10. bab i fix.docx

11
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses bayi menyusu sendiri segera setelah lahir dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (Maryunani, 2012). Ibu membantu proses IMD dengan cara mendekap dan membiarkan bayi menyusu sendiri selama 1 jam pertama kelahirannya. Setiap bayi baru lahir yang diletakan di dada ibu segera setelah lahir mempunyai kemampuan untuk menemukan puting payudara ibu dan memutuskan waktunya untuk menyusu pertama kali (Roesli, 2008). Inisiasi menyusu dini berpeluang berperan dalam pencapaian salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dunia pada saat ini, khususnya pada tujuan ke-4, yakni membantu menurunkan angka kematian bayi (Yohmi, 2010). Inisiasi menyusu dini dalam 1 jam pertama pada bayi baru lahir diperkirakan mampu mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan (Maryunani, 2012). Mengacu pada hal tersebut, maka diperkirakan program IMD dapat menyelamatkan sekurang-kurangnya 1 juta bayi di seluruh dunia dan 20 ribu bayi di Indonesia yang 1

Upload: muhammadsyafril

Post on 14-Apr-2016

216 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 10. BAB   I fix.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses bayi menyusu sendiri segera setelah

lahir dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (Maryunani,

2012). Ibu membantu proses IMD dengan cara mendekap dan membiarkan bayi

menyusu sendiri selama 1 jam pertama kelahirannya. Setiap bayi baru lahir yang

diletakan di dada ibu segera setelah lahir mempunyai kemampuan untuk

menemukan puting payudara ibu dan memutuskan waktunya untuk menyusu

pertama kali (Roesli, 2008).

Inisiasi menyusu dini berpeluang berperan dalam pencapaian salah satu tujuan

Millenium Development Goals (MDGs) dunia pada saat ini, khususnya pada

tujuan ke-4, yakni membantu menurunkan angka kematian bayi (Yohmi, 2010).

Inisiasi menyusu dini dalam 1 jam pertama pada bayi baru lahir diperkirakan

mampu mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan (Maryunani, 2012).

Mengacu pada hal tersebut, maka diperkirakan program IMD dapat

menyelamatkan sekurang-kurangnya 1 juta bayi di seluruh dunia dan 20 ribu bayi

di Indonesia yang meninggal pada 1 bulan pertama kehidupannya (Roesli, 2008).

Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia berdasarkan data yang dikeluarkan

tahun 2012 adalah sebesar 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup (Depkes, 2012).

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi

Kalimantan Barat dalam sensus penduduk tahun 2010, AKB Kalimantan Barat

adalah sebesar 27 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukan bahwa AKB

masih cukup luas untuk mencapai target MDGs Indonesia pada tahun 2015 yakni

menurunkan AKB hingga mencapai angka 19 per 1000 kelahiran hidup (BPS,

2010).

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan dan Pembanguan

Nasional, faktor penyebab utama kematian bayi di Indonesia adalah kematian

neonatal sebesar 46,2%, diare sebesar 15,0% dan pneumonia sebesar 12,7%.

1

Page 2: 10. BAB   I fix.docx

2

Melihat data tersebut, maka diperlukan langkah-langkah nyata dalam upaya

pencegahan kasus-kasus yang menyebabkan tingginya angka kematian bayi,

khususnya angka kematian neonatal (Bappenas, 2010).

Inisiasi menyusu dini juga mempunyai manfaat lainnya bagi ibu dan bayi.

Inisiasi menyusu dini bermanfaat untuk ibu diantaranya adalah membantu rahim

berkontraksi, merangsang produksi hormon prolaktin, menenangkan ibu,

meningkatkan kasih sayang ibu, dan merangsang keluarnya kolostrum. Inisiasi

menyusu dini bermanfaat untuk bayi diantaranya adalah bayi akan lebih tenang,

mempercepat pengeluaran mekoneum, meningkatkan keberhasilan menyusu

eksklusif, membantu koordinasi hisap, telan dan napas serta dada ibu akan

menghangatkan bayi dengan suhu yang tepat.

Pemerintah Indonesia pada umumnya sangat mendukung kebijakan World

Health Organisation (WHO) yang merekomendasikan IMD sebagai tindakan

penyelamatan kehidupan. Hal ini diwujudkan dengan pemberlakuan peraturan

pemerintah no 33 tahun 2012 yang mewajibkan semua tenaga kesehatan dan

penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan IMD terhadap bayi

yang baru lahir paling singkat selama 1 jam pertama setelah kelahirannya

(Presiden RI, 2012).

Berdasarkan data Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007, di

Indonesia terdapat lebih dari 95% ibu yang pernah menyusui bayinya, namun ibu

yang menyusui bayi dalam 1 jam pertama setelah melahirkan hanya menyentuh

angka 43% dari jumlah ibu yang melahirkan (BPS, 2008). Data IMD menurut

Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, terjadi penurunan yang sangat signifikan dari

pemberian IMD di Indonesia hingga mencapai angka 29,3% dari jumlah ibu yang

melahirkan (BPPK, 2010). Persentase ibu yang memberikan IMD di Kalimantan

Barat dalam 1 jam pertama setelah melahirkan hanya sebesar 25,2% dari jumlah

ibu yang melahirkan. Berdasarkan data ini, pemberian IMD dalam 1 jam pertama

di Kalimantan Barat masih berada di bawah rata-rata pemberian IMD di Indonesia

(Dinkes Kalbar, 2013).

Angka pemberian IMD di Kota Pontianak sebesar 64,55% dari jumlah ibu

yang melahirkan dan tersebar di 23 puskesmas. Angka ini berada di atas angka

Page 3: 10. BAB   I fix.docx

3

persentase Kalimantan Barat tetapi masih tertinggal cukup besar dari target MDGs

Indonesia yakni sebesar 80% ibu yang melahirkan memberikan IMD. Angka

pemberian IMD di Kota Pontianak tertinggi terdapat di Puskesmas Gang Sehat

dengan angka IMD mencapai angka 101,65%. Angka pemberian IMD terendah

terletak di Puskesmas Banjar Serasan dengan angka pemberian IMD hanya

sebesar 17,94% (Dinkes Kota Pontianak, 2013).

Fenomena rendahnya pemberian IMD disebabkan oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor yang menghambat pemberian IMD diantaranya adalah bayi dengan

berat badan lahir rendah, bayi yang lahir preterm, bayi yang lahir dengan operasi

sesar, kondisi medis tertentu dan promosi susu formula. Faktor-faktor yang

menghambat ini tidak dinilai dalam penelitian. Faktor-faktor yang mendukung

pemberian IMD seperti pengetahuan ibu mengenai IMD, dukungan keluarga

terhadap IMD dan peran tenaga kesehatan terhadap IMD dinilai dalam penelitian

ini. Faktor pendukung lain seperti kebijakan instansi pelayanan kesehatan juga

tidak dinilai dalam penelitian. Penelitian ini ingin mencari hubungan ketiga faktor

pendukung pemberian IMD pada ibu post partum yang tidak memiliki faktor

penghambat pemberian IMD (Aprilia, 2010; Orun, 2010; Queensland, 2010).

Penelitian di Kota Klaten Jawa Tengah menunjukan bahwa pengetahuan ibu

bersalin mengenai IMD memiliki hubungan yang bermakna dengan pelaksanaan

IMD pada ibu-ibu tersebut. Ibu-ibu yang memiliki pengetahuan yang baik

memiliki kecenderungan untuk memberikan IMD pada bayinya setelah

melahirkan (Wahyuningsih, 2009).

Penelitian lain di Kabupaten Batang Jawa Tengah menjabarkan bahwa IMD

dipengaruhi 2 faktor utama, yaitu peran petugas kesehatan dan dukungan

keluarga. Kedua faktor ini dalam penelitian tersebut mempunyai hubungan

bermakna dengan pemberian IMD pada bayi yang baru lahir (Indramukti, 2012).

Berdasarkan latar belakang ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di

Puskesmas Banjar Serasan Kota Pontianak. Hal ini dikarenakan Puskesmas Banjar

Serasan merupakan puskesmas dengan angka IMD terendah di kota Pontianak.

Peneliti juga tertarik untuk meneliti hubungan tingkat pengetahuan ibu, dukungan

keluarga dan peran tenaga kesehatan terhadap pemberian IMD.

Page 4: 10. BAB   I fix.docx

4

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimanakah gambaran karakteristik ibu berdasarkan umur, tingkat

pendidikan dan paritas di Puskesmas Banjar Serasan?

2. Bagaimanakah hubungan karakteristik ibu berdasarkan umur, tingkat

pendidikan dan paritas dengan tingkat pengetahuan ibu mengenai IMD?

3. Bagaimanakah hubungan tingkat pengetahuan ibu mengenai IMD dengan

pemberian IMD di Puskesmas Banjar Serasan?

4. Bagaimanakah hubungan dukungan keluarga terhadap IMD dengan

pemberian IMD di Puskesmas Banjar Serasan?

5. Bagaimanakah hubungan peran tenaga kesehatan terhadap IMD dengan

pemberian IMD di Puskesmas Banjar Serasan.

C. TUJUAN PENELITIAN

C.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu, dukungan keluarga dan peran

tenaga kesehatan terhadap pemberian IMD di Puskesmas Banjar Serasan.

C.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik ibu berdasarkan umur, tingkat

pendidikan dan paritas di Puskesmas Banjar Serasan.

b. Mengetahui gambaran pemberian IMD di wilayah Puskesmas Banjar

Serasan.

c. Mengetahui hubungan karakteristik ibu berdasarkan umur, tingkat

pendidikan dan paritas dengan tingkat pengetahuan ibu mengenai IMD.

d. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu mengenai IMD

dengan pemberian IMD di Puskesmas Banjar Serasan.

e. Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap IMD dengan

pemberian IMD di Puskesmas Banjar Serasan.

f. Mengetahui hubungan antara peran tenaga kesehatan terhadap IMD

dengan pemberian IMD di Puskesmas Banjar Serasan.

Page 5: 10. BAB   I fix.docx

5

D. MANFAAT PENELITIAN

D.1. Bagi Instansi

Menambah informasi mengenai hubungan tingkat pengetahuan ibu, dukungan

keluarga dan peran tenaga kesehatan terhadap pemberian IMD kepada Puskesmas

Banjar Serasan.

D.2. Bagi Institusi

Menambah informasi mengenai faktor-faktor yang mendukung pemberian

IMD.

D.3. Bagi Peneliti

Sarana latihan dalam membuat penelitian ilmiah di bidang kesehatan

khususnya dalam kesehatan masyarakat.

D.4. Bagi Masyarakat

Menambah informasi kepada masyarakat mengenai pemberian IMD.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian seperti ini sebelumnya sudah pernah dilaksanakan dengan rincian

sebagai berikut:

Tabel 1.1 Penelitian sebelumnya.

Peneliti Tahun Judul

Penelitian

Populasi

Penelitian

Hasil Penelitian

Wahyuningsih 2009 Hubungan

pengetahuan

ibu bersalin

dengan IMD di

Bidan Praktek

Swasta Benis

Jayanto

Ngentak Kujon

Ceper Klaten

Ibu bersalin di

Bidan Praktek

Swasta Benis

Jayanto

Ngentak Kujon

Ceper Klaten

pada tanggal

23 Maret

sampai dengan

18 April 2009

Ada hubungan

bermakna antara

pengetahuan ibu

bersalin mengenai

IMD dengan

pelaksanaan IMD

dengan p=0.009,

OR=7,333,

X2=10,79 dan

IK=95% (2,562 -

Page 6: 10. BAB   I fix.docx

6

Peneliti Tahun Judul

Penelitian

Populasi

Penelitian

Hasil Penelitian

20,99)

Fauziah 2009 Faktor-faktor

yang

berhubungan

dengan waktu

menyusui

pertama kali pada

bayi baru lahir di

Rumah Sakit

Umum Daerah

Kota Jakarta

Semua ibu-ibu

post partum di

RSUD Kota

Jakarta pada

bulan Agustus-

September

2009

Ada hubungan

bermakna antara

pendidikan ibu

(p=0,031),

konseling selama

kehamilan dan

persalinan

(p=0,05), jenis

persalinan

(p=0,026) serta

dukungan petugas

kesehatan

(p=0,263)

Karindra Aji

Hidayat

2012 Perbandingan

pelaksanaan

IMD

berdasarkan

tingkat

pengetahuan ibu

hamil

Ibu hamil

dengan usia

kandungan

> 28 minggu

yang

memeriksakan

kehamilan di

Puskesmas

Ngasrep dan

Halmahera

Semarang pada

periode bulan

Maret-Juni

2012

Pelaksanaan IMD

pada ibu dengan

tingkat

pengetahuan baik

mengenai IMD

lebih besar

dibandingkan ibu

dengan tingkat

pengetahuan

rendah mengenai

IMD

Page 7: 10. BAB   I fix.docx

7

Peneliti Tahun Judul Penelitian Populasi

Penelitian

Hasil Penelitian

Fifi

Indramukti

2013 Faktor yang

berhubungan

dengan praktik

IMD pada ibu

paska bersalin

normal

Ibu paska

bersalin

normal di

wilayah kerja

Puskesmas

Blado 1

Kabupaten

Batang

Faktor yang

berhubungan

dengan praktik

IMD pada ibu

paska bersalin

normal adalah

sikap, peran

petugas kesehatan

dan dukungan

orang terdekat