alibaba dan pasar e-commerce indonesia
TRANSCRIPT
Universitas Katolik Parahyangan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Terakreditasi A
SK BAN –PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014
Alibaba dan Pasar E-Commerce Indonesia
Skripsi
Diajukan untuk Ujian Sidang Jenjang Sarjana
Program Studi Hubungan Internasional
Oleh
Tifany Melia
2015330069
Bandung
2018
Universitas Katolik Parahyangan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Terakreditasi A
SK BAN –PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014
Alibaba dan Pasar E-Commerce Indonesia
Skripsi
Oleh
Tifany Melia
2015330069
Pembimbing
Dr. Aknolt Kristian Pakpahan, S.IP., M.A.
Bandung
2018
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Tanda Persetujuan Skripsi
Nama : Tifany Melia
Nomor Pokok : 2015330069
Judul : Alibaba dan Pasar E-Commerce Indonesia
Telah diuji dalam Ujian Sidang jenjang Sarjana
Pada Senin, 7 Januari 2019
Dan dinyatakan LULUS
Tim Penguji
Ketua sidang merangkap anggota
Dr. A. Irawan J. H., Drs., M.A. : ______________________
Sekretaris
Dr. Aknolt Kristian Pakpahan, S.IP., M.A. : ______________________
Anggota
Sapta Dwikardhana, Ph.D. : ______________________
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dr. Pius Sugeng Prasetyo, M.Si.
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tifany Melia
NPM : 2015330069
Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional
Judul : Alibaba dan Pasar E-Commerce Indonesia
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya tulis ilmiah sendiri
dan bukanlah merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
akademik oleh pihak lain. Adapun karya atau pendapat pihak lain yang dikutip,
ditulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.
Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan bersedia menerima
konsekuansi apapun sesuai aturan yang berlaku apabila dikemudian hari diketahui
bahwa pernyataan ini tidak benar
Bandung, 12 Desember 2018
Tifany Melia
i
ABSTRAK
Nama : Tifany Melia
NPM : 2015330069
Judul : Alibaba dan Pasar E-Commerce Indonesia
Alibaba terbukti memiliki keunggulanya tersendiri yang membuat mereka
mampu untuk menguasai persaingan dalam industri e-commerce global.
Keunggulan tersebutlah yang mendorong mereka untuk mulai melakukan proses
internasionalisasi dengan cara mengekspansi perusahaanya ke pasar global. Namun
dari sekian banyak lokasi, Alibaba memilih Indonesia sebagai negara tujuan (host
country) proses ekspansi pasar e-commerce mereka. Hal ini dibuktikan dengan
sejumlah investasi luar negeri (FDI) yang mereka lakukan ke dalam platform e-
commerce di Indonesia yaitu Tokopedia dan Lazada. Dalam menganalisa alasan
mengapa Alibaba memilih Indonesia sebagai lokasi tujuan perluasan pasar e-
commercenya, penelitian ini menggunakan paradigma Ownership, Location dan
Internationalization (OLI) dari John H. Dunning, yang kemudian diperdalam
dengan determinan location advantages dari pandangan sejumlah ahli, yaitu Bob
Sugeng, H.S. Kehal dan Larimo. Berdasarkan pandangan ketiganya, penelitian ini
membagi location advantage yang dimiliki Indonesia kedalam empat faktor, yakni
faktor ekonomi, faktor politik, faktor teknologi dan internet serta terakhir adalah
faktor masyarakat. Hasil analisa menunjukan bahwa jika dilihat dari masing-masing
faktor tersebut, pasar e-commerce Indonesia dianggap mampu untuk memberikan
peluang yang besar, baik itu bagi keuntungan perusahaan maupun prospek
perkembangan mereka di masa yang akan datang. Karenanya, penelitian ini
berakhir pada kesimpulan bahwa Alibaba memilih Indonesia sebagai lokasi tujuan
perluasan pasar e-commerce mereka karena Indonesia mampu menawarkan
location advantage yang mereka perlukan dalam proses ekspansi dan
internasionalisasi mereka ke tingkat global.
Kata Kunci: Alibaba; Pasar E-Commerce Indonesia; Investasi Luar Negeri (FDI);
Paradigma OLI, Location Advantages.
ii
ii
ABSTRACT
Name : Tifany Melia
Student ID : 2015330069
Title : Alibaba and Indonesia’s E-Commerce Market
Alibaba has proven to have their own advantages which made them able
to compete in the global e-commerce industry. These advantages encouraged them
to begin the process of internationalization by expanding their company into the
global market. However, among many choices of locations, Alibaba chose
Indonesia as the host country for their e-commerce market expansion process,
proven by the large amount of foreign direct investment (FDI) inflow to Indonesia’s
e-commerce landscape. In examining the reasons why Alibaba chose Indonesia as
the location for their e-commerce market expansion, this thesis uses Ownership,
Location and Internationalization (OLI) Paradigm from John H. Dunning. This
explains further the determinant of location advantages based on the perspective
from Bob Sugeng, H.S Kehal, and Larimo. Then, this thesis divides Indonesia’s
location advantage into four different factors; economic factors, political factors,
technology and internet factors, lastly social factors. The analysis shows that,
viewed from each of these factors, Indonesia’s e-commerce market is able to
provide great opportunities for Alibaba, both for the benefit of the company and
also for growth prospect in the future. This thesis concludes, Alibaba chose
Indonesia as their host country for their market expansion because Indonesia offers
a huge and promising locations that have advantages that they needed for their
internationalization process to the global market.
Keywords: Alibaba; Indonesia’s E-Commerce Market; Foreign Direct Investment;
OLI Paradigm; Location Advantages.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Alibaba dan Pasar E-Commerce Indonesia”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu prasayarat dan kriteria untuk menyelesaikan pendidikan penulis pada
jenjang strata satu Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Katolik Parahyangan.
Besar harapan penulis bahwa kiranya penelitian ini dapat memberikan
sumbangsih dan turut membantu perkembangan Studi Hubungan Internasional,
khususnya dalam bidang ekonomi politik internasional. Namun, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penelitian ini memiliki banyak keterbatasan dan masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis akan menerima setiap
masukan, kritik, dan saran yang dapat membantu penyempurnaan skripsi ini serta
membangun kemajuan penulis di masa yang akan datang.
Bandung, 12 Desember 2018
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
seluruh pihak yang turut berkontribusi dan memberikan bantuan kepada penulis,
baik secara langsung maupun tidak langsung, sampai akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
1. Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
penyertaan-Mu, yang membantu penulis untuk dapat melewati segala
kesulitan yang ada selama proses penyusunan skripsi ini.
2. Terimakasih kepada orang tua dan keluarga, Dadih, Mamih dan JieJie atas
segala dukungan moral maupun material yang selalu diberikan dibalik
segala kesibukan yang sedang dilakukan.
3. Bang Tian (Dr. Aknolt Kristian Pakpahan) selaku dosen pembimbing yang
senantiasa memberikan arahan dan masukan bagi penulis. Terimakasih
banyak atas seluruh waktu dan bimbinganya selama ini, Bang! Tuhan
memberkati.
4. Seluruh dosen HI Unpar, terimakasih untuk segala ilmu, pengetahuan, dan
pengalaman yang telah kalian semua amalkan sehingga penulis memiliki
bekal yang cukup untuk menyusun tugas akhir ini.
5. Terakhir, kepada Renata, Ivena dan Daniella, terimakasih telah menjadi
teman-teman terbaik semasa perkuliahan ini. Terimakasih atas kesediaanya
untuk mendengar segala keluh-kesah, kegalakan dan kenyolotan penulis
dari semester satu sampai detik ini. Selamat juga bagi kita semua, satu masa
dalam hidup telah terlewati! Sampai jumpa di kehidupan nyata selanjutnya.
Remember that hardwork, passion and dedication will never ever betray
you! Salam cinta untuk kalian.
Demikian ucapan terimakasih dari penulis, semoga Tuhan membalas semua jasa
dan kebaikan yang telah kalian berikan. Sukses selalu, Tuhan memberkati
Bandung, 12 Desember 2018
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 4
1.2.1 Pembatasan Masalah ............................................................................... 7
1.2.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 7
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
1.3.2 Kegunaan Penelitian ......................................................................... 8
1.4 Kajian Literatur ........................................................................................ 9
1.5 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 12
1.6 Metode Penelitian ................................................................................... 26
1.6.1 Metode Penelitian ........................................................................... 26
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 27
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................. 27
BAB II .................................................................................................................. 29
ALIBABA SEBAGAI PEMIMPIN PERUSAHAAN E-COMMERCE
GLOBAL .............................................................................................................. 29
2.1 Fenomena E-Commerce Global .................................................................. 29
2.2 Jack Ma dan Alibaba Group Holding Ltd. .................................................. 31
2.3 Keunggulan Alibaba .................................................................................... 37
2.4 Dominasi dan Ekspansi Alibaba .................................................................. 43
BAB III ................................................................................................................. 47
ALASAN ALIBABA MASUK KE PASAR E-COMMERCE INDONESIA . 47
3.1 Perkembangan dan Potensi Pasar E-Commerce Indonesia ......................... 47
3.2 Indonesia Sebagai Negara Tujuan Perluasan Pasar E-Commerce Alibaba . 52
3.2.1 Faktor Ekonomi ............................................................................... 54
3.2.2 Faktor Politik ................................................................................... 75
3.2.3 Faktor Teknologi dan Internet ......................................................... 88
3.2.3 Faktor Masyarakat ........................................................................... 97
BAB IV ............................................................................................................... 107
KESIMPULAN .................................................................................................. 107
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 112
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Pertumbuhan pengguna internet negara-negara di dunia……..........49
Gambar 3.2 Jumlah pengunjung bulanan dari e-commerce B2B di Indonesia….66
Gambar 3.3 Jumlah pengunjung bulanan dari e-commerce C2C di Indonesia….66
Gambar 3.4 E-Commerce yang paling banyak dikunjungi……………………….69
Gambar 3.5 E-commerce terbaik di Indonesia melalui estimasi traffic bulanan...70
Gambar 3.6 Jumlah Download Applikasi ………………………….....................70
Gambar 3.7 Followers media sosial……………………………………………...71
Gambar 3.8 Perkiraan kunjungan bulanan dalam situs web Lazada……………..72
Gambar 3.9 Stabilitas politik Indonesia………………………………………….77
Gambar 3.10 Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia……………………..89
Gambar 3.11 Penetrasi pengguna internet di Indonesia………………………….89
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ownership advantage Alibaba…………………………………………41
Tabel 3.1 Determinan lokasi FDI menurut ahli-ahli……………………………..53
Tabel 3.2 Ilustrasi ukuran pasar Indonesia……………………………………….56
Tabel 3.3 GDP dan pendapatan perkapita Indonesia per-tahun…………………58
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penemuan teknologi, khususnya internet benar-benar telah menjadi momentum
penting yang sekaligus juga berperan sebagai titik balik dari segala jenis perubahan
di dunia ini. Baik disadari maupun tidak, saat ini kita semua telah mengalami
transformasi digital. Dimana seluruh area dan bidang kehidupan yang kita jalani
mulai bergeser dan terintegrasi ke dalam basis teknologi. Tidak terkecuali juga
dengan sektor ekonomi, atau biasa juga dikenal dengan istilah ekonomi digital.
Ekonomi digital nyatanya mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat
pesat dalam beberapa tahun terakhir. Dan hal ini menyebabkan terjadinya
pergeseran dari segi yang paling fundamental terhadap cara kerja sektor ekonomi
itu sendiri. Jika kita lihat, banyak dari kegiatan ekonomi dan bisnis masa kini yang
sudah tidak lagi terpaku pada cara-cara konvensional, melainkan keduanya mulai
mengadopsi teknologi kedalam berbagai kegiatan dan aktivitasnya.
Merujuk pada definisinya, ekonomi digital adalah istilah umum yang digunakan
untuk menggambarkan pasar yang berfokus pada teknologi digital yang didukung
oleh internet dan biasanya melibatkan perdagangan barang atau jasa melalui e-
commerce1. Sederhananya, bentuk nyata dari ekonomi digital ini terwujud dalam
1 “OECD Digital Economy Outlook 2017”, OECD Publishing, http://www.oecd-
ilibrary.org/science-and-technology/oecd-digital-economy-outlook-2017_9789264276284-en,
(diakses pada 19 Februari 2018)
2
rupa perdagangan elektronik atau electronic commerce (selanjutnya disingkat
menjadi e-commerce), yang mencakup seluruh kegiatan komersial yang dilakukan
secara online melalui saluran digital berupa internet. Selain dapat memberikan
jangkauan yang lebih luas, e-commerce juga dinilai lebih efisien karena
kehadiranya dianggap mampu memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi
para pelaku-pelaku didalamnya. Karena itu, dalam beberapa tahun terakhir terjadi
banyak kemunculan perusahaan dan platform e-commerce, yang secara spesifik
didirikan untuk mengakomodasi dan mewadahi kegiatan perdagangan berbasis
elektronik tersebut.
Ketika bicara mengenai perusahaan dan platform e-commerce yang sedang
marak tersebut, tentu kita tidak bisa melewatkan salah satu pemain terbesar dalam
industri ini yang bukan lain ialah Alibaba Group Holding Limited. Alibaba
merupakan perusahaan internet raksasa asal China yang didirikan oleh Jack Ma di
tahun 1999. Pada awalnya, Alibaba merupakan perusahaan e-commerce yang hanya
memfokuskan usahanya pada bisnis retail melalui layanan via portal web. Namun
belum genap menginjak 20 tahun sejak perusahaan tersebut didirikan, Alibaba telah
berkembang sedemikian hebat dan tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa
mereka telah mendominasi seluruh landscape e-commerce di China. Saat ini sendiri
terdapat jutaan pengguna dalam Alibaba, yang terdiri dari jutaan pembeli maupun
jutaan penjual/merchant didalamnya. Menurut US Security and Exchange
Commision (SEC), Alibaba telah dinobatkan sebagai platform retail terbesar di
3
dunia sejak April 2016 lalu2. Transaksi yang tercatat dalam situs online platform
Alibaba telah menyentuh angka 248 biliun USD, yang bahkan angka ini masih
melebihi jumlah transaksi eBay dan Amazon jika keduanya digabungkan3.
Berdasarkan pada kesuksesan tersebut Alibaba sekarang bukan lagi menjadi
sekedar perusahaan e-commerce retail saja, namun mereka juga telah melebarkan
bisnisnya ke dalam berbagai macam bidang usaha yang berbeda. Seperti layanan
pembayaran online, teknologi computing, dan masih banyak lainya. Bahkan Forbes
menyatakan, dalam hal jumlah bisnis yang ditangani, tidak bisa yang bisa
memungkiri bahwa Alibaba adalah perusahaan online commerce terbesar bukan
hanya di China melainkan juga di dunia4.
Dari sekilas pencapaian ini kita bisa melihat betapa besar bisnis yang dimiliki
Alibaba dalam industri e-commerce, khususnya di negara asalnya sendiri. Namun
tidak peduli sebetapa besar dan sukses sebuah perusahaan sekalipun, sebagai
sebuah entitas bisnis mereka semua pasti memiliki sifat dasar yang sama. Yaitu
untuk memperluas pangsa pasar mereka dan mencari keuntungan yang lebih besar
lagi. Alibaba pun menetapkan justifikasi yang sama. Setelah mereka sukses
menaklukan pasar e-commerce di tingkat lokal, dalam beberata tahun belakangan
ini Alibaba telah menetapkan tujuan perusahaan yang baru. Yakni memperluas
cakupan dan dominasi pasar ke tingkat global yang melampaui domain asal mereka
2 Kim Kyung Hoon, “Alibaba Passes Walmart as World’s Largest Retailer”, Reuters,
https://www.rt.com/business/338621-alibaba-overtakes-walmart-volume/,(diakses pada 23
Februari 2018) 3 “What is Alibaba?”, Wall Street Journal, http://projects.wsj.com/alibaba/ (diakses pada 1
November 2018) 4 “So What is Exacly Alibaba?”, Forbes, https://www.forbes.com/sites/chriswright/2014/09/16/so-
what-exactly-is-alibaba/ (diakses pada 1 November 2018)
4
di China. Terlebih lagi guna menjadikan perusahaanya sebagai pemimpin dari
seluruh perusahaan e-commerce di dunia dan mengalahkan sesama sainganya
dalam industri e-commerce.
Dalam mengaktualisasikan misinya, tentu Alibaba perlu memperluas cakupan
dan dominasi mereka ke dalam pasar e-commerce milik negara-negara lain. Oleh
karena itu, Alibaba mulai melirik pangsa pasar e-comerce negara-negara di sekitar
Asia—termasuk Indonesia. Dimana pasar e-commerce Indonesia sendiri dianggap
sebagai sebuah lokasi yang sangat potensial bagi prospek perluasan pasar e-
commerce miliknya.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam upaya Alibaba untuk melakukan ekspansi ke pasar global, tentu
pemilihan lokasi dari negara tujuan pasar, beserta tingkat kemapanan sektor e-
commerce di dalamnya merupakan hal krusial yang harus menjadi pertimbangan
matang. Pasalnya, pemilihan dari lokasi negara yang dituju merupakan salah satu
kunci dari keberhasilan proses ekspansi yang mereka lakukan. Sebagai kawasan
asalnya sendiri, industri dan sektor e-commerce di Asia diangap memiliki peluang
sangat besar. Melihat bahwa kawasan ini merupakan ‘rumah’ bagi negara-negara
berkembang yang potensi e-commerce nya belum tergali secara maksimal dan
masih bisa dikembangkan secara signifikan. Seperti Singapura, Thailand, Malaysia,
dan terutama India yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami berbagai
kemajuan yang sangat pesat dan mulai menunjukan kekuatanya baik itu di Asia
sendiri maupun di tingkat global.
5
Namun yang membuatnya menarik, walaupun dihadapkan dengan berbagai
pilihan negara potensial, yang notabenya juga merupakan negara-negara cukup
‘maju’ di kawasan Asia, Alibaba justru menunjukan ketertarikanya terhadap pasar
e-commerce Indonesia. Bersaing dengan India, saat ini pasar e-commerce Indonesia
memang sedang menerima banyak perhatian dari pemain-pemain e-commerce
besar di dunia. Pasar e-commerce Indonesia sendiri kerap kali disebut-sebut sebagai
salah satu yang mengalami pertumbuhan paling signifikan dan memiliki potensi
untuk berkembang sangat pesat di masa yang akan datang. Kondisi dan peluang ini
pun ternyata menarik perhatian Alibaba untuk masuk dan menjadikan Indonesia
sebagai lokasi tujuan perluasan pasar mereka. Bukti ketertarikan dan keyakinan
Alibaba terhadap Indonesia tersebut nyatanya telah direalisasikan dalam bentuk
investasi yang mereka lakukan kepada pemain e-commerce lokal milik Indonesia.
Pada September 2017 lalu, Alibaba telah melakukan investasi ke Indonesia
dengan membeli saham milik Tokopedia sebesar 1,1 milyar USD atau sekitar 14,7
triliun Rupiah5. Tokopedia sendiri merupakan salah satu platform e-commerce
lokal terbesar di Indonesia yang sudah sangat mumpuni. Sejak didirikan pada 2009
silam, Tokopedia telah berhasil mendominasi sebagian besar landscape e-
commerce Indonesia, tidak berlebihan juga untuk mengatakan bahwa saat ini
Tokopedia merupakan pioneer dari industri dan sektor e-commerce yang ada di
Indonesia. Namun, setahun sebelum Alibaba mengakuisisi saham Tokopedia,
tepatnya pada April 2016, perusahaan raksasa ini juga ternyata telah melakukan
5 Rahman Indra, “Tokopedia Dapat Suntukan Rp 14,7 Triliun dari Alibaba”, CNN Indonesia,
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170817201937-185-235487/tokopedia-dapat-
suntikan-rp147-triliun-dari-alibaba (diakses pada 23 Februari 2018)
6
investasi serupa di platform e-commerce berbasis Asia Tenggara yaitu Lazada
sebesar 1 milyar USD, yang bahkan menjadikan mereka sebagai pemegang saham
mayoritas. Walaupun bukan berasal dari Indonesia, penulis merasa perlu untuk
mengikutsertakan akuisisi Alibaba terhadap Lazada kedalam pembahasan
penelitian ini. Pasalnya di Indonesia, Lazada merupakan salah satu platform e-
commerce yang juga paling dominan dan juga selalu bersaing dalam menjadi
destinasi perbelanjaan nomor satu di Indonesia—bersamaan dengan Tokopedia.
Memang basis e-commerce Lazada ini terfokus pada enam negara di Asia
Tenggara, namun jika melihat kontribusi dari masing-masing enam negara tersebut
bisa dikatakan Indonesia-lah yang menyumbangkan peranan terbesar bagi
kesuksesan platform tersebut. Artinya, keputusan Alibaba untuk turut melakukan
investasi terhadap Lazada pada dasarnya dipengaruhi juga oleh dukungan dari
Indonesia.
Tidak tanggung-tanggung, kedua investasi yang dilakukan Alibaba terhadap
Tokopedia dan Lazada ini ternyata termasuk ke dalam urutan investasi dalam
jumlah terbesar yang pernah Alibaba lakukan. Dimana masing-masingnya
menempati urutan ketiga dan keempat dari seluruh investasi terbesar yang
dilakukan Alibaba terhadap perusahaan lain6. Selama ini, Alibaba kerapkali hanya
melakukan investasi dalam jumlah besar terhadap sesama perusahaan dan platform
e-commerce lokal asal China saja. Adapun investasi besar lainya yang dilakukan
6 Steven Millward, “Alibaba’s Biggest Investment in 2017”, Techinasia,
https://www.techinasia.com/2017-alibaba-investments (diakses pada 27 Februari 2018)
7
terhadap pihak luar ialah terhadap e-commerce asal India. Namun itupun jumlah
yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah yang Indonesia terima.
Melihat fenomena investasi yang dilakukan Alibaba terhadap Indonesia
tersebut, penelitian ini berusaha menganalisa faktor-faktor apa yang dimiliki pasar
e-commerce Indonesia yang membuat Alibaba tertarik untuk menanamkan
modalnya dalam jumlah sedemikian besar. Karena pada dasarnya, pasti terdapat
lebih dari satu faktor yang melandasi keputusan perusahaan sebesar Alibaba untuk
menjadikan Indonesia sebagai lokasi negara tujuan perluasan pasar mereka.
1.2.1 Pembatasan Masalah
Dari berbagai kemungkinan dan faktor yang melandasi investasi Alibaba
terhadap pasar e-commerce Indonesia, penelitian ini akan membatasi analisa
terhadap 4 kajian faktor. Yaitu faktor ekonomi, faktor politik, faktor teknologi dan
faktor masyarakat yang Indonesia miliki yang menarik Alibaba untuk
menjadikannya sebagai lokasi tujuan perluasan pasar e-commerce mereka.
Karena topik dari penelitian ini relatif baru, dibutuhkan pembatasan waktu
yang jelas. Oleh karena itu penulis membatasi periode waktu sampai di tahun 2017
lalu, tepatnya ketika Alibaba memutuskan untuk menyuntikan sejumlah dana
investasi terhadap Tokopedia. Pembatasan waktu ini dirasa tepat karena ketika
sebuah perusahaan memutuskan untuk melakukan investasi, mereka pasti memiliki
berbagai alasan yang sebelumnya telah dipertimbangkan dan dianalisis.
1.2.2 Perumusan Masalah
8
Adapun pertanyaan penelitian yang timbul dari latar belakang diatas adalah,
Mengapa Alibaba memilih Indonesia sebagai lokasi tujuan perluasan pasar e-
commerce nya?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan penelitian yang telah disebutkan diatas, tujuan
dari penelitian ini adalah untuk memaparkan secara komperhensif alasan dan
pertimbangan Alibaba dalam upaya memperluas pasar e-commerce mereka di
Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga berusaha menggambarkan kondisi yang
ada dengan memberikan bukti nyata terkait keadaan pasar, perkembangan e-
commerce, dan potensi ekonomi Indonesia yang menarik minat Alibaba untuk
melakukan investasi terhadap perusahaan lokalnya.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
1. Memberikan pengetahuan serta informasi mengenai perkembangan e-
commerce di era ekonomi digital sebagai salah satu bentuk fenomena global
masa kini.
2. Memberikan pengetahuan mengenai Alibaba sebagai pemimpin e-commerce
global serta potensi dan keunggulan yang dimiliki Indonesia dalam
keberhasilanya memikat investasi pihak Alibaba.
3. Memberikan sumbangan pemikiran dan referensi bagi pihak yang ingin meneliti
mengenai topik serupa.
9
1.4 Kajian Literatur
Guna memastikan bahwa fenomena masuknya Alibaba ke pasar e-
commerce Indonesia ini merupakan isu global yang termasuk dalam bagian studi
hubungan internasional, penulis menggunakan literatur yang ditulis oleh Bae
YoungJa dengan judul Information Technology and the Empowerment of New
Actors in International Relations. Dalam tulisanya YoungJa sependapat dengan
Rosenau (1990) dan Strange (1994) yang menyatakan bahwa teknologi dan
infomasi, terutama internet memainkan peranan penting bagi berbagai perubahan
dalam hubungan internasional, salah satunya ialah perubahan dalam konteks
perdagangan dan kemunculan aktor baru seperti perusahaan multinasional.
Teknologi informasi memunculkan berbagai teknik baru yang memungkinkan
perusahaan-perusahaan untuk memperluas pasarnya ke tingkat internasional. Salah
satu bentuk nyatanya adalah kehadiran internet yang telah merevolusi cara
perusahaan melakukan aktivitas bisnisnya melalui pengenalan e-commerce. E-
commerce memberikan banyak damapak positif, seperti meningkatkan kompetisi
bisnis, efisiensi serta menejemen perusahaan yang akan berdampak pada kemajuan
ekonomi. Oleh karena itu banyak usaha yang telah dilakukan untuk mempermudah
kelangsunganya melalui revisi aturan-aturan perdagangan baik itu oleh negara
maupun organisasi internasional.
Literatur selanjutnya merupakan jurnal berjudul The Determinant of
Chinese Outward Foreign Direct Investment (FDI) yang ditulis oleh Peter Buckley.
Jurnal ini menginvestigasi faktor-faktor yang menjadi determinan FDI milik
perusahaan multinasional asal China, yang dalam beberapa tahun terakhir memiliki
10
peranan aktif sebagai negara investor. Faktor-faktor tersebut diantaranya, market
seeking yang berfokus pada karakteristik pasar negara tujuan seperti ukuran dan
juga pertumbuhanya, sumber daya yang berfokus pada karakteristik pasar negara
tujuan seperti ukuran dan juga pertumbuhanya, sumber daya yang ada di negara
tujuan, aseet seeking yang biasa dilakukan terhadap negara industri, resiko-resiko
politik yang sangat berkaitan dengan aliran FDI, cultural proximity dimana
disebutkan bahwa perusahaan asal China cenderung memilih untuk melakukan
investasi di negara-negara yang memiliki populasi etnis China dalam jumlah
besar—biasanya negara-negara Asia, ada juga liberalisasi kebijakan di China yang
memang menjadi dorongan bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi, nilai tukar
dan tingkat inflasi di negara tujuan yang mempengaruhi keuntungan perusahaan,
ekspor dan impor, jarak geografis, serta terakhir adalah keterbukaan negara tujuan
teradap FDI.
Dalam jurnal Perspective on Foreign Direct Investment Location
Decisions; What Do We Know and Where Do We Get from Here, Daniel Hoi Ki
dan Peter Tze Yui menyebutkan bahwa sebelum sebuah perusahaan membuat
keputusan terkait lokasi investasi, perusahaan tersebut perlu menganalisa location
advantage dari negara tujuan mereka. Pembuatan keputusan akan lokasi ini sangat
kompleks dan seringkali dipengaruhi oleh dua faktor, faktor pajak dan faktor non-
pajak. Selain dari faktor pajak yang ada, ternyata faktor non-pajak juga berdampak
pada keputusan investasi karena akan mempengaruhi efisiensi kegiatan operasional
dan juga keuntungan yang akan didapat perusahaan. Terdapat beberapa hal yang
termasuk dalam faktor non-pajak, Pertama ialah sikap pemerintah negara tujuan
11
akan investasi asing, infrastruktur yang ada di lokasi tersebut—dimana faktor ini
dipengaruhi oleh kebutuhan masing-masing industri yang perusahaan miliki, lalu
ada juga tenaga kerja baik itu kualitas, biaya, maupun ketersediaanya, selanjutnya
ialah kondisi ekonomi yang sangat penting untuk ekspansi pasar, dan terakhir ialah
resiko politik yang juga harus menjadi pertimbangan perusahaan.
Literatur terakhir berasal dari jurnal The Determinan of Foreign Direct
Investment in China: The Case of Taiwanese Firm in the IT Industry yang ditulis
oleh Feng Jyh Lin. Jurnal ini berusaha menganalisa determinan apa saja yang
mendorong sebuah perusahaan untuk melakukan FDI—yang dalam hal ini ialah
FDI yang dilakukayn perusahaan IT. Terdapat dua faktor yang mempengaruhinya,
yaitu kondisi dan lingkungan industri tersebut serta faktor-faktor yang berasal dari
perusahaan itu sendiri. Dari sisi industri terdapat beberapa hal yang dapat menarik
perusahaan, yaitu network linkages karena nyatanya saat ini biaya dan juga resiko
investasi di bidang teknologi telah meningkat, selanjutnya ialah kondisi pasar dari
industri negara yang dituju karena tujuan daripada FDI sebuah perusahaan telalu
terkait dengan upaya ekspansi pasar, baik itu mencari pasar baru maupun
memperbesar pasar yang telah mereka miliki, dan terakhir ada kebijakan yang
terbuka yang akan menciptakan lingkungan bisnis yang baik. Sedangkan dari sisi
perusahaan sendiri, mengapa sebuah perusahaan memutuskan untuk FDI
dilatarbelakangi oleh dua hal. Ukuran dari perusahaan yang berkaitan dengan
kemampuan mereka, dimana semakin besar perusahaan tersebut biasanya mereka
memiliki specific advantage yang lebih tinggi untuk mendukung FDI. Terakhir,
ialah performa dari perusahaan. Performa ini pada dasarnya merupakan ownership
12
advantage berupa sumber daya unik, kemampuan dan pengalaman yang telah
dimiliki perusahaan itu sendiri yang dapat membantu menjaga keunggulan
kompetitif mereka.
1.5 Kerangka Pemikiran
Untuk dapat menjawab dan menganalisa pertanyaan penelitian yang telah
disebutkan di bagian sebelumnya, penelitian ini menggunakan beberapa kerangka
pemikiran dan konsep. Perspektif utama yang melandasi tulisan ini ialah teori
Liberalisme Ekonomi. Namun dalam pembahasanya akan lebih difokuskan pada
konsep-konsep yang berkatan dengan perusahaan multinasional dan foreign direct
investment (FDI).
Liberalisme ekonomi merupakan salah satu cabang ilmu dari Teori Liberalisme
yang lahir dari seorang ekonom Inggris bernama Adam Smith pada tahun 1976.
Pada dasarnya liberalisme ekonomi merupakan seperangkat doktrin dan prinsip
yang ditujukan untuk mengelola perekonomian dan pasar guna mencapai efisiensi,
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan individu secara maksimal7. Ide utamanya
bersandar pada tiga hal, yaitu perdagangan bebas yang dilepaskan pada mekanisme
pasar, individu yang berperan sebagai aktor utama dalam aktivitas ekonomi, serta
intervensi pemerintah yang harus diminimalisir.
Konsep perdagangan bebas yang diusung liberalisme ekonomi merujuk pada
kondisi perdagangan yang berorientasi pada keterbukaan. Termasuk didalamnya
7 Robert Gillpin, The Political Economy of International Relations, (New Jersey: Princeton
University Press, 2000) hlm. 27
13
pergerakan bebas antara komoditas, aliran modal, maupun tenaga kerja8. David
Ricardo menegaskan bahwa perdagangan yang dilakukan secara bebas akan
mengikat kepentingan seluruh pihak9. Ketika hambatan yang membatasi ruang
gerak aktivitas perekonomian dihilangkan, positive sum-game akan tercipta.
Dimana hal ini juga lah yang merupakan kunci dari pencapaian kesejahteraan
seluruh pihak, baik itu individu, perusahaan maupun negara.
Berbeda dengan paham lain, liberalisme ekonomi juga percaya pentingnya
peran aktor non-negara terutama di era globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini.
Walaupun aktivitas ekonomi global memang memberikan berbagai dampak positif
terhadap negara, namun tujuan utama dari asumsi liberalisme ekonomi ini lebih
ditujukan untuk kepentingan individual10. Lebih jelasnya, negara tidaklah berperan
sebagai aktor sentral karena fokus utama mereka berada di tangan individual, baik
itu sebagai produsen maupun konsumen11, termasuk didalamya perusahaan yang
berkontribusi pada kegiatan ekonomi. Negara sendiri tidak lagi menjadi satu-
satunya pemain dalam berbagai aktivitas perekonomian global, karena dalam
kenyataanya saat ini perusahaan-perusahaan—khususnya perusahaan multinasional
dapat melakukan kegiatanya tanpa harus melibatkan negara secara langsung.
Seperti contohnya perpindahan modal yang melampaui lintas batas teritorial yang
8 Scott Burchill & Andrew Linklater, Theories of International Relations 3rd edition, (New York:
Palgrave Macmillan, 2005), hlm. 63 9 Ibid. 10 Robert Gillpin, Loc. Cit. 11 Robert Jackson dan Georg Sorensen, Introduction to International Relations, (United Kingdom:
Oxford University Press, 2013), hlm 165.
14
sekarang ini dilakukan berbagai perusahaan multinasional di seluruh kawasan
dunia.
Perusahaan multinasional sendiri merujuk pada perusahaan yang terlibat dalam
aktivitas bisnis secara internasional dan melakukan kegiatan bisnisnya diluar batas
domestik. Buckley & Casson (1985) mendefinisikan perusahaan multinasional
sebagai sebuah perusahaan yang memiliki nilai atau value yang melebihi suatu
perekonomian nasional12. Sebuah perusahaan dapat dikatakan sebagai perusahaan
multinasional ketika mereka mampu untuk membuat transisi dan kemajuan, baik
itu inovasi dalam komunikasi, teknologi, dan transportasi yang memungkinkan
mereka untuk melakukan internasionalisasi13. Selain itu, perusahaan-perusahaan
tersebut juga harus mampu memberikan manfaat bagi negara yang ditujunya seperti
pemberian modal dan teknologi, kemampuan menejerial, maupun jaringan
pemasaran.
Kehadiran perusahaan multinasional ini memang telah memberikan dampak
yang sangat signifikan bagi kelancaran perdagangan pasar bebas di tingkat global.
Kendati demikian, liberalisme ekonomi berasumsi bahwa dalam perkembanganya,
tanpa peran pemerintah pasar mungkin saja mengalami ketidakseimbangan dan
market failure sampai titik dimana modal tidak termanfaatkan dengan baik dan
manejemen diantara ekonomi nasional dengan internasional tidak berjalan lancar14.
Karena itu paham ini menekankan bahwa peranan dan strategi pemerintah tidak
12 Peter J. Buckley, The Multinational Enterprise Theory and Applications, (London: Palgrave
Mcmillan, 1989), hlm 113. 13 Theodore H. Cohn, Op. Cit., hlm 249. 14 Theodore H. Cohn, Op. Cit., hlm 81.
15
dapat sepenuhnya dihilangkan. Bagaimanapun, aktivitas ekonomi tetap
membutuhkan kerangka hukum yang dibangun secara politis oleh negara untuk
memastikan semua kegiatan perekonomian berjalan dengan baik, termasuk
aktivitas perusahaan-perusahaan multinasional yang melibatkan keikutsertaan dari
dua atau bahkan beberapa negara secara bersamaan. Tanpa adanya campur tangan
pemerintah, perusahaan multinasional yang sudah mapan sekalipun tidak akan bisa
menjalankan aktivitas mereka secara efektif dan efisien. Maka dari itu, paham
liberalisme ekonomi berakhir pada kesimpulan bahwa walaupun negara bukan
merupakan fokus utama—dimana aktor sentral tetap berada pada individu dan
perusahaan beserta mekanisme kebebasan pasarnya—namun bukan berarti
kehadiranya tidak penting. Peran negara tetap krusial, namun diminimalisir hanya
sampai sebatas pembuat regulasi dan pengawas jalanya kegiatan ekonomi diantara
aktor-aktor tersebut agar terciptanya efesiensi.
Sebelum memasuki pembahasan akan konsep perusahaan multinasional lebih
lanjut, sempat disinggung bahwa kemajuan teknologi dan kemunculan internet
yang ada saat ini telah mendominasi studi Hubungan Internasional kontemporer.
Isu dan fenomena global khususnya yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi tidak
bisa lagi terlepas dari pengaruh teknologi. Theodore H. Cohn menyebutkan bahwa
rezim finansial internasional yang baru di era ini bukan lagi dibangun oleh para
politisi, ekonom, bank sentral, maupun kementrian keuangan, melainkan dibangun
16
oleh teknologi15. Hal ini jelas membuktikan adanya keterkaitan kuat diantara
teknologi internet dengan dunia hubungan internasional secara keseluruhan.
Sama halnya dengan studi hubungan internasional, perusahaan multinasional
pun terkena dampak dari kehadiran teknologi dan internet ini—khususnya bagi
mereka yang berbasis digital. Sebab, saat ini perusahaan-perusahaan tersebut bukan
hanya sekedar melakukan perdagangan lintas batas negara saja melainkan juga
membangun jaringan global di berbagai wilayah yang berbeda16. Disamping itu,
teknologi—khususnya internet—dapat diakses secara global tanpa terbatas wilayah
dan waktu. Tentu kemunculanya ini meningkatkan kemampuan perusahaan untuk
memperluas jangkauan operasi mereka di seluruh belahan dunia sekaligus
mengjangkau konsumer yang lebih luas lagi. Internet adalah cara paling mudah dan
efektif untuk menjangkau pasar global dimana kini kehadiranya telah mendorong
perkembangan pasar finansial ke arah yang lebih terbuka yang tidak lagi terbatas
pada teritori sebuah negara. Kini internet bukan hanya membuat sistem pemasaran
global lebih mudah untuk terjadi namun juga membuatnya menjadi lebih praktis
karena dapat menyediakan komunikasi instan dengan setiap pihak yang terlibat
dengan perusahaan baik itu kantor penjualan, distributor, reseller, retailer dan
kosumen di seluruh dunia dengan biaya rendah17.
Ketika menjalankan aktivitas bisnis yang melewati batas-batas wilayah sebuah
negara, perusahaan multinasional dalam kenyataanya tidak akan terlepas dengan
15 Theodore H. Cohn, Op. Cit., hlm 79. 16 John B. Cullen & Praveen Parboteeah, International Business: Strategy and the Multinational
Company, (New York: Routledge, 2010), hlm. 15. 17 Barry Silverstein, Information Technology Companies, (Canada: Maximum Press, 2001), hlm.
36.
17
konsep investasi luar negeri atau yang biasa disebut sebagai foreign direct
investment (FDI). Berdasarkan definisi yang dikeluarkan oleh IMF Balance of
Payments Manual: Fifth Edition (BPM5) FDI mengacu pada:
Investasi yang dilakukan untuk memperoleh kepentingan pada perusahaan yang
beroprasi di luar ekonomi investor. Selanjutnya, dalam kasus FDI, tujuan investor
adalah untuk mendapatkan suara yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.
(Washington, D.C., International Monetary Fund (IMF), 1993)18
FDI juga mengacu pada kepemilikan dari sebuah perusahaan multinasional,
baik sebagian maupun seluruhnya, dari operasi perusahaan di negara lain19.
Singkatnya, sebuah perusahaan dapat dikatakan telah melakukan FDI ketika
mereka mempunyai hak milik dari sebuah unit organisasi lain diluar negara tempat
mereka berasal. Tujuan daripada FDI ini sendiri ialah untuk memberikan pengaruh
yang menguntungkan berupa peningkatan pendapatan bagi perusahaan yang
melakukan investasi. Bisa itu berupa perluasan dari market shares mereka, atau
membantu mengeliminasi kompetitor-kompetitor yang ada, maupun juga berupa
aliansi strategis dengan perusahaan yang dituju20.
Dalam beberapa dekade terakhir, FDI mengalami perkembangan yang sangat
substansial dimana terdapat pergeseran dalam kegiatan ekonomi luar negeri yang
mulai memperluas fokusnya dari aktivitas ekspor dan impor. Sejak itu, perusahaan
terus menunjukan antusiasmenya untuk melakukan investasi di luar negeri dan
18 “Foreign Direct Invesment”, United Nations Confrence on Trade and Development (UNCTAD),
http://unctad.org/en/Pages/DIAE/Foreign-Direct-Investment-(FDI).aspx, (diakses pada 24 Februari
2018) 19 John B. Cullen, Op. Cit., hlm 16. 20 Aristidiz Bitzenis, Vasileonis A, Pyrros Papadimitriou, Mergers and Acquisitions as the Pillars
of Foreign Direct Investment, (New York: Palgrave MacMillan, 2012), hlm 100.
18
memperluas cakupanya kedalam pasar global. Dalam buku Ekonomi Politik Global,
Theodore H. Cohn percaya bahwa perkembangan FDI merupakan “major weaver
of the world economy”, yang diyakini dapat meningkatkan efisiensi dan pekerjaan
serta mendorong inovasi, kompetisi, pertumbuhan ekonomi21.
Dalam upaya memahami mengapa perusahaan multinasional berlomba-lomba
untuk melakukan investasi dan menempatkan dirinya di luar negeri, kerangka
pemikiran ini dilengkapi dengan model OLI atau yang biasa juga disebut the electic
paradigm yang dikemukakan oleh John H. Dunning pada tahun 1979. OLI model
merupakan singkatan dari Ownership Advantage, Location Advantage, dan
Internationalization Advantage. Ketiga hal tersebut pada dasarnya merupakan
faktor-faktor yang menjadi alasan bagi sebuah perusahaan multinasional dalam
melakukan investasi luar negeri.
Ownership Advantage dapat dikatakan sebagai modal pertama dan utama yang
harus dimiliki perusahaan multinasional ketika dirinya ingin melakukan FDI.
Perusahaan tersebut harus memiliki advantage tersendiri dari sisi ownership
mereka sebelum mereka bisa melakukan ekspansi ke pasar global. Sederhananya,
Ownership Advantage ini merupakan keunggulan-keunggulan tertentu milik si
perusahaan yang memungkinkan mereka untuk memiliki daya saing yang lebih
tinggi ketimbang perusahaan lain. Dimana keunggulan tersebut dimanfaatkan untuk
mentransfer dan memperbesar dirinya ke luar batas nasional mereka22. Keunggulan
21 Theodore H. Cohn, Op.Cit. 22 John H. Dunning, Theories and Paradigms of International Business Activity, (England: Edward
Elgar Publishing Ltd., 2002), hlm 347.
19
tersebut dapat berupa banyak hal, baik itu reputasi perusahaan mereka yang baik,
brand mereka yang kuat, skala perusahaan yang besar, maupun keunikan-keunikan
tertentu yang dimilikinya, termasuk didalamnya pemilik atau owner dari
perusahaan itu sendiri. Karena ternyata pemilik perusahaan bisa memiliki dampak
tersendiri terhadap keberhasilan dari investasi yang dilakukan perusahaan. Menurut
Dunning, keunggulan dari segi ownership merupakan nilai dan daya saing yang
sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan tersebut untuk melakukan FDI.
Tanpa keduanya, akan sulit bagi sebuah perusahaan luar negeri untuk memperluas
dirinya ke tingkat global.
Setelah sebuah perusahaan memiliki ownership advantage yang dapat
memberinya keunggulan dari perusahaan-perusahaan lain, proses FDI selanjutnya
dilandasi dan dimotifasi oleh Internationalization Advantage, yang dilakukan
dengan cara menginternasionalisasikan dirinya ke tingkat global serta memperluas
perusahaanya ke pangsa pasar yang lebih luas. Dengan harapan bahwa ketika
mereka melakukan internasionalisasi, perusahaan akan mendapat keuntungan-
keuntungan lain seperti menjangkau berbagai konsumen baru yang otomatis akan
meningkatkan keuntungan perusahaan mereka. Dalam jangka panjang, advantage
atau manfaat dari internasionalisasi ini diharapkan akan membantu meningkatkan
daya saing dan ownership advantage yang telah dimiliki perusahaan sebelumnya.
Motif dari ekspansi yang dilakukan ini terbagi menjadi tiga; motif yang
berorientasi pasar, motif sumber bahan mentah dan motif penurunan biaya produksi
20
(Buckley 1989)23. Namun telah banyak diakui oleh para ekonom bahwa pasar kerap
kali menjadi alasan utama bagi perusahaan multinasional untuk melakukan
investasi di negara lain. Pasar yang dituju disini biasanya diarahkan pada lokasi
yang bisa memberikan berbagai potensi dan peluang ekonomi terhadap
kelangsungan perusahaan itu sendiri. Dimana tujuanya selalu berujung pada neluri
sebuah perusahaan yaitu untuk memaksimalisasi keuntungan mereka.
Proses internasionalisasi dan afiliasi ke dalam pasar asing merupakan bagian
yang sangat krusial bagi strategi bisnis perusahaan multinasional. Proses ini pada
umumnya dapat dilakukan melalui beberapa cara yang berbeda. Melalui greenfield
investment, mergers & acquisitions (M&A), maupun melalui acquisitions saja
(tanpa mergers). Greenfield investment dilakukan dengan cara mendirikan
perusahaan yang sepenuhnya baru untuk beroperasi di negara lain, termasuk
didalamnya pembangunan fasilitas, pembentukan struktur organisasi, pencarian
sumber daya manusia, dll. M&A dilakukan ketika perusahaan multinasional
mengakuisisi dan menggabungkan perusahaanya dengan perusahaan di negara
tujuan. Sedangkan akuisisi dilakukan ketika sebuah perusahaan hanya mengakuisisi
atau mengambil alih perusahaan lokal yang telah ada di negara tuan rumah (host
country). Dimana pengambilalihan sebuah perusahaan lokal ini tergantung dari
seberapa besar akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan multinasional tersebut.
Bisa mencakup keseluruhan perusahaan melalui akuisisi secara langsung, bisa juga
dilakukan melalui akuisisi dalam saham mayoritas yang dimiliki perusahaan
23 Edward J. Coyne, Targeting the Foreign Direct Investor, (New York: Springer Science+
Business Media, 1995), hlm. 49.
21
tersebut24. Seringkali cara ini dianggap bisa memberikan hasil yang lebih cepat
karena mengurangi biaya dan resiko untuk mengalahkan perusahaan lokal lain yang
sudah mapan. Karena dengan membeli perusahaan lokal yang sudah mapan,
investor dapat memangkas biaya dan modal besar yang diperlukan selama periode
start-up25. Disisi lain, perusahaan yang diakuisisi biasanya sudah mapan dalam
pasar lokal negaranya, dimana mereka telah memiliki pangsa pasar yang pasti,
pengetahuan akan kondisi pasar lokal, dan juga mereka telah memiliki jaringan
distribusi26. Maka dari itu, strategi ini lebih banyak digunakan oleh perusahan
multinasional ketika hendak memperluas cakupanya ke luar negeri karena resiko
yang dimilikinya lebih rendah.
Setelah memiliki motif yang kuat untuk melakukan ekspansi ke pasar global
yang juga dilengkapi dengan keunggulan-keunggulan yang mendukungnya, FDI
berlanjut pada proses lovation advantage. Location Advantage sendiri mengarah
pada pertanyaan dimana perusahaan multinasional tersebut harus menanamkan
modal investasinya. Karena sebagai tahap finalisasi dari FDI, pemilihan lokasi ini
merupakan faktor yang sangat penting bagi kesuksesan proses internasionalisasi
yang dilakukan perusahaan tersebut. Lokasi yang dipilih haruslah memiliki
keunggulan yang membuatnya memiliki nilai tambah ketimbang lokasi-lokasi lain,
baik itu berupa peluang ekonomi, kesempatan berkembang bagi perusahaan,
maupun mungkin juga keunikan-keunikan tersendiri dari sebuah wilayah. Intinya,
24 Aristidiz Bitzenis, Vasileonis A, Pyrros Papadimitriou, op. cit., hlm 101. 25 John hs & Ernetst Ogram, International Business Environment and Operations, (Massachusetts:
Addison-Wesley Publishing Company, 1976), hlm.412. 26 Magnus Blomstorm & Ari Kokko, Foreign Direct Investment: Firm and Host Country
Strategies, (London: Palgrave Macmillan, 2000), hlm 43.
22
perusahaan harus dapat memilih lokasi yang dapat membawa dan menawarkan
keuntungan bagi mereka.
Namun, keunggulan sebuah lokasi ini sendiri bersifat sangat subjektif.
Dimana preferensi tersebut sangat ditentukan oleh motif ekspansi perusahaan milik
perusahaan, yang mana hal ini juga sangat terkait dengan strategi, objektif, dan
ownership advantage dari perusahaan yang bersangkutan itu sendiri27. Artinya,
menarik atau tidaknya lokasi sebuah negara untuk dijadikan tujuan FDI bisa
berbeda-beda diantara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Negara X mungkin
menarik bagi perusahaan A, tapi tidak bagi perusahaan B dilihat dari strategi, tujuan
dan apa yang memang menjadi focus masing-masing perusahaan. Hal ini juga yang
menyebabkan munculnya banyak analisa dan pandangan yang berbeda dari ahli-
ahli yang ada terkait determinan dalam menentukan lokasi negara tujuan FDI.
Karena itu, guna menghasilkan pembahasan yang lebih komperhensif, ada baiknya
jika penulis menggabungkan beberapa perspektif dari beberapa ahli yang berbeda.
Prof. Bob Sugeng Hadiwinata dalam buku Politik Bisnis Internasional
menyatakan bahwa dalam menentukan negara tujuan investasi, perusahaan
multinasional memiliki beberapa pertimbangan khusus, diantaranya28:
1. Pendapatan perkapita yang cukup tinggi agar masyarakat memiliki daya
saing
2. Kebijakan yang kondusif yang mendukung perusahaan dalam berinvestasi
27 Malgorzata Szalucka, “Does Location Really Matter? The Influence of the FDI Location on
Enterprise Competitiveness: The Evidence from Polish Enterprise”, Managing Global Transition,
Vol. 13 No. 2 (2015) hlm. 130 28 Bob Sugeng Hadiwinata, Politik Bisnis Internasional, (Yogyakarta: Kansius, 2006), hlm. 118.
23
3. Iklim politik yang stabil yang menjamin keberlangsungan dari kegiatan
perusahaan
4. Upaya yang dapat dilakukan perusahaan untuk menekan biaya produksi
H. S. Kehal dalam buku Foreign Investment in Developing Countries
memiliki pandangan yang berbeda dimana menurutnya determinan spesifik lain
yang menentukan FDI ialah29:
1. Instabilitas sosial politik yang harus dihindari agar tercipta suasana kondusif
bagi perusahaan dalam melakukan kegiatanya di negara tujuan
2. Keterbukaan negara tersebut terhadap perdagangan, karena keterbukaan
ekonomi sebuah negara akan meningkatkan kepercayaan diri para investor
dalam melaksanakan investasi
3. Biaya upah dan kemampuan tenaga kerja, biasanya dilakukan dalam motif
penurunan biaya produksi
4. Insentif dari pemerintah, dimana insentif yang diberikan pemerintah akan
sangat berdampak pada peluang atau hambatan bagi perusahaan.
Terakhir, penelitian ini menggunakan pandangan dari Larimo dalam buku
Foreign Direct Investment Behavior and Performance yang mengelompokan enam
faktor utama dalam memilih lokasi unit luar negeri30:
1. Teknologi dan siklus perkembanganya
2. Tingkat permintaan produk dan lokasi pasarnya
29 H.S Kehal, Op. Cit., hlm 22. 30 Larimo Jorma, Foreign Direct Investment Behavior and Performance, (Finland: Acta
Wasaensia, 1993), hlm 33.
24
3. Kondisi persaingan dan usaha yang ada di pasar
4. Faktor pendukung diantara negara yang bersangkutan
5. Faktor institusional seperti insetif pemerintah terkait investasi dan larangan
impor
6. Jarak fisik, kultur, dan ekonomi dari perusahaan yang melakukan investasi
Namun, ketiga pandangan diatas dirasa masih belum cukup untuk menghasilkan
analisa yang mendalam terkait location advantage yang dimiliki sebuah negara.
Karena dalam kenyataanya, proses perluasan pasar sebuah perusahaan luar negeri
tidaklah terbatas pada faktor-faktor tersebut saja. Melainkan, mereka juga akan
mempertimbangkan faktor-faktor lain diluar faktor yang telah dijabarkan. Maka
dari itu penulis akan menggabungkan ketiga pandangan tersebut dengan pandangan
penulis sendiri terkait determinan yang menjadi location advantage sebuah negara.
Setidaknya ada empat faktor yang digunakan penulis yakni, faktor ekonomi, faktor
politik, faktor teknologi dan internet, serta faktor masyarakat.
Faktor ekonomi yang dimaksud berupa kondisi-kondisi fundamental yang
memiliki pengaruh terhadap keadaan ekonomi negara yang bersangkutan, baik itu
kondisi di masa kini maupun di masa yang akan datang. Keadaan dan faktor-faktor
ekonomi yang menjadi determinan FDI ini nyatanya bergantung oleh banyak hal,
dan mungkin akan terlalu luas jika harus dijabarkan secara keseluruhan31. Namun
terdapat beberapa hal yang umumnya termasuk ke dalam faktor ekonomi yaitu
31 Travis G. Coan, “The Politics of FDI: An Interactive Framework”, International Interactions,
Vol. 34 (2008), hlm.404
25
ukuran dari sebuah pasar dan kemungkinan pasar tersebut untuk tumbuh32. Selain
keduanya, terdapat faktor lain yang juga turut memberikan dampak terhadap faktor
ekonomi yaitu inflasi serta kondisi dan persaingan bisnis di tingkat lokal33, dan juga
tingkat permintaan yang ada di negara yang bersangkutan34.
Faktor politik seperti institusi, struktur peraturan dan kebijakan merupakan hal-
hal yang krusial yang mempengaruhi kemampuan sebuah negara untuk
memfasiltasi iklim investasi yang positif35. Karena kondisi politik pada
kenyataanya akan berpengaruh terhadap resiko investasi yang dilakukan sebuah
perusahaan luar negeri. Kondisi-kondisi politik yang dimaksud mencakup perang,
okupasi oleh kekuatan asing, kerusuhan, ketidakstabilan, sikap pemerintah, dan
perubahan dalam aturan-aturan dan regulasi36. Termasuk juga hak-hak terkait
kepemilikan dan kebebasan dalam pergerakan barang, modal, maupun tenaga
kerja37.
Faktor selanjutnya yang digunakan ialah faktor teknologi. Dimana interaksi
diantara teknologi dan FDI dianggap sebagai pertimbangan yang krusial bagi
keputusan investasi itu sendiri. Faktor-faktor terkait teknologi di negara yang
bersangkutan akan mempengaruhi advantage yang dimiliki negara tersebut dalam
banyak hal. Teknologi yang dimaksud disini berupa aktivitas-aktivitas seputar
32 Ibid. 33 Sayeena Bano, Jose Tabbada, “Foreign Direct Investment Outflows: Asian Developing
Countries”, Journal of Economic integration, Vol.30 No.2 (2015), 365. 34 Imad A. Moosa, Foreign Direct Investment Theory, Evidence and Practice, (New York:
Palgrave, 2002) hlm.133. 35 Travis G. Coan, Loc.Cit. 36 Imad A. Moosa, Op.Cit. hlm 132 37 Travis G. Coan, Loc.Cit.
26
R&D, insentif-insentif teknologi, serta perubahan dalam teknologi38. Dimana
variable teknologi tersebut berkaitan dengan eksistensi, ketersediaan dan
perkembangan daripada teknologi itu sendiri—termasuk juga didalamnya
konektivitas dari internet39.
Faktor terakhir ialah faktor sosial yang terkait dengan kondisi-kondisi
masyarakat didalam negara tersebut. Keputusan terkait FDI seharusnya tidak hanya
didasarkan pada faktor-faktor ekonomi dan finansial saja, melainkan faktor sosial
juga seharusnya penting untuk menjadi pertimbangan investasi. Karena keadaan
sosial dalam negara tujuan juga akan mempengaruhi lingkungan bisnis di negara
tersebut, yang pada jangka panjangnya turut mempengaruhi investasi. Faktor sosial
dapat meliputi banyak hal, beberapa diantaranya adalah kondisi-kondisi geografis,
karakteristik dari masyarakat itu sendiri, maupun juga budaya yang tersebar dalam
didalamnya.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode
penelitian kualitatif, lebih spesifiknya berupa studi kasus melalui eksplorasi data
sekunder. Metode kualitatif sendiri merupakan suatu bentuk metode penelitian yang
berusaha untuk mencari tahu dan memahami pengertian yang mendalam dari
38 Imad A. Moosa, Op.Cit. hlm 161 39 Ibid.
27
sebuah gejala, fakta, maupun realita yang dianggap sebagai masalah40. Basis
penelitian kualitatif studi kasus ini didasarka pada eksplorasi studi teks dan
dokumen sebagai sumber data utama, artinya penulis tidak akan menggunakan
perhitungan matematis maupun rumus ilmiah untuk menjelaskan dan menjawab inti
dari penelitian ini. Peneliti juga mengunakan metode deskriptif yang dilakukan
dengan cara menganalisa data-data yang ada dan kemudian menarik kesimpulan
dari data-data tersebut.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi
dokumen dan kepustakaan dengan cara meneliti buku, jurnal ilmiah, dokumen,
laporan resmi, surat kabar serta berita dari situs internet yang berkaitan dengan
topik penelitian.
1.7 Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan terbagi kedalam lima bab yang berkesinambungan. Adapun
pembagian bab-bab tersebut adalah:
Bab I adalah bagian pendahuluan. Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai
latar belakang masalah yang merupakan eksplorasi dari judul penelitian,
identifikasi masalah yang membahas dasar dari masalah penelitian, lalu dilanjutkan
dengan tujuan dan kegunaan penelitian, kajian literatur, kerangka pemikiran yang
40 John W. Creswell, Research Design 4th Edition: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods
Approach, (California: Sage Publications, 2014), hlm 4.
28
menjadi landasan analisis, metode penelitian dan teknik pengumpulan data, dan
ditutup dengan sistematika penulisan.
Bab II akan membahas mengenai Alibaba Sebagai Pemimpin Perusahaan E-
Commerce Global. Dimana bab ini akan terbagi kedalam tiga bagian. Bagian
pertama akan menjelaskan tentang latar belakang dan profil Alibaba Group beserta
pendirinya—Jack Ma, lalu bagian kedua menjelaskan mengenai keunggulan
Alibaba dibandingkan dengan perusahaan e-commerce lain, sedangkan bagian
ketiga akan memaparkan dominasi Alibaba, baik itu berupa cakupanya di dalam
negeri maupun expansinya di pasar e-commerce global.
Bab III merupakan analisa dari alasan mengapa Alibaba masuk ke dalam pasar
e-Commerce di Indonesia. Analisa dalam bab tiga ini terbagi kedalam empat sub-
bab, yaitu analisa terkait faktor ekonomi, analisa faktor politik, analisa faktor
teknologi dan internet, serta sub-bab terakhir memaparkan terkait analisa faktor
masyarakat.
Bab IV merupakan bagian Kesimpulan. Sebagai ahir dari penelitian maka pada
bab ini akan memaparkan simpulan dari analisis yang telah dilakukan di bab-bab
sebelumnya yang sekaligus menjadi jawaban dari pertanyaan penelitian.