warta buruh migran nomor xii edisi februari 2012
DESCRIPTION
Kebijakan BNP2TKI melalui Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor PER.04/KA/V/2011 tentang Petunjuk Teknis Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja Secara Perseorangan menjadi polemik bagi BMI di beberapa negara penempatan. Kebijakan tersebut berbunyi ”Calon TKI Perseorangan tidak dibenarkan bekerja pada pengguna perorangan atau rumah tangga tetapi bekerja pada pengguna berbadan hukum.”. Gayung pun bersambut, kebijakan BNP2TKI diikuti oleh KJRI Hong Kong melalui Serat Edaran (SE) No 2524 dan Sistem Online. Apa motivasi dibalik kebijakan tersebut?. Pada edisi ini redaksi Warta Buruh Migran akan memperbincangkan persoalan kontrak kerja mandiri. Catatan Fera Nuraini dan Rahim Sitorus akan melengkapi pengetahuan kita tentang polemik kontrak kerja mandiri. Selamat membaca.TRANSCRIPT
Halaman 1 | Warta Buruh Migran | Februari 2012
Warta Buruh Migran| Edisi XII | Februari 2012
Klik www.buruhmigran.or.id
Kebijakan BNP2TKI melalui Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor PER.04/KA/V/2011 tentang Petunjuk Teknis Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja Secara Perseorangan menjadi polemik bagi BMI di beberapa negara penempatan. Kebijakan tersebut berbunyi ”Calon TKI Perseorangan tidak dibenarkan bekerja pada pengguna perorangan atau rumah tangga tetapi bekerja pada pengguna berbadan hukum.”.
Gayung pun bersambut, kebijakan BNP2TKI diikuti oleh KJRI Hong Kong melalui Serat Edaran (SE) No 2524 dan Sistem Online. Apa motivasi dibalik kebijakan tersebut?. Pada dasarnya kebijkan penolakan kontrak mandiri banyak merugikan BMI. Buruh Migran harus mengurus perpanjangan kontrak kerja atau kontrak baru setelah terkena PHK melalui PPTKIS. Secara otomatis mereka (BMI.red) harus berhadapan dengan potongan gaji hingga 7 bulan lamanya.
Pada edisi ini redaksi Warta Buruh Migran akan memperbincangkan persoalan kontrak kerja mandiri. Catatan Fera Nuraini dan Rahim Sitorus akan melengkapi pengetahuan kita tentang polemik kontrak kerja mandiri. Selamat membaca.
Seluruh tulisan dan foto dalam buletin ini dilisensikan dalam bendera Creative Common
(CC). Siapapun bisa mengutip, menyalin, dan menyebarluaskan sebagian atau
keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama,
kecuali untuk kepentingan komersil.
Salam Redaksi Yogyakarta
Penanggung JawabYossy Suparyo Muhammad Irsyadul Ibad Pimpinan Redaksi Fika MurdianaTim Redaksi Muhammad Khayat Fathulloh Sindy Nur FitriKontributorFera NurainiTata LetakWahyu Widayat NIlustratorIrvan Muhammad
Alamat Redaksi Jl.Veteran Gg.Janur Kuning No.11A Pandean Umbulharjo Yogyakarta, Telp/Fax:0274-372378 E-mail:[email protected] Twitter: @infoburuhmigranFacebook: buruh migranPortal: http://buruhmigran.or.id Penerbitan buletin ini atas dukungan:
Kamis, 23 Februari 2012 Pusat Sumber Daya Buruh Migran
(PSDBM) menggelar diskusi terkait media advokasi buruh migran
dalam rangkaian acara Jagongan Media Rakyat 2012 di kampus
Akademi Pembangunan Masyarakat Desa (APMD). Dalam diskusi
kali ini, PSDBM sengaja mengambil tema media advokasi karena
media mempunyai peran penting untuk membantu perjuangan
buruh migran.
Diskusi ini turut menghadirkan Fathulloh pegiat PSDBM, Akhmad
Fadli dari Pusat Teknologi Komunitas Mahnetik Cilacap, Lily
Purwani pegiat SERUNI Banyumas, dan Cindy Nur Fitri selaku
moderator diskusi.
Sesi awal diskusi diawali oleh pemutaran film dokumenter
berdurasi 16 menit tentang pendampingan buruh migran di
Cilacap yang dilakukan oleh LAKPESDAM NU. Kemudian
dilanjutkan diskusi singkat terkait film dan sharing terkait media
yang selama ini digunakan oleh PSDBM.
Fathulloh memantik diskusi dengan cerita seputar pengalaman
PSDBM menggalang komunitas BMI di dunia maya untuk
bergerak dan mengambil peran dalam menyuarakan isu-isu
buruh migran dan penanganan kasus. Sementara itu, Lili Purwani
sebagai praktisi advokasi buruh migran mengungkapkan peran
penting media dalam perjuangan buruh migran. [ ]
Diskusi
“Media Advokasi Buruh Migran”Oleh: Fika Murdiana R
Tim Redaksi
Dokumentasi PSD-BM
Halaman 2 | Warta Buruh Migran | Februari 2012
Hong-Kong
Minggu (29/01/12), beberapa ABK bertemu dengan
Atin Safitri, Ketua ATKI Taiwan di sebuah stasiun di Taipei
dan mereka mendiskusikan permasalahan yang sedang
dihadapi. Tumijan (26), menceritakan soal perusahaan
agen tenaga kerja yang pernah meminta uang jaminan
padanya. Ketika masuk PT. Nuraini Indah Perkasa di
Jakarta, Tumijan harus membayar biaya sebesar 7 juta
rupiah.
02 | Sekilas Peristiwa
Taiwan
BMI Hong Kong Kembali Demo
di Depan KJRIOleh: Fera Nuraini
Minggu, 26 Februari 2012 sekitar 70-an Buruh Migran
Indonesia (BMI) kembali mendatangi Konsulat Jenderal
Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong untuk berunjuk
rasa menuntut diberlakukannya kontrak mandiri,
mencabut sistem online, Surat Edaran (SE 2524), stop
pelarangan menunggu visa di Macau atau China serta
izinkan BMI untuk pindah PPTKIS atau agen dan
menurunkan biaya penempatan.
Meski udara dingin namun tidak menyurutkan semangat
BMI untuk terus menuntut KJRI sebagai perwakilan
pemerintah Indonesia di Hong Kong yang selama ini
dinilai sangat merugikan BMI.
Cerita tentang rumitnya pengurusan Kartu Tenaga Kerja
Luar Negeri (KTKLN) juga masih terus menimpa BMI yang
pulang ke tanah air. Tingginya biaya yang dibebankan
agen kepada BMI saat pindah majikan dan pelayanan KJRI
yang tidak memuaskan terus menjadi sorotan BMI.
KTKLN yang katanya gratis namun nyatanya harus bayar
Rp 700 ribu lebih. Dan seperti biasanya tidak ada satu
pun staf dari KJRI yang turun untuk menemui BMI.
Demo akan terus dilakukan setiap Minggu sampai
tuntutan ini dipenuhi dan berpihak kepada BMI. [ ]
BMI ABK di Taiwan,
Keluhkan Pemerasan AgenOleh: Atin Safitri
Selain itu, ia masih harus membayar potongan setiap
bulannya dengan perhitungan utang bank sebesar
Nt.5500 atau sekitar Rp.1.644.500 selama 12 bulan.
Setelah mendapat penawaran kerja di Taiwan, Tumijan
dimintai uang jaminan oleh PT. Nuraini Indah Perkasa
sebesar 15 juta rupiah, dengan alasan setelah 3 bulan di
Taiwan ia tidak bermasalah, uang jaminan tersebut akan
dikembalikan. mintai uang jaminan 15 juta, bagaimana
saya bisa membayar?,
Tetapi karena saya sangat membutuhkan pekerjaan itu,
terpaksa saya jual sepeda motor sehargal 5 juta dan
kekurangan 10 jutanya, saya pinjamkan dari uang
koperasi dengan bunga Rp.300.000 perbulan. Saat saya
hanya diberi kwitasi dengan nominal 13 juta, PT tampak
bertele-tele menjawabnya.” tutur Tumijan, saat
berbincang dengan Atin Safitri. [ ]
Do
kum
enta
si A
tin
Saf
itri
Dokumentasi Fera Nuraini
Halaman 3 | Warta Buruh Migran | Februari 2012
BM Cilacap Dikabarkan Meninggal di SingapuraOleh: Muhammad Ridlo Susanto
03 | Sekilas Peristiwa
CILACAP - Buruh Migran Indonesia (BMI) asal Dusun
Klepusari, Desa Pahonejan Kecamatan Majenang,
Cilacap, Jawa Tengah, bernama Siti Marsinah binti
Sanwarjo dikabarkan meninggal karena gantung diri di
Singapura.
Keluarga mengaku mendapat kabar meninggalnya Siti
dua hari yang lalu. Informasi awal tersebut
menyebutkanb Siti dikabarkan meninggal Ahad lalu
(05/02/12). Diinformasikan pula, Jumat pekan ini
jenazah almarhumah akan tiba di rumah duka.
“Jenazah Siti kabarnya masih berada di Jakarta,” kata
ayah Siti, Sanwarjo, Kamis (09/2).
Keluarga mengaku tidak mendapat firasat apapun
terkait kematian Siti. Pasalnya, selama di Singapura, Siti
mengabarkan baik-baik saja.
“Kami jadi kaget, kok tiba-tiba ada berita buruk seperti
ini,” tutur Sanwarja.
Keluarga meminta agar jenazah Siti diotopsi untuk
mengetahui penyebab kematian sebenarnya. Dengan
demikian, apapun yang terjadi keluarga akan lega. Kalau
pun benar Siti meninggal gantung diri, keluarga bisa
menerima dengan ikhlas. [ ]
Cilacap
Banyumas
Seruni Sosialisasikan Isu
TKI Kepada Aparat DesaOleh: Muhammad Irsyadul Ibad
Isu buruh migran atau yang dikenal dengan sebutan tenaga
kerja Indonesia (TKI) menjadi isu penting pedesaan. Desa
menjadi unit pemerintahan terkecil yang terhubung
langsung dengan kelompok pekerja yang rentan ini. Desa
secara tidak langsung dilibatkan dalam soal migrasi, seperti
amanat Undang-undang No 39 tahun 2004 tentang Tata
Laksana penempatan TKI. Situasi tersebut menyebabkan
perangkat desa harus terlibat secara aktif dalam usaha
mengawal migrasi warga untuk bekerja di luar negeri.
Itulah sepenggal cuplikan diskusi dan sosialisasi penanganan
buruh migran yang disampaikan oleh Paguyuban Peduli
Buruh Migran dan Perempuan Seruni Banyumas pada
lokakarya Gerakan Desa Membangun (GDM) di Desa Beji,
Kedungbanteng, Banyumas (19/02/2012).
Narsidah Sanwi (34), pegiat Seruni, turut mengungkap
perlunya keterlibatan aparat desa dalam penanganan kasus
TKI. Keterlibatan aparat desa untuk penyelesaian kasus akan
memberikan efek berbeda kepada pihak yang
bertanggungjawab, seperti calo dan pelaksana penempatan
tenaga kerja Indonesia swasta (PPTKIS).
“Kalau ada kasus seperti pemalsuan, langsung saja
laporkan ke polisi. Ini agar ada efek jera dan agar institusi
desa dihormati,” ungkap Narsidah tegas menggapi uraian
kasus dari salah satu desa yang tidak ditindaklanjuti ke
kepolisian.
Keterlibatan Seruni dalam sosialisasi Gerakan Desa
Membangung yang digalang desa-desa di Wilayah
Banyumas ini merupakan bagian dari upaya
melibatkan desa dalam pengawasan migrasi. GDM
yang diinisiasi secara partisipatif oleh pemerintah
desa diharapkan dapat lebih memperkuat kapasitas
pengelola desa, termasuk dalam penanganan
buruh migran. [ ]
Dok
um
enta
si P
SD- B
M
Halaman 4 | Warta Buruh Migran | Februari 2012
04 | Kajian
Kritik Atas SE No 2524 dan Sistem Online
di Hong KongOleh: Fera Nuraini
Sitem online diterapkan sejak Maret 2011, sistem online
merupakan sistem komputerisasi yang ditetapkan
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong
untuk mengikat Perusahaan Pelaksana Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dan agen di Hong
Kong. Melalui sistem tersebut, PPTKIS wajib mengirimkan
data-data para TKI yang akan dikirim ke agen di Hong
Kong melalui komputer dalam jaringan (daring/online),
begitu juga sebaliknya.
Menurut Bambang Susanto, Konsul pelayanan warga di
KJRI Hong Kong, sistem ini bertujuan untuk memudahkan
KJRI memantau PPTKIS dan agen yang melanggar
ketentuan dan agar lebih mudah melacak keberadaan TKI
ketika keluarga mencari. Berbeda dengan versi
pemerintah, TKI di Hong Kong lebih melihat sistem ini
akan banyak merugikan mereka. Keberadaan sistem
online akan membuat TKI tidak diperbolehkan pindah
dari PPTKIS dan agen di mana ia ditempatkan selama 2
tahun pertama bahkan mungkin selamanya.
Sebagai penguat upaya penerapan sistem online
tersebut, pada 14 Oktober 2011 lalu, KJRI mengeluarkan
sebuah Surat Edaran (SE) nomor 2524 yang ditujukan
kepada Asosiasi PPTKI Hong Kong (APPIH) sebagai mitra
kerja pemerintah dalam urusan pelaksana penempatan
TKI.
Surat ini bertujuan mengatur para agen antara lain:
1. Dilarang menggunakan dan atau bekerja sama
dengan sub agen
2. Tidak mengambil TKI dari satu agen ke agen lain
atau dari PPTKIS satu ke PPTKIS lainnya yang
tidak sesuai ketentuan
3. Tidak memindahkan TKI dari satu agen ke agen
lain atau dari PPTKIS satu ke PPTKIS lain
4. Tidak melakukan overcharging dalam proses
pembaharuan kontrak atau pada proses
penempatan atau pemindahan TKI pada
majikan baru
5. Tidak menitipkan atau mengirimkan TKI untuk
menunggu visa di Macau atau China
Halaman 5 | Warta Buruh Migran | Februari 2012
Melalui SE 2524, KJRI Hong Kong meminta kerja sama para
agen yang terdaftar di KJRI dan anggota Asosiasi PPTKI
Hong Kong (APPIH) untuk tidak melanggar hak-hak TKI,
antara lain :
1. Tidak melakukan penahanan paspor TKI dan upah
di bawah standar (underpay)
2. Memperkerjakan TKI tidak sesuai dengan kontrak
kerjanya
3. Memberikan informasi tidak benar kepada majikan
tentang TKI, sehingga menyebabkan TKI mendapat
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK/interminit) dan
majikan melakukan kebiasaan PHK TKI lebih dari
satu kali.
tetap HK$21.000 atau sekitar 24 juta rupiah dan bukan
HK$15,000 seperti yang tetepkan pada 2008. Fakta yang
terjadi, pada tahun 2008 pemerintah terpaksa
menurunkan biaya penempatan menjadi HK$15,000
karena perlawanan sengit BMI dan semakin banyak BMI
yang menolak melunasi potongan.
Sayang seiring berjalan waktu hingga tahun 2011, KJRI
masih menggunakan angka HK$21.000 sebagai besaran
biaya penempatan. Artinya kebijakan menurunkan biaya
penempatan di tahun 2008 seolah menjadi kebijakan
“lipstik” untuk meredam penolakan dari TKI Hong
Kong.
Melalui Kebijakan SE No 2524 dan sistem online TKI
Hong Kong tetap terjebak jerat potongan gaji hingga 7
bulan tanpa ada jaminan selesai 2 tahun kontrak.
Bahkan jika TKI terkena PHK, mereka masih terancam
terkena potongan 7 bulan lagi.
05 |Kajian
Sekilas mengamati kebijakan KJRI Hong Kong di atas
memang tampak manis, tetapi jika kita benturkan dengan
fakta atau kenyataan, maka kita akan menjumpai betapa
semakin terang keberpihakan KJRI hanya kenapa PPTKIS
dan agen di Hong Kong.
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? mari kita amati
kebijakan tersebut secara kritis. Pertama, melalui
kebijakan tersebut TKI Hong Kong dilarang pindah PPTKIS
atau agen. Apa kepentingannya? tidak lain agar TKI terus
menerus bisa dijadikan “budak” melalui sistem potong
gaji. TKI yang selesai kontrak ketika akan bekerja kembali
harus masuk PPTKIS atau agen yang sama lagi dan harus
menerima kebijakan potongan gaji 6 sampai 7 bulan,
artinya TKI sengaja diikat dalam jerat pemerasan yang
dilakukan PPTKIS atau agen melalui sistem potongan gaji.
Kedua, melalui kebijakan tersebut pemerintah tidak
menjamin TKI bisa memejahijaukan PPTKIS atau agen
serta menuntut ganti rugi ketika hak-haknya dilanggar.
Melihat kenyataan semacam ini, jelaslah sudah jika KJRI
sebagai wakil Pemerintahan Indonesia di Hong Kong tidak
benar-benar berpihak pada TKI, justru sebaliknya bersama
PPTKIS dan agen menjadikan TKI objek pemerasan.
Dampak SE No 2524 dan Sistem Online bagi BMI
Hong Kong
Kebijakan SE No 2524 dan sistem online meneguhkan
besaran biaya penempatan bagi calon TKI Hong Kong -
Dampak lain dari kebijakan ini, TKI Hong Kong terampas
haknya untuk mencari sendiri majikan secara bebas dan
cepat dengan mendaftarkan diri pada pelbagai agen di
Hong Kong padahal pemerintah Hong Kong membatasi
visa tinggal hanya 14 hari setelah kontrak seselai atau
terkena PHK.
Pelarangan kontrak mandiri, kebijakan sistem online dan
SE 2524 adalah bukti konkrit kolusi antara KJRI dengan
APJATI dan APPIH untuk memeras buruh migran. KJRI
seolah tampil tegas tetapi pada kenyataannya tidak ada
sanksi tertulis yang membuat PPTKIS dan agen jera
ketika melakukan pelanggaran pada TKI.
Dok
um
enta
si B
MI
Hon
g Ko
ng
Halaman 6 | Warta Buruh Migran | Februari 2012
06 |Kajian
Hal kontradiktif juga ditunjukkan KJRI Hong Kong. KJRI
dengan bangga mengatakan sejak kontrak mandiri bagi
TKI yang memperbarui kontrak ditiadakan, jumlah
pengaduan ke kantor KJRI telah berkurang. Pernyataan
tersebut jelas 360 derajat berbeda dengan fakta yang ada
di mana masih ada ratusan TKI Hong Kong yang terlantar
dan terpaksa mengandalkan bantuan beberapa organisasi
buruh migran. Mereka yang terlantar ditampung di
penampungan (shelter-shelter) grup lokal. Jelas sudah,
KJRI salah jika menganggap TKI Hong Kong sudah
sejahtera dan angka pengaduan TKI bermasalah turun.
Banyak TKI tidak mengadu ke KJRI, karena mereka sudah
dapat memastikan aduan mereka akan ditolak KJRI dan
pegawai KJRI akan menyuruh mereka kembali ke agen.
Banyak di antara TKI juga merasa tidak nyaman dan risih
diperlakukan buruk, bahkan disalahkan ketika mengadu.
Sebagian yang lain tidak mengetahui di mana letak kantor
konsulat.
06 |Kajian
Hingga memasuki tahun 2012, serikat buruh dari
Aliansi Cabut UUPPTKILN No.39/2004 terus menggelar
serangkaian kegiatan demonstrasi, petisi, dialog, dan
forum akbar untuk memperjuangkan pencabutan SE
No 2524 dan Sistem Online, serta memperjuangkan
pemberlakukan kontrak kerja mandiri bagi TKI Hong
Kong. [ ]
Kontrak Kerja
Mandiri VS BNP2TKIOleh : Abdul Rahim Sitorus
Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat telah menerbitkan
Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor PER.04/KA/V/2011
tentang Petunjuk Teknis Tenaga Kerja Indonesia yang
Bekerja Secara Perseorangan tertanggal 26 Mei 2011.
Lampiran I Bab II angka 2 Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor
PER.04/KA/V/2011tentang Petunjuk Teknis Tenaga Kerja
Indonesia yang Bekerja SecaraPerseorangan berbunyi:
“Calon TKI Perseorangan tidak dibenarkan bekerja pada
pengguna perorangan atau rumah tangga tetapi bekerja
pada pengguna berbadan hukum.”
Materi muatan peraturan Kepala BNP2TKI (Peraturan a quo)
ersebut di atas memicu persoalan khusus bagi Calon Tenaga
Kerja Indonesia (TKI). Pertanyaan yang muncul kemudian
apakah TKI dapat bekerja di luar negeri secara perseorangan
atau mandiri langsung dengan pihak majikan tanpa
menggunakan jasa komersial PPTKIS dan atau Agensi Asing?.
Berdasarkan peraturan Kepala BNP2TKI
a quo di atas jelas bahwa setiap BMI
PRT yang akan ditempatkan pada
majikan perseorangan atau pengguna
rumah tangga adalah tidak dibenarkan
bekerja secara perseorangan tanpa
memakai jasa komersial PJTKI dan atau
gensi asing.
Karena itu penempatan BMI PRT
wajib menggunakan jasa
komersial PJTKI / Agensi Asing.
Dengan kata lain, BMI PRT tidak
boleh atau dilarang melakukan
kontrak mandiri.
Fera Nuraini,
BMI dan Kontributor
PSD-BM di Hong Kong.(Disarikan dari siaran pers
Sring Atin, BMI Pegiat
Aliansi Cabut UUPPTKILN
No.39/2004)
Halaman 7 | Warta Buruh Migran | Februari 2012
07 | Kajian
BMI PRT Melawan BNP2TKI
Pengajuan keberatan hak uji materiil (judicial review) terhadap
ketentuan Lampiran I Bab II angka 2 Peraturan Kepala
BNP2TKI Nomor PER.04/KA/V/2011 tentangPetunjuk Teknis
Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja Secara Perseorangan.
BMI atau Organisasi BMI pada dasarnya dapat melakukan
upaya hukum pengajuan keberatan hak uji materiil (judicial
review) terhadap kebijakan BNP2TKI tersebut yang
dimohonkan kepada Mahkamah Agung (MA) agar dinyatakan
batal demi hukum, tidak sah dan tidak berlaku.
Upaya judicial review dapat dilakukan dengan menyebutkan
bahwa ketentuan lampiran I Bab II angka 2 Peraturan Kepala
BNP2TKI No. 4 Tahun 2011 yang berbunyi ”Calon TKI
Perseorangan tidak dibenarkan bekerja pada pengguna
perorangan atau rumah tangga tetapi bekerja pada pengguna
berbadan hukum.” merupakan tindakan penyalahgunaan
wewenang (detournement de pouvoir) yang dilakukan oleh
Kepala BNP2TKI.
Dalil atau alasan hukum pengajuan judicial review dapat diuji
dari 3 (tiga) aspek. Pertama, aspek pembentukan Peraturan
Kepala BNP2TKI No.04 Tahun 2011. Kedua, aspek
pertentangan materi Bab II angka 2 Peraturan Kepala BNP2TKI
No.04 Tahun 2011 dengan materi aturan Pasal 105, Pasal 106,
Pasal 7 huruf a UU PPTKI junto Pasal 52 Permenakertrans No.
14 Tahun 2010. Ketiga, pemberlakuan ketentuan Bab II angka
2 Peraturan Kepala BNP2TKI No.04 Tahun 2011 yang
merupakan larangan kontrak mandiri bagi TKI atau BMI
PRT adalah mengakibatkan kerugian bagi BMI PRT.
Jadi, buruh migran baik secara perseorangan maupun
secara bersama-sama dengan organisasi BMI dapat
melawan Kepala BNP2TKI dengan mengajukan
permohonan keberatan hak uji materil kepada
Mahkamah Agung (MA) terhadap ketentuan Bab II
angka 2 Peraturan Kepala BNP2TKI No. 4 Tahun 2011.
Tujuannya agar, pertama, ketentuan Bab II angka 2
Peraturan Kepala BNP2TKI No. 4 Tahun 2011(Peraturan
a quo) dinyatakan batal demi hukum karena Kepala
BNP2TKI tidak berwenang mengeluarkan Peraturan a
quo tersebut. Kedua, Peraturan Kepala BNP2TKI a quo
bertentangan dengan peraturan perundangan yang
lebih tinggi tingkatannya sehingga tidak mempunyai
kekuatan hukum. Ketiga, peraturan Kepala BNP2TKI a
quo menimbulkan kerugian nyata bagi BMI PRT di Hong
Kong dan Taiwan.
Peraturan Kepala BNP2TKI No.04 Tahun 2011 tentang
Petunjuk Teknis Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja
Secara Perseorangan merupakan regulasi yang hanya
bersifat penjabaran saja, bukan membuat atau
menambahi aturan hukum yang sudah ditetapkan oleh
Pasal 105 dan Pasal 106 jo Pasal 7 huruf a UU PPTKI
junto Pasal 52 Permenakertrans No. 14 Tahun 2010.
Halaman 8 | Warta Buruh Migran | Februari 2012
Tetapi pada kenyataannya ada ketentuan baru atau aturan
baru yang justru menyalahi, meyimpang atau
bertentangan dengan UU PPTKI junto Permenakertrans
tentang aturan penempatan TKI perseorangan. Tegasnya,
Kepala BNP2TKI membuat aturan (beleids regel) baru
bahwa penempatan TKI perseorangan hanya dibolehkan
pada pengguna berbadan hukum, dengan kata lain,
menurut Kepala BNP2TKI penempatan TKI perseorangan
tidak dibenarkan pada pengguna atau majikan
perseorangan.
Kebijakan yang tumpang tindih tersebut secara hukum
membuat Kepala BNP2TKI berada dalam posisi yang
melampaui kewenangannya atau sudah menyalahgunakan
kekuasaannya. Sebab, BNP2TKI hanyalah berfungsi
sebagai pelaksana kebijakan bidang penempatan dan
perlindungan TKI sebagaimana ditegaskan oleh Pasal 95
ayat (1) UU PPTKILN.
Tegasnya, Kepala BNP2TKI adalah pejabat
pelaksana kebijakan dan bukan pembuat
kebijakan atau bukan pejabat yang
berwenang mengeluarkan peraturan.
Karena itu dapat dipastikan bahwa Kepala BNP2TKI
bukanlah pejabat yang berwenang menerbitkan kebijakan
regulasi atau aturan kebijakan (beleids regel) pelaksana
tentang penempatan dan perlindungan TKI.
Peraturan Kepala BNP2TKI No. 4 Tahun 2011 harus batal
demi hukum sebab bertentangan dengan UU No. 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan Pasal 5 huruf (b) dan penjelasannya dan juga
bertentangan dengan Pasal 95 ayat (1) UU PPTKI. Kepala
BNP2TKI justru seolah tidak mematuhi aturan hukum
yang berlaku dan membuat kebijakan yang tetap
memaksa BMI PRT yang perpanjang kontrak
menggunakan jasa agensi asing.
UU PPTKILN sendiri pada dasarnya tidak mewajibkan dan
tidak ada memaksa BMI PRT untuk memakai jasa
komersial PPTKIS atau agen asing yang berwatak tamak -
08 | Kajian
untuk bekerja di luar negeri. Hal ini diperkuat dengan
penerbitan Pasal 52 Peraturan Menakertrans No. 14
Tahun 2010, bahwa setiap Calon BMI dapat bekerja di
luar negeri secara perseorangan tanpa harus melalui
PPTKIS atau agensi asing.
Pengertian kata “setiap Calon TKI” dalam Pasal 52
Peraturan Menakertrans No. 14 Tahun 2010 adalah
bersifat umum, tanpa membatasi atau membeda-
bedakan antara TKI sektor informal seperti PRT dengan
TKI sektor formal.
Setelah memperbandingkan antar regulasi yang ada,
jelas sudah bahwa sesungguhnya Peraturan Kepala
BNP2TKI a quo baik dari aspek pembentukannya
maupun aspek materinya harus batal demi hukum dan
tidak mempunyai kekuatan hukum, sehingga merupakan
peraturan yang tidak sah dan tidak berlaku umum.
Pada akhirnya kita berharap agar Kepala BNP2TKI
Jumhur Hidayat mencabut sendiri Peraturana quo
(spontane vernietiging) untuk menghindari ketidak-
pastian hukum yang berdampak menyengsarakan BMI
PRT di Hong Kong, Taiwan atau di negara penempatan
lainnya. [ ]
Abdul Rahim Sitorus
Advokat-Kongres Advokat Indonesia (KAI)
Pekerja Bantuan Hukum YLBHI-LBH Yogyakarta
Halaman 9 | Warta Buruh Migran | Februari 2012
09 | Jejak Kasus
Mendesak Pemulangan
Johra
Saat itu mereka diberangkatkan oleh PT. Dasa Utama yang
beralamat di Jalan Persatuan Guru No.28, Petejo Selatan,
Kecamatan Gambir, Jakarta Utara. Selama dua tahun dua
bulan, Johra dan istri bekerja di kota Riyadh, Arab Saudi.
Pada tahun 2007, dikarenakan konflik dengan majikan, Johra
dan Munjinah akhirnya meninggalkan majikan dan pergi ke
Jeddah untuk mengadu nasib. Sejak saat itu, status Johra dan
Munjinah berubah, dari legal menjadi Ilegal karena mereka
meninggalkan majikan pertamanya.
Status TKI ilegal membuat Johra bekerja tidak menetap, ia
pindah dari satu majikan ke majikan yang lain. Awal tahun
2011 kondisi kesehatan Johra mulai menurun, Johra mulai
terkena darah tinggi dan gejala penyakit gula, pada 12
Januari 2012 Johra dinyatakan terkena stroke. Kondisi Johra
sangat memprihatinkan, posisi kaki tertekuk tak bisa
diluruskan, sementara seluruh anggota badannya tak bisa
digerakkan lagi. Pada 14 Januari 2012, Johra dibawa ke
Rumah Sakit Al Jedani. Pihak rumah sakit memberi rujukan
untuk menjalani rawat inap dengan biaya sekitar 5000 real
saudi atau sekitar Rp.11.500.000.
“Dikarenakan tidak adanya biaya, ahirnya Johra dibawa
pulang dan dirawat istrinya. Istri dan beberapa kerabat Johra
sesama TKI di Arab Saudi saat ini sedang mengupayakan
agar kondisi Johra segera diketahui dan mendapat perhatian
perwakilan pemerintah Indonesia di Arab Saudi.” tutur
Jamil Lee, salah satu rekan Johra saat diwawancarai.
Johra bin Sueb dan Munjinah binti Martasari merupakan
suami istri asal Kampung Begor Pasar, Kecamatan Pontang,
Provinsi Banten yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
ke Arab Saudi pada tahun 2005.
Johra dan Munjinah hingga saat ini (24/01/2012)
masih ditampung di kamar rekan TKI yang bekerja
sebagai sopir di Arab Saudi, Johra hanya terbaring
kaku hingga buang air kecil dan air besar
dilakukannya dari tempat tidur. Kondisi semacam
ini membuat Munjinah semakin bingung terkait
upaya apa yang harus dilakukan. Munjinah dan
keluarga di Indonesia berharap Pemerintah
Indonesia mau peduli dan membantu kepulangan
mereka untuk menjalani pengobatan di tanah air.
Susahnya Memulangkan BMI dari
Arab Saudi
Informasi keberadaan Johra di Arab Saudi diketahui redaksi Pusat Sumber Daya Buruh Migran (PSD-BM) dari BMI bernama Purwanto melalui sosial media Facebook (20/01/11). Informasi awal tersebut membuat redaksi PSD-BM terhubung dengan komunitas BMI Arab Saudi yang mendampingi Johra dan Istri. Kolaborasi penanganan dilakukan antara redaksi dan BMI di Arab Saudi.
Pada 27 Januari 2012, redaksi PSD-BM menghubungi Tiara Marselina, anak Johra berdasarkan nomor yang telah diberikan komunitas BMI di Arab Saudi. Redaksi PSD-BM melalui sambungan telepon, Fathulloh mewakili redaksi menghubungkan keluarga dengan Suparman, staff penanganan kasus di PSD-BM
Foto Johra oleh Komunitas BMI Arab Saudi
Halaman 10 | Warta Buruh Migran | Februari 2012
Upaya yang dilakukan beberapa BMI di Arab Saudi untuk mengadukan kondisi Johra yang lumpuh ke KJRI Jeddah tak kunjung mendapat balasan dan tindakan cepat. Johra yang ditampung di kamar milik seorang BMI di daerah Rabuwah, Arab Saudi tergolek lemas dengan penanganan seadanya. Johra dan istrinya harus tinggal di sebuah kamar yang disekat menjadi beberapa ruangan dengan ukuran 1,2×2 meter. Kondisi ini membuat komunitas BMI Arab Saudi mencoba menggalang dana pada sesama BMI di Arab Saudi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Memanfaatkan jejaring sosial Facebook komunitas BMI Arab Saudi menggalang dana di group Facebook “Sharing TKI”. Cara penggalangan dana cukup unik, bantuan yang dikumpulkan tidak harus berupa uang melainkan berupa pulsa telepon. Relawan yang mendampingi Johra membagi pos penggalangan bantuan berdasarkan wilayah. Pulsa yang terkumpul akan dijual untukditukar menjadi uang.
Pada 26 Januari 2012 bantuanyang digalang telah mencapai1290 SAR atau sekitar Rp.3.144.400.
Bantuan yang telah terkumpulkemudian diserahkan padaMunjinah, istri Johra. Secara berkala setiapbantuan yang masuk serta rekapitulasi hingga penggalangan dana selesai dilaporkan oleh pada anggota di group Facebook “Sharing TKI”.
Kolaborasi juga dilakukan redaksi PSD-BM dengan menghubungi Migrant Institute Dompet Dhuafa untuk mempersiapkan jangka panjang perawatan Johra ketika berhasil dipulangkan. Proses pemulangan sendiri membutuhkan waktu yang lama di KJRI Jeddah. Hingga Minggu (19/02/2012), Suryadi, Wakil Kepala Teknis Ketenagakerjaan KJRI Jeddah datang ke sebuah rumah di kawasan Al-Rabuah 1 Dist Jeddah Saudi Arabia, di mana Johra yang lumpuh akibat stroke dititipkan.
KJRI pun berjanji mengupayakan pemulangan Johra dan istri. Pihak KJRI akan segera membawa Johra ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan sementara sambil menunggu proses pemulangannya diurus.
“Kami akan segera membuatkan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) dulu buat pak Johra, selanjutnya segera bersama-sama kita bawa ke rumah sakit. Nanti pengambilan sidik jari untuk kepantingan pemberkasan-
10 | Kajian
“Kami akan segera membuatkan Surat Perjalanan Laksana Paspor
(SPLP) dulu buat pak Johra, selanjutnya segera bersama-sama
kita bawa ke rumah sakit.”
di Imigrasi akan kami ambil langsung dari pak Johra di rumah sakit, tidak perlu pak Johra dibawa ke imigrasi(tar’il)” tutur Suryadi pada beberapa TKI yang mendampingi Johra.
Pada TKI yang mendampingi Johra, Suryadi juga menanyakan informasi mengenai tahun berapa Johra masuk saudi?, berapa lama bekerja di majikan asal?, apa alasan Johra lari dari majikan?, serta sejak kapan menderita sakit?. Kunjungan yang dilakukan staf KJRI Jeddah seolah memberikan angin segar dan harapan akan segera ditanganinya persoalan tersebut. Sayang, hingga dua hari setelah kunjungan (21/02/2012) pihak KJRI belum ada yang datang ataupun menghubungi istri dan beberapa TKI yang mendampingi Johra untuk membawanya ke Rumah sakit.
“Ketika coba kami hubungi melalui sambungan telepon, kepala staf Teknis Ketenagakerjaan
KJRI Jeddah, Budi Hidayat Laksana mengatakan, beliau
baru mengirimkan laporan catatan dinas ke pusat (Kemenlu di Jakarta). Budi Hidayat Laksana juga mengatakan pihak KJRI merasa bingung mengenai masalah tiket kepulangan Johra. Kondisi Johra diprediksikan akan membutuhkan sampai empat kursi pesawat”, tutur Braja Musti, salah satu relawan yang mendampingi penanganan Johra dan istrinya. [ ]
Catatan Penanganan Kasus Disusun Bersama
Oleh Redaksi Pusat Sumberdaya Buruh Migran
(PSDBM) Dan Komunitas BMI Di Arab Saudi
Halaman 11 | Warta Buruh Migran | Februari 2012
Asuransi Buruh Migran Indonesia (BMI) merupakan perangkat
perlindungan utama yang harus dimiliki BMI.
Sementara pada sisi lain, banyak BMI tidak mengetahui apa itu
asuransi BMI, bagaimana mengurusnya? dan dokumen apa saja yang
dibutuhkan?. Minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh para BMI
tentang asuransi membuat dana asuransi yang cukup besar
berpotensi diambil oleh pihak yang tidak berhak.
Asuransi BMI melekat pada kebijakan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri
(KTKLN). jika BMI tidak membayar premi asuransi, maka BMI tidak
akan mendapatkan KTKLN. Begitu pun sebaliknya, KTKLN menjadi
syarat wajib mengurus asuransi. Kartu Peserta Asuransi (KPA) untuk
Tenaga Kerja Indonesia dan kebijakan asuransi TKI diatur pada Pasal
15 ayat (3) Keputusan Menakertrans No. 157 Tahun 2003 tentang
Asuransi TKI.
Panduan Oleh:
Seruni
Banyumas
Minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh para
BMI tentang asuransi banyak disebabkan
karena PPTKIS tidak membayarkan polis
asuransi BMi yang diberangkatkan. PPTKIS
juga banyak yang tidak terbuka soal Asuransi
TKI. Sebagai upaya memperkaya pengetahuan
seputar asuransi TKI, pada edisi Warta Buruh
Migran kali ini redaksi memuat panduan yang
telah disusun Paguyuban Seruni Banyumas.
Semoga bermanfaat. Berikut langkah yang
dibutuhkan BMI dan pendampingnya untuk
mengurus klaim asuransi TKI.
Langkah mengurus asuransi TKI:
1. Calon TKI, TKI, dan mantan atau ahlli waris atau kuasanya mengajukan klaim asuransi kepada konsorsium melalui BP3TKI setempat. 2. Klaim diajukan selambat-lambatnya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah terjadinya masalah atau terjadinya resiko yang dipertanggungkan (sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 PER. 23/MEN/XII/2008 TENTANG ASURANSI TKI) 3. Apabila dalam hal pengajuan klaim melewati waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat maka hak menuntut klaim dinyatakan gugur.
Pengurusan klaim disesuaikan dengan
kategori perkara yang akan
dipertanggungkan, dokumen yang harus
dipenuhi antara lain:
Dokumen Umum atau Pokok yang
Wajib Disertakan
1. Surat pengajuan klaim yang
ditandatangani oleh calon TKI/BMI
atau ahli waris dan bermaterai;
2. KPA asli;
3. Kwitansi/Bukti asli Pembayaran
premi asuransi (dapat diminta di
PPTKIS yang memberangkatkan TKI)
4. KTKLN
5. Foto copy identitas diri calon
TKI/TKI atau ahli waris;
6. Dalam hal pengjauan klaim asuransi
oleh ahli waris maka harus
dilengkapi dengan surat keterangan
ahli waris (asli) diketahui kepala
desa/kelurahan domisili ahli waris;
11 | Panduan
Tata Cara Mengurus Klaim Asuransi
Halaman 12 | Warta Buruh Migran | Februari 2012
Dokumen untuk Mengurus Kasus TKI
Meninggal Dunia.
1. Surat keterangan kematian dari rumah sakit;
2. Surat keterangan dari kepolisian setempat apabila
meninggal karena kecelakaan;
3. Laporan kesehatan (medical report) atau visum
dari rumah sakit atau puskesmas; atau
4. Surat keterangan dari perwakilan RI di Negara
penempatan;
5. Surat keterangan dari kepala desa atau lurah
setempat;
Dokumen untuk Mengurus Kasus TKI Sakit
(di dalam negeri)
1. Surat keterangan dari rumah sakit atau
puskesmas; dan
2. Rincian biaya pengobatan dan perawatan dari
rumah sakit atau puskesmas
Dokumen untuk Mengurus Kasus TKI Sakit(di luar negeri)
1. Surat keterangan sakit dari rumah sakit dan/atau surat keterangan dokter yang menyatakan perlu perawatan lanjutan di Indonesia; 2. Rincian biaya pengobatan dan perawatan dari rumah sakit; atau 3. Surat keterangan dari Perwakilan RI di Negara penempatan; 4. Kecelakaan yang mengakibatkan cacat 5. Surat keterangan dari rumah sakit atau dan/atau surat keterangan dokter yang menyatakan perlu perawatan lanjutan di Indonesia; 6. Surat keterangan dari kepolisian setempat; dan Rincian biaya pengobatan dan perawatan dari rumah sakit; 7. Surat keterangan dari Perwakilan RI di Negara penempatan; 8. Dokumen Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari Petugas Gedung Pendataan Kepulangan (GPK) di Bandara jika TKI yang bersangkutan sakit dan dipulangkan ke Indonesia
12 | Panduan
-Obituari- Seluruh Redaksi PSD-BM turut berduka cita atas meninggalnya Lia Binti Sanali.
Lia merupakan mantan BMI Arab Saudi asal Dusun Wanagopa, Rt.02, Rw.04, Kelurahan Kerman, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah yang meninggal karena gagal ginjal.
Lia binti Sanali, menghembuskan nafas terakhir Selasa malam (28/02/12) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kardinah Kabupaten Tegal.
Semoga segala amal kebaikannya diterima Tuhan yang Maha Esa. Selamat jalan Lia!.