strep to

14
STREPTOCOCCUS I. PENDAHULUAN Penyebab terjadinya dua golongan bakteri yaitu Gram positif dan Gram negatif ialah setelah diberi zat pewarna fenomenanya ini, berhubungan dengan struktur dan komposisi dinding sel. Perbedaan ketebalan antara kedua golongan itu dapat merupakan hal yang penting; dinding sel bakteri Gram negatif pada umumnnya lebih tipis dari yang dimiliki bakteri Gram positif. Presentasi kandungan lipid bakteri Gram negatif lebih tinggi daripada Gram positif. Kenyataannya dalam eksperimen pengecatan mennjukkan bahwa perlakuan dengan alkohol mengeskstrak lipid, yang menyebabkan poisitas atau permeabilitas didding sel meningkat. Denagn demikian, kompleks karbol gentian violet dan lugol dapat disari keluar dan bakteri Gram negatif terwarnakan. Keterangan lain yang hampir sama juga mendasarkan pada perbedaan permeabilitas antara kedua golongan bakteri itu, yaitu pada bakteri Gram negatif kandungan peptidoglikan jauh lebih sedikit sehingga kerapatan jalinannya jauh lebih sedikit daripada baktri gram posiif. Pori-pori dalam peptidoglikan bakteri Gram negatif tetap masih cukup besar untuk dapat disari keluar kompleks karbol

Upload: ia-filarhiasis-hatake

Post on 29-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Strep To

STREPTOCOCCUS

I. PENDAHULUAN

Penyebab terjadinya dua golongan bakteri yaitu Gram positif dan Gram

negatif ialah setelah diberi zat pewarna fenomenanya ini, berhubungan dengan

struktur dan komposisi dinding sel. Perbedaan ketebalan antara kedua

golongan itu dapat merupakan hal yang penting; dinding sel bakteri Gram

negatif  pada umumnnya lebih tipis dari yang dimiliki bakteri Gram positif.

Presentasi kandungan lipid bakteri Gram negatif lebih tinggi daripada Gram

positif. Kenyataannya dalam eksperimen pengecatan mennjukkan bahwa

perlakuan dengan alkohol mengeskstrak lipid, yang menyebabkan poisitas

atau permeabilitas didding sel meningkat. Denagn demikian, kompleks karbol

gentian violet dan lugol dapat disari keluar dan bakteri Gram negatif

terwarnakan. Keterangan lain yang hampir sama juga mendasarkan pada

perbedaan permeabilitas antara kedua golongan bakteri itu, yaitu pada bakteri

Gram negatif kandungan peptidoglikan jauh lebih sedikit sehingga kerapatan

jalinannya jauh lebih sedikit daripada baktri gram posiif. Pori-pori dalam

peptidoglikan bakteri Gram negatif tetap masih cukup besar untuk dapat disari

keluar kompleks karbol gentian violet dan lugol. Selautnya, bila sel-sel Gram

psitif diperlakukan dngan lisozim untuk menyingkirkan dinding selnya, sisa

strukturnya yang disebut protoplas atau sel tanpa dinding akan tercatat juga

oleh kompleks karbol gentian violet dan lugol. Tetapi, sel ini mudah

dihapuskan oleh alkohol. Kenyataan ini menunjukkan bahwa struktur dinding

sel bakteri Gram positif itu yag menjadi tempat tertahannya zat pewarna

pertama yaitu karbol gentian violet. (Razali, 1987)

Cara Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

melakukan swab pada tenggorokan kucing lalu dimasukkan kedalam tabung

yang berisi Nutrient Broth (NB), tempat pegangan swab dipatahkan untuk

menghindari kontaminasi dan dihomogenkan. Nutrient Broth (NB)

dimasukkan ke dalam termos yang berisi es. Selanjutnya sampel dibawa ke

Page 2: Strep To

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah

Kuala. Setelah sampai di Laboratorium Mikrobiologi, sampel tersebut di

lakukan pewarnaan sederhana untuk memastikan ada atau tidaknya bakteri.

Kemudian sampel diinkubasikan ke dalam inkubator pada suhu 370 C selama

18-24 jam. (Dwidjoseputro, 1998)

Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu,

cara pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara

penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan. Masing-

masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pembiakan dan identifikasi

bakteri bersumber dari spesimen yang merupakan hasil proses infeksi,

sedangkan infeksi itu sendiri dapat berasal dari berbagai sumber.

(Dwidjoseputro, 1998)

Sifat umum bakteri ini adalah Gram positif (bisa juga gram negatif tua).

Bulat atau bulat telur dengan diameter ≤ 2 µm. Pembelahan sel yaitu satu arah,

sehingga ditemukan koloni berpasangan (tersusun diplokokus) atau berderet

panjang. Homofermentan (menghasilkan asam laktat). (Pelczar, Michael J,

1986)

II. PRINSIP

Melakukan identifikasi Streptococcus Sp. berdasarkan pada pewarnaan Gram,

pembiakan pada agar darah, katalase, gula-gula ( biokimia) dan resistensi antibiotik

Basitrasin.

III. TUJUAN

Untuk identifikasi Streptococcus Sp. Sehingga dapat di bedakan antara

spesiesnya

IV. TINJAUAN PUSTAKA

Di alam populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi

terdiri dari campuran berbagai macam sel. Oleh karena itu, dalam

Page 3: Strep To

mempelajarinya, bakteri harus diambil dari alam lalu diisolasikan dalam suatu

biakan murni. Di dalam laboratorium populasi bakteri ini dapat diisolasi

menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari

morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya. Biakan murni adalah biakan

yang hanya berisi 1 jenis bakteri. (Dwidjoseputro, 1998)

Streptococcus sp, sifat umumnya adalah Gram positif (bisa juga gram

negatif tua), bulat atau bulat telur dengan diameter ≤ 2 µm. Pembelahan sel

yaitu satu arah, sehingga ditemukan koloni berpasangan (tersusun diplokokus)

atau berderet panjang Homofermentan (menghasilkan asam laktat)

(Dwidjoseputro,1998).

Terdapat sekitar 20 spesies dari streptococcus sp., sehingga perlu

klasifikasi untuk dapat ditentukan jenisnya. Ada 3 cara klasifikasi, yaitu

berdasarkan karakteristik pertumbuhan koloni, pola hemolisis pada media agar

darah/kaldu pepton darah ( untuk mengetahui jenis alpha, beta, dan gama ),

serta dengan cara serologi yaitu mengetahui komposisi antigenik dari

substansi dinding sel (Pelczar, Michael J, 1986).

Prosedur pengambilan :

a. Sebelum mengambil spesimen, pasien diminta untuk berkumur dengan

air. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas.

b. Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.

c. Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali kemudian

keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali

sampai sputum keluar.

d. Sputum yang dikeluarkan ditampung langsung di dalam wadah,

dengan cara mendekatkan wadah ke mulut. Amati keadaan sputum.

Sputum yang berkualitas baik akan tampak kental purulen dengan

volume cukup 3-5 ml (Pelczar, Michael J, 1986).

Tutup wadah dengan erat dan segera kirim ke laboratorium.  Untuk

penanganan spesimen, dapaat digunakan beberapa cara, antara lain :

Page 4: Strep To

Jika sampel kurang dari 2 jam dilakukan pemeriksaan, maka tidak

diperlukan perlakuan khusus. Bakteri Streptococcus cukup tahan pada

lingkungan kering, spesimen berupa kapas lidi dapat dimasukkan ke dalam

kantong kertas steril atau tabung steril untuk dibawa ke labratorium. Jika

membutuhkan waktu selama 24 jam (baru dikirim esok harinya) atau jika

dicurigai terdapat bakteri patogen lainnya, misalnya pada infeksi luka,

sangat diperlukan media lain seperti media stuart atau amies ( media

transport ). Jika transpor membutuhkan waktu lebih dari 1 hari, perlu silika

gel atau sistem transpor dengan kertas filter kering. Sistem ini dapat

digunakan untuk spesimen usapan kulit atau faring. (pelczer, Michael J,

1986)

Ada 3 jenis pemeriksaan untuk menentukan jenis Stretococcus :

Cara langsung, cara ini merupakan cara yang paling sederhana, cepat,

dan murah. pemeriksaan langsung bersifat pengujian pendahuluan dengan

melakukan pemeriksaan mikrosopis dengan pengecatan gram. kelemahan

pemeriksaan langsung yaitu karena hanya dapat menentukan bentuk

koloni, susunan bakteri dan sifat pengecatan. Bentuk khas dari

Streptococcus gama non-hemolytic adalah berbentuk bulat telur, tampak

sebagai diplokokus, dan kadang-kadang enyerupai batang. Cara isolasi dan

kutur ( dengan mengamati pertumbuhan pada media/kultur ). Identfikasi

( dengan pengecatan, tes katalase, tes tehadap antigen pada dinding sel,

dll ) (Pelcza.r, Michael J, 1986).

V. CARA KERJA

Hari I :

1. Lakukan pemeriksaan mikroskopik pada bahan pemeriksaan dengan

pewarnaan gram, anati di bawah mikroskop

2. Tanam bahan pemeriksaan pada lempeng agar darah, lalu inkubasi 37℃ selama 24 jam.

Hari II :

Page 5: Strep To

1. Amati morfologi dan sifat hemolitik pada koloni agar darah. Cirri koloni

Streotococcus bentuk koloni : bulat halus, ukuran kurang dari 1 mm.

2. Lakukan pewarnaan gram pada koloni tersangka dan amti hasilnya di

bawah mikroskop

3. Laakukan uji katalase*, amati hasilnya, Streptococcus memberikan hasil

negative

4. Pad koloni Streptococcus beta hemolitik, untuk mengetahui grup A

lakukan uji resistensi terhadap Basitrasin

5. Untuk mengetahui grup B, lakukan uji CAMP test

6. Untuk mengetahui grup C, lakukan uji resistensi terhadap SXT

*untuk uji katalase dapat di bandingkan hasilnya dengan uji katalse

Staphylococcus.

Uji resistensi Basitrasin :

Cara kerja yaitu dengan menanam cakram antibiotic basitrasin

pada media agar darah yang sudah terlebih dahulu di tanam bakteri

tersangka, demikian pula halnya dengan uji resistensi terhadap SXT.

Uji CAMP test :

(tidak dilakukan dalam praktikum)

Tanamkan S. aureus pada agar darah dengan cara membuat garis

di tengah – tengah agar darah dengan menggunakan ose. Tanamkan koloni

Streptococcus membentuk garis tegak lurus dengan S. aureus , inkubasi

37℃ selama 24 jam. Amati adanya zona hemolisis membentuk panah

diantara goresan S. aureus dan Streptococcuc.

Hari III :

1. Amati hasil uji resistensi terhadap Basitrasin

Page 6: Strep To

Bentuk : Bulat

Susunan :streptococcus, diplococcus

Sifat : Gram +

Tersangka : Streptococcus Sp.

Bentuk : Bulat

Susunan :streptococcus, diplococcus

Sifat : Gram +

Tersangka : Streptococcus Sp.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. HASIL

1. Pewarnaa Gram

Hari 1.

VII.

VIII.

IX.

X.

Hari 2

Page 7: Strep To

2. Pembiakan

Morfologi koloni

Ciri-ciri koloniAgar darah

Koloni : sp Koloni : sv Koloni : sg

Bentuk koloni Bulat Bulat bulat

Diameter (mm) 0.1 mm 1 mm 0.01 mm

Warna Putih bening Hitam putih

Elevasi convex Convex convex

Permukaan molst Molst molst

Pinggiran rata Rata rata

Sifat hemolisis sempurna Tidak

sempurna

anhemolisis

3. Hasil uji kalatase

Koloni + H2O2 → tidak terbentuk gelembung , negatif (-)

4. Penanaman pada media agar darah dan gula-gula

Sesudah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, uji katalase lalu

bahan pemeriksaan di tanam pada media agar darah dan media gula-

gula lalu di inkubasi pada suhu 37℃ selama 24 jam.

Hasil penanaman pada Agar darah :

Makroskopik : Koloni : sp Koloni : sv Koloni : sg

Bentuk koloni bulat Bulat Bulat

Diameter (mm) 0.1 mm 0.5 mm 1 mm

Warna putih Putih Putih

Elevasi convex Convex Convex

Page 8: Strep To

Permukaan molst Molst Molst

Pinggiran rata Rata Rata

Sifat hemolisis Beta hemolisis Alfa

hemolysis

Anhemolisis

Hari III :

Pengujian Koloni : sp Koloni : sv Koloni : sg

Penanaman

pada gula-

gula

Positif (+)

memfermentasi

glukosa

Positif (+)

memfermentasi

glukosa

Positif (+)

memfermentasi

glukosa, gas (+)

Uji resistensi

Basitrasin

Sensitive

Diameter : 28

mm, terdapat

zona

Sensitif

(terdapat zona)

Resisten

Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan hasil di uji dengan

pewarnaan Gram di peroleh hasil bentuk bulat dengan susunan

streptococcus Gram +, yang kemudian di lanjutkan dengan pemeriksaan

penanaman pada media Agar Darah dan di peroleh bentuk koloni bulat,

basah, rata, dan anhemolisis, kemudian koloni tersebut di uji dengan

katalase yang di bandingkan dengan staphylokokus, dan hasilnya pada

streptococcus tidak ada gelembung gas yang muncul, uji kemudian di

lanjutkan dengan penanaman pada gula-gula dan hasilnya baik pada S. ˠ

hemolitikus, S.Viridans, dan S. Pyogense menunjukan hasil positif, uji di

lanjutkan dengan uji resistensi dan CAMP test.

Umumnya Streptococcus bersifat anaerob fakultatif, hanya

beberapa jenis yang bersifat anaerob obligat. Pada perbenihan biasa

Page 9: Strep To

pertumbuhan kurang subur jika ke dalam media tidak ditambahkan darah

atau serum. Terdapat beberapa spesies Streptococcus diantaranya :

Streptococcus hemoliticus meragi glukosa dengan membentuk

asam laktat yang dapat menghambat pertumbuhannya. Tumbuh subur

bila diberi glukosa berlebuih dan diberikan bahan yang dapt menetralkan

asam laktat yang terbentuk

Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam semua enriched

media. Untuk isolasi primer harus dipaki media yang mengandung darah

lengkap, serum atau transudat misalnya cairan asites atau pleura.

Penambahan glukosa dalm konsentrasi 0.5% meningkatkan pertumbuhan

tetapi menyebabkan penurunan daya lisisnya terhadap sel darah merah.

(Ganiswarna, S.G, 2000)

Pemeriksaan langsung dapat di lakukan dari sputum dan seringkali

hasilnya menemukan kokus tunggal atau bepasangan, jarang ditemukan

kokus berantai. Jika pada pemeriksaan lagsung terlihat adanya

Streptococcus tetapi tidak tumbuh dalam suatu perbenihan, harus

dipikirkan kemungkinan kuman bersifat anaerob. Bahan pemeriksaan

dapt ditanam pada lempengan adar darah, jika diduga kumanya bersifat

anaerob juga di tanam dalm perbenihan tioglikolat. Pada lempeng agar

darah

Streptococcus hemoliticus grup A akan tumbuh dalam beberapa

jam atau hari. Di dalm perbenihan dari bahn kuman Streptococcus

viridan dan enterococcus tumbuhnya dapat sangat lambat. Kadar CO2 10

% dapat mempercepat terjadinya hemolisis. Cakram basitrasin yang

mengandung 0.2 unit dapat pula menghambat pertumbuhan

Streptococcus grup A (Sumadio, H., dan Harahap, 1994)

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan dapat di simpulkan

bahwa dari ke 5 uji sampel dapat di katakan sebagai bakteri golongan

Page 10: Strep To

streptococcus dengan sampel sp didapatkan bakteri Streptococcus

pyogenes sedangkan dari sampel sv didapatkan bakteri Streptococcus

viridan dan dari sampel sg dodaptkan bakteri Streptococcus gamma

hemoliticus.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Razali, U., 1987, Mikrobiologi Dasar, Jatinangor: FMIPA UNPAD.

Dwidjoseputro, D.1998,  Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan,

Jakarta.

Jawetz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. 1991, Mikrobiologi

untuk Profesi

Kesehatan, Jakarta, EGC.

Pelczar, Michael J, 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI-Press, Jakarta