suspensi (1)
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
II. 1. Latar Belakang
Sejak kira-kira pertengahan abad ke 18, telah dapat dipisahkan beberapa
senyawa organik dari makhluk hidup serta hasil produksinya. Seorang ahli kimia
Jerman bernama Karl Wilhelm Scheele (1742 – 1786) sangat terkenal dengan
keahliannya dalam bidang ini; beliau telah berhasil memisahkan beberapa
senyawa sederhana, termasuk gliserol dan asam-asam oksalat, laktat, tartrat dan
sitrat dari berbagai sumber organik yang berasal dari tumbuhan dan binatang.
Friederich W. Serturner (1783 – 1841) memisahkan morfin dari opium pada
tahun 1806 dan Pelletier serta Cevantou memisahkan Strihnina, brusina, kinnina,
sinkonina dan kaffeina lima belas tahun kemudian.
Pada awal abad XXI, perkembangan farmakognosi mulai terarah pada
penggunaan bahan aktif yang terdapat pada tanaman obat sebagai prototipe untuk
kemudian dibuat bahan kimia yang sama strukturnya dengan senyawa yang
berkhasiat obat tersebut sehingga pembuatan obat tidak harus menguras banyak
sumber daya alam. Senyawa aktif tersebut disebut sebagai Lead Compound.
Negara Indonesia yang kaya dengan obat-obatan asli karena memiliki
hutan dan laut yang sangat luas, dimana di dalamnya terkandung beerbagai flora
dan fauna yang dapat dimanfaatkan dalam dunia pengobatan, khususnya
pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam telah
sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat menarik minat masyarakat pada
umumnya untuk kembali menggunakan bahan-bahan alam sebagai obat karena
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan obat-obat sintesis.
Indonesia terletak diantara dua benua dan dua samudera. Letak geografis
dan iklim Indonesia yang memungkinkan tumbuh suburnya tumbuhan
1
menjadikan Indonesia Negara yang kaya akan tumbuhan yang potensial dan
bermanfaat atau berkhasiat. Tetapi pemanfaatan dan pengolahan tumbuh-
tumbuhan yang ada baru sebagian kecil, sehingga masih banyak tumbuhan yang
berkhasiat dan bermanfaat belum dimanfaatkan secara optimal.
Di dalam sejarah perkembangannya farmakognosi sejak dahulu
merupakan bagian dari apa yang disebut sebagai seni dan ilmu kedokteran,
yakni sejak manusia mengenal cara-cara penyembuhan terhadap suatu penyakit.
Farmakognosi berasal dari bahasa latin yaitu “Pharmacon” yang berarti
obat dan “gnosis” yang berarti pengetahuan jadi dapat disimpulkan pengertian
farmakognosi secara bahasa yaitu pengetahuan tentang obat. Farmakognosi
mempelajari bahan farmasetis yang berasal dari mahluk hidup, yang terdapat di
alam. Berupa biosintesanya, identifikasi dan penentuan kadar secara kuantitatif.
Selain itu dilakukan pula secara isolasi, struktur kimiawi, sifat fisis dan
kimiawi, dan penggunaan beserta cara pengerjaan dan pengolahannya.
Telah diketahui bahwa sebenarnya suatu organisme atau mahluk hidup
dapat dianggap sebagai laboratorium biosintesa yang terjadi dalam tubuh
organisme tersebut. Hal ini berfungsi tidak hanya sebagai zat berkhasiat untuk
manusia dan hewan (karbohidrat dan protein) tapi juga terhadap senyawa
kimiawi yang kompleks (alkaloid, glikosida, dan minyak menguap) yang
memiliki pengaruh fisis logis senyawa inilah yang memberi khasiat terapeutis
bagi obat yang berasal dari alam. Dengan sendirinya farmakognosi merupakan
hasil perkembangan dari cara pengobatan pada peradaban kuno. Berkembang
dari suatu abad dimana obat – obatan digunakan menjadi suatu pengetahuan
terpenting bagi pendidikan farmasi.
Dalam praktikum ini dilakukan beberapa pengujian dan percobaan
terhadap simplisia yang diperoleh dari daun senggani (Melastoma candidum).
Pengujian dan percobaan simplisia ini meliputi pengenalan mikroskopik
simplisia, identifikasi komponen kimia, penetapan kadar air, penentuan tetapan
fisis dan pembuatan infus.
2
I. 2. Maksud dan Tujuan Percobaan
I. 2.1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara pengolahan simplisia,
pemeriksaan farmakognostik, identifikasi komponen kimia, penetapan kadar
air, penentuan tetapan fisis dan pembuatan infus dari simplisia.
I. 2. 2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami bentuk morfologi korteks dan anatomi
serbuk simplisia dari daun senggani (Melastoma candidum)
melalui pemeriksaan farmakognostik.
2. Mengetahui dan menentukan cara pengidentifikasian komponen
kimia dari simplisia daun senggani (Melastoma candidum).
3. Menentukan tetapan kadar air dari simplisia daun senggani
(Melastoma candidum).
4. Mengetahui dan menentukan tetapan fisis dari simplisia daun
senggani (Melastoma candidum) yang meliputi susut pengeringan,
penetapan kadar sari larut metanol dan penentuan kadar sari larut
air.
5. Mengetahui dan memahami pembuatan sediaan infus dari simplisia
daun senggani (Melastoma candidum).
3
I.3. Prinsip Percobaan
1. Penentuan bentuk morfologi korteks dan anatomi serbuk simplisia dari
daun senggani (Melastoma cabdidum) dengan menggunakan metode
mikroskopik dimana sampel diamati langsung dibawah mikroskop.
2. Penentuan komponen kimia dari simplisia daun senggani (Melastoma
candidum) diantaranya pengujian alkaloid, flavonoid, 1,8
dioksiantrakuinon bebas, saponin, glikosida, serta pati dan aleuron
dengan menggunakan beberapa pereaksi dan mengamati perubahan
warna yang terjadi.
3. Penentuan kadar air dari simplisia daun senggani (Melastoma candidum)
dimana simplisia dilarutkan dengan toluen jenuh kemudian dipanaskan
hingga mendidih dan dihitung % kadar air berdasarkan volume yang
dihasilkan dengan cara destilasi.
4. ( a ) Penentuan tetapan fisis dari simplisia daun senggani (Melastoma
candidum) berupa susut pengeringan dimana sampel diuapkan
pada suhu 1050C.
( b ) Penentuan tetapan kadar sari larut metanol dilarutkan dalam
pelarut metanol.
( c ) Penentuan kadar sari larut air dimana sampel dilarutkan dalam
pelarut air-CHl3 kemudian ditentukan kadarnya dalam %.
5. Pembuatan infus dari simplisia daun senggani (Melastoma candidum),
dimana sampel dipanaskan sampai suhu 900C dipertahankan selama 15
menit.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Uraian Tumbuhan
II. 1. 1. Klasifikasi Tanaman
Daun senggani (Melastoma cadidum)
5
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub-kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Familia : Melastomataceae
Genus : Melastoma
Spesies : Melastoma candidum D.Don
II.1. 2. Morfologi
Senggani tumbuh liar pada tempat-tempat yang mendapat cukup
sinar matahari, seperti di lereng gunung, semak belukar, lapangan yang
tidak terlalu gersang, atau di daerah obyek wisata sebagai tanaman hias.
Tumbuhan ini bisa ditemukan sampai ketinggian 1.650 m dpl. Perdu,
tegak, tinggi 0,5 - 4 m, banyak bercabang, bersisik dan berambut. Daun
tunggal, bertangkai, letak berhadapan bersilang. Helai daun bundar telur
memanjang sampai lonjong, ujung lancip, pangkal membulat, tepi rata,
permukaan berambut pendek yang jarang dan kaku sehingga teraba
kasar
II.1. 3. Kandungan Kimia ( 2 )
Mengandung saponin, flavanoida, dan tanin.
II. 1. 4. Khasiat dan Penggunaan ( 2 )
Senggani berkhasiat untuk mengatasi:
Gangguan pencernaan makanan (dispepsi), disentri
basiler, diare,
Hepatitis
Keputihan (leukorea), sariawan,
Darah haid berlebihan, perdarahan rahim diluar waktu
haid,
Mimisan, berak darah (melena), wasir berdarah,
6
Radang dinding,pembuluh darah disertai pembekuan
darah di dalam
salurannya (tromboangitis),
Air susu ibu (ASI) tidak lancar,
Keracunan singkong, mabuk minuman keras,
Busung air, dan bisul
II. 2. Kunci Determinan
-
II. 3. Prosedur Kerja ( 4 )
II. 3. 1. Pemerikasaan Farmakognostik
II. 3. 1. 1. Pemeriksaan Morfologi Simplisia
Siapkan bagian dari sampel yang akan diamati
kemudian diamati bentuknya.
II. 3. 1. 2. Pemeriksaan Anatomi Simplisia
Ambil simplisia secukupnya kemudian letakkan diatas
objek gelas. Selanjutnya berikan chloralhidrat lalu
difiksasi.Tutup dengan dek gelas. Selanjutnya diperiksa
atau diamati bentuk anatominya dengan menggunakan
mikroskop.
II. 3. 2. Identifikasi Komponen Kimia
II. 3. 2. 1. Pati dan Aleuron
7
Pada bahan yang akan diperiksa diatas kaca objek,
tambahkan I2 0,1 N. Dimana pati berwarna biru dan aleuron
kuning kecoklatan.
II. 3. 2. 2. 1,8 – dioksiantraquinon bebas
Pada bahan serbuk ditambahkan Kalium Hidroksida
Etanol (90%) P. Terjadi warna merah.
II. 3. 2. 3. Alkaloid
Masukkan 500 mg simplisia ditambahkan 1 ml HCl 2 N
dan 9 ml air. Dipanaskan selama 2 menit. Dinginkan dan
saring. Pindahkan 2 tetes filtrat kegelas arloji, tambahkan 2
tetes bouchardat LP, jika pada kedua percobaan tidak
terjadi endapan maka serbuk tidak mengandung alkaloid.
Jika dengan mayer terbentuk endapan putih atau kuning
yang larut dalam methanol P atau bouchardat LP
membentuk endapan coklat sampai hitam, maka ada
kemungkinan terdapat alkaloid.. lanjutkan percobaan
dengan mengocok sisa filtrat dengan 3 ml amonia pekat
dan 10 ml campuran 3 bagian volume eter P dan 1 bagian
volume khloroform P. Ambil fase organik, tambahkan
Na2SO4 anhidrat P. Uapkan filtrat diatas tangas air, larutkan
sisa dalam sedikit HCl 2 N. Lakukakan percobaan dengan
keempat golongan larutan tersebut. Serbuk yang
mengandung alkaloid jika sekurang-kurangnya terbentuk
endapan dengan menggunakan 2 golongan larutan
percobaan yang digunakan.
II. 3. 2. 4. Glikosida
Masukkan 1 gram sampel, kemudian ditambahkan 10
ml etanol – air 70%. (Campuran antara 7 bagian alkohol
dengan 3 bagian air). Saring, ambil filtratnya. Masukkan
8
kedalam tabung reaksi, tambahkan dengan 5 ml CH3COOH
anhidrat lalu homogenkan. Tambahkan 10 tetes H2SO4
pekat. Jika terbentuk warna biru atau hijau maka dapat
disimpulkan bahwa simplisia tersebut mengandung
Glikosida.
II. 3. 2. 5. Saponin
Masukkan 500 mg simplisia diperiksa kedalam
tabung reaksi. Ditambahkan 10 ml air panas kemudian
dikocok kuat-kuat selama 10 menit. (jika zat diperiksa
berupa sediaan cair, encerkan 1 ml sediaan dengan 10 ml
air dan kocok kuat-kuat selama 10 menit). Terbentuk buih
mantap selama 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada
penambahan 1 tetes HCl 2 N, buih tidak hilang.
II. 3. 2. 6. Flavanoid
Masukkan 1 gram sampel, ke dalam erlenmeyer.
Tambahkan 10 ml metanol kemudian panaskan hingga
mendidih. Saring, kemudian diambil filtratnya. Tambahkan
10 ml air suling, dinginkan. Tambahkan n–Hexan,
homogenkan kemudian diamkan. Ambil lapisan jernihnya
lalu bagi menjadi 2 bagian yang masing – masing,
masukkan kedalam tabung reaksi.
Tabung reaksi I direaksikan dengan HCl pekat dan
serbuk Zn. Hasil positif jika terbentuk warna jingga.
Tabung reaksi II direaksikan dengan HCl pekat dan
serbuk Mg. Hasil positif jika terbentuk warna kuning.
Jika diperoleh hasil positif untuk kedua tabung diatas
dapat disimpulkan bahwa smplisia ini mngandung senyawa
flavonoid.
9
II. 3. 3. Penentuan Tetapan Fisis
II. 3. 3. 1. Susut Pengeringan
Ditimbang seksama 1 g sampai 2 g zat dalam botol
timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah
dipanaskan pada susut penetapan selama 30 menit dan telah
ditara. Jika zat berupa hablur besar sebelum ditimbang
digerus dengan cepat hingga ukuran butiran lebih kurang 2
mm. Ratakan dalam botol timbang dengan menggoyang
botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm
sampai 10 mm, masukkan kedalam ruang pengering, buka
tutupnya, keringkan pada suhu penetapan hingga bobot
tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam
keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu
kamar. Jika suhu lebur zat lebih rendah daripada suhu
penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 50 dan
100 dibawah suhu leburnya selama 1 sampai 2 jam,
kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang
ditentukan atau hingga bobot tetap.
II. 3. 3. 2. Penetapan Kadar Sari Larut Air
Keringkan serbuk (4/18) diudara, maserasi selama 24
jam 5,0 gram serbuk dengan 100 ml air-CHCl3P,
menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok
selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18
jam. Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam
cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan
sisa pada suhu 1050 hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam
10
% sari larut dalam air, hitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan diudara.
II. 3. 3. 3. Penetapan Kadar Sari Larut Metanol
Keringkan serbuk (4/18) di udara, maserasi selama 24
jam 5,0 gram serbuk dengan 100 ml metanol,
menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok
selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18
jam. Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam
cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan
sisa pada suhu 1050 hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam
% sari larut dalam air, hitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara.
II. 3. 4. Penetapan Kadar Air
II. 3. 4. 1. Alat
Labu alas bulat 500 ml.
Alat penampung.kondensor bola/ pendingin, panjang
400 mm dengan diameter 8 mm.
Tabung penyambung, panjang 235 mm sampai 240
mm, diameter dalam 9 mm sampai 11 mm.
Tabung penerima, kapasitas 5 ml, panjang 96 mm
sampai 156 mm.
Pemanas
Pereaksi toluen yang digunakan dikocok dengan sedikit
air, biarkan memisah, buang lapisan air.
II. 3. 4. 2. Cara kerja
11
Masukkan sejumlah zat uji yang ditimbang seksama
yang diperkirakan mengandung 2-4 ml air kedalam labu.
Jika zat uji berupa massa lembek, timbang pada sehelai
kertas aluminium dengan ukuran yang sesuai dengan mulut
labu. Untuk zat uji yang menyebabkan gejolak mendadak,
tambahkan pasir kering bersih secukupnya hingga
menutupi dasar labu atau sejumlah pipa kapiler yang salah
satu ujungnya dileburkan, panjang kurang lebih 100 mm.
Masukkan lebih kurang 200 ml toluen P kedalam labu,
hubungkan dengan alat. Tuangkan toluen P kedalam labu
penerima melalui alat pendingin. Panaskan labu hati-hati
selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih, suling
dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga
sebagian besar air tersuling. Cuci bagian dalam pendingin
dalam toluen, sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang
disambung pada sebuah kawat tembaga yang telah dibasahi
toluen. Lanjutkan penyulingan selama 15 menit. Biarkan
tabung penerima mendingin hingga suhu kamar. Jika ada
tetesan air yang melekat pada dinding tabung penerima,
gosok dengan karet yang diikat pada sebuah kawat tembaga
dibasahi toluene hingga tetesan air turun. Setelah air dan
toluen memisah sempurna, baca volume air. Kemudian
hitung kadar dalam %.
II. 3. 5. Pembuatan Infus
Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci
infus dengan air secukupnya. Panaskan ditangas air selama 15 menit
terhitung mulai suhu 900C sambil sekali – kali diaduk. Serkai selagi
12
panas melalui kain flanel. Tambahkan air panas secukupnya melalui
ampas hingga diproleh volume infus yang dikehendaki.
BAB III
METODE KERJA
III. 1. Alat dan Bahan yang Digunakan
I. 1. 1. Alat yang Digunakan
Batang pengaduk
Batu didih
Bunzen
Cawan porselin
Corong pisah
Deg glass
Erlenmeyer
Gegep
Gelas kimia
Gelas ukur
13
Hairdrayer
Kompor listrik
Kondensor
Labu ukur
Microwave
Mikroskop
Objek gelas
Penangas
Pipet tetes
Rak tabung reaksi
Selang refluks
Sendok tanduk
Sikat tabung reaksi
Statif dan klem
Tabung reaksi
Timbangan digital
Timbangan Ohaus
III. 1. 2. Bahan yang Digunakan
Air panas
Air suling
Aluminium foil
Asam asetat anhidrat
Asam klorida pekat
Asam klorida 2N
Asam Sulfat pekat
Ethanol 90%
Etil asetat
14
Iodium 0.1%
Kalium hidroksida – etanol 90%
Kertas saring
Kertas timbang
Kloralhidrat
Kloroform
Korek api
Simplisia daun senggani
Metanol
n – Heksan
Pereaksi dragendoff
Pereaksi Libermand bouchard.
Pereaksi mayer
Pereaksi wagner
Serbuk Magnesium
Serbuk Zink
Tissue
Toluen
III. 2. Cara Kerja
III. 2. 1. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 17
februari 2009. bertempat di dusun Salemboangang, Desa ulu
saddang,Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi selatan. Pada pukul
7:30 wita. Berkumpul untuk menerima pengarahan serta pembagian
rute pengambilan sampel. Tepat pukul 8:00 memasuki hutan untuk
mengambil tanaman obat sebanyak – banyaknya untuk dijadikan
simplisia disepanjang perjalanan. Penjelajahan hutan dilaksanakan
15
selama 4 jam yang berakhir pada pukul 12:00 wita. Semua tanaman
yang diambil adalah tanaman yang sudah besar atau tidak
diperkenankan mengambil tunas baru dari tanaman. Untuk sampel
berupa daun dipetik sebanyak – banyaknya atau dipangkas, untuk
simplisia berupa batang yang diambil adalah batang tanaman
tersebut. Sementara untuk simplisia yang berupa cortex yang diambil
adalah kulit batangnya dengan cara tertentu. Tepat pada pukul 12:00
wita kami kembali kemudian semua sampel dikumpulkan. Pada
pukul 16:00 wita semua sampel didata kemudian dilakukan
pembagian sampel berupa simplisia dan Herba.
III. 2. 2. Pengolahan Sampel
Disiapkan alat dan bahan.
Untuk Herbarium : Satu tumbuhan X,dicuci dengan air sampai
bersih. Kemudian dikering anginkan.
Kemudian setelah kering dicuci dengan alkohol 70% dengan
cara dioleskan dengan kapas atau dengan cara disemprot.
Kemudian disiapkan koran, selotip dan gunting.
Setelah herbarium kering selanjutnya ditempelkan ke koran
dengan selotip sedemikian rupa. Kemudian letakkan disasak
bersama dengan herbarium lainnya untuk selanjutnya sasak
ditutup dengan lakban.
Untuk Simplisia: Daun senggani
(Melastoma candidum) disortasi basah.
Kemudian dikering anginkan lalu dikemas
didalam kardus untuk kemudian dibawa ke
makassar.
Dilanjutkan pengeringan hingga sampel kering sempurna
berwarna coklat muda kerenyahan.
16
Setelah kering kemudian simplisia disortasi kering.
Selanjutnya simplisia diserbukkan dengan cara diblender atau
ditumbuk hingga menjadi serbuk halus.
Dimasukkan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung
dari cahaya.
III. 2. 3. Pemeriksaan Farmakognostik
III. 2. 3. 1. Morfologi Sampel
Pemeriksaan bentuk dari simplisia dan diamati
bentuk morfologi daun senggani.
III. 2. 3. 2. Anatomi Sampel
Disiapkan alat dan bahan.
Diambil serbuk simplisia kemudian diletakkan
diatas objek gelas. Diusahakan setipis mungkin
agar dapat terlihat jelas di mikroskop.
Ditetesi dengan kloralhidrat dan difiksasi lalu
ditutup dengan dek gelas dan diamati bentuk
anatominya di bawah mikroskop.
III. 2. 4. Identifikasi Komponen Kimia
III. 2. 4. 1. Identifikasi Pati dan Aleuron
Disiapkan alat dan bahan.
Serbuk simplisia Daun senggani (Melastoma
candidum) diambil kemudian ditaburi diatas
objek gelas.
Ditetesi dengan I2 0.1 N 2-3 tetes. Diamati.
17
Hasil positif jika terbentuk warna biru berarti
sampel mengandung senyawa pati dan jika
terbentuk warna kuning kecoklatan berarti
mengandung senyawa aleuron.
III. 2. 4. 2. Identifikasi 1,8 dioksiantraquinon bebas
Disiapkan alat dan bahan. Diambil kurang lebih
satu sendok simplisia kemudian dimasukkan
kedalam tabung reaksi.
Ditambahkan Kalium Hidroksida Etanol.
Diamati, Jika terbentuk warna merah berarti
berarti simplisia mengandung 1,8
dioksiantraquinon bebas.
III. 2. 4. 3. Identifikasi Alkaloid
Disiapkan alat dan bahan.
Ditimbang 500 mg simplisia ditambahkan 1 ml
HCl 2 N dan 9 ml aquadest, kemudian panaskan
diatas tangas air selama 2 menit.
Dinginkan kemudian saring dan ambil filtrat.
Selanjutnya filtrat yang diperoleh dibagi
menjadi 3 bagian yang masing – masing
dimasukan kedalam tabung reaksi.
Tabung reaksi I direaksikan dengan pereaksi
dragendoff. Hasil positif apabila terbentuk
warna orange.
Tabung reaksi II direaksikan dengan pereaksi
mayer. Hasil positif apabila terbentuk warna
putih.
18
Tabung reaksi III direaksikan dengan pereaksi
Wagner. Hasil positif apabila terbentuk warna
coklat.
Jika diperoleh hasil positif untuk semua jenis
pereaksi diatas atau untuk semua percobaan
diatas maka dapat disimpulkan bahwa simplisia
tersebut mengandung alkaloid.
III. 2. 4. 4. Identifikasi Glikosida
Disiapkan alat dan bahan.
Ditimbang 1 gram sampel, kemudian
ditambahkan 10 ml etanol – air 70%.
(Campuran antara 7 bagian alkohol dengan 3
bagian air).
Disaring. Kemudian diambil filtratnya,
kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Filtrat ditambahkan dengan 5 ml CH3COOH
anhidrat kemudian dihomogenkan.
Ditambahkan 10 tetes H2SO4 pekat . Diamati.
Jika terbentuk warna biru atau hijau maka dapat
disimpulkan bahwa simplisia tersebut
mengandung Glikosida.
III. 2. 4. 5. Identifikasi Saponin
Disiapkan alat dan bahan.
Ditimbang 500 mg simplisia dimasukkan
kedalam tabung reaksi.
Ditambahkan 10 ml air panas kemudian kocok
kuat – kuat.
19
Diamati busa yang terbentuk dengan panjang 1
– 10 cm.
Ditambahkan 1 – 5 tetes dengan HCl 2 N.
Jika busa tidak berubah berarti simplisia ini
mengandung saponin.
III.2. 4. 6. Identifikasi Flavonoid
Disiapkan alat dan bahan.
Ditimbang 1 gram sampel, dimasukkan kedalam
erlenmeyer.
Ditambahkan 10 ml metanol kemudian
dipanaskan hingga mendidih.
Disaring, kemudian diambil filtratnya lalu
ditambahkan 10 ml air suling. Dinginkan.
Ditambahkan n–Hexan, dihomogenkan
kemudian didiamkan.
Diambil lapisan jernihnya kemudian dibagi
menjadi 2 bagian yang masing – masing
dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Tabung reaksi I direaksikan dengan HCl pekat
dan serbuk Zn. Hasil positif jika terbentuk
warna jingga.
Tabung reaksi II direaksikan dengan HCl pekat
dan serbuk Mg. Hasil positif jika terbentuk
warna kuning.
Jika diperoleh hasil positif untuk kedua tabung
diatas dapat disimpulkan bahwa smplisia ini
mngandung senyawa flavonoid.
III. 2. 5. Pemeriksaan Tetapan Fisis
20
III. 2. 5. 1. Penetapan Susut Pengeringan
Disiapkan alat dan bahan.
Ditetapkan bobot konstan cawan porselin
dengan memasukkan dalam microwave dan
dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit,
kemudian ditimbang.
Ditmbang 2 gram sampel.
Dimasukkan dalam cawan porselin, lalu
dimasukkan lagi dalam oven pada suhu 105oC
selama 30 menit, kemudian dikeluarkan dan
ditimbang kembali berat cawan porselin dan
dihitung susut pengeringannya.
III. 2. 5. 2. Penetapan Kadar Sari Larut Metanol
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Ditimbang 5 g sampel, dimasukkan kedalam
erlenmeyer ditambahkan 100 ml metanol.
Ditutup erlenmeyer dengan aluminium foil.
Ditutup kembali dengan lakban dengan tujuan
tidak ada metanol yang menguap.
Selama 6 jam pertama dikocok, kemudian
didiamkan selama 18 jam.
Hasil rendamen disaring, untuk selanjutnya
diambil filtratnya sebanyak 20 ml dan
dimasukkan kedalam cawan porselin yang telah
ditetapkan bobot konstannya.
Filtrat tersebut dipanaskan pada oven hingga
kering.
21
Ditimbang cawan + sampel dan dihitung %
kadarnya.
III. 2. 5. 3. Penetapan Kadar Sari Larut Air
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Ditimbang 5 g sampel, dimasukkan kedalam
erlenmeyer ditambahkan 100 ml air – CHCl3
Ditutup erlenmeyer dengan aluminium foil,
ditutup kembali dengan lakban dengan tujuan
tidak ada pelarut CHCl3 yang menguap.
Selama 6 jam pertama dikocok, kemudian
didiamkan selama 18 jam.
Hasil rendaman disaring, untuk selanjutnya
diambil filtratnya sebanyak 20 ml dan
dimasukkan kedalam cawan porselin yang
ditentukan bobot tetapnya.
Filtrat tersebut dipanaskan hingga kering.
Ditimbang cawan + sampel dan dihitung %
kadarnya.
III. 2. 6. Penetapan Kadar Air
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Dirangkaikan alat destilasi.
Diukur 100 ml toluen, dimasukkan kedalam corong pisah
kemudian ditambahkan air. Dikocok kuat dalam satu arah.
22
Dipisahkan antara toluen dengan air kemudian lapisan air
dibuang.
Ditimbang sampel Daun senggani (Melastoma candidum)
sebanyak 20 gram.
Dimasukkan toluen kedalam labu alas bulat yang berisi batu
didih.
Labu alas bulat di pasang kemudian dipanaskan dengan
pemanasan langsung. Diamati tetesan air hasil destilat dialat
penampung.
Setelah terlihat tidak ada lagi tambahan air yang menetes pada
alat penampung kemudian destilasi dihentikan.
Kemudian dimasukkan sampel ke dalam labu alas datar.
Labu alas datar dipasang kemudian dipanaskan lagi dengan
pemanasan langsung. Diamati tetesan air hasil destilat dialat
penampung.
Setelah terlihat tidak ada lagi tambahan air yang menetes pada
alat penampung kemudian destilasi dihentikan.
Kemudian dihitung volume air dan % kadarnya.
III. 2. 7. Pembuatan Infus
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Ditimbang 10 gram simplisia kemudian dimasukkan kedalam
panci infus dan dtambahkan dengan 100 ml aquadest yang
dilebihkan sebanyak 50 ml.
Dipanaskan dikompor listrik langsung hingga mencapai suhu
90oC yang dipertahankan selama 15 menit.
Dicukupkan volumenya hingga 100 ml dengan air panas
melewati ampas.
Disaring kemudian diambil filtratnya.
23
Filtrat tersebut dimasukkan kedalam wadah infus dan diberi
etiket.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1. Hasil Pengamatan
IV. 1. 1. Tabel Pengamatan
IV. 1. 1. 1. Hasil Pemeriksaan Farmakognostik Simplisia
a. Morfologi daun Senggani
Keterangan :
b. Anatomi daun Senggani
24
Keterangan :
IV. 1. 1. 2. Identifikasi Komponen Kimia
No Pereaksi Komponen Kimia Hasil Keterangan
25
B
1.
1
2.
3.
4.
5.
6.
I2
KOH etanol
95 P
Reagendorf,
reagen mayer,
reagen wagner
Buchard
HCL 2 N
-
Pati dan Aleuron
1,8 dioksiantrakuinon
bebas
Alkaloid
Glikosida
Saponin
Flavanoid
+
-
-
+
+
-
Hijau pekat
Merah
Hijau pekat,
hijau pekat,
hijau pekat
Hijau pekat
Busa tidak
hilang
-
IV. 1. 1. 3. Penentuan Tetapan Fisis
No Tetapan fisis Berat
sampel
Berat
capor
kosong
Berat
capor
+ sampel
Berat
selisih
26
1. Susut
pengeringan 2 gram 46,8 g 47,8 g 0,1 g
2. Sari
larut metanol
5 gram 52.40 g 57.50 g 5.1 g
3. Sari larut air 5 gram 51.65 g 56.70 g 5.05 g
IV.1. 1. 4. Penetapan Kadar Air
Berat
Sampel
Volume
Pelarut ( ml )
Volume
Destilat ( ml )
Volume
air Toluen
20 gram 100 ml 0,4 ml 0,01 ml
IV. 1. 1. 5. Pembuatan Infus
Berat simplisia (gram) Volume air / pembawa (ml)
10 gram 100 ml
27
IV. 1. 2. Perhitungan.
IV.1. 2. 1. Kadar Susut Pengeringan
Berat sampel = 2 g
Berat cawan porselen kosong = 46.8 g
Berat capor + sampel sebelum perlakuan = 49,8 g
Berat capor + sampel setelah perlakuan = 48.4 g
Sampel tertinggal
= 49,8 g – 48,4g x 100%
2 g
= 70 %
% susut pengeringan = 100 % - 70 %
= 30 %
IV. 1. 2. 2. Kadar Sari Larut air
berat konstan capor = 51.65 g
berat sampel = 5.05 g
capor + sampel sebelum diuapkan = 56. 70 g
Capor + sampel setelah diuapkan = 51.90 g
Vol.pelarut (100 ml) = 100 ml
Vol.filtrat = 20 ml
Sampel yang tertinggal = 56.70 g-51.90g
= 4.8 g
Kadar sari larut air = 4.8 x 100ml
20 ml
28
=24 g
=24 x 100%
5.05 g
= 475.2%
IV. 1. 2. 3. Kadar Sari Larut metanol
berat konstan capor = 52.40 g
berat sampel = 5.10g
capor + sampel sebelum diuapkan = 57.50 g
Capor + sampel setelah diuapkan = 5 g
Vol.pelarut (100 ml) = 100 ml
Vol.filtrat = 20 ml
Sampel yang tertinggal
= 57.50 g-51.90g
= 4.8 g
Kadar sari larut metanol = 4.8 x 100 ml
20 ml
= 24 g
= 24 x 100%
5.05 g
= 475.2%
IV. 1. 2. 4. Kadar Air
Bobot sampel : 20 g
Vol. toluene setelah di destilasi : 0.2 ml
Volume toluene + sampel
29
yang telahdestilasi : 0.3 ml
Maka, % kadar = 0.3 – 0.2 ml x 100%
20 g
= 0.1 ml x 100 %
20 g
= 0.5 %
IV. 2. Pembahasan
Dalam bidang pengobatan khususnya pengobatan secara tradisional,
umumnya memanfaatkan bahan alami yang diolah sesuai dengan tujuan
pengobatannya, akan tetapi kebanyakan bahan alam tersebut diolah dalam
bentuk simplisia baik itu nabati, hewani maupun simplisia pelikan atau mineral.
30
Simplisia itu sendiri diartikan sebagai bahan alami yang digunakan untuk obat
dan belum mengalami proses apapun dan kecuali dinyatakan lain umumnya
berupa bahan yang telah dikeringkan.
Tumbuhan merupakan salah satu sumber bahan baku obat yang perlu
digali, diteliti, dan dikembangkan agar kelestarian dan penggunaannya dalam
masyarakat semakin meningkat sehingga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat itu sendiri. Salah satu cara penelitian tumbuhan adalah mempelajari
kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Atas dasar tersebut
maka dilakukanlah praktikum farmakognosi lanjutan dimana setiap mahasiswa
memiliki simplisia dari sample yang diperoleh pada saat Praktek kerja Lapang
Farmakognosi Lanjutan yang dilaksanakan di dusun salemboangang, desa ulu
saddang, Kabupaten pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 17
Februari 2009.
Kegiatan pencarian sampel dilakukan pada tanggal 17 februari 2009
dengan cara memasuki hutan yang ada pada desa tersebut. Tepat pukul 07:30
wita, kami berkumpul menerima pengarahan serta pembagian rute pengambilan
sampel dan sekitar pukul 08:00 wita kami memulai perjalanan memasuki hutan
untuk mengambil tanaman obat sebanyak-banyaknya untuk dijadikan simplisia.
Semua tanaman yang diambil merupakan tanaman yang oleh para masyarakat
setempat biasa digunakan sebagai obat tradisional. Pengambilan sampel
dilaksanakan sekitar 5 jam yang berakhir pada pukul 12.30 wita.
Adapun cara pengambilan sampel untuk simplisia daun, yang diambil
adalah daun kelima dari pucuk dan merupakan daun yang segar. Untuk
simplisia yang berupa kulit batang, yang diambil adalah kulit batangnya yang
diperoleh dengan cara mengkuliti batang tersebut dengan parang atau pisau
tajam hingga mencapai bagian kayunya. Untuk simplisia berupa batang diambil
adalah batangnya.
Selanjutnya setelah pengambilan sampel dan hebarium, sampel tersebut
kita olah menjadi simplisia dengan cara daun senggani disortasi basah.
31
Kemudian dikering anginkan lalu dikemas didalam kardus untuk kemudian
dibawa ke makassar. Dilanjutkan pengeringan hingga sampel kering sempurna
berwarna coklat muda kerenyahan. Setelah kering kemudian simplisia disortasi
kering. Selanjutnya simplisia diserbukkan dengan cara diblender atau ditumbuk
hingga menjadi serbuk halus Dimasukkan dalam wadah yang tertutup rapat dan
terlindung dari cahaya.
Proses pengeringan ini dilakukan untuk mendapatkan simplisia yang
awet, tidak rusak, dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama.Batas
kekeringan suatu simplisia yaitu dengan menghitung kadar air yang
dikandungnya kira-kira 10 %, dengan kadar air yang demikian ini diharapkan
dapat menghentikan proses enzimatis yang memungkinkan dapat merusak zat
aktif simplisia, selain itu juga dimaksudkan untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme pada simplisia dan juga untuk mendapatkan hasil pemisahan
yang sempurna pada proses ekstraksi.
Adapun pengolahan herbarium yaitu dengan melalui beberapa tahap
yakni dicuci dengan air sampai bersih. Kemudian dikering anginkan. Kemudian
setelah kering dicuci dengan alkohol 70% dengan cara dioleskan dengan kapas
atau dengan cara disemprot. Kemudian disiapkan koran, selotip dan gunting.
Setelah herbarium kering selanjutnya ditempelkan ke koran dengan selotip
sedemikian rupa. Kemudian letakkan disasak bersama dengan herbarium
lainnya untuk selanjutnya sasak ditutup dengan lakban.
Setelah pengolahan simplisia selesai dilanjutkan dengan beberapa uji
coba berupa pemeriksaan farmakonostik simplisia, mengidentifikasi kandungan
kimia, menentukan sifat fisis, menentukan kadar air dan penarikan zat-zat
berkhasiat dengan infus.
Percobaan yang pertama adalah pemeriksaan farmakognostik simplisia
berupa pemeriksaan morfologi dan mikroskopiknya. Dimana untuk pemeriksaan
mikroskopiknya daun senggani diamati dan diperoleh bentuk korteks berseling,
beranak daun 3; anak daun lateral berbentuk bundar telur sampai jorong,
32
panjang sampai 7 cm dan lebar 4,2 cm; anak daun terminal bundar telur
terbalik, panjang sampai 7,5 cm dan lebar 4,8 cm, dengan kelenjar berburikan.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan mengetahui
struktur anatomi dari daun senggani.dimana pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara mengamati serbuk simplisia di bawah mikroskop, dimana serbuk tersebut
ditetesi kloralhidrat pada objek glass kemudian difiksasi yang bertujuan untuk
memperbesar ukuran sel sehingga mudah diamati. Digunakan kloralhidrat yakni
untuk memperjelas jaringan yang terdapat dalam tumbuhan. Dari pengamatan
ini diperoleh hasil pengamatan daun senggani terdiri dari serabut xilem dan
pembuluh angkut bernoktah.
Percobaan kedua adalah mengidentifikasi komponen kimia dari daun
senggani. Adapun komponen kimia yang hendak diidentifikasi adalah pati dan
aleuron, alkaloid, 1,8-dioksiantraquinon bebas, saponin, dan glikosida.
Uji pertama dilakukan adalah Pati dan aleuron, dimana bahan yang akan
diperiksa di letakkan diatas kaca objek, kemudian tambahakan I2 0,1 N. Hasil
pengamatan diketahui dimana pati berwarana biru dan aleuron hijau kecoklatan.
Dari hasil percobaan ini ternyata simplisia dari daun senggani tidak mengadung
pati tetapi hanya mengandung aleuron.
Aleuron dalam tumbuhan merupakan butir-butir kecil protein yang terdapat
pada daerah paling dalam dari senyawa organik nitrogen yang penting dalam
kehidupan sel-sel yang terdiri dari polimer asam amino. Warna aleuron dapat
bermacam-macam yang disebabkan oleh gen pada daun yang mengatur warna
aleuron seperti pada beras puith karena aleuronnya sedikit sehingga beras
tersebut transparan. Sedangkan pati merupakan sejenis polisakarida yang
mengandung amilosa dan amilopektin
Uji yang kedua adalah uji 1,8-dioksiantrakuinon yang dilakukan dengan
cara bahan serbuk ditambahkan kaliumhiroksietnol 95% P, yang ditandai
dengan adanya warna merah. Dari hasil percobaan dilketahui bahwa simplisia
33
ini tdak mengandung 1,8-dioksiantrakuinon, karena tidak terjadi warna merah
pada larutan.
Uji yang ketiga adalah identifikasi alkaloid yang dilakukan dengan cara
bahan simplisia ditimbang sebanyak 500 mg lalu ditambahkan 1ml HCL 2 N
dan 9 ml aquadest, kemudian dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit.
Didinginkan lalu disaring dan diambil filtratnya. Filtrat yang diperoleh dibagi
menjadi 3 bagian yang masing-masing dimasukkan didalam tabung reaksi.
Tabung reaksi I ditambahkan dengan pereaksi dragendoff., hasil positif apabila
terbentuk warna orange. Tabung reaksi II ditambahkan dengan pereaksi mayer
hasil positif apabila terbentuk warna putih. Tabung reaksi III ditambahkan
oereaksi wagner, hasil positif apabila terbentuk warna coklat. Jika diperoleh
hasil positif untuk semua jenis pereaksi diatas maka dapat disimpulkan kalau
simplisia tersebut mengandung alkaloid. Namun pada percobaan ini tidak
terlihat adanya perubahan warna terhadap ketiga tabung reaksi ini yang
menandakan bahwa simplisia ini tidak mengandung alkaloid.
Uji yang keempat adalah identifikasi terhadap glikosida yang dilakukan
dengan cara sampel dimasukkan sebanyak 1 gram kedalam erlenmeyer,
kemudian ditambahkan 10 ml etanol – air 70 % (campuran antara 7 bagian
alkoholdengan 3 bagian air). Saring lalu diambil filtratnya, dimasukkan dalam
tabung reaksi dan tambahkan dengan 5 ml CH3COOH anhidrat lalu
dihomogenkan. Ditambahkan dengan 10 tetes H2SO4 pekat jika terbentuk warna
biru atau hijau, maka dapt disimpulkan bahwa simplisia tersebut mengandung
glikosida. Dari hasil percobaan ini, diketahui bahwasimplisia ini tidak
mengandung senyawa glikosida.
Glikosida merupakan senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian
senyawa yaitu gula dan bukan gula atau glikon dan aglikon. Penambahan etanol
(95%) P dilakukan untuk melarutkan aglikonnya sebab aglikon larut dalam
pelarut organik nonpolar dan penambahan asam asetat anhidrat dan asam sulfat
P juga dilakukan untuk memberikan suasana asam dengan tujuan menguraikan
34
atau memutuskan jembatan oksigen yang menghubungkan glikon-aglikon sebab
jembatan ini mudah terurai oleh pengaruh asam dan pemanasan.
Uji yang kelima adalah identifikasi saponin yang dilakukan dengan cara
sampel berupa simplisia dimasukkan sebanyak 500 mg kedalam tabung reaksi
ditambahkan 10 ml air panas kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 menit.
Hasil pengamatan akan terbentuk buih mantap selama 10 menit setinggi 1 cm
sampai 10 cm. Dan penambahan 1 tetes HCl 2 N buih tidak hilang. Dari hasil
percobaan diketahui bahwa simplisia ini tidak mengandung senyawa saponin
karena tidak terbentuk buih mantap selama 10 menit.
Saponin merupakan golongan glikosida yang disebut glikosida saponin
yaitu glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin. Keberadaan saponin sangat
mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila
digojog menimbulkan buih yang stabil.
Uji pertama adalah penetapan susut pengeringan. Adapun metode ini
dapt dilakukan dengan cara, mula-mula ditetapkan bobot konstan cawan
porselin. Dimana diambil cawan porselin, kemudian dicuci bersih, lalu
dimasukkan ke dalam microwave dan dipanaskan pada suhu 1050C selama 30
menit. Kemudian ditimbang bobot konstannya. Ditimbang sebanyak 2 gram
sampel lalu dipanaskan kembali di dalam microwave pada suhu 1050C selama
2 jam. Kemudian ditimbang bobot konstannya. Dilakukan pemanasan pada
suhu 1050 C, karna pemulihan ini merupakan salah satu dari 5 metode
pelaksanaan bilangan pengenal kehilangan akan pengeringan menurut PH
EUR 1 yaitu senyawa dikeringkan sampai berat konstan pada suhu 1050 C
dalam oven. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III dengan pernyataan bobot
tetap yang tertera pada penetapan susut pengeringan dan penetapan sisa
pemijaran dimaksudkan bahwa dua kali penimbangan berturut-turut berbeda
tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang.
Uji yang kedua adalah penetapan kadar sari larut metanol yang
dilakukan dengan cara sampel ditimbang sebanyak 2,5 gram lalu dimasukkan
35
ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 100 ml metanol. Erlenmeyer ditutup
dengan aluminium foil dan dieratka dengan lakban dengan tujuan agar tidak
ada metanol yang menguap. Selama 6 jam pertama dikocok kemudian
didiamkan selama 18 jam. Hasil dari rendaman lalu disaring untuk selanjutnya
dan dimasukkan ke dalam cawan porselin (telah diberikan perlakuan
sebelumnya). Hasil rendaman selanjutnya dipanaskan hingga kering.
Kemudian ditimbang cawan yang berisi sampel lalu dihitung % kadarnya.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa kadar sari larut metanol simplisia ini
adalah 18 %.
Uji yang ketiga adalah penetapan kadar sari larut air-CHCl3 yang
dilakukan dengan cara sampel ditimbang sebanyak 2,5 gram, lalu dimasukkan
ke dalam erlenmeyer dan ditambahan 100 ml metanol. Erlenmeyer ditutup
dengan aluminium foil dan dieratkan dengan lakban agar tidak ada air-CHCl3
yang menguap. Selama 6 jam pertama dikocok, kemudian didiamkan selama
18 jam. Hasil dari rendaman lalu disaring, untuk selanjutnya diambil filtratnya
dan dimasukkan ke dalam cawan porselin (telah diberikan perlakuan
sebelumnya). Hasil rendaman selanjutnya dipanaskan hingga kering,
kemudian ditimbang cawan yang telah berisi sampel lalu dihitung %
kadarnya. Dari hasil percobaan diketahui bahwa kadar sari larut air CHCl3
simplisia ini adalah 28 %.
Dalam uji penetapan kadar air, percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui jumlah kadar air yang terkandung dalam simplisia ini, apakah
simplisia ini telah memenuhi syarat kering setelah pengolahan. Adapun
simplisia yang digunakan adalah daun senggani (melastoma candidum). Cara
kerjanya adalah dengan menggunakan metode destilasi. Mula-mula
dirangkaikan alat destilasi. Diukur 100 ml toluen dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian ditambahkan air. Dikocok cukup satu arah. Hal ini
bertujuan untuk menjenuhkan toluen. Toluen dijenuhkan karena ingin
didapatkan toluen yang murni tanpa campuran air. Toluene digunakan karena
36
toluen tidak bercampur dengan air sebab berat jenis toluen lebih besar dari
pada air. Kemudian lapisan air dibuang. Ditimbang sampel daun senggani
(melastoma candidum) sebanyak 20 gram. Dimasukkan toluen ke dalam labu
alas bulat yang didalamnya terdapat batu didih.
Adapun tujuan penggunaan batu didih untuk menghindari letupan-
letupan yang terjadi pada saat dipanaskan. Labu alas bulat dirangkaikan
dengan alat destilasi kemudian dipanaskan dengan pemanasan langsung.
Diamati tetesan air hasil destilat dialat penampung. Setelah terlihat tidak ada
lagi tambahan air yang menetes pada alat penampung kemudian destilasi
dihentikan. Kemudian dimasukkan sampel ke dalam labu alas datar. Labu alas
datar dipasang kemudian dipanaskan lagi dengan pemanasan langsung.
Diamati tetesan air hasil destilat dialat penampung. Setelah terlihat tidak ada
lagi tambahan air yang menetes pada alat penampung kemudian destilasi
dihentikan. Kemudian dihitung volume air dan % kadarnya.
Pada uji digunakan kondensor yang dimana merupakan alat untuk
mengkondensasi uap air. Kondensor berfungsi untuk mendinginkan gas
refrigerent sehingga terkondensasi menjadi cair dengan tekanan yang tinggi.
Setelah cair, refrigerent mengalir ke receiver dehidrator. Dari hasil percobaan
diketahui jumlah kadar airnya adalah 1,56 %, sedangkan menurut literatur
kadar air yang baik itu kurang dari 10 % dengan artian kadar air simplisia
yang digunakan bagus. Sebab kadar di bawah 10 % dapat menghentikan
proses enzimatis yang memungkinkan dapat merusak simplisia dan juga dapat
mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada simplisia.
Dalam percobaan uji infus. Ditimbang 10 gram simplisia kemudian
dimasukkan ke dalam panci infus dan ditambahkan dengan 100 ml aquadest
yang dilebihkan sebanyak 50 ml. Dipanaskan dengan penangas hingga
mencapai suhu 900C yang bertujuan untuk memperoleh sediaan infus yang
steril dari mikroorganisme dan dipertahankan suhunya selama 15 menit agar
menjamin mikroorganisme terdapat dalam infus tidak ada lagi. Disaring
37
kemudian diambil filtratnya. Filtrat tersebut dimasukkan ke dalam wadah
infus lalu dicukupkan volumenya dengan air panas melalui ampas dan diberi
etiket. Perebusan simplisia untuk dibuat menjadi infus berbeda dengan
perebusan biasa yang dilakukan. Hal ini terlihat dengan adanya perlakuan
khusus yang dilakukan pada pembuatan infus. Perebusan biasa tidak
memerlukan pengaturan suhu dan lamanya waktu perebusan, tidak perlu
mempertahankan suhu 900C selama 15 menit. Pada suhu 900C menyebabkan
denaturasi sel sehingga difusi zat aktif dari dalam sel yang berkosentrasi
tinggi ke dalam sel yang berkosentrasi rendah.
Adapun kegunaan dari infus pada umumnya yaitu pengganti makanan,
cairan dan sumber-sumber zat yang dibutuhkan oleh tubuh bagi orang yang
tidak mampu mengkonsumsi makanan secara oral. Akan tetapi, dengan bahan
atau sumber yang berbeda.
Dalam percobaan disini menggunakan aquadest,tetapi juga dapat pula
menggunakan air biasa. Karna larutan ini tidak bisa masuk ke pembuluh
darah.
Dalam percobaan ini banyak hal yang sesuai dengan literatur. Hal ini
mungkin disebabkan oleh simplisia yang digunakan sudah sesuai dengan standar
simplisia yang baik, teliti pada saat pengerjaan, pereaksi yang digunakan masih
bagus, tepatnya volume pengambilan pelarut ataupun pereaksi dan pengerjaan
yang sesuai dengan prosedur sebenarnya.
BAB V
PENUTUP
38
V. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Bagian-bagian anatomi dari hasil pengamatan yaitu bahwa daun senggani
(Melastoma candidum) memiliki serabut xilem dan pembuluh angkut
bernoktah.
2. Komponen kimia yang terdapat pada languatis adalah aleuron, glikosida
dan saponin.
3. Tetapan fisis languatis yaitu :
a. Persen kadar sari larut air adalah 475,2%
b. Persen kadar sari larut etanol adalah 475.2%
c. Persen susut pengeringan adalah 30 %
4. Persen kadar air daun senggani (Melastoma candidum ) adalah 0,5 %
5. Pembuatan infus, Filtrat yang dihasilkan dari percobaan ini kemudian
dimasukkan ke dalam wadah infus lalu dicukupkan volumenya dengan air
panas melalui ampas dan diberi etiket.
V. 2. Saran
39
Untuk percobaan pemeriksaan organoleptis simplisia
- Siti rahmatullah : keakraban antar praktikan dipertahankan dan
penguasaan materi lebih ditingkatkan dalam percobaan yang
dibawakan
- Kasmirani Hamjah : hmm,,,no coment
Untuk percobaan identifikasi komponen kimia simplisia
- Abd.azis : Tetap ramah pada praktikan
- Ihfar apriyati ilham : cara membimbingnya sudah sangat
baik,,pertahankan
Untuk percobaan penentuan tetapan fisis
- Karnilah darajat : semoga kedepannya lebih baik lagi,,
- Ahmad hamdan : sebaiknya lebih mendekatkan diri pada
praktikan agar lebih mudah sharing antar asisten dan praktikan
Untuk percobaan penetapan kadar air
- Nurshalati tahar : lebih menjaga cara
membimbingnya,,,semoga kedepannya lebih baik
- Ika wydia febryanti : semoga kedepannya lebih baik lagi. . .
pertahankan ^.^
Untuk percobaan pembuatan infus
- Sururun marfuah : ,,,,,no coment
- Agriani dini pasiana : lebih ditingkatkan cara penguasaan
materinya,,,,semoga kedepannya lebih baik >_<”
DAFTAR PUSTAKA
40
1. Gunawan didik, drs, dkk. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.
Yogyakarta: Penebar swadaya. (11, 12, 13, 67)
2. Sastrasmidjojo. 2001. Obat Asli Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat (212)
3. Steen Van C.G.G.J. 1997. Flora. Jakarta : Pt. Pradnya Bramika. (35, 48, 165,
167)
4. Tayeb Rosany, Abdul Rahim. 2007. Penuntun Farmakognosi Lanjutan.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. (1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 17)
5. Tjirisoepomo Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan . UGM
Press. Yogyakarta.(113, 130, 308, 320)
6. http//plantamor.com//
LAMPIRAN
41
Daun senggani (Melastoma candidum)
42
BIOGRAFI PENULIS
ISMI FADHILAH, , , yang biadsa akrab disapa
iEs...ismi,,,mee, , ,dilahirkan di sorong, irian jaya,pada
02 maret 1990. Anak dari ke dua pasangan H.sennang
dan Hj.budiati ini menyelesaiakan pendidikan taman
kanak-kanak nya di TK Pembina sorong, lalu
melanjutkan pendidikan dasarnya di SD Inpres 103
sorong. kemudian melanjutkan pendidikannya pada
tahun 2001 di MTsn Model sorong. Anak ke 2 dari 3
bersaudara ini melanjutkan pendidikan menengah atas
di SMAN 2 maros dan menyelesaiakan pendidikannya pada tahun 2007.selepas
SMA, penulis melanjutkan pendididikannya di universitas islam negeri alauddin
makassar dan menghentakkan kaki harapan serta jiwa keberhasilannya di fakultas
Ilmu kesehatan jurusan farmasi...
43