lapsus dr.antok.docx

36
BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia sampai saat ini ada tiga penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan dalam kehamilan 40- 60%, infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan 20-30%, sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. 1 Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. 2 Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya. 2,3 Definisi perdarahan antepartum menurut WHO adalah perdarahan pervaginam setelah 29 minggu kehamilan atau lebih. Perdarahan yang terjadi umumnya lebih berbahaya dibandingkan perdarahan pada umur kehamilan kurang dari 28 minggu karena biasanya hebat dan mengganggu sirkulasi O2, CO2 dan nutrisi dari ibu ke janin. Penyebab tersering perdarahan pada trimester III, yaitu : Solusio plasenta 30%, Plasenta previa 32%, Vasa previa 0,1%, Inpartu biasa 10%, Kelainan lokal 4%, Tidak diketahui sebabnya 23,9%. Penyebab utama perdarahan antepartum yaitu plasenta previa dan solusio 1

Upload: sandhyandaa

Post on 04-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Di Indonesia sampai saat ini ada tiga penyebab utama kematian ibu yaitu

perdarahan dalam kehamilan 40-60%, infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan

20-30%, sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat

kehamilan atau persalinan.1 Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas

perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum.2

Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya

berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa,

solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya.2,3

Definisi perdarahan antepartum menurut WHO adalah perdarahan

pervaginam setelah 29 minggu kehamilan atau lebih. Perdarahan yang terjadi

umumnya lebih berbahaya dibandingkan perdarahan pada umur kehamilan kurang

dari 28 minggu karena biasanya hebat dan mengganggu sirkulasi O2, CO2 dan

nutrisi dari ibu ke janin. Penyebab tersering perdarahan pada trimester III, yaitu :

Solusio plasenta 30%, Plasenta previa 32%, Vasa previa 0,1%, Inpartu biasa 10%,

Kelainan lokal 4%, Tidak diketahui sebabnya 23,9%. Penyebab utama perdarahan

antepartum yaitu plasenta previa dan solusio plasenta, penyebab lainnya biasanya

berasal dari lesi lokasi pada vagina/serviks.3

Di AS plasenta previa ditemukan kira-kira 5 dari 1.000 persalinan dan

mempunyai tingkat kematian 0,03%. Data terbaru merekam dari 1989-1997

plasenta previa tercatat didapat pada 2,8 kelahiran dari 1.000 kelahiran hidup. 2

Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablatio placenta

adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus

uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam

plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat

nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam

masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya

perdarahan tergantung pada luasnya area plasenta yang terlepas.4,5

BAB II

1

KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. N

Umur : 23 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan swasta

Pendidikan Terakhir : SMA

Alamat : Kendal

Tanggal masuk : Selasa, 12 Mei 2015 (pukul ± 17.30 WIB)

No. CM : 163802

Biaya pengobatan : BPJS

Nama Suami : Tn. H

Umur : 28 th

Alamat : Kendal

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan swasta

Pendidikan Terakhir : SMK

II. ANAMNESIS

Anamnesa dilakukan secara alloanamnesis pada hari Selasa, tanggal 12

Mei 2015 ± 17.40 WIB

Keluhan utama :

Keluar darah dari jalan lahir

Riwayat Penyakit Sekarang :

Tanggal 12 Mei 2015, Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari

jalan lahir sejak pukul 16.00, berwarna merah kehitaman, banyak sur

suran. Saat keluar darah terasa nyeri. Pasien merasakan kenceng- kenceng,

dan gerak janin masih dirasakan. Selain itu pasien juga mengeluh nyeri

pada perut bagian bawah. Riwayat jatuh atau trauma benturan disangkal,

2

riwayat hubungan suami dalam minggu minggu ini disangkal. Pasien di

observasi perdarahan namun tidak terhenti. Setelah diedukasi, pasien

disarankan untuk pro SC.

Riwayat haid :

Menarche : 12 tahun, teratur

Lama haid : 7 hari

HPHT : 1 Oktober 2014

HPL : 8 Juli 2015

Riwayat nikah :

Pasien menikah 1 kali dengan suami yang sekarang ± selama 1 tahun.

Riwayat obstetri : G1P0A0

Hamil ini

Riwayat ANC : bidan, > 4 kali selama hamil, imunisasi TT selama hamil

ini 2 kali

Riwayat KB : disangkal

Riwayat penyakit dahulu :

- Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal

- Riwayat penyakit gula darah : disangkal

- Riwayat penyakit jantung : disangkal

- Riwayat alergi : disangkal

- Riwayat operasi : disangkal

- Riwayat trauma : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat penyakit jantung : disangkal

- Riwayat Gula Darah : disangkal

- Riwayat Darah tinggi : disangkal

- Riwayat Alergi : disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

3

- Pasien bekerja sebagai karyawa swasta, dan suami bekerja sebagai

karyawan swasta. Pasien tinggal bersama suami. Biaya pengobatan

menggunakan BPJS kelas II.

- Kesan ekonomi : cukup

Riwayat Pribadi

- Merokok : disangkal

- Alkohol : disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : lemah

Kesadaran : composmentis

Vital sign :

- TD : 155/84 mmHg

- Nadi : 102 x/ menit

- RR : 24x/ menit

- Suhu : 36,5 0C

- BB : 60 kg

- TB : 156 cm

- BMI : 24,65 kg/m2

- Kesan : status gizi baik

Status internus :

- Kepala : bentuk mesocephal

- Mata : konjunctiva palpebra anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),

reflex cahaya (+/+), pupil bulat isokor (3 mm / 3 mm).

- Telinga : normotia, discharge (-/-), massa (-/-)

- Hidung : simetris, napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-),

septum di tengah, concha hiperemis (-/-).

- Mulut : sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies gigi (-),

faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1).

- Leher : pembesaran kelenjar thyroid (-), kelenjar getah bening

membesar (-)

4

- Thoraks :

Cor :

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis

sinistra

Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal

Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan

Pulmo :

Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-)

Palpasi : stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-

- Abdomen : sesuai status obstetrikus

- Ekstremitas

Superior Inferior

Edema -/- -/-

Akral dingin +/+ +/+

Refleks fisiologis +N/+N +N/+N

Refleks patologis -/- -/-

Status obstetrikus :

- Pemeriksaan luar :

Inspeksi :

Perut membuncit sesuai usia kehamilan, membujur dan striae

gravidarum (+)

Genitalia Eksterna : darah (+)

Palpasi :

Perut tegang dan nyeri tekan

Pemeriksaan leopold I-IV: tidak dilakukan

TFU 28cm

His (+)

Auskultasi :

5

Frekuensi denyut jantung janin 8-9-10 irreguler

- Pemeriksaan Dalam

VT: tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Hematologi

Darah Rutin (WB EDTA) Nilai Nilai normal

Hb 8.40 g/dL 11.7-15.5g/dL

Ht 25.50 % 35-47 %

Leukosit 12.76 x 103/uL 3.6-11 x 103/uL

V. DIAGNOSIS AWAL

G1P0A0 23 tahun hamil 32 minggu

Janin 1 hidup intra uterin

Presentasi kepala

Perdarahan antepartum

Suspect Solusio plasenta

VI. DIAGNOSIS BANDING

Placenta previa, solutio placenta

VII.PENATALAKSANAAN

- O2 3L/ menit

- Infus RL 2 jalur (guyur)

- Pemasangan DC

- Informed consent Pro Sectio Caesarea CITO

- Usaha darah Whole Blood

VIII. LAPORRAN OPERASI

Nama Operator : dr. Z

6

Diagnosis Pre Operatif : G1P0A0 23 tahun hamil 32 minggu

perdarahan antepartum, suspect solusio plasenta

Diagnosis Post Operatif : P1A0, 23 tahun perdarahan antepartum,

Solutio plasenta.

Langkah-langkah Operasi :

1. Pasien tidur terlentang dimeja operasi dengan Spinal Anasthesi

2. Asepsis antisepsis daerah tindakan dan sekitarnya

3. Pasang duk steril

4. Insisi kulit abdomen secara horizontal kurang lebih 10 cm

5. Perdalam irisan lapis demi lapis sampai dengan cavum abdomen

terbuka

6. Identifikasi SBR, pecah kulit ketuban, keluar air ketuban jernih

7. Dengan inersi semilunar perlebar secara tumpul dengan melahirkan

kepala, lahir bayi laki- laki, BB 1500 gram AS : 6- 7 – 8

8. Plasenta dilahirkan tampak hematom solusio plasenta kurang lebih

30%, kotileton lengkap

9. Eksplorasi :

- Kontraksi uterus kuat

- Kedua adnexa dbn

- Perdarahan (-)

10. Jahit SBR

11. Jahit dinding abdomen lapis demi lapis

12. Tutup luka jahitan dengan kasa.

13. Tindakan selesai.

IX. PROGNOSIS

Ibu : Dubia ad Bonam

Janin : Dubia ad Malam

X. Follow Up

Tanggal 12 Mei 2015 13 Mei 2015

7

Pukul 21.00 06.00Subjektif Nyeri luka operasi Nyeri luka operasiObjektif Keadaan umum: baik

Kesadaran: compos mentisTD: 120/80 mmHgNadi: 80x/ menitRR: 20x/ menitSuhu: 370 CTFU 2 jari dibawah pusatPPV: lochea rubra (+)ASI (-)BAB (-)BAK (+)

Keadaan umum: baikKesadaran: compos mentisTD: 110/80 mmHgNadi: 84x/ menitRR: 20x/ menitSuhu: 37,20 CTFU 2 jari dibawah pusatPPV: lochea rubra (+)ASI (-)BAB (-)BAK (+)

Assessment P1A0 23 tahun Post SC H0

atas indikasi solusio plasentaP1A0 23 tahun Post SC H1

atas indikasi solusio plasentaPlaning Infus RL+ oxytocin 10U 20

tpmInj. KetorolacInj. KalnexTidur bantal tinggi 24 jam pertamaCek Hb post OPMasukkan Whole Bloode 1Edukasi ASI eksklusifPengawasan KU, TV, PPV, ASI, BAK, BAB

Infus RL 20 tpmInj. cefadroxilInj. KetorolaxHemafortMobilisasiMasukkan Whole Bloode 2 setelah Whole Bloode 1 habisEdukasi ASI eksklusifPengawasan KU, TV, PPV, ASI, BAK, BAB

Tanggal 14 Mei 2015 15 Mei 2015Pukul 06.00 06.00Subjektif Nyeri luka operasiObjektif Keadaan umum: baik

Kesadaran: compos mentisTD: 120/80 mmHgNadi: 80x/ menitRR: 20x/ menitSuhu: 370 CTFU 2 jari dibawah pusatPPV: lochea rubra (+)ASI (-)BAB (-)BAK (+)

Keadaan umum: baikKesadaran: compos mentisTD: 120/80 mmHgNadi: 80x/ menitRR: 20x/ menitSuhu: 370 CTFU 2 jari dibawah pusatPPV: lochea rubra (+)ASI (-)BAB (-)BAK (+)

Assessment P1A0 23 tahun Post SC H2

atas indikasi solusio plasentaP1A0 23 tahun Post SC H3

atas indikasi solusio plasentaPlaning Inj. Kalnex

Inj. Ketorolac 30mgInj. Asam tranexamatEdukasi ASI eksklusifPengawasan KU, TV, PPV, ASI, BAK, BAB

Pasien diperbolehkan pulangInfus dan DC dilepasAsam mafenamatHemafortCefadroxil

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

8

I. DEFINISI

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat

implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku

apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas

500 gram.6

II. KLASIFIKASI

a. Solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta: 7,8 10,11

1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.

2. Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian

3. Prolapsus Plasenta, plasenta turun ke bawah dan dapat teraba pada

pemeriksaan dalam.

b. Solusio plasenta menurut bentuk perdarahan: 6,9

Gambar 2.1 Solusio Plasenta menurut perdarahan

1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar.

2. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang

membentuk hematoma retroplacenter.

c. Solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:

9

1. Ringan : perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada

tanda renjatan, janin hidup,pelepasan plasenta <1/6 bagian

permukaan,kadar fibrinogen plasma >150 mg%.

2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda

pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta

1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg

%.

3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda

renjatan, janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3

bagian atau keseluruhan.

III. ETIOLOGI

Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang

menjadi predisposisi

a. Faktor kardio-reno-vaskuler

Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma

preeklamsia dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan

bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat,

dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit

hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.

b. Faktor trauma

1. Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.

2. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang

banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.

3. Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.

c. Faktor paritas ibu

Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa

penelitian menerangkan bahwa  makin tinggi paritas ibu makin kurang

baik keadaan endometrium.

d. Faktor usia ibu

10

Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.

e. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma)

Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat

menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas

bagian yang mengandung leiomioma.

f. Faktor pengunaan kokain

Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan

peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas

terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat

terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara

definitif.

g. Faktor kebiasaan merokok

Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus

solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1

(satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok

plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas

pada mikrosirkulasinya.

h. Riwayat solusio plasenta sebelumnya

Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan

riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini

pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu

hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta.

i. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus

pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh

adanya kehamilan, dan lain-lain.

IV. PATOFISIOLOGI

11

Gambar 2.2

1. Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang

membentuk hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan

akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu

hanya akan mendesak jaringan plasenta,pedarahan darah antara uterus

dan plasenta belum terganggu,dan tanda serta gejala pun belum jelas.

Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir,yang pada pemeriksaan

di dapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan

darah yang berwarna kehitam-hitaman.

Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot

uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk

lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma

retroplasenter akan bertambah besar,sehingga sebagian dan seluruh

plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyeludup di

bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput

ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan

ektravasasi di antara serabut-serabut otot uterus.

Apabila ektravasasinya berlangsung hebat,maka seluruh

permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini di sebut

uterus Couvelaire (Perut terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat

12

kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter,maka

banyak trombosit akan masuk ke dalam peredaran darah ibu,sehinga

terjadi pembekuan intravaskuler dimana-mana,yang akan

menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya terjadi

hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah

tidak hanya di uterus tetapi juga pada alat-alat tubuh yang lainnya.

Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari

dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas,akan

terjadi anoksia sehingga mengakibatkan kematian janin. Apabila

sebagian kecil yang terlepas,mungkin tidak berpengaruh sama

sekali,atau juga akan mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat

menentukan beratnyaa gangguan pembekuan darah,kelainan ginjal,dan

keadaan janin. Makin lama penanganan solusio plasenta sampai

persalinan selesai,umumnya makin hebat komplikasinya.

2. Pada solusio plasenta,darah dari tempat pelepasan  akan mencari jalan

keluar antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar

dari serviks hingga terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan

terbuka.

Terkadang darah tidak keluar,tetapi berkumpul di belakang

plasenta membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini

disebut perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi.

Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan

tanda yang lebih khas karena seluruh perdarahan tertahan di dalam dan

menambah volume uterus.Umumnya lebih berbahaya karena jumlah

perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok. Perdarahan

pada solusio plasenta terutama berasal dari ibu,namun dapat juga

berasal dari anak

Perdarahan keluar Perdarahan tersembunyi1. Keadaan umum penderita relative

lebih baik.2. Plasenta terlepas sebagian atau

inkomplit.

1. Plasenta terlepas luas,uterus keras/tegang.

13

3. Jarang berhubungan dengan hipertensi.

4. Keadaan penderita jauh lebih jelek.

2. Sering berkaitan dengan hipertensi.

V. MANIFESTASI KLINIS

1. Solusio plasenta ringan

Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis,

dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah

banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan

kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa

agak tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian,

bagian-bagian janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini

harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang

karena perdarahan yang berlangsung.

2. Solusio plasenta sedang

Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4  bagian, tetapi belum

2/3 luas permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan

seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak

dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian

disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan

pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah

mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian

pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam

keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri

tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Jika janin

masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan

darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut

lebih sering terjadi pada solusio plasenta berat.

3. Solusio plasenta berat

14

Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi

sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan

janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan

sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan

keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja

belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar

kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah dan

kelainan/gangguan fungsi ginjal.

VI. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

a. Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut

b. Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-

konyong (non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-

bekuan darah yang berwarna kehitaman

c. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan

akhirnya berhenti

d. Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-

kunang.

e. Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang

lain.

2. Inspeksi

a. Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.

b. Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.

c. Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).

3. Palpasi

a. Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.

b. Uterus tegang dan keras seperti papan yang

disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun di

luar his.

c. Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.

15

d. Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.

4. Auskultasi

a. Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya

di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila

plasenta yang terlepas lebih dari 1/3 bagian.

5. Pemeriksaan dalam

a. Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.

b. Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan

tegang.

c. Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya,

plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan,

disebut prolapsus placenta.

6. Pemeriksaan umum

a. Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya

menderita penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh

dalam keadaan syok. Nadi cepat dan kecil

7. Pemeriksaan laboratorium

a. Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan

silinder dan leukosit.

b. Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-

match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan

pembekuan darah hipofibrinogenemia

8. Pemeriksaan plasenta.

a. Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang

terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang

biasanya menempel di belakang plasenta, yang disebut hematoma

retroplacenter.

9. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)

16

a. Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :Terlihat

daerah terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah,

Tepian plasenta

Gambar 2.3 Pemeriksaan USG

VII. DIAGNOSIS BANDING

Tabel 2.1 Diagnosis Banding Solusio Plasenta

Klinis Solusio plasenta Plasenta previaOnset kejadian Sewaktu hamil dan inpartu Sewaktu hamilCara mulainya Tiba-tiba PerlahanTipe perdarahan Non recurren RecurrenWarna darah Darah beku+segar Darah segarAnemia Tak sebanding dengan darah

yang keluarSesuai dengan darah yang keluar

Toxemia gravidarum Bisa adaNyeri perut Ada Tidak adaPalpasi Uterus in-bois bagian anak sulit

ditentukanBiasa dan floating

His Kuat BiasaBunyi jantung anak +Periksa dalam Ketuban tegang, menonjol Jaringan plasentaPlasenta Tipis, cekung Selaput robek pada

pinggiran

VIII.PENATALAKSANAAN 6

Penatalaksanaan pengelolaan solusio plasenta harus didasarkan

pada kondisi ibu (keparahan perdarahan) dan kondisi janin (hidup, mati,

umur kehamilan). Penanganan solusio plasenta secara umum :6

a. Pemberian darah yang cukup

17

b. Pemberian O2

c. Pemberian antibiotik

d. Pada syok yang berat diberikan kortikosteroid dosis tinggi untuk

mencegah terjadinya perdarahan yang semakin hebat. Mekanisme

kerjanya yaitu dengan cara memperbaiki perfusi jaringan, memperkuat

dinding sel, memperkuat integritas sel endotel, stabilitas membran

lisosom dan menurunkan resistensi perifer.

1. Perdarahan masif

a. Evakuasi pasien ke rumah sakit untuk dilakukan tindakan

resusitasi.

b. Jaga agar hemtokrit darah sekitar 30% dan keluaran urin sekitar 60

ml/jam dan cek kadar hemoglobin tiap 4 jam.

c. Lakukan transfusi fresh frozen plasma atau darah segar.

d. Lakukan terminasi kehamilan baik persalinan pervaginal jika

dilatasi serviks sudah lengkap ataupun dengan seksio caesarea.

e. Jika terjadi perdarahan postpartum pasca terminasi kehamilan yang

menyebabkan atonia uteri dan tidak dapat teratasi, maka

histerektomi adalah langkah yang harus diambil untuk

menyelamatkan nyawa ibu.

2. Perdarahan sedikit

Tindakan yang dilakukan sangat dipengaruhi dari status fetus dalam

kandungan apakah prematur, imatur ataupun sudah mati.

a. Penatalaksanaan ekspektatif

Dilakukan jika umur kehamilan < 36 minggu dan janin masih hidup

serta tidak adanya perdarahan yang hebat yang menyebabkan syok

hipovolemia pada ibu.

Hal ini dilakukan dengan harapan janin dapat seviable mungkin bila

dilahirkan nantinya. Observasi yang ketat terutama kondisi ibu

(tekanan darah, nadi, kadar hemoglobin dan urinaria) dan kondisi

janin menggunakan cardiotocografi (CTG).6,

b. Penatalaksanaan aktif

18

Adakah sebuah tindakan terminasi kehamilan pada kondisi janin

yang matur ataupun terjadi fetal distres.6,10,11

Hal-hal yang dilakukan dalam penatalaksanaan terapi diantaranya adalah :

1. Mengkoreksi keadaan umum pasien dengan tindakan resusitasi untuk

mencegah agar pasien tidak jatuh dalam kondisi syok.

2. Segera lakukan persalinan

a. Persalinan pervaginal

Persalinan pervaginal dengan solusio plasenta pada bayi hidup

dapat dilakukan dengan syarat perdarahan yang terjadi jumlahnya

sedikit, multipara, serviks lunak dan pembukaan telah lengkap,

presentasi kepala dan tidak didapatkannya disproporsi kepala bayi

dan panggul ibu.23 Akan tetapi jika terjadi separasi plasenta yang

berat sehingga fetus didalamnya mati, persalinan pervaginal lebih

dipilih. Saat dilakukan persalinan pervaginal, dilakukan amniotomi

dan stimulasi kontraksi myometrium dengan pemberian oksitosin

secara intravena dengan melakukan monitor pada tekanan darah,

urinaria dan status koagulatif darah ibu.6 Akan tetapi persalinan

pervaginal tidak dapat dilakukan jika terjadi perdarahan hebat tanpa

diikuti pergantian darah yang cepat untuk menghindari komplikasi

pada ibu sehingga persalinan harus dilakukan secara seksio

caesarea darurat.6

b. Seksio caesarea

Seksio caesarea dipilih sebagai teknik persalinan pada pasien

dengan solusio plasenta dan terjadi fetus distres.6,11 Kayani (2003)

meneliti tentang kecepatan persalinan dan outcome neonatal pada

33 ibu dengan solusio plasenta dan kondisi fetal distres, didapatkan

22 bayi yang dilahirkan tidak memiliki masalah neurologis, 11 bayi

akan mati ataupun hidup dengan kondisi cerebral palsy.6

19

Gambar 2.. Penatalaksaan Solusio Plasenta

IX. KOMPLIKASI

Komplikasi pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta

yang terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang

20

dapat terjadi adalah :

a. kelainan pembekuan darah

b. oliguria

c. gawat janin

d. kematian

e. perdarahan.

Perdarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir

tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila

persalinan telah selesai, penderita belum bebas dari bahaya perdarahan

postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan

perdarahan pada kala 3 dan kelainan pembekuan darah. Kontraksi uterus

yang tidak kuat itu disebabkan ekstravasasi darah diantara otot-otot

miometrium, seperti yang terjadi pada uterus couvelaire.

X. PROGNOOSIS 6,10

a. Ibu

Baik, kalau persalinan sudah selesai dalam batas waktu 6 jam sejak

saat mulai terjadinya keadaan patologik solusio plasenta dan pasien

segera mendapat transfusi darah segar.

b. Anak

Pada solusio plasenta berat, 100% janin mengalami kematian; pada

solusio plasenta ringan dan sedang, kematian janin tergantung pada

luasnya plasenta yang terlepas, umur kehamilan dan cepatnya

pertolongan.

21

BAB IV

PEMBAHASAN

Tanggal 12 Mei 2015, Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan

lahir sejak pukul 16.00, berwarna merah kehitaman, banyak sur suran. Saat keluar

darah terasa nyeri. Pasien merasakan kenceng- kenceng, dan gerak janin masih

dirasakan. Selain itu pasien juga mengeluh nyeri pada perut bagian bawah.

Riwayat jatuh atau trauma benturan disangkal, riwayat hubungan suami dalam

minggu minggu ini disangkal. Pasien di observasi perdarahan namun tidak

terhenti. Setelah diedukasi, pasien disarankan untuk pro SC.

Dari data anamnesis, didapatkan bahwa pasien merupakan G1P0A0, 23 tahun

hamil 32 minggu didapatkan keluhan utamanya keluar darah dari jalan lahir.

Perdarahan tersebut berwarna merah kehitaman, banyak sur- suran dan disertai

rasa mulas, nyeri, serta perut kenceng- kenceng sehingga untuk sementara dapat

disimpulkan bahwa pasien mengalami perdarahan antepartum et causa saspect

solusio plasenta.

Pasien Solusio plasentaAnamnesis Pasien G1P0A0

Usia kehamilan 32 minggu Perdarahan jalan lahir Banyak Berwarna merah kehitaman Disertai rasa mules, nyeri,

serta perut kenceng- kenceng

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu

Disertai rasa nyeri diperut yang terus menerus

Warna darah merah kehitaman

Pemeriksaan fisik Nadi: 102 x/ menit Akral dingin Konjungtiva palpebra

anemis +/+ Perut tegang dan sulit

ditentukan bagian janin DJJ janin 8-9-10 irreguler

Takikardi Denyut jantung janin

biasanya telah menunjukkan gawat janin

Rasa nyeri dan tegang pada perut jelas sehingga bagian- bagian janin sukar ditentukan

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium Hb: 8.40 g/dL Hematocrit: 25.50%

Pemeriksaan laboratoriumHemoglobin dan hematocrit menurun.

22

Dari data anamnesis pasien tidak ditemukan faktor resiko yang

mengakibatkan pasien mengalami solusio plasenta.

Dalam penanganannya, setelah pasien masuk RS, dilakukan pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah rutin. Diduga terjadi

solusio plasenta, maka diputuskanlah dilakukan sectio cesaria cito. Hal yang

menjadi pertimbangan indikasi dilakukan SC cito adalah terdapat perdarahan

banyak dan denyut jantung janin 8-9-10 irreguler.

Adapun beberapa indikasi sectio caesaria: plasenta previa totalis, plasenta

previa pada primigravida, plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang,

anak berharga dan fetal distress, profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan

mengalir dengan cepat, plasenta previa lateralis jika: a)pembukaan masih kecil

dan perdarahan banyak. b) Sebagian besar OUI ditutupi plasenta c) Plasenta

terletak di sebelah belakang (posterior).

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Chalik TMA. Plasenta Previa. Dalam : Hemoragi Utama Obstetri dan

Ginekologi, Ed I. Widya Medika, Jakara,2005:129-43.

2. Rachimhadi T, Wibowa B. Perdarahan Antepartum. Dalam: Ilmu Kebidanan

Prawirohardjo S., Winkjosastro H., Saifudin A B., Rachimhadi T., eds, edisi

ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,2005:362-76.

3. Yoseph. Perdarahan Selama Masa Kehamilan. Dalam : Cermin Dunia

Kedokteran. EGC, Jakarta,1996:32-5.

4. Pritchard JA, MacDonald PC, Gant NF. Obstetri Williams, edisi 21.

Airlangga,Surabaya,2001:456-70.

5. Prawirohardjo S, Hanifa W. Kebidanan dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak.

Dalam: Imu Kebidanan, edisi III. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo, Jakarta,2006:3-21.

6. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom, Hauth, Rouse, Spong. Obstetrical

Hemorrhage. In Williams Obstetrics, 23rd Ed. New York : Saunders, 2010.

(CD rom)

7. Trijatmo R, Wibowo B. Perdarahan Antepartum. Dalam : Hanifah W,

Saifudin AB, Rachimhadhi T, penyunting. Ilmu Kebidanan, edisi ke-3.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Jakarta,2010:362-85.

8. Winda. Asuhan Kebidanan Kepada Ibu Hamil dengan Plasenta Letak Rendah.

Politeknik Departemen Kesehatan Tanjung Karang Prodi Kebidanan

Metro.2007

9. Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N. Penatalaksanaan Perdarahan

Antepartum. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS,1997:3-8.

24