tahap anestesi

10
TAHAP ANESTESI Persiapan Praanestesi Keadaan fisis pasien telah dinilai sebelumnya pada kunjungan praanestesi meliputi anam nesis, pemeriksaan fisis, laboratorium, dll. Saat masuk ruang operasi pasien dalam keadaan puasa. Identitas pasien harus telah ditandatangani sesuai dengan rencana operasi dan informed consent. Dilakukan penilaian praoperasi. Keadaan hidrasi pasien dinilai, apakah terdapat hipovolemia, perdarahan, diare, muntah, atau demam. Akses intravena dipasang untuk pemberian cairan infus, transfusi, dan obat-obatan. Dilakukan pemantauan elektrogradiografi (EKG), tekanan darah (tensimeter), saturasi O 2 (pulse oxymeter), kadar CO 2 dalam darah (kapnograf), dan tekanan vena sentral (CVP). Premedikasi dapat diberikan diberikan oral, rektal, intramuskular, atau intravena. Kelengkapan dan fungsi mesin anestesi serta peralatan intubasi diperiksa. Pipa endotrakeal dipilih sesuai dengan pasien, baik ukuran maupun jenis laringoskopnya. Lampu diperiksa fungsinya, pipa endotrakeal diberi pelicin analgetik, dan balon pipa endotrakeal ( cuff ) diperiksa. Induksi Anestesi Pasien diusahakan tenang dan diberikan O 2 melalui sungkup muka. Obat-obat induksi diberikan secara intravena seperti tiopental, ketamin, diazepam, midazolam, dan propofol. Jalan napas dikontrol dengan sungkup muka atau pipa napas orofaring/nasofaring. Setelah itu dilakukan intubasi trakea. Setelah kedalaman anestesi tercapai, posisi pasien disesuaikan dengan posisi operasi yang akan dilakukan, misalnya terlentang, telungkup, litotomi, miring, duduk, dll.

Upload: fitriyahshalihah

Post on 09-Jul-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TAHAP ANESTESI

TAHAP ANESTESI

Persiapan PraanestesiKeadaan fisis pasien telah dinilai sebelumnya pada kunjungan praanestesi meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis, laboratorium, dll. Saat masuk ruang operasi pasien dalam keadaan puasa. Identitas pasien harus telah ditandatangani sesuai dengan rencana operasi dan informed consent.

Dilakukan penilaian praoperasi. Keadaan hidrasi pasien dinilai, apakah terdapat hipovolemia, perdarahan, diare, muntah, atau demam. Akses intravena dipasang untuk pemberian cairan infus, transfusi, dan obat-obatan. Dilakukan pemantauan elektrogradiografi (EKG), tekanan darah (tensimeter), saturasi O2(pulse oxymeter), kadar CO2 dalam darah (kapnograf), dan tekanan vena sentral (CVP). Premedikasi dapat diberikan diberikan oral, rektal, intramuskular, atau intravena.

Kelengkapan dan fungsi mesin anestesi serta peralatan intubasi diperiksa. Pipa endotrakeal dipilih sesuai dengan pasien, baik ukuran maupun jenis laringoskopnya. Lampu diperiksa fungsinya, pipa endotrakeal diberi pelicin analgetik, dan balon pipa endotrakeal (cuff) diperiksa.

Induksi AnestesiPasien diusahakan tenang dan diberikan O2 melalui sungkup muka. Obat-obat induksi diberikan secara intravena seperti tiopental, ketamin, diazepam, midazolam, dan propofol. Jalan napas dikontrol dengan sungkup muka atau pipa napas orofaring/nasofaring. Setelah itu dilakukan intubasi trakea. Setelah kedalaman anestesi tercapai, posisi pasien disesuaikan dengan posisi operasi yang akan dilakukan, misalnya terlentang, telungkup, litotomi, miring, duduk, dll.

Rumatan AnestesiSelama operasi berlangsung dilakukan pemantauan anestesi. Hal-hal yang dipantau adalah fungsi vital (pernapasan, tekanan darah, nadi), dan kedalaman anestesi, misalnya adanya gerakan, batuk, mengedan, perubahan pola napas, takikardia, hipertensi, keringat, air mata, midriasis.

Ventilasi pada anestesi umum dapat secara spontan, bantu, atau kendali tergantung jenis, lama, dan posisi operasi. Cairan infus diberikan dengan memperhitungkan kebutuhan puasa, rumatan, perdarahan, evaporasi, dll. Jenis cairan yang diberikan dapat berupa kristaloid (ringer laktat, NaCl, dekstrosa 5%), koloid (plasma expander, albumin 5%), atau tranfusi darah bila perdarahan terjadi lebih dari 20% volume darah.

Page 2: TAHAP ANESTESI

Selama pasien dalam anestesi dilakukan pemantauan frekuensi nadi dan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah dan frekuensi nadi terjadi bila anestesi kurang dalam. Hal ini disebabkan karena terjadi sekresi adrenalin. Diatasi dengan membuat anestesi lebih dalam, yaitu melalui meningkatan konsentrasi halotan atau suntikan barbiturat. Penurunan tekanan darah dan nadi halus sebagai tanda syok dapat disebabkan karena kehilangan banyak darah. Hal ini diatasi dengan pemberian cairan pengganti plasma atau darah. Penurunan tekanan darah dan frekuensi nadi dapat disebabkan karena anestesi terlalu dalam atau terlalu ringan serta kehilangan banyak darah atau cairan. Peningkatan tekanan darah dan tekanan nadi serta penurunan frekuensi nadi disebabkan transfusi yang berlebihan. Diatasi dengan penghentian transfusi.

Pemulihan Pasca-AnestesiSetelah operasi selesai pasien dibawa ke ruang pemulihan (recovery room) atau ke ruang perawatan intensif (bila ada indikasi). Secara umum, ekstubasi terbaik dilakukan pada saat pasien dalam anestesi ringan atau sadar. Di ruang pemulihan dilakukan pemantauan keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, sensibilitas nyeri, perdarahan dari drain, dll.

Pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi pernapasan dilakukan paling tidak setiap 5 menit dalam 15 menit pertama atau hingga stabil, setelah itu dilakukan setiap 15 menit. Pulse oximetry dimonitor hingga pasien sadar kembali. Pemeriksaan suhu juga dilakukan.

Seluruh pasien yang sedang dalam pemulihan dari anestesi umum harus mendapat oksigen 30-40% selama pemulihan karena dapat terjadi hipoksemia sementara. Pasien yang memiliki risiko tinggi hipoksia adalah pasien yang mempunyai kelainan paru sebelumnya atau yang dilakukan tindakan operasi di daerah abdomen atas atau daerah dada. Pemeriksaan analisis gas darah dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi penilaian oksimetri yang abnormal. Terapi oksigen benar-benar diperhatikan pada pasien dengan riwayat penyakit pan obstruksi kronis atau dengan riwayat retensi CO2 sebelumnya.

Bila keadaan umum dan tanda vital pasien normal dan stabil, maka pasien dapat dipindahkan ke ruangan dengan pemberian intruksi pascaoperasi.

Kriteria yang digunakan dan umumnya yang dinilai adalah warna kulit, kesadaran, sirkulasi, pernapasan, dan aktivitas motorik, seperti Skor Aldrete (lihat di bawah). Idealnya pasien baru boleh dikeluarkan bila jumlah skor total adalah 10. Namun bila skor total telah di atas 8 pasien boleh keluar dari ruang pemulihan.

Page 3: TAHAP ANESTESI

Seluruh tindakan anestesi dicatat dalam lembaran khusus berisi tindakan yang dilakukan, obat yang diberikan, status fisis pasien sebelum, selama, dan setelah anestesi dilakukan sesuai urutan waktu.

Page 4: TAHAP ANESTESI

Tahap Anestesi Umum

Menurut Mc Kelvey dan Hollingshead, 2003

1). Preanestesi

Merupakan tahapan yang dilakukan segera sebelum dlakukan anestesi, dimana

data tentang pasien dikumpulkan, pasien dipuaskan, serta dilakukan pemberian

preanestetiikum.

2). Induksi

Proses dimana hewan akan melewati tahap sadar yang normal/conscious

menuju tidak sadar (unconscious).Agen induksi dapat diberikan secara injeksi (inhalasi).

Apabila agen induksi diberikan secara injeksi maka akan diikuto dengan

inkubasiindotracheal tube untuk pemberian anestetikum inhalasi/gas menggunakan

mesin anaestesi. Waktu minimum periode induksi biasanya 10 menit apabila diberikan

secara intra muscular dan sekitar 20 menit apabila diberikan secara subkutan. Tahap

induksi ditandai dengan gerakan tidak terkoordinasi, gelisah dan diikuti relaksasi yang

cepat serta kehilangan kesadaran. Idealnya, keadaan gelisah dan tidak tenang

dihindarkan pada tahap induksi, karena menyebabkan terjadinya aritmia jantung.

Preanestesi dan induksi anestesi dapat diberikan secara bersamaan, seperti

pemberian acepromazin, atropine, dan ketamine dicampur dalam satu alat suntik dan

diberikan secara intravena pada anjing (Adams 2001; McKelvey dan Hollingshead 2003;

traquilli et al. 2007)

3). Pemeliharaan

Pada tahap pemeliharaan ini, status trenestesi akan terjaga selama masa

tertentu dan pada tahap inilah pembedahan/prosedur medis dapat dilakukan. Tahap

pemeliharaan dapat dilihat dari tanda2 hilangnya rasa sakit/analgesia, relaksasi otot

rangka, berhenti bergerak, dilanjutkan dengan hilangnya reflex palpebral, spingterani

longgar, serta respirasi dan kardiovaskuler tertekan secara ringan. Begitu mulai tahap

Page 5: TAHAP ANESTESI

pemeliharaan, respirasi kembali teratur dan gerakan tanpa sengaja anggota tubuh

berhenti. Bola mata akan bergerak menuju ventral, pupil mengalami konstrik dan respon

pupil sangat ringan, reflex menelan sangat tertekan sehingga endotrachealtube sangat

mudah dimasukan, reflex palpeblar mulai hilang, dan kesadarn mulai hilang. Anestesi

semakin dalam sehingga sangat nyata menekan sirkulasi dan respirasi. Pada anjing dan

kucing , kecepatan respirasi kurang dari 12kali per menit dan respirasisemakin dangkal.

Denyut jantung sangat rendah dan pulsus sangat menurun karena terjadi

penurunanseluruh tekanan darah. Nilai CRT akan meningkat menjadi 2/3 detik. Semua

reflex tertekan secara total dan terjadi relaksi otot secara sempurna serta reflex rahang

bawah sangat kendor. Apabila anestesi dilanjutkan lebih dalam, pasien akan

manunjukan respirasi dankardiovaskuler lebih tertekan dan pada keadaan dosis

anestetikum berlebih akan menyebabkan respirasi dan jantung berhenti. Dengan

demikian, pada tahappemeliharaan sangat diperlukan pemantauan dan pengawasan

status teranestesi, tahap system kardiovaskuler dan respirasi.

4). Pemulihan

Ketika tahap pemeliharaan berakhir, hewan memasuki tahap pemulihan yang

menunjukan konsentrasi anestetikum didalam otak mulai menurun. Metode/

mekanisme bagaimana anestetikum yang digunakan. Sebagian besar anestetikum injeksi

dikeluarkan dari darah melalui hati dan dimetabolisme oleh enzim dihati dan

metabolitnya dikeluarkan melalui system urinary. Pada hewan kucing, kentamine tidak

mengalami metabolism dan dikeluarkan langsung tanpa perubahan melalui ginjal. Kadar

anestetikum golongan tiobarbiturat didalam otak didapat dengan cepat menurun karena

dengan cepat disebarkan kejaringan terutama otot dan lemak, sehingga hewan akan

sadar dan terbangun dengan cepat mendahului ekresi anestetikum dari dalam tubuh

hewan. Anestetikum golongan inhalasi akan dikeluarkan dari tubuh pasien melalui

sistem respirasi, molekul antiseptikum akan keluar dari otak memasuki peredaran darah,

alveoli paru-paru dan akhirnya dikeluarkan melalui nafas. Tanda tanda adanya aktivitas

reflex, ketegangan otot, sensitivitas terhadap nyeri pada periode pemulihan dinyatakan

sebagai sadar kembali.

Page 6: TAHAP ANESTESI

Durasi/lama waktu kerja anestetikum dan kualitas anestesi dapat dilihat dari

pengamatan perubahan fisiologi selama stadium teranestesi. Dikenal dua waktu induksi

pada durasi anestesi. Waktu induksi 1 adalah waktu anestetikum diinjeksikan sampai

keadaan hewan tidak dapat berdiri. Waktu induksi 2 adalah waktu antara anestetikum

diinjeksikan sampai keadaan hewan tidak ada reflex pedal/hewan sudah tidak

merasakan sakit (stadium operasi). Durasi adalah waktu ketika hewan memasuki

stadium operasi sampai hewan sadar kembali dan merasakan sakit jika didaerah

disekitar bantalan jari ditekan. Waktu siuman (recovery) adalah waktu antara ketika

hewan memiliki kemampuan merasakan nyeri bila saraf disekitar jari kaki

ditekan/mengeluarkan suara sampai hewan memiliki kemampuan untuk duduk sternal,

berdiri/jalan.

McKelvey dan Hollingshead (2003) dan Tranquilli et al (2007) menyatakan

bahwa untuk mementor anestesi dilakukan pengamatan tahap-tahap anestesi umum.

Kualitas status teranestesi dapat dilihat dari tahap dari perubahan fisiologi sebagai tanda

kedalaman anestesi, seperti disajikan pada table 1.

Table 1 tahapan dan indikasi status teranestesi oleh anestetikum umum

fase/tahapan

indikator

I II III

Plane I

III

Plane 2

III

Plane 3

III

Plane 4

IV

Tingkah laku Tidak terkontrol

Eksitasi: kuat, bersuara, anggota gerak,mengunyah ternganga.

Teranestesi

Teranestesi Teranestesi Teranestesi Hampir mati

Respirasi Normal cepat 20-30x/mnt

Tidak teratur, tertahan/hiper ventilasi

Teratur 12-20x/mnt

Teratur dangkal 12-16x/mnt

Dangkal <12x/mnt

Putus-putus (ada berhenti)

Apnea (berhenti)

Fungsi kardiovaskul

Tetap Denyut jantung

Pulse kuat,

Denyut jantung

Denyut jantung 60-

Denyut jantung

kollap

Page 7: TAHAP ANESTESI

er meningkat denyut jantung >90x/mnt

>90x/mnt 90/mnt, CRT meningkat, pulse lemah

<60x/mnt, CRT lama, membrane pucat.

Respon bedah

kuat kuat Ada respon dengan gerakan

Denyut jantung dan respirasi meningkat

Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Kedalaman anestesi

Tidak teranestesi

Tidak teranestesi

Dangkal Sedang Dalam Over dosis Mati

Posisi bolamata

tengah Tengah, tidak tetap

Tengah, rotasi, tidak tetap

Sering rotasi di ventral

Ditengah, rotasi di ventral

Tengah Tengah

Ukuran pupil (+) (+) (+) Lambat Sangat lambat, (-)

(-) (-)

Kejangan otot

Baik Baik Baik Relaksasi Sangat menurun

Lembek Lembek

Reflex Ada Ada, mungkin berlebih

Ringan, hilang

Ada (patella, telinga, palpebral, kornea), yang lain hilang

Semua minimal, hilang

Tidak ada Tidak ada