tutorial j skenario 2 pertumbuhan dan perkembangan
DESCRIPTION
pertumbuhan dan perkembanganTRANSCRIPT
SKENARIO
1
Ny. Nadia, usia 38 tahun, diantar suaminya ke Rumah Sakit untuk memeriksakan kehamilannya yang ketiga setelah dua kali mengalami keguguran. Ny Nadia rajin melakukan ANC setiap bulan sejak usia kehamilan 5 minggu karena tidak ingin kehilangan lagi. Beliau merasa antusias karena dokter kandungan akan melakukan pemeriksaan USG 4 dimensi pada kandungannya yang kini sudah memasuki trimester 3. Saat melakukan pemeriksaan USG, dokter menjelaskan bahwa embrio di rahim Ny. Nadia kini menjadi fetus dengan organ-organ lengkap. Dari monitor tampak anatomi janin dengan jelas. Dokter dengan sabar menjelaskan kepada Ny. Nadia tentang organ-organ tersebut mulai dari arah cephal ke kaudal. Ny. Nadia bersyukur karena kehamilan dan janin yang dikandungnya sehat dan tidak ditemukan kelainan kongenital. Meski demikian dia masih harus menjalani beberapa pemeriksaan untuk diagnosis prenatal kandungannya.
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Kehamilan2. Keguguran3. ANC4. USG 4 Dimensi5. Trimester 36. Embrio7. Fetus8. Janin9. Anatomi10. Cephal11. Kaudal12. Kelainan congenital13. Diagnosis prenatal
2
ANALISA ISTILAH
1. Kehamilan
Menurut BKKBN ( Badan Kependudukan & Keluarga Berencana Nasional), kehamilan adalah sebuah proses yang diawali dengan keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh.
Menurut KBBI, kehamilan adalah kondisi mengandung janin dirahim karena sel telur dibuahi oleh sperma.
2. Keguguran Keguguran adalah keluarnya janin secara tidak sengaja sebelum waktunya lahir.
3. Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care merupakan pemeriksaan berkala pada ibu hamil beserta janinnya.Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan (Depkes RI, 1996).
Ante Natal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).
4. USG 4 Dimensi
USG merupakan singkatan dari Ultrasonografi, merupakan metode visualisasi struktur dalam tubuh dengan gelombang ultrasonic (> 20.000 Hz) yang diarahkan pada jaringan tubuh. (library.med.utah)
Ultrasonografi adalah visualisasi struktur dalam tubuh yang bekerja merekam
pantulan (gema) denyutan gelombang ultrasonik yang diarahkan ke jaringan tubuh
(Dorland, 2002).
5. Trimester 3
Kehamilan trimester 3 adalah kehamilan dengan usia 27-40 minggu, masa ini
merupakan suatu yang lebih berorientasi pada realitas untuk menjadi orang tua yang
menanti kelahiran anak dimana ikatan antara orang tua dan janin yang berkembang
pada trimester ini.
3
6. Embrio
Embrio adalah tahap awal perkembangan hasil dari pembuahan antara sel sperma dan
ovum yang membentuk satu sel.
Embrio adalah organisme yang berkembang dari waktu pembuahan sampai akhir
minggu kedelapan kehamilan.
7. Fetus / Janin
Fetus / janin adalah embrio yang telah berumur lebih dari delapan minggu.
Perkembangan janin di dalam uterus, khususnya keturunan yang belum lahir dalam
masa pascaembrionik, pada manusia bekisar 9 minggu setelah fertilisasi sampai
kelahiran. (Kamus Dorland)
8. Anatomi
Anatomi adalah ilmu pengetahuan yg mempelajari bentuk & susunan tubuh
( bagian-bagiannya ) serta hubungan alat tubuh yg satu dengan yg lain.
9. Cephal
Cephal adalah bidang tubuh bagian atas (kepala).
10. Kaudal
Kaudal adalah bidang tubuh bagian bawah (ekor/kaki).
11. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang
dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik.Ilmu yang mempelajari
kelainan bawaan disebut dismorfologi (Effendi, 2006 dalam Neonatologi IDAI 2008).
Kelainan kongenital, cacat lahir dan anomali kongenital adalah istilah-istilah sinonim
yang digunakan untuk menjelaskan gangguan struktural, perilaku, fungsional dan
metabolik yang sudah ada sejak lahir. (Langman ed 10, 2012)
12. Diagnosis prenatal
4
Diagnosis prenatal merupakan pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan menilai
pertumbuhan, perkembangan, dan kelainan konginetal yang terjadi pada fetus
selama berada didalam uterus.
5
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses pemeriksaan yang benar ?
2. Segala sesuatu tentang kelainan kongenital
3. Perkembangan sejak terjadinya fertilisasi / terbentuknya zigot sampai lahir
4. Segala sesuatu tentang diagnosis prenatal
5. Segala sesuatu tentang organogenesis
6. Segala sesuatu tentang ANC
7. Segala sesuatu tentang anatomi
8. Segala sesuatu tentang embriologi
LO
6
1. Anatomi Dasar
A. Definisi
Istilah anatomi berasal dari bahasaYunani yaitu ana dan tomos. Ana berarti habis atau
ke atas dan tomos berarti memotong atau mengiris. Jadi anatomi berarti memotong
sampai habis dan mengangkat ke atas. Maksudnya anatomi adalah ilmu yang
mempelajari struktur tubuh (manusia) dengan cara menguraikan tubuh (manusia)
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sampai ke bagian yang paling kecil. Cara
menguraikan tubuh manusia tersebut adalah dengan memotong atau mengiris tubuh
(manusia) menggunakan skalpelataumikrotom, kemudian diangkat, dipelajari, dan
diperiksa dengan menggunakan mata biasa atau dengan bantuan mikroskop atau alat
optik lain.
B. Macam-MacamAnatomi
Anatomi dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu :
1. Anatomi Makroskopik
2. Anatomi Mikroskopik
1) Anatomi Makroskopik adalah ilmu mengenai struktur tubuh yang dapat dipelajari
melalui observasi atau pembedahan tanpa menggunakan mikroskop, yang termasuk
lingkup ini:
Anatomi Deskriptif/Sistematika : uraian disajikan secara sistem per sistem.
Anatomi deskriptif memuat :
Osteologia (sistem skletale) yang membahas bentuk, susunan dan fungsi
tulang dan tulang rawan
Arthrologia (sistem articulare) yang membahas bentuk, susunan dan peranan
hubungan antar tulang termasuk persendian
Myologia (sistem musculare) yang membahas bentuk, susunan dan peranan
otot-otot
Angiologia (sistem vasculare) membahas sitem sirkulasi dan limfe
Neurologia (sistem nervosum) membahas sistem saraf pusat dan saraf tepi
7
Apparatus digestoria (sistem digestive) membahas sistem pencernaan
makanan
Apparatus respiratorius (sistem respirasi) membahas saluran-saluran udara
pernafasan dari hidung sampai paru
Apparatus urogenitalis (sistem urogenitale) membahas sistem perkemihan
dan reproduksi
Glandula endokrin membahas kelenjar-kelenjar hormone
Integumentum commune membahas sistem pelindung permukaan tubuh
yaitu kulit dan alat-alat yang terdapat padanya seperti rambut dan kuku.
Anatomi Topographica/Regional : mempelajari kedudukan suatu alat tertentu
terhadap alat lainnya, terdiri dari :
Sintopia : mempelajari suatu letak alat tubuh terhadap alat tubuh lainnya
Skletopia : mempelajari suatu letak alat tubuh terhadap tulang atau kerangka
Holotopia : mempelajari letak sebenarnya suatu alat tubuh
Anatomiterapan : anatomi yang uraiannya lebih dikhususkan pada
kepentingan diagnosis
AnatomiTerapan : Anatomi yang uraiannya lebih dikhususkan pada kepentingan
diagnosa dan terapi
AnatomiPermukaan : Anatomi yang mediskripsikan tanda-tanda pada permukaan
tubuh sebagai penentu kedudukan alat-alat dalam. Biasanya dilakukan dengan
pemeriksaan fisik seperti inspeksi (Melihat), palpasi (Meraba), auskultasi
(Mendengar) dan Perkusi (Ketukan).
2) Anatomi Mikroskopik adalah anatomi yang mempelajari struktur dan bentuk
bagian-bagian tubuh dengan menggunakan bantuan alat optik (misal mikroskop).
Yang dipelajari adalah sel (cytologi), jaringan (histologi) dan organ (organologi).
C. Syarat Posisi Anatomi
8
- Berdiri dengan tegak, dengan kepala, kedua mata, dan jari kaki menghadap ke
depan.
- Kedua tangan di sisi tubuh dengan telapak tangan terbuka ke depan.
- Kedua kaki merapat dan mengarah ke depan.
- Ibu jari berada di sisi lateral, sedangkan jari kelingking berada di sisi medial.
D. Bidang Tubuh
1. Bidang sagital membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan.
a. Bidang midsagital membagi tubuh menjadi dua bagian, bagian kiri sama besar
dengan bagian kanan.
b. Bidang Parasagital membagi tubuh menjadi dua bagian (bagian kiri dan kanan)
yang tidak sama besar.
2. Bidang frontal atau koronal adalah salah satu bidang di bagian kanan bidang
sagital. Bidang ini membagi tubuh atau organ menjadi bagian depan dan belakang.
3. Bidang transversal (horizontal, potong silang) membagi tubuh atau organ menjadi
bagian atas dan bawah.
9
E. Anatomi Topografi
Menurut Kamus Dorland, Anatomi Topografi merupakan pengaturan tata letak organ
dan bagian tubuh dalam mempermudah pemahaman mengenai anatomi, seperti :
1. Bagian anterior dari tubuh (ventral pada binatang) merupakan bagian depan tubuh
atau bagian perut. Contoh: hidung merupakan bagian anterior dari keseluruhan bagian
wajah.
2. Posterior adalah bagian belakang (pada binatang disebut dorsal). Contoh: bokong
merupakan bagian posterior dari abdomen.
3. Superior adalah mengarah ke kepala atau bagian tertinggi; superior juga disebut
sebagai sefalik, kranial, atau rostal. Contoh: kepala merupakan bagian superior
dari leher.
10
4. Inferior adalah arah menjauhi kepala dan mengarah ke bagian bawah tubuh;
inferior juga disebut kauda. Contoh: dada merupakan bagian inferior dari leher.
5. Medial adalah setiap setiap struktur yang terdekat dengan garis tengah imajiner
tubuh. Contoh: hidung merupakan bagian medial dari mata.
6. Lateral mengarah ke samping, menjauhi garis tengah imajiner tubuh. Contoh:
telinga merupakan bagian lateral dari mata.
a.Ipsilateral berarti terletak di sisi yang sama.
b.Kontralateral berarti terletak di sisi yang berlawanan.
7. Proksimal mengacu pada bagian suatu struktur yang mendekati garis tengah tubuh,
atau jika mengacu pada satu tungkai, maka mendekati titik asal atau titik perlekatan
terdekat dengan trunkus. Contoh siku adalah bagian proksimal dari pergelangan
tangan.
8. Distal berarti paling jauh dari garis tengah imajiner atau menjauhi titik asal atau
titik perlekatan dengan trunkus. Contoh: kaki merupakan bagian distal dari
pergelangan kaki.
9. Superfisial berarti setiap bagian manapun yang dekat ke permukaan tubuh. Contoh:
kulit merupakan bagian superfisial dari otot.
10. Dalam/profunda berarti terletak di bagian internal, di dalam tubuh. Contoh: usus
halus terletak jauh lebih kedalam tubuh dari otot-otot dan kulit abdominal.
11
F. Terminologi
Terminologi merupakan sistem penamaan dalam anatomi agar memperjelas posisi
atau penggolongan bagian tubuh. Ada beberapa kata yang digunakan dalam
terminologi :
1. Kata sifat yang menyatakan bidang :
1 Medianus Bidang yang membagi tubuh menjadi 2 bagian kiri kanan
yang simetris
2 Paramedianus Bidang yang berada disamping dan sejajar dengan bidang
medianus.
3 Sagittalis Setiap bidang yang sejajar dengan bidang medianus
4 Frontalis Bidang yang tegak lurus pada bidang sagitalis, sejajar dengan
permukaan perut.
5 Transversalis Bidang yang melintang tegak lurus pada arah memanjang tubuh
2. Kata benda yang menyatakan bangunan menonjol :
12
1. Processus = nama umum untuk tonjolan
2. Spina = tonjolan yang tajam
3. Tuber = benjolan bulat
4. Tuberculum = benjolan bulat yang kecil
5. Crista = tepi yang bergerigi
6. Pecten = bagian pinggir yang menonjol
7. Condylus = tonjolan bulat di ujung tulang
8. Epicondylus = benjolan pada condylus
9. Cornu = tanduk
10. Linea = garis
3. Kata benda yang menyatakan bangunan melengkung :
1. Fossa = nama umum
2. Fossula = fossa yang kecil
3. Fovea = lekuk yang agak rata
4. Foveola = fovea yang kecil
5. Sulcus = alur
6. Incisura = takik
4. Kata benda yang menyatakan lubang, saluran, ruangan :
1. Foramen = lubang
2. Fissura = celah
3. Apertura = pintu
4. Canalis = saluran
13
5. Ductus = pembuluh
6. Meatus = liang
7. Cavum = rongga
8. Cellula = ruang kecil berisi udara
5. Gerakan
1. flexio : gerakan membengkokkan dan membentuk sudut lebih kecil
2. extensio : gerakan meluruskan dan membentuk sudut lebih besar
3. abduxio : gerakan yang menjauhi sumbu badan
4. adduxio : gerakan yang mendekati sumbu badan
5. rotasio : gerakan memutar pada sumbu memanjang
6. exorotasio : gerakan memutar keluar
7. endorotasio : gerakan memutar ke dalam
8. pronasio : gerakan antebrachum memutar ke medial
9. supinasi : gerakan antebrachium memutar ke lateral
10. eversio : gerakan kaki memutar keluar
11. inversio : gerakan kaki memutar ke dalam
6. Pembagian regio
Sebenarnya hanya ada 3 regio utama yakni kepala, badan, dan ektremisitas. Dari 3
regio ini dikembangkan menjadi beberapa region berikut :
1. Regio capitis
2. Regio facialis
3. Regio cervicalis
14
4. Regio pectoralis
5. Regio sternalis
6. Regio abdominalis
7. Regio dorsalis
8. Regioperinealis
9. Regiomembrum superior
10. Regio membrum inferior
7. Istilah Medis
Istilah medis adalah sebuah kosakata untuk secara akurat menggambarkan tubuh
asing dan komponen terkait, kondisi, proses dan proses dengan cara yang
berbasis ilmu pengetahuan. Hal ini untuk digunakan di bidang medis dan
keperawatan. Pendekatan sistematis untuk membangun kata dan pemahaman
istilah ini didasarkan pada konsep penggabungan antar kata. Unsur kata dalam
istilah medis, yaitu:
- Akar kata (Root),
- Awalan (Prefix),
- Akhiran (Suffix),
Akar kata (Root) adalah istilah berasal dari bahasa sumber seperti Yunani atau Latin
dan biasanya menggambarkan bagian tubuh. Awalan (Prefix) dapat ditambahkan di
depan istilah untuk memodifikasi akar kata dengan memberikan informasi tambahan
tentang lokasi organ, jumlah suku cadang, atau waktu yang terlibat. Akhiran (Suffiks)
yang melekat pada ujung akar kata untuk menambah arti seperti kondisi, proses
penyakit, atau prosedur.
Awalan Arti
15
Mono-
Hyper-
Micro-
Tachy-
Brady-
Post-
Endo-
Ante-
Poly-
Satu
Berlebihan
Kecil
Cepat
Lambat
Sesudah
Di dalam
Sebelum
Banyak
Kata Dasar Arti
Ophtalm/o
Cerebr/o
Aden/o
Derm/a
Neur/o
Aden/o
Gastro
Cardio
Mata
Otak
Kelenjar
Kulit
Syaraf
Kelenjar
Ginjal
Jantung
Akhiran Kata Arti
-ectomy Eksisi
16
-plasty
-tomy
-rrhapy
-tome
-tripsy
-algia
-itis
-oma
-pathy
-ia
Operasi untuk memperbaiki
Insisi
Menjahit
Alat untuk memotong
Penghancuran
Sakit
Inflamasi
Tumor
Penyakit
Kondisi
Contoh:
- Takhikardi, "takhi" artinya "cepat" sehingga "takhikardi" berarti denyut jantungnya
bertambah cepat.
G.Perikarditis, “Peri” adalah awalan yang berarti sesuatu yang melingkupi/ di tepi,
“Kardi” artinya “jantung” dan “Itis” artinya “peradangan”. Jadi, Perikarditis artinya
peradangan pada jaringan yang melingkupi jantung.
2. Embriogenesis & Organogenesis
17
A. Definisi
Embriogenesis adalah proses perkembangan dari satu sel melalui periode
pembentukan primordia organ yang terjadi pada delapan minggu pertama
perkembangan manusia (Sadler, 2009).
Organogenesis adalah periode yang berlangsung dari minggu ketiga hingga
kedelapan perkembangan darn merupakan waktu diferensiasi ketiga lapisan
germinativum, ektoderm, mesoderm, dan endoderm, menghasilkan sejumlah jaringan
dan organ spesifik (Sadler, 2009).
B. Proses
MINGGU PERTAMA
Fertilisasi adalah proses meleburnya sel gamet wanita dengan sel gamet pria hingga
membentuk zigot, terjadi di daerah ampula tuba uteria (letaknya paling dekat dengan
ovarium dan merupakan bagian terlebar di bagian tuba)
o Kapasitasi
Adalah periode penyesuaian saluran reproduksiwanita. Dalam proses
iniglikoprotein dan protein plasma semen dari membran plasma yang
membungkus region akrosom spermatozoa. Dalam kapasitasi ini, dari 200-300
juta spermatozoa, hanya sekitar 300-500 sel sperma yang lolos dan dapat
menembus korona radiate.
o Reaksi akrosom
Sel sprema melekat pada zona pelusida, dimana terjadi induksi oleh protein
pada zona yang mengakibatkan zona pelusida melepas lisosom dari granul
korteks yang menyebabkan berubahnya sifat zona pelusida sehingga tidak ada
penetrasi sel sperma yang lainnya (hanya ada satu sel sperma yang dapat
menembus zona pelusida)
o Fusi membrane sel sperma dan oosit
18
Segera ketika sel sperma masuk, oosit melanjutkan prosesnya pada tahap
meiosis dua.Oosit ini disebut dengan pronukles wanita.Sel sperma yang
masuk, melepaskan ekornya hingga berdegenerasi.Sedangkan intinya bergerak
mendekati pronukleus dan semakin membesar, hingga menjadi
ptonukleuspria. Kedua pronukleus inilah yang melebur hingga hilangnya
selaput inti.Pembuahan ini menghasilkan pengembalian jumlah kromosom
diploid (2n), penentuan jenis kelamin kromosom, serta dimulainya
pembelahan.
Pembelahan
Bertambahnya jumlah sel dimana keadaan blastomer semakin kecil karena
pemampatan selama tiga kali masa pembelahan, hingga terbentuk 16 sel morula.
Pembentukan blastokista
Ketika morula memasuki rongga rahim, terlihat rongga (dari cairan yang
masuk ke morula dan menghilangkan zona pelusida) dan terbentuklah blastokista.
Massa sel di bagian dalam akan mengalami perkembangan sehingga membentuk
embrionya sendiri yang letaknya di satu kutub blastokista tersebut. Sedangkan massa
sel bagian luar akan mengelilingi sel-sel dalam tadi, serta rongga blastokista akan
membentuk trofoblas.
Kondisi uterus pada masa implantasi
Dinding rahim terdiri atas tiga lapisan, yakni endometrium, myometrium, dan
perimetrium.Keadaan uterus dalam fase sekretorik yaitu kelenjar dan arteri bergelung
sedangkan jaringan menjadi tebal dan basah, akhirnya endometrium kembali terbagi
menjadi kompaktium (superfisial), spongiosum (tengah), dan basale (lapisan yang
tipis)
MINGGU KEDUA
(Diskus Germinativum Bilaminer)
Hari ke-8
- Blastokista setengah terbenam didalam stroma endometrium
- Trofoblas membentuk sitotrofoblas (lapisan dalam berupa sel mononukleus) dan
sinsitiotrofblas (zona luar berinti banyak), dimana ketika keduanya bersatu maka
19
akan terjadi hilangnya membran yang diawali dengan pembelahan dan migrasi
oleh sitotrofoblas
- Embrio membentuk hipoblas (kuboid kecil di samping blastokista) dan epiblas
(lapisan sel silindris tinggi di samping rongga amnion)
- Lapisan bilaminer membentuk suatu cakram gepeng
- Terbentuk rongga amnion dan amnioblas
Hari ke-9
- Blastokista semakin terbenam dalam stroma endometrium
- Stadium lakunar, yaitu keadaan dimana trofoblas berkembang pesat dari kutub
embrional hingga membentuk suatu lacuna
- Sel-sel gepeng yang terbentuk dari hipoblas membentuk membrane eksoselom
(hauser)
- Hauser dan hipoblas bersama-sama membentuk rongga eksoselom (yolk sac
primitif)
20
Hari ke-11 dan 12
- Blastokista terbenam seluruhnya ke dalam stroma endometrium
- Sinsitio trofoblas menembus stroma dan mengikis endotel kapiler ibu sehingga
kapiler tersebut kongesti dan melebur (sinusoid)
- Terdapat siklus uteroplasenta (aliran darah melalui trofoblas)
- Munculnya sel dari yolk sac, yaitu jaringan ikat longgar halus (mesoderm
ekstraembrional) yang mengisi ruangan taratrofoblas di bagian eksternal dan
membrane eksoselom di bagian internal
- Terbentuknya ruang baru di mesoderm ekstraembrional yang disebut selom
ekstraembrional (rongga korion)
- Mesoderm dibagi menjadi dua, yaitu mesoderm somato pleura eksternal
(mesoderm yang melapisi sitotrofoblas dan amnion), dan mesoderm
splanknopleura eksternal (mesoderm yang melapisi yolk sac)
21
Hari ke-13
- Terjadi poliferasi sel-sel sitotrofoblas dan menembus ke dalam sinsitio trofoblas
dan membentuk suatu kolom yang diselubungi sinsitium (villus primer)
- Hipoblas menghasilkan sel-sel lain yang bermigrasi di sepanjang bagian dalam
membrane eksoselom. Sel-sel tersebut berpoliferasi membentuk rongga baru
dalam rongga eksoselom (yolk sac sekunder atau definitif)
- Terbentuknya kista eksoselom dan kordaum bilikalis (tali pusat)
- Pada akhir minggu kedua, cakram mudigah membentuk dua cakram yang
berhadapan yaitu epiblas (lantai rongga amnion yang meluas), dan hipoblas
(menutup atap kantung kuning telur sekunder)
Secara garis besar, proses embriogenesis hingga menjadi janin yang siap dilahirkan,
digambarkan dalam tabel berikut ini :
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3
22
Pembelahan, morula,
blastokista (inner cell mass
dan outer cell mass),
implantasi hari ke-6
Stadium bilaminar (epiblas
dan hipoblas), sirkulasi
uteroplasenta, amnion,
trofoblas (sitotrofoblas dan
sinsitiotrofoblas)
Primitive streak, stadium
trilaminer (ektoderm,
mesoderm, endoderm),
notokord, tabung saraf, tali
pusat, alantois, vilus tersier
Minggu ke-4 Minggu ke-5 Minggu ke-6
Bakal lidah dan lambung,
tabung saraf menutup,
somit, detak jantung, bakal
tangan, ekor, otot punggung,
kulit, tulang, plakoda otika,
plakoda lentis
Mata (retina dan lensa),
bakal kaki, pembesaran
otak, arkus faring, yolk sac
hilang, bakal hidung
Tangan berselaput, telingan
luar, pigmen retina, arkus
faring lenyap,ekor hilang
Minggu ke-7 Minggu ke-8 Minggu ke-9
23
Kaki berselaput, tulang
mengeras, punggung mulai
lurus, kelopak mata
terbentuk, lubang anus
Terbentuk siku lengan,
diferensiasi geneltalia,
pemisahan jari tangan
Pemisahan jari kaki, kelopak
mata berkembang, bakal
pembentukan bagian otak
Minggu ke-10 Minggu ke-11 Minggu ke-12
Pipi berkembang, lubang
hidung mulai terpisah,
terlihat wajah manusia,
terbentuknya genetalia,daun
telinga sudah sejajar dengan
mata,pembentukan usus
yang sempurna
Leher terbentuk sempurna, genetalia sempurna, dapat
melakukan refleks, sistemkaedivaskuler sudah senpurna
Bulan ke-4 Bulan ke-5 Bulan ke-6
24
Pembentukan darah, timbul rambut di sekujur tubuh, ibu
dapat merasakan refleks bayi, lidah sudah sempurna, sistem
pencernaan sempurna, sistem urinarius sempurna
Tunas gigi terbentuk,
kelopak mata terbuka, paru-
paru dan sistem pernafasan
sempurna, penyimapanan
lemak dibawah kulit
Bulan ke-7 Bulan ke-8 Bulan ke-9
Kelopak mata terbuka, paru-
paru dan sistem pernafasan
sempurna, penyimapanan
lemak dibawah kulit, sudah
ada koordinasi antara SSP
dengan organ lain
Peningkatan penyimapanan lemak di bawah kulit, semua
indera telah sempurna, rambut tubuh hilang, kecuali
rambut, alis, bulu mata,
25
3. KELAINAN KONGENITAL
A. Definisi
Kelainan bawaan adalah kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi (fertilisasi) sel telur. Kelainan bawaan dapat
dikenali sebelum kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian
setelah kelahiran. Kelainan bawaan dapat disebabkan oleh keabnormalan genetika,
sebab-sebab alamiah atau faktor-faktor lainnya yang tidak diketahui.
B. Jenis Abnormalitas dan Contohnya
(1) Malformasi
Kelainan yang terjadi selama pembentukan struktur tepatnya saat
organogenesis. Kelainan ini dapat menyebabkan hilangnya semua atau sebagian
suatu sruktur. Disebabkan oleh faktor lingkungan dan/ atau genetik yang bekerja
secara independen atau bersamaan. Kebanyakan malformasi berawal pada minggu
ketiga sampai minggu kedelapan kehamilan.
Contoh:
a) Labiopalatoskisis (Celah Bibir dan Langit-langit)
Labiopalatoskisis adalah kelainan kongenital pada bibir dan langit-langit yang
dapat terjadi secara terpisah atau bersamaan yang disebabkan oleh kegagalan atau
penyatuan struktur fasial embrionik yang tidak lengkap. Kelainan ini cenderung
bersifat diturunkan (hereditary), tetapi dapat terjadi akibat faktor non-
genetik.Kelainan labiopalatoskisis itu sendiri terjadi pada janin saat usia kehamilan
5-9 minggu, dimana pada saat itu terjadi proses pembentukan bibir dan langit-langit
mulut. Diduga pada saat itu terjadi pembelahan sel yang tidak sempurna.
26
b) Spina Bifida
Spina Bifida termasuk dalam kelompok neuratube defect yaitu suatu celah
pada tulang belakang yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra
gagalmenutup atau gagal terbentuk secara utuh. Spina Bifida terjadi pada janin pada
usia kehamilan ke 3-4 minggu, dimana pada saat itu terjadi proses pembentukan
lempeng-lempeng saraf. Puncaknya, yaitu pada minggu ke 4 sudah mulai munculnya
saraf tulang belakang.Kelainan ini biasanya disertai kelainan di daerah lain,
misalnya hidrosefalus, atau gangguan fungsional
c) Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal sehingga terdapat pelebaran ventrikel.Secara
klinis, hidrosefalus kongenital dapat terlihat sebagai pembesaran kepala segera
setelah bayi lahir, atau terlihat sebagai ukuran kepala normal tetapi tumbuh cepat
sekali pada bulan pertama setelah lahir. Hidrosefalus dapat dideteksi pada USG pada
usia kehamilan minggu ke 19.
Pencegahan dari kelainan ini ada dua metode, yakni menggunakan jarum dan
selang.Mula-mula, jarum disisipkan ke dalam perut ibu, lalu diarahkan menuju
dimana tempat cairan serebro spinal berkumpul. Setelah itu, sebagian cairan ini
disedot keluar untuk mencegah terjadinya akumulasi cairan secara berlebihan,
27
d) Anensefalus
Anensefalus adalah suatu keadaan di mana sebagian besar tulang tengkorak dan
otak tidak terbentuk, tapi masih memiliki batang otak. Anensefalus merupakan suatu
kelainan tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang
menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak. Salah satu gejala janin yang
dikandung mengalami anensefalus jika ibu hamil mengalami polihidramnion (cairan
ketuban di dalam rahim terlalu banyak). Prognosis untuk kehamilan dengan
anensefalus sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup, maka biasanya akan mati dalam
beberapa jam atauharisetelahlahir. Kelainan ini dapat dilihat dengan USG pada usia
kehamilan minggu pertama.
e) Omfalokel
Omfalokel adalah kelainan yang berupa protusi isi rongga perut ke luar
dinding perut sekitar umbilicus, benjolan terbungkus dalam suatu
kantong.Omfalokel terjadi akibat hambatan kembalinya usus ke rongga perut dari
posisi ekstra-abdominal di daerah umbilicus yang terjadi dalam minggu kelima
sampai kesepuluh pertumbuhan janin. Pada minggu kelima sampai minggu keenam,
janin mulai membentuk usus, lambung, dan hati. Proses pembentukan itu, terjadi
28
sampai terbentuk sempurna pada minggu kesepuluh. Pada saat minggu kesepuluh,
lumen abdomen mengalami pembesaran sehingga dapat mengakibatkan isi perut
yang berada di luardapat masuk ke dalam. Namun, apabila terjadi hambatan, maka
akan terjadi omfalokel.
(2) DISRUPSI
Disrupsi adalah defek morfologik satu bagian tubuh atau lebih yang disebabkan oleh
gangguan pada proses perkembangan yang mulanya normal. Ini biasanya terjadi sesudah
embriogenesis. Berbeda dengan deformasi yang hanya disebabkan oleh tekanan mekanik,
disrupsi dapat disebabkan oleh iskemia, perdarahan atau perlekatan.Misalnya helaian-
helaian membran amnion, yang disebut pita amnion, dapat terlepas dan melekat ke
berbagai bagian tubuh, termasuk ekstrimitas, jari-jari, tengkorak, serta muka.
Contoh Disrupsi:
a) Craniofacial
- Craniofacial adalah kelainan pada kranio (tulang kepala) dan fasial (tulang wajah).
Cranio fasial merupakan kelainan genetic tetapi tidak selalu diturunkan. Terdapat
spectrum mulai dari ringan sampai berat. Untuk spectrum berat dapat mengenai
anggota tubuh yang lain. Kebanyakan cacat ini memperngaruhi penampilang wajah
dan kepala penderitanya. Kelainan ini memugkinkan juga terjadi pada bagian tubuh
yang lain.
- Penyebab : Kelainan ini disebabkan oleh pita amnion yang pecah sebelum
waktunya.
- Pada kelainan craniofasial terjadi gangguan perkembangan pada saat minggu ke-10
kehamilan ketika proses pembentukan wajah secara sempurna menyerupai wajah
manusia sesungguhnya.
29
- Ciri-ciri : bentuk kepala seperti perahu, kepala melenceng ke salah satu sisi, dahi
berbentuk segitiga, dan ukuran kepala lebih kecil dari ukuran normalnya.
b) Atresia Esofagus
- Definisi : Dari segi anatomi, khususnya bila dilihat bentuk sumbatan dan
hubungannya dengan organ sekitar, terdapat bermacam-macam penampilan kelainan
kongenital atresia esophagus, misalnya jenis fistula trakeo-esofagus. Dari bentuk
esophagus ini yang terbanyak dijumpai (lebih kurang 80%) adalah atresia atau
penyumbatan bagian proksimal esophagus sedangkan bagian distalnya berhubungan
dengan trakease bagai fistula trakeo-esofagus. Penanganan ini dapat dilakukan dengan
menyambungkan ujung esophagus yang tidak terhubung pada saat bayi lahir sudah
berumur 2 sampai 6 bulan.
- Penyebab : diturunkan melalui genetik tetapi penyebab pasti belum diketahui.
- Pada kelainan atresia esophagus terjadi gangguan perkembangan pada saat bulan ke-
6 sampai ke-7 kehamilan ketika proses pembentukan wajah sistem pernapasan dan
pencernaan secara sempurna.
- Ciri-ciri : tampak air ludah terkumpul dan terus meleleh atau berbusa, pada setiap
pemberian minum terlihat bayi menjadi sesak napas, batuk, muntah, dan biru.Waktu
bayi menyusut kulitnya juga akan berubah membiru Karena makanan tidak dapat ke
lambung.
30
c) Sindrom Pierre Robin
- Definisi : Kelainan kongenital berupa adanya dismorfosis tulang muka dan
tengkorak.Pada pemeriksaan ditemukan adanya distrofi mandibula sehingga memberi
kesan mikrognatia disertai dengan adanya palatoskizis. Akibat yang timbul pada
kelainan ini adalah kesukaran minum. Pada posisi telentang lidah akan jatuh ke
belakang di daerah hipofarings sehingga mengganggu pernafasan.
- Penyebab : karena penutupan dini sutura (tulang tengkorak) yang merupakan
sambungan tulang yang menahan 6 tulang cranial pada tengkorak untuk menjaga
bentuk saat otak berkembang. Merupakan gen autosom dominan sehingga jika hanya
salah satu orang tua saja yang terkena kelainan ini.
- Pada kelainan Pierre-Robin Syndrome terjadi gangguan perkembangan pada saat
minggu ke-10 kehamilan ketika proses pembentukan wajah secara sempurna
menyerupai wajah manusia sesungguhnya.
- Ciri-ciri : Ibu jari pendek dan menyatu, bola mata tampak menonjol, rahang atas
tidak mengembang, hidung bengkok.
d) Hematoma sefal
- Definisi : pembengkakan pada daerah kepala disebabkan penumpukan darah akibat
perdarahan subperiostinum. Hematoma sefal terjadi akibat robeknya pembuluh darah
yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum. Robeknya pembuluh darah ini
dapat terjadi pada persalinan yang sukar dan lama yang menyebabkan adanya tekanan
tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi. Serta timbul pula pada persalinan
dengan tindakan seperti tarikan vakum atau cunam, bahkan dapat pula terjadi pada
kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi. Akibat
perdarahan ini timbul penimbunan darah di daerah subperiost yang dari luar terlihat
sebagai benjolan. Benjolan ini dapat bersifat soliter atau multipel.
31
- Penyebab : tekanan jalan lahir terlalu lama, molae terlalu kuat, dan partus dengan
tindakan yang mengakibatkan perdarahan diantara tulang cranium dan periosteum.
- Pada kelainan Hematoma Sefal terjadi gangguan pada saat proses kelahiran yang
sukar atau sungsang yang membuat tarikan atau tekanan jalan lahir yang terlalu
kuat.
- Ciri-ciri : kepala membengkak dan berwarna kemerahan, benjolan memiliki batasan
yang jelas dan tidak melampaui tulang tengkorak, pada perabaan awalnya terasa keras
kemudian menjadi terasa lunak, benjolan akan nampak setelah 6 sampai 8 jam
kelahiran dan akan terus membesar selama 2 atau 3 hari.
(3) SINDROM
Merupakan kelainan kongenital yang disebabkan adanya cacat kromosom akibat gagal
berpisahnya pasangan kromosom homolog saat pembelahan meiosis pada proses
gametogenesis (spermatogenesis / oogenesis). Selain itu juga dapat disebabkan oleh adanya
mutasi gen akibat radiasi.
1. Sindrom Down ( Down Syndrome )
Kelainan genetik dimana terdapat 3 kromosom-21 pada individu tersebut.
Kelebihan 1 kromosom ini dinamakan trisomi. Ini disebabkan karena saat proses
gametogenesis baik spermatogenesis / oogenesis kromosom homolog pada
kromosom-21 gagal berpisah. Kelebihan ini bukan tidak berdampak apa-apa namun
justru mempunyai dampak yang besar bagi si penderita. Selain mengubah
keseimbangan genetik tubuh dan mengakibatkan perubahan karakteristik dan
intelektual, juga menyebabkan terjadinya gangguan fungsi fisiologis tubuh.
32
Ciri-ciri dari penderita Sindrom Down ialah mempunya mata yang sipit dan
tertaik ke atas, bentuk wajahnya dari depan terlihat bulat dan dari samping terlihat
melebar, kulitnya putih seperti orang mongolia, letak telinga lebih rendah, mulutnya
kecil, lidah menjulur, tubuhnya pendek dan mengalami gangguan mental dengan
tingkat yang berbeda-beda.
Sindrom Down ini bisa dideteksi pada kehamilan minggu ke 11-14 dengan
dua cara, uji skrining dan uji diagnosis. Uji skrining bisa dilakukan dengan sonogram
dan blood test. Sedangkan uji diagnosis dapat dilakukan dengan amnionsentesis dan
CVS. Kegunaan uji diagnosis adalah memberikan hasil yang pasti.
2. Sindrom Patau
Sindrom Patau ini merupakan suatu sindrom yang disebabkan adanya kelainan
kromosom pada kromosom-13, yaitu kelebihan 1 kromosom 13. Penyebabnya sama
dengan Sindrom Down akibat gagal berpisahnya kromosom homolog pada kromosom
13 saat pembelahan meiosis pada proses gametogenesis.
Ciri-ciri dari penderita Sindrom Patau adalah adanya retardasi mental dengan
tingkat yang berbeda, kepalanya lebih kecil, bibir sumbing, bentuk telinga mengalami
malformasi, polidaktili, testis kecil(bagi pria), adanya kerusakan jantung dan ginjal
serta saraf pada otak. Penderita Sindrom Patau biasanya hanya mampu hidup selama 3
bulan atau kurang dari 1 tahun. Namun ada juga yang bisa hidup sampai dengan usia
5 tahun. sindrom ini dapat dideteksi dengan USG dan amniosentesis serta pengujian
lain.
33
3. Sindrom Klinefelter
Sindrom ini berbeda dengan Sindrom Down atau Sindrom Patau karena kromosom
yang mengalami kecacatan berasal dari kromosom seks (gonosom). Jadi penderita
Sindrom Klinefelter ini berjenis kelamin laki-laki(XY) namun memiliki dua
kromosom X sehingga menjadi XXY. Ini terjadi akibat pada waktu pemisahan
kromosom homolog pada spermatogenesis, kromosom X nya gagal berpisah.
Ciri-ciri dari penderita sindrom ini adalah berjenis kelamin pria yang mempunyai
dada bidang, panggul kecil, mempunyai testis dan berperawakan tinggi tetapi juga
memiliki ciri-ciri wanita seperti tumbuhnya kelenjar payudara pada masa pubertas dan
suara seperti wanita. Meskipun penderita memiliki testis, testisnya tidak dapat
memproduksi sperma (mandul). Selain itu pada penderita juga tidak ditumbuhi
rambut-rambut seperti kumis, jenggot, rambut pada dada dan juga rambut pada alat
kelamin. Sindrom ini dapat dideteksi dengan menggunakan amnionsentesis dan CVS.
34
(4) Deformasi
Deformasi adalah kelainan yang terjadi karena adanya gaya mekanik yang mencetak janin
dalam jangka waktu yang lama. Faktor mekanik yang dimaksud adalah tekanan mekanik
pada janin selama kehidupan intrauterine sehingga dapat menyebabkan kelainan bentuk organ
tubuh.
Contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki. Talipes adalah suatu
kelainan bawaan dimana kaki terpelintir dari bentuk / posisi aslinya / normalnya yang
disebabkan karena penekanan di ruang amnion.
Jenis-Jenis Talipes
1. Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) / Clubfoot
Club foot /CTEV (Congeintal Talipes Equino Varus) adalah kelainan yang meliputi fleksi
dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari
tibia (Priciples of Surgery, Schwartz).
Talipes berasal dari kata Talus yang berarti ankle (mata kaki) dan Pes yang berarti
adanya kelainan pada kaki sehingga mengakibatkan penderita berjalan menggunakan mata
kakinya, sedangkan Equino berarti seperti kuda, Varus adalah bengkok kedalam.
Jadi pada penderita dengan CTEV, memiliki 3 kondisi medis, yakni:
Kaki depan tertarik kedalam (adduction) sehingga telapak kaki menghadap ke atas
(supination)
Tumit kedalam (inversion)
Pergelangan kaki atau ankle dalam keadaan bengkok ke dalam (plantar flexion).
Beberapa kelainan dari mata kaki (Talipes) adalah:
Talipes Varus: inversi atau membengkok ke dalam
Talipes Valgus: eversi atau membengkok ke luar
Talipes Equinus: plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendah daripada tumit.
Talipes Calcaneus: dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit.
35
Gambar: Contoh Kaki Penderita CTEV (Foto by Google Image)
Beberapa dugaan mengenai penyebab terjadinya CTEV adalah:
a. Teori kromosom: dimungkinkan karena cacat dari sel germativumyang tidak dibuahi dan
muncul sebelum fertilisasi.
b. Teori embrio: biasanya ini terjadi pada CTEV Primer yang terjadi pada sel germinativum
yang dibuahi (Irani dan Sherman) yang menyatakan bahwa kelainan terjadi antara masa
konsepsi dan minggu ke 12 kehamilan.
c. Teori otogenik: adanya hambatan dalam perkembangan minggu ke 7-8 masa gestasi.
Teori ini dihubungkan dengan perubahan pada genetik.
d. Teori fetus: adanya blok mekanik pada perkembangan akibat lingkungan intrauterin.
e. Teori neurogenik: yaitu kelainan primer pada jaringan neurogenik.
f. Teori amiogenik, bahwa kelainan primer terjadi pada otot.
Tindakan Pengobatan
1. Tindakan Non Bedah
Metode Ponseti, merupakan metode yang sering dilakukan. Caranya kaki diregangkan dan
dipasang cast/gips sepanjang lutut. Setiap minggu, ahli Ortopedi melepas cast tersebut lalu
meregangkannya ke bentuk yang benar dan dipasang cast kembali. Setelah 3-5x
pemasangan cast, maka kaki dalam posisi lurus namun tendon achiles akan memendek,
sehingga memerlukan pembedahan. Setelah itu, dilakukan pemasangan cast terakhir selama 3
minggu dan terakhir dibuka dan dipasang brace selama 3 bulan dan selanjutnya setiap malam
selama 2 tahun. Metode ini cukup efektif tetapi membutuhkan partisipasi aktif dari orangtua,
36
terutama saat perawatan brace.
Metode French functional meliputi peregangan, latiham, pemijatan, dan imobilisasi kaki
menggunakan perban non elastis. Metode ini dilakukan oleh terapis selama 3 bulan pertama
dan saat bersamaan pula orangtua juga diberikan pelatihan untuk melakukan hal yang sama di
rumah. Metode ini berlanjut sampai anak berusia 2 tahun.
2. Tindakan Bedah
Pembedahan dilakukan guna memperbaiki tendon, ligamen dan sendi pada kaki atau engkel.
Dilakukan saat pasien berusia 9-12 tahun. Setelah operasi masih tetap dipasang cast seiring
dengan proses penyembuhan dan juga sepatu atau brace selama beberapa tahun pasca operasi.
3. Tanpa Terapi
Tanpa terapi, pasien clubfoot akan berjalan dengan bagian luar kakinya, yang mungkin
menimbulkan nyeri dan atau disabilitas.
Kelainan ini dapat mengakibatkan adanya relaps, tanpa memperdulikan apakah kelainan
tersebut diterapi secara operatif maupun konservatif. Salah satu alasan terjadinya relaps
antara lain adalah kegagalan ahli bedah dalam mengenali kelainan patoanatomi yang
mendasarinya
C. Faktor-Faktor Penyebab Kelainan Kongenital
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embryonal
dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau
kedua faktor secara bersamaan. Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi
terjadinya kelainan kongenital antara lain :
Kelainan Genetik dan Kromosom.
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan
kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel
biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan
37
("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Beberapa contoh kelainan
autosom, yaitu trisomi pada kromosom no 21 yang dikenal sebagai sindrom Down
(mongolism) dan kelainan pada kromosom kelamin di antaranya sindrom Turner.
Faktor mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan
bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ tersebut. Faktor predisposisi
dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.
Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki sepcrti talipes varus,
talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot).
Faktor infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada
periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu
dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu
organ rubuh. Infeksi pada trimester pertama di samping dapat menimbulkan kelainan
kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi
virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital
pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya
kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat
menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi
toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan
pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.
Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama
kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada
bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital
ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa
jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga
38
erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara
laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya
trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun
hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat.
Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik
atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan
sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
Faktor umur ibu
Hamil usia 20-an tahun
Untuk usia 20 tahun lebih mudah untuk hamil, memiliki resiko keguguran dan
komplikasi lebih rendah. Tetapi sedikit lebih tinggi terkena resiko Preeclampsia yaitu gejala
tekanan darah, pembengkakan dan tingginya jumlah protein di urin. Yang merupakan salah
satu penyebab melambatnya pertumbuhan janin.Dan awal usia 20 tahun lebih besar terkena
resiko bayi lahir dengan bobot yang rendah. Bayi lahir dengan bobot rendah memiliki resiko
cacat untuk kedepannya.
Hamil usia 30
Sel telur berkurang karena kesuburan menurun stelah umur 30an tahun dan risiko
melahirkan anak syndrome down atau cacat kromosom. Data American Society dor
Reproductive Medicine ,sepertiga usia 35 tahun mengalami masalah kesuburan dan jugga
lebih mudah mengalami keguguran dari pada wanita muda. Perempuan hamil diatas 35 tahun
juga cenderung memiliki masalah Preclampsia, diabetes, prematur dan berat badan bayi
rendah.
Hamil di usia 40-an tahun
Risiko perempuan hamil usia 40an tahun sama seperti perempuan yang hamil di usia 30an
tahun. Ada dua risiko yang besar yaitu cacat kromosom dan keguguran, rasionya adalah 1
banding 100 kehamilan. Usia 40an tahun juga tiga kali lipat lebih besar mengalami diabetes
selama kehamilan dan mungkin terjangkit fetal distress.
39
Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan
kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus
kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan
bayi yang normal.
Faktor radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan
kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua
dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gen yang mungkin sekali dapat
menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan
diagnostik atau terapeutik sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada
hamil muda.
Faktor gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat
menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan
menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari
ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A
ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian & kelainan kongenital.
Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan
faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial,
hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali
penyebab kelainan kongenital tidak diketahui.
40
D. Upaya Pencegahan Kelainan Kongenital
(1) Pencegahan Primer
Upaya pencegahan primer dilakukan untuk mencegah ibu hamil agar tidak mengalami
kelahiran bayi dengan kelainan kongenital, yaitu dengan :
a. Tidak melahirkan pada usia ibu risiko tinggi, seperti usia lebih dari 35 tahun agar
tidak berisiko melahirkan bayi dengan kelainan kongenital. Dimana pada usia 35
tahun apabila hamil terjadi tingkat risiko tinggi. Diantaranya adalah :
1. Menurunnya tingkat kesuburan
Setelah usia 35 tahun, kesuburan wanita cenderung menurun sehingga relatif lebih
lama menanti datangnya buah hati. Hal ini dilatarbelakangi kondisi-kondisi
berikut:
Penurunan jumlah dan kualitas sel telur yang diproduksi.
Perubahan hormon yang berakibat pada perubahan ovulasi, yaitu FSH
(Follicle Stimulating Hormone) yang bertugas untung merangsang
pematangan sel telur dan LH (Luteinizing Hormone) yang bertugas membuat
telur dilepaskan ke dalam saluran fallopi dan di sanalah sel telur dibuahi
Lebih tingginya kemungkinan ada kondisi medis tertentu
seperti endometriosis yang dapat memengaruhi peluang kehamilan.
Endometriosis merupakan salah satu kelainan yang menyerang sistem
reproduksi wanita. Penyakit ini muncul ketika jaringan dari lapisan dalam
dinding rahim atau endometrium tumbuh di luar rongga rahim.
Klasifikasi Resiko Kehamilan Berdasarkan Usia :
1) Kehamilan di usia remaja (usia ≤ 20 tahun)
41
Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya,
emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang sementara kecacatan
kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa
penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya.
Berikut ini risiko atau bahaya yang mengancam gadis dibawah umur saat
hamil diusia muda (dibawah 20 tahun) :
a) Secara ilmu kedokteran, organ reproduksi untuk gadis dengan umur
dibawah 20 tahun ia belum siap untuk berhubungan seks atau mengandung,
sehingga jika terjadi kehamilan berisiko mengalami tekanan darah tinggi
(karena tubuhnya tidak kuat). Kondisi ini biasanya tidak terdeteksi pada tahap
– tahap awal, tapi nantinya menyebabkan kejang – kejang, perdarahan
bahkan kematian pada ibu atau bayinya.
b) Kondisi sel telur pada gadis dibawah umur 20 tahun, belum begitu
sempurna, sehingga dikhawatirkan bayi yang dilahirkan mengalami cacat
fisik.
c) Berisiko mengalami kanker serviks (kanker leher rahim), karena semakin
muda usia pertama kali seseorang berhubungan seks, maka semakin besar
risiko daerah reproduksi terkontaminasi virus.
Risiko medis lain yang kemungkinan akan dialami yaitu tekanan darah tinggi.
Remaja perempuan yang hamil memiliki risiko lebih tinggi terkena tekanan
darah tinggi dibandingkan dengan wanita hamil yang berusia 20 – 30 tahun.
Kondisi tersebut disebut dengan pregnancy-induced hypertension. Remaja
perempuan yang hamil juga memiliki risiko lebih tinggi dari pre-eklampsia.
Pre-eklampsia merupakan kondisi medis berbahaya yang merupakan
kombinasi dari tekanan darah tinggi dengan kelebihan protein dalam urin,
pembengkakan tangan dan wajah serta kerusakan organ.
Hamil diusia remaja berisiko 4 kali lipat meninggal saat melahirkan.
Perempuan yang belum cukup umur disarankan jangan menikah dulu karena
organ – organ reproduksinya belum kuat untuk berhubungan intim atau
melahirkan. Remaja hamil berisiko 4 kali lipat mengalami luka serius dan
42
meninggal saat melahirkan. Negara – negara di Asia Pasifik bisa dikatakan
gagal menangani masalah remaja dan anak muda.meski mengalami
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan, namun saat berbicara tentang kesehatan dan hak seksual dan
reproduksi, remaja dan anak muda masih kurang mendapatkan informasi dan
tidak terlayani (Hasdianah, 2013).
2) Kehamilan di usia ideal (usia 20 sampai 35 tahun)
Tidak ada batasan pasti berapa sebenarnya usia ideal seorang wanita untuk
hamil dan melahirkan buah hatinya. Diyakini, diatas 20 tahun dan dibawah
35 tahun adalah usia yang dirasa tepat bagi reproduksi wanita bekerja dengan
maksimal. Namun, bukan berarti diatas usia 35 tahun wanita tidak
diperbolehkan melahirkan, hanya saja sesuai kodrat alamiah organ reproduksi
wanita yang sudah mulai mengendur, banyaknya penyakit yang hampiri
wanita diusia itu, sebabkan wanita harus hati – hati ketika putuskan
melahirkan diatas usia 35 tahun.
Wanita di usia 20 – 30 tahun yang dianggap ideal untuk menjalani kehamilan
dan persalinan. Di rentag usia ini kondisi fisik wanita dalam keadaan prima.
Rahim sudah mampu memberi perlindungan atau kondisi yang maksimal
untuk kehamilan. Umumnya secara mental pun siap, yang berdampak pada
perilaku rawat dan menjaga kehamilannya secara hati – hati, sedangkan usia
30 – 35 tahun sebenarnya merupakan masa transisi. Kehamilan pada usia ini
masih bisa diterima asal kondisi tubuh dan kesehatan wanita yang
bersangkutan, termasuk gizinya dalam keadaan baik (Hasdianah, 2013).
3) Kehamilan di usia tua ( usia ≥ 35 tahun)
Sebetulnya tidak adil tetapi benar, tingkat kesuburan wanita berkurang ketika
seorang wanita diawal usia 30-annya dan setelah usia 35 tahun, itu lebih
menurun. Usia 30 tahun memiliki kesempatan 20 persen untuk hamil per
siklus, tetapi pada saat usia 40 tahun, peluang menurun ke 5 persen per siklus.
Di usia akhir 30-an sel telur tidak membagi serta setelah konsepsi. Itu
menigkatkan kemungkinan embrio dengan masalah kromosom, yang pada
gilirannya dapat mengakibatkan cacat keguguran atau kelahiran. Risiko lebih
besar dari kehamilan yang mengancam kondisi pada usia diatas 35 tahun
yaitu gestational diabetes dan tekanan darah tinggi, hanya beberapa masalah
43
medis yang lebih mungkin untuk menyerang ibu hamil diatas usia 35 tahun.
Jika tidak diobati, mereka dapat memicu kesehatan yang serius bagi mereka
atau bayi mereka. Pastikan dokter mengetahui adanya riwayat keluarga
penyakit kronis ini atau lainnya. Waktu yang tepat untuk memberitahukan
pada mereka adalah selama pemeriksaan prakonsepsi.
Komplikasi yang berkembang sekitar waktu kelahiran, seperti plasenta previa
(ketika plasenta menghalangi leher rahim), lebih sering terjadi pada ibu yang
lebih tua. Wanita diatas usia 35 tahun juga lebih cenderung memiliki
persalinan lama yang yang berlangsung lebih dari 20 jam dan perdarahan
yang berlebihan saat melahirkan dan akhirnya membutuhkan operasi caecar
lebih sering dari pada ibu yang lebih muda. Setelah usia 35 tahun, sebagian
wanita digolongkan pada kehamilan berisiko tinggi. Dikurun usia ini, angka
kematian ibu melahirkan dan bayi meningkat. Itu sebabnya, tidak dianjurkan
menjalani kehamilan diatas usia 40 tahun.
2. Pembelahan sel telur yang abnormal,
disebut nondisjunction, menyebabkan kemungkinan memiliki anak
dengan cacat lahir atau kondisi akibat kelainan kromosom seperti sindrom
Down, akan meningkat seiring pertambahan usia wanita.
3. Risiko Keguguran
Risiko keguguran pada usia kehamilan sebelum 4 bulan atau bayi
meninggal di dalam kandungan meningkat sekitar 10 persen pada wanita
berusia 40 dibandingkan dengan mereka yang hamil pada usia 20-
an. Keguguran umumnya disebabkan oleh masalah pada kromosom atau
genetika janin.
4. Bayi Lahir Prematur atau Berat Badan Kurang dari Normal
44
Wanita yang melahirkan setelah usia 35 tahun lebih berisiko melahirkan
bayi yang lahir lebih dini atau lahir dengan berat badan kurang dari yang
direkomendasikan. Selain itu, lebih berisiko juga melahirkan bayi dengan
komplikasi masalah kesehatan.
5. Gangguan Kesehatan pada Sang Ibu
Gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan diabetes dapat
muncul di saat sedang hamil. Kondisi-kondisi ini lebih umum terjadi pada
ibu hamil di usia 30 hingga 40-an. Selain itu, wanita hamil pada usia ini
juga cenderung lebih berisiko mengalami komplikasi seperti plasenta
previa. Pada plasenta previa ini terdapat beberapa macam dianta8ranya
adalah :
Plasenta Previa Totalis (Plasenta menutupi seluruh ostium uteri
internum) – Harus melakukan operasi caesar.
Plasenta Previa Parsialis (Plasenta menutupi sebagian ostium uteri
internum) – Apabila memungkinkan boleh tidak melakukan operasi
caesar.
Plasenta Previa Marginal (Plasenta mencapai pinggir pembukaan
0,5cm atau kurang dari ostium uteri internum)
Plasenta Previa Letak Rendah (Pinggir bawah plasenta terletak lebih
dari 0,5cm atau kurang dari 1,5 cm dari ostium uteri internum)
b. Mengonsumsi asam folat yang cukup bila akan hamil. Kekurangan asam folat pada
seorang wanita harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum wanita tersebut hamil.
Manfaat dari asam folat adalah :
Untuk menghindari cacat tabung saraf umum
- Spina bifide, atau kondisi penutupan keseluruhan kolom tulang
belakang dan sumsum tulang belakang.
45
- Anencephaly , atau keterbelakangan mental yang parah pada anak .
- Encephalocele, di mana jaringan otak menjorok keluar menuju kulit,
yang sangat tidak biasa dan abnormal dalam tengkorak anak.
Mencegah Keguguran
Mencegah dari cacat pembentukan jaringan tubuh
Mencegah penyakit jantung pada bayi yang bisa terjadi pada masa kehamilan
sekitar minggu ke-8 – ke-12 karena pada saat itu jantung bayi terbentuk
sempurna.
Melindungi bayi dari masalah lain :
- Berat badan lahir rendah
- Pertumbuhan yang buruk dalam rahim
- Celah bibir dan langit-langit
- Kelahiran prematur
Makana yang mengandung asam folat diantaranya adalah : Bayam, Brokoli, Pisang,
Stroberi, Jeruk, Tomat, Kacang-kacangan, Susu, dll.
c. Perawatan Antenatal (Antenatal Care)
Tujuan dilakukannya antenatal care adalah untuk mengetahui data kesehatan
ibu hamil dan perkembangan bayi intrauterin sehingga dapat dicapai kesehatan yang
optimal dalam menghadapi persalinan, puerperium dan laktasi serta mempunyai
pengetahuan yang cukup mengenai pemeliharaan bayinya.
d. Menghindari obat-obatan, makanan yang diawetkan, dan alkohol karena dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti atresia ani, celah bibir dan langit-langit.
(2) Pencegahan Sekunder
a. Diagnosis
USG
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara dini beberapa
kelainan kehamilan/pertumbuhan janin, kehamilan ganda, molahidatidosa, dan
sebagainya.
46
Pemeriksaan cairan amnion (amnionsentesis)
Amnionsentesis dilakukan pada usia kehamilan 15-19 minggu dengan aspirasi per-
abdomen dengan tuntunan USG. Dari cairan amnion tersebut dapat dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut antara lain pemeriksaan genetik/kromosom, pemeriksaan
alfa-feto-protein terhadap defek tuba neural (anensefali, mengingomielokel),
pemeriksaan terhadap beberapa gangguan metabolic (galaktosemia, fenilketonurua),
dan pemeriksaan lainnya.
Biopsi korion
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kelainan kromosom pada janin,
kelainan metabolik, kelainan genetik dapat dideteksi dengan analisis DNA, misalnya
talasemia dan hiperplasia adrenal kongenital.
b. Pengobatan
Pada kasus seperti hidrosefalus, tindakan non bedah yang dilakukan adalah
dengan pemberian obat-obatan yang dapat mengurangi produksi cairan serebrospinal.
(3) Pencegahan Tersier
Upaya pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi komplikasi penting pada
pengobatan dan rehabilitasi, membuat penderita cocok dengan situasi yang tak dapat
disembuhkan. Pada kejadian kelainan kongenital pencegahan tersier bergantung pada jenis
kelainan. Misalnya pada penderita Sindrom Down, pada saat bayi baru lahir apabila diketahui
adanya kelemahan otot, bisa dilakukan latihan otot yang akan membantu mempercepat
kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi ini nantinya bisa dilatih dan dididik
menjadi manusia yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya. Banyak
orang tua yang syok dan bingung pada saat mengetahui bayinya lahir dengan kelainan.
47
Memiliki bayi yang baru lahir dengan kelainan adalah masa-masa yang sangat sulit bagi para
orang tua. Selain stres, orang tua harus menyesuaikan dirinya dengan cara-cara khusus.
Untuk membantu orang tua mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu tim tenaga
kesehatan yang dapat mengevaluasi dan melakukan penatalaksanaan rencana perawatan bayi
dan anak sesuai dengan kelainannya.
4. DIAGNOSIS PRENATAL
A. Definisi
Diagnosis prenatal merupakan pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan menilai
pertumbuhan, perkembangan, dan kelainan konginetal yang terjadi pada fetus selama berada
didalam uterus.
B. Fungsi dan Teknik
1) Fungsi
- Bisa menentukan tingkat kenormalan janin, bahkan beberapa ibu bisa meminta dokter
untuk memberi tahu jenis kelamin janin
- Mempermudah pengelolaan dalam merencanakan langkah selanjutnya
- Mengetahui kondisi kehamilan ibu
- Apabila kehamilan kedua atau setelahnya, bisa mengurangi tingkat cacat lahir setelah
kelahiran
2) Teknik
Teknik diagnosis prenatal ada 2 macam:
- Teknik invansif yaitu teknik yang digunakan dengan cara melukai wanita hamil atau calon
ibu. Jadi teknik invansif ini cenderung jarang digunakan.
- Teknik non invansif yaitu teknik yang digunakan dengan cara tidak melukai ibu maupun
janin, teknik ini ringan dan tidak berat. Teknik ini banyak dan aman untuk digunakan.
Salah satu contohnya adalah USG.
C. Indikasi Diagnosis Prenatal
48
Usia marternal 35 tahun atau lebih
Riwayat keluarga dengan anomali kromosom
Orang tua dengan karier translokasi
Abnormalitas MSAFP atau multiple markers screen
Riwayat keluarga dengan neural tube defect (NTD)
Kelainan gen tunggal, riwayat keluarga atau karier yang didapat dari skrining populasi
Malformasi kongenital yang didiagnosis dengan USG
Kecemasan yang dialami ibu hamil selama masa kehamilannya
D. Jenis-Jenis Diagnosis Prenatal
1. USG (Ultrasonografi)
Definisi
Ultrasonografi adalah visualisasi struktur dalam tubuh yang bekerja merekam
pantulan (gema) denyutan gelombang ultrasonik yang diarahkan ke jaringan tubuh
(Dorland, 2002).
Dapat diartikan pula sebagai alat yang digunakan untuk melihat organ-organ
yang berada di dalam tubuh manusia dengan menggunakan gelombang ultrasonik.
Komponen Ultrasonografi (Ksuheimi, 2008)
a. Pulser
Pulser adalah alat yang berfungsi sebagai penghasil tegangan untuk merangsang
kristal pada transducer dan membangkitkan pulsa ultrasound.
b. Transduser
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan
diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan
prostat.
c. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang
diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG kalau dimisalkan, seperti CPU dari
49
USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada
CPU pada PC.
d. Tabung sinar katoda
Tabung sinar katoda adalah alat untuk menampilkan gambaran ultrasound. Pada
tabung ini terdapat tabung hampa udara yg memiliki beda potensial yang tinggi antara
anoda dan katoda.
e. Display
Display adalah alat peraga hasil gambaran scanning pada TV monitor.
Cara Pemeriksaan Menggunakan USG
1. Pervaginam / transvagina
a. Pemeriksaan USG Transabdominal
Meletakkan probe USG diatas perut yang sebelumnya telah diolesi dengan
gel/jelly.
Biasa dilakukan untuk kehamilan diatas 12 minggu
50
Pertama-tama gerakkan transduser secara longitudinal ke atas dan ke bawah,
selanjutnya horizontal ke kiri dan ke kanan. Penjejak digerakkan dari bawah
ke atas, dimulai dari garis sisi kanan perut, kemudian setelah sampai daerah
perut atas transduser digerakkan ke bawah, selanjutnya transduser digerakkan
kembali ke arah atas. Selanjutnya gerakan transduser dilakukan kearah lateral
perut (horizontal), juga secara sistematis, dimulai dari sisi kanan ke arah kiri,
kemudian dari kiri ke arah kanan dan terakhir dari kanan atas ke kiri.
b. Pemeriksaan USG Transvaginal
Cara ini dengan memasukkan transduser kedalam vagina
Biasa dilakukan untuk kehamilan kurang dari 8 minggu
Hanya dilakukan pada wanita yang sudah tidak perawan.
Pasien harus mengosongkan kadung kemihnya.
Transduser dilapisi kondom lalu diolesi jelly pada permukaannya
Tidak menyebabkan keguguran
c. Pemeriksaan USG Transrektal
Mirip dengan pemeriksaan tranvaginal, beda pada bentuk dan ukuran
diameter transduser
Transduser dimasukkan melalui rectum
d. Pemeriksaan USG Transperineal atau Translabial
Dapat dilakukan jika seorang wanita tidak mungkin dilakukan pemeriksaan
transvaginal atau transrektal.
Kandung kemih pasien cukup terisi untuk memudahkan pemeriksaan
Indikasi dan Penggunaan Pemeriksaan USG
1. Nyeri Abdomen /Colic
2. Inflamed Appendix / Pembengkakan Appendik
3. Pembesaran organ pada abdomen
4. Tersangka Batu empedu atau Batu ginjal
5. Aneurysma pada Aorta
6. Peradangan pada Organ Rongga Abdomen
7. Otot-otot pada rongga Abdomen ( M.Q, Lumborum, M. Psoas)
51
8. Abses ataupun koleksi cairan (Ascites)
9. Guiding Procedures for needles Biopsi
10. Menilai dan mencari kerusakan pada suatu organ yang menyebabkan kesakitan
pada pasien
11. Untuk penyertaan pemakaian Doppler dilakukan untuk mengetahui dan menilai :
- Sumbatan aliran darah pada pembuluh
- Besarnya rongga pembuluh-pembuluh darah dan saluran organ lainnya
12. Adanya Tumor dan Kelainan Bawaan ( Congenital Malformation)
Cara Kerja USG
- Transduser sebagai pemancar sekaligus penerima gelombang suara
- Pulsa listrik yang dihasilkan generator diubah menjadi energi akustik oleh transduser
yang akan dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh
- Pemancaran tersebut sebagian akan dipantulkan dan sebagian akan merambat terus
menembus jaringan yang akan menghasilkan bermacam-macam eko
- Pantulan eko dari jaringan akan dibenturkan ke transduser lagi, kemudian diubah
menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk
cahaya di layar oskiloskop.
Macam-Macam USG
1. USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang
baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
52
2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut
koronal.Gambar yang tampil mirip seperti aslinya.Permukaan suatu benda (dalam
hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas.Begitupun keadaan janin dari posisi
yang berbeda.Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya
yang diputar).
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat
bergerak (live 3D).Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis,
sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien
dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
53
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran
tali pusat.Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian
kesejahteraan janin ini meliputi:
1. Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit). Universitas Sumatera Utara
2. Tonus (gerak janin).
3. Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
4. Doppler arteri umbilikalis.
5. Reaktivitas denyut jantung janin.
54
5. USG Transvaginal
Pemeriksaan USG transvaginal (melalui vagina) merupakan pemeriksaan yang
biasa dilakukan pada kehamilan.Pemeriksaan ini lebih baik daripada USG
abdominal (melalui perut) pada awal-awal kehamilan (10 minggu), pada ibu
dengan berat badan berlebih (obesitas), atau pada ibu hamil yang arah rahimnya ke
belakang.Adanya kehamilan di luar rahim, ataupun abnormalitas pada janin juga
dapat dilihat lebih jelas dengan pemeriksaan ini.Sedangkan pada triwulan kedua,
USG transvaginal juga berperan dalam mendiagnosis anomali atau kelainan
kongenital.Namun, pemeriksaan USG transvaginal ini tidak dimaksudkan untuk
mengganti peran USG abdominal, melainkan sebagai suplemen atau tambahan
yang sifatnya sebagai pelengkap.Jadi, jika dokter Ibu melakukan pemeriksaan ini,
mungkin memang beliau merasa pemeriksaan dengan USG abdominal sudah
cukup.
6. USG Transperineal
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya seorang wanita
yang tidak mungkin dilakukan pemeriksaan transvaginal atau transrektal. Dianjurkan
kandung kencing pasien cukup terisi, hal ini untuk memudahkan pemeriksaan dan
sebagai petujuk anatomis. Penjejak dilapisi kondom dan diberi jeli, kemudian
55
diletakkan di daerah perineum, penjejak digerakkan ke atas dan ke bawah untuk
mencari gambaran organ genitalia. Cara ini memang tidak dapat memberikan
gambaran organ genitalia sebaik pada pemeriksaan USG transvaginal atau transrektal.
Istilah yang Umum Ada di Hasil Foto USG
1. GA = Gestational Age. Ini menunjukkan perkiraan umur kehamilan, berdasarkan
panjang tungkai lengan, tungkai kaki ataupun diameter kepala. Jika salah satu
dari GA di foto USG Anda menunjukkan besaran yang tidak normal, dokter
langsung bisa mendeteksinya sebagai kelainan. Terutama GA di bagian kepala.
2. GS: Gestational Sac. Yaitu ukuran kantung kehamilan, berupa bulatan hitam. Ini
biasanya muncul pada hasil foto USG trisemester awal.
3. CRL: Crown Rump Length. Yaitu ukuran jarak dari puncak kepala ke ‘ekor’
bayi. Ini juga biasa digunakan dokter untuk mengukur janin di usia kehamilan
trisemester awal.
4. BPD: Biparietal diameter. Ini adalah ukuran tulang pelipis kiri dan kanan. Biasa
digunakan untuk mengukur janin di trisemester dua atau tiga.
5. FL: Femur Length. Merupakan ukuran panjang tulang paha bayi.
6. HC: Head Circumferencial atau lingkaran kepala.
7. AC: Abdominal Circumferencial. Ukuran lingkaran perut bayi. Jika
dikombinasikan dengan BPD akan menghasilkan perkiraan berat bayi.
8. FW: Fetal weight atau berat janin.
9. F-HR: Fetal Heart Rate atau frekuensi jantung bayi.
56
Manfaat USG
Pada kehamilan Trimester I :
– Menduga usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran bayi.
– Menentukan kondisi bayi jika ada kemungkinan adanya kelainan atau cacat bawaan.
– Meyakinkan adanya kehamilan.
– Menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada kehamilan muda,
misalnya kehamilan ektopik.
– Mencari lokasi alat KB yang terpasang saat hamil, misalnya IUD.
– Menentukan lokasi janin, di dalam kandungan atau di luar rahim.
– Menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung atau pergerakan janin.
57
– Mendiagnosa adanya janin kembar bila rahimnya terlalu besar.
– Mendeteksi berbagai hal yang mengganggu kehamilan, misalnya adanya kista, mioma,
dsb.
Pada kehamilan Trimester II & III :
– Untuk menilai jumlah air ketuban. Yaitu bila pertumbuhan rahim terlalu cepat
disebabkan oleh berlebihnya cairan amnion atau bukan.
– Menentukan kondisi plasenta, karena rusaknya plasenta akan menyebabkan
terhambatnya perkembangan janin.
– Menentukan ukuran janin bila diduga akan terjadi kelahiran prematur. “Jadi, lebih ke
arah pertumbuhan janinnya normal atau tidak.”
– Memeriksa kondisi janin lewat pengamatan aktivitasnya, gerak nafas, banyaknya
cairan amnion, dsb.
– Menentukan letak janin (sungsang atau tidak) atau terlilit tali pusar sebelum persalinan.
58
– Untuk melihat adanya tumor di panggul atau tidak.
– Untuk menilai kesejahteraan janin (bagaimana aliran darah ke otaknya, dsb).
Efek Biologik Gelombang Ultrasonic
- Gelombang ultrasonic dapat merusak DNA, kromosom, sel darah, permeabilitas sel
dll jika frekuensi gelombang diatas 100mW/cm2
- USG yang digunakan dalam bidang kedokteran menggunakan intensitas dibawah
10mW/cm2
- USG tidak menggunakan sinar radiasi seperti pada Rontgen yang dapat mengganggu
perkembangan janin
Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan
80%.Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang tidak
terdeteksi atau interpretasi kelamin janin yang tidak tepat. Hal ini dipengaruhi
beberapa faktor antara lain:
59
* Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya.
Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan alat
USG.Sebenarnya untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat tersendiri.
* Posisi bayi
Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga menyulitkan daya
jangkau/daya tembus alat USG.Meski dengan menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi
sekalipun, tetap ada keterbatasan.
* Kehamilan kembar
Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat masing-masing
keadaan bayi secara detail.
* Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik.
* Usia kehamilan di bawah 20 minggu.
* Air ketuban sedikit.
* Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin saat usia kehamilan di bawah 20
minggu agak sulit dideteksi.
2. Amniosentesis
Ini merupakan prosedur invasif di mana jarum melewati perut ibu bagian
bawah ke dalam rongga ketuban atau amion di dalam rahim. Cairan ketuban yang
cukup akan dicapai mulai sekitar 14 minggu kehamilan. Untuk itu pada diagnosis
prenatal, kebanyakan amniocentesis umumnya dilakukan pada 14 sampai 20 minggu
kehamilan. Pemeriksaan amniosentesis selalu berproses dari USG untuk menentukan
usia kehamilan, posisi janin dan plasenta, dan menentukan apakah cairan ketuban
cukup. Dalam cairan ketuban atau amnion, sel-sel janin yang terdapat di amnion
(kebanyakan berasal dari kulit janin) yang dapat tumbuh dalam kultur digunakan
untuk analisis kromosom, analisis golongan darah janin, analisis biokimia, dan
analisis biologi molekuler.
Pada trimester ketiga kehamilan, cairan ketuban dapat dianalisis untuk
penentuan kematangan paru janin.Hal ini penting ketika janin berada di bawah 35-36
60
minggu kehamilan, karena paru-paru mungkin tidak cukup matang untuk
mempertahankan kehidupan.Hal ini karena paru-paru tidak cukup menghasilkan
surfaktan. Setelah lahir, bayi akan berkembang sindrom gangguan pernapasan dari
penyakit membran hialin.
Cairan ketuban dapat dianalisis oleh fluoresensi polarisasi (fpol), untuk lesitin:
sphingomyelin (LS) ransum, dan / atau untuk phosphatidyl glycerol (PG).Risiko
dengan amniosentesis jarang terjadi, namun termasuk kehilangan janin dan
sensitization Rh maternal . Peningkatan risiko kematian janin amniosentesis adalah
sekitar 0,5% di atas apa yang biasanya diharapkan sadangkan Rh ibu negatif dapat
diobati dengan Rhogam. Kontaminasi cairan dari amniosentesis oleh sel-sel ibu
sangat tidak mungkin. Jika terdapat Oligohidramnios, maka cairan ketuban tidak
dapat diperoleh.
3. Chorionic Villus Sampling (CVS)
Dalam prosedur ini, sebuah kateter masuk melalui vagina melalui leher rahim
dan masuk ke dalam rahim ke berkembang ke plasenta di bawah bimbingan
USG.Pendekatan alternatifnya adalah transvaginal dan transabdominal.Penggunaan
61
kateter memungkinkan sampel sel dari chorionic vili plasenta atau jaringan
vilus.Sel-sel ini kemudian dapat dianalisis oleh berbagai teknik.Tes yang paling
umum digunakan pada sel-sel yang diperoleh dengan CVS adalah analisis
kromosom untuk menentukan kariotipe janin. Sel juga dapat tumbuh dalam kultur
untuk analisis biokimia atau biologi molekuler. CVS dapat dengan aman dilakukan
antara 9,5 dan 12.5 minggu kehamilan.
CVS memiliki kelemahan menjadi prosedur invasif, dan memiliki peluang
untuk tingkat morbiditas janin; tingkat kerugian sekitar 0,5 hingga 1% lebih tinggi
daripada perempuan yang menjalani amniosentesis. Meski jarang, CVS dapat
dikaitkan dengan tungkai cacat pada janin atau kelainan kongenital desrupsi.
Kemungkinan sensitisasi Rh ibu juga bisa didapatkan. Ada juga kemungkinan
bahwa sel-sel darah ibu di plasenta yang berkembang akan diambil sebagai sample
bukannya sel-sel fetus atau pencampuradukan analisis kromosom.
4. Maternal Serum Alpha-Fetoprotein (MSAFP)
Janin yang sedang berkembang memiliki dua protein darah utama – albumin
dan alfa-fetoprotein (AFP).Karena orang dewasa biasanya hanya memiliki albumin
62
dalam darah, tes MSAFP dapat dimanfaatkan untuk menentukan tingkat AFP dari
janin.Biasanya, hanya sejumlah kecil AFP memperoleh akses ke air ketuban dan
plasenta untuk melintasi darah ibu. Namun, bila ada cacat tabung saraf pada janin,
dari kegagalan bagian dari saraf embryologic tabung untuk menutup, maka AFP akan
melarikan diri ke dalam cairan ketuban. Cacat tabung saraf termasuk anencephaly
(kegagalan penutupan pada akhir tengkorak tabung saraf) dan spina bifida (kegagalan
penutupan pada ujung caudal tabung saraf).Insiden gangguan-gangguan tersebut
sekitar 1-2 kelahiran per 1000 di Amerika Serikat. Juga, jika ada omphalocele atau
gastroschisis (keduanya cacat pada dinding perut janin), AFP dari janin akan berakhir
di darah ibu dalam jumlah yang lebih tinggi.
Agar tes MSAFP memiliki utilitas terbaik, di usia kehamilan harus diketahui
dengan pasti. Hal ini karena jumlah MSAFP meningkat sesuai usia kehamilan. Juga,
ras ibu dan kehadiran gestational diabetes penting untuk diketahui, karena MSAFP
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor ini. MSAFP biasanya dilaporkan sebagai
multiples of mean (MoM). Semakin besar MoM, semakin besar kemungkinan cacat
hadir. Para MSAFP memiliki sensitivitas terbesar antara 14 dan 18 minggu
kehamilan, tetapi masih dapat berguna antara 15 dan 22 minggu kehamilan, hal iini
dsebabkan karena pada minggu ke 14 produksi AFP mulai meningkat disebabkan
karena AFP mulai di ekskresikan oleh hati jatin.Namun, tes ini tidak spesifik 100%
karena terkadang ada berbagai faktor yang menyebabkan MSAFP meningkat terutama
saat terjadi kesalahan penghitungan uisa kehamilan. MSAFP juga dapat berguna
dalam penyaringan untuk sindrom Down dan trisomies lainnya. MSAFP cenderung
lebih rendah dari batas normal (batas normal AFP yaitu kurang dari 20ng/ml/) ketika
sindrom Down atau kelainan kromosom lain hadir, sedangkan bila hasil MSAFP
melebihi batas normal maka terjadi kelainan pada janin seperti cacat tabung saraf
termasuk anencephaly (kegagalan penutupan pada akhir tengkorak tabung saraf) dan
spina bifida (kegagalan penutupan pada ujung caudal tabung saraf).
63
5. ANTE NATAL CARE (ANC)
A. Pengertian Ante Natal Care (ANC)
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar (Manuaba, 2008).
Menurut Prawiroharjo (2005), pemeriksaan kehamilan merupakan
pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak
dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan
normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.
B. Tujuan Umum
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal.
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
C. Tujuan Khusus
1. Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin diderita sedini mungkin.
2. Menurunkan angka morbilitas ibu dan anak.
3. Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana,
kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
64
D. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal
empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai dengan kehamilan
trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester kedua (14-28
minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah
minggu ke-36) dua kali kunjungan (Saifuddin, 2005).
1) Trimester I : ibu memeriksakan kehamilan minimal 1 kali pada 3 bulan pertama usia
kehamilan dengan mendapatkan pelayanan 5T (timbang berat badan, mengukur tekanan
darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, dan pemberian tablet zat besi)
disebut juga K1 (kunjungan pertama ibu hamil).
2) Trimester II : ibu memeriksakan kehamilan minimal 1 kali pada umur kehamilan 4-6
bulan dengan mendapatkan pelayanan 5T (timbang berat badan, mengukur tekanan darah,
mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, dan pemberian tablet zat besi).
3) Trimseter III : ibu memeriksakan kehamilannya minimal 2 kali pada umur kehamilan 7–
9 bulan dengan mendapatkan pelayanan 5T (timbang berat badan, mengukur tekanan darah,
mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, dan pemberian tablet zat besi),
disebut juga K4 (kunjungan ibu hamil ke empat).
E. Tahap Tahap Pelayanan Antenatal
Menurut Departem Kesehatan RI (2002), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar
pelayanan antenatal dimulai dengan :
a. Anamnesa : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan
sebelumnya dan kehamilan sekarang.
b. Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan.
c. Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (fe) Penyuluhan
tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku sehari-hari, perawatan payu
dara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko, pentingnya pemeriksaan kehamilan dan
imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga terlatih, KB setelah melahirkan serta
pentingnya kunjungan pemeriksaan kehamilan ulang.
d. Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa
65
F. Standar Minimal Pelayanan Antenatal
Menurut Saifuddin (2002) pelayanan antenatal mencakup banyak hal namun dalam
penerapan operasional dikenal standar minimal “7T” yang terdiri dari :
1. Timbang berat badan
Selama kehamilan antara 0,3 – 0,5 kg per minggu. Bila dikaitkan dengan umur kehamilan
kenaikan berat badan selama hamil muda ± 1 kg, selanjutnya pada trimester II dan III masing
– masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan pertambahan berat total adalah 9 – 12 kg.
Bila ada kenaikan berat badan yang berlebihan perlu dipikirkan kearah adanya resiko seperti
bengkak, kehamilan kembar, hidramnion, dan anak besar (Depkes, 1997).
2. Ukur tekanan darah
Selama hamil tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila tekanan
darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih dan atau diastolik 15 mmHg atau lebih.
Kelainan ini dapat berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia kalau tidak ditangani dengan
tepat (Depkes, 1997).
3. Ukur tinggi fundus uteri
Ukuran tinggi fundus uteri normal adalah sebagai berikut:
12 Minggu : Tinggi fundus uteri 1 – 2 jari diatas symphysis.
16 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara symphysis–pusat.
20 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat.
24 Minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
28 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari diatas pusat.
32 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat-Proc.xyphoideus.
36 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah Proc.xyphoideus.
40 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara Proc.xyphoideus-pusat (Mochtar, 1998).
4. Pemberian imunisasi TT
Pemberian TT baru akan menimbulkan efek perlindungan apabila diberikan sekurang-
kurangnya dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Kecuali jika sebelumnya ibu pernah
mendapat TT dua kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin maka TT
cukup diberikan satu kali saja. Dosis pemberian imunisasi TT yaitu 0,5 cc IM pada lengan
atas. Adapun syarat pemberian imunisasi TT adalah sebagai berikut :
a) Bila ibu belum pernah mendapat imunisasi TT atau meragukan diberikan II sedini
mungkin sebanyak dua kali dengan jarak minimal dua minggu.
b) Bila ibu pernah mendapat imunisasi TT dua kali, diberikan suntikan ulang/boster satu kai
pada kunjungan antenatal yang pertama (Depkes RI, 1997).
66
Tujuan pemberian Imunisasi TT
1. Memberikan kekebalan pasif kepada ibu hamil terhadap tetanus, karena vaksinasi
selama hamil juga ikut membantu bayinya menghindari tetanus selama beberapa
minggu setelah lahir.
2. Mencegah terjadinya penyakit tetanus pada ibu saat hamil, bersalin dan nifas
3. Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum misalnya akibat infeksi tali
pusat pada proses persalinan
4. Pemberian tablet zat besi
Zat besi bagi ibu hamil penting untuk pembentukan dan mempertahankan sel darah
merah. Kecukupan sel darah merah akan menjamin sirkulasi oksigen dan metabolisme
zat-zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil. Selain itu, jika asupan zat besi sejak awal
kehamilan cukup baik, maka janin akan menggunakannya untuk kebutuhan tumbuh
kembangnya, sekaligus menyimpannya dalam hati sebagai cadangan sampai usia 6 bulan
setelah dilahirkan.Selama hamil asupan zat besi harus ditambah sebanyak 20 mg/hari.
Hal ini mengingat selama kehamilan, volume darah pada tubuh ibu meningkat 40-60%
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai makanan serta oksigen pada janin
melalui plasenta.Kekurangan zat besi sejak sebelum hamil bila tidak diatasi dapat
mengakibatkan ibu hamil menderita anemia. Kondisi ini meningkatkan risiko kematian
pada saat melahirkan, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, janin dan ibu
mudah terkena infeksi, dan keguguran.
Pada dasarnya pemberian tablet zat besi dimulai dengan pemberian satu tablet sehari
sesegera mungkin setelah rasa mual hilang.
Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug, minimal
90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama kopi atau teh karena akan
mengganggu penyerapan (Saifuddin, 2002). Sebaiknya tablet besi diminum bersama air
putih ataupun air jeruk. Selain itu perlu diberitahukan juga bahwa ada kemungkinan tinja
menjadi berwarna hitam setelah ibu minum obat ini, hal tersebut adalah normal (Depkes,
1997).
6. Tes terhadap penyakit menular seksual.
Selama kehamilan, ibu perlu dilakukan tes terhadap penyakit menular seksual seperti
HIV/AIDS, Gonorrhoe, Siphilis. Hal tersebut dikarenakan sangat berpengaruh pada janin
yang dikandungnya. Apabila ditemukan penyakit – penyakit menular seksual harus
segera ditangani.
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
67
Temu wicara pasti dilakukan dalam setiap klien melakukan kunjungan. Bisa berupa
anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan. Anamnesa meliputi biodata, riwayat
menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, biopsikososial,
dan pengetahuan klien. Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan.
Tindakan yang harus dilakukan bidan dalam temu wicara antara lain:
- Merujuk ke dokter untuk konsultasi dan menolong ibu menentukan pilihan yang
tepat.
- Melampirkan kartu kesehatan ibu serta surat rujukan
- Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil rujukan
- Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan
- Memberikan asuhan antenatal
- Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah
- Menyepakati diantara pengambilan keputusan dalam keluarga tentang rencana proses
kelahiran.
- Persiapan dan biaya persalinan
G. Pemanfaatan Pelayanan Antenatal (ANC)
Perilaku Pemanfaatan pelayanan antenatal adalah upaya atau tindakan seseorang untuk
menggunakan pelayanan antenatal selama kehamilan. Sebagaimana perilaku manusia pada
umumnya, perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
berasal dari lingkungan internal dan eksternal. Anderson (dalam Muzaham, 2007 dan
Notoatmodjo, 2012) membagi faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan
menjadi 3 kategori yaitu :
1. Predisposisi
Faktor predisposisi tidak serta merta berpengaruh langsung terhadap pemanfaatan jasa
pelayanan kesehatan, akan tetapi sebagai faktor pendorong untuk menimbulkan hasrat guna
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Faktor predisposisi sendiri terbagi menjadi tiga faktor
yaitu demografik (umur, jenis kelamin, status perkawinan); struktur sosial (pendidikan,
pekerjaan, dan suku bangsa), serta sosial psikologis (sikap dan kepercayaan terhadap
perawatan medis, dokter, penyakit, termasuk stress serta kecemasan yang berkaitan dengan
kesehatan).
68
2. Pemungkin
Faktor pemungkin merupakan suatu kondisi yang memungkinkan individu memanfaatkan
pelayanan kesehatan atau setidak-tidaknya mereka siap memanfaatkannya. Faktor ini
berkaitan dengan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga (penghasilan keluarga, simpanan,
serta jaminan kesehatan) dan sumber daya yang dimiliki oleh komunitas atau masyarakat
(ketersediaan tenaga dan fasilitas kesehatan, lamanya menunggu pelayanan, serta lamanya
waktu mencapai pelayanan kesehatan).
3. Kebutuhan
Faktor predisposisi dan pemungkin tidak dapat terwujud dalam perilaku memanfaatkan
pelayanan kesehatan jika individu tidak merasakan hal tersebut sebagai suatu kebutuhan,
meliputi : kerentanan yang dirasakan, keseriusan yang dirasakan, manfaat dan rintangan-
rintangan yang dirasakan ketika mengambil tindakan tersebut.
69