tinjauan pustaka carpal tunnel syndrom

23
CARPAL TUNNEL SYNDROM A. DEFINISI Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah kelainan yang terjadi akibat penekanan saraf medianus di dalam terowongan karpal dengan gejala utama berupa kesemutan dan rasa nyeri yang menjalar ke jari-jari serta tangan yang dipersarafi oleh nervus medianus, disertai rasa kebas, kelemahan otot, kekakuan dan kemungkinan atofi otot. (Tana, 2004) B. ANATOMI Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari – jari tangan. Jari tangan dan otot – otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon – tendonnya berorigo pada epicondilus medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang – tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm.

Upload: andrew-sabastian-geraldyno-paago

Post on 24-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

CTS, Neuro, Carpal Tunnel Syndrome, Tinjauan Pustaka

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Pustaka Carpal Tunnel Syndrom

CARPAL TUNNEL SYNDROM

A. DEFINISI

Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah kelainan yang terjadi akibat

penekanan saraf medianus di dalam terowongan karpal dengan gejala utama

berupa kesemutan dan rasa nyeri yang menjalar ke jari-jari serta tangan yang

dipersarafi oleh nervus medianus, disertai rasa kebas, kelemahan otot, kekakuan

dan kemungkinan atofi otot. (Tana, 2004)

B. ANATOMI

Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar

pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di

dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang –

tulang carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan

pada jari – jari tangan. Jari tangan dan otot – otot fleksor pada pergelangan tangan

beserta tendon – tendonnya berorigo pada epicondilus medial pada regio cubiti

dan berinsersi pada tulang – tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan

interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi

berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan

dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti

sekitar 3 cm.

Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran

canalis carpi, membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan

jaringan lubrikasi pada tendon – tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi

dengan sudut 90 derajat dapat mengecilkan ukuran canalis.

Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk

di dalam ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia

thenar, kelemahan pada otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot

abductor pollicis brevis yang diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik

ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh bagian distal N. Medianus.

Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan

persarafan proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi

bagian telapak tangan dan ibu jari.

Page 2: Tinjauan Pustaka Carpal Tunnel Syndrom

CT dibentuk oleh :

Atas : ligamentum carpi transversum (bagian dari. flexor retinaculum yang

membentang dari Os. Scapoideum dan trapezoideum ke arah medial menuju

Os. Piriformis & hamatum)

Lateral (radial) : Os naviculare dan tuberculum os trapezium.

Medial (ulnar) dibatasi oleh : Os. pisiformis dan os hamatum.

CT berisi :

4 Mm Fleksor Digitorum Superfisialis,

Page 3: Tinjauan Pustaka Carpal Tunnel Syndrom

4 Mm Fleksor Digitorum Profundus,

1 M Fleksor Carpi Radialis,

1 N Medianus.

Anatomi Nervus Medianus

Serabut - serabut saraf yg

membentuk N. medianus

berasal dari saraf spinal C5-C8

dan Th 1 dari pleksus

brakhialis, dibentuk oleh

cabang lateralis fasciculus

medialis dan cabang medial

dari fasciculus lateralis dimana

kedua cabang tersebut bersatu

pada tepi bawah M. Pectoralis

minor.

Serabut motorik N. medianus mempersyarafi otot lengan bawah:

M. Pronator teres

M. Palmaris longus

M. Fleksor Carpi Radialis

M. Fleksor digitorum superficialis

M. Fleksor digitorum profundus

M. Pronator kuadratus

M. Fleksor Polisis longus

Serabut motorik N. Medianus yg mempersyarafi otot – otot tangan M. Fleksor polisis

brevis, M. Oponen polisis, M. abductor polisis brevis, Mm. Lumbricalis I dan II

Serabut sensorik N. Medianus:

Bagian Palmar ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan bagian radial jari manis,

serta ujung – ujung distal dari jari yang sama.

Bagian dorsal tangan sampai dengan Phalang kedua jari telunjuk, jari tengah

dan setengah dari jari manis.

Page 4: Tinjauan Pustaka Carpal Tunnel Syndrom

Di dalam CT tersebut N. Medianus terletak langsung di bawah ligamentum karpi

transversum dan sebelumnya terletak di belakang dari tenson palmaris longus.

C. EPIDEMIOLOGI

Menurut penelitian CTS lebih sering terjadi pada wanita. Nervus medianus

mengalami tekanan pada saat berjalan melalui terowongan karpal di pergelangan

tangan menuju ke tangan. Penyakit ini biasanya timbul pada usia pertengahan.

Umumnya pada keadaan awal bersifat unilateral tetapi kemudian bisa juga

bilateral. Biasanya lebih berat pada tangan yang dominan. Pada beberapa keadaan

tertentu, misalnya pada kehamilan, prevalensinya sedikit bertambah.

Prevalensi CTS bervariasi. Di Mayo Clinic, pada tahun 1976-1980

insidensnya 173 per 100.000 pasien wanita/tahun dan 68 per 100.000 pasien

pria/tahun. Di Maastricht, Belanda, 16% wanita dan 8 % pria dilaporkan

terbangun dari tidurnya akibat parestesi jari-jari. 45% wanita dan 8% pria yang

mengalami gejala ini terbukti menderita CTS setelah dikonfirmasi dengan

pemeriksaan elektrodiagnostik 1°. Pada populasi Rochester, Minnesota,

ditemukan rata-rata 99 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Sedangkan Hudson

dkk menemukan bahwa 62% entrapment neuropathy adalah CTS.

Di Indonesia prevalensi CTS karena faktor pekerjaan masih belum

diketahui dengan pasti (Tana,2003). Prevalensi dari populasi umum sekitar 3,8 %

(Atroshi,1999). Penelitian yang dilakukan oleh Silverstein (1987) pada 625

pekerja di 7 kawasan industri mengevaluasi faktor-faktor pekerjaan yang bisa

mempengaruhi terjadinya CTS, ternyata ada enam faktor pekerjaan yang

menyebabkan berkembangnya CTS yaitu gerakan pergelangan/jari tangan yang

berulang, kontraksi yang kuat pada tendon, gerakan pergelangan tangan yang

menekuk ke bawah (flexi) atau menekuk ke atas (extensi), gerakan tangan saat

bekerja (gerakan menjepit), tekanan mekanik pada saraf medianus. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Armstrong (2008) di kawasan industri kerja ada

empat sebagai faktor kontrol dari perkembangan CTS yaitu jenis kelamin, usia,

index masa tubuh (IMT) dan penyakit penyerta. CTS merupakan hasil dari

kombinasi kondisi kesehatan dan aktivitas fisik yang berulang yang dapat

meningkatkan tekanan pada nervus medianus saat melewati terowongan karpal.

D. ETIOLOGI

Page 5: Tinjauan Pustaka Carpal Tunnel Syndrom

Terowongan carpal yang sempit selain dilalui oleh nerbus medianus juga

dilalui oleh beberapa tendon flexor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin

padatnya terowongan ini dapat menyebabkan penekanan pada nervus medianus

sehingga timbul carpal tunnel syndrome.

Carpal tunnel syndrome dapat dibagi menjadi dua yaitu akut dan kronis,

namun pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui (idiopatik), terutama pada

penderita usia lanjut. Selain itu gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan

tangan dapat menambah resiko carpal tunnel syndrome (Tana, 2003).

Pada keadaan lain, nervus medianus dapat terjebak juga di carpal tunnel itu.

Secara sekunder, carpal tunnel syndrome dapat timbul pada penderita dengan

osteoarthritis, diabetes mellitus, miksidema, akromegali atau wanita hamil.

Carpal tunnel syndrome dapat disebabkan dan dipengaruhi oleh berbagai

factor, antara lain:

a. Kelainan anatomi : kelainan tekanan muskulus fleksor, ista ganglionik,

lipoma, congenitally small carpal canal, trombosis arteri

b. Infeksi : lyme disease, infeksi mikrobakterial dan septic arthritis

c. Inflamasi : penyakit jaringan penyangga, gout atau pseudogout, tenosinovitis

fleksor non spesifik, rheumatoid arthritis, osteoarthritis

d. Kelainan metabolic : akromegali, amiloidosis, diabetes mellitus,

hipertiroidisme, hipotiroidisme

e. Peningkatan volume kanal : gagal jantung kongestif, edema, obesitas,

kehamilan

f. Trauma : fraktur tulang pergelangan tangan (yang sering colle’s fraktur),

dislokasi salah satu tulang karpal, tekanan yang kuat misalnya melindungi diri

dari benda berat dengan menggunakan pergelangan tangan, hematom akibat

pendarahan interna pada pergelangan tangan, deformitas akibat penyembuhan

fraktur lama yang tidak sempurna.

g. Kebiasaan/aktivitas : mengetik computer, main video atau alat musik,

mengendarai mobil atau motor atau aktivitas yang terus-menerus dan rutin

seperti ahli bedah dan dokter gigi.

E. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar carpal tunnel syndrome terjadi perlahan-lahan (kronis).

Pada jaringan pelindung tendon yaitu tenosynovium membengkak, dicurigai

Page 6: Tinjauan Pustaka Carpal Tunnel Syndrom

Karen acairan synovial yang berfungsi melindungi dan melumasi tendon

tertimbun, terjadi juga penebalan fleksor retinakulum. Kedua keadan ini akan

menekan n.medianus. tekanan yang berulang-ulang dan lama pada n.medianus

akan menyebabkan tekanan intrafasikuler meninggi. Keadaan ini menyebabkan

perlambatan aliran vena. Kongesti ini lama-lama akan mengganggu nutrisi

intrafasikuler, selanjutnya terjadi anoksia yang akan merusak endotel,

menimbulkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epidural. Hipotesa ini

dapat menerangkan keluhan yang sering pada carpal tunnel syndrome yaitu berupa

rasa nyeri dan sembab terutama malam atau pagi hari yang akan berkurang setelah

tangan yang bersangkutan digerak-gerakkan atau diurut, mungkin karena

perbaikan dari gangguan vaskuler ini.

Bila keadaan berlanjut tejadi fibrosis epineural dan merusak serabut saraf.

Selanjutnya saraf menjadi atrofi dan diganti jaringan ikat sehingga fungsi

n.medianus akan terganggu.

Pada carpal tunnel syndrome yang akut, biasa terjadi kompresi yang

melebihi tekanan perfusi kapiler, sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi saraf.

Saraf menjadi iskemik, terjaid peninggian tekanan fasikuler yang uga akan

memperberat keadaan iskemik ini.

Selanjutnya terjaid pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan edema

yang menimbulkan terganggunya sawar darah saraf dan selanjutnya merusak saraf

tersebut. Pengaruh mekanik/tekanan langsung pada saraf tepi dapat pula

menimbulakan invaginasi nodus ranvier dan dimieliminasi setempat sehingga

konduksi saraf terganggu. Selainnya dari factor mekanik dan vaskuler ini mungkin

ada keadaan lain yang membuat n.medianus menderita dalam carpal tunnel.

F. KLASIFIKASI

Berdasarkan gejala yang terjadi, carpal tunnel syndrome diklasifikasikan

menjadi :

1. Grade 1A : subclinical median nerve irritability

Tes phalen atau tinel positif

Tidak ada deficit motorik / deficit sensorik

Perlu modifikasi aktivitas yang melibatkan tangan untuk pencegahan

penyakit yang memberat

2. Grade 1B : Mild Carpal tunnel syndrome

Page 7: Tinjauan Pustaka Carpal Tunnel Syndrom

Mati rasa singkat

Kesemutan

Nyeri pergelangan tangan di malam hari atau dengan nyeri yang berulang

Tidak ada deficit motorik / deficit sensorik

Gejala menghilang dengan pengobatan atau aktivitas yang diperingan

Terapi bisa memberikan manfaat

3. Grade 1C : Moderate Carpal tunnel syndrome

Gejala sering timbul

Tanda-tanda iritabilitas nervus medianus

Ada kelemahan saraf sensorik dan motorik

4. Grade 2 : Moderate severe Carpal tunnel syndrome

Gejala lebih sering timbul

Ada tanda deficit motorik dan deficit sensorik

Bebat (splint) biasanya mengurangi gejala

Bisa membaik dengan dekompresi bedah

5. Grade 3 : Severe Carpal tunnel syndrome

Gejala berkelanjutan

Ada deficit motorik dan deficit sensorik

Denervasi pada EMG

Bebat (splint) biasanya mengurangi gejala

Dengan terapi bedah, pemulihan lama dan tidak bisa kembali seperti

semula

G. GEJALA KLINIS

Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.

Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya

berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran

listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari sesuai dengan distribusi

sensorik nervus medianus (Barnardo,2004)(Davis,2005), walaupun kadang-

kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari (Salter, 1993).

Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainnya

adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari sehingga

sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak

berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan tangannya atau

Page 8: Tinjauan Pustaka Carpal Tunnel Syndrom

dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan

berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya (Rambe, 2004,

Barnardo,2004, Davis,2005, Aroori,2008).

Apabila tidak segera ditagani dengan baik maka jari-jari menjadi kurang

terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan

juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu

menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar (oppones

pollicis dan abductor pollicis brevis).dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh

nervus medianus (Davis,2005)

Gejala klinis CTS menurut Grafton(2009) adalah sebagai berikut:

1. Mati rasa, rasa terbakar, atau kesemutan di jari-jari dan telapak tangan.

2. Nyeri di telapak, pergelangan tangan, atau lengan bawah

3. Penurunan cengkeraman kekuatan.

4. Kelemahan dalam ibu jari

5. Sensasi jari bengkak, (ada atau tidak terlihat bengkak)

6. Kesulitan membedakan antara panas dan dingin.

H. DIAGNOSA

Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga

didukung oleh beberapa pemeriksaan yaitu :

1. Pemeriksaan fisik

Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan

perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa

pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa

CTS adalah (George, 2009):

a. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila

dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong

diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk

menegakkan diagnosa CTS.

Page 9: Tinjauan Pustaka Carpal Tunnel Syndrom

b. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-

gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan

menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat

dijumpai pada penyakit Raynaud.

c. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa hilang timbul parestesia atau

nyeri pada daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada

terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.

d. Thenar wasting.

Pada inspeksi dan

palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar.

e. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual

maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan

abduksi maksimal palmar lalu ujung jari dipertemukan dengan ujung jari

lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut.

Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan

gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.

f. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara

maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat

dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka

tes ini menyokong diagnosa CTS.

g. Torniquet test. Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan

tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila

dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.

h. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan

jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak

Page 10: Tinjauan Pustaka Carpal Tunnel Syndrom

dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan

mendukung diagnosa.

i. Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua

titik (two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah

nervus medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa.

j. Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan

menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul

gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa

k. Pemeriksaan fungsi otonom. Pada penderita diperhatikan apakah ada

perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah

innervasi nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa CTS

2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)

a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik,

gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot

thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot

lumbrikal. EMG bisa normal pada 31 % kasus CTS.

b. Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada

yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency)

memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di

pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten

motorik.

3. Pemeriksaan radiologis.

Pemeriksaan rontgen, USG resolusi tinggi, CT scan dan MRI terhadap

pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti

fraktur atau artritis. Selain itu dapat juga digunakan untuk mengetahui kondisi

di dalam carpal tunnel. Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada kasus-kasus

tertentu saja sebelum tindakan operasi.

4. Pemeriksaan laboratorium.

Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa

adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan

seperti kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.

I. DIAGNOSIS BANDING

Page 11: Tinjauan Pustaka Carpal Tunnel Syndrom

1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang bila leher

diistirahatkan dan bertambah bila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik

sesuai dermatomnya.

2. lnoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-

otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan

lengan bawah.

3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di

telapak tangan daripada CTS karena cabang nervus medianus ke kulit telapak

tangan tidak melalui terowongan karpal.

4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis

longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang

repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan

di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari

pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri bertambah

J. KOMPLIKASI

1. Atropi otot-otot thenar

2. Gangguan sensorik yang mengenai bagian radikal telapak tangan serta sisi

palmar dari tiga jari pertama

3. Deformitas “Ape Hand”

K. PENATALAKSANAAN

Terdapat beberapa terapi terhadap carpal tunnel syndrome yang masih

dipergunakan hingga saat ini, antara lain:

Medikamentosa

1. Injeksi Kortikosteroid Lokal

Injeksi kortikosteroid cukup efektif sebagai penghilang gejala CTS

secara temporer dalam waktu yang singkat. Metilprednisolon atau

hidrokortison bisa disuntikkan langsung ke carpal tunnel untuk menghilangkan

nyeri. Injeksi kortikosteroid dapat mengurangi peradangan, sehingga

mengurangi tekanan pada nervus medianus. Pengobatan ini tidak bersifat

untuk dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Pada kebanyakan pasien,

pembedahan merupakan satu –satunya pengobatan yang bisa memberikan

penyembuhan permanen.

Page 12: Tinjauan Pustaka Carpal Tunnel Syndrom

2. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)

Obat-obatan jenis NSAID dapat mengurangi inflamasi dan membantu

menghilangkan nyeri. Pada umumnya digunakan untuk menghilangkan nyeri

ringan sampai sedang. Obat pilihan untuk terapi awal biasanya adalah

ibuprofen. Untuk pilihan lainnya ada ketoprofen dan naproxen.

Non Medikamentosa

1. Fisioterapi

Ultra sound Diathermi (USD)

Micro Wave Diathermi (MWD)

TENS

Exercise

Page 13: Tinjauan Pustaka Carpal Tunnel Syndrom

2. Ortose Protesa

Ortose yang dipakai untuk penderita carpal tunnel syndrome adalah

splint atau bidai. Splint atau bidai pada pergelangan tangan membantu

mengurangi mati rasa dengan mengurangi fleksi pergelangan tangan. Bidai

digunakan pada malam hari selama 2-6 minggu untuk mereposisi tangan,

mencegah fleksi atau ekstensi tangan saat tidur yang bisa meningkatkan

tekanan. Pemakaian bidai ini efektif jika dilakukan dalam jangka tiga bulan

sejak timbul keluhan.

Page 14: Tinjauan Pustaka Carpal Tunnel Syndrom

3. Operasi

Pada umumnya, terapi nonoperasi digunakan untuk kasus yang ringan.

Jika gejala menetap maka direkomendasikan untuk operasi. Tujuan dari

operasi CTS adalah membelah lapisan transkutaneus (Transcutaneus

Layer/TCL). Pada saat TCL dipotong, maka tekanan nervus di bawahnya akan

berkurang.

Ini adalah salah satu contoh hasil pembedahan carpal tunnel syndrome.

Dapat dilihat adanya atrofi otot thenar eminensia di tangan kiri yang

merupakan tanda kronik CTS.

Salah satu gambar metode pembedahan pada carpal tunnel syndrome.

Dapat dilihat teknik pembukaan ligamentum carpi transversum yang juga

dikenal dengan sebutan pembedahan “pembebasan canalis carpi”.

Pembedahan ini sangat direkomendasikan bagi pasien yang telah mengalami

secara konstan dan static mati rasa, kelemahan otot tangan, atau atrofi, dan

penggunaan splint di malam hari sudah tidak bisa lagi mengontrol gejala –

gejala intermiten CTS.

L. PENCEGAHAN

Pencegahan pada CTS dapat dilakukan dengan :

Page 15: Tinjauan Pustaka Carpal Tunnel Syndrom

1. Relaksasi dan mengurangi kekuatan pegangan

2. Lebih sering beristirahat

3. Memperbaiki postur tubuh dan memperhatikan posisi tangan

4. Menjaga agar tangan tetap hangat

5. Mengurangi berat badan jika terdapat obesitas

6. Terapi penyakit yang bisa menyebabkan CTS

7. Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh

tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya

menggunakan ibu jari dan telunjuk.

M. PROGNOSIS

Pada CTS, prognosis biasanya baik. Terdapat bebrapa faktor yang dapat

menyebabkan prognosis menjadi buruk, seperti status mental dan penggunaan

alkohol. Gejala bilateral dan manuver Phalen yang positif merupakan indikator

prognosis yang buruk. Penelitian menunjukkan bahwa 34% pasien CTS idiopatik

mengalami resolusi sempurna dalam 6 bulan. Bila setelah dilakukan tindakan

operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka dipertimbangkan kembali

kemungkinan berikut ini :

1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus

medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.

2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.

3. Terjadi STK yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat

edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.