sunardi mangundjaja, drg., spbm. (k)., dss. » abses di rongga mulut dan rahang

5
ABSES DI RONGGA MULUT DAN RAHANG Posted by: sunardi | on April 8, 2013 PENDAHULUAN Abses di rongga mulut dan rahang dapat bersumber dari gigi (dentogen) dan bukan dan gigi (non dentogen). Abses non dentogen dapat disebabkan oleb trauma pada jaringan lunak, fraktura tulang rahang, infeksi dan ekstra oral (furunkel), infeksi sinus, infeksi tonsil dan sebagainya. Abses dentogen biasanya bersumber dari gigi, gangren, infeksi saku periodontal dan gigi molar ketiga bawah yang bererupsi sebagian. Gejala-gejala klinis ataupun tanda—tanda klinis kedua macam abses ini pada umumnya yakni adanya rasa sakit, pembengkakan kelenjar lymph regional dan trismus apabila telah menyangkut otot—otot pengunyahan. Suhu tubuh sedikit meningkat, begitu pula butir darah putih. Infeksinya sendiri biasanya akan berhenti dengan terjadinya drenase spontan. Namun pada beberapa kasus dapat menyebar ke jaringan sekitarnya serta masuk kedalam rongga-rongga didaerah mulut dan rahang menimbulkan penyakit yang lebih parah. Sebagai penyebab infeksi biasanya campuran dari mikroorganisme aerob dan anaerob (Megran dkk 1984). von Konow (1981) dan Newman (1984) dalam penelitiannya menemukan bahwa secara klinis maupun bakteriologis bakteri, anaerob selalu dijumpai pada setiap isolat yang diambil dan pasien yang menderita abses odontogen, sedangkan bakteri aerob hanya dijumpai pada sepertiga isolat tersebut dan selalu disertai adanya bakteri anaerob. Dari bakteri aerob yang dominan ialah Stafilokokus aureus, Stafilokokus epidermidis, Streptokokus viridans, sedangkan golongan anaerob ialah Peptokokus, Peptostreptokokus, Bacteroides gram positif batang, Gram negatif kokus. Obat pilihan untuk abses dentogen ialah penisilin (Gerico 181) – Tetapi dari tahun ke tahun obat ini menimbulkan resistensi terhadap bakteri, sehingga pada saat ini sudah banyak bakteri yang resisten terhadap penisilin, hal ini karena bakteri dapat membentuk enzim beta—laktamase yang menghancurkan kerja antibiotika tersebut. Diantara bakteri tadi ialah bakteri anaerob seperti Bacteroides corrodens, Bacteroides Melaninogenikus dll. Dengan mampunya bakteri membentuk enzim ini maka terapi dengan penisilin akan gagal. Ampisilin merupakan derivat dari penisilin yang dibuat secara sintetis. Obat ini masih berkhasiat tinggi untuk mengatasi infeksi di dalam rongga mulut dan rahang. Namun kenyataanya di beberapa kota besar, resistensi bakteri terhadap ampisilin pun telah meningkat. Di Bandung penelitian penulis tahun 1969 terhadap abses— abses di rongga mulut dan, rahang di RSHS menunjukkan sudah adanya bakteri aerob maupun anaerob yang resisten terhadap antibiotika ini namun secara statistik masih tergolong kecil (anaerob 3,8%, aerob 7%). Oleh karena itu masih dapat digunakan didalam menanggulangi kasus-kasus infeksi dentogen PENJALARAN INFEKSI Infeksi yang berasal dari periapikal atau periodontal menembus tulang alveolar kearah intra oral atau ekstra oral. Kalau intra oral setelah menembus tulang alveolar, infeksi terjadi di awali periosteum menyebabkan periostitis yang kemudian berlanjut menjadi abses subperiostal, infeksi kemudian akan menembus periost masuk ke dalan jaringan di atas periost membentuk abses submukus karena abses masih terletak didalam jaringan submukosa – PUS akan mencari jalan keluar menembus submukus. Abses Periapikal Abses periapikal atau disebut juga abses alveolar akut yang dimulai di daerah periapikal disebabkan oleh pulpa nekrotis. Abses ini terjadi segera setelah trauma pada jaringan pulpa atau dapat juga setelah periode laten lama yang kemudian secara mendadak berkembang menjadi infeksi akut dengan simptom inflamasi seperti rasa sakit yang hebat tanpa disertai dengan pembengkakan. Tetapi infeksi dapat menjalar menembus tulang alveolar keluar dan menimbulkan abses subperiostal atau supraperiostal. Sebelun menimbulkan abses-abses ini, infeksi dapat menimbulkan selulitis pada regio jaringan yang bersangkutan. Jaringan lunak menjadi padat dan keras pada palpasi, keadaan demikian disebut iridant – Selama ini pasien merasakan keadaan yang sangat tidak nenyenangkan sampai terbentuknya abses. Perawatan ditujukan untuk mengobati dan melokalisir iridant selama periode indurasi, membatasi infeksi pada tempat tersebut dan kemudian menghilangkan penyebab infeksi. Pemberian antibiotika yang tepat baik dosis maupun waktunya dapat membantu mengatasi keadaan infeksi yang hebat dan membahayakan. Untuk membantu melokalisasi infeksi dapat dilakukan dengan kompres hangat dan sering kumur dengan air hangat – Setelah terbentuk abses baru dilakukan insisi dan drenase. Secara fisiologis pada saat ini tubuh telah membentuk barier disekeling abses, sehingga pada palpasi dapat dirasakan adanya fluktuasi. Semakin dalam letak abses semakin sukar untuk diketahui adanya fluktuasi dengan palpasi. Tindakan selanjutnya ialah melakukan trepanasi gigi tersebut untuk mengurangi tekanan, namun apabila dengan trepanasi tidak mengurangi rasa sakit, maka harus dilakukan pencabutan gigi tersebut. Filosofi untuk tidak melakukan pencabutan gigi dalam keadaan infeksi akut telah ditinggalkan. Harus disadari bahwa tulang alveolar itu padat, sehingga satu— satunya jalan untuk mempercepat pengeluaran pus yang terkumpul di apeks gigi ialah dengan pencabutan. Bila pencabutan ditunda—tunda maka infeksi dapat menyebar ke jaringan sekitarnya menimbulkan septikemi atau osteomiolitis atau keduanya. Pencabutan gigi dengan infeksi akut harus dilakukan setelah pasen dilindungi cukup dengan antibiotika sampai konsentrasi dalam darah cukup tinggi. Antibiotika dipilih yang sesuai nituk mikroorganisme penyebab. Ekstraksi gigi lebih dan satu atau pembedahan radikal harus dihindarkan sampai infeksi reda. Untuk abses periapikal yang telah menembus tulang dan membentuk abses di luar tulang harus dilakukan insisi dan drenase abses serta pencabutan gigi sekaligus. Bi1a gigi hendak dipertahankan, maka sebelumnya ditrepanasi dulu dan di insisi untuk drenase abses. Insisi ekstra oral atau pun intra oral harus dipilih tempat yang tidak merusak berkas neurovaskuler. Apabila sulit mencari yang aman, insisi dilakukan hanya sampai submukus, kemudian dilanjutkan dengan arteri klem sampai ke tulang, kemudian arteri klem dibuka sehingga pus akan mengalir keluar Abses Pericoronal Abses pericoronal sering timbul pada masa bayi, anak—anak dan dewasa muda. Pada bayi dan anak-anak abses perikoronal berhubungan dengan erupsi gigi. BERANDA GALLERY INDEKS TULISAN OTOBIOGRAFI TULISAN

Upload: joecool87

Post on 15-Sep-2015

42 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

prof

TRANSCRIPT

  • ABSES DI RONGGA MULUT DAN RAHANGP o s t e d b y : s u n a r d i | o n A p r i l 8 , 2 0 1 3

    PENDAHULUAN

    Abses di rongga mulut dan rahang dapat bersumber dari gigi (dentogen) dan bukan dan gigi (non dentogen). Abses non dentogendapat disebabkan oleb trauma pada jaringan lunak, fraktura tulang rahang, infeksi dan ekstra oral (furunkel), infeksi sinus, infeksitonsil dan sebagainya. Abses dentogen biasanya bersumber dari gigi, gangren, infeksi saku periodontal dan gigi molar ketigabawah yang bererupsi sebagian.

    Gejala-gejala klinis ataupun tandatanda klinis kedua macam abses ini pada umumnya yakni adanya rasa sakit, pembengkakankelenjar lymph regional dan trismus apabila telah menyangkut otototot pengunyahan. Suhu tubuh sedikit meningkat, begitupula butir darah putih. Infeksinya sendiri biasanya akan berhenti dengan terjadinya drenase spontan. Namun pada beberapa kasus

    dapat menyebar ke jaringan sekitarnya serta masuk kedalam rongga-rongga didaerah mulut dan rahang menimbulkan penyakit yang lebih parah. Sebagaipenyebab infeksi biasanya campuran dari mikroorganisme aerob dan anaerob (Megran dkk 1984). von Konow (1981) dan Newman (1984) dalam penelitiannyamenemukan bahwa secara klinis maupun bakteriologis bakteri, anaerob selalu dijumpai pada setiap isolat yang diambil dan pasien yang menderita absesodontogen, sedangkan bakteri aerob hanya dijumpai pada sepertiga isolat tersebut dan selalu disertai adanya bakteri anaerob.

    Dari bakteri aerob yang dominan ialah Stafilokokus aureus, Stafilokokus epidermidis, Streptokokus viridans, sedangkan golongan anaerob ialah Peptokokus,Peptostreptokokus, Bacteroides gram positif batang, Gram negatif kokus. Obat pilihan untuk abses dentogen ialah penisilin (Gerico 181) Tetapi dari tahun ketahun obat ini menimbulkan resistensi terhadap bakteri, sehingga pada saat ini sudah banyak bakteri yang resisten terhadap penisilin, hal ini karena bakteridapat membentuk enzim betalaktamase yang menghancurkan kerja antibiotika tersebut. Diantara bakteri tadi ialah bakteri anaerob seperti Bacteroidescorrodens, Bacteroides Melaninogenikus dll. Dengan mampunya bakteri membentuk enzim ini maka terapi dengan penisilin akan gagal. Ampisilin merupakanderivat dari penisilin yang dibuat secara sintetis. Obat ini masih berkhasiat tinggi untuk mengatasi infeksi di dalam rongga mulut dan rahang. Namunkenyataanya di beberapa kota besar, resistensi bakteri terhadap ampisilin pun telah meningkat. Di Bandung penelitian penulis tahun 1969 terhadap absesabses di rongga mulut dan, rahang di RSHS menunjukkan sudah adanya bakteri aerob maupun anaerob yang resisten terhadap antibiotika ini namun secarastatistik masih tergolong kecil (anaerob 3,8%, aerob 7%). Oleh karena itu masih dapat digunakan didalam menanggulangi kasus-kasus infeksi dentogen

    PENJALARAN INFEKSI

    Infeksi yang berasal dari periapikal atau periodontal menembus tulang alveolar kearah intra oral atau ekstra oral. Kalau intra oral setelah menembus tulangalveolar, infeksi terjadi di awali periosteum menyebabkan periostitis yang kemudian berlanjut menjadi abses subperiostal, infeksi kemudian akan menembusperiost masuk ke dalan jaringan di atas periost membentuk abses submukus karena abses masih terletak didalam jaringan submukosa PUS akan mencari jalankeluar menembus submukus.

    Abses Periapikal

    Abses periapikal atau disebut juga abses alveolar akut yang dimulai di daerah periapikal disebabkan oleh pulpa nekrotis. Abses ini terjadi segera setelahtrauma pada jaringan pulpa atau dapat juga setelah periode laten lama yang kemudian secara mendadak berkembang menjadi infeksi akut dengan simptominflamasi seperti rasa sakit yang hebat tanpa disertai dengan pembengkakan. Tetapi infeksi dapat menjalar menembus tulang alveolar keluar dan menimbulkanabses subperiostal atau supraperiostal. Sebelun menimbulkan abses-abses ini, infeksi dapat menimbulkan selulitis pada regio jaringan yang bersangkutan.Jaringan lunak menjadi padat dan keras pada palpasi, keadaan demikian disebut iridant Selama ini pasien merasakan keadaan yang sangat tidaknenyenangkan sampai terbentuknya abses.

    Perawatan ditujukan untuk mengobati dan melokalisir iridant selama periode indurasi, membatasi infeksi pada tempat tersebut dan kemudian menghilangkanpenyebab infeksi. Pemberian antibiotika yang tepat baik dosis maupun waktunya dapat membantu mengatasi keadaan infeksi yang hebat dan membahayakan.Untuk membantu melokalisasi infeksi dapat dilakukan dengan kompres hangat dan sering kumur dengan air hangat Setelah terbentuk abses baru dilakukaninsisi dan drenase. Secara fisiologis pada saat ini tubuh telah membentuk barier disekeling abses, sehingga pada palpasi dapat dirasakan adanya fluktuasi.Semakin dalam letak abses semakin sukar untuk diketahui adanya fluktuasi dengan palpasi. Tindakan selanjutnya ialah melakukan trepanasi gigi tersebutuntuk mengurangi tekanan, namun apabila dengan trepanasi tidak mengurangi rasa sakit, maka harus dilakukan pencabutan gigi tersebut.

    Filosofi untuk tidak melakukan pencabutan gigi dalam keadaan infeksi akut telah ditinggalkan. Harus disadari bahwa tulang alveolar itu padat, sehingga satusatunya jalan untuk mempercepat pengeluaran pus yang terkumpul di apeks gigi ialah dengan pencabutan. Bila pencabutan ditundatunda maka infeksi dapatmenyebar ke jaringan sekitarnya menimbulkan septikemi atau osteomiolitis atau keduanya.

    Pencabutan gigi dengan infeksi akut harus dilakukan setelah pasen dilindungi cukup dengan antibiotika sampai konsentrasi dalam darah cukup tinggi.Antibiotika dipilih yang sesuai nituk mikroorganisme penyebab. Ekstraksi gigi lebih dan satu atau pembedahan radikal harus dihindarkan sampai infeksi reda.

    Untuk abses periapikal yang telah menembus tulang dan membentuk abses di luar tulang harus dilakukan insisi dan drenase abses serta pencabutan gigisekaligus.

    Bi1a gigi hendak dipertahankan, maka sebelumnya ditrepanasi dulu dan di insisi untuk drenase abses. Insisi ekstra oral atau pun intra oral harus dipilihtempat yang tidak merusak berkas neurovaskuler. Apabila sulit mencari yang aman, insisi dilakukan hanya sampai submukus, kemudian dilanjutkan denganarteri klem sampai ke tulang, kemudian arteri klem dibuka sehingga pus akan mengalir keluar

    Abses Pericoronal

    Abses pericoronal sering timbul pada masa bayi, anakanak dan dewasa muda. Pada bayi dan anak-anak abses perikoronal berhubungan dengan erupsi gigi.

    BERANDA GALLERY INDEKS TULISAN OTOBIOGRAFI TULISAN

  • Yang paling sering ialah infeksi perikoronal pada orang dewasa muda yaitu pada molar ketiga bawah. Simptom penyakit bervariasi dan sering pasienmerasakan sebagai infeksi di daerah tonsil atau teggorokan sehingga pasien mencari pengobatan kepada dokter umum. Yang menarik dari infeksi pericoronalini ialah simpton dan tandatandanya seperti abses peritonsilar dan infeksi streptokokal tenggorokan sehingga pasien dirawat untuk diagnosa penyakit itu danberulangulang. Sampai suatu saat gigi nolar ketiga dapat didiagnosa sebagai penyebab penyakit tadi.

    Simpton yang khas dari infeksi perikoronal molar tiga bawah ialah adanya limfadenopati, trismus, sakit pada regio molar tiga dan keadaan umum yang gelisahdisertai kenaikan suhu tubuh. Simptom-simptom ini bervariasi dari setiap kasus yang timbul.

    Adanya pembengkakan di sekitar gusi yang menutup gigi molar tiga bawah mengakibatkan kesukaran mengunyah. Untuk mempercepat mengecilnya jaringanitu, maka perlu drenase dengan dren karet atau perban yodoform yang ditetesi eugenol untuk mengurangi rasa sakit dan tiap hari diganti. Pasien kumur airhangat selama lima menit dengan interval setengah jam.

    Pengobatan dengan antibiotika diberikan agar cepat mereda. Pengambilan gigi impaksi dilakukan apabila keadaan gigi tersebut tidak mungkin erupsi denganbaik dan penyakit sering kambuh. Apabila posisi baik, tempat cukup maka dapat dilakukan operkulektomi untuk mempertahankan gigi tersebut.

    Abses Periodontal

    Abses berkembang dan infeksi periodontal yang disebabkan oleh bakteri pyogen. Pus yang terbentuk di dalam soket akan dikeluarkan melalui saku periodontal.Tapi pada suatu saat gusi pada permukaan saku menutup sehingga pus yang berada di dalam saku gusi tidak dapat keluar menimbulkan suatu absesperiodontal dengan gejalagejala klinis gigi sakit pada sentuhan, gigi terasa memanjang, gigi goyang, pembengkakan pada gusi sekitar gigi tersebut,eritema, pembengkakan kelenjar limf regional yang sakit pada perabaan.

    Perawatan terdiri dari insisi untuk pembuatan drenase. Aplikasi arteri klem untuk membesarkan lubang drenase harus mencapai dasar poket. Tindakan inidikerjakan setelah pasien dilindungi dengan antibiotika dulu sebelumnya untuk mencegah penyebaran infeksi ke tulang alveolar dan penyebaran infeksimenjadi septikemi. Kalau fase akut telah reda, apabila gigi masih dapat dipertahankan, karena kerusakan tulang hanya pada satu dinding alveolar, dilakukankuretase dan perawatan periodonsium lanjutan. Namun apabila tulang alveolar sudah rusak lebih dari satu dinding maka pilihan utama ialah pencabutan gigi.

    Infeksi Rongga Mastikasi

    Rongga mastikasi termasuk regio subperiostal mandibula, dan rongga yang berisi ramus mandibula dan otototot mastikasi yakni m. maseter, m. pterigoideuslateral dan medialis dan m. temporalis.

    Infeksi rongga mastikasi selalu berasal dan gigi, terutama molar bawah. Penting untuk diingat bahwa abses pada rongga mastikasi sering menimbulkan infeksirongga para faringeal. Kedua macan abses ini harus dapat didiagnosa dengan tepat mengingat perawatannya sangat berbeda.Infeksi rongga mastikasi bertendensi besar untuk sering menimbulkan penyebaran infeksi ke infra temporalis, rongga kelenjar parotis dan bahkan ke lateralparafaningeal.

    Infeksi rongga mastikasi terjadi melalui

    1. Infeksi melalui molar dua bawah terutama dari molar tiga bawah.2. Tindakan anestesi yang tidak aseptis pada anestesi lokal untuk nervus mandibularis.3. Trauma pada mandibula eksternal atau fraktura menyangkut molar tiga bawah.

    Secara patologis, infeksi rongga mastikasi mempunyai karakteristik adanya mandibular subperiostal abses dan selulitis mandibula, masseter dan pterigoidabses dapat terlibat. Bila infeksi lebih ke anterior akan meliputi korpus mandibula

    Pada keadan tertentu dapat timbul osteomielitis pada ramus mandibula, hal ini Lerutama terjadi apabila tidak dilakukan drenase yang tepat.

    Klinis abses rongga mastikasi ditandai terutama dengan adanya trismus, rasa sakit dan pembengkakan yang terjadi beberapa jam setelah pengambilan gigimolar bawah atau oleh karena trauma mandibula. Tandatanda klinis ini akan bekembang cepat dan mencapai puncaknya pada hari ke 3 sampai hari ke tujuh.Trismus yang terjadi sangat parah karena menyangkut m. masseter dan m. pterigoideus. Sakit terasa hebat, suhu tubuh meningkat, sakit menelan

    Terapi umumnya secara konservatif dulu, drenase multipel yaitu melalui ekstra oral dan intra oral untuk memperlancar pengeluaran pus. Kadangkadang terjadidrenase secara spontan pada hari ke empat sampai hari ke delapan. Pemberian khemoterapi saja tidak berguna kalau sudah ada supurasi.

    Infeksi Spasium Temporalis

    Spasium Temporalis ada yang superfisial dan profunda. Infeksi spasium temporalis biasanya terjadi secara sekunder setelah infeksi pertamatama pada ronggarongga mastikator, ptenigopalatin dan rongga infratemporalis.Klinis terdapat rasa sakit dan trismus, Ekstra oral pembengkakan di atas temporal jelas tapi kadangkadang tidak jelas. Insisi untuk drenase dilakukan di ataslengkung zigoma menembus kulit, fasia superfisialis dan fasia temporalis. Utuk mencapai rongga temporal dalam perlu insisi menembus otot temporal

    Rongga submandibula dan sublingual

    Istilah rongga submandibula termasuk rongga submental karena kedua rongga ini saling berhubungan. Rongga submental terletak ditengah antara simfisis dantulang hioid. Lateral dibatasi oleh m. digastrikus pars anterior. Dasarnya terbentuk oleh m. milohioid sedang atapnya oleh bagian suprahioid fasia serfikaldalam. Dalam rongga ini berasal vena yugularis, selain itu juga berisi kelenjar limfe submental.Rongga submandibula atau rongga digastrik terletak lateral terhadap rongga submental, dibelakang bawah dibatasi oleh otot stiloid dan m. digastrikus parsposterior. Anteroinferior oleh digastrikus pars anterior dan di atas oleh tepi bawah mandibula. Dasarnya dibentuk oleh m. milohioid dan m. hioglosus. Ronggasubmandibula berisi kelenjar liur submandibula dan arteri serta vena.

    Rongga sublingual terletak di atas m. milohioid. Atapnya dibentuk oleh mukosa dasar mulut. Ke arah lateral berhubungan dengan bagian dalam mandibula diatas linea milohioid. Ke medial dibatasi oleh m. geniohioid dan m. genioglosus

    Dasarnya adalah m. milohiold, rongga ini berisi kelenjar liur sublingualis, bagian dalam kelenjar liur submandibula. dan saraf serta pembuluh darah.

    Infeksi yang paling berbahaya yang menyangkut rongga submental, submandibula dan sublingual ialah flegmon dasar mulut (Ludwig Angina).

    Perawatan flegmon dasar mulut tidak dapat dilaksanakan di klinik gigi mengingat keadaan pasien demikian memerlukan penanganan khusus. Pasien denganfleganon dasar mulut mebberi gejala dan tanda klinik yang berat antara lain pasien tampak sangat kesakitan, susah bernapas apalagi dalam posisi terlentang,

  • suhu tubuh meningkat, begitu pula nadi menjadi cepat Pasien tampuk pucat karena sudah beberapa hari tidak masuk makanan. Pembengkakan pada daerahleher dan dagu warna merah, pembengkakan keras seperti papan dan tidak ada fluktuasi, pasien tidak dapat menutup mulut karena lidah terdesak keatas dankebelakang, air liur mengalir dari sudut mulut karena hipersalivasi dan pasien sukar menelan.

    Perawatan terdiri dari perawatan umum dan lokal, perawatan ini terdiri dari peningkatan daya tahan tubuh dengan pemberian cairan tinggi kalori dan proteinmelalui infus, serta pemberian ruboransia. Pasien harus istirahat total di ruang perawatan dengan diperhatikan jalan napas agar tetap lancar, keseimbangancairan elektrolit dipertahankan. Antibiotika diberikan dosis tinggi dan yang mencakup bakteri penyebab infeksi termasuk bakteri aerob dan anaerob, sebelumdilakukan kultur bakteri dan pemeriksaan test senstifitas. Apabila pasien mendapat kesukaran bernapas perlu dilakukan trakheostomi dan pemberian oksigen.

    Insisi dan pembuatan drenase abses dikerjakan sesudah ada fluktuasi. Biasanya dilakukan multipel drenase untuk memperlancar pengeluaran pus dannengurangi ketegangan jaringan. penusukan dengan arteri klem ditujukan kearah atas dan belakang lidah, dicari kirakira tempat berkumpulnya pus.Pencabutan gigi penyebab dilakukan setelah infeksi reda dan pasien sudah dapat membuka mulut.

    Abses Parafaringeal

    Rongga parafaringeal meluas dari basis kranii sampai ke batas tulang hioid. Di bagian medial dibatasi oleh m. konstriktor faring, lateral oleh mandibula, ototpterigoideus medialis dan bagian retro mandibula kelenjar parotis, didepan dibatasi oleh rongga pterigomandibula, dibelakang oleh fasia prevertebra dankearah superior oleh bagian petrosus tulang temporal dan kebawah oleh perlekatan kapsul kelenjar submandibula ke sarung otot stilomandibula dan bagianbelakang otot digastrikus. Rongga ini dibagi dua oleh prosesus stiloideus menjadi bagian anterior dan posterior Dua ruangan ini tidak terpisah sekali tapinasih ada hubungan, namun infeksi dapat mengenai hanya satu ruang saja.

    Ruang depan berisi kelenjar limf, arteri faringeal asendens dan arteri fasialis dan jaringan penyambung jarang. Ruang belakangdiisi oleh caroted sheath dengan arteri carotis interna, vena yugularis interna dan nervus vagus juga m. glosofaringeus, aksesori hipoglosal dan trunkussimpatikus servikalis.

    Infeksi rongga parafaringeal sangat berbahaya dan sering menimbulkan kenatian. Rongga ini sering terinfeksi oleh penyebaran dari infeksi tonsila palatina,mastoid sel, kelenjar parotis dan dapat juga oleh infeksi dan gigi yang menjalar dari infeksi rongga mastikasi.Secara patologis infeksi di rongga parafaringeal berupa pembentukan abses, namun ada kalanya tidak terjadi abses karena infeksi menyebar dengan cepatseperti halnya pasien Angina Ludovici

    Gambaran klinis tampak sebagai akibat penyebaran infeksi dan molar tiga atas, disertai dengan kenaikan suhu dengan cepat, pasien menggigil bila terjadiseptikemi. Tinitus jelas sekali karena iritasi otot ptenigoideus medialis serta juga rasa sakit yang hebat. karena tekanan tinggi akibat akumulasi pus antaraotot pterigoideus medialis dan konstriktor faringeus. Sakit menelan hebat, sesak napas tapi tidak menonjol seperti pada Angina Ludovici

    Bila infeksi mengenai ruang bagian depan, maka tampak pembengkakan ekstra oral disebelah depan otot sternokleidonastoideus Pembengkakan inii mulaitampak pada angulus mandibula, pembengkakan dapat menyebar ke atas ke kelenjar parotis. Di daiam rongga mulut tampak penonjolan ke medial dan dindingfaring dan mendorong tonsila palatina ketengah. Infeksi di bagian ini mnenimbulkan sakit dan trismus hebat tetapi biasanya tidak menunjukkan septikemi

    Infeksi yang menyerang ruang bagian belakang parafaringeal, gambaran klinis yang terutama ialah gejala septikemi, Sedikit trismus dan rasa sakit.pembengkakan ekstra oral tidak begitu besar seperti pada abses yang terjadi di bagian depan

    Di rongga mulut pembengkakan pada dinding faring di belakang arkus palatogiosus. Komplikasi abses ini sangat gawat terutama bila telah menyangkut bagianbelakang ruang parafaringeal, komplikasi ini menyangkut :

    1. paralisis pernapasan akibat dari edema laring,2. trombosis vena yugularis interna dan3. erosi arteri karotis interna.

    Tindakan bedah untuk pembuatan drenase sangat diperlukan pada keadaan septikemi atau hemoraghi. Tindakan bedah ini dapat secara ekstra oral atau intraoral. Insisi ekstra oral diperlukan pada waktu menanggulangi hemoraghi. Insisi sepanjang tepi depan otot sternomastoideus, meluas dari bawah kesudutmandibula ke sepertiga tengah kelenjar submandibula. Insisi intra oral jangan dilakukan bila ada perdarahan hebat, tapi kalau tidak ada maka insisi dibuat dibagian lateral rafe pterigomandibula dan memasukan hemostat sepanjang ramus mandibula medial otot pterigoideus medialis dan lateral otot konstriktorfaring ke belakang. Pada keadaan tertentu diperlukan tindakan trakheostomi untuk menjaga kelancaran jalan napas.

    Pemilihan Dasar-dasar Rekonstruksi Primer Bibir Sumbing

    Previous Image

    Posted in Kuliah | 1 Comment Tags: Kuliah

    ONE COMMENTTO ABSES DI RONGGA MULUT DAN RAHANGn u r i z a n b a z l i n a says:February 24, 2014 at 23:15

    assalamualaikum dokter gigi sunardi,infonya bagus, bisa saya tahu sumbernya dari mana aja ya doc?

    Reply

  • LEAVE A REPLYYour email address will not be published. Required fields are marked

    Name

    Email

    Website

    two + 4 =

    Comment

    You may use these HTML tags and attributes:

    POST COMMENT

    Notify me of follow-up comments by email.

    Notify me of new posts by email.

    Search Text Here SEARCH

    RECENT POSTS

    Abses di Rongga Mulut dan Rahang

    Pemilihan Dasar-dasar Rekonstruksi Primer Bibir Sumbing

    Peran Dokter Gigi Pada Penanganan Pasien Celah Bibir Dan Langit-Langit

    Ukuran Antropometri Wajah Dan Kepala Sebagai Acuan Nilai Normal Untuk Evaluasi Penderita Celah Bibir Dan Langit-Langit

    A comparative study between clindamycin and ampicillin in the treatment of odontogenic infections

    KATEGORISelect Category

    *

    *

    *

  • 2015: Prof. Sunardi Mangundjaja, drg., SpBM. (K)., DSS. | Simplify Theme by: D5 Creation | Powered by: WordPress