09 bab ii.pdf

59
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Perbankan 2.2.1 Pengertian Perbankan Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, bank didefinisikan sebagai berikut : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana atas masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka menigkatkan taraf hidup rakyat banyak.” (UU No 10 tahun 1998). Undang-undang di atas menyatakan bahwa merupakan satu badan usaha. Ini berarti bank memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan.Namun demikian, ada tujuan umum yang lebih luas yang harus dicapai bersama-sama, yaitu untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Definisi bank lainnya dapat ditemukan dalam berbagai literatur yang dikemukakan oleh para pakar. Hasibuan (2002:2), menjelaskan tantang bank yaitu : “Bank adalah lembaga keuangan berarti bank adalah badan usaha yang kekayaanya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja. Bank adalah mengumpul dana dan penyalur kredit berarti bank dalam operasinya mengumpulkan dana kepada SSU dan menyalurkan kredit kepada DSU.”

Upload: phungduong

Post on 15-Jan-2017

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 09 BAB II.pdf

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Perbankan

2.2.1 Pengertian Perbankan

Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, bank didefinisikan sebagai

berikut :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana atas masyarakat dalam bentuk

kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka menigkatkan taraf hidup rakyat

banyak.” (UU No 10 tahun 1998).

Undang-undang di atas menyatakan bahwa merupakan satu badan usaha. Ini

berarti bank memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan.Namun demikian, ada

tujuan umum yang lebih luas yang harus dicapai bersama-sama, yaitu untuk

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Definisi bank lainnya dapat ditemukan dalam berbagai literatur yang

dikemukakan oleh para pakar.

Hasibuan (2002:2), menjelaskan tantang bank yaitu : “Bank adalah lembaga keuangan berarti bank adalah badan usaha yang kekayaanya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja. Bank adalah mengumpul dana dan penyalur kredit berarti bank dalam operasinya mengumpulkan dana kepada SSU dan menyalurkan kredit kepada DSU.”

Page 2: 09 BAB II.pdf

11

Dan pengertian tentang bank yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan

bahwa bank sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), artinya

bank adalah badan usaha yang menghimpun dana atas masyarakat dalam bentuk

simpanan untuk kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat yang

membutuhkannya dalam bentuk kredit.

2.1.2 Fungsi Bank

Bank umumnya sebagai lembaga intermediasi keuangan memberikan jasa-

jasa baik kepada pihak yang memiliki kelebihan dana maupun kepada pihak yang

memerlukan dana. Hal ini sesuai dengan fungsi utama perbankan menurut Undang-

Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7

tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu :

“Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dana dan penyalur

dana masyarakat”.

Fungsi tersebut di atas menjadikan bank sebagai salah satu lembaga

intermediasi atau perantara keuangan yang terpenting diantara yang ada. Melalui

fungsinya ini bank diharapkan dapat penghimpun dana yang ada. Melalui fungsinya

ini bank diharapkan dapat menghimpun dana yang ada di masyarakat, terutama yang

menganggur atau kelebihan dana, agar lebih profuktif. Produktifitas dana tersebut

dapat dicapai melalui penyaluran dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat

sehingga menggerakan sektor rill perekonomian.

Page 3: 09 BAB II.pdf

12

Sedangkan inilah pengertian bank menurut Kasmir (2006:2), menjelaskan :

“Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

menghimpun dana atas masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke

masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi bank dan peranan lembaga

keuangan (terutama bank) adalah sebagai lembaga perantara masyarakat yang

kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana.

2.1.3 Jenis-jenis Bank

Penggolongan bank menurut Undang-Undang nomor 14 tahun 1997 dan

Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan mempunyai beberapa perbedaaan. Jenis

perbankan dewasa ini dapat ditinjau atas berbagai segi, antara lain atas segi kegiatan

usaha, atas segi kepemilikan, atas segi penciptaan uang giral, atas segi cara

menentukan harga, dan atas segi target pasar.

2.1.3.1 Jenis Bank Dilihat atas Segi Kegiatan Usaha

Jenis bank atas segi kegiatan usaha menurut Susilo,dkk (2002:49) terdiri atas :

1. Bank Umum

Bank Umum didefinisikan oleh Undang-Undang nomor 10 tahun 1998

sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau

berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

Page 4: 09 BAB II.pdf

13

lintas pembayaran.

2. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan oleh Undang-Undang nomor 10 tahun

1998 sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2.1.3.2 Jenis Bank Dilihat atas Segi Kepemilikannya

Jenis bank atas segi Kepemilikannya menurut Kasmir (2006:26) terdiri atas :

1. Bank Milik Pemerintah

Bank Milik Pemerintah pada dasarnya adalah bank yang seluruh atau sebagian

besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah.

2. Bank Swasta Nasional

Bank Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar

sahamnya dimiliki oleh swasta nasional.

3. Bank Milik Asing

Bank Milik Asing merupakan cabang atas bank yang ada diluar negeri, baik

milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu Negara.

4. Bank Milik Campuran

Bank MilikCampuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimilki

oleh pihak asing dan swasta nasional.Yang mana kepemilikan sahamnya secara

mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.

Page 5: 09 BAB II.pdf

14

2.1.3.3 Jenis Bank Dilihat atas Segi Status

Jenis bank menurut Kasmir (2006:29) dilihat atas status dibagi dalam dua

macam, yaitu :

1. Bank Devisa

Bank yang berstatus devisa atau bank Devisa merupakan bank yang dapat

melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata

uang asing secara keseluruhan.

2. Bank Non Devisa

Bank dengan status Bank Non Devisa merupakan bank yang belum mempunyai

ijin melaksanakan transaksi sebagai bank Devisa.

2.1.3.4 Jenis Bank Dilihat atas Segi Cara Menentukan Harga

Menurut Kasmir (2006:30), jenis bank dilihat atas segi caranya dalam

menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli,terbagi dalam dua kelompok,

yaitu :

1. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada nasabahnya, bank

ini menggunakan dua metode, yaitu :

a. Menetapkan bunga sebagai harga jual untuk produk simpanan dan sebagai

harga beli untuk produk pinjaman (kredit). Penentuan harga jual ini

dikenal istilah spread based.

Page 6: 09 BAB II.pdf

15

b. Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak perbankan bank konvensional

menggunakan atau menetapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau

persentase tertentu. Sistem pengenalan biaya ini dikenal dengan istilah fee

based.

2. Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah

Penentuan harga atau pencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip

syariah dengan cara:

a. Pembiayaan berdasarkan bagi hasil (mudharabah)

b. Pembiyaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah)

c. Prinsip beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)

d. Pembiyaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah)

atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang

disewa atas pihak bank atau pihak lain (ijarah wa iqtina).

2.2 Tinjauan Umum Bank Syariah

2.2.1 Pengertian Bank Syariah

Pengertian Bank Syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008

tentangperbankan Syariah adalah sebagai berikut :

“Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank

pembiyaan rakyat syariah”.

Adapun pengertian bank syariah menurut (2008: 30) adalah sebagai berikut :

Page 7: 09 BAB II.pdf

16

“ Bank Isalam adalah : (1) bank yang beroprasi sesuai dengan prinsip syariah

Islam, (2) bank yang tata cara beroprasinya mengacu kepada ketentuan Al-

Qur’an dan Hadist, sementara bank yang beroprasi sesuai dengan ketentuan-

ketentuan syariah Islam. Khususnya beroprasinya menyangkut tata cara

bermuamalat secara Islam. Dikatakan lebih lanjut, dalam tata cara

bermuamalat itu dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung

unsur-unsur riba”.

Atas pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa bank Islam atau bank Syariah

adalah lembaga keuangan yang dalam kegiatannya operasionalnya, baik yang

menyangkut kegiatan penghimpunan dana maupun penyaluran dana dilaksanakan

berdasarkan aturan hukum Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadist.

2.2.2 Karakteristik Bank Syariah

Bank syariah adalah bank Islam yang melakukan kegiatan usahanya dengan

sistem bagi hasil sesuai prinsip syariah untuk mewujudkan kemaslahatan bagi

masyarakat luas dalam perkembangan perekonomian.Dalam melakukan transaksi

bank syariah menggunakan prinsip-prinsip syariah diantaranya, persaudaraan,

keadilan, kemaslahatan, keseimbangan, dan transparansi. Kegiatan bank syariah yang

berlandaskan hukum Islam mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuk

b. Tidak mengenal konsep nilai waktu atas uang (time value of money)

Page 8: 09 BAB II.pdf

17

c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan komoditas

d. Menciptakan sistem bagi hasil dan perdagangan

e. Asas utama kemitraan, keadilan, tranparansi, dan kemaslahatan

f. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif

g. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang

h. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad

i. Konsep bagi hasil, tidak menggunakan bunga sebagai alat pendapatan dan

beban

j. Dapat memperoleh imbalan atas jasa perbankan lainnya yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah.

2.2.3 Perbedaaan Bank Syariah dengan konvensional

Dalam beberapa hal, bank syariah dan bank konvensional memiliki

persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,

teknologi computer yang digunakan, syarat-syarat untuk memperoleh pembiyaan dan

sebagainya.Namun, hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan

syariah dan konvensional adalah terletak pada pengembalian dan pembagia

keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada bank atau yang diberikan oleh bank

kepada nasabah yang dikenal dengan sistem bagi hasil (tanpa bunga).

Menurut Hosen (2006:9), perbedaan bank syariah dengan bank dapat konvensional

diantaranya pada tabel sebagai berikut :

Page 9: 09 BAB II.pdf

18

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

No Uraian Bank Syariah Bank Konvensional

1 Landasan Operasional

Prinsip Syariah (tidak bebas nilai)

Uang hanya sebagai alat tukar

Dilarang menggunakan sistem bunga

Memakai cara bagi hasil atas keuntungan jasa atas transaksi riil

Prinsip materialism (bebas nilai)

Uang, komoditi yang diperdagangkan

Instrument imbalan terhadap pemilik uang ditetapkan di muka menggunakan bunga

2 Peran dan Fungsi Bank

Sebagai penerima dana titipan atas nasabah

Sebagai penyedia jasa pembayaran selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah

Sebagai pengelola dana kebajikan

Menerapkan hubungan kemitraan

Sebagai penghimpun dana dan menyalurkan kembali dengan imbalan bunga

Sebagai penyedia jasa pembayaran

Menerapkan hubungan kreditur-debitur antara bank dengan nasabah

3 Risiko Usaha Dihadapi bersama antara bank dan nasabah

Tidak mengenal negative spread (selisih negatif)

Risiko bank tidak ada kaitannya dengan risiko debitur atau sebalikanya

Antara pendapatan bunga dan beban bunga dimungkinkan terjadinya selisih negatif

4 Sistem Pengawasan

Adanya dewan pengawas syariah sehingga kegiatan operasional bank tidak menyimpang atas aturan syariah

Tidak ada aturan syariah yang mendasari kegiatan operasional

Sumber : Nadratuzzaman Hosen (2006:9)

Dengan demikian, baik atas aspek hukum, kegiatan operasional ataupun

sistem pengawasan yang dilakukan secara teoritis, bank syariah berbeda dengan bank

Page 10: 09 BAB II.pdf

19

konvensional.

Adapun perbedaan bunga dan bagi hasil antara bank syariah dengan bank

konvensional menurut Antonio(2001:61) sebagai berikut :

Table 2.2

Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil Uraian Bank Konvensional Bank syariah

Penentuan keuntungan Bunga dibuat pada waktu perjanjian dengan asumsi harus selalu untung

Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi

Besarnya presentase Berdasarkan pada jumlah uang/modal yang dipinjamkan

Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh

Pembiyaan Pembayaran bunga tetap seperti yang di janjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan, bila usha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak

Jumlah pembiyaan Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”

Jumlah pembagian laba meningkat dengan peningkatan jumlah pendapatan

Eksistensi Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecan) oleh semua agama, termasuk agama Islam

Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil

2.2.4 Fungsi dan peran bank Syariah

Bank syariah mempunyai fungsi yang berbeda dengan bank konvensional

yang mana fungsi bank syariah merupakan karakteristik bank syariah. Dengan

mengetahui fungsi syariah secara jelas akan membawa dampak dalam pelaksanaan

kegiatan usaha bank syariah.

Menurut Muhammad (2005: 15) fungsi bank syariah antara lain adalah sebagai

Page 11: 09 BAB II.pdf

20

berikut :

1. Memurnikan operasional perbankan syariah sehingga dapat lebih

meningkatkan kepercayaan masyarakat.

2. Meningkatkan kesadaran syariah umat Islam sehingga dapat memperluas

segmen dan pangsa pasar perbankan syariah.

3. Menjalin kerjasama dengan para ulama, sebab bagaimana pun juga peran

ulama di Indonesia sangan dominan bagi kehidupan umat Islam.

Adanya bank syariah diharapkan dapat memberikan sumbangan positif

terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiyaan-pembiyaan yang

dikeluarkan bank sayriah. Melalui pembiyaan tersebut, bank syariah diharapkan dapat

menjalin kerja sama (kemitraan) dengan nasabah sehingga hubungan antara bank

syariah dengan nasabah bukan sebagai kreditur dan debitur tetapi menjadi hubungan

kemitraan.

Lebih lanjut, Muhammad (2005:16) mengemukakan secara luas peran bank

syariah dapat terwujud atas aspek-aspek sebagai berikut :

1. Memberdayakan ekonomi umat dan beroprasi secara tranparan. Artinya,

bank syariah harus didasarkan pada visi ekonomi karakyatan dan upaya ini

akan terwujud jika ada mekanisme operasi yang transparan.

2. Memberikan return yang lebih baik. Artinya, investasi di bank syariah

tidak memberikan janji yang pasti mengenai return yang diberikan kepada

investor. Oleh karena itu, bank syariah harus mampu memberikan return

Page 12: 09 BAB II.pdf

21

yang lebih baik dibandingkan dengan bank konvensional. Dengan kata

lain, nasabah akan memberikan bagi hasil sesuai dengan keuntungan yang

diperolehnya.

3. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan. Artinya, bank syariah

mendorong terjadinya transaksi produktif atas dana masyarakat. Dengan

demikian spekulasi dapat ditekan.

4. Mendorong pemerataan pendapatan. Artinya, bank syariah bukan hanya

mengumpulkan dana pihak ketiga, namun dapat mengumpulkan dana

zakat, infak, dan shadaqah.

5. Peningkatan efisiensi mobilisasi dana. Artinya adanya produk al-

mudharabah al-muqayyadah, berarti terjadi kebebasan bank untuk

melakukan investasi atas dana yang diserahkan oleh investor, maka bank

syariah sebagai financial arranger bank memperoleh komisi atau bagi hasil

bukan karena spread bunga.

6. Uswan hasanah, implementasi moral dalam pnyelenggaraan usaha bank.

Dengan demikian, bank syariah yang sifatnya sebagai bank yang berdasarkan

prinsip syariah yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist wajib memposisikan diri

sebagai Uswatun hasanah (contoh) dalam implementasi moral dan etika bisnis yang

benar atau melaksanakan etika dan moral agama dalam aktivitas ekonomi.

Page 13: 09 BAB II.pdf

22

2.2.5 Prinsip-prisnip perbankan syariah

Bank syariah menggunakan beberapa prinsip yang sesuai dengan syariah.

Menurut Antonio (2001 : 90-134,148-151) prinsip-prinsip dasar bank syariah dapat

dibagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :

1. Prinsip titipan/Simpanan(Depository)

a. Al-Wadi’ah

Al-Wadi’ah merupakan titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika

pemiliknya menghendaki. Secara umum terdapat dua jenis wadia’ah, yaitu :

Wadia’ah Yad al-Amanah, yaitu yang mana pihak yang menerima titipan

tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang

dititipkan.

Wadia’ah Yad adh-Dhamanah, yaitu yang mana pihak yang menerima

titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang

dititipkan.

b. Mudharabah (investasi)

Akad yang sesuai dengan prinsip ini adalah mudharabah. Secara garis besar

mudharabah terbagi ke dalam dua jenis, yaitu :

Mudharabah Muthlaqah, yaitu yang mana shahibul maal tidak

memberikan batasan-batasan atas dana yang diinvestasikannya.

Mudharabah Muqayyadah, yaitu yang mana shahibul maal

memberikan batasan-batasan atas dana yang diinvestasikannya.

Page 14: 09 BAB II.pdf

23

2. Prinsip Bagi Hasil (Profit-Sharing)

a. Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk

suatu usaha tertentu yang mana masing-masing pihak memberikan konstribusi

dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung

bersama sesuai dengan kesepakatan.

b. Al-Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak yang mana

pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal,

sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

c. Al-Muzara’ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antar pemilik lahan

dan penggarap, yang mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada

si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu

(persentase)atas hasil panen.

d. Al-Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana atas muzara’ah, diamana si

penggarap hany bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.

Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu atas hasil panen.

3. Prinsip Jual Beli (sale and Purchase)

a. Bai’ al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan

keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ al-murabahah, penjual harus member

tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan

sebagai tambahannya.

b. Bai’ as-Salam adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari,

Page 15: 09 BAB II.pdf

24

sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Dalam transaksi bai’ as-Salam

mengharuskan adanya dua hal, yaitu pengukuran dan spesifikasi barang yang

jelas serta adanya keridhaan yang utuh antara kedua belah pihak.

c. Bai’ al-Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuah

barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan atas pembeli.

Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau

membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya

kepada pembeli akhir.

4. Prinsip Sewa(Operational Lease dan Financial Lease)

a. Al-Ijarah adalah akad hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran

upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu

sendiri.

b. Al- Ijarah al-Muntahia bit-Tamlik adalah akad sejenis perpaduan antara

kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan

kepemilikan barang di tangan si penyewa. Sifat kepemilikan ini pula yang

membedakan dengan ijarah biasa.

5. Produk Jasa (Fee-Based Services)

a. Al-Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain

dalam hal-hal yang diwakilkan.

b. Al- Kafalh merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak

ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

Page 16: 09 BAB II.pdf

25

c. Al-Hawalah adalah pengakihan utang atas orang yang berutang kepada orang

lain yang wajib menanggungnya.

d. Ar- Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan

atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai

ekonomis.

e. Al- Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau

diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan

imbalan.

2.2.6 Operasional Bank Syariah

Secara konsep operasional Lembaga Kuangan Syariah, baik Bank Umum

Syariah (BUS), Kantor Cabang Syariah Bank Konvensional atau Unit Usaha Syariah

(UUS), Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

atas alur operasional dan konsep syariahnya tidaklah berbeda, yang membedakan

adalah pada skalanya saja, misalnya bank umum syariah dalam menghimpun dana

dan menyalurkan dana dalam jumlah yang besar, BPRS pada jumlah yang kecil dan

mikro, yang mana jumlah-jumlah tersebut sangat tergantung pada besaran risiko yang

ditanggung oleh lembaga keuangan syariah (LKS) tersebut.

Secara umum alur operasional lembaga keuangan syariah dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1. Penghimpunan dana bank syariah menggunakan dua prinsip, yaitu :

Page 17: 09 BAB II.pdf

26

a. Prinsip Wadiah yad dhamanah yang diaplikasikan pada produk deposito

dan tabungan wadiah.

b. Prinsip mudharabah muthlaqah yang aplikasikan pada produk deposito

mudharabah dan tabungan mudharabah.

2. Dana bank syariah yang dihimpu disalurkan dengan pola-pola yang

dibenarkan syariah. Secara garis besar penyaluran dana bank syariah

dilakukan dengan tiga pula penyaluran yaitu :

a. Prinsip jual beli yang meliputi murabahah, salam dan istishna.

b. Prinsip bagi hasil yang meliputi pembiyaan mudharabah atau pembiyaan

musyarakah.

c. Prinsip ujroh yaitu ijarah munthiayah bittamlik.

3. Atas penyaluran dana tersebut akan diperoleh pendapatan yaitu dalam prinsip

jual beli lazim disebut margin atau keuntungan dan prinsip bagi hasil akan

menghasilkan bagi hasil usaha serta dalam ijaroh akan memperoleh upah

(sewa). Pendapatan dan oenyaluran dana ini disebut dengan pendapatan

operasi utama yang merupakan pendapatan yang akan dibagihasilkan,

pendapatan yang merupakan unsur perhitungan distribusi hasil usaha.

4. Pendapatan inilah yang akan dibagihasilkan antara pemilik dana dan

pengelola dana. Secara prinsip, pendapatan yang dibagihasilkan antara

pemilik dana dan pengelola dana adalah pendapatan atas penyaluran dana

yang sumber dananya berasal atas mudharabah muqayyadah. Mudharbah

Page 18: 09 BAB II.pdf

27

merupakan jenis pembiyaan atas dasar bagi hasil (mudharabah muqayyadah)

sesuai dengan kesepakatan, yang mana pihak bank selaku penyedia modal

(shahibul maal) menyediakan dana 100%. Sedangkan pihak nasabah selaku

pengelola (muatasb) dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan

dimukan dan apabila rugi ditanggung oleh shahibul maal. Pembiyaan ini

dapat disalurkan untuk berbagai jenis usaha yakni perdagangan,

perindustrian dan pertanian serta jasa.

5. Pendapatan bank syariah tidak hanya atas bagian pendapatan pengelola

danamudharabah saja, tetapi ada pendapatan-pendapatan tersebut tidak

dibagihasilkan antara pemilik dan pengelola dana. Pendapatan tersebut

berasal atas fee base income, misalnya pendapatan aras fee kiring, fee

transfer, fee inkaso, fee pembayaran payroll dan fee lain atas jasa layanan

yang diberikan oleh bank syariah.

2.2.7 Laporan keuangan bank syariah

Penyusunan laporan keuangan bank syariah sama dengan penyusunan laporan

keuangan bank konvensional. Laporan keuangan pokok terdiri atas atas neraca, laba

rugi, dan perubahan kekayaan bersih. Neraca adalah keadaan posisi keuangan pada

tanggal tertentu, laba rugi merupakan ikhtisar pendapatan dan biaya untuk suatu

jangka waktu tertentu, sedangkan perubahan kekayaan bersih adalah ikhtisar

kenaikan dan penurunan kekayaan perusahaan.

Page 19: 09 BAB II.pdf

28

Tujuan laporan bank syariah pada dasarnya sama dengan tujuan laporan keuangan

yang berlaku secara umum, namun dengan tambahan antara lain sebagai berikut :

1. Informasi kepatuhan bank terhadap prisnsip syariah serta informasi perolehan

dan penggunaan pendapatan atau beban.

2. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab bank

terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya, pada

tingkat keuntungan yang layak serta informasi mengenai tingkat keuntungan

investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik dana investasi terikat.

3. Informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan

penyaluran zakat.

Laporan keuangan juga merupakan sarana pertanggung jawaban manajemen

atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan

syariah yang lengkap sesuai dengan PSAK no.101 terdiri atas :

1. Neraca

2. Laporan Laba Rugi

3. Laporan Ekuitas Pemilik

4. Laporan Perubahan Arus Kas

5. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan Bagi Hasil

6. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat

7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah

8. Laporan Sumber dan Penggunaan Adana Qardhul Hasan

Page 20: 09 BAB II.pdf

29

9. Catatan atas Laporan Keuangan

2.3 Kontrak Mudharabah

2.3.1 Pengertian Mudharabah

Menurut Antonio (2001;95), kata mudharabah berasal atas kata dharb, berarti

memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah

proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Secara teknis,

al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara shaibul maal (pemilik dana) dan

mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka.

Jika usaha mengalami kerugian, maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik

dana, kecuali ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti

penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan.

Pengambilan pembiyaan mudharabah dapat dilakukan bersama dengan

distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya mudharabah. Pada prinsipnya dalam

pembiyaan mudharabah tidak ada jaminan, namun pengelola dana tidak melakukan

penyimpangan. Pemilik dana dapat meminta jaminan atas pengelola dana atau pihak

ketiga. Jaminan itu hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan

pelanggaran terhadap hal-halyang telah disepekati bersama dalam akad.

Ikatan Akuntan Indonesia mendefinisikan mudharabah sebagai berikut :

“mudhararabah adalah akad kerja sama usaha antara shahibul maal (pemilik

dana) dan Mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut

Page 21: 09 BAB II.pdf

30

kesepakatan dimuka.” (Ikatan Akuntan Indonesia, 2005: 59.2)

Meunurut Antonio (199 : 135) pengertian mudharabah adalah sebagai berikut

:“mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak yang mana

pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal,

sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.”

Gambar 2.1

Skema Mudharabah

PERJANJIAN

BAGI HASIL

Keahlian/ Modal Keterampilan 100%

Nisbah x% Nisbah Y%

pengembalian pokok

Sumber : Antonio (2001:98)

Nasabah

(mudharib)

Bank

(shahibul maal)

PROYEK USAHA

PEMBAGIAN

KEUNTUNGAN

Modal

Page 22: 09 BAB II.pdf

31

2.3.2 Syarat-syarat Mudharabah

1. Modal

a. Modal harus dinyatakan dengan jelas jumlahnya seandainya berbentuk

barang maka barang tersebut harus dihargakan dengan harga semasa

dalam uang yang beredar (atau jenisnya)

b. Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang

c. Modal harus diserahkan kepada mudharib, untuk memungkinkannya

melakukan usaha.

2. Keuntungan

a. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam presentase atas

keuntungan yang mungkin dihasilkan nanti

b. Kesepakatan rasio presentase harus dicapai melalui negoisasi dan

hitungan dalam kontrak

c. Pembagian keuntungan baru dapat dilakukan setelah mudharib

mengembalikan seluruh atau sebagian modal kepada rab al’mal

2.3.3 Jenis-jenis Mudharabah

Menurut Antonio (200:97) secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua

jenis yaitu :

a. Mudharabah mutlaqah

Transaksi mudharabah mutlaqah adalah bentuk kerja sama antara

Page 23: 09 BAB II.pdf

32

shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak

dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

b. Mudharabah muqayyadah

Mudharabah muqyyadah atau disebut juga istilah restricted

mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan atas mudharabah

muthlaqah. Mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau

tempat usaha.Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan

kecenderungan umum shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.

2.3.4 Landasan syariah

Landasan syariah untuk mudharbah terdapat pada

1. Al-Qur’an

“…….dan atas orang-orang yang berjalan dimukabumi mencari sebagian

karunia Alla”.(Q.S. 73 Al-Muzammil;20)

“apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarlah kamu dimuka bumi dan

carilah karunia Allah”. (Q.S. 62 Al-Jumu’ah : 10)

“tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari kerunia Tuhanmu” (Q.S.

Al-Baqarah-198)

Ayat-ayat tersebut memberikan gambaran pengertian bahwa

mudharabah(berjalan dimuka bumi) dengan tujuan mendapatkan keutamaan

atas Allah SWT, sebagimana firman Allah SWT “ maka apabila telah

Page 24: 09 BAB II.pdf

33

ditunaikan shalat (Jum’at), bertebarlah dimuka bumi dan carilah karunia Allah

SWT. Dipandang secara umu, kadungan ayat tersebut mencakup usaha

mudharabah, karena adanya perintah untuk melakukan suatu perjalanan

usaha.

2. Al-Hadist

“Diriwayatkan atas Ibnu Abbas, bahwa Abbas bin Abdul Muthalib jika

memberikan dana untuk keperluan mudharabah memberikan persyaratan

kepada si pengelola dana (mudharib) agar tidak dibawa mengarungi lautan,

menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak yang berparu-paru

basah. Jika ia(mudharib) tidak memenuhi syarat tersebut, maka ia harus

bertanggung jawab dan menanggung resiko yang terjadi di atas dana tersebut.

Persyaratan ini disampaikan kepada Rasulullah SAW, dan Rasulullah

membolehkannya”. (HR Thabrani)

Hal yang sama diriwiyatkan oleh Ibnu Majah dab Suhaib bahwa

Rasulullah SAW bersabda :

“tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan, yakni jual beli dengan cara

tangguh, mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk

kerpluan keluarga dan bukan dimaksudkan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah)

Pada hadist pertama dijelaskan bahwa mudharabah digunakan sebagai

pendukung dalam memperluas jaringan perdagangan.Karena dengan menerapkan

prinsip mudharabah, maka dapat dilakukan transaksi jual beli dalam ruang lingkup

Page 25: 09 BAB II.pdf

34

yang luas baik perdagangan antar daerah maupun antar perdagangan di satu daerah.

Dalam al Hadist terlihat bahwa mudharabah merupakan suatu kebiasaan yang

dipraktekkan oleh umat muslim dalam rangka medukung para muslimin untuk

mengembangkan jaringan perdagangan yang lebih luas dan Islam membenarkannya.

2.3.5 Manfaat dan Resiko Mudharabah

1. Manfaat Al-Mudharabah

Adapun manfaat atas mudharabah itu sendiri adalah :

a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha

nasabah meningkat.

b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan

secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank

hingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.

c. Pengembalian pokok pembiyaan disesuaikan dengan cash flow/ arus kas

usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.

d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang

benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang

kongret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

e. Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah al-musyarakah ini berbeda

dengan prinsip bunga tetap yang mana bank akan menagih penerima

pembiyaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keutunugan

Page 26: 09 BAB II.pdf

35

yang di hasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

2. Risiko al-Mudharabah

Risiko yang terdapat dalam al-mudharabah, terutama pada penerapannya

dalam pembiyaan, relative tinggi.Diantaranya :

a. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut

dalam kontrak

b. lalai dan kesalahan yang disengaja

c. penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur

2.3.6 Perbedaan Sistem Mudharabah dengan Riba

Meskipun mudharabah dan pinjaman berbunga kelihatannya serupa, namun

pada dasarnya terdapat perbedaan.Dalam mudharabah hasilnya tidak

dijamin.Sedangkan dalam pinjaman berbunga, pinjaman tersebut tidak bergantung

atas hasil untung rugi sehingga hasilnya lebih dijamin.

Menurut Antonio (2001:59) terdapat perbedaan antara investasi dengan

membungakan uang, yaitu :

1. Investasi adalah kegiatan usaha yang mengandumg risiko karena berhadapan

dengan unsur ketidakpastian. Dengan demikian perolehan kembalinya (return)

tidak pasti dan tidak tetap.

2. Membungakan uang adalah kegiatan usaha yang kurang mengandung resiko,

karena perolehan kembalinya berupa bunga yang relative pasti dan tetap. Pada

Page 27: 09 BAB II.pdf

36

sistem bunga, apabila bunga atas peminjam ternyata lebih rendah

dibandingkan kewajiban bunga kepada deposan, maka selisih bunga yang

telah ditetapkan didepan atau didalam asuransi disebut dengan bunga teknik,

harus ditanggung oleh perusahaan. Sehingga keuntungan akan negative

negative spread).

2.3.7 Rukun Mudharabah

Adapun rukun-rukun di dalam murabahah itu sendiri adalah transaksi-

transaksi yang harus ada terjadi di dalam mudharabah itu sendiri seperti :

a. Pelaku (Pemilik dana ataupun peminjam uang)

b. Objek Mudharabah (modal dan kerja)

c. Persetujuan kedua belah pihak

d. Nisbah keuntungan

2.4 Kontrak Murabahah

2.4.1 Pengertian Murabahah

Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama dalam fiqih al-

muamalah islamiah terbilang sangat banyak.Jumlahnya bisa mencapai belasan jika

tidak puluhan. Atas sedemikian banyak itu, ada tiga jenis jual beli yang telah banyak

dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiyaan modal kerja dan investasi

dalam perbankan syariah, yaitu bai’al-murabahah, bai’ as-salam, dan bai’ al-istishna

Page 28: 09 BAB II.pdf

37

Menurut Karim (2003 : 223)

“Murabahah adalah jual-beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah

membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada

nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin

keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.”

Murabahah, dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti penjualan. Satu hal

yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah bahwa penjual dalam

murabahah secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa nilai pokok barang

tersebut dan berapa besar keuntungan yang dibebankannya pada nilai tersebut.

Keuntungan tersebut bisa berupa lump sum atau berdasarkan persentase.

Jika seseorang melakukan penjualan komoditi/barang dengan harga lump sum

tanpa memberi tahu berapa nilai pokoknya, maka bukan termasuk murabahah,

walaupun ia juga mengambil keuntungan atas penjualan tersebut. Penjualan ini

disebut musawamah.

Menurut Antonio (2001: 101) Kata al-Murabahah diambil atas bahasa Arab

atas kata ar-ribhu ( ُالِرْبح) yang berarti kelebihan dan tambahan

(keuntungan).Sedangkan dalam definisi para ulama terdahulu adalah jual beli dengan

modal ditambah keuntungan yang diketahui. Hakekatnya adalah menjual barang

dengan harga (modal) nya yang diketahui kedua belah transaktor (penjual dan

pembeli) dengan keuntungan yang diketahui keduanya.Sehingga penjual menyatakan

Page 29: 09 BAB II.pdf

38

modalnya adalah seratus ribu rupiah dan saya jual kepada kamu dengan keuntungan

sepuluh ribu rupiah.

Inilah jual beli Murabahah yang ada dalam kitab-kitab ulama fikih

terdahulu.Namun jual beli Murabahah yang sedang marak di masa ini tidaklah

demikian bentuknya.Jual beli Murabahah sekarang berlaku di lembaga-lembaga

keuangan syari’at lebih komplek ataspada yang berlaku dimasa lalu.

Menurut Antonio (2001:101) tentang gambaran murabahah adalah :

“ Bai al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan

keuntungan yang disepakati.Dalam bai’ al-murabahah, penjual harus memberi tahu

harga pokok yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai

tambahannya.” Misalnya, pedagang eceran membeli computer atas grosir dengan

harga Rp 10.000.000,00, kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar Rp

750.000,00 dan ia menjual kepada si pembeli dengan harga Rp10.750.000,00. Atas

contoh di atas, pada umumnya di pedagang eceran tidak akan memesan atas groisr

sebelum ada pesanan atas calon pembeli danmereka sudah menyepakati tentang lama

pembiyaan, besar keutungan yang akan diambil pedagang eceran, serta besarnya

angsuran kalau memang akan di bayar secara angsuran.

Bai’ al-murabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pemesanan dan

bisa disebut sebagai murabahah kepada pemesan pembelian (KPP).

Secara umum aplikasi perbankan atas Al-Murabahah dapat digambarkan dalam

skema berikut ini.

Page 30: 09 BAB II.pdf

39

Gambar 2.2

Skema Al-murabahah

1. Negoisasi & Persyaratan

2. Akad Jual Beli

6. Bayar

3. Beli BarangKirim 5. Terima Barang & Dokumen

Sumber : Antonio (2001:107)

2.4.2 Syarat-syarat Murabahah

Adapun syarat-syarat atas Murabahah itu sendiri adalah :

a. Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah

b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

c. Kontrak harus bebas atas riba.

d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atau barang sesudah

pembelian.

e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan demgan pembelian,

misalnya jika pembelian dilakukan secara utang

NASABAH BANK

SUPLIER

PENJUAL

Page 31: 09 BAB II.pdf

40

Secara prinsip, jika sarat dalam a,d,dan e tidak dipenuhi pembeli akan memiliki

pilihan yaitu:

a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya,

b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidak setujuan atas barang yang

dijual,

c. Membatalkan kontrak.

Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan.Dalam

murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada

pemesanan atas nasabah.Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat

atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya.

Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan

pesanannya. Apabila aktiva murabahah yang telah dibeli bank (sebagai penjual)

dalam murabahah pesanan mengikat mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan

kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual (bank) dan

penjual (bank) akan mengurangi nilai akad.

Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Selain itu,

dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga untuk cara

pembayaran yang berbeda.

Bank dapat memberikan potongan apabila nasabah:

a. Mempercepat pembayaran cicilan, atau

b. Melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo.

Page 32: 09 BAB II.pdf

41

Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual sedangkan harga

beli harus diberitahukan.Jika bank mendapat potongan atas pemasok maka potongan

itu merupakan hak nasabah.Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka

pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam

akad.

Bank dapat meminta nasabah menyediakan agunan atas piutang murabahah,

antara lain dalam bentuk barang yang telah dibeli atas bank. Bank dapat meminta

kepada nasabah urbun sebagai uang muka pembelian pada saat akad apabila kedua

belah pihak bersepakat.Urbun menjadi bagian pelunasan piutang murabahah apabila

murabahah jadi dilaksanakan.Tetapi apabila murabahah batal, urbun dikembalikan

kepada nasabah setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan.Jika

uang muka itu lebih kecil atas kerugian bank maka bank dapat meminta tambahan

atas nasabah.

Apabila nasabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah sesuai dengan

yang diperjanjikan, bank berhak mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan

bahwa nasabah tidak mampu melunasi.Denda diterapkan bagi nasabah mampu yang

menunda pembayaran. Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta’zir yaitu untuk

membuat nasabah lebih disiplin terhadap kewajibannya Besarnya denda sesuai

dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal atas denda

diperuntukkan sebagai dana sosial (qardhul hasan).

Page 33: 09 BAB II.pdf

42

2.4.3 Jenis-Jenis Al-Murabahah

a. Murabahah tanpa pesanan adalah bentuk akad murabahah ketika penjual

memasarkan barangnya kepada pembeli dengan harga sesuai harga perolehan

ditambah margin keuntungan yang diinginkan

b. Murabahah kepada pesanan adalah bank melakukan pembelian barang setelah

ada pemesanan atas nasabah. Apabila pemesanan telah dilakukan oleh nasabah

maka pihak bank sendiri yang akan melakukan pembelian barang tersebut dan

kemudin harga disepakati antara bank dan nasabah.

2.4.4 Landasan Syariah

a. Al-Qur’an

Di dalam al-Qur’an disebutkan dalam surah Albaqarah:275 bahwa

“……..Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..”

Atas isi Al-Qur’an di atas dapat diketahui bahwa kegiatan jual beli di dalam

hukum islam halal hukumnya sehingga tak ada alasan lain atas pihak bank syariah

atau transaksi-transaksi yang berbasis syariah menggunakan kegiatan riba. Sehingga

pada jaman Rasulullah kegiatan syariah ini lah yang mereka pergunakan dalam

transaksi jual beli (murabahah).

b. Al-Hadits

Atas Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, “tiga hal yang di

dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradah (mudharabah),

Page 34: 09 BAB II.pdf

43

dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk

dijual.”(HR Ibnu Majah)

Atas hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa akad mudharabah dan

murabahah adalah akad yang di halal kan di dalam agama islam sehingga kegiatan

tersebut dapat mendatangkan keberkahan di dalamnya.

2.4.5 Manfaat dan Resiko Murabahah

Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi bai’al-murabahah memiliki

beberapa manfaat, demikian juga resiko yang harus diantisipasi. Murabahah memberi

banyak manfaat kepada bank syari’ah.Salah satunya adalah keuntungan yang muncul

atas selisih harga beli atas penjual dengan harga jual kepada nasabah.Selain itu,

sistem murabahah juga sangat sederhana.Hal tersebut memudahkan penanganan

administrasinya di bank syari’ah.

Diantara kemungkinan resiko yang harus diantisipasi antara lain sebagai berikut :

a. Default atau kelalaian : nasabah sengaja tidak membayar angsuran.

b. Flukatuasi harga komparatif ini terjadi bila harga suatu barang dipasar naik

setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga

jual beli tersebut.

c. Penolakan nasabah barang yang dikirim bisa ditolak oleh nasabah karena berbagai

sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau

menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan

Page 35: 09 BAB II.pdf

44

lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia

pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya,

barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai

risiko untuk menjualnya kepada pihak lain.

d. Dijual karena bai’ al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika

kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas

melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya.

Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar.

2.4.6 Perbedaan jual beli bank syari’ah dengan bank konvensional

Menurut Muhammad (2005:23) ada beberapa hal yang membedakan traksaksi

jual beli di dalam bank syariah dan konvensional.Perbedaan jual beli bank syari’ah

dengan bank konvensional dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.3 Perbedaan Jual Beli bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank syariah Bank Konvensional1. Menjual Barang pada nasabah 1. Memberi kredit (uang) pada nasabah2. Hutang nasabah sebesar harga jual

(tetap) selama jangka waktu murabahah

2. Hutang nasabah sebesar kredit + bunga (berubah-ubah)

3. Ada analisa supplier 3. Tidak ada analisa supplier 4. Margin berdasarkan manfaat (value

added) bisnis sehat 4. Bunga berdasarkan rate pasar yang

berlaku

2.4.7 Rukun Murabahah

Ada beberapa rukun-rukun di dalam akad murabahah yang di dalam

Page 36: 09 BAB II.pdf

45

murabahah ada beberapa orang yang bertraksaksi didalam nya.

Rukun atas akad murabahah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada

beberapa, yaitu :

a.Pihak yang berakad

b.Obyek yang diakadkan

c.Akad (sighot)

Sedangkan menurut Antonio (1999: 57) rukun murabahah ada lima, yaitu

a. Penjual (ba’i)

b. Pembeli (musytari)

c. Obyek jual beli (mabi’)

d. Harga (tsamani)

e. Ijab qabul

2.5 Pendapatan

2.5.1 Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu tolak ukur untuk menilai keberhasilan

manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut Muhammad (2005:237)

mendefinisikan pendapatan sebagai berikut :

“Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aktiva atau penurunan dalam kewajiban atau gabungan atas keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyatan pendapatan yang berakibat atas investasi yang halal, perdaganga, memberikan jasa, atau aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan, seperti manajemen investasi terbatas.”

Page 37: 09 BAB II.pdf

46

Pengertian pendapatan (revenue) sering disamakan dengan istillah

penghasilan (income), tetapi sebenarnya berbeda. Agar lebih jelas maka akan

dijelaskan definisi penghasilan dan pendapatan tersebut sebagai berikut :

Penghasilan didefinisikan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama satu

periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau

penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal atas

kontribusi penanam modal.Penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue)

maupun keuntungan (gain)”. (IAI, 2002:23)

“Pendapatan adalah arus masuk bruto atas manfaat ekonomi yang timbul atas aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal atas kontribusi penanaman modal”. (IAI, 2002:23)

Atas definisi di atas dapat kita lihat perbedaan antara penghasilan dan

pendapatan, diamana penghasilan mencakup pendapatan dan keuntungan.Sedangkan

pendapatan merupakan arus masuk bruto yang berasal atas usaha atau kegiatan, yang

berarti belum dikurangi dengan biaya-biaya yang ada hubungannya dengan

pendapatan yang bersangkutan.

2.5.2 Sumber-sumber pendapatan

Wiroso (2005:99) menjelaskan bahwa kelompok pendapatan bank syariah

adalah :

Page 38: 09 BAB II.pdf

47

Pendapatan operasi utama, yaitu pendapatan yang berasal atas aktivitas atau

kegiatan utama bank. Pendapatan utama bank syariah antara lain sebagai

berikut :

a. Pendapatan atas jual beli, terdiri atas pendapatan marjin murabahah,

pendapatan bersih istishna, dan pendapatan bersih salam parallel.

b. Pendapatan atas bagi hasil, teridiri atas pendapatan bagi hasil mudharabah

dan pendpatan bagi hasil musyarakah.

c. Pendapatan atas sewa, pendapatan ini atas pendapatan bersih ijarah.

d. Pendapatan lainnya, terdiri atas pendapatan bonus sertifikat wadiah Bank

Indonesi, pendapatan bagi hasil atas penempatan pada bank lain, dan

pendapatan bagi hasil surat berharga.

Pendapatan operasi lainnya yaitu pendapatan yang berasal atas kegiatan diluar

aktivitas utama perusahaan atau bank. Pendapatan operasi lainnya terdiri atas

pendapatan administrasi penyaluran, jasa transaksi ATM, jasa transaksi valuta

asing, jasa pembiyaan khusus, jasa dan komisi.

2.5.3 Pengertian Pendapatan menurut Mudharabah

Dalam pengertian pembiyaan mudharabah disebutkan bahwa shahibul maal

menyediakan 100% modal yang dibutuhkan oleh mudharib, sedangkan mudharib ikut

berkontrubusi dengan menyediakan segenap keahlian dan keterampilannya dalam

mengelola usaha tersebut sehingga dapat diperoleh hasil usaha yang maksimal.

Page 39: 09 BAB II.pdf

48

Dalam pembiyaan mudharabah ini maka bank selaku shahibul maal akan

memperoleh pendapatan bagi hasil mudharabah.

Pendapatan bagi hasil merupakan keuntungan atau pendapatan atas kegiatan

operasional bank syariah dalam sisi penyaluran dana (pembiyaan). Bank syariah

melakukan kegiatan pembiyaan pada sebuah proyek atau usaha dan ketika proyek

atau usaha tersebut mengalami keuntungan atau pendapatan, maka akan

dibagihasilkan antara nasabah dengan bank.

Bank akan memperoleh pendapatan atas berbagai pembiyaan yang disalurkan

kepada nasabah. Atas pembiyaan mudharabah dan pembiyaan musyarakah akan

diperoleh pendapatan dalam bentuk pendapatan bagi hasil. Nasabah meminjam dana

akan menyerahkan sebagian keuntungan usaha atau proyek sesuai proporsi

pembagian kepada bank, maka oleh bank pembagian keuntungan ini disebut

pendapatan. Produk pembiyaan yang menghasilkan pendapatan bagi hasil adalah

produk pembiyaan mudharabah dan pembiyaan musyarakah. Bank akan menerima

pendapatan ini dalam bentuk pada saat nasabah menyerahkannya.

Atas semua penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan bagi hasil

mudharabah adalah pembayaran imbalan atas mudharib kepada bank syariah selaku

shahibul maal, dalam bentuk bagi hasil yang besarnya sangat tergantung atas

pendapatan yang diperoleh oleh pelaksana usaha atau pengelola dana mudharabah,

yang mana besarnya pendapatan bagi hasil mudahrabah ini akan dibagi sesuai nisbah

yang telah disepakati bersama diawal perjanjian akad mudharabah. Bila mudharib

Page 40: 09 BAB II.pdf

49

memperoleh bagi hasil usaha yang besar maka distribusi hasil usaha kepada bank

juga besar, begitupun sebaliknya jika hasil usaha yang diperolehnya kecil maka

distribusi bagi hasil kepada bankpun kecil dan bila usahah mengalami kerugian maka

seluruh kerugian ini akan ditanggung oleh bank selama bukan akibat kecurangan atas

mudharib.

2.5.4 Pengertian Pendapatan menurut Murabahah

Pendapatan jual beli juga merupakan keuntungan atau pendapatan atas

kegiatan operasional bank syariah dalam sisi penyaluran dana (pembiyaan) yang

disalurkan kepada nasabah. Bank syariah melakukan kegiatan pembiyaan pada

sebuah proyek atau usaha dan ketika proyek atau usaha tersebut mengalami

keuntungan atau pendapatan, maka akan dibagihasilkan antara nasabah dengan bank.

Bank akan memperoleh pendapatan atas berbagai pembiyaan yang disalurkan

kepada nasabah. Atas pembiyaan murabahah akan diperoleh pendapatan dalam

bentuk pendapatan atas hasil jual beli barang yang dibutuhkan oleh nasabah

Nasabah meminjam dana atau membeli barang kepada pihak bank yang mana

pihak bank yang menjadi penyedia dana dan barang kemudian nasabah akan

menyerahkan uang yang dipinjam dengan keuntungan yang diinginkan oleh pihak

bank sesuai dengan kesepakatan awal.Sebagian keuntungan usaha atau proyek sesuai

proporsi pembagian kepada bank, maka oleh bank pembagian keuntungan ini disebut

pendapatan.Produk pembiyaan yang menghasilkan pendapatan atas hasil jual beli

Page 41: 09 BAB II.pdf

50

barang adalah produk pembiyaan murabahah.Murabahahakan diperoleh pendapatan

dalam bentuk pendapatan jual beli,sedangkan pada pembiyaan ijarah akan diperoleh

pendapatan dalam bentuk pendapatan sewa.Bank akan menerima pendapatan ini

dalam bentuk pada saat nasabah menyerahkannya.

2.5.5 Tingkat Profitabilitas Bank Syariah

2.5.5.1 Pengertian Profitabilitas Bank Syariah

Setiap perusahaan atau lembaga usaha termasuk bank memiliki tujuan untuk

dapat meningkatkan nilai perusahaanya salah satunya adalah dengan berusaha

meningkatkan profitabilitas bank. Menurut Mahmoedin (2004:20) mendefenisikan

profitabilitas sebagi berikut :

“Profitabilitas adalah kemampuan suatu bank untuk mendapatkan keuntungan yang sebagian besar bersumber pada pembiyaan yang dipinjamkan.Tingkat keuntungannya tergantung pada kelancaran pembiyaan yang diberikan kepada masyarakat, maka jika terjadi pembiyaan bermasalah yang mengarah kepada kredit macet, maka tingkat profitabilitas akan terganggu”.

Sedangkan menurut Munawir (2004:33) menjelaskan bahwa pengertian

profitabilitas adalah :

“kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum period tertentu, yang diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan mennggunakan aktivanya secara produktif dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut”.

Jadi profitabilitas dapat mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh

suatu usaha operasional bank. Dengan dasar pemikiran bahwa tingkat keuntungan

dipakai sebagai salah satu untuk menilai kesehatan bank dan efektivitas kepada

Page 42: 09 BAB II.pdf

51

masyarakat. Tingkat profitabilitas bank syariah merupakan suatu kualitas yang dinilai

berdasarkan keadaan atau kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba selama

periode tertentu. Muljono (1999:139) mengungkapkan juga mengenai tingkat

profitabilitas :

“Analisis profitabilitas bertujuan mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh suatu bank. Dan anlisa profitabilitas akan dicari hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada dalam income statement itu sendiri maupun hubungan timbal balik dengan pos-pos yang ada pada neraca bank yang bersangkutan guna mendapatkan berbagai indikasi yang berguna untuk mengukur efisiensi dan profitablitas bank yang bersangkutan.

2.5.5.2 Analisis Rasio Profitabilitas

Profitabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio profitabilitas.Rasio

profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh

laba atau keuntungan. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan kemampuan

manajemen dalam mengelola dana yang dihimpun, sehingga keuntungan yang

diperlukan dalam mendanai perluasan usaha, membiyai usaha peningkatan mutu jasa

bank kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiyaan.

Menurut Dendawijaya (2005:118), analisi rasio profitabilitas suatu bank

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Return On Assets (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemapuan manajemen bank dalam

memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.Semakin besar ROA

suaru bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank

tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut atas segi penggunaan

Page 43: 09 BAB II.pdf

52

aset. Rasio ini dapat dirumuskan sebahai berikut :

2. Return On Equity (ROE)

Rasio ini adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dengan modal

sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Rasio ini merupakan profitabilitas atas sudut pandang pemegang

saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam

memperoleh laba yang berkaitan dengan modal sendiri atas bank yang

bersangkutan.

3. Rasio Biaya (Beban) Opersional

Rasio biaya (beban) operasional adalah perbandingan antara biaya (beban)

operasional dan pendapatan operasional.Rasio biaya (beban) operasional

digunakan untuk mengukur tingkat efisinsi dan kempuan bank dalam

melakukan kegiatan operasionalnya. Rasio ini dirumuskan sebagai

berikut:

Rertun On Asset (ROA) = x 100 %

Return On Equity (ROE) = x 100 %

Rasio Biaya (Beban) Operasional = x100%

Page 44: 09 BAB II.pdf

53

4. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan

(laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang

diterima atas kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Perhitungan profitabilitas dengan ROA

Profitabilitas menunjukkan kempuan perusahaan dalam memperoleh laba

yang dikur dengan kesuksesan melalui sumber dana yang ada. Perhitungan yang

seringkali digunakan dalam hal mengukur prfitabilitas adalah Return On Asset

(ROA), melalui perhitungan ROA dapat diketahui kemampuan menajemen bank

dalam memperoleh laba secara keseluruhan profitabilitas dengan tolak ukur ROA

bertujuan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva

yang dimilikinya untuk menghasilkan keuntungan.

Menurut pendapat Siamat (2004:102) menyatakan bahwa “ rasio ROA

memberikan informasi seberapa efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan

usahanya, karena rasio ini mengindikasikan berapa besar keuntungan yang dapat

diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah dana yang ditanamkan”.

Return On Aset (ROA) terdiri atas dua unrusur pokok sebagai berikut:

Net Profit Margin = x 100%

Page 45: 09 BAB II.pdf

54

1. Laba Sebelum Pajak

Laba merupakan salah satu indikator keberhasilan usaha bank yang utama.

Besar kecil nya laba yang diperoleh, akan memberikan gambran mengenai

kinerja yang dicapau bank atas keberhasilan usahanya.

2. Aktiva (Aset)

Aktiva (Aset) merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan atau bank yang

digunakan untuk memperoleh keuntungan atas kegiatan usaha yang dijalankan

serta dianyatakan dalam satuan uang.

Perhitungan ROA dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Lukman Dendawijaya (2005:118)

Adapun standar Return on Asset (ROA) untuk perbankan menurut peratuan

Bank Indonesia No.16/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 2.4 Standar Return On Asset (ROA)

Peringkat

Standar 1>1.5%

21.25-1.5%

30.5-1.25%

40-0.5%

Kriteria Perolehan laba sangat tinggi

Perolehan laba tinggi

Perolehan laba cukup tinggi

Perolehan laba sangan rendah atau cenderung rugi

Sumber: Peraturan Bank Indonesia

ROA = x 100%

Page 46: 09 BAB II.pdf

55

Dalam penentuan tingkat kesehatan atau kinerja suatu bank. Bank Indoneisa

lebih mementingkan penilain besarnya Return On Asset (ROA) dan tidak

memasukkan unsure Return On Euqity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank Indonesia

sebagai Pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas

suatu bank yang diukur dengan asset yang sumber dananya sebagian besar berasal

atas dana simpanan rakyat.

2.6 Pengaruh pendapatan bagi hasil Mudharabah terhadap tingkat

profitabilitas pada bank syariah

Bank-bank syariah yang menyaatas bahwa strategi yang dipicu oleh

peningkatan pendapatan teruatama pendapatan bagi hasil dapat mengarah pda

keunggulan pasar dan meningkatkan profibailiras.Oleh karena itu bank memerlukan

profesionalisme serta kehati-hatian dalam mengelola pembiayaan sehingga

pendapatan uang diperoleh lebih besar.

Tujuan utama bank syariah adlah mendorong dan mempercepat kemajuan

ekonomi masyarakat dengan melakukan semua kegiatan perbankan, financial,

komersial, dan investasi yang dilakukan bank syariah dalam penyaluran dana kepada

masyarkat yang dilakukan bank syariah, maka bank akan memperoleh pendapatan,

salah satunya adalah pendapatan bagi hasil mudharabah dan jual beli murabahah.

Apabila pendapatan yang diperoleh bank syariah meningkat maka peluang

memperoleh laba pun akan meningkat, dengan asumsi beban terjadi lebih kecil

Page 47: 09 BAB II.pdf

56

diabndingkan pendapatan. Laba yang semakin meningkat tersebut dapat

mendongkrak profitabilitas bank.Profitabilitas merupakan ukuran kesuksesan

manajemen dalam menghasilkan keuntungan atas kegiatan keuangan bank.Dengan

begitu, profitabiltas dpat menggambarkan kinerja keuangan bank. Semakin besar laba

yang dihasilkan, akan semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dicapai. Sedangkan

jika bank memiliki profitabilitas yang rendah maka kualitas bank tersebut dianggap

buruk dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap menurunnya kinerja keuangan

bank dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Besarnya pendapatan bagi hasil mudharabah ini akan mempengaruhi

besarnya laba bersih yang diperoleh bank syariah, yang tentunya akan mempengaruhi

besarnya tingkat profitabilitas bank syariah khususnya pengukuran profitabilitas

berdasarkan return on asset (ROA). Semakin baik pengelolaan pembiyaan

mudharabah maka akan semakin besar pendpatan bagi hasil yang dieproleh bank dan

akan semakin besar pula peluang meningkatnya laba bersih dan tentunya akan

semakin besar pula peluang meningkatnya profitabilitas bank. Semakin besar

profitablitas suatu bank maka menunjukkan kinerja bank yang semakin baik. Menurut

Whedy Prasetyo (2010) :“Bahwa berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

pembiyaan prinsip bagi hasil dan jual beli secara parsial mempunyai pengaruh

signifikan terhadap daya laba. Hasil yang memberikan penjelasan bahwa semakin

besar pembiyaan bagi hasil dan jual beli menjadikan laba semakin besar.Dan menurut

Yesi Oktriani (2010) : “bahwa berdasarkan hasil nilai t hitung sebesar -2573 dengan

Page 48: 09 BAB II.pdf

57

mengambil taraf signifikan α sebesar 5% maka t table sebesar 2.306 sehingga t hitung

< t table (2.541> 2.306) dengan tingkat signifikan 0.64>0.05. Dikarenakan t hitung >

t table dan tingkat signifikansi lebih besar atas 0.05 maka kaidah keputusannya

adalah terima Ho2 atau tolak Ha2 yang artinya pembiyaan mudharabah secara parsial

tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.Sedangkan menurut Rahman dan

Rochmanika (2010) : “Bahwa hasil uji t -3.814 dengan tingkat signifikan 0.00%

menyatakan bagi hasil berpengaruh negatif terhadap tingkat profitabilitas bank

syariah.

2.7 Pengaruh Pendapatan Jual Beli Murabahah Terhadap Tingkat Profitabilitas

Pada Bank Syariah

Dalam bank islam atau bank syariah, pembiyaan murabahah memegang

kedudukan kunci nomor dua setelah pembiyaan mudharabah dan musyarakah.Karena

nasabah sudah banyak mengetahui bahwa pembiayaanmurabahah hanya pembiayaan

pelengkap syari’ah, dan pembiayaan mudharabah danmusyarakah yang banyak

diminati oleh nasabah di bank-bank syari’ah.Pembiayaanmurabahah dapat diterapkan

dalam penggandaan barang.Murabahah jugaadalah suatu jasa pembiayaan dengan

transaksi jual beli dengan penambahan harga cost- plus profitantara debitur dan

kreditur. Sebagian besar transaksi ini bank hanyalah si penyedia dana, dan

adakalanya bank sebagai penyedia barang yang diinginkan oleh nasabah nya.

Page 49: 09 BAB II.pdf

58

Keberhasilan dan keberlangsungan suatu bank salah satunya dapat dilihat atas

kinerja bank dalam menjalankan serta mengelola hasil usahanya terutama

keberhasilan dalam mendapatkan laba usaha. Namun, adakalanya keberhasilan bank

tersebut akan terganggu oleh kegiatan operasional bank itu sendiri salah satunya

adalah akibat adanya risiko kredit (pembiayaan) yang diberikan bank sebagai salah

satu kegiatan pokoknya selain berfungsi sebagai penghimpun dana atas masyarakat.

Besarnya pendapatan jual beli murabahah itu sendiri akan berdampak kepada

besarnya laba yang diperoleh oleh pihak. Sehingga dapat dilihat kinerja bank tersebut

sehat atau tidak.

Di dalam Pembiayaan baik pembiayaan berbasis jual-beli maupun berbasis

bagi-hasil dapat menentukan kinerja keuangan bank terutama dalam mendapatkan

laba. Jika pembiayaan ini dapat beroperasi dengan lancar maka akan dapat

meningkatkan keuntungan bagi pihak bank namun ketika pembiayaan ini bermasalah

maka pihak bank perlu memperhatikan risiko pembiayaan tersebut agar tetap dapat

mempertahankan kelangsungan usahanya.Menurut Dewi dan Hazansyah (2006)

adalah bahwa berdasarkan hasil penelitian dan didukung oleh teori-teori bahwa

tingkat resiko kredit murabahah tidak mempunyai hubungan yang signifikanterhadap

tingkat profitabilitas bank syariah. Pada perhitungan statistik yang membuktikan

bahwa hipotesis null (Ho) untuk signifikan hubungan variable X terhadap variable Y

diterima sehingga hipotesis yang hipotesis yang diajukan oleh penulis (Ha)

ditolak.Penolakan hipotesis alternatif terjadi karena t hitung yang diperoleh sebesar -

Page 50: 09 BAB II.pdf

59

0997547073.Menurut Oktriany (2010) : “Bahwa kriteria taraf signifikan α sebesar

5% maka t table sebesar 2.306 sehingga t hitung< t table (3.100>2.306) dengan

tingkat signifikan 0.036<0.05. Dikarenakan t hitung>t tbel dan tingkat signifikan

lebih kecil atas 0.05 maka kaidah keputusannya adalah tolak Ho3 atau terima Ha3

artinya pembiyaan murabahah, secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

profitabilitas.Sedangkan menurut Rahman dan Rochmanika (2010) : “Bahwa hasil

nilai uji t sebesar 3.672 dengan nilai signifikan sebesar 0.01%. nilai signifikan

tersebut lebih kecil atas α (5%). Maka atas hasil di atas disimpulkan bahwa variable

jual beliberpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas yang diproksikan

dengan ROA.

2.8 Kerangka Pemikiran

Bank yang berbasis Islam dikembangkan atas dasar tidak memperbolehkan

pemisahaan antara masalah duniawi dan agama. Dasar tersebut mengharuskan

kepatuhan terhadap syariah bagi semua aspek kehidupan yang tidak mencakup

ibadah saja, tetapi juga salah satunya transaksi bisnis yang harus sesuai dengan

perinsip syariah.

Strategi pembangunan harus dilakukan dengan pijakan yang kuat, dimulai

dengan memaksimalkan bidang-bidang ekonomi yang dijalankan baik di bidang

keuangan perbankan, ekspor-impor, koperasi pembinaan usaha kecil maupun di

bidang perdagangan umum dan industri. Semua potensi ekonomi tersebut

Page 51: 09 BAB II.pdf

60

perwujudannya dilakukan melalui pendanaan yang kuat, adapun sumbernya

didapatkan dari dalam negeri dan luar negeri.Dana yang diperoleh dari sumber

tersebut harus dikelola secara profesional agar distribusinya dapat dimanfaatkan oleh

semua pihak yang memerlukan. Berkaitan dengan pernyataan tersebut, salah satu

sektor penting yang berperan dalam pengelolaan dana dan turut mendorong

perekonomian adalah sektor perbankan.

Menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998, bank diartikan sebagai:“Bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak”. Menurut Kasmir (2002:2) bank diartikan sebagai:“Lembaga

keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa

bank lainnya”.Dari pengertian tersebut mencerminkan dua peran bank baik sebagai

financial intermediate maupun institute of economic development. Sebagai

perantara keuangan (financial intermediate), bank melakukan penghimpunan dana

dari masyarakat yang surplus dana dalam berbagai bentuk simpanan. Melalui

penghimpunan dana, bank membayar bunga kepada masyarakat atau nasabah

penyimpan. Selanjutnya bank menyalurkan dana tersebut (sebagian besar) dalam

bentuk kredit/pembiayaan kepada masyarakat yang defisit dana. Melalui penyaluran

dana (pembiayaan) bank memperoleh pendapatan bunga/bagi hasil. Penilaian aspek

penghimpunan dan penyaluran dana merupakan kinerja keuangan yang berkaitan

Page 52: 09 BAB II.pdf

61

dengan peran bank sebagai lembaga intermedasi. Berdasarkan uraian di atas, kinerja

keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode

tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang

biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, rentabilitas, profitablitas, serta

likuiditas.

Menurut Nazir dan Hassanudin (2004:56) bank umum sebagai berikut:

“Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”.

Berdasarkan pengertian di atas, bank umum memiliki dua sistem yaitu:

1. Sistem konvensional (berdasarkan bunga: kredit).

2. Prinsip Syariah (tanpa bunga/bagi hasil: pembiayaan).

Dalam operasionalnya, bank konvensional memberikan kredit kepada

peminjam atau debitur, sedangkan bank dengan prinsip syariah memberikan

pembiayaan. Dalam pembiayaan yang dilakukan bank akan mengandung risiko

kredit/pembiayaan seperti risiko likuiditas, risiko kredit, risiko tingkat bunga, dan

lain-lain. Untuk dapat menentukan tingkat risiko tersebut, bank dapat melihat laporan

keuangannya.

Definisi laporan keuangan menurut Simamora (2000:21), adalah:

“Laporan keuangan adalah laporan yang mencakup neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan

Page 53: 09 BAB II.pdf

62

dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”.

Laporan akan memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menentukan

tingkat risiko kredit/pembiayaan. Untuk menentukan tingkat risiko kredit perusahaan

harus menganalisis laporan keuangannya. Analisis laporan keuangan dijelaskan oleh

Hanafi dan Halim (2003:5), sebagai berikut:“Analisis terhadap laporan keuangan

suatu perusahaan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat

risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan”.

Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas

(keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan perusahaan.Tingkat kesehatan

bank merupakan unsur terpenting dalam penilaian kualitas suatu bank. Menurut

Susilo,Triandaru, Santoso(2000: 22) mendefinisikan tingkat kesehatan bank, sebagai

berikut:“Kesehatan bank sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan

operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya

dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang

berlaku”.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2000 : 35), Profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas menunjukan tingkat keberhasilan

suatu badan usaha dalam menghasilkan pengembalian (return) kepada pemiliknya.

Untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan dengan melakukan berbagai alat

analisis, tergantung dari tujuan analisisnya. Analisis profitabilitas memberikan bukti

Page 54: 09 BAB II.pdf

63

pendukung mengenai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dan sejauh

mana efektivitas pengelolaan perusahaan.

Menurut Susilo, dkk (2000: 22) alat ukur atau indikator dalam menilai tingkat

kesehatan bank, sebagai berikut:“Alat ukur atau indikator dalam menilai tingkat

kesehatan bank meliputi permodalan, kualitas aset, profitabilitas, manajemen dan

aspek lainnya”.

Begitu luasnya cakupan kesehatan suatu bank dalam melaksanakan aktivitas

usahanya, maka ada beberapa indikator yang digunakan dalam menilai tingkat

kesehatan bank yaitu meliputi permodalan, kualitas aset, rentabilitas/profitabilitas,

manajemen bank, dan aspek lainnya. Ketentuan mengenai kesehatan bank lebih

jelasnya diatur dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang

mana aturan mengenai kesehatan bank tersebut mencakup dana sampai dengan

penggunaan dan penyaluran dana.

Kualitas aset (aktiva) merupakan salah satu hal terpenting di dalam

menentukan tingkat kesehatan bank. Aset bank terbagi menjadi dua jenis yaitu aktiva

produktif dan aktiva non produktif. Menurut Nazir dan Hassanuddin (2004:33), aset

adalah: “Aset merupakan salah satu faktor dari komponen penilaian tingkat kesehatan

bank yaitu menilai kualitas aktiva produktif”. Menurut Antonio(2001:37), aset

adalah:“Aset adalah sesuatu yang mampu menimbulkan aliran kas positif atau

manfaat ekonomi lainnya, baik dengan dirinya sendiri ataupun dengan aset yang lain,

yang haknya didapat oleh bank Islam sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di

Page 55: 09 BAB II.pdf

64

masa lalu”.Aset digunakan sebagai alat untuk penilaian kualitas aktiva

produktif.Salah satu aktiva produktif dalam bank adalah kredit atau pembiayaan.

Pembiayaan digunakan sebagai indikator dalam menilai tingkat kesehatan bank.

Aktiva produktif menurut Susilo, dkk (2000:74), sebagai berikut:“Aktiva

produktif adalah suatu aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank

dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai fungsinya, sehingga kredit

atau pembiayaan merupakan salah satu aktiva produktif”.Aktiva produktif merupakan

aktiva yang dimiliki bank yang digunakan untuk memperoleh penghasilan, salah satu

aktiva produktif diantaranya adalah kredit atau pembiayaan.

Menurut Susilo, dkk (2001: 10) “Bank Syariah adalah bank yang dalam

aktifitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya

memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu bagi hasil dan

jual beli.Prinsip dasar yang melandasi kegiatan usaha perbankan syariah diantarana

prinsip jual beri dan bagi hasil. Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan

adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property).

Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga

atas barang yang dijual. Yang termasuk ke dalam prinsip jual beli yaitu pembiayaan

murabahah. Menurut Muhammad dan Suwiknyo (2009: 42-43), murabahah adalah

menjual barang dengan harga jual sebesar harga perolehan ditambah keuntungan

yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan harga perolehan barang tersebut

kepada pembeli. Yang termasuk prinsip bagi hasil diantaranya pembiayaan

Page 56: 09 BAB II.pdf

65

murabahah. Menurut Muhammad dan Suwiknyo (2009: 158), mudharabah/

muqaradah adalah suatu bentuk kerjasama antara banksyariah selaku pemilik modal

(shahibul/ robbul maal) dengan pengusaha selaku pengelola usaha (mudharib) yang

mana bank memberikan seluruh pembiayaan suatu usaha.

Sedangkan menurut Susilo, dkk ( 2000 ; 114 ) “ mudharabah adalah akad

antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk

memperoleh pendapatan ataupun keuntungan. Pendapatan atapun keuntungan

tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati diawal akad.

Keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan (berupa nisbah/ratio)

diantara keduanya, namun bila mengalami kerugian (oleh karena risiko suatu usaha

operasional/business risk), risiko sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal selama

kerugian tersebut tidak disebabkan oleh kelalaian/kesalahan pengelola. Menurut

Harahap (2001: 35), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba. Profitabilitas menunjukkan tingkat keberhasilan suatu badan

usaha dalam menghasilkan pengembalian (return) kepada pemiliknya.

Untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan dengan melakukan berbagai alat

analisis, tergantung dari tujuan analisisnya.Analisis profitabilitas memberikan bukti

pendukung mengenai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dan sejauh

mana efektivitas pengelolaan perusahaan. Alat-alat analisis yang sering digunakan

untuk analisis profitabilitas adalah dengan menggunakan rasio profitabilitas yang

meliputi :

Page 57: 09 BAB II.pdf

66

1. ROA (Return On Asset) adalah merupakan alat ukur untuk mengukur

kemampuan aktiva perusahaan dalam memperoleh laba dari operasi

perusahaan. Laba operasi yang digunakan untuk mengkur ROA adalah laba

sebelum pajak.

2. ROE (Return On Equity) adalah merupakan rasio yang digunakan untuk

mengkur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal itu

sendiri.

3. Rasio Biaya (beban) operasional adalah merupakan perbandingan antara biaya

(beban) operasional dan pendapatan operasional.

4. NPM (Net Profit Margin) adalah rasio yang menggambarkan tingkat

keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan

yang diterima dari kegiatan operasionalnya.

Pada penelitian ini penulis akan menghitung tingkat profitabilitas dengan

menggunakan tolak ukur ROA. Menurut Dendawijaya (2005;118) “ ROA adalah

rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

memperoleh kentungan (laba) secara keseluruhan semakin besar ROA maka akan

semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik

pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.

Besarnya pendapatan bagi hasil akan mempengaruhi tingkat profitabilitas bank

syariah. Semakin besar pendapatan bagi hasil mudharabah dan murabahah maka

peluang perolehan laba bersih juga akan besar dan tentunya tingkat perofitabilitas

Page 58: 09 BAB II.pdf

67

bank pun akan meningkat, begitu sebaliknya semakin kecil pendapatan mudharabah

dan murabahah maka laba bersih akan berpeluang menjadi kecil dan tentunya tingkat

profitabilitas bank pun akan menjadi kecil dengan pertimbangan besarnya

peningkatan beban lebih besar dibandingkan peningkatan pendapatan.

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran

Penyaluran danapembiayaan mudharabah

Laba

Bank Syariah

Pendapatan bagi hasil mudharabah (x1)

Tingkat Profitabilitas (Y)

Penyaluran danapembiayaan murabahah

Pendapatan jual beli mudharabah (x2)

Laba

Page 59: 09 BAB II.pdf

68

Gambar 2.6 Paradigma Penelitian

2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian keterkaitan antara pendapatan mudharabah dan Murabahah

terhadap tingkat profitabilitas di atas yang mengacu pada kerangka pemikiran dan

rumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Hipotesis 1 : mudharabah berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas

Hipotesis 2 : murabahah berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas

Profitabilitas (ROA)(y)

Pendapatan jual beli mudharabah (x2)

Pendapatan bagi hasil mudharabah (x1)