lapsus - hipertensi ^^
Post on 02-Jun-2018
237 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
1/32
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
LAPORAN KASUS INDIVIDU
HIPERTENSI + Suspect HIPERTIROID + KATARAK IMATUR ODS
Disusun Oleh :
Arenta Mantasari
H1A008009
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/PUSKESMAS KEDIRI
2014
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
2/32
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan meningkatnya usia harapan hidup serta majunya fasilitas pelayanan kesehatan,
maka prevalensi berbagai penyakit degeneratif akan tetap dan makin tinggi seiring berjalannya
waktu. Saat ini hipertensi masih menjadi masalah kesehatan yang cukup besar, antara lain karena
terus meningkatnya prevalensi penderita hipertensi, masih banyaknya penderita hipertensi yang
belum mendapat pengobatan ataupun yang sudah diobati namun target tekanan darahnya belum
dapat tercapai, serta adanya peyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas (Yogiantoro, 2009).
Di Puskemas Kediri, penyakit hipertensi selalu nampak pada daftar 10 penyakit
terbanyak setiap bulannya. Pada tahun 2013 terdaftar 1854 pasien yang terdiagnosis hipertensi
dengan berbagai keluhan penyerta, baik yang sudah terdiagnosis sebelumnya ataupun yang baru
terdiagnosis. Pada 4 bulan pertama di tahun 2014 ini terdapat 638 kasus hipertensi yang datang
berobat. Angka-angka ini menunjukkan tingginya morbiditas penyakit hipertensi, baik berasal
dari wilayah kerja Puskesmas Kediri maupun tidak (Puskesmas Kediri, 2013). Penyakit
kardiovaskuler, termasuk di antaranya adalah hipertensi, bertanggung jawab terhadap 17 juta
kematian secara global tiap tahunnya. 9,4 juta di antaranya disebabkan oleh komplikasi
hipertensi, 45% disebabkan oleh penyakit jantung iskemik dan 51% disebabkan oleh penyakit
serebrovaskuler (WHO, 2013).
Faktor resiko yang dianggap berperan dalam kejadian hipertensi antara lain usia, diet
asupan garam, stress, ras, kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan obesitas (Yogiantoro, 2009).
Beberapa di antara faktor resiko tersebut sangat bisa untuk dimodifikasi, sehingga diharapkan
kelompok beresiko bisa terhindar dari penyakit ini, serta para penderita dapat dicegah untuk
mengalami komplikasi. Terkait salah satu misi Puskesmas Kediri berupa pengendalian terhadap
kejadian penyakit menular dan tidak menular, maka penulis tertarik untuk mengkaji salah satu
penderita hipertensi di Puskesmas Kediri, guna menggali faktor resiko dan ketepatan diagnosisi
dan terapi yang sudah dilakukan.
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
3/32
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran penyakit Hipertensi di Puskesmas Kediri
Sepanjang tahun 2013 terdapat 1854 kasus penderita hipertensi yang datang berobat ke
Puskesmas Kediri. Distribusi kunjungan penderita per bulan dapat dilihat pada grafik di bawah :
Gambar 2.1 Jumlah Penderita Hipertesi di Puskesmas Kediri Tahun 2013
Dalam 4 bulan pertama di tahun 2014 ini saja, sudah terdapat 638 kasus hipertensi yang
berobat ke Puskesmas Kediri, dengan data per bulan disajikan dalam grafik di bawah ini :
Gambar 2.2 Jumlah Penderita Hipertensi di Puskesmas Kediri sejak 1 Januari 201428 April 2014
199
19 20
232
126
203
227
135
166
208
151168
0
50
100
150
200
250
Jan Feb MarAprMei Jun Jul AguSep OktNovDes
Jumlah Penderita
Hipertensi
243
161 157
105
243
161 157
105
0
50
100
150
200
250
300
Jan Feb Mar Apr
Jumlah Penderita
Hipertensi
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
4/32
3
Berdasarkan laporan tahunan di Puskesmas Kediri, didapatkan bahwa hipertensi selalu
termasuk dalam 10 besar penyakit bulanan di pelayanan rawat jalan. Berikut ini disajikan
perbandingan jumlah penderita hipertensi yang datang berobat per bulannya, sejak bulan Januari
2011Desember 2013 :
Gambar 2.3 Diagram Jumlah Penderita Hipertensi Puskesmas Kediri periode Januari 2011 Desember 2013
2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi dan Klasifikasi
Hipertensi merupakan tekanan darah di atas nilai normal, yang secara umum dibagi
menjadi hipertensi esensial/primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial tidak diketahui
penyebabnya; sedangkan hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya, misal karena
penyakit-penyakit endokrin. Berdasarkan The Seventh Joint National Committee (JNC 7),
tekanan darah dapat diklasifikasikan menjadi (Fauci et.al, 2008; Yogiantoro, 2009):
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC 7
Klasifikasi TekananDarah
Tekanan Darah Sistolik(mmHg)
Tekanan Darah Diastolik(mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120139 atau 8089
Hipertensi derajat 1 140159 atau 9099
Hipertensi derajat 2 > 160 atau > 100
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2011
2012
2013
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
5/32
4
Pada pedoman manajemen hipertensi dewasa terbaru, yaitu berdasarkan The Eight Joint
National Committee (JNC 8), klasifikasi di atas sudah tidak digunakan lagi. Pedoman yang
digunakan adalah untuk menentukan status hipertensi penderita serta waktu paling tepat untuk
memulai terapi, yaitu dengan melihat usia penderita serta ada tidaknya penyakit penyerta, yaitu
sebagai berikut (James et.al, 2013) :
Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC 8
Karakteristik Pasien Tekanan Darah
- Usia < 60 tahun
- Diabetes mellitus
- Gagal ginjal kronis
140/90 mmHg (evidence grade E)
Usia > 60 tahun 150/90 mmHg (evidence grade A)
2.2.2 Epidemiologi
Tekanan darah akan meningkat seiring dengan pertambahan usia, dan prevalensinya
sangat bervariasi di seluruh dunia, yang dapat terjadi pada seluruh kelompok masyarakat.
Dengan makin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi
kemungkinan juga akan bertambah. Laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus
meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar); dan
pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh penderita hipertensi (Fauciet.al, 2001; Yogiantoro, 2009). Di Amerika, insidensinya lebih tinggi pada laki-laki untuk
kelompok usia dewasa muda, sedangkan pada kelompok usia lanjut insidensi pada wanita sedikit
lebih tinggi (Fauci et.al, 2001).
Pada tahun 2008, sekitar 45% penduduk dunia dengan usia di atas 25 tahun menderita
hipertensi, dengan jumlah sekitar 600 juta pada tahun 1980, meningkat hingga angka 1 milyar
jiwa pada tahun 2008. Prevalensi tertinggi ditemukan di Afrika, dan yang terendah di Amerika.
Dan secara keseluruhan, kelompok ekonomi atas memiliki prevalensi yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan kelompok ekonomi lainnya. Di bawah ini disajikan diagram rerata
peningkatan tekanan darah pada usia di atas 25 tahun, dilihat dari kelompok regio wilayah serta
strata ekonominya (WHO, 2013) :
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
6/32
5
Gambar 2.4 Diagram Perbandingan Kejadian Hipertensi pada berbagai Wilayah di Dunia dan
berdasarkan Kelompok Ekonomi Penderita
Keterangan :
- Kotak biru (laki-laki), kotak merah (perempuan), kotak coklat (kedua jenis kelamin).
- AFR (AfricaRegion), AMR (American Region), EMR (Eastern Mediterranean Region),
EUR (Europe Region), SEAR (South East Asia Region), WPR (Western Pacific Region).
Berdasarkan data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES)
sejak tahun 1999 2000 insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29 31%
(Yogiantoro, 2009). Berdasarkan data dari JNC 7, didapatkan dari sekitar 50 juta penderita
hipertensi di Amerika hanya 70% yang menyadari mereka menderita hipertensi dan hanya 59%
yang telah menjalani terapi dan 34% yang terkontrol. Pada penelitian di Rotterdam, Belanda
ditemukan dari 7983 penduduk berusia diatas 55 tahun, prevalensi hipertensi meningkat sesuai
dengan umur, lebih tinggi pada perempuan (39%) dari pada laki-laki (31%) (Rossum, 2000). Di
Asia, penelitian di kota Tainan, Taiwan menunjukkan hasil bahwa pada usia di atas 65 tahun
dengan kriteria hipertensi berdasarkan JNC V ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4%
(laki-laki 59,1% dan perempuan 61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnposis hipertensi adalah
31,1% (laki-laki29,4% dan perempuan 33,1%), hipertensi yang baru terdiagnosis adalah 29,3%
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
7/32
6
(laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%). Pada kelompok ini, adanya riwayat keluarga dengan
hipertensi dan tingginya indeks masa tubuh merupakan faktor risiko hipertensi (Lu, 2000).
Pada suatu survei yang dilakukan di instalasi rawat jalan di seluruh rumah sakit se-
Indonesia pada tahun 2004 dan 2005, didapatkan bahwa penyakit sistem sirkulasi lebih banyak
diderita oleh laku-laki; kasus terbanyak adalah hipertensi esensial dan stroke. Pada survei
hipertensi di rumah sakit pada tahun 2001 (Hospital-based study) yang melibatkan 28 rumah
sakit di Indonesia dengan 3.273 pasien tercatat, dari total 40,4% kasus hipertensi yang
ditemukan, sebanyak 33,5% tidak mendapat terapi dan 3,5% mendapat terapi (Yogiantoro,
2009).
2.2.3 Faktor Resiko
Berikut ini penjelasan mengenai faktor-faktor resiko hipertensi (Soenarta, 2008) :
Faktor genetik. Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini berkaitan peningkatan kadar sodium
intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium. Seserang dengan
orangtua penderita hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
Umur. Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Seseorang yang
berumur diatas 60 tahun, 50 - 60 % diantaranya mempunyai tekanan darah lebih besar atausama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi sejalan
dengan pertambahan usia.
Jenis Kelamin. Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih
awal ( 55 tahun). Laki-laki juga mempunyai resiko lebih besar terhadap morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan diatas umur limapuluh tahun, hipertensi lebih banyak
terjadi pada perempuan (65 tahun).
Etnis. Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang yang berkulit hitam daripada orang yang
berkulit putih. Belum diketahui penyebabnya secara pasti, namun pada orang kulit hitam
ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sentifitas terhadap vasopresin lebih besar.
Stress. Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung.
Sehingga akan menstimulasi aktifitas saraf simpatetik. Adapun stress ini dapat berhubungan
dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
8/32
7
Obesitas. Penelitian epidemilogi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan
tekanan darah, baik pada pasien hipertensi maupun pada normotensi. Pada populasi yang
tidak ada peningkatan berat badan seiring pengkatan umur, tidak dijumpai peningkatan
tekanan darah sesuai peningkatan umur. Obesitas pada tubuh bagian atas, berhubungan
dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian perut.
Nutrisi. Sodium adalah penyebab dari hipertensi esensial, asupan garam yang tinggi akan
menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung
akan meningkatkan tekanan darah. Sodium secara eksperimental menunjukkan kemampuan
untuk menstimulasi mekanisme vasopressor pada susunan syaraf pusat. Defisiensi potasium
akan berimplikasi terhadap terjadinya hipertensi.
2.2.4 Patogenesis
Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak
menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan
penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Gejala biasanya bersifat non-spesifik,
misalnya sakit kepala atau pusing. Apabila hipertensi tidak diketahui dan tidak dirawat,
mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke, atau gagal ginjal.
Penyebab hipertensi tidak diketahui pada sekitar 95% kasus. Bentuk hipertensi idiopatik
disebut hipertensi primer atau esensial. Pathogenesis pasti tampaknya sangat kompleks denganinteraksi dari berbagai variable. Mungkin pula pada predisposisi genetic. Mekanisme lain yang
dikemukakan mencakup perubahan-perubahan berikut: (1), sensitifitas natrium (2) kepekaan
baroreseptor, (3) respon vascular, dan (4) sekresi renin. Lima persen penyakit hipertensi terjadi
sekunder akibat proses penyakit lain seperti penyakit parenkim ginjal atau aldosteronisme
primer.
2.2.5 Diagnosis
Evaluasi pada hipertensi hipertensi bertujuan:
1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya atau menilai
adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan
2. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah
3. Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskular.
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
9/32
8
Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien,
riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
- Anamnesis meliputi:
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder
a. Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
b. Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian obat-obat
analgesik dan obat/bahan lain.
c. Episoda berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma)
d. Episoda lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
3. Faktor-faktor risiko
a.
Riwayat hipertensi atau kardiovaskuler pada pasien atau keluarga pasien
b. Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya
c. Riwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarganya
d. Kebiasaan merokok
e. Pola makan
f. Kegemukan
g. Intensitas olah raga
h. Kepribadian
4. Gejala kerusakan organ
a. Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic
attacks, defisit sensoris atau motoris
b. Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki
c. Ginjal: poliuria, nokturia, hematuri
d. Arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten
5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6.
Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan
- Pemeriksaan fisis.
Selain memeriksa tekanan darah, pemeriksaan fisik juga dilakuukan untuk evaluasi adanya
penyakit penyerta, kerusakan organ serta kemungkinan adanya hipertensi sekunder.
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
10/32
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
11/32
10
h. kalium serum
i. Hb dan hematokrit
j. Urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin)
k. EKG
2.2.6 Penatalaksanaan
- Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan darah tinggi
dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan
prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Disamping menurunkan
tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat
mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan
darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan
darah adalah:
mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;
mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya
akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan
mengkonsumsi alkohol sedikit saja.
Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapisatu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari
menggunakan obat. Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk
menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obesitas disertai
pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan
dorongan moril.
Aktifitas fisik juga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur
paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi
menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan
menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi
walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk
mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan
organ target.
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
12/32
11
Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular.
Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang
dapat diakibatkan oleh merokok.
Tabel 2.4 Modifikasi Gaya Hidup yang Dapat Dilakukan Penderita Hipertensi
Singkatan: BMI, body mass index, BB, berat badan, DASH, Dietary Approach to Stop Hypertension
* Berhenti merokok, untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan
- Terapi farmakologi
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi
untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas
yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai
target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat
dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. Yang harus diperhatikan adalah
Modifikasi Rekomendasi
Perkiraan
penurunan
tekanan darah
Penurunan berat
badan
(BB)
Pelihara berat badan normal
(BMI 18.524.9)
5-20 mmHg/10-kg
penurunan BB
Adopsi pola makan
DASH
Diet kaya dengan buah, sayur, dan produk
susu rendah lemak
8-14 mm Hg1
Diet rendah sodium Mengurangi diet sodium, tidak lebih dari
100meq/L (2,4 g sodium atau 6 g sodium
klorida)
2-8 mm Hg
Aktifitas fisik Regular aktifitas fisik aerobik seperti jalan
kaki 30 menit/hari, beberapa hari/minggu
4-9 mm Hg18
Minum alkohol
sedikit saja
Limit minum alkohol tidak lebih dari 2/hari
(30 ml etanol [mis.720 ml beer], 300ml
wine) untuk laki-laki dan 1/hari untuk
perempuan
2-4 mm Hg
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
13/32
12
resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi
autonomik, dan lansia.
Diuretik
Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati
hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi
volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga
menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangnya kalium
melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan
kalium. Diuretik sangat efektif pada:
orang kulit hitam
lanjut usia
kegemukan
penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun
Penghambat adrenergik
Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-
blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis.
Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon
terhadap stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah. Yang paling sering digunakan
adalah beta-blocker, yang efektif diberikan kepada: penderita usia muda
penderita yang pernah mengalami serangan jantung
penderita dengan denyut jantung yang cepat
angina pektoris (nyeri dada)
sakit kepala migren.
Angiotensin converting enzyme inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan penurunan
tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan kepada:
orang kulit putih
usia muda
penderita gagal jantung
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
14/32
13
penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal
menahun atau penyakit ginjal diabetik
pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain.
Angiotensin-II-bloker
Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan
ACE-inhibitor.
Antagonis kalsium
Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang
benar-benar berbeda. Sangat efektif diberikan kepada:
orang kulit hitam
lanjut usia
penderita angina pektoris (nyeri dada)
denyut jantung yang cepat
sakit kepala migren.
Vasodilator
Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari golongan ini
hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti-hipertensi lainnya.
Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang
menurunkan tekanan darah tinggi dengan segera. Beberapa obat bisa menurunkantekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara intravena (melalui
pembuluh darah):
Diazoxide
Nitroprussi
Nitroglycerin
Labetalol
Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa
diberikan per-oral (ditelan), tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi, sehingga
pemberiannya harus diawasi secara ketat.
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
15/32
14
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS
Nama : Ny. M
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Sasak
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jalan Kali Babak, Gang Madrid, Gelogor - Kediri
Tanggal Pemeriksaan : 14 April 2014
3.2 Anamnesa
Keluhan utama: Kontrol tekanan darah
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Balai Pengobatan Dewasa Puskesmas Kediri bermaksud untuk kontrol
tekanan darah, karena pasien sudah tidak minum obat sejak 1 minggu sebelumnya. Pasien
mengeluhkan seluruh tubuh terasa lemah, pegal-pegal dan terkadang nyeri pada bagian
belakang kepala. Selain itu pasien juga merasa dada sering terasa berdebar-debar, disertai
keringat dingin dan sering gemetaran. Pasien mengaku berat badannya menurun dalam 1
tahun terakhir, meskipun nafsu makannya baik dan ia cenderung cepat merasa lapar.
Terkadang muncul bercak-bercak kemerahan yang tidak gatal pada bagian leher dan wajah,
terutama bila pasien sedang berkeringat. Pasien juga sering terbangun pada malam hari karena
gelisah dan berkeringat berlebih. Keluhan nyeri pada dada kiri disangkal oleh pasien.
Nyeri pada ulu hati disangkal. Keluhan batuk pilek maupun sesak napas disangkal. BAK tidak
ada keluhan, frekuensi sekitar 5-6 kali per hari, warna kuning jernih, tidak terasa nyeri. BAB
tidak ada keluhan, frekuensi 1 kali per hari, konsistensi lunak dengan warna kecokelatan.
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
16/32
15
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien sudah didiagnosis menderita darah tinggi sejak 1 tahun yang lalu, ketika ia sering sakit-
sakitan dan kemudian memeriksakan diri ke dokter. Pasien pernah dirujuk ke RSUD Gerung
dan mendapat pemeriksaan lebih lengkap, kemudian dikatakan mengalami penyakit jantung.
Sekitar 7 bulan yang lalu, pasien menjalani operasi di RSUD Gerung karena Prolaps Uteri.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Salah seorang saudara pasien juga menderita hipertensi, dan hampir tidak pernah kontrol serta
mendapat pengobatan. Saudara pasien tersebut hanya sesekali memeriksakan tekanan
darahnya pada salah seorang tetangga yang merupakan perawat, namun tidak minum obat
teratur.
Riwayat Pengobatan :
Pasien diberikan obat penurun tekanan darah sejak 1 tahun yang lalu, kadang pasien tidak
minum obat bila merasa tubuhnya baik-baik saja. Pasien juga sering terlambat kontrol tekanan
darah di Puskesmas, dan hanya memeriksakan tekanan darah di tetangganya. Pasien mengaku
jarang kontrol karena tidak ada anggota keluarga yang bisa mengantar ke Puskesmas.
Riwayat Pribadi
- Riwayat Nutrisi : Makanan pasien sehari-hari adalah masakan menantunya, dan pasien
sangat jarang membeli makanan di luar. Pasien mengaku tidak pernah memiliki
kebiasaan menambah garam setiap kali ia makan. Pasien juga mengaku sudahmengurangi konsumsi makanan yang digoreng, dan lebih banyak mengonsumsi sayur-
sayuran dan buah-buahan. Pasien tidak pernah mengonsumsi kopi maupun teh setiap
harinya. Pasien merasa nafsu makannya tidak berubah, bahkan ia cenderung cepat
merasa lapar dan haus.
Pasien mengaku dulu ia bertubuh gemuk, namun sejak sakit tubuhnya makin kurus.
- Riwayat sosial ekonomi
Pasien saat ini sudah tidak bekerja, dan sudah dicerai hidup oleh suaminya. Pasien
tinggal di rumahnya bersamasalah seorang anaknya beserta menantu dan 2 orang
cucunya. Sumber pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien adalah dari gaji anak dan
menantunya, dengan jumlah sekitar Rp 1.300.000,00 per bulan. Pasien mengaku itu
sangat pas-pasan karena harus digunakan pula untuk biaya sekolah cucunya. Untuk
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
17/32
16
mendapat pengobatan, pasien menggunakan kartu ASKES yang sudah dimilikinya
sejak dulu.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Kesan umum : Sedang
Kesadaran : Comppasien Mentis
GCS : E4V5M6
Vital Sign
TD : 160/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit, isi dan tegangan kuat, irama teratur
Pernapasan : 24 x/menit, teratur tipe torakoabdominal
Temperature : 36,7oC
Status General :
Kepala dan Leher :
1. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 3mm/3mm, refleks
pupil (+/+), edema palpebra (-/-), eksoftalmpasien (-), TIO (N/N). Bilik mata ODS dalam,
lensa ODS keruh, iris shadow (+/+). Visus sulit dievaluasi.
2. THT : struktur normal, tidak nampak tanda radang
3.
Mulut : Bibir sianpasienis (-), mukpasiena mulut normal, gigi geligi dalam batas normal.
4. Leher : Pembesaran KGB (-), kelenjar tiroid tidak membesar.
5. Nervus Cranialis IXII : dalam batas normal
Thorax :
Inspeksi : Retraksi intercpasiental (-), pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Gerakan dinding dada simetris, fremitus vokal sama antara kiri dan kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru. Batas jantung tidak dievaluasi.
Auskultasi
Pulmo : Vesikuler (+/+) , Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : S1S2tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
18/32
17
Abdomen :
Inspeksi : Massa (-), distensi (-),scaroperasi (+)
Auskultasi : BU (+) N
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien tidak teraba
Anggota Gerak:
Tungkai Atas Tungkai Bawah
Kanan Kiri Kanan Kiri
Akral hangat - - - -
Edema - - - -
Pucat - - - -
Pembengkakan Sendi - - - -
Tremor halus + + - -
Kekuatan motorik 5 5 5 5
Sensorik N N N N
Kulit : Makula eritema multipel di area leher hingga perbatasan thoraks, serta di wajah sebelah
kanan. Ikterus (-), pustula (-), petekia (-).
Urogenital : flank mass (-), Nyeri tekan (-), nyeri ketok CVA (-); genital tidak dilakukan
pemeriksaan
Vertebrae :tidak tampak kelainan
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang di Puskesmas Kediri.
3.5 Diagnosis Kerja
Hipertensi
Katarak immatur ODS
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
19/32
18
3.6 Rencana Awal
Captopril 25 mg, 2 x 1 tablet
Vitamin B complex, 1 x 1 tablet
Pro rujuk ke RSUD Gerung untuk pemeriksaan lanjutan.
3.7 Prognosis
Dubia ad bonam
3.8 KIE
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang ia derita umum terjadi pada individu
seusianya.
Menjelaskan bahwa perberatan penyakit dan komplikasi dapat dicegah dengan
memperhatikan pola makan rendah garam dan melakukan latihan ringan setiap harinya.
Menjelaskan pentingnya konsumsi obat penurun tekanan darah secara teratur, dan pasien
harus kontrol sebelum obat habis. Memomtivasi keluarga untuk lebih memperhatikan dan
mengutamakan untuk mengantar pasien kontrol ketika waktunya sudah tiba.
Dari hasil pemeriksaan sementara, kemungkinan penyebab keluhan-keluhan lainnya yang
dialami pasien disebabkan oleh adanya kelainan hormon tiroid, sehingga harus dilakukan
pemeriksaan penunjang di RS Kabupaten. Pasien dimotivasi untuk memeriksakan diri ke
RSUD Gerung guna mendapat pemeriksaan lebih lanjut mencakup pemeriksaan darah
lengkap, kimia darah (glukosa, profil lipid, fungsi ginjal, fungsi hati), pemeriksaan EKG,
serta pemeriksaan hormon tiroid.
Terdapat kelainan pada lensa mata pasien, berupa katarak di mata kiri dan kanan. Kondisi
ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan pada pasien. Namun untuk saat ini belum
ada terapi atau tindakan yang dapat dilakukan, pasien disarankan untuk segera
memeriksakan diri bila ada keluhan pada mata.
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
20/32
19
BAB IV
PENELUSURAN KASUS
4.1. Dasar Pemilihan Kasus
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan yang tidak pernah tuntas, baik secara
global, di Indonesia, di Lombok, dan terutama di wilayah kerja Puskemas Kediri. Tingginya
angka hipertensi sudah tentu akan meningkatkan resiko penyakit lainnya sebagai komplikasi
penyakit kronis. Dari berbagai sumber didapatkan kematian akibat penyakit hipertensi, terutama
komplikasinya, menempati urutan atas. Begitu pula dengan fenomena trend penyakit yang
beralih dari communicable disesase menjadi non-communicable disease.
1.2.Penelusuran Kasus dan Dokumentasi
Pasien tinggal di rumah pribadi yang berukuran sekitar 8 m x 8 m, yang terdiri dari 2
kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 kamar mandi dan 1 dapur. Rumah pasien terletak
sekitar 50 meter dari gang besar, yang berjarak sekitar 150 meter dari jalan raya. Rumah pasien
berbatasan di sebelah barat, timur, utara dan selatan dengan rumah tetangga. Untuk mencapai
rumah pasien, dari gang utama dapat dicapai dengan berjalan kaki melewati rumah-rumah
tetangga pasien. Pasien dan keluarganya tidak memelihara hewan peliharaan. Di depan rumah
terdapat halaman seluas + 4 x 10 meter, dengan beberapa tanaman. Tidak nampak saluran
pembuangan atau parit di sekitar rumah pasien.
Rumah beratap genteng, plavon terbuat dari asbes, seluruh bagian rumah berdinding bata
dan sudah disemen. Seluruh bagian rumah berlantai semen, setiap ruangan memiliki ventilasi di
atas jendela. Pencahayaan rumah pasien cukup baik, kecuali kamar pribadi pasien karena satu-
satunya jendela yang ada menghadap ke tembok rumah tetangga sehingga cahaya matahari tidak
masuk dengan maksimal meskipun jendela dibuka lebar. Namun pasien mengaku tetap membuka
jendela sepanjang hari, dan menutupnya menjelang waktu Maghrib. Pencahayaan rumah pada
malam hari mengandalkan pencahayaan listrik.
Di bagian paling depan terdapat teras yang berlantai semen, sepanjang kurang lebih 4
meter mengikuti panjang ruang tamu.
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
21/32
20
Ruang pertama adalah ruang tamu yang juga dijadikan tempat menonton TV. Ruang
tamu tersebut berukuran kurang lebih 4 x 2 meter, memiliki 1 pintu dan 3 jendela di bagian
depan serta 2 jendela di bagian samping. Pasien dan keluarganya tetap membuka jendela
sepanjang hari.
Ruang kedua adalah kamar tidur yang ditempati oleh anak pasien bersama menantu dan 2
orang cucunya. Kamar tersebut memiliki 1 buah kasur, 1 lemari pakaian, 1 meja, dan 1 buah
jendela yang mengarah ke tembok rumah sebelah barat. Pencahayaan kamar kurang baik,
terutama karena anak pasien lebih serig tidak berada di rumah, jadi biasanya pintu dan jendela
dituup rapat.
Ruang ketiga adalah kamar tidur pasien, yang memiliki 1 buah tempat tidur, 1 buah
lemari baju, serta 1 jendela. Pencahayaan kurang maksimal, sehingga terkesan sedikit lembab.
Nampak beberapa pakaian yang digantung di tembok, namun secara keseluruhan ruangan
nampak rapi dan tidak terlalu banyak perabot.
Ruang tengah yang dijadikan sebagai ruang keluarga serta meletakkan beberapa perabot,
memiliki 1 pintu dan 1 jendela yang mengarah ke tembok rumah tetangga di sisi barat.
Pencahayaan baik dan sirkulasi udara juga baik.
1 kamar mandi terletak di belakang, dengan lantai semen. Bak mandi berukuran + 1 x 1
meter, rajin dikuras seminggu sekali. Sumber air menggunakan air PDAM. Jamban pasien
menggunakaan WC leher angsa dan terhubung ke septic tank yang ada di halaman depan rumah.
Di sebelah kamar mandi terdapat rak piring dan peralatan masak, sekaligus menjadi
dapur. Pasien memasak menggunakan kompor gas. Menu sehari-hari pasien biasanya terdiri dari
nasi putih, lauk pauk bervariasi (tempe, tahu, telur, ikan/ayam/daging lebih jarang daripada
menu lainnya), sayur, dan pasien mengaku menantunya hanya menambahkan sedikit garam
setiap kali masak. Untuk keperluan minum pasien menggunakan air galon kemasan, yang secara
fisik nampak kualitas air jernih, tidak berwarna, tidak berbau. Kebutuhan memasak mandi, dan
mencuci juga berasal dari air keran PDAM.
Kebiasaan mandi keluarga ini 2-3 kali sehari, namun pasien sering mandi lebih dari itu
karena sangat berkeringat. Pasien dan keluarganya mandi dengan sabun mandi batang dan 2 kali
gosok gigi dengan pasta gigi. Pasien dan keluarganya baru berobat ke Puskesmas bila keluhan
sakitny dirasa sangat mengganggu aktivitas, dan menunggu anak pasien bisa mengantar.
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
22/32
21
Sampah di kumpulkan di samping rumah kemudian dibuang ke tempat penampungan
sampah yang ada di gang besar menuju rumah pasien (sekitar 50 10 meter dari rumah). Tidak
ada anggota keluarga yang merokok di rumah.
Denah rumah pasien
KET:
: PINTU
KM (kamar mandi), KT (kamar tidur), RK (ruang keluarga), RT (ruang tamu).
KMdapur
KT
KT RT
teras
RK
U
10 meter
10 meter
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
23/32
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
24/32
23
Gambar 5. Kamar MandiGambar 6. Halaman samping rumah
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
25/32
24
BAB V
PEMBAHASAN
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor-faktor utama
yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup sehat yang
diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu faktor biologis, perilaku (gaya hidup)
individu atau masyarakat, faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor pelayanan
kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya).
Berdasarkan hasil penelusuran kasus ini, jika mengacu pada konsep H.L.Bloom, maka
dapat ditelah beberapa faktor yang mempengaruhi penyakit yang diderita oleh pasien dalam
kasus ini.
1.
Faktor Biologis.
Pada kasus ini, pasien adalah seorang perempuan berusia 50 tahun, yang mana usia
tersebut termasuk dalam kelompok middle agedan sudah mendekati usia lanjut (batasan usia
lansia adalah 60 tahun). Pada beberapa sumber dikatakan, seiring dengan bertambahnya usia
seseorang mendekati usia lansia, kejadian hipertensi akan meningkat. Dan dari beberapa data
epidemiologis, kejadian hipertensi pada kelompok usia lansia lebih banyak dialami oleh
perempuan. Seiring dengan pertambahan usia, maka akan terjadi proses degeneratif pada tiap
individu. Mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari
pertambahan usia terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah
sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh
darah menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan compliance aorta dan
pembuluh darah besar dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah sistolik. Penurunan
elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas
baroreseptor juga berubah dengan umur. Resistensi Na akibat peningkatan asupan dan penurunan
sekresi juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Sedangkan, meski ditemukan penurunan renin
plasma dan respons renin terhadap asupan garam, sistem renin-angiotensin tidak mempunyai
peranan utama pada hipertensi pada lanjut usia.
Selain perubahan pada sistem kardiovaskuler dan hormonal seperti di atas, akan terjadi
pula perubahan pada organ mata, salah satunya pada lensa. Pada sekitar usia pertengahan (middle
age) terjadi kondensasi pada nucleus lensa, yang menghasilkan sklerosis nucleus. Dengan
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
26/32
25
terjadinya kondensasi tersebut, terjadi peningkatan daya akomodasi pada bagian sentral lensa,
yang menghasilkan efek myopic, sehingga mengganggu daya penglihatan pasien.
Faktor biologis lainnya yang berpengaruh adalah berat badan, atau spesifiknya adalah
BMI. Pasien mengaku dulu ia gemuk, namun sejak sakit menjadi lebih kurus. Pada pembuatan
laporan kasus ini, Penulis tidak mengevaluasi berat badan, tinggi badan, maupun lingkar
pinggang pasien, sehingga nilai BMI mauapun status obesitas sentral sebagai salah satu faktor
resiko penyakit kardiovaskuler tidak bisa ditentukan, dan selanjutnya tidak dapat dilakukan
pengkajian keterkaitan antara komponen tersebut dengan penyakit hipertensi yang diderita
pasien.
Adanya saudara kandung pasien yang juga menderita hipertensi mengarahkan kecurigaan
orang tua pasien juga memiliki riwayat hipertensi (pasien tidak mengetahui apakah orang tuanya
menderita hipertensi atau tidak). Dari kepustakaan didapatkan bahwa individu dengan riwayat
keluarga hipertensi memiliki resiko 3,8 kali lebih besar menderita hipertensi pada usia < 55
tahun. Meskipun telah dilakukan beberapa studi untuk meneliti faktor genetic yang berperan
dalam kejadian peyakit ini, belum ada penjelasan yang menjadi kausa mayor hipertensi secara
genetik, dan lebih kepada gangguan poligenik yang diperberat dengan paparan lingkungan.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dianggap berperan dalam kejadian hipertensi pada pasien ini
adalah perilaku pasien dan keluarganya yang tidak memiliki kesadaran untuk kontrol penyakit
dan minum obat secara teratur. Hipertensi dikatakan sebagai new communicable diseasekarena
perilaku-perilaku seperti ini, dan berbagai perilaku tidak sehat lainnya dapat menular antar
anggota keluarga maupun kelompok masyarakat.
3. Faktor Perilaku
Faktor perilaku yang dapat berperan pada timbulnya penyakit mencakup pengetahuan,
sikap dan tindakan, dalam hal ini khususnya mengenai penyakit hipertensi. Setelah dilakukan
anamnesis dan kunjungan rumah, diketahui bahwa pengetahuan pasien mengenai resiko
hipertensi serta hal-hal yang memperberat penyakit sangatlah kurang. Sehingga hal ini
berdampak pada tidak terkontrolnya tekanan darah pasien.
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
27/32
26
Pasien tidak mengetahui betapa pentingnya mengonsumsi obat secara teratur dan rutin
kontrol agar target tekanan darah dapat tercapai. Pasien hanya meminum obat sebanyak yang ia
dapatkan dan tidak kembali kontrol jika tidak ada keluhan lainnya. Selain pasien, pengetahuan
dan kesadaran anggota keluarga lainnya akan hal ini juga sangat kurang. Salah seorang anak
pasien bahkan tidak mengetahui ibunya menderita hipertensi. Anak pasien yang tinggal serumah
juga lebih sering tidak bisa mengantar ibunya kontrol ke Puskesmas, karena terlalu sibuk
bekerja. Salah seorang saudara pasien yang juga memiliki penyakit serupa juga memiliki
kebiasaan yang sama, dan jarang kontrol tekanan darah. Kurangnya motivasi antar anggota
keluarga ini dapat berpengaruh pada kurang antusiasnya pasien dalam melakukan pengobatan
secara rutin.
Pasien juga kurang mengetahui asupan diet yang harus diatur untuk penderita hipertensi.
Pasien hanya mengetahui ia harus mengurangi penggunaan garam, dan ia memang tidak
memiliki kebiasaan menambahkan garam setiap kali makan. Pasien tidak mengetahui bahwa ia
harus mengurangi makanan-makanan yang digoreng, dan harus menambah konsumsi buah dan
sayur. Dari segi aktivitas sehari-hari, pasien terkesan sangat kurang beraktivitas. Pasien hanya
diam di rumah tanpa melakukan pekerjaan rumah, sesekali berkunjung ke tetangga atau rumah
saudaranya. Hal ini salah satunya disebabkan karena pasien juga memiliki keluhan berdebar-
debar, gemetaran dan berkeringat dingin, sehingga cukup mengganggu pasien dalam melakukan
aktivitas. Kurangnya asupan serat dan aktivitas fisik ini meningkatkan resiko munculnya
penyakit kardiovaskuler lain sebagai kelanjutan dari hipertensi yang dialami pasien.
4. Faktor Pelayanan Kesehatan
Dalam pelayanan kesehatan sehari-hari untuk kasus hipertensi, Puskesmas Kediri lebih
fokus pada aspek kuratif dengan memberikan terapi Captopril atau Nifedipine. Sepengetahuan
penulis, aspek promotif dan preventif baru mulai digarap sejak 1 bulan yang lalu dan masih
belum berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari jarangnya dilakukan edukasi lengkap mengenai
pengontrolan terapi dan gaya hidup kepada para penderita hipertensi, sehingga tidak jarang
penderita datang dalam keadaan tekanan darah yang sangat tinggi, atau bahkan sudah
berkomplikasi. Begitu pula pada pasien kasus ini yang selama sakitnya tidak pernah mendapat
penjelasan lengkap tentang hal-hal tersebut, sehingga kesadaran untuk memeriksakan diri pun
menjadi kurang. Pasien menjadi tidak paham bahayanya penyakit ini bagi dirinya.
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
28/32
27
Mutu pelayanan kesehatanPuskesmas Kediri untuk kasus hipertensi dari segi kuratif
sudah sesuai dengan standar pelayanan Depkes, dimana obat utama yang digunakan adalah
Captopril. Dari segi ketepatan diagnosis, seluruh tenaga kesehatan di Puskesmas Kediri sudah
sangat memahami, namun beberapa orang terkadang memberikan terapi tidak sesuai dengan
anjuran dari kepustakaan terbaru, sehingga terapi kurang optimal atau tidak tepat untuk pasien.
Jika merujuk pada kepustakaan, anjuran obat lini pertama dari JNC adalah diuretik Thiazid.
Namun di Puskesmas Kediri obat ini hampir tidak pernah digunakan, entah karena masalah
ketidaktahuan atau kurangnya stok obat tersebut di Gudang Obat. Namun secara keseluruhan,
efek terapi yang diharapkan sudah tercukupi dengan pemberian Captopril atau Nifedipine.
Pada pasien kasus ini, belum pernah sebelumnya dilakukan pengkajian masalah
kesehatan lainnya, sehingga pasien hanya diperiksa tekanan darah kemudian diberikan obat
penurun tekanan darah. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, penulis berpendapat adanya
penyebab lain dari hipertensi yang dialami pasien, bukan sekedar hipertensi esensial seperti yang
selama ini didiagnosis. Dengan adanya keluhan dada sering berdebar-debar, berkeringat dingin,
gemetaran serta gelisah dan sering terbangun saat tidur mengarahkan pada kecurigaan adanya
gangguan hormon tiroid. Seperti diketahui bahwa salah satu efek hormon tiroid adalah
meningkatkan aktifitas simpatik, yang salah satunya berujung pada peningkatan tekanan darah.
Kecurigaan ini didukung dengan adanya keluhan berat badan yang terus menurun meskipun
pasien banyak makan, menandakan adanya status hiperkatabolik yang salah satunya dapat
disebabkan oleh kondisi hipertiroid. Dengan adanya temuan ini, penulis menyarankan pasien
untuk meminta rujukan di Puskesmas Kediri guna memeriksakan diri ke RSUD Gerung dan
mendapat pengobatan definitif selain pengobatan hipertensinya.
Pada akhir tahun 2013 yang lalu, telah dikeluarkan pedoman terapi hipertensi dari JNC 8,
yang mengubah klasifikasi hipertensi sebelumnya. Setiap penderita dilihat berdasarkan umurnya,
dan dilihat standar tekanan darah yang dapat dikatakan sebagai hipertensi, atau ada tidaknya
penyakit penyerta. Acuan ini belum digunakan di Puskesmas Kediri. Berdasarkan pedoman
tersebut, pasien ini sudah dapat dikatakan menderita hipertensi karena untuk usianya yang 50
tahun dengan tekanan darah 160/100 mmHg. Sedangkan untuk terapi tidak berbeda dengan
pedoman sebelumnya dimana diuretik Thiazid menjadi pilihan pertama, namun di Puskesmas
Kediri Captopril tetap menjadi obat pilihan.
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
29/32
28
Biaya pelayanan kesehatandi Puskesmas Kediri terjangkau untuk berbagai kalangan,
baik itu pasien umum dan terutama pasien Jamkesmas. Pasien umum hanya dikenai biaya 5.000
rupiah untuk rawat jalan. Pasien umum rawat inap di Puskesmas Kediri dikenai tarif 50.000
rupiah perhari nya, sedangkan untuk pasien Jamkesmas tidak di kenai biaya apapun. Pasien di
kasus ini memiliki kartu ASKES yang sudah dapat langsung digunakan sesuai sistem baru BPJS,
sehingga sebenarnya pasien tidak perlu repot untuk memikirkan biaya pengobatannnya.
Ketersediaan SDM di Puskesmas Kediri sudah cukup memadai, dengan tenaga
kesehatan baik di Poliklinik rawat jalan ataupun IGD sudah mengerti tentang didiagnosis dan
terapi awal untuk penyakit hipertensi.
Aksespasien ke Puskesmas kediri mudah, rumah pasien berjarak kurang lebih 3 km dari
puskesmas, pasien menggunakan motor pribadinya sebagai kendaraan.
Salah satu program baru yang dicanangkan oleh Puskesmas Kediri terkait dengan
pengendalian penyakit tidak menular adalah Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu), yang baru
dimulai pada tanggal 3 April 2014. Program ini fokus pada kegiatan penyuluhan untuk penyakit
hipertensi, stroke dan asma, dengan sasaran usia 15 tahun hingga lansia; juga melakukan
pemeriksaan serta penjaringan kasus di masyarakat; dan tidak mencakup aspek kuratif. Kegiatan
penyuluhan yang pertama sudah dilakukan di Desa Gelogor dan Ombe Rerot. Kegiatan-kegiatan
tersebut dilakukan sekali dalam sebulan, tergantung dari waktu yang ditentukan oleh Dinas.
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
30/32
29
DETERMINAN MASALAH KESEHATAN
HIPERTENSI
PELAYANAN
KESEHATAN
BIOLOGIS DAN
GENETIK
LINGKUNGAN
PERILAKU
Biologis: usia pasien 50 tahun, perubahan
degeneratif sudah berlangsung
Program Ppasienbinduterkait hipertensi, yang baru
dicanangkan 1 bulan yang
lalu. Pasien belum mendapat
pelayanan program ini.
Kurangnya pengkajian
kondisi kesehatan lainnya
pada pasien.
Tidak ada pengaruh
lingkungan.
Pasien tidak rutin meminum
obat dan kontrol tekanandarah di fasilitas layanan
kesehatan
Pasien kurang mengonsumsi
serat
Aktivitas fisik sehari-hari
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
31/32
30
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat program baru terkait promotif dan preventif hipertensi, yaitu Posbindu (Pos
Pembinaan Terpadu) yang baru dimulai 1 bulan yang lalu, dengan memberikan penyuluhan
serta pemeriksaan dan penjaringan pasien di wilayah kerja Puskesmas Kediri.
2. Faktor resiko pada pasien kasus ini adalah usia, jenis kelamin, pola diet tidak sehat,
aktivitas fisik yang kurang, serta pengetahuan dan kesadaran untuk berobat yang kurang.
3. Beberapa faktor tersebut sesuai dengan determinan masalah kesehatan yang dikemukakan
oleh H.L. Bloom yaitu determinan biologis, perilaku dan pelayanan kesehatan.
5.2Saran
Perlu dibuat program khusus untuk hipertensi di Puskesmas Kediri, yang terutama fokus pada
aspek promotif dan preventif, pada kelompok penderita yang sudah terdiagnosis maupun pada
kelompok beresiko lainnya.
-
8/10/2019 lapsus - Hipertensi ^^
32/32
DAFTAR PUSTAKA
Fauci, Anthony et.al. 2008. Hypertensive Vascular Disease, dalam Harrisons Principle of
Internal Medicine, 7thedition. USA : McGraw-Hills Companies.
James, Paul A. et.al. 2013. 2014 Evidence Based Guideline for Management of High Blood
Pressure in Adults, Report from the Panel Members Appointed to the Eight Joint
National Committee (JNC 8). American Medical Association.
Kuswardhani, RA Tuty. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia, dalam J Penyakit
Dalam, volume 7, nomor 2.
Lu FH, Tang SJ, Wu JS, Yang YC, Chang CJ. Hypertension in Elderly Persons: Its Prevalence
and Associated Cardiovascular Risk Factors in Tainan City, Southern Taiwan. JGerontol 2000;55A:M463-8
Puskesmas Kediri. 2013. 10 Penyakit Terbanyak Bulanan 20112013. Kediri.
Puskesmas Kediri. 2013.Register Harian Kasus Hipertensi 2013. Kediri.
Puskesmas Kediri. 2014.Register Harian Kasus Hipertensi 2014. Kediri.
Van Rossum CTM, van de Mhen H, Witteman JCM, Hoftnan A, Mackenbach JP, Groobee DE.
Prevalence, Treatment, and Control of Hypertension by Socio-demographic Factors
Among the Dutch Elderly. Hypertension 2000;35:814-21.
WHO. 2013. A Global Brief on Hypertension: Silent Killer, Global Public Health Crisis. World
Health Organization.
Yogiantoro, Mohammad. 2009. Hipertensi Esensial; dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Edisi V, Jilid II. Jakarta : Penerbit FKUI.
top related