stie-igi.ac.id · web viewargumentasi rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak...

37
BAB VIII Teori Pembangunan Ekonomi Semua negara pasti melakukan pembangunan nasional – merupakan proses sistematis dan multidimensi yang dilakukan oleh sebuah negara untuk meningkatkan kemampuan seluruh komponen negara untuk mampu meningkatkan taraf hidup warga negara dan kemandirian negara, – jadi pembangunan nasional lebih fokus kepada pembangunan ekonomi dengan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat secara keseluruhan, baik dari segi material dan non material. Pembangunan ekonomi sangat menentukan eksistensi suatu negara telah mendorong para ekonom untuk menciptakkan konsep tentang pembangunan ekonomi yang relevan dengan kondisi ekonomi, politik dan sosial serta budaya sebuah negara. Karena itu banyak konsep pembangunan ekonomi yng ditawarkan oleh para ekonom. Konsep pembangunan pada dasarnya memberikan pandangan untuk kesuksesan dan kegagalan pembangunan ekonomi, persaingan pembangunan ekonomi antar negara, dan perbandingan antar konsep pembangunan ekonomi. Teori Pembangunan Ekonomi Klasik: Empat pendekatan

Upload: others

Post on 13-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

BAB VIII

Teori Pembangunan Ekonomi

Semua negara pasti melakukan pembangunan nasional – merupakan proses sistematis dan

multidimensi yang dilakukan oleh sebuah negara untuk meningkatkan kemampuan seluruh

komponen negara untuk mampu meningkatkan taraf hidup warga negara dan kemandirian

negara, – jadi pembangunan nasional lebih fokus kepada pembangunan ekonomi dengan

tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat secara keseluruhan, baik dari segi material dan

non material.

Pembangunan ekonomi sangat menentukan eksistensi suatu negara telah mendorong

para ekonom untuk menciptakkan konsep tentang pembangunan ekonomi yang relevan

dengan kondisi ekonomi, politik dan sosial serta budaya sebuah negara. Karena itu banyak

konsep pembangunan ekonomi yng ditawarkan oleh para ekonom. Konsep pembangunan

pada dasarnya memberikan pandangan untuk kesuksesan dan kegagalan pembangunan

ekonomi, persaingan pembangunan ekonomi antar negara, dan perbandingan antar konsep

pembangunan ekonomi.

Teori Pembangunan Ekonomi Klasik: Empat pendekatan

Menurut Todaro dan Smith ( 2006 ), terdapat empat pendekatan yang dilakukaan oleh

teori pembangunan ekonomi klasik. Kedua pakar mengemukakan pendapatnya berdasarkan

bukti pada negara-negara yang sukses melaksanakan pembangunan ekonomi, seperti negara-

negara di Amerika Utara, Eropa, Jepang, Australia, Amerika Latin, Afrika, Pasifik Selatan

dan Asia. Sejak selesai PD II terdapat empat pendekatan teori klasik pembangunan ekonomi

yang saling bersaing untuk menjadi yang paling relevan untuk pembangunan ekonomi.

Keempat pendekatan dimaksuud adalah: (1) Model pertumbuhan tahapan linier ( liniar stages

of growth models ), (2) teori dan pola perubahan struktural ( theories and patterns of

structural change ), (3) Revolusi ketergantungan international (the international dependence

revolution), dan (4) kontrarevolusi pasar bebas neoklasik ( the neoclassical, free market

counter revolution ).

Page 2: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

Model PertumbuhanTahapan Linier

Teori pembangunan ekonomi ini merupakan turunan dari teori ekonomi klasik. Teori ini

berpendapat bahwa pembangunan ekonomi di sebuah negara yang berhasil ( pada negara-

negara maju ) harus melalui tahapan-tahapan. Juga teori ini berpendapat bahwa pembangunan

ekonomi hanya dapat berlangsung dan berkelanjutan, jika ekonomi dapat melakukan

akumulasi modal dan meningkatkan sumber daya manusia atau produktivitas.

Tahap pertumbuhan Rostow

Teori ini muncul di tengah-tengah perang dingin ( the cold war ) antara Blok Barat pimpinan

Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin Uni Sovyet, kedua blok berusaha

mendapatkan pengikut setia sebanyak mungkin dari negara-negara berkembang yang baru

merdeka. Pada kondisi perang dingin tersebut dengan disponsori negara Amerika Serikat,

ekonom W.W. Rostow memperkenalkan dan menyebarluaskan model pembangunan tahapan

pertumbuhan. Inti dari model pembangunan ekonomi Rostow adalah perubahan dari

keterbelakangan ekonomi menuju kemajuan ekonomi dapat dijelaskan di dalam suatu

urutan tahapan yang harus dilalui oleh semua ekonomi atau negara. Model Rostow juga

dapat diakui sebagai upaya melawan atau menentang konsep perkembangan masyarakat Karl

Marx yang berpendapat tahapan masyarakat di sebuah negara pada akhirnya akan menjadi

masyarakat sosialis. Model Karl Marx gagal dengan runtuhnya Uni Sovyet dan Tiongkok

menganut sistem politik dengan sistem komunis dan sistem ekonomi dengan sistem liberal.

Dasar pemikiran Rostow bertumpu pada kesuksesan pembangunan ekonomi pada

negara-negara maju secara otomatis dengan soko guru ekonomi pasar dan semakin kecil

peranan pemerintah di bidang ekonomi, dan semakin besar peranan masyarakat dalam hal ini

para pengusaha atau kapitalis. Pendekatan model ini, dapat dinyatakan sebagai pendekatan

pembangunan ekonomi kapitalis. Dan pembangunan menurut Rostow adalah modernisasi

berupa perubahan masyarakat dari masyarakat tradisional dengan lapangan usaha

pertanian ke arah ekonomi yang mempunyai fokus pada rasional, industri dan jasa dan

konsumsi massal.

Menurut Walt Whitman Rostow, tahapan masyarakat suatu negara adalah lima tahap

atau ( the Stages of Economic Growth ) dengan rincian sebagai berikut:

1. Tahap masyarakat tradisional (the traditional society), dengan karakteristiknya:

Page 3: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

Pertanian padat karya ( labor intensive ).

Belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Hasil-hasil tidak disimpan atau diperdagangkan ( pertanian subsistence ); dan

Adanya sistem barter.

2. Tahap pembentukan prasyarat tinggal landas (the preconditions for takeoff),

yang ditandai dengan:

Pendirian industri-industri pertambangan.

Peningkatan penggunaan modal dalam pertanian.

Lembaga ekonomi kapitalis ( bank, asuransi, pasar uang ) sudah beroperasi.

Perlunya pendanaan asing.

Tabungan dan investasi masyarakat meningkat.

Terdapat lembaga dan organisasi tingkat nasional.

Adanya elit-elit baru.

Perubahan seringkali dipicu oleh gangguan dari luar.

3. Tahap tinggal landas (the take-off), yaitu ditandai dengan:

Industrialisasi meningkat.

Tabungan dan investasi semakin meningkat.

Peningkatan pertumbuhan regional.

Tenaga kerja di sektor pertanian menurun.

Stimulus ekonomi berupa revolusi politik.

Inovasi teknologi.

Perubahan ekonomi internasional.

Laju investasi dan tabungan meningkat 5 – 10 persen dari pendapatan nasional,

Sektor usaha pengolahan (manufaktur).

Pengaturan kelembagaan liberal (misalnya sistem perbankan dan pasar uang liberal).

4. Tahap pergerakan menuju kematangan ekonomi (the drive to maturity), ciri-cirinya:

Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Diversifikasi industri.

Penggunaan teknologi secara meluas.

Pembangunan di sektor-sektor baru.

Page 4: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

Investasi dan tabungan meningkat 10 – 20 persen dari pendapatan nasional.

5. Tahap era konsumsi-massal tingkat tinggi (the age of high mass-consumption) dengan:

Proporsi ketenagakerjaan yang tinggi dan terbesar di bidang jasa;

Meluasnya konsumsi atas barang-barang yang tahan lama dan jasa;

Peningkatan atas belanja jasa-jasa kemakmuran ( jasa entertain )

Pada saat model Rostow Diperkenalkan dan disebarluaskan, kondisi atau tahapan

ekonomi negara maju sudah sampai pada tahapan empat dan lima sedangkan negara

berkembang baru mencapai tahap kedua, dan sebagian kecil tiga dan empat. ( Korea Selatan,

Taiwan, Singapura, Argentina, Indonesia Malaysia, Thailand, Brasil, Afrika Selatan, Chili,

Meksiko ). Negara-negara ini menurut Rostow adalah sudah mampu untuk melaksanakan

pembangunan dengan mayoritas modal dari dalam negeri yang berasala dari akumulasi

tabungan masyarakat.

Dengan demikian, dasar pembedaan proses pembangunan ekonomi menjadi lima

tahap tersebut adalah didasarkan kepada karateristik perubahan keadaan ekonomi, sosial, dan

politik, serta nilai-nilai dalam masyarakat. Jadi, Titik sentral dari argumentasi Rostow adalah

bahwa cepat atau lambat, semua masyarakat dunia akan melewati rentetan dari kelima tahap

pertumbuhan ekonomi di atas. Faktor penentunya adalah kondisi alam, ekonomi, politik, dan

budaya.

Kritik terhadap Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi.

Sejumlah kritik terhadap teori Rostow dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Teori Rostow dianggap terlalu sederhana.

2. Rostow menyebut tentang tabungan dan investasi namun tidak mengklarifikasi

mengenai perlunya infrastruktur keuangan untuk menyalurkan tabungan yang ada ke

dalam investasi.

3. Bahwa investasi yang dimaksud Rostow belum tentu akan menghasilkan

pertumbuhan ekonomi.

4. Rostow tidak memasukkan unsur-unsur lain sebagai pendorong pertumbuhan

ekonomi. Perlunya infrastruktur lainnya seperti sumber daya manusia (pendidikan),

jalan-jalan, jalur kereta api, jaringan-jaringan komunikasi.

Page 5: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

5. Teori Rostow tidak menjelaskan bahwa efisiensi dari penggunaan investasi apakah

ditujukan untuk aktivitas-aktivitas produksi ataukah untuk penggunaan lainnya.

6. Bahwa pernyataan Rostow mengenai ekonomi negara-negara di dunia akan saling

mempelajari satu sama lain dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk

pembangunan pada kenyataannya belum pernah terjadi.

7. Argumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan.

8. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa akan juga

terjadi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

9. Bahwa sejarah pada kenyataannya tidak akan berulang dengan cara yang sama.

Dengan kata lain, bahwa setiap pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia tidak

selalu sama, tetapi justru punya karakteristik masing-masing.

Tampilan 6.1. Karakteristik Ekonomi Berdasarkan Tahapan dari W.W. Rostow.

Page 6: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

Model Pertumbuhan Harrod-Domar

Model Harrod-Domar menyatakan setiap pembangunan ekonomi untuk dapat

berkesinambungan, pada ekonomi harus mampu menciptakan tabungan dengan tingkat

pertumbuhan yang memadai agar tetap positif setelah dikurangi atau digunakan untuk

mengganti modal yang menyusut. Jadi, teori pembangunan ini berpendapat akumulasi modal

merupakan dasar untuk terjadi pembangunan ekonomi.

Berikut beberapa variabel untuk dasar model Harrod-Domar. (1) rasio modal

output ( k ), (2) rasio tabungan nasional ( s ), Tabungan ( S ) gross domestic bruto ( Y ),

Investasi ( I ), Modal ( K ), perubahan stok modal ( ∆K ).

Beberapa pengertian dari model Harrod-Domar:

1. Tabungan ( S ) adalah bagian dalam bentuk tertentu atau s ( kecendrungan menabung )

terhadap pendapatan nasional ( Y ). Dengan demikian, relasi tabungan ( S ) dengan

kecendrungan menabung ( s ), dan pendapatan nasional ( Y ) adalah:

S = sY ( 6.1)

Jika s = 0.2, dan Y = $ 30.000 triliun, maka S = 0.2(30.000) = $ 6.000 triliun

2. Investasi netto atau investasi bersih ( jumlah investasi dikurangi penyusutan modal ), atau

perubahan stok atau persediaan modal ( K ) yang dapat dinyatakan sebagai ∆ K atau

investasi sama dengan perubahan stok modal. Sehingga kita dapat membuat persamaan

sebagai berikut:

I = ∆ K

( 6.2)

Ingat! Bahwa I = S, maka S = I=∆ K

Sebagaimana sudah kita ketahui dari ilmu ekonomimakro, jumlah stok modal K

mempunyai relasi dengan jumlah pendapatan nasional ( Y ), seperti yang telah ditunjukan

oleh rasio-modal output, k, maka :

Page 7: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

KY

=k atau ∆ K∆ Y

=k

Maka

∆ K=k ∆ Y

Atau

∆ K∆ Y

=k

3. Sebagaimana sudah kita ketahui bahwa di ekonomi dalam kondisi seimbang harus terjadi:

S = I ( 6.4)

Dan

S = sY

Maka

I = ∆ K=k ∆ Y

Maka

S = sY = k∆ Y =∆ K=I ( 6.5)

Atau diringkas menjadi

sY = k∆ Y

( 6.6 )

Selanjutnya, jika kedua sisi persamaan (3.6) dibagi dengan Y dan kemudian dengan k,

maka kita dapatkan:

∆ YY

= sk ( 6.7

)

Jika s = 0.2, dan Y = $ 30.000 triliun, maka S = 0.2(30.000) = $ 6.000 triliun, dan

∆ Y =3.000.

Page 8: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

∆ YY

= sk= 3.000

30.000=0.2

k=0.1=0.2

k=0.1 k=0.2 .maka

k = 0.20.1 = 2

∆ K=k ∆ Y =2 x 3.000=6.000

sY = k∆ Y =2x 3.000=0.2 x30.000=6.000 ( terbukti )

∆ K∆ Y

=k=6.0003.000

=2 ( terbukti )

KY

=k= K30.000

=2. maka K=60.000

S = I = sY = 0.2 (30.000) = 6.000

Capital Output Ratio (COR) dan Incremental Output Ratio

(ICOR)

Capital Output Ratio (COR) atau perbandingan modal-output merupakan ukuran

tentang ketersediaan sumberdaya di sebuah ekonomi atau negara. COR digunakan

untuk mengukur rasio modal yang dapat digunakan untuk memproduksi beberapa

output dalam periode waktu tertentu seperti, triwulan, semester dan tahunan. Nilai

COR cendrung meningkat atau tinggi jika modal yang tersedia di sebuah ekonomi

mempunyai biaya lebih murah dibandingkan dengan biaya inputs produksi. Karena

itu, negara-negara yang kaya atau banyak sumber daya alam mempunyai nilai COR

lebih rendah ( artinya diperlukan modal lebih sedikit untuk menghasilkan tambahan

satu unit output, dibandingkan dengan negara dengan nilai COR lebih tinggi )

dibandingkan dengan negara sedikit atau miskin sumber daya alam ( ceteris paribus ).

Hal tersebut disebabkan negara dengan sumber daya alam kaya dapat dengan cepat

dan mudah mensubstitusi modal dengan sumber daya alam dalam rangka untuk

meningkatkan output. Ketika negara-negara menggunakan sumber daya alam sebagai

pengganti modal, maka nilai COR menurun. Sebagai contoh, negara Norwegia,

negara tersebut tidak cukup banyak memiliki sumber daya alam, karena itu nilai COR

adalah tinggi.

Page 9: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

Ukuran COR hanya dapat ditentukan ketika jumlah modal yang sudah

digunakan untuk memproduksi output sudah diketahui. Jika penyusutan modal

diasumsikan sebagai konstan atau tetap, maka COR dapat dihitung dengan cara

sebagai rasio investasi bersih dengan GDP setipa tahun..

Formula untuk menghitung COR adalah:

COR = IY

Misal, I=1.000 dan Y=10.000 , maka nilaiCOR=0.1, berarti untuk

meningkatkan output sebanyak 1 unit diiperlukan tambahan modal 10 unit. Cara lain

untuk menghitung COR dengan memasukan inovasi dan teknologi baru. Jika

sejumlah modal yang digunakan dalam rangka untuk melaksanakan beberapa proyek

dengan menggunakan teknologi tinggi dan efisien, maka nilai COR akan tinggi. Pada

sisi lain, negara-negara yang membangun proyek-proyek mengandalkan tenaga kerja (

labor intensive ), akan mempunyai nilai COR rendah.

Selain dari faktor tersebut, faktor lainnya yang penting menentukan nilai COR

adalah investasi. Semakin tinggi tingkat investasi, demikmian juga dengan semakin

tinggi nilai COR. Dengan cara sama, nilai rasio investasi rendah, berarti nilai COR

juga rendah. Negara-negara yang dapat meningkatkan modalnya dua kali dalam

waktu sepuluh tahun dibandingkan dengan negara negara yang mampu duapuluh

tahun, maka negara yang disebut lebih dahulu mempunyai nilai COR lebih tinggi

dibandingkan dengan negara yang disebut belakangan.

Incremental Capital Output Ratio (ICOR) secara mendasar adalah ukuran yang

mengacu kepada tambahan unit modal yang diperlukan guna menghasilkan tambahan

satu unit output di ekonomi.

Mengapa tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara turun? Salah satu

jawaban pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan menyatakan bahwa tingkat

tabungan atau investasi di negara tersebut turun dan semakin rendah tingkat investasi.

Jadi, tingkat pertumbuhan ekonomi disebuah negara merupakan fungsi daripada

tingkat tabungan dan tingkat investasi ( ceteris paribus ). Setiap tambahan satu output

dari investasi yang diperlukan ( the marginal amount of investment capital ) di

ekonomi disebut ICOR.

Sebagai contoh, sebuah ekonomi memerlukan tambahan modaal 10 persen

untuk mendorong terjadi peningkatan nilai output sebesar satu persen, maka nilai

Page 10: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

ICOR sebesar 10, jadi semakin kecil nilai ICOR semakin baik atau efisien ekonomi

dalam memanfaaatkan akumulasi modal. Dengan demikian, ICOR merupakan ukuran

atau alat untuk mengukur tingkat efisiensi sebuah ekonomi dalam memanfaatkan

modal.

Berikut formula ICOR:

ICOR = ∆ K∆ Y

Di dalam kerangka pemikiran model Harrod-Domar, mereka menetapkan asumsi

bahwa di ekonomi tidak terjadi diminishing return to capital ( tidak terjadi penurunan hasil

pada modal ketika jumlah modal ditambah di ekonomi ), juga tidak terdapat kesenjangan atau

keterlambatan antara investasi dengan produksi dan di ekonomi, sehingga terjadi produksi

dengan penggunaan full capacity production.

Dengan demikian, model Harrod-Domar menganjurkan setiap negara untuk dapat

menumbuhkan ekonomi harus melakukan akumulasi modal ( meningkatkan nilai COR ) dan

efisiensi pada proses produksi ( menurunkan nilai ICOR ). Kedua hal tersebut bagi negara

berkembang sangat sulit. Karena akumulaasi modal dalam negeri sangat terhaambat oleh

kemampuan menabung masyarakat dan pemerintah yang disebabakan penghasilan dan

produktivitas rendah dan anggaran negara selalu defisit, dan ekonomi tidak efisien

disebabkan masih tumbuh dan berkembang KKN.

Model Perubahan Struktur

Pendekatan ini fokus pada mekanisme atau cara yang memunngkinkan negara berkembang

untuk mentransformasi struktur ekonomi tradisionl berupa pertanian subsistence ke struktur

ekonomi lebih modern yang lebih berorientasi pada perekonomian kota, serta memiliki sektor

industri manufaktur yang lebih bervariasi dan sektor jasa keuangan ( lembaga bank dan non

bank ). Model perubahan struktur dalam analisisnya menggunakan perangkat-perangkat

neoklasik berupa mekanisme pasar, teori harga dan alokasi sumber daya, serta metode

ekonomi modern untuk menjelaskan terjadinya proses transformasi.

Teori Pembangunan Lewis

Seorang ekonom yang bernama W. Arthur Lewis, memperkenalkan model dasar

teoritis dengan pusat perhatian kepada transformasi ( perubahan besar atau mendasar )

Page 11: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

struktural ( structural transformation ) untuk perekonomian pertanian subsistence. Model dua

sektor Lewis ( Lewis two sector model ) telah diakui sebagai teori umum yang membahas

proses pembangunan di negara berkembang yang mengalami kelebihan tenaga kerja atau

tingkat pengangguran tinggi.

Menurut model pembangunan yang diajukan Lewis, perekonomian tradisional terdiri

dari dua sektor, yaitu: (1) sektor tradisional, yaitu sektor pedesaan dengan struktur pertaniaan

subsistence dan kelebihan penduduk, dan ditandai dengan produktivitas marjinal tenaga kerja

sama dengan nol – ini merupakan situasi yang memungkinkan Lewis untuk mendefinisikan

kondisi surplus tenaga kerja ( surplus labor ) merupakan sebuah fakta bahwa jika sebagian

tenaga kerja tersebut ditarik dari sektor pertanian, maka sektor pertanian di pedesaan

mempunyai output sama sekali tidak terpengaruh atau berkurang outputnya – dan (2) sektor

industri perkotaan modern yang tingkat produktivitasnya tinggi dan menjadi tempat

penampungan tenaga kerja yang ditransfer sedikit demi sedikit dari sektor pertanian

subsistence di pedesaan. Perhatian utama model ini adalah pada terjadinya proses pengalihan

tenaga kerja serta pertumbuhan output dan peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor

modern di kota. Pengalihan tenaga kerja dan pertumbuhan kesempatan kerja dimungkinkan

oleh adanya peningkatan output pada sektor modern. Adapaun laju atau kesempatan

perluasan kesempatan kerja ditentukan oleh tingkat investasi di bidang industri dan

akumulasi modal secara keseluruhan disektor modern. Peningkatan investasi itu ssendiri

dimungkinkan oleh adanya kelebihan keuntungan di sektor modern yang berasal dari selisih

upah dengan asumsi bahwa para pemilik perusahaan atau kapitalis di sektor modern bersedia

menanam kembali seluruh keuntungannya. Asumsi lain,tingkat upah di sektor modern

konstan, tetapi tetap lebih tinggi dari upah rata-rata di sektor pertanian ( Lewis berasumsi

bahwa tingkat upah di sektor modern sekurang-kurangnya harus lebih tinggi 30 persen

daripada pendapatan rata-rata di pedesaan guna memaksa para pekerja pindah dari desa ke

kota ). Pada tingkat upah di daerah perkotaan yang konstan, maka kurva penawaran tenaga

kerja di pedesaan dianggap elastis sempurna ( setiap permintaan tenaga kerja sektor modern

selalu dipenuhi oleh penawaran tenaga kerja dari sektor tradisional atau pertanian di desa.

Secara singkat kita dapat mengilustrasikan model pertumbuhan sektor modern dalam

perekonomian dua sektor menurut Lewis pada tampilan 6.1. Sektor pertama, yaitu: sektor

pertanian subsistence tradisional ditunjukan oleh dua tampilan sebelah kanan. tampilan

sebelah kanan atas memperlihatkan perubahan produksi pangan subsistence dengan adanya

kenaikan pada input tenaga kerja. hal tersebut merupakan fungsi produksi khas ( production

Page 12: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

function ) sektor pertanian, dimana produk total (TPA) berupa bahan pangan ditentukan oleh

satu-satunya perubahan pada variabel input yaitu: tenaga kerja (LA), sedangkan input

modal ( K A), dan teknologi pertanian tradisional (t A), diasumsikan tetap. Pada panel di

sebelah kanan bawah, kita dapati kurva produktivitas tenaga kerja marjinal (MPL), dan kurva

produktivitas tenaga kerja rata-rata ( APLA), yang merupakan turunan dari kurva produksi total

yang ditunjukan tepat diatasnya. Kuantitas tenaga kerja sektor pertanian (QLA) yang tersedia

pada kedua sumbu horisontal dan dinyatakan dalam jutaan tenaga kerja adalah sama,

sebagaimana yang dikemukakan oleh Lewis bahwa dalan suatu perekonomian terbelakang

adalah 80 sampai 90 persen tenaga kerja berkumpul atau terkonsentrasi di daerah pedesaan

serta bekerja di sektor prtanian.

Lewis mengemukakan dua asumsi tentang sektor tradisional. Pertama adalah terdapat

surplus tenaga kerja, karena itu MPLA sama dengan nol ( MPLA=0 ), artinya penambahan

tenaga kerja di sektor pertanian di desa tidak meningkatkan output. Kedua adalah semua

pekerja di sektor pertanian menghasilkan output yang sama, sehingga tingkat upah ril ( W R)

di sektor pertanian ditentukan oleh produktivitas tenaga kerja rata-rata ( APLA), bukan oleh

produktivitas tenaga kerja marjinal ( MPLA), seperti pada sektor modern. Asumsikanlah ada

sejumlah tenaga kerja di sektor pertanian (LA) yang menghasilkan output produk pangan

sebanyak TPA, dan masing-masing tenaga kerja menghasilkan output produk pangan dalam

jumlah persis sama, yakni sebanyak W A ( ini sama dengan hasil hitungan TPA

LA ).

Produktivitas marjinal tenaga kerja sebanyak LA tersebut sama dengan nol (LA=0),

sebagaimana tampak pada tampilan di sebelah kanan bawah 6.1.b, dengan demikian, asumsi

surplus tenaga kerja berlaku pada seluruh tenaga kerja yang melebihi LA ( perhatikan bahwa

kurva TPA berbentuk horisontal setelah melewati jumlah pekerja LA pada tampilan kanan atas

6.1b ).

Sedangkan tampilan di sebelah kiri atas pada 3.1a, memperlihatkan kurva produksi

total ( fungsi produksi ) untuk sektor industri modern. Sekali lagi, tingkat output dari,

katakanlah barang-barang manufaktur (TPM) merupakan fungsi dari input variabel tenaga

kerja (LM), dengan catatan stok modal (K M) dan teknologi (tM) sama sekali tidak berubah.

Pada sumbu horisontal, kuantitas tenaga kerja yang dikerahkan untuk menghasilkan sejumlah

output, misalkan TPM1, dengan stok modal KM1, dinyatakan dalam ribuan pekerja perkotaan

L1. Dalam model Lewis, stok modal di sektor modern dimungkinkan untuk bertambah dari

Page 13: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

KM1 menjadi KM2, kemudian menjadi KM3 dan seterusnya sebagai akibat dari adanya

kegiatan reinvestasi terhadap hasil keuntungan atau laba perusahaan di sektor modern atau

kaum kapatalis. Seperti pada tampilan di sebelah kiri bawah 6.1a, hal tersebut akan

menggeser kurva produksi total ke atas, dari TPM(K M 1) ke TPM(K M 2) dan akhirnya ke TPM(

K M 3). Proses yang akan menghasilkan keuntungan bagi para kapitalis dari reinvestasi dan

pertumbuhan ekonomi ditampilkan pada sebelah kiri bawah 6.1a. Disini kita mendapati kurva

produksi tenaga kerja marjinal dari sektor modern yang merupakan turunan kurva-kurva TPM

pada tampilan di atasnya. Dengan asumsi bahwa pasar tenaga kerja sektor modern bersifat

persaingan sempurna, maka kurva-kurva produksi marjinal tenaga kerja tersebut

menggambarkan tingkat permintaan aktual akan tenaga kerja. Semua itu merupakan

mekanisme dari sistem dua sektor menurut Lewis.

Pada tampilan di sebelah bawah 6.1a dan 6.1.b, W A menunjukan tingkat pendapatan

rata-rata ril dari sektor ekonomi pertanian di pedesaan. Dengan demikian, W M pada tampilan

6.1.a memperlihatkan tingkat upah ril pada sektor industri atau sektor kapitalis di perkotaan.

Pada tingkat upah terebut, penawaran tenaga kerja pedesaan diasumsikan tidak terbatas atau

elastis sempurna, dan ini diperlihatkan oleh kurva penawaran tenaga kerja yang berbentuk

horisontal, W M SL. Dengan kata lain, Lewis mengasumsikan bahwa pada tingkat upah di

perkotaan sebesar W M yang lebih tinggi daripada tingkat upah di pedesaan sebesar W A atau

W M>W A, maka para penyedia atau sektor permintaaan tenaga kerja di sektor modern dapat

merekrut tenaga kerja dari sektor pedesaan sebanyak yang diperlukan, tanpa harus

mengkuatirkan bahwa tingkat upah akan meningkat ( perhatikan bahwa kuantitas tenaga kerja

di sektor pedesaan, pada tampilan 6.1.b, dinyatakan dalam jutaan, sedangkan di sektor

modern, paada tampilan 6.1.a, dinyatakan dalam ribuan ). Dengan asumsi penawaran modal

sebesar K M 1 yang jumlahnya tetap dan sudah ditentukan, pada tahap awal pertumbuhan

sektor modern, maka kurva permintaan terhadap tenaga kerja, seperti yang ditunjukan oleh

kurva D1 ¿) adalah mempunyai kemiringan menurun atau negatif ( lihat pada tampilan di

sebelah kiri bawah 6.1.a ). Karena para kapitalis di sektor modern selalu berusaha

memaksimumkan tingkat laba dan mereka diasumsikan akan terus merekrut tenaga kerja

sampai ke titik dimana produk marjinal sama dengan upah ril di titik F yang merupakan

perpotongan antara kurva penawaran dengan kurva permintaan tenaga kerja, maka

kesempatan kerja total di sektor modern akan sama dengan L1. Output total sektor modern (

TPM1), ditunjukan oleh bidang yang dibatasi oleh titik-titik OD1FL1, berdasarkan tenaga kerja

Page 14: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

total adalah L1. Bagian dari output total yang dibayarkan kepada para pekerja dalam bentuk

upah adalah sama dengan daerah empat peersegi panjang OW MFL1. Sisa output yang

ditunjukan oleh daerah segitiga W M D1 F adalah laba total yang diterima para kapitalis di

sektor modern. Karena Lewis berasumsi bahwa semua keuntungan tersebut akan

diinvestasikan kembali maka stok modal di sektor modern akan naik ( dari K M 1ke KM 2 ).

Stok modal yang lebih besar tersebut, menyebabkan kurva produksi secara keseluruhan pada

sektor modern meningkat menjadi TPM(K M 2) yang pda gilirannya akan mengakibatkan terus

meningkatnya kurva permintaan produk marjinal tenaga kerja. Pergeseran kurva permintaan

tenaga kerja ke atas ditunjukan oleh garis atau kurva D2(K M 2) di sebelah bawah pada

tampilan 6.1.a.

Model Pertumbuhan Sektor Modern dalam Perekonomian DuaSektor yang

Mengalami Surplus Tenaga Kerja Hasil Rumusan Lewis

Produksi total sektor modern Produksi total sektor pertanian

TPM = f( LM , K M , tM ) TPA = f(LA , K A , tA)

K M 1>K M 2>K M3

TPM(KM3)

TPM3 TPM(KM2) TPA TPA(K A)

TPM2 TPM(KM1) TPA

LA=W A

TPM3

0 L1 L2 L3 QLM 0 LA QLA

Upah ril = MPLM Produksi rata-rata mrjinal

KM3¿KM2¿KM1

APLA

WM F G H SL MPLA

WA D3(KM3) WA

D2(KM2)

D1(KM1) = MPLM MPLA APLA

Surplus tenaaga kerja

L1 L2 L3 LA

Kuatitas tenaga kerja (QLM) dalam ribuan Kuantitas tenaga kerja (QLA) dalam jutaan

(a) Sektor modern (b) Sektor pertanian atau tradisional

Page 15: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

Kemudian titik keseimbangan baru berdasarkan tingkat penyerapan tenaga kerja oleh

sektor modern akan terbentuk di titik G dengan jumlah tenaga kerja di sektor modern

mmenjadi L2, jumlah output meningkat menjadi TPM 2 atau OD2GL2, sementara jumlah upah

para tenaga kerja dan keuntungan para kapitalis meningkat menjadi masing-masing OW MGL2

dan W M D2G. Dengan demikian, keuntungan kapitalis setelah menanam kembali laba menjadi

W M D2 G yang lebihbesar dari sebelumnya dan ditanam kembali oleh para kapitalis, akibatnya

stok modal meningkat menjadi K M 3 yang akan menggeser kurva permintaan tenaga kerja

masing-masing ke TPM (KM 3), serta meningkatkan daya serap tenaga kerja oleh sektor

modern menjadi L3.

Rangkaian proses pertumbuhan berkesinambungan ( self-sustaining growth ) dan

perluasan kesempatan kerja di sektor modern tersebut diasumsikan akan kontinue sampai

semua surplus tenaga kerja di pedesaan diserap habis oleh sektor industri. Selanjutnya tenaga

kerja tambahan yang berikutnya hanya dapat ditarik dari sektor pertanian dengan biaya yang

lebih tinggi, karena hal tersebut pasti akan mengakibatkan merosotnya produksi pangan.

Hanya penurunan rasio tenaga kerja terhadap tanah secara drastis sajalah yang akan

mampu membuat produksi marjinal tenaga kerja di sektor pertanian tidak sama dengan

nol lagi. Dengan demikian, ketika tingkat upah dan kesempatan kerja di sektor modern

terus mengalami pertumbuhan, kemiringan kurva penawaran tenaga kerja menaik atau

bernilai positif. Transformasi struktural perekonomian dengan sendirinya akan menjadi

suatu kenyataan, dan perekonomian negara beralih dari pertanian tradisional yang

berpusat dipedesaan menjadi menjadi perekonomian modern yang berpusat di kota.

Model Pertumbuhan Sektor Modern dalam Perekonomian DuaSektor yang

Mengalami Surplus Tenaga Kerja Hasil Rumusan Lewis

Produksi total sektor modern Produksi total sektor pertanian

TPM = f( LM , K M , tM ) TPA = f(LA , K A , tA)

K M 1>K M 2>K M3

TPM(KM3)

TPM3 TPM(KM2) TPA TPA(K A)

TPM2 TPM(KM1) TPA

LA=W A

TPM3

0 L1 L2 L3 QLM 0 LA QLA

Upah ril = MPLM Produksi rata-rata mrjinal

KM3¿KM2¿KM1

APLA

WM F G H SL MPLA

WA D3(KM3) WA

D2(KM2)

D1(KM1) = MPLM MPLA APLA

Surplus tenaaga kerja

L1 L2 L3 LA

Kuatitas tenaga kerja (QLM) dalam ribuan Kuantitas tenaga kerja (QLA) dalam jutaan

(a) Sektor modern (b) Sektor pertanian atau tradisional

Tampilan: 6.2 Modifikasi Model Lewis berupa Akumulasi Modal yang Menghemat Tenaga

Kerja: Implikasi-Implikasi Ketenagakerjaan.

Upah ril ( MPLM )

D2

D1

Page 16: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

Kririk Terhadap Model Lewis

Model Lewis terlalu menyederhanakan perekonomian di negara berkembang dan terlalu

optimistis terhadap perubahan struktural ekonomi di negara berkembang. Beberapa dari

asumsi Lewis yang tdak tepat antara lain: (1) laba kapitalis selalu di investasikan kembali di

ekonomi nasional, padahal banyak dan juga signifikan jumlah laba kapitalis dikirim ke luar

negeri ( capital flight ), (2) Sektor ekonomi modern selalu menampung tenaga kerja yang

dibutuhkan dari sektor pertanian, tidak cocok dengan situasi umum di negara berkembang,

sektor modern cendrung menggunakan tenaga kerja di kota yang lebih terdidik, di samping

itu, tidak selalu sektor modern mengalami pertumbuhan, siklus ekonomi resesi sampai

dengan booming selalu terjadi dengan berjalannya waktu, (3) pertumbuhan penduduk di

perkotaan lebih cepat daripada di pedesaan, kondisi ini hampir menutup kesempatan kerja

bagi penduduk desa, (4) kaum kapitalis cendrung menggunakan teknologi maju, sehingga

menghambat penciptaan lapangan kerja atau dengan kata lain sektor modern jumlah

permintaan tenaga kerja semakin menurun. Perhatikan pada tampilan 3.2, dengan teknologi

maju, permintaan tenaga kerja sektor modern turun dan juga tingkat upah ril turun.

Perubahan Struktural dan Pola-Pola pembangunan

Analisis pola pembangunan ( patterns-development analysis ), merupakan pendekatan dan

analisis yang mirip dengan model Lewis. Namun demikian. masih terdapat perbedaan antara

model Lewis dengan analisi pola pembangunan. Jika pendekatan Lewis fokus pada ekonomi

di dalam negeri. Pendekatan ini, menyarankan semua negara berkembang selain melakukan

akumulasi modal fisik dan sumber daya manusia, juga menggunakan atau memanfaatkan

Tampilan: 6.2 Modifikasi Model Lewis berupa Akumulasi Modal yang Menghemat Tenaga

Kerja: Implikasi-Implikasi Ketenagakerjaan.

Upah ril ( MPLM )

D2

D1

Page 17: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

sumber modal dan teknologi serta pasar untuk produk yang tersedia di pasar internasional.

Sumber modal internasional dapan menjadi sumber mempercepat perubahan struktural

ekonomi pertanian menjadi struktur ekonomi industri.

Di samping memanfaatkan modal luar negeri, struktur politik, sosial dan ekonomi di

dalam negeri, juga harus diubah agar lebih adaptif terhadap ekonomi internasional. Karena

jika tidak, kondisi ekonomi internasional dapat menghambat perubahan struktur ekonomi di

negara berkembang. Dengan kata lain, ekonomi negara berkembang harus ramah terhadap

pasar atau mekanisme pasar dan struktur politik di ubah lebih demokratis, sedangkan sistem

sosial lebih terbuka terhadap nilai baru yang berasal dari luar masyarakat. Dengan kata lain,

seluruh fungsi ekonomi dan produksi ditransformasi, begitu juga dengan permintaan

konsumen.

Perubahan struktur ekonomi di negara berkembang tetap menghadapi masalah,

seperti: jumlah penduduk besar, produktivitas tenaga kerja rendah, penyebaran penduduk

yang tidak merata, sumber daya alam terbatas, dan kebijakan ekonomimakro pemerintah

yang masih mementingkan golongan dan konstituen serta kapitalis dan modal asing daripada

kepentingan keseluruhan masyarakat.

Revolusi Ketergantungan Internasional

Sebagai konsekwensi negara-negara berkembang melaksanakan pembangunan ekonomi

dengan mengubah struktur ekonomi yang adaptif terhadap ekonomi internasional atau global,

hampir semua negara berkembang menjadi sangat tergantung dengan kondisi ekonomi

internasional dan terutama kondisi ekonomi negara-negara maju ( USA, MEE dan Jepang ).

Keadaan tersebut menyadarkan pemimpin negara berkembang untuk lebih fokus lagi kepada

kekuatan dan pasar ekonomi nasional. Hal tersebut dilakukan untuk ke luar dari

perangkap ketergantungan ( depedence ) dan dominasi negara maju. Menurut Todaro dan

Smith ( 2006 ), pada pendekatan revolusi ketergantungan internasional, terdapat tiga aliran

pemikiran utama, yaitu: (1) model ketergantungan neokolonial ( neocolonial dependence

model ), model paradigma palsu ( false-paradgm model ) serta tesis pembangunan

dualistis ( dualistic-development thesis ).

Model Ketergantungan Neokolonial

Page 18: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

Model ketergantungan neokolonial secara tidak langsung adalah suatu pengembangan

pemikiran dari kaum Marxis. Model ini menghubungkan keberadaan dan kelanggengan

negara-negara terbelakang terhadap evolusi sejarah hubungan internasional yang sama sekali

tidak seimbang antara negara-negara maju dan kaya dengan negara-negara miskin dan negara

berkembang di dalam suatu sistem kapitalis internasional atau kapitalis global. Walaupun di

negara maju tidak sepakat, mereka negara maju selama ini telah mengeksploitasi negara

berkembang, tetapi terpaksa bahwa koeksistensi negara kaya dengan negara miskin dalam

sistem ekonomi global sudah menjadi faktual. Koeksistensi atau hidup berdampingan tersebut

di dalam suatu sistem kekuasaan adalah sangat timpang antara pusat kekuasaan ( center atau

core ) pada negara maju dan kekuasaan pinggiran ( periphery ) pada negara berkembang.

Beberapa negara berkembang radikal ( India, Indonesia, Iran, Malaysia, Vietnam,

Afrika Selatan, Meksiko, Brasil dan Argentina ), telah secara radikal berusaha melepaskan

diri dari eksploitasi ekonomi oleh negara maju, dengan melaksanakan pembangunan dengan

lebih mengutamakan kekuatan dan sumber dalam negeri, walaupun dalam pelaksanaannya

dihambat oleh negara maju melalui agennya di lembaga internasional ( IMF, Bank Dunia,

Bank Pembangunan Asia ) dan perusahaan multinasional, dan juga di negara berkembang

sendiri, seperti yang disebut comprador ( kapitalis lokal, penguasa pro barat, dan ekonom

neolib ), karena mereka prihatin akan kehilangan kekuasaan, pengaruh dan kesempatan

memupuk kekayaan.

Pada dasarnya, kondisi ketergantungan negara berkembang ( karena keterbelakangan

yang sengaja diciptakan oleh kapitalis internasional ) terhadap ekonomi negara maju adalah

merupakan tindakan disengaja dan direncanakan dengan sangat baik oleh pihak eksternal dan

dibantu dengan comprador, sehingga tidak disadari oleh masyarakat negara berkembang.

Bagi pejuang untuk mandiri di negara berkembang mempunyai kesatuan suara yaitu

perubahan struktural pada sistem kapitalis internasional.

Model Paradigma Palsu

Model paradigma palsu ( false-paradigm model ) mencoba memahami lebih mendalam

tentang keterbelakangan yang terjadi di negara berkembang. Menurut pendukung model

tersebut, keterbelakangan negara berkembang terjadi karena kesalahan dan ketidaktepatan

saran dan bantuan yang diberikan oleh oleh pakar ekonomi internasional kepada pemimpin

negara berkembang. Sekalipun saran baik tetapi tetap bias dengan kepentingan kapitalis

Page 19: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

internasional ( lembaga IMF, Bank Dunia dan Bank pembangunan Asia adalah agen negara

maju untuk mengeksploitasi negara berkembang ), tetapi juga kurang sosialisasi sehingga

salah dalam penerapannya oleh negara berkembang. Para pakar ekonomi tersebut

menawarkan konsep yang serba canggih, struktur teori yang bagus dan model-model

ekonometri yang serba rumit tentang pembangunan yang dalam praktiknya sering kali hanya

menjurus kepada terciptanya kebijakan-kebijakan yang tidak tepat dan melenceng sama

sekali. Para pakar ekonomi tersebut pada dasarnya tidak memperhitungkan peranan lembaga

sosial, politik dan ekonomi di negara berkembang yang masih sangat dominan. Sehingga

sebenarnya saran mereka tidak membumi atau tidak cocok untuk diterapkan di negara

berkembang.

Disamping itu, saran mereka tidak terlepas dari teori pembangunan ekonomi

neoklasik dan kapitalis, seperti meingkatkan tabungan nasional, meningkatkan stok kapital,

dan memaksimumkan pertumbuhan GDP, dan mereka sangat yakin kepada trickle-down

theory – sebuah teori yang berpendapat bahwa pendapatan dan laba perusahaan yang berasal

dari pembangunan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan

dengan sendirinya. – sebagai akibatnya reformasi kelembagaan dan struktural yang

sebenarnya paling dan sangat dibutuhkan oleh negara-negara berkembang demi menggalakan

pembangunan, berjuang tiada akhir untuk melepaskan diri dari kondisi keterbelakangan.

Teori Pembangunan Dualistik

Pokok pemikiran dari teori perubahan struktural secara eksplisit dinyatakan di dalam teori

ketergantungan internasional adalah gagasan akan adanya sebuah dunia dengan masyarakat

ganda ( a world of dual societies ). Secara garis besar, pandangan ini melihat dunia terbagi ke

dalam dua kelompok besar: (1) negara-negara kaya dan (2) negara-negara miskin, sedangkan

di negara berkembang terdapat segelintir penduduk yang kaya dan sebagian besar penduduk

yang miskin. Dualism atau dualisme adalah sebuah konsep yang dibahas secara luas di

dalam ilmu ekonomi pembangunan. Konsep ini menunjukan adanya jurang pemisah yang

semakin lama semakin melebar antara negara-negara kaya dengan negara-negara miskin,

serta antara orang-orang kaya dengan miskin pada berbagai tingkatan di setiap negara.

Pada dasarnya, menurut Todaro dan Smith ( 2006 ), konsep dualisme itu terdiri dari empat

elemen kunci seperti sebagai berikut:

Page 20: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

1. Kondisi berbeda berdasarkan elemen superior dengan elemen inferior yang secara

bersamaan dan berdampingan di ekonomi atau berkoeksistensi dalam waktu dan tempat

yang sama. Contoh penerapan konsep dualisme, diterapkan oleh Lewis tentang

koeksistensi metode produksi modern di perkotaan dengan metode produksi tradisional di

pedesaan, koeksistensi kelompok elit kaya yang terdidik dengan banyaknya orang miskin

dan perpendidikan rendah bahkan buta huruf, juga adanya negara industri kaya raya yang

melakukan percaturan politik dan ekonomi dunia dengan negara agraris yang miskin dan

lemah dalam politik dan ekonomi internasional.

2. Koeksistensi itu bukan bersifat sementara atau transisional, tetapi sesutu yang bersifat

baku, permanen dan kronis. Koeksistensi tersebut tidak akan menghilangkan kondisi

superior dan inferior sejalan dengan berjalannya waktu. Dan merupakan fenomena sejarah

umat manusia yang akan membaik pada suatu saat, tetapi dalam kenyataannya dan di

prediksi akan terjadi sepanjang masa.

3. Kondisi elemen superioritas dan inferioritas tidak akan menghilang atau berkurang tetapi

justru semakin meningkat ( sebagai contoh pendapatan per kapita USA pada tahun 2016

USD 35.750 sedangkan Indonesia USD 3.230, kenaikan 1 persen untuk USA sebesar

357.5 dan Indonesia USd 32.30, jadi kenaikan USA 11 kali dari Indonesia ). Juga

produktivitas negara maju tumbuh semakin tinggi dan negara berkembang tumbuh dengan

sangat lambat.

4. Hubungan antara elemen superior dengan eleman inferior tersebut terbentuk dan

berlangsung tidak saling mendukung, bahkan elemen superior berjalan sendiri dengan

cepat. Dengan demikian, apa yang disebut dengan prinsip penetesan kemakmuran ke

bawah ( trickle down effect ) tidak dapat diterima di negara berkembang dan hubungan

ekonomi internasional. Bahkan justru elemen superior mengeksploitasi elemen inferior.

Jadi, elemen superior memberikan sumbangan sangat besar bagi kondisi keterbelakangan

negara-negara berkembang.

Kontrarevolusi Neoklasik: Fundamentalisme Pasar yang Merupakan

Tantangan bagi Model Statis melalui pendekatan Pasar Bebas, Pilihan

Publik dan Pendekatan Ramah Pasar.

Page 21: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

Memasuki abad keduapuluh satu, pengaruh politik kaum konservatif di USA dan MEE serta

Jepang, telah menghadirkan kembali apa yang disebut sebagai kontrarevolusi neoklasik

dalam teori dan kebijakan ekonomi. bagi negara-negara maju, kontrarevolusi merupakan

aliran atau pemikiran mendasar tentang kebijakan makroekonomi yang lebih mementingkan

sisi penawaran ( supply side maacroeconomics ), teori ekspektasi nasional, dan privatisasi

perusahaan negara. Sedangkan bagi negara-negara berkembang, konrarevolusi berarti pasar

di dalam negeri lebih bebas dan ssemakin berkurang peranan pemerintah di bidang ekonomi

nasional ( pemilik perusahaan dan perencanaan ekonomi yang sentralistis ). Kondisi ini

didukung oleh IMF, Bank Dunia dan Bank pembangunan Asia, sehingga sulit dibendung oleh

negara berkembang, bagi elit yang berusaha menentang, disingkirkan melalui pendekatan

demokratis, pemilu yang bias untuk memenangkan para komprador. Jadi, kontrarevolusi

neoklasik telah menguasai dunia sampai saat ini.

Pendapat inti dari kontrarevolusi neoklasik terhadap kondisi keterbelakangan ekonomi

dan kemakmuran negara berkembang adalah kesalahan dan tidak efisien dalam

memanfaatkan sumber daya alam, yang selama ini bertumpu pada pengaturan harga oleh

pemerintah dan distorsi pasar oleh oligopoli dan monopoli, sebagai akibat campur tangan

pemerintah terlalu jauh di bidang ekonomi, sehingga negara berkembang mengalami kondisi

ekonomi yang merosot dibandingkan dengan sebelum merdeka. Di samping itu, tindakan atau

kebijakan pemerintah negara berkembang yang anti pasar bebas dan investasi dan

perdagangan bebas menambah kemerosotan ekonomi di negara berkembang.

Para inisiator kontrarevolusi neoklasik mengajurkan: (1) pendekatan pasar bebas, (2)

pendekatan pilihan publik, dan (3) ramah terhadap pasar. Sebenarnya pemikiran kritis untuk

ketiga pendekatan tersebut pada intinya membuat negara berkembang semakin tergantung

kepada negara kaya, dan negara kaya dapat dengan lebih leluasa mengeksploitsi potensi

ekonomi negara-negara berkembang. Kondisi negara berkembang seperti “ bagaikan buah

simalakama, dimakan ibu mati, dibiarkan bapak mati “.

Kondisi kontrarevolusi sudah sukses di banyak negara berkembang, termasuk di

Indonesia. Di Indonesia sejak bail out IMF di masa rejim Soeharto sampai dengan sekarang,

cepat atau lambat semua pemerintahan Indonesia menerima konsep kontrarevolusi neoklasik.

Pertama: privatisasi telah dilakukan, kedua: pasar Indonesia semakin bebas ( pasar uang,

pasar modal, pasar ril, semua itu bebas dari pengaturan ketat dari pemerintah ),

Page 22: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

ketiga: peranan pemerintah semakin rendah dan hanya ( bahkan didorong oleh kapitalis

internasional ) untuk pembangunan infra struktur yang dilaksanakan pemerintah.

Teori Pertumbuhan Neoklasik Tradisional

Dasar bagi argumen pasar bebas oleh kaum neoklasik adalah keyakinan bahwa liberalisasi

atau membuka pasar nasional untuk produk luar negeri dengan bea masuk rendah bahkan

bebas bea dan pajak penjualan ( melalui kerjasama perdagangan bebas bilateral dan

multilateral ), akan merangsang investasi dari dunia internasional ( tenyata pengalaman

Indonesia tidak mengesankan, karena investor hanya tertarik pada investasi di bidang

keuangan atau sektor non ril daripada sektor ril, sebagaimana sudah kita ketahui sektor ril

memberikan kesempatan lapangan kerja lebih luas dan meningkatkan GDP Indonesia ), -

semua untuk terciptanya akumulasi modal dan peningkatan stok modal di ekonomi negara

berkembang, dan peningkatan rasio modal terhadap pekerja di negara berkembang, sehingga

pendapatan per kapita dan tabungan meningkat dan investasi meningkat dan stok kapital

meningkat dan terakhir output atau GDP meningkat. Secara teoritis memang masuk akal dan

benar, tetapi sebagaimana sudah kita bahas di depan pada bab ini, kenaikan laba tidak

seluruhnya diinvestasikan di dalam negeri. Apalagi di negara berkembang yang mempunyai

risiko negara tinggi. Country risk adalah kumpulan risiko yang berkaitan dengan investasi di

negara asing. Risiko dimaksud termasuk risiko politik, risiko nilai tukar, risiko ekonomi,

risiko kedaulatan negara, dan risiko transfer, yang merupakan risiko pemblokiran atau

pembekuan aset dan modal oleh pemerintah negara asing.

Sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya, pertumbuhan GDP. Pendapatan per

kapita dan tabungan nasional akan meningkatkan rasio modal tenaga kerja ( capital-labor

ratios ) – rasio antara jumlah modal ( modal fisik tidak termasuk modal tenaga kerja ) dengan

jumlah tenaga kerja, – dan pendapataan per kapita negara-negara berkembang yang umumnya

memiliki kelangkaan modal. Dasar dari pertumbuhan model neoklasik bertolak dari pendapat

Harrod-Domar, dan Solow, yang mengutamakan akumulasi modal dan akumulasi tabungan

nasional.

Model pertumbuhan neoklasik Solow ( Solow neoclassical growth model ) merupakan

pilar yang sangat memberi konstribusi terhadap teori pertumbuhan neoklasik. Pada intinya

model tersebut merupakan pengembangan dari model Harrod-Domar dengan menambahkan

faktor tenaga kerja dan teknologi, di samping akumulasi modal dan tabungan, ke dalam

Page 23: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

persamaaan pertumbuhan ( growth equation ). Namun, perbedaan dengan model Harrod-

Domar yang mengasumsikan skala tetap ( constant return to scale ) dengan koefisien baku,

model pertumbuhan Solow berpendapat bahwa skala hasil yang terus berkurang dari input

tenaga kerja dan modal ( the law of diminishing return ), jika keduanya dianalisis secara

terpisah .

Dalam bentuk yang lebih formal, model pertumbuhan Solow memakai fungsi

produksi agregat sebagai berikut:

Y = Kα ¿ (6.8)

Dimana:

Y = produk domestik bruto

K = Stok modal

L = Tenaga kerja

A = Produktivitas tenaga kerja

∝ = Elastisitas output terhaadap modal ( atau persentase kenaikan GDP yang bersumber dari

kenaikan 1 persen pada modal fisik dan modal manusia ).

Berdasarkan teori pertumbuhan neoklasik dari Harrod-Domar dan Solow dapat

disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah ditentukan dari salah satu atau bersamaan

dari variabel modal fisik, modal tenaga kerja dan kemajuan teknologi. Berikut dasar dari teori

pertumbuhan ekonomi Solow:

Model Solow percaya bahwa terjadi atau terdapat di ekonomi pertumbuhan modal

secara berkelanjutan meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi secara temporer,

karena rasio modal terhadap pekerja naik.

Walaupun demikian, produk marjinal dari hasil tambahan unit modal mungkin

turun ( karena the law of capital diminishing return ), sehingga ekonomi bergerak

mengikuti jalur pertumbuhan ekonomi jangka panjang dengan GDP ril tumbuh

dengan tingkat sama ketika tingkat pertumbuhan tenaga kerja ditambah dengan faktor

yang merefleksikan peningkatan produktivitas.

Page 24: stie-igi.ac.id · Web viewArgumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak beralasan. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa …

Jalur pertumbuhan berkesinambungan ( a steady-state growth path ) dicapai ketika,

modal dan pekerja adalah semuanya tumbuh dengan persentase sama, sehingga output

per pekerja adalah konstan.

Ekonom klasik percaya bahwa trend kenaikan pada pertumbuhan ekonomi

memerlukan kenaikan pada penawaran tenaga kerja ditambah semakin tinggi tingkat

produktivitas pekerja dan modal.

Perbedaan kecepatan perubahan teknologi antar negara akan menyebabkan perbedaan

tingkat pertumbuhan ekonomi antar negara.

Pertanyaan untuk Pendalaman Materi

1. Jelaskan kelemahan dari teori tahapan pertumbuhan dari Rostow.

2. Jelaskan kelemahan dari teori dua ektor dari Lewis.

3. Jelaskan yang dimaksud dengan COR dan ICOR, jika dua negara dengan masing-masing

nilai ICOR sebesar 2 dan 5, negara dengan ICOR berapa yang lebih efisien.

4. Jika s = 0.3, dan Y = $ 40.000 triliun, maka S = 0.3(40.000) = $ 12.000 triliun, hitung

nilai COR dan ICOR.

5. Sebutkan dann jelaskan tiga variabel pada teori pertumbuhan Saolow, dan jelaskan yang

dimaksud dengan the law of diminishing return menurut Solow.

6. Jelaskan jalan pemikiran dari pada pendukung kontrarevolusi neoklasik. Jelaskan pula

dampaknya bagi perekonomian negara-negara berkembang.