1104105060-3-bab ii.pdf

Upload: alma-rasyid

Post on 06-Jul-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    1/22

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Umum

    Kondisi geologis  Indonesia yang rawan terhadap gempa dan bentuk

    gedung tingkat tinggi, meyebabkan diperlukannya perencanaan suatu struktur

    tahan gempa. Salah satu cara yang sering digunakan yaitu penambahan bresing.

    Bresing merupakan metode yang efisien dan ekonomis untuk memperkuat

    sistem struktur dalam menerima gaya lateral. Bresing biasanya dipasang diagonal

    diantara balok dan kolom sehingga dapat juga berfungsi menahan beban gravitasi.

    Bresing sudah digunakan sejak lama untuk menstabilkan struktur bangunan tinggi

    terhadap gaya lateral. Beberapa konstruksi yang bangunan tinggi yang

    menggunakan bresing seperti Patung Liberty, Woolworth Tower , dan  Empire

    State Building  (Smith and Coull, 1991).

    2.2 Sistem Rangka Pemikul Momen

    Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) terdiri dari elemen horizontal

     berupa balok dan elemen vertikal berupa kolom yang terhubung secara kaku

    membentuk sebuah kotak planar yang mampu menahan beban lateral berdasarkan

    kekakuan dari masing-masing elemen (Cavill, et al, 1995).

    Dengan rentang balok yang cukup lebar (tanpa pengaku), SRPM dapat

    memberikan deformasi yang cukup besar sehingga sistem ini memiliki daktalitas

    yang cukup besar dibandingkan dengan jenis portal baja tahan gempa yang lain.

    Walaupun memiliki deformasi yang besar, kekakuan dari SRPM lebih rendah jika

    dibandingkan dengan portal baja tahan gempa yang lain.

    Menurut SNI 03-1729-2002, struktur yang menggunakan SRPM harus

    memenuhi persyaratan perbandingan momen kolom terhadap momen balok pada

     persamaan 2.1.

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    2/22

    5

    (2.1)

    Dimana,

    ΣMpc adalah jumlah momen-momen kolom di bawah dan di atas sambungan pada

     pertemuan antara as kolom dan as balok.

    ΣMpb adalah jumlah momen-momen balok-balok pada pertemuan as balok dan as

    kolom.

     Nilai ΣMpc diper  bolehkan diambil berdasarkan persamaan 2.2.

    (2.2)

    Dimana,

    Zc adalah modulus plastis penampang kolom.

    Fyc adalah tegangan leleh penampang kolom.

     Nuc adalah gaya aksial tekan terfaktor pada kolom.

    Ag adalaha luas penampang bruto kolom.

    Sedangkan nilai ΣMp b diperkenankan diambil berdasarkan persamaan 2.3.

    (2.3)

    Dimana,

    Ry untuk BJ41 atau yang lebih lunak diambil nilai 1,5.

    Ry untuk BJ50 atau yang lebih keras diambil nilai 1,3.

    Mp adalah momen plastis.

    My adalah momen tambahan akibat amplifikasi gaya geser dari lokasi sendi

     plastis ke as kolom.

     Nilai My dapat dihitung menggunakan persamaan 2.4.

    My = Sh. Vp (2.4)Dimana,

    Sh adalah jarak sendi plastis ke as kolom.

    Vp adalah gaya geser yang bekerja di sendi plastis. Nilai Vp dihitung berdasarkan

     persamaan pada Gambar 2.1.

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    3/22

    6

    Gambar 2.1 Perhitungan gaya geser di sendi plastis

    Sumber : FEMA 350

    2.3 Sistem Rangka Bresing Eksentrik

    Menurut SNI 03-1729-2002, Sistem Rangka Bresing Eksentrik (SRBE)

    diharapkan dapat mengalami deformasi inelastis yang cukup besar pada elemen

    link . Elemen link  merupakan suatu bagian pada balok yang di rencanakan secara

    khusus agar mengalami sendi plastis. Kolom-kolom, batang bresing, dan bagian

    dari balok diluar link  harus direncanakan untuk tetap dalam keadaan elastis akibat

    gaya-gaya yang dihasilkan oleh link  pada saat mengalami pelelehan penuh.

    Terdapat tiga jenis SRBE yang umumnya digunakan dalam desain yaitu

    inverted V- braced (Gambar2.2a), diagonal braced (Gambar 2.2b), dan V- braced

    (Gambar 2.2c). Masing-masing memiliki elemen link yang terletak di antara  joint

     pengaku diagonal dengan joint balok-kolom.

    Pada struktur SRBE umumnya elemen bresing diagonal dan balok

    menerima kombinasi dari beban aksial dan momen lentur. Oleh karena itu,

     bresing diagonal dan balok harus di desain sebagai balok-kolom (AISC, 2010).

    Konfigurasi SRBE V-terbalik memilki keuntungan terbaik dibandingkan

    konfigurasi yang lain. Hal ini karena bentuknya yang simetris dan letak link  yang

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    4/22

    7

    tidak terhubung langsung dengan kolom sehingga sendi plastis tidak terjadi di

    dekat kolom.

    a adalah link .

     b adalah balok diluar link. 

    c adalah batang bresing.

    d adalah kolom.

    Gambar 2.2 Jenis-jenis konfigurasi Sistem Rangka Bresing Eksentris.

    Sumber: AISC (2002)

    2.4 Elemen Link Link   merupakan elemen struktur yang direncanakan untuk berperilaku

    inelastis serta mampu untuk berdeformasi plastis yang besar, karena memikul

    momen lentur dan geser yang paling besar di antara komponen struktur lainnya.

     Link   direncanakan untuk mendisipasi energi saat terjadi gempa kuat (SNI 03-

    1729-2002).

    Deformasi inelastis yang dialami link  dapat berupa deformasi lentur atau

    geser, dan ditunjukkan dengan besarnya sudut rotasi plastis yang terbentuk di

    antara sumbu balok dan sumbu link   sepeti ditunjukan pada gambar 2.3. Dengan

    membuat elemen link  sebagai elemen yang terlemah dari struktur, perencana dapat

    memastikan kelelehan akan muncul pertama pada elemen link .

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    5/22

    8

    Gambar 2.3 Rotasi link  pada SRBE tipe V-terbalik  

    Sumber: AISC (2002)

    Secara analitis, sudut rotasi pada link  didapat dari persamaan.

    (2.5)

    Dimana :

    L adalah lebar bentang

    h adalah tinggi lantai

    Δ p adalah plastic story drift  

    θ p adalah plastic story drift angel , rad (=Δp/h) 

    ɣ p adalah sudut rotasi link  

    Berdasarkan hasil kajian oleh Moestopo, et al, 2009, deformasi inelastik

    yang terjadi pada link   ditunjukkan oleh besarnya sudut rotasi inelastik link   ,yang akan semakin besar harganya pada link   yang semakin pendek.. Arah dan

    gaya-gaya yang bekerja pada elemen link  juga dapat digambarkan seperti Gambar

    2.4.

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    6/22

    9

    Gambar 2.4 Arah gaya dan deformasi yang bekerja pada elemen link  

    Sumber: Engelhardt, Popov (1989)

     Link   berperilaku sebagai balok pendek dengan gaya geser yang bekerja

     berlawanan arah pada kedua ujungnya, sehingga momen yang dihasilkan pada

    kedua ujung balok mempunyai besar dan arah yang sama dan deformasi yang

    dihasilkan berbentuk S. Titik balik terletak pada tengah bentang dan besarnya

    momen yang bekerja adalah sebesar 0,50 kali besar gaya geser dikali dengan

     panjang link. Plastifikasi yang terjadi pada suatu elemen link disebabkan karena

    kedua gaya tersebut (Budiono, et al, 2011). Untuk pendetailan sambungan bresing

    dan balok ditunjukan oleh Gambar 2.5 dan Gambar 2.6.

    Gambar 2.5 Detail sambungan balok dan bresing

    Sumber : AISC (2002)

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    7/22

    10

    Gambar 2.6 Detail sambungan balok, bresing dan kolom

    Sumber : AISC (2002)

    Seperti terlihat pada Gambar 2.5 bahwa pertemuan bresing dan balok

    terletak di ujung dari elemen link. Garis tengah dari bresing dan balok harus

     berpotongan pada ujung elemen link atau didalam elemen link. Pada badan link

     juga harus diberi pengaku khusus untuk link yang memiliki panjang badan lebih

    dari 635 mm. Sedangkan pada Gambar 2.6 terlihat bresing disambung

    menggunakan pelat buhul dan garis tengah bresing harus berpotongan dengan

    garis tengah dari balok dan kolom.

    Penelitian tentang analisis  pushover   struktur rangka bresing v-terbalik

    eksentris dengan panjang link   bervariasi menunjukan bahwa struktur SRBE

    dengan panjang link  0,3 m memiliki kinerja yang paling baik (Dwitama, 2013).

    Agar kekauan dan deformasi inelastis link   tidak berlebihan, maka panjang link  

    harus dibatasi. Berdasarkan SNI 03-1729-2002, panjang link  tidak boleh melebihi

    ketentuan berikut.

    Untuk ρ’(Aw/Ag)≥0,3, maka :

    [1,15-0,5ρ’(Aw/Ag)].1,6.Mp/Vp  (2.6)

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    8/22

    11

    Untuk ρ’(Aw/Ag) 5   (2.12)Kelelehan pada link  jenis ini didominasi oleh lentur.

    Keterangan :

     adalah momen plastis penampang link  

    Mp =  .  . (2.13)  adalah gaya geser plastis penampang (badan) linkVp = 0,6   ( − 2 ) . (2.14)

       adalah tegangan leleh nominal penampang.  adalah modulus plastis penampang link .

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    9/22

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    10/22

    13

    1983). Dalam perencanaan beban gempa berdasarkan SNI 1726-2012 dapat

    digunakan dua cara, yaitu.

    1.  Prosedur gaya lateral ekivalen

    a. 

    Geser dasar seismik

    Geser dasar seismik (V) dalam arah yang ditetapkan harus

    ditentukan berdasarkan persamaan berikut.

    V = Cs . W (2.15)

    dimana :

    Cs adalah koefisien respons seismik yang ditentukan sesuai

    dengan SNI 03-1726-2010 pasal 7.8.1.1

    W adalah berat seismik efektif menurut SNI 1726-2012 pasal

    7.7.2.

      Perhitungan koefisien respons seismik

    Koefisien respons seismik (Cs) harus ditentukan sesuai

    dengan persamaan berikut.

      

      

    e

     DS 

     s

     I 

     R

    S C    (2.16)

    Dimana :

    SDS adalah parameter percepatan spektrum respons desain

    dalam rentang perioda pendek seperti ditentukan

     pada SNI 1726-2012 pasal 6.3 atau 6.9

    R adalah faktor modifikasi respons berdasarkan SNI 1726-

    2012 Tabel 9.Ie  adalah faktor keutamaan hunian yang ditentukan sesuai

    dengan SNI 1726-2012 pasal 4.1.2.

     Nilai CS yang dihitung sesuai dengan persamaan 2.18 tidak

     perlu melebihi

     

      

     

    e

     D

     s

     I 

     RT 

    S C 

      1   (2.17)

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    11/22

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    12/22

    15

     pelaksanaan analisis untuk menentukan perioda fundamental (T ),

    diijinkan secara langsung menggunakan perioda bangunan

     pendekatan (T a) yang dihitung sesuai dengan ketentuan SNI 03-

    1726-2012 pasal 7.8.2.1.

    Perioda fundamental pendekatan (T a) dalam detik, harus ditentukan

    dari persamaan berikut.

    Ta = Ct . hnx  (2.20)

    Dimana,

    hn  adalah ketinggian struktur dari dasar sampai tingkat tertinggi

    struktur (m)

    Ct dan x ditentukan dari SNI 1726-2012 Tabel 15 (Lampiran).

    Untuk struktur dengan ketinggian tidak melebihi 12 tingkat di

    mana sistem penahan gaya seismik terdiri dari rangka penahan

    momen beton atau baja secara keseluruhan dan tinggi tingkat

     paling sedikit 3 m diijinkan menggunakan perioda fundamental

     pendekatan (Ta) sebagai berikut:

    Ta = 0,1N (2.21)

    Dimana,

     N adalah jumlah tingkat.

    c.  Distribusi vertikal gaya gempa

    Gaya gempa lateral Fx (kN) yang timbul di semua tingkat harus

    ditentukan dari persamaan berikut:

    Fx = Cvx .V (2.22)

    Dan

    n

     xi

    ii

     x

     x

    VX 

    hW 

    hW C 

    .

      (2.23)

    Dimana :

    Cvx adalah faktor distribusi vertical

    V adalah gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur(kN)

    wi , wx adalah bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang

    ditempatkan atau dikenakan pada Tingkat i atau x

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    13/22

    16

    hi , hx adalah tinggi (m) dari dasar sampai Tingkat i atau x

    k  adalah eksponen yang terkait dengan perioda struktur sebagai

     berikut :

    untuk struktur dengan T ≤ 0,5 detik, k = 1

    untuk struktur dengan T ≥ 2,5 detik, k = 2

    untuk struktur dengan 0,5 ≤ T ≤ 2,5 detik, k harus sebesar 2

    atau harus ditentukan dengan interpolasi linier antara 1 dan

    2.

    d. 

    Distribusi horizontal gaya gempa

    Geser tingkat desain gempa di semua tingkat Vx (kN) harus

    ditentukan dari persamaan berikut:

    n

     xi

    i X   F V    (2.24)

    dimana Fi adalah bagian dari geser dasar seismik V  yang timbul

    di tingkat i, dinyatakan dalam kilo newton.

    Geser tingkat desain gempa V  x (kN) harus didistribusikan pada

     berbagai elemen vertikal sistem penahan gaya seismik di tingkat

    yang ditinjau berdasarkan pada kekakuan lateral relatif elemen

     penahan vertikal dan diafragma.

    2.  Spektrum respons desain

    Bila spektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur

    gerak tanah dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum

    respons desain harus dikembangkan dengan mengacu SNI 03-1726-2012

    seperti pada gambar 2.7 dan mengikuti ketentuan di bawah ini.

    a. 

    Untuk perioda yang lebih kecil dari T 0, spektrum respons percepatan desain (S a) harus diambil dari persamaan:

     

      

     

    0

    6,04,0T 

    T S S  DS a

      (2.25)

     b. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T 0 dan lebih kecil

    dari atau sama dengan T S , spektrum respons percepatan desain (Sa)

    sama dengan S  DS .

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    14/22

    17

    c. Untuk perioda lebih besar dari T S , spektrum respons percepatan

    desain (S a) diambil berdasarkan persamaan:

    S S 

      D

    a

    1  (2.26)

    Dimana:

    S  DS   adalah parameter respons spektral percepatan desain pada

     perioda pendek

    S  D1  adalah parameter respons spektral percepatan desain pada

     perioda 1 detik

    T adalah perioda getar fundamental struktur

     DS 

     D

    o

    S T 

      12,0   (2.27)

     DS 

    S T 

      1   (2.28)

    Gambar 2.7 Spektrum Respons Desain

    Sumber : SNI 03-1729-2012 

    Dalam hal ini pembebanan gempa dihtung dengan program SAP2000 V14

     Autoload , dengan acuan  IBC 2006   dan SNI 1726 – 2012. Seperti yang diketahui

     bahwa SNI 1726 – 2012 penyusunannya mengacu pada IBC .

    Gambar 2.8 menunjukan beban gempa dengan menggunakan  AutoLoad  

     IBC 2006  pada SAP2000 disesuaikan dengan statik ekivalen menurut SNI 03  –  

    1726 –  2012.

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    15/22

    18

    Gambar 2.8 Beban Gempa Autoload pada SAP2000

    Penggunaan beban gempa dengan  Autoload IBC 2006 , adapun beberapa

    kategori desain yang harus disesuaikan dengan SNI 03 –  1726 –  2012 yaitu seperti

    yang terlihat pada gambar di atas yang telah ditandai antara lain.

    1. Load direction and diaphragm Eccentricity

    Merupakan arah beban gempa yang bekerja pada struktur yaitu beban

    gempa arah x dan arah y.

    2. Time period

    Merupakan perioda alami fundamental (Ta) yang ditentukan berdasarkan

    Persamaan 2.10. Pada persamaan ini terdapat parameter Ct  dan x yang nilainya

    ditentukan berdasarkan SNI 1726-2012 Tabel 15 (Lampiran A)

    3. Respon Modification, R

    Untuk menentukan nilai respon modification (R) ditentukan berdasarkan

     jenis sistem struktur baja dan kategori disain seismik sesuai dengan SNI 1726-

    2012 Tabel 9.

    4. System Overstrenght, Ω0 

    Pada System Overstrenght , Ω0  hampir sama dengan respon modification

    (R) nilainya juga dipengaruhi berdasarkan jenis sistem struktur baja dan kategori

    disain seismik yang digunakan sesuai dengan SNI 1726-2012.

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    16/22

    19

    5. Deflection Amplification, Cd

    Untuk penentuan nilai  Deflection Amplification  juga sama dengan R dan

    Ω0 yaitu berdasarkan jenis sistem struktur baja dan kategori disain seismik yang

    digunakan sesuai dengan SNI 1726-2012.

    6. Occupancy, I

    Untuk nilai Occupancy (I) atau sering disebut dengan faktor keutamaan

    ditentukan berdasarkan tabel kategori resiko bangunan gedung dan struktur

    lainnya untuk beban gempa pada SNI 1726 – 2012 (Lampiran A).

    7. Spektral Percepatan Ss 

    Spektral Percepatan Ss merupakan Parameter percepatan respons spektral

    MCE dari peta gempa pada periode pendek yang didapat dari Desain Spektra

    Indonesia

    8. Spektral Percepatan S1 

    Spektral Percepatan S1 merupakan Parameter percepatan respons spectral

    MCE dari peta gempa pada periode 1 detik yang didapat dari Desain Spektra

    Indonesia

    9. Site Class atau Kelas Situs

    Site Class atau Kelas Situs ini juga ditentukan berdasarkan peta gempa

    yang didapatkan dari SNI 1726-2012 yaitu di daerah mana gedung tersebut

    dibangun. Dari kelas situs yang sudah ditentukan, maka pada program dengan

    menggunakan sistem beban gempa autoload , nilai koefisien situs Fa dan Fs,

    spektral respon percepatan SDS dan SD1 akan terhitung otomotis.

    2.6 Kombinasi PembebananUntuk pemodelan rangka dengan pembebanan gempa berdasarkan SNI

    1726 – 2012 adalah sebagai berikut:

    1,4  (2.29)1,2 + 1,6 + 0,5atau   (2.30)1,2 + 1,6  atau +  atau 0,8  (2.31)1,2 + 1,3 + + 0,5  atau   (2.32)1,2

    ± 1,0

    +

      (2.33)

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    17/22

    20

    0,9 ± 1,3 atau 1,0  (2.34)Keterangan:

      adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen,termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan

    layan tetap.

      adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasukkejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan

    lain-lain.

      adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh

    orang dan benda bergerak.

      adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air.  adalah beban angin.  adalah beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 1726 – 2012

    dengan, = 0,5 bila < 5 kPa dan = 1 bila ≥ 5 kPa.

    2.7 Persamaan Interaksi Aksial - Momen

    Berdasarkan SNI 03-1729-2002, salah satu dari dua persamaan interaksi

    aksial-momen berikut ini harus dipenuhi oleh setiap komponen struktur prismatis

    ganda dan simetris tunggal.

    Bila

    ∅  ≥ 0,20 

    ∅ +

    8

    9 ∅ +

    ∅  ≤ 1,00  (2.35)

    Bila

    ∅  < 0,20 

    2∅ +

    ∅ +

    ∅  ≤ 1,00  (2.36)

    Dimana:

    ∅ = 0,90  (faktor reduksi kuat lentur)

    ∅ = 0,85  (faktor reduksi kuat tekan)

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    18/22

    21

    Keterangan:

      adalah gaya aksial (tarik atau tekan) perlu/terfaktor (N)   adalah gaya aksial (tarik atau tekan) rencana/nominal (N)   adalah momen lentur perlu/terfaktor terhadap sumbu x penampang (Nmm)   adalah momen lentur perlu/terfaktor terhadap sumbu y penampang (Nmm)

    2.8 Simpangan Antar Lantai Tingkat

    Berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 7.12.1 menyebutkan bahwa

    simpangan antar lantai tingkat desain (Δ) tidak boleh melebihi simpangan antar

    lantai tingkat ijin (Δa) seperti pada Tabel 16 (Lampiran A) untuk semua tingkat.

    Selain harus memenuhi persyaratan simpangan ijin, simpangan antar tingkat juga

    harus di kontrol bahaya terjadinya tingkat lunak (soft story). Menurut SNI 1726-

    2012 Tabel 11, suatu struktur dianggap memilki tingkat lunak apabila terdapat

    suatu tingkat dimana kekakuan lateralnya kurang dari 70% kekakuan lateral

    tingkat diatasnya.

    2.9 Bentuk-Bentuk Struktur Pada Analisis Struktur

    SNI 03-1729-2002 menjelaskan pendistribusian pengaruh gaya dalam

    kepada komponen struktur dan sambungan-sambungan pada suatu struktur

    ditetapkan dengan menganggap salah satu atau kombinasi bentuk-bentuk struktur

     berikut.

    a.  Struktur kaku

    Pada struktur kaku, sambungan dianggap memiliki kekakuan yang cukup

    untuk mempertahankan sudit-sudut di antara komponen-komponen

    struktur yang disambung.

     b.  Struktur semi kaku

    Pada struktur semi kaku, sambungan tidak memilki kekakuan yang cukup

    untuk mempertahankan sudut-sudut di antara komponen-komponen

    struktur yang disambung, namun harus dianggap memiliki kapasitas yang

    cukup untuk memberikan kekangan yang dapat diukur terhadap perubahan

    sudut yang terjadi.

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    19/22

    22

    c.  Struktur sederhana

    Pada struktur sederhana, sambungan pada kedua ujung komponen struktur

    dianggap bebas momen.

    2.10 Sambungan Konstruksi Baja

    Sambungan dalam konstruksi baja merupakan bagian yang penting.

    Apabila terjadi kegagalan dalam sambungan maka dapat mengakibatkan

    keruntuhan pada struktur bangunan tersebut. Untuk mencegah hal tersebut maka

    sambungan baja harus di desain dengan baik.

    Sambungan pada prinsipnya terdiri dari komponen sambungan dan alat

     pengencang. Yang dimaksud dengan komponen sambungan adalah pelat pengisi,

     pelat buhul, pelat pendukung dan pelat penyambung. Sedangkan alat pengencang

     berupa baut dan las.

    2.10.1 Klasifikasi Sambungan

    Sambungan pada konstruksi baja dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan

    kekangan yang dihasilkan sambungannya, yaitu.

    a. Sambungan Kaku

    Sambungan dianggap memiliki kekakuan yang cukup untuk

    mempertahankan sudut diantara elemen-elemen yang disambung dengan

     pengekangan rotasi sekitar 90% dari kapasitas yang diperlukan untuk

    mencegah perubahan sudut. Gambar 2.9 menunjukan sambunguan kaku

    dimana pada bagian sayap ditambahkan pengaku menggunakan las dan

     pada bagian badan disambung dengan baut. Biaya dalam pembuatan

    sambungan kaku relatif mahal dibandingkan dengan jenis sambungan yanglain.

     b. Sambungan Semi Kaku

    Pada sambungan ini, pengekangan rotasi berkisar antara 20%

    sampai 90% dari kapasitas yang diperlukan untuk mencegah perubahan

    sudut. Sambungan mampu memikul sebagian momen namun tidak mampu

    mempertahankan sudut diantara elemen baja yang disambung. Pada

    sambungan semi kaku, perhitungan kekakuan, penyebaran gaya, dan

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    20/22

    23

    deformasinya harus menggunakan analisis mekanika yang hasilnya

    didukung oleh percobaan eksperimental.

    c. Sambungan Sendi

    Pada sambungan ini rotasi ujung batang relatif besar dan derajat

     pengekangan ujung batang sangat kecil yaitu sekitar 20% terhadap

    kapasitas yang diperlukan untuk mencegah perubahan sudut. Gambar 2.10

    menunjukan sambungan sendi dimana pada badan menggunaan alat

    sambung berupa baut. Sambungan sendi tidak mampu memikul momen

    dan bebas berotasi diantara kedua elemen yang disambung. Sambungan

    sendi harus dapat berputar sudut agar memberikan rotasi yang diperlukan

     pada sambungan. Sambungan tidak boleh mengakibatkan momen lentur

    terhadap komponen struktur yang disambung.

    Gambar 2.9 Sambungan momen

    Sumber: AISC (2002)

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    21/22

    24

    Gambar 2.10 Sambungan sendi

    Sumber : AISC (2002)

    2.10.2 Alat Penyambung Konstruksi Baja

    Terdapat dua jenis alat sambung yang biasa digunakan pada konstruksi

     baja yaitu baut dan las. Kedua alat sambung tersebut dapat digunakan tergantung

    dari kebutuhan dalam konstruksi. Pengertian dari alat sambung tersebut sebagai

     berikut.

    a. Sambungan dengan baut

    Baut adalah alat sambung dengan batang bulat dan berulir dimana

    salah satu ujungnya dibentuk kepala baut dan ujung yang lain dipasang

    mur/pengunci. Adapun beberapa keuntungan dari sambungan

    menggunakan baut antara lain lebih mudah dalam pemasangan/penyetelan

    konstruksi di lapangan dan konstruksi sambungan dapat dibongkar

     pasang. Sedangkan kerugian menggunakan sambungan baut adalah

     berkurangnya kekuatan dari komponen yang disambung. Hal ini

    dikarenakan adanya lubang pada komponen akibat dari proses

     penyambungan menggunakan baut.

  • 8/17/2019 1104105060-3-BAB II.pdf

    22/22

    25

     b. Sambungan dengan las

    Pengelasan adalah proses menyambung benda logam dengan cara

    memanaskan baja hingga mencapai suhu lumer (leleh) yang kemudian

    setelah dingin akan menyatu dengan baik.

    Keuntungan dari menggunakan sambungan las antara lain bentuk

    sambungan lebih rapi, konstruksi baja yang menggunakan sambungan las

    akan lebih kaku dibandingkan menggunakan sambungan baut, dan

    sambungan las dapat digunakan untuk menyambung elemn struktur yang

    tidak memungkinkan menggunakan baut seperti penyambungan kolom

     bundar.

    Sedangkan kerugian menggunakan las adalah kualitas dari

     pengelasan mempengaruhi kekuatan dari sambungan tersebut dan

    sambungan las tidak dapat di bongkar pasang.