi dalam arti

    sempit adalah menghasilkan sejumlah uang. Sementara itu, Tandelilin (2010)

    mengungkapkan bahwa ada beberapa motif orang melakukan investasi, yaitu.

    1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.

    2. Mengurangi tekanan inflasi.

    3. Usaha untuk menghemat pajak.

    Pada umumnya, investor melakukan investasi dengan tujuan untuk

    mendapatkan keuntungan. Investasi juga dapat menghindarkan diri dari risiko

    penurunan nilai kekayaan akibat inflasi dan memperoleh penghematan pajak dari

    pemberian fasilitas pada investor yang berinvestasi pada bidang tertentu.

  • 16

    2.2.3 Jenis Investasi

    Tandelilin (2010) menyatakan bahwa investasi dapat dibagi menjadi dua jenis,

    yaitu sebagai berikut.

    1. Investasi pada sektor riil (Real asset)

    Investasi pada sektor riil merupakan investasi pada aset berwujud,

    misalnya tanah, perak, intan, barang seni, mesin, dan bangunan.

    2. Investasi pada sektor finansial (Financial asset)

    Investasi pada sektor finansial merupakan investasi pada produk pasar

    keuangan dan turunannya yang tidak terlihat secara fisik, misalnya pasar

    modal dan pasar uang. Sekuritas yang diperjualbelikan di pasar uang

    adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI), commercial paper, promissory

    notes, dan call money. Sedangkan sekuritas yang diperdagangkan di pasar

    modal, misalnya obligasi, saham, dan reksa dana.

    2.2.4 Tipe Investasi pada Sektor Finansial

    Menurut Jogiyanto (2013), investasi ke dalam sektor finansial dapat berupa

    dua hal, yaitu.

    1. Investasi langsung

    Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli langsung aset keuangan

    dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain.

    Investasi langsung dapat dilakukan di pasar uang, pasar modal, atau pasar

    turunan. Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aset

    keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan, yakni tabungan atau sertifikat

    deposito yang diperoleh melalui bank komersial.

  • 17

    2. Investasi tidak langsung

    Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan

    investasi yang memiliki portofolio aset-aset keuangan dari perusahan-

    perusahaan lain (Jogiyanto, 2013). Perusahaan investasi adalah perusahaan

    yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual saham ke publik dan

    menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam

    portofolionya.

    Skema mengenai investasi langsung dan tidak langsung dapat ditampilkan

    pada gambar berikut ini.

    Gambar 1. Skema Investasi

    Sumber: Jogiyanto, 2013

    2.2.5 Dasar Keputusan Investasi

    Menurut Tandelilin (2010), ada tiga hal penting yang harus diperhatikan

    sebagai dasar keputusan investasi, yaitu.

    1. Return

    Dalam konteks manajemen investasi, alasan utama seseorang berinvestasi

    adalah memperoleh keuntungan yang disebut dengan return. Tujuan utama

    investor berinvestasi adalah dengan memaksimalkan return.

    2. Risiko

    Risiko dalam suatu investasi adalah saat tingkat pengembalian (return)

    yang diperoleh tidak sesuai dengan return yang diharapkan. Umumnya,

  • 18

    semakin besar risiko, maka semakin besar pula return yang diharapkan

    akan didapat.

    3. Hubungan risiko dengan return yang diharapkan

    Hubungan antara risiko dengan return yang diharapkan adalah hubungan

    yang linier dan searah. Artinya, semakin tinggi risiko suatu aset, maka

    semakin tinggi pula tingkat return yang diharapkan dari aset tersebut

    (Tandelilin, 2010).

    Gambar 2. Hubungan Risiko dan Return

    Sumber: Tandelilin, 2010

    Gambar di atas menunjukkan besarnya tingkat return yang diharapkan dari

    masing-masing jenis aset, dengan masing-masing risiko yang akan ditanggung

    investor. Terlihat bahwa obligasi pemerintah mempunyai risiko yang cenderung

    rendah dan tingkat return yang diharapkan juga tidak terlalu tinggi. Sementara itu,

    kontrak berjangka memiliki risiko yang tergolong tinggi dengan tingkat return

    harapan yang tinggi juga.

  • 19

    2.3 Tingkat Pengembalian (Return) dan Risiko (Risk)

    2.3.1 Tingkat Pengembalian (Return)

    Return adalah tingkat keuntungan investasi tertentu sebagai imbalan atas

    sejumlah dana yang telah diinvestasikan (Tandelilin, 2010). Return ini terdiri atas

    dua jenis, yaitu return aktual (actual return) dan return harapan (expected return).

    Return aktual adalah tingkat return yang telah diperoleh investor, sedangkan

    return harapan adalah tingkat return yang diantisipasi investor di masa mendatang

    (Tandelilin, 2010).

    Tandelilin (2010) menambahkan bahwa perbedaan antara return harapan

    dengan return aktual merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam

    investasi. Di tempat investor berinvestasi, saham bisa jadi mengalami peningkatan

    nilai sehingga investor tersebut dapat dikatakan memperoleh capital gain atau

    bisa sebaliknya yang disebut capital loss. Tandelilin (2010) membagi komponen

    return menjadi dua, yaitu.

    1. Yield

    Yield adalah komponen return yang mencerminkan aliran kas atau

    pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Sebagai

    contoh, jika investor berinvestasi pada saham, maka besarnya yield

    ditunjukkan dari besarnya dividen yang diperoleh. Jika investor

    berinvestasi pada obligasi, maka besarnya yield ditunjukkan dari bunga

    obligasi yang dibayarkan.

    2. Capital gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang

    diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) di atas harga beli (harga

    jual) yang terjadi di pasar sekunder.

  • 20

    Dari kedua komponen return tersebut, perhitungan total return adalah sebagai

    berikut (Tandelilin, 2010).

    ( ) ...........(1)

    ................................................(2)

    ( ) ( )

    .....................................(3)

    Keterangan:

    Dt : dividen selama tahun t

    Pt : harga saham per lembar pada akhir tahun t

    Pt-1 : harga saham per lembar pada awal tahun t

    Sehingga rate of return saham adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2010).

    .......(4)

    Dalam perhitungan estimasi return sekuritas sebagai aset tunggal, investor

    juga harus memperhitungkan setiap probabilitas kejadiannya. Estimasi return

    suatu sekuritas dilakukan dengan cara menghitung return harapan (expected

    return) atas sekuritas tersebut. Rumus yang digunakan untuk menghitung return

    harapan (expected return) dari suatu sekuritas adalah sebagai berikut (Tandelilin,

    2010).

    ( ) ...................................................(5)

    Keterangan:

    E(R) : return harapan dari suatu sekuritas

    : return ke i yang mungkin terjadi : probabilitas kejadian return ke i n : banyaknya return yang mungkin terjadi

    Return harapan (expected return) dari suatu portofolio dapat diestimasi

    dengan menghitung rata-rata return harapan dari setiap aset individual yang ada

    dalam portofolio. Rumus yang digunakan untuk menghitung return harapan

    (expected return) dari portofolio adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2010).

  • 21

    ( ) ( ) ............................................(6)

    Keterangan:

    E(Rp) :return harapan dari portofolio

    Wi : bobot portofolio sekuritas ke-i

    Wi : jumlah total bobot portofolio (=1.0) E(R)i : harapan dari sekuritas ke-i

    n : jumlah sekuritas yang ada dalam portofolio

    2.3.2 Risiko (Risk)

    Menurut Tandelilin (2010), risiko investasi adalah kemungkinan terjadinya

    perbedaan antara return aktual dengan return yang diharapkan. Dalam konteks

    manajemen investasi, risiko merupakan besarnya penyimpangan antara return

    yang diharapkan (expected return) dengan return yang dicapai secara nyata

    (actual return). Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar pula

    tingkat risikonya.

    Risiko sering diasosiasikan dengan variabilitas atau dispersi. Jika return suatu

    aset tidak mempunyai variabilitas, maka aset tersebut dikatakan tidak memiliki

    risiko. Pengukuran variabilitas return yang paling umum digunakan adalah

    varians (variance) dan deviasi standar (standard deviation). Keduanya mengukur

    seberapa jauh return aktual berbeda dengan rata-rata return. Varian ( ) dihitung

    dengan rumus sebagai berikut (Tandelilin, 2010).

    ( )

    .....................................................(7)

    Keterangan:

    Rjt : return aktual

    Rj : rata-rata return

    n : jumlah tahun

    Risiko portofolio tidak bisa dihitung hanya dengan menjumlahkan risiko

    masing-masing sekuritas yang ada dalam portofolio. Ada perbedaan penghitungan

  • 22

    untuk portofolio yang terdiri atas dua atau lebih dari dua sekuritas. Perhitungan

    risiko portofolio untuk kasus 2 sekuritas adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2010).

    ( )( )( ) .(8)

    Keterangan:

    : deviasi standar portofolio WA : bobot portofolio pada aset A : koefisien korelasi aset A dan B

    Rumus yang digunakan untuk menghitung deviasi standar dua sekuritas dapat

    digunakan pula untuk menghitung risiko portofolio yang terdiri atas n sekuritas.

    Perhitungan risiko portofolio untuk kasus n-sekuritas adalah sebagai berikut

    (Tandelilin, 2010).

    .................................(9)

    Keterangan:

    2p : varians return portofolio 2i : varians return sekuritas i ij : kovarians antara return sekuritas i dan j wi : bobot atau porsi dana yang diinvestasikan pada sekuritas i

    2.3.2.1 Jenis-Jenis Risiko

    Tandelilin (2010) membagi risiko menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.

    1. Risiko sistematis (Systematic risk)

    Risiko sistematis atau yang dikenal dengan risiko pasar/ risiko umum

    (general risk) berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara

    keseluruhan. Risiko sistematis disebabkan oleh faktor-faktor

    makroekonomi yang memengaruhi sekuritas atau saham sehingga tidak

    dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Sebagai contoh, perubahan tingkat

    suku bunga, kurs valas, dan kebijakan pemerintah.

  • 23

    2. Risiko tidak sistematis (Unsystematic risk)

    Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan

    melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya terdapat pada perusahan

    tertentu. Setiap saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda-beda

    dalam menanggapi perubahan pasar. Misalnya struktur aset, tingkat

    likuiditas, struktur modal, dan tingkat keuntungan.

    2.3.2.2 Preferensi Investor terhadap Risiko

    Apabila risiko suatu investasi dikaitkan dengan preferensi investor, maka

    investor dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu (Halim, 2005).

    1. Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker)

    Investor yang suka terhadap risiko merupakan investor yang akan memilih

    investasi dengan risiko yang lebih besar jika dihadapkan pada dua atau

    lebih pilihan investasi yang memberikan return yang sama. Investor jenis

    ini cenderung bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan.

    2. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality)

    Investor yang netral terhadap risiko menilai sebuah investasi hanya dari

    imbal hasil yang diharapkannya. Investor jenis ini tidak menuntut imbalan

    atas risiko sehingga tingkat risiko dianggap tidak relevan.

    3. Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter)

    Investor yang tidak suka terhadap risiko merupakan investor yang akan

    memilih investasi dengan risiko yang lebih kecil jika dihadapkan pada dua

    atau lebih pilihan investasi dengan return yang sama. Umumnya, investor

    yang tidak suka terhadap risiko cenderung mempertimbangkan secara detil

    atas keputusan investasi.

  • 24

    2.4 Diversifikasi

    Unsur ketidakpastian dalam berinvestasi menjadikan seorang investor harus

    melakukan diversifikasi atas aset-aset sekuritas yang dimiliki sehingga bisa

    diperoleh return yang optimal dan risiko yang minimal. Diversifikasi adalah

    pembentukan portofolio melalui pemilihan kombinasi sejumlah aset sehingga

    risiko dapat diminimalkan (Tandelilin, 2010). Bentuk-bentuk diversifikasi yang

    dapat dilakukan oleh investor adalah sebagai berikut.

    2.4.1 Diversifikasi dengan Banyak Aset

    Semakin besar ukuran sampel, semakin dekat nilai rata-rata sampel dengan

    nilai ekspektasian dari populasi. Asumsi yang digunakan adalah bahwa tingkat

    hasil (rate of return) untuk masing-masing sekuritas secara statistik adalah

    independen, artinya rate of return tiap-tiap sekuritas tidak akan saling

    memengaruhi.

    2.4.2 Diversifikasi Random

    Diversifikasi secara random merupakan pembentukan portofolio dengan terus

    menerus, maka pada tingkat tertentu penurunan risiko marjinal akan semakin

    berkurang.

    2.4.3 Diversifikasi Markowitz

    Pada tahun 1959, model Henry Markowitz muncul dan selanjutnya dikenal

    dengan istilah diversifikasi Markowitz. Perumpamaan Markowitz yang sangat

    penting dalam diversifikasi portofolio adalah janganlah menaruh semua telur ke

    dalam satu keranjang. Perumpamaan ini mengindikasikan untuk tidak

    menginvestasikan semua dana yang dimiliki hanya pada satu aset. Hal ini

  • 25

    dikarenakan jika aset gagal memberikan pengembalian, maka semua dana yang

    diinvestasikan akan lenyap .

    Kontribusi penting dari ajaran Markowitz (1959) adalah hasil temuannya yang

    menunjukkan bahwa pengembalian aset berkorelasi antara satu dengan lainnya.

    Oleh karena itu, risiko portofolio tidak boleh dihitung dengan penjumlahan semua

    risiko aset yang ada dalam portofolio, tetapi juga harus mempertimbangkan efek

    keterkaitan antar pengembalian aset tersebut dalam pengestimasian portofolio.

    Kovarian adalah suatu ukuran absolut yang menunjukkan sejauh mana

    pengembalian dari dua efek dalam portofolio cenderung untuk bergerak secara

    bersama-sama. Koefisien korelasi adalah suatu ukuran statistik yang menunjukkan

    pergerakan bersamaan relatif antar dua variabel. Ukuran tersebut biasanya

    dilambangkan dengan dan berkorelasi antara +1.0 hingga -1.0. Jika adalah

    +1.0, berarti korelasi positif sempurna, jika adalah -1.0, berarti korelasi negatif

    sempurna, dan jika adalah 0, berarti tidak ada korelasi (Tandelilin, 2010).

    Ada beberapa hal yang berkaitan dengan penggunaan ukuran koefisien

    korelasi dalam konsep diversifikasi, yaitu sebagai berikut (Tandelilin, 2010).

    1. Penggabungan dua sekuritas yang berkorelasi positif sempurna (+1.0)

    tidak akan memberikan manfaat pengurangan risiko.

    2. Penggabungan dua sekuritas yang berkorelasi nol akan mengurangi risiko

    portofolio secara signifikan. Semakin banyak jumlah saham yang

    berkorelasi nol, maka semakin besar manfaat pengurangan risiko yang

    diperoleh.

    3. Penggabungan dua sekuritas yang berkorelasi negatif sempurna (-1.0) akan

    menghilangkan risiko kedua sekuritas tersebut.

  • 26

    4. Dalam dunia nyata, ketiga jenis korelasi sempurna tersebut (+1.0, -1.0, 0)

    sangat jarang terjadi. Sekuritas biasanya akan memunyai korelasi positif

    terhadap sekuritas lainnya, meskipun tidak sempurna (+1.0). Oleh karena

    itu, investor tidak akan bisa menghilangkan sama sekali risiko

    portofolionya. Hal yang bisa dilakukan adalah mengurangi risiko

    portofolio.

    2.5 Jenis Portofolio

    Tandelilin (2010) membedakan portofolio menjadi dua jenis, yaitu.

    1. Portofolio efisien

    Karakteristik portofolio efisien terlihat dari perilaku investor yang selalu

    ingin memaksimalkan return harapan dengan tingkat risiko tertentu yang

    bersedia ditanggungnya, atau mencari portofolio yang menawarkan risiko

    terendah dengan tingkat return tertentu.

    2. Portofolio optimal

    Portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari

    sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien.

    Portofolio yang dipilih investor adalah portofolio yang sesuai dengan

    preferensi investor bersangkutan terhadap return maupun terhadap risiko

    yang bersedia ditanggungnya.

  • 27

    2.6 Reksa Dana

    2.6.1 Definisi Reksa Dana

    Ditinjau dari sudut asal kata (etimologi), reksa dana berasal dari kata reksa

    dan dana. Reksa berarti jaga atau pelihara, sedangkan dana berarti uang. Secara

    sederhana, reksa dana berarti kumpulan uang yang dipelihara untuk suatu

    kepentingan (Darmadji & Fakhruddin, 2012). Menurut Rahardjo (2005), reksa

    dana secara umum adalah suatu kumpulan dana dari masyarakat, pihak pemodal

    atau pihak investor untuk kemudian dikelola oleh manajer investasi dan

    diinvestasikan pada berbagai jenis portofolio investasi efek atau produk keuangan

    lainnya.

    Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, pasal 1 ayat 27,

    reksa dana merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari

    masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh

    manajer investasi. Sedangkan menurut Yuliarti (2013), reksa dana terkait dengan

    tiga hal, yakni adanya kumpulan dana masyarakat, investasi bersama dalam

    portofolio efek yang telah terdiversifikasi, dan manajer investasi dipercaya

    sebagai pengelola dana.

    Berdasarkan definisi-definisi reksa dana di atas, dapat disimpulkan bahwa

    reksa dana merupakan sebuah sarana investor untuk orang yang berkeinginan

    untuk berinvestasi tetapi memiliki waktu yang terbatas. Keterbatasan ini

    menyebabkan investor tersebut mempercayakan manajer investasi untuk

    mengumpulkan dana dan mengelola portofolio saham yang telah terdiversifikasi.

  • 28

    2.6.2 Pihak yang Terkait Langsung dengan Pengelolaan Reksa Dana

    Menurut Pratomo & Nugraha (2009), ada dua pihak yang terlibat langsung

    dalam pengelolaan reksa dana, yaitu manajer investasi dan bank kustodian.

    2.6.2.1 Manajer Investasi

    Manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio

    efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk

    sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang

    melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku (Undang-undang Pasar Modal pasal 1 ayat 11).

    Menurut Bapepam (2004), kewajiban yang harus dilaksanakan oleh manajer

    investasi adalah sebagai berikut.

    1. Mengelola portofolio menurut kebijakan investasi yang dicantumkan dalam

    kontrak dan prospektus serta memenuhi kebijakan investasinya.

    2. Menyusun tata cara dan memastikan bahwa semua uang para calon

    pemegang unit penyertaan disampaikan kepada bank kustodian selambat-

    lambatnya pada akhir hari kerja berikutnya.

    3. Melakukan pembelian kembali (pelunasan) unit penyertaan.

    4. Memelihara semua catatan penting yang berkaitan dengan laporan keuangan

    dan pengelolaan reksa dana yang ditetapkan oleh Bapepam

    Selain melaksanakan kewajiban, Bapepam juga menyatakan beberapa

    larangan yang dilarang dilakukan oleh manajer investasi, antara lain.

    1. Memiliki saham per unit penyertaan untuk kepentingan dan atas nama pihak

    lain.

  • 29

    2. Memungut komisi atau biaya dari reksa dana yang lebih tinggi dari

    perantara perdagangan efek yang tidak terealisasi, dalam hal manajer

    investasi atau afiliasinya bertindak sebagai pengantara perdagangan efek.

    3. Menerima imbalan dalam bentuk apapun, baik langsung maupun tidak

    langsung, yang dapat mempengaruhi manajer investasi yang bersangkutan

    atau pihak afiliasi untuk membeli atau menjual efek untuk reksa dana.

    Apabila melanggar diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun

    dan denda paling banyak Rp 1 Miliar.

    4. Membeli efek yang tidak melalui penawaran umum (IPO), kecuali untuk

    efek pasar uang.

    5. Membeli efek yang sedang ditawarkan dalam penawaran umum pada saat

    manajer investasi bertindak sebagai emisinya.

    2.6.2.2 Bank Kustodian

    Bank kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta

    lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga,

    dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening

    yang menjadi nasabahnya (Undang-Undang Pasar Modal pasal 1 ayat 8). Undang-

    undang Pasar Modal No 8 tahun 1995 menyatakan bahwa bank kustodian tidak

    boleh memiliki hubungan istimewa dengan manajer investasi.

    Menurut Bapepam (2004), beberapa kewajiban yang harus dilakukan oleh

    bank kustodian adalah sebagai berikut.

    1. Memberikan jasa penitipan kolektif dan kustodian sehubungan dengan

    kekayaan reksa dana.

    2. Menghitung nilai aset bersih reksa dana setiap hari bursa.

  • 30

    3. Membayar biaya-biaya yang berkaitan dengan reksa dana atas perintah

    manajer investasi.

    4. Menyimpan catatan terpisah yang menunjukkan semua perubahan dalam

    jumlah unit penyertaan, jumlah unit penyertaan yang dimiliki setiap

    pemegang unit penyertaan, dan identitas pemegang unit penyertaan.

    5. Memastikan bahwa unit penyertaan diterbitkan hanya atas penerimaan dana

    dari calon pemegang unit penyertaan.

    6. Menolak instruksi manajer investasi secara tertulis dengan tembusan kepada

    Bapepam apabila instruksi tersebut pada saat diterima oleh Bank Kustodian

    secara jelas melanggar peraturan perundang-undangan di bidang pasar

    modal dan atau kontrak investasi kolektif.

    2.6.3 Jenis-Jenis Reksa Dana

    Kegiatan investasi akan lebih baik jika mengetahui dan memahami jenis reksa

    dana yang sesuai dengan kebutuhan investasi yang dikehendaki. Reksa dana dapat

    dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain.

    1. Menurut bentuknya

    Menurut Sunariyah (2004), reksa dana dapat dapat dibagi atas dua bentuk

    berdasarkan bentuk hukumnya di Indonesia, yaitu.

    a. Reksa dana berbentuk Perseroan

    Reksa dana berbentuk perseroan menghimpun dana dan menjual saham,

    kemudian dana penjualan saham diinvestasikan pada berbagai jenis efek

    yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang. Reksa dana

    berbentuk perseroan dibagi menjadi dua jenis, yaitu reksa dana perseroan

  • 31

    tertutup dan reksa dana perseroan terbuka. Reksa dana perseroan memiliki

    ciri-ciri sebagai berikut.

    a) Bentuk hukumnya adalah perseroan terbatas (PT).

    b) Pengelolaan kekayaan reksa dana didasarkan pada kontrak antara

    direksi perusahaan dengan manajer investasi yang ditunjuk.

    c) Penyimpanan kekayaan reksa dana didasarkan pada kontrak antara

    manajer investasi dengan bank kustodian.

    b. Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK)

    Reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) merupakan kontrak

    antara manajer investasi dengan bank kustodian yang mengikat pemegang

    unit penyertaan yang disebut kontrak investasi kolektif. Manajer investasi

    berwenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif, sedangkan bank

    kustodian berwenang untuk penyimpanan kolektif. Reksa dana Kontrak

    Investasi Kolektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

    a) Bentuk hukumnya dalah Kontrak Investasi Kolektif (KIK).

    b) Pengelolaan reksa dana dilakukan manajer investasi berdasarkan

    kontrak yang telah disepakati.

    c) Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilakukan oleh bank

    kustodian berdasarkan kontrak.

    Adapun bentuk reksa dana persero berdasarkan sifatnya dibagi atas dua

    bentuk, yaitu.

    a. Reksa Dana Terbuka (open-end investment company)

    Reksa dana terbuka adalah reksa dana yang pemodalnya dapat bebas

    menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya sampai dengan

  • 32

    sejumlah yang dikeluarkan. Melalui bank kustodian, manajer investasi

    wajib membelinya sesuai dengan nilai aset bersih per unit pada saat

    tersebut. Harga unit penyertaan ditentukan oleh harga penutupan

    perdagangan pada hari tersebut.

    b Reksa Dana Tertutup (close-end investment company)

    Reksa dana tertutup adalah reksa dana yang dapat menawarkan saham-

    saham kepada masyarakat pemodal tetapi tidak dapat membeli kembali

    saham-saham tersebut. Jika seseorang ingin menjual sahamnya yang telah

    dibeli dari reksa dana, saham itu tidak dapat dijual kembali kepada

    manajer investasi, tetapi harus dijual melalui Bursa Efek tempat

    pendaftaran reksa dana tersebut. Umumnya, harga saham di reksa dana

    tertutup selalu lebih rendah dibandingkan dengan nilai aset bersihnya

    (NAB). Hal ini dikarenakan adanya biaya transaksi dan jumlah saham

    yang tidak pernah berubah kecuali adanya tindakan dari perusahaan. Di

    Indonesia, reksa dana jenis ini sudah tidak ada, karena satu-satunya reksa

    dana tertutup di Indonesia, yakni Reksa Dana BDNI telah ditutup.

    2. Menurut Jenisnya

    Menurut Bapepam (2014), Bapepam menyatakan bahwa reksa dana di

    Indonesia dibagi menjadi delapan jenis, yaitu.

    a. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)

    Reksa dana pasar uang adalah reksa dana yang melakukan investasi 100%

    di efek pasar uang. Efek pasar uang merupakan efek dari utang yang

    berjangka pendek. Reksa dana jenis ini memiliki risiko yang paling rendah

    dibandingkan dengan reksa dana jenis lain. Reksa dana pasar uang

  • 33

    mengutamakan perlindungan kapital, pemeliharaan modal, dan likuiditas

    yang tinggi sehingga risiko penurunan nilai investasinya sangat rendah.

    Instrumen yang digunakan dalam reksa dana pasar uang adalah SBI,

    deposito, obligasi, dan efek utang lainnya dengan jangka waktu kurang

    dari satu tahun.

    b. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)

    Reksa dana pendapatan tetap (RDPT) adalah reksa dana yang

    diinvestasikan sekurangkurangnya 80% dari portofolio yang dikelola ke

    dalam efek bersifat utang. Reksa dana jenis ini memiliki risiko menengah,

    karena risiko yang dimiliki reksa dana pendapatan tetap lebih besar

    dibandingkan dengan risiko reksa dana pasar uang. Reksa dana pendapatan

    tetap bertujuan untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil.

    Pembagian keuntungan dalam reksa dana pendapatan tetap berupa uang

    tunai, bunga, atau dividen yang dibayarkan secara teratur, misalnya

    bulanan, tiga bulanan, atau tahunan.

    c. Reksa Dana Saham (Equity Funds)

    Reksa dana saham merupakan reksa dana yang melakukan investasi

    sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelola dalam bentuk

    ekuitas (saham). Reksa dana saham bertujuan untuk membebaskan diri

    dari kerumitan investasi di saham, yaitu mengelola saham, memilih saham

    yang tepat, keterbatasan waktu untuk mengontrol saham, ingin mendapat

    dividen, dan ingin mendapatkan capital gain atas kenaikan saham. Risiko

    reksa dana jenis ini relatif tinggi dibandingkan reksa dana jenis lain.

    Risiko dapat terjadi saat terjadi capital loss (penurunan harga saham).

  • 34

    d. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds)

    Reksa dana campuran adalah reksa dana yang melakukan investasi pada

    efek ekuitas dan efek utang yang alokasinya tidak termasuk dalam reksa

    dana pasar uang dan reksa dana saham. Reksa dana campuran merupakan

    alternatif pilihan bagi investor yang menginginkan investasi yang terdiri

    atas efek ekuitas dan utang. Return dan risiko reksa dana campuran lebih

    rendah dibandingkan dengan reksa dana saham.

    Manajer investasi bebas memilih komposisi investasi reksa dana

    campuran dengan syarat proporsi efeknya tidak termasuk dalam kategori

    reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana saham.

    Oleh sebab itu, keberhasilan reksa dana campuran tergantung dari

    kemampuan manajer investasi melakukan market timing dalam

    menentukan portofolionya.

    e. Reksa Dana Terproteksi (Protected Fund)

    Reksa dana terproteksi adalah reksa dana memberikan potensi return

    tertentu dan memberikan proteksi investasi pada saat jatuh tempo melalui

    mekanisma investasi dalam reksa dana tersebut. Dalam rangka pemberian

    proteksi investasi awal, manajer investasi akan menginvestasikan sebagian

    dana yang dikelola pada efek bersifat utang yang masuk ke dalam kategori

    layak investasi (investment grade), sehingga nilai efek bersifat utang pada

    jatuh tempo akan menutupi jumlah nilai yang diproteksi. Walaupun reksa

    dana ini terkesan terlindungi, manajer investasi yang menginvestasikan

    dananya pada obligasi yang gagal bayar akan dapat menghilangkan dana

  • 35

    seluruhnya, karena perjanjian menyatakan reksa dana yang diinvestasikan

    tidak boleh diambil sebelum jangka waktunya.

    f. Reksa Dana Indeks

    Reksa dana indeks adalah reksa dana yang berkaitan dengan saham. Indeks

    adalah gambaran kondisi pasar saham di sebuah bursa. Sebuah reksa dana

    harus memenuhi beberapa syarat agar dapat disebut sebagai reksa dana

    indeks. Reksa dana indeks harus menginvestasikan dananya minimal 80%

    dari keseluruhan saham pada suatu efek yang terdaftar dalam indeks.

    Berbeda dengan reksa dana saham, reksa dana indeks tidak melakukan jual

    beli melalui agen penjual tetapi melalui bursa saham, sehingga manajer

    investasi akan membeli dan menjual saham berdasarkan perkembangan

    harga saham di bursa efek.

    g. Reksa Dana Syariah

    Reksa dana syariah adalah reksa dana yang pengelolaan dan kebijakan

    investasinya mengacu pada syariah Islam. Dana yang diperoleh dari

    investor dikelola oleh manajer investasi untuk ditanamkan dalam

    portofolio syariah serta menggunakan prinsip-prinsip syariah dalam

    kegiatan investasinya. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam bursa

    efek yang sesuai dengan syariah Islam ditentukan oleh Dewan Syariah

    Nasional (DSN) dibawah Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan tercatat

    pada Jakarta Islamic Index (JII) maupun dalam Daftar Efek Syariah (DES).

    h. Reksa Dana Exchange Traded Fund (ETF)

    ETF adalah reksa dana terbuka yang terdaftar dan dapat diperjualbelikan

    setiap hari di lantai bursa, karena itu diperlukan dealer pasar sebagai

  • 36

    market maker guna menjamin likuiditas reksa dana ETF di pasar.

    Umumnya, dealer partisipan ETF adalah sekuritas yang memberikan suatu

    kepastian kepada publik bahwa ETF yang diperjualbelikan akan selalu

    likuid dan aliran pembelian maupun penjualan unit penyertaan reksa dana

    ETF akan dijamin.

    Berdasarkan tujuan investasinya, reksa dana terdiri atas beberapa jenis, yaitu.

    1. Growth Fund

    Reksa dana dengan tujuan growth fund merupakan reksa dana dengan

    tujuan untuk mengejar pertumbuhan nilai dana. Reksa dana ini biasanya

    berupa saham dalam pengalokasian dananya.

    2. Income Fund

    Reksa dana dengan tujuan income fund merupakan reksa dana dengan

    tujuan mendapatkan pendapatan yang konstan. Untuk mencapai tujuan ini,

    reksa dana mengalokasikan dananya pada surat utang atau obligasi.

    3. Safety Fund

    Reksa dana dengan tujuan safety fund ini bertujuan mengutamakan

    keamanan daripada pertumbuhan. Alokasi dana biasanya diperuntukkan

    untuk pengelolaan instrumen di pasar uang, misalnya sertifikat deposito,

    deposito berjangka, dan surat jangka pendek.

    2.6.4 Mekanisma Kerja Reksa Dana

    Pengelolaan reksa dana dilakukan oleh dua pihak yaitu manajer investasi dan

    bank kustodian (Pratomo & Nugraha, 2009). Bank kustodian memiliki wewenang

    dan tanggung jawab dalam hal menyimpan, menjaga, dan mengadministrasikan

  • 37

    kekayaan, baik dalam pencatatan maupun penjualan kembali suatu reksa dana

    sesuai dengan kontrak yang telah ditetapkan bersama manajer investasi.

    Undang-undang Pasar Modal menyebutkan bahwa manajer investasi tidak

    boleh memegang langsung kekayaan reksa dana. Kekayaan reksa dana tersebut

    wajib disimpan pada bank kustodian yang tidak memiliki afiliasi dengan manajer

    investasi untuk menghindari adanya benturan kepentingan (conflict of interest)

    dalam pengelolaan kekayaan tersebut. Manajer investasi sebagai pengelola reksa

    dana dilakukan oleh perusahaan yang telah mendapatkan izin dari Bapepam.

    Menurut Pratomo & Nugraha (2009), mekanisma kerja yang terjadi dalam

    reksa dana tidak hanya melibatkan manajer investasi dan bank kustodian, tetapi

    juga melibatkan perantara di pasar modal dan pasar uang dan pengawasan yang

    dilakukan BAPEPAM & LK. Berikut ini disajikan gambar mekanisma kerja reksa

    dana.

    Gambar 3. Mekanisma Kerja Reksa Dana

    Sumber: Pratomo & Nugraha, 2009

    Keterangan:

    1. Permohonan pembelian (investasi) atau penjualan kembali (pencairan) unit penyertaan.

    2. Penyetoran dana pembelian unit penyertaan atau pembayaran hasil penjualan kembali.

    3. Perintah transaksi investasi. 4. Eksekusi transaksi investasi 5. Konfirmasi transaksi.

  • 38

    6. Perintah penyelesaian transaksi. 7. Penyelesaian transaksi dan penyimpanan harta. 8. Informasi nilai aset bersih per unit secara harian melalui media massa. 9. Laporan evaluasi harian dan bulanan. 10. Laporan bulanan kepada Bapepam & LK.

    2.6.5 Keuntungan Reksa Dana

    Menurut Raharjo (2004), manfaat-manfaat yang dapat diperoleh pemodal

    pada saat menanamkan modalnya dalam bentuk reksa dana, antara lain.

    1. Efisiensi waktu

    Reksa dana dikelola oleh manajer investasi yang berpengalaman di pasar

    modal sehingga pemodal tidak perlu repot memantau kinerja investasi.

    Latar belakang dan pengalaman pendidikan manajer investasi yang

    kompeten akan mendukung pola kerja untuk memberikan hasil investasi

    yang maksimal dan aman. Hal ini dapat dilakukan melalui analisis yang

    mendalam atas pemilihan aset yang sesuai, keadaan pasar, dan pemilihan

    strategi investasi.

    2. Praktis dan fleksibel

    Pemodal cukup menyetorkan dana dan mengalihkan tugasnya kepada

    manajer investasi. Pemodal tidak cukup pengetahuan mengenai saham-

    saham yang baik untuk dibeli sehingga cukup melakukan monitor hasil

    investasi melalui nilai aset bersih per unit penyertaan yang diterbitkan

    setiap hari.

    3. Portofolio sudah terdiversifikasi

    Apabila satu jenis investasi yang dibeli mengalami kerugian, ada

    kemungkinan jenis investasi lainnya tidak rugi atau bahkan mendapatkan

  • 39

    keuntungan. Konsep diversifikasi ini yang akan memberikan keamanan

    bagi pemodal.

    4. Investasi yang terjangkau

    Pemodal dengan dana terbatas dimungkinkan untuk berinvestasi di reksa

    dana. Pemodal cukup menyesuaikan dengan nilai setiap unit penyertaan

    reksa dana yang akan dibeli. Besarnya nilai pembelian, ada juga unit

    penyertaan reksa dana yang nilai harganya mulai dari Rp250.000

    5. Risiko yang lebih kecil

    Pemodal yang memiliki dana terbatas dapat mempunyai portofolio

    obligasi. Dengan ikut reksa dana, dana akan terkumpul dalam jumlah yang

    besar sehingga memudahkan diversifikasi. Pemodal dapat melakukan

    diversifikasi dalam efek, yaitu pasar uang dan pasar modal sehingga

    memperkecil risiko kerugian.

    6. Likuiditas terjaga

    Salah satu alasan investor membeli reksa dana adalah untuk mendapatkan

    jaminan likuiditas yang cukup bagi pengelolaan investasinya. Investasi

    pemodal dapat dicairkan pada setiap hari bursa. Hal ini mempermudah

    menjaga likuiditas keuangan dengan lebih leluasa.

    7. Transparan

    Dengan adanya informasi yang lengkap dan detail, investor akan dengan

    mudah memantau kinerja dari pengelolaan dana secara maksimal. Manajer

    investasi wajib memberitahukan risiko dan biaya investasi. Selain itu,

    manajer investasi harus memublikasikan dana pemodal yang

    diinvestasikan menjadi aset apa saja.

  • 40

    2.6.6 Risiko Reksa Dana

    Selain menghasilkan keuntungan, reksa dana juga memiliki risiko yang harus

    dipertimbangkan. Setiap jenis reksa dana selalu mengandung risiko investasi

    walaupun besarnya berbeda-beda. Semakin tinggi return yang diharapkan maka

    semakin tinggi pula risikonya. Berdasarkan sumber yang diperoleh dari www.

    danareksaonline.com, risiko reksa dana terdiri atas.

    1. Berkurangnya jumlah unit penyertaan

    Berkurangnya jumlah unit penyertaan terjadi karena adanya fluktuasi dari

    harga efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) pada reksa dana

    tersebut. Khusus reksa dana saham, fluktuasi harga terjadi sesuai dengan

    mekanisma pasar di bursa efek. Harga efek utang berbanding terbalik

    dengan tingkat bunganya, sedangkan fluktuasi instrumen pasar uang

    berpatokan pada tingkat suku bunga. Kondisi non-finansial juga dapat

    menyebabkan naik atau turunnya unit penyertaan, yaitu kebijakan politik

    dan hukum yang berkaitan dengan usaha.

    2. Risiko kredit

    Risiko kredit adalah risiko yang terjadi karena penerbit utang tidak mampu

    untuk memenuhi kewajiban dalam membayar utangnya, atau yang disebut

    dengan wanprestasi. Dalam kata lain, perusahaan membayar lebih rendah

    dari nilai pertanggungan atau tidak segera membayar ganti rugi.

    3. Risiko likuiditas

    Risiko likuiditas adalah risiko yang terjadi saat manajer investasi kesulitan

    menyediakan uang karena ada tindakan penjualan kembali reksa dana yang

  • 41

    dipegang. Akan tetapi, hal ini diminimalisir Bapepam dengan peraturan

    maksimal 7 hari dari transaksi untuk melunasi transaksi redemption.

    2.6.7 Nilai Aset Bersih (NAB)

    Nilai Aset Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV) merupakan sebuah

    tolok ukur dalam memantau hasil kinerja portofolio investasi reksa dana. Nilai

    aset bersih dapat diketahui secara umum karena dipublikasikan di website atau

    surat kabar setiap hari kerja. Menurut Husnan (2009), rumus untuk menghitung

    NAB reksa dana adalah sebagai berikut.

    ..............................................(10)

    Keterangan:

    NAB : nilai aset bersih

    NABn-1 : nilai aset bersih pada hari sebelumnya

    NCIN : Net Change in NAV

    Berdasarkan informasi yang transparan kepada masyarakat umum, setiap

    orang dapat menghitung tingkat pengembalian reksa dana selama satu perioda

    pengamatan. Tingkat pengembalian reksa dana didapat dengan menjumlahkan

    pendapatan dari perubahan nilai aset bersih ditambah dengan pendapatan bunga

    atau dividen tunai dan ditambah dengan penghasilan dari capital gain yang

    kemudian dibagi dengan total aset bersih pada awal perioda.

    2.6.8 Kinerja Pasar (Benchmark)

    Penentuan tolok ukur kinerja reksa dana didasarkan pada aset alokasi

    investasi yang direncanakan. Pada reksa dana di Indonesia, manajer investasi

    dapat menentukan tolok ukur kinerja pasar yang dikemukakan di dalam

    prospektus sebagai pedoman investor untuk menilai kinerja manajer investasi.

    Untuk dapat membandingkan kinerja satu reksa dana dengan reksa dana yang lain,

    dibutuhkan suatu tolok ukur yang dianggap mewakili satu kelompok reksa dana.

  • 42

    Menurut Mahdi & Meijerink (1997), pembanding reksa dana di pasar modal

    Indonesia adalah sebagai berikut.

    Tabel 3

    Benchmark Reksa Dana

    No Jenis Reksa Dana Pembanding

    1 Pasar Uang Rata-rata bunga deposito tiga bank pemerintah

    dan tiga bank swasta untuk periods tiga bulan

    setelah pajak

    2 Pendapatan Tetap Rata-rata bunga deposito tiga bank pemerintah

    dan tiga bank swasta perioda 12 bulan

    3 Saham Indeks Harga Saham Gabungan

    4 Campuran Menggunakan tiga pembanding sebelumnya

    (IHSG, deposito 12 bulan, dan deposito 3 bulan)

    dengan bobot rata-rata sebesar masing-masing

    satu pertiga

    Sumber: Mahdi & Meijerink, 1997

    Kinerja pasar digunakan sebagai tolok ukur kinerja reksa dana berdasarkan

    metoda pengukuran yang digunakan dimasukkan pada variabel kinerja pasar

    sebagai pembanding sesuai dengan jenis reksa dana. Kinerja reksa dana saham

    umumnya akan merefleksikan kinerja pasar saham secara keseluruhan. IHSG

    dikeluarkan BEI sudah banyak menjadi pembanding kinerja reksa dana oleh

    manajer investasi.

    2.7 Evaluasi Kinerja Portofolio

    Untuk melihat kinerja sebuah portofolio, kita tidak bisa hanya melihat tingkat

    return yang dihasilkan portofolio tersebut, tetapi kita juga harus memperhatikan

    faktor-faktor lain seperti tingkat risiko portofolio tersebut (Jogiyanto, 2013). Ada

    beberapa model pengukuran kinerja reksa dana yang umum digunakan yaitu

    seabagai berikut.

  • 43

    2.7.1 Indeks Sharpe

    Indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe pada tahun 1966 dan

    sering juga disebut dengan reward-to-variability ratio (Tandelilin, 2010). Indeks

    Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital

    market line) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko

    portofolio dengan standar deviasinya. Dengan demikian, indeks Sharpe akan bisa

    dipakai untuk mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko pada portofolio

    tersebut.

    Indeks Sharpe merupakan rasio kompensasi terhadap total risiko. Semakin

    tinggi indeks Sharpe suatu portofolio berdasarkan kinerjanya, maka semakin baik

    kinerja portofolio tersebut. Rp-Rf, yakni premi risiko portofolio merupakan

    kompensasi untuk memikul risiko sedangkan deviasi standar return portofolio

    adalah pengukur risikonya.

    2.7.2 Indeks Treynor

    Indeks Treynor merupakan kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack

    Treynor pada tahun 1965. Indeks ini sering disebut juga dengan reward-to-

    volatility ratio (Tandelilin, 2010). Sama dengan indeks Sharpe, kinerja portofolio

    pada indeks Treynor dilihat dengan cara menghubungkan tingkat return portofolio

    dengan besarnya risiko dari penggunaan garis pasar sekuritas (security market line)

    sebagai patok duga, dan bukan garis pasar modal seperti pada indeks Sharpe.

    Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah portofolio yang sudah

    terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan adalah risiko

    sistematis.

  • 44

    2.7.3 Indeks Jensen

    Indeks Jensen merupakan metoda pengukuran kinerja portofolio yang

    dikembangkan oleh Jensen pada tahun 1968. Menurut Tandelilin (2010), indeks

    Jensen merupakan indeks yang menunjukkan perbedaan antara tingkat return

    aktual yang diperoleh portofolio dengan tingkat return harapan jika portofolio

    tersebut berada di garis pasar sekuritas.

    Indeks Jensen menunjukkan kelebihan return di atas atau di bawah garis pasar

    sekuritas (security market line). Indeks Jensen dapat diinterpretasikan sebagai

    pengukur berapa banyak portofolio yang mengalahkan pasar. Indeks yang

    bernilai positif berarti portofolio memberikan return lebih besar daripada return

    harapannya (berada di atas garis pasar sekuritas) sehingga merupakan hal yang

    bagus karena portofolio memiliki return yang relatif tinggi untuk tingkat risiko

    sistematisnya.

    2.8 Perhitungan Beta

    Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return sekuritas atau return

    portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return

    sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return

    portofolio dengan return pasar. Dengan demikian, beta merupakan pengukur

    risiko sistematis dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap pasar.

    Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas

    atau portofolio dalam suatu perioda waktu tertentu (Jogiyanto, 2013).

  • 45

    2.8.1 Beta Pasar

    Beta dapat dihitung dengan menggunakan teknik regresi (Jogiyanto, 2013).

    Teknik regresi untuk mengestimasi beta suatu sekuritas dapat dilakukan dengan

    menggunakan return-return sekuritas sebagai variabel dependen dan return-return

    pasar sebagai variabel independen.

    2.8.2 Beta Akuntansi

    Beta akuntansi digunakan pertama di studi Brown & Ball pada tahun 1969

    (Jogiyanto, 2013) yang menggunakan persamaan regresi untuk mengestimasinya.

    Brown & Ball menggunakan perubahan laba akuntansi, bukan tingkat laba

    akuntansi untuk menghitung beta akuntansi. Persamaan regresi untuk

    mengestimasi beta akuntansi adalah sebagai berikut.

    ..................................(11)

    Keterangan:

    EI,t : perubahan laba akuntansi perusahaan ke-i untuk perioda ke-t Gi : intercept

    Hi : parameter regresi estimasi untuk beta akuntansi perusahaan ke-i

    EMt : perubahan indeks laba pasar untuk perioda ke-t Wi,t : kesalahan residual

    2.8.3 Beta Fundamental

    Beaver, Kettler, & Scholes (1970) mengembangkan penelitian beta akuntansi

    dengan menyajikan perhitungan beta menggunakan beberapa variabel

    fundamental. Variabel-variabel yang dipilih merupakan variabel-variabel yang

    dianggap berhubungan dengan risiko karena beta merupakan pengukur risiko.

    Variabel-variabel tersebut adalah dividend payout, asset growth, leverage,

    liquidity, asset size, earnings variability, dan accounting beta. Beta portofolio

  • 46

    dapat dihitung dengan cara rata-rata tertimbang dari masing-masing individual

    sekuritas yang membentuk portofolio.

    2.9 Hipotesis Penelitian

    Menurut Sugiyono (2012), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap

    rumusan masalah penelitian. Karena itu, rumusan masalah penelitian biasanya

    disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan karena jawaban yang diberikan baru

    didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

    yang diperoleh melalui pengumpulan data.

    Menurut Tandelilin (2010), indeks Sharpe dan indeks Treynor tidak akan

    memiliki kesamaan karena perbedaan penggunaan garis pasar sebagai dasar untuk

    membuat persamaan. Indeks Sharpe mendasarkan garis pasar modal sebagai dasar,

    sedangkan indeks Treynor mendasarkan garis pasar sekuritas sebagai acuannya.

    Selain itu, pengukuran risiko pada indeks Treynor tidak diukur dengan total risiko

    seperti pada indeks Sharpe melainkan hanya risiko sistematisnya.

    Laksmana (2012) meneliti konsistensi antara Indeks Sharpe, Treynor, Jensen,

    dan M2 pada portofolio saham di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uji Pearson

    Product Moment, tidak ada konsistensi penggunaan Indeks Sharpe dan Treynor.

    Hal ini dikarenakan perbedaan penggunaan garis pasar sebagai patok duga. Hal ini

    didukung dengan penelitian Irene (2013) yang menyatakan tidak ada konsistensi

    dalam mengukur kinerja dengan dua metoda ini. Tetapi penelitian Wiksuana &

    Purnawati (2008) menyatakan bahwa indeks Sharpe dan Treynor konsisten dalam

    mengukur kinerja portofolio saham perioda tiga bulan. Restikomah (2009)

    menyatakan bahwa dua indeks ini konsisten signifikan dalam mengukur

  • 47

    portofolio growth stocks di JII. Pendapat ini juga didukung oleh Natarajan &

    Dharani (2008) yang menyebutkan bahwa indeks Sharpe dan Treynor konsisten

    signifikan dalam pengukuran portofolio saham syariah dan bukan syariah di India.

    H1.1 : Terdapat konsistensi penggunaan Indeks Sharpe dengan

    Treynor dalam pengukuran kinerja reksa dana saham

    pada perioda Maret 2012Februari 2015.

    Menurut Tandelilin (2010), indeks Treynor dan indeks Jensen memiliki

    persamaan, yakni kedua indeks ukuran kinerja portofolio tersebut menggunakan

    garis pasar sekuritas sebagai dasar untuk membuat persamaan. Menurut Laksmana

    (2012), pengukuran kinerja portofolio saham di Bursa Efek Indonesia dengan

    menggunakan indeks Treynor dan Jensen menunjukkan konsistensi yang

    signifikan. Pernyataan tersebut mendukung penelitian Restikomah (2009),

    Wiksuana & Purnawati (2008), dan Natarajan & Dharani (2008). Pendapat ini

    ditolak oleh Irene (2013) yang menyatakan bahwa tidak terdapat konsistensi

    penggunaan indeks Treynor dan Jensen yang diujikan pada portofolio optimal

    hasil dari Single Index Model dari LQ45, JII, dan Kompas100.

    H1.2 : Terdapat konsistensi penggunaan indeks Treynor dengan

    Jensen dalam pengukuran kinerja reksa dana saham pada

    perioda Maret 2012Februari 2015.

    Menurut Tandelilin (2010), kedua indeks ini jelas berbeda karena penggunaan

    garis pasar yang berbeda. Indeks Sharpe menggunakan garis pasar modal

    sedangkan indeks Jensen menggunakan garis pasar sekuritas. Dalam penelitian

    Laksmana (2012), pengujian antara Sharpe dan Jensen menunjukkan tidak ada

    konsistensi yang signifikan. Sharpe menggunakan garis pasar modal sedangkan

    Jensen menggunakan garis pasar sekuritas sebagai patok duga. Pernyataan ini

    didukung oleh Irene (2013) yang menyatakan tidak ada konsistensi antara Sharpe

  • 48

    dan Jensen dalam mengukur kinerja portofolio saham, baik dari portofolio optimal

    dari LQ45, JII, atau Kompas100. Wiksuana & Purnawati (2008) menyatakan

    bahwa indeks Sharpe dan Jensen tidak konsisten dalam mengukur kinerja

    portofolio saham perioda tiga bulan. Hal ini dibantah oleh penelitian Restikomah

    (2009) dan Natarajan & Dharani (2008) yang menyebutkan bahwa penggunaan

    indeks Sharpe dan Jensen konsisten signifikan dalam pengukuran portofolio

    saham.

    H1.3 : Terdapat konsistensi penggunaan indeks Sharpe dengan

    Jensen dalam pengukuran kinerja reksa dana saham pada

    perioda Maret 2012Februari 2015.

    Uji beda antar tiga indeks bertujuan untuk menguji apakah setiap indeks

    menghasilkan pemeringkatan kinerja yang berbeda atau tidak berbeda secara

    signifikan. Penggunaan garis patok duga yang berbeda memungkinkan

    menghasilkan hasil pengujian yang berbeda signifikan. Pengukuran kinerja

    dengan ketiga indeks merupakan pelengkap satu sama lain karena memberikan

    informasi yang berbeda.

    Penelitian Suryawan (2003) menunjukkan bahwa pengukuran kinerja dengan

    Sharpe, Treynor, dan Jensen tidak ada perbedaan yang bermakna. Penelitian

    Natarajan & Dharani (2008) menunjukkan bahwa Sharpe, Treynor, dan Jensen

    juga menyatakan tidak adanya perbedaan secara signifikan. Pendapat ini didukung

    oleh Sulistyorini (2009) yang menguji perbedaan pengukuran kinerja portofolio

    menggunakan Sharpe, Treynor, dan Jensen tidak menunjukkan adanya perbedaan

    yang signifikan.

    Akan tetapi, penelitian Laksmana (2012) dengan Sharpe, Treynor, Jensen, dan

    M2 pada portofolio saham menunjukkan bahwa pengukuran kinerja berbeda

  • 49

    signifikan. Irene (2013) menyatakan bahwa Sharpe, Treynor, dan Jensen berbeda

    signifikan dalam mengukur kinerja portofolio. Hasil uji beda menunjukkan bahwa

    signifikansi perbedaan disebabkan oleh perbedaan dasar penghitungan.

    H2 : Terdapat perbedaan yang signfikan di antara indeks

    evaluasi kinerja reksa dana saham yang meliputi indeks

    Sharpe, Treynor, dan Jensen dalam mengukur kinerja reksa

    dana saham pada perioda Maret 2012Februari 2015.

    2.10 Penelitian Terdahulu

    Penelitian ini terdapat perbedaan dari penelitian terdahulu, yaitu pengukuran

    kinerja reksa dana saham dengan menggunakan indeks Sharpe, Treynor, dan

    Jensen pada perioda Februari 2012Maret 2015 yang dilakukan dengan

    mentransformasi nilai indeks menjadi z-score (standardized) dan mengujinya

    dengan uji Pearson Product Moment, uji Kruskal Wallis, dan Mean Rank.

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu

    penelitian ini melakukan pengujian konsistensi antar indeks dan uji beda pada alat

    pengukur evaluasi reksa dana saham, yakni indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen

    yang belum pernah peneliti temukan pada penelitian sebelumnya. Penelitian-

    penelitian sebelumnya hanya melakukan pengujian ini pada portofolio saham

    yang dibentuk sendiri melalui single index model, bukan pada portofolio saham

    yang telah dibentuk oleh manajer investasi. Selain itu, perbedaan penelitian ini

    adalah pengukuran kinerja reksa dana yang dibandingkan dengan acuan dalam

    bentuk peringkat. Secara ringkas, penelitian yang pernah dilakukan dengan

    melibatkan pengukuran kinerja dengan indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen dapat

    dilihat pada tabel berikut ini.

  • Tabel 4.

    Penelitian Terdahulu

    No. Nama Judul Metoda

    Pengukuran

    Metoda

    Analisis Hasil

    1 Barus

    (2013)

    Analisis Pengukuran

    Kinerja Reksa Dana

    dengan Metode Sharpe

    dan Metode Treynor

    (Studi pada Reksa Dana

    Saham Periode Tahun

    20112012)

    Sharpe dan

    Treynor

    Deskripsi

    peringkat

    Dengan menggunakan metoda Sharpe, lima reksa

    dana dianggap mempunyai kinerja baik. Dengan

    menggunakan metoda Treynor, sembilan reksa dana

    saham dianggap mempunyai kinerja baik. Lima dari

    sepuluh reksa dana saham tidak mengalami

    perubahan peringkat hasil penelitian dengan

    menggunakan Sharpe dan Treynor.

    2 Hendrawan

    (2013)

    Portfolio Performance

    Evaluation pada

    Reksadana Saham

    Sharpe,

    Treynor,

    Jensen, dan

    Appraisal

    Ratio

    Deskripsi

    Peringkat

    Berdasarkan hasil perbandingan kinerja reksadana

    dengan empat metoda, Reksadana Mandiri Investa

    Aktif menjadi reksa dana berkinerja terbaik dari

    tiga sampel.

    3 Irene (2013) Analisis Perbandingan

    Kinerja Portofolio pada

    Indeks Saham LQ45, JII,

    dan Kompas 100 di

    Bursa Efek Indonesia

    Sharpe,

    Treynor, dan

    Jensen

    Single Index

    Model, Pearson

    Product Moment,

    dan Kruskal

    Wallis dengan

    Standardized Z-

    Score

    Urutan kinerja portofolio terbaik adalah saham yang

    terdaftar di Kompas 100, kemudian LQ45, dan

    terakhir JII. Pengujian konsistensi dinyatakan tidak

    ada konsistensi antara Sharpe, Treynor, dan Jensen.

    Dalam uji beda, terdapat perbedaan antara tiga

    metoda dalam mengukur kinerja portofolio saham.

    (dilanjutkan.)

    50

  • No. Nama Judul Metoda

    Pengukuran

    Metoda

    Analisis Hasil

    4 Santosa &

    Sjam (2012)

    Penilaian Kinerja Produk

    Reksadana dengan

    Menggunakan Metode

    Perhitugan Jensen Alpha,

    Sharpe Ratio, Treynor

    Ratio, M2, dan

    Information Ratio

    Jensen,

    Sharpe,

    Treynor, M2,

    dan

    Information

    Ratio

    Deskripsi

    peringkat

    Dari sampel produk reksa dana dari PT NISP Asset

    Management, indeks Saham Progresif dianggap

    paling baik kinerjanya menurut lima metoda. Selain

    itu, penelitian juga mencari jenis reksa dana NISP

    yang memiliki return di atas pasar.

    5 Laksmana

    (2012)

    Konsistensi Risk

    Adjusted Performance

    sebagai Pengukur

    Kinerja Portofolio Saham

    di Bursa Efek Indonesia

    Sharpe,

    Treynor,

    Jensen, M2

    Single Index

    Model, Pearson

    Product Moment,

    dan Kruskal

    Wallis dengan

    transformasi Z-

    Score

    Keempat indeks tidak konsisten sebagai pengukur

    kinerja portofolio saham. Hasil uji beda

    menunjukkan keempat indeks berbeda secara

    signifikan.

    6 Noviastuty

    (2011)

    Evaluasi Kinerja

    Portofolio antara Saham

    Syariah dengan Saham

    Konvensional

    Sharpe,

    Treynor, dan

    Jensen

    Deskripsi

    peringkat, Single

    Index Model

    Berdasarkan penghitungan ketiga metoda,

    portofolio saham Kompas100 yang dibentuk dari

    Single Index Model berkinerja lebih baik

    dibandingkan dengan LQ45 dan JII

    7 Restikomah

    (2009)

    Analisis Perbandingan

    Konsistensi Risk-

    Adjusted Performance

    Portofolio Growth Stocks

    dan Value Stocks pada

    Saham JII Periode

    Januari 2005Desember 2007

    Sharpe,

    Treynor, dan

    Jensen

    Pearson Product

    Moment

    Risk-adjusted performance konsisten sebagai

    pengukur kinerja portofolio growth stocks akan

    tetapi tidak konsisten sebagai pengukur portofolio

    value stocks

    (lanjutan)

    (dilanjutkan.) 51

  • No. Nama Judul Metoda

    Pengukuran

    Metoda

    Analisis Hasil

    8 Susiana &

    Kaudin

    (2009)

    Evaluasi Kinerja Reksa

    Dana Saham di Indonesia

    Tahun 2006

    Sharpe,

    Treynor,

    Jensen, dan

    Henriksson

    dan Merton.

    Deskripsi

    peringkat

    Pengukuran dengan metoda berbeda akan

    memberikan hasil peringkat yang berbeda. Reksa

    dana yang secara konsisten baik pada berbagai alat

    ukur adalah reksa dana yang memberikan

    pengembalian risk-adjusted terbaik.

    9 Sulistyorini

    (2009)

    Analisis Kinerja

    Portofolio Saham dengan

    Metode Sharpe, Treynor,

    dan Jensen

    Sharpe,

    Treynor,

    Jensen

    Standardized Z-

    Score pada

    Kruskal Wallis

    dan Mean Rank

    Dengan uji Kruskal Wallis, diketahui bahwa tidak

    ada perbedaan yang signifikan antara Metoda

    Sharpe, Treynor, dan Jensen. Tidak ada perbedaan

    yang signifikan antara setiap metoda yang

    dilakukan. Dari segi konsistensi, Treynor adalah

    metoda yang paling

    menunjukkan konsistensi terhadap ketidakbedaan.

    Pengujian dengan transformasi nilai indeks menjadi

    Z-Score (standardized)

    10 Wiksuana

    &

    Purnawati

    (2008)

    Konsistensi Risk-

    Adjusted Performance

    sebagai Pengukur

    Kinerja Portofolio Saham

    di Pasar Modal Indonesia

    Sharpe,

    Treynor,

    Jensen

    Pearson Product

    Moment

    Correlation

    indeks Sharpe dan Treynor konsisten, indeks

    Treynor dan Jensen konsisten, tetapi indeks Sharpe

    dan Jensen tidak konsisten mengukur kinerja

    portofolio saham perioda tiga bulan. Treynor

    memiliki konsistensi yang paling baik untuk semua

    jenis portofolio.

    11 Suryawan

    (2003)

    Evaluasi Kinerja

    Portofolio Saham di BEJ

    (Studi Empiris Saham-

    Saham LQ45)

    Sharpe,

    Treynor, dan

    Jensen

    Kruskal Wallis

    dengan

    transformasi Z-

    Score, Mean Rank

    Pengukuran kinerja portofolio akan memiliki

    karakteristik angka yang berbeda sehingga

    diperlukan standarisasi. Pengukuran kinerja tidak

    menunjukkan adanya perbedaan signifikan, uji

    mean rank menunjukkan Treynor paling konsisten.

    Sumber: Data diolah, 2015

    (lanjutan)

    52

  • 53

    2.11 Rerangka Pikir

    Rerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah

    ini.

  • 54

    BAB III

    METODA PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif dengan pendekatan

    hypothesis testing. Arikunto (2006) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif

    merupakan penelitian yang dalam prosesnya menggunakan angka-angka mulai

    dari pengumpulan data, penafsiran data, serta penampilan hasilnya. Sekaran (2006)

    menyatakan bahwa pengujian hipotesis adalah suatu penelitian yang biasanya

    menjelaskan sifat hubungan tertentu atau menentukan perbedaan antar kelompok/

    kebebasan dua atau lebih faktor dalam satu situasi.

    3.2 Populasi dan Sampel

    Populasi menurut Sugiyarbini (2012) adalah wilayah generalisasi yang terdiri

    dari obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang

    diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

    Menurut Arikunto (2006), sampel adalah bagian dari populasi yang diambil

    sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Populasi dari penelitian

    ini adalah seluruh reksa dana saham yang terdaftar di Bapepam dan aktif selama

    perioda penelitian yaitu Maret 2012Februari 2015.

    Dari penjelasan di atas, tidak semua populasi dijadikan sampel dalam

    penelitian ini. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

    menggunakan metoda purposive sampling atau pemilihan sampel secara tidak

    acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu

  • 55

    yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Kriteria yang dijadikan

    sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1. Reksa dana bukan syariah yang aktif dan tercatat di Bapepam LK sejak

    tanggal 1 Maret 2012 sampai 28 Februari 2015.

    2. Reksa dana yang berdenominasi mata uang Rupiah.

    3. Reksa dana yang memiliki jumlah dana kelola atau nilai aset bersih (NAB)

    lebih dari Rp1.000.000.000.000 (satu triliun rupiah) per tanggal 28

    Februari 2015.

    4. Data mingguan nilai aset bersih reksa dana saham dapat diperoleh secara

    lengkap pada perioda Maret 2012Februari 2015.

    Penentuan kriteria sampel di atas didasarkan atas alasan-alasan tertentu.

    Penelitian ini tidak memasukkan reksa dana saham yang berjenis syariah karena

    menggunakan acuan yang berbeda yaitu Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

    dan Jakarta Islamic Index (JII). Peneliti juga memutuskan untuk tidak

    menggunakan reksa dana yang berdenominasi selain rupiah karena tidak

    menggunakan 100% IHSG sebagai acuan, tetapi juga memberikan sebagian porsi

    acuannya pada indeks di luar negeri. Selain itu, penentuan jumlah NAB digunakan

    untuk mengetahui kinerja reksa dana yang paling banyak diminati oleh

    masyarakat. Jika kriteria tersebut tetap digunakan akan menyebabkan bias dan

    hasil yang kurang valid sehingga tidak digunakan dalam penelitian.

    Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, maka tercatat 21 reksa dana saham yang

    layak dipergunakan sebagai sampel penelitian. Daftar sampel yang digunakan dalam

    penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  • 56

    Tabel 5.

    Sampel Penelitian

    No Nama Manajer Investasi Nama Reksa Dana

    1 Batavia Prosperindo Aset Manajemen Batavia Dana Saham

    2 Batavia Prosperindo Aset Manajemen Batavia Dana Saham Optimal

    3 BNP Paribas Investment Partners BNP Paribas Ekuitas

    4 BNP Paribas Investment Partners BNP Paribas Infrastruktur Plus

    5 BNP Paribas Investment Partners BNP Paribas Pesona

    6 BNP Paribas Investment Partners BNP Paribas Solaris

    7 Bahana TCW Investment Management Dana Ekuitas Andalan

    8 Danareksa Investment Management Danareksa Mawar Konsumer 10

    9 First State Investment Indonesia First State Indoequity Sectoral Fund

    10 Mandiri Manajemen Investasi Mandiri Saham Atraktif

    11 Manulife Asset Management Indonesia Manulife Dana Saham

    12 Manulife Asset Management Indonesi