lapsus individu

Upload: fellixeby-elninothetorres

Post on 04-Mar-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lapsus

TRANSCRIPT

`

LAPORAN KASUS ULKUS KORNEA

Oleh:Rodi Nur Fajri(201510401011074)

Pembimbing:dr. Kartini Hidayati, Sp. M

SMF ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANGRUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN2015BAB IPENDAHULUAN

Kornea adalah jaringan transparan yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan disebut sulkus skelaris. Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan merupakan jaringan transparan yang dilalui oleh berkas cahaya saat menuju retina. Sifat tembus cahaya kornea disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskular, dan deturgenses. Epitel yang terdapat pada kornea ini adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam korneaUlkus kornea merupakan diskontinuitas atau hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus kornea diakibatkan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri, berair, fotofobia, blefarospasme, dan biasanya disertai riwayat trauma pada mata. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti descementocele, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan jaringan parut kornea.Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadaiOleh karena tingginya angka prevalensi kebutaan akibat ulkus kornea, diperlukan penanganan ulkus kornea yang meliputi anamnesis yang komprehensif, pemeriksaan fisik dan oftalmologis yang menyeluruh, serta pemeriksaan penunjang dan terapi yang tepat.BAB IILAPORAN KASUS

I. IDENTITAS Nama: Ny. S-Umur: 61 tahun Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga -Alamat: Sukolilo Lamongan Agama: Islam-Tanggal pemeriksaan: 17 Desember 2015

II. ANAMNESISKeluhan Utama : Pandangan kaburRPS: Pasien datang dengan keluhan pandangannya kabur pada mata kiri sejak 2 minggu yang lalu secara mendadak. Pasien juga mengeluhkan matanya ngeres, terasa mengganjal, dan terasa nerocoh pada mata kiri. Keluhan tidak disertai keluar kotoran/belek. Pasien 7 hari yang lalu sudah berobat ke RS Muhammadiyah Lamongan tapi pandangan masih kabur.RPD: pasien tidak pernah sakit mata sebelumnya, Riwayat HT dan DM disangkal, tidak pernah memakai kacamata sebelumnya.RPK: Riwayat sakit mata atau kacamata disangkalRPSos : -

III. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum: cukupKesadaran: Komposmentis GCS: 456Tekanan darah: 110/80 mmHgNadi: 80 kali/menitNafas: 20 kali/menitSuhu: 36,6 CelciusK/L : aicd -/-/-/-Tho: sim, ret -/-P: ves/ves, rh -/-, wh -/-C: S1S2 tunggal, murmur -, gallop Abd: flat, BU + N, supel, nyeri tekan -, H/L ttb, timpaniExt: akral HKM, aie -/-/-Status OphtamologiPemeriksaan ODOS

Visus 3/30 1/60

TIO --

SEGMEN ANTERIOR

Posisi bola mataOrtoforia

Pergerakan bola mataNormal

Palpebra(Superior & Inferior)Edema (-), hiperemi (-), benjolan (-), ptosis (-), entropion (-), ektropion (-), pseudoptosis (-), trikiasis (-), xantelasma (-)Edema (-), hiperemi (-), benjolan (-), ptosis (-), entropion (-), ektropion (-), pseudoptosis (-), trikiasis (-), xantelasma (-)

Lebar rima okuliSimetris

SiliaNormal

KonjungtivaPerdarahan (-), injeksi konjungtiva (-), injeksi siliar (-), sekret (-)Perdarahan (-), injeksi konjungtiva (-), injeksi siliar (-), sekret (-)

KorneaJernih, edema (-), abrasi (-), sikatrik (-), ulkus (+), arkus senilis (+), pericorneal vascular injeksi (-)Jernih, edema (-), abrasi (-), sikatrik (-), ulkus (-), arkus senilis (+), pericorneal vascular injeksi (-)

COAKedalaman (N) , hifema (-), hipopion (-), flare (-)Kedalaman (N), hifema (-), hipopion (-), flare (-)

IrisWarna kecoklatan, kripte baikWarna kecoklatan, kripte baik

PupilBulat, diameter 3mm, tepi reguler Bulat, diameter 3 mm, tepi reguler

LensaJernih, dislokasi lensa (-), afakia (-), pseudoafakia (-)Jernih, dislokasi lensa (-), afakia (-), pseudoafakia (-)

Segmen posterior Tidak dilakukan

Tes Fluoresensi -+

Foto Klinis

IV. CLUE AND CUEODS pandangan kaburOS terasa nerocohOS kornea ulkus +OS tes fluoresen +V. PROBLEM LISTOS pandangan kabur secara mendadakVI. INITIAL DIAGNOSISOS Ulkus korneaVII. PLANNING DIAGNOSIS -VIII. PLANNING THERAPY Cravit (Lefofloxacin) 6x1 OS Repitel 6x1 OS Becom C 2x1IX. PLANNING MONITORING Vital sign Visus Perbaikan dan perburukan keluhan pasien Efek samping obat

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1 KorneaKornea adalah jaringan transparan yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan yang disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.

\

Gambar 3.1 Struktur Anatomi Bola MataKornea mempunyai lima lapisan, yaitu lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel. Lima lapisan kornea dari luar ke dalam:1. Lapisan epitel Tebalnya 50 m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ectoderm permukaan.2. Membran Bowman Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.3. Jaringan Stroma Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. 4. Membran Descement Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 m.5. Endotel Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, aquous humour dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir.

Gambar 3.2 Lapisan kornea secara histologis

3.2 Ulkus Kornea3.2.1 Definisi Ulkus kornea merupakan diskontinuitas atau hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus kornea diakibatkan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. 3.2.3 EpidemiologiInsidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak. Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki- laki. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea.

3.2.2 Etiologi1. Infeksi a. Infeksi Bakteri: P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan penyebab paling sering. Sebuah penelitian terbaru menyebutkan bahwa telah ditemukan Acinetobacter junii sebagai salah satu penyebab ulkus kornea. Penyebab ulkus kornea 38,85% disebabkan oleh bakteri.b. Infeksi Jamur: disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium dan spesies mikosis fungoides. Penyebab ulkus kornea 40,65% disebabkan oleh jamur.c. Infeksi virus: Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. d. Acanthamoeba Infeksi kornea oleh Acanthamoeba sering terjadi pada pengguna lensa kontak lunak. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air yang tercemar. 2. Noninfeksi a. Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung pH; b. Radiasi atau suhu; c. Sindrom Sjorgen; d. Defisiensi vitamin A; e. Obat-obatan (kortikosteroid, idoxiuridine, anestesi topikal, immunosupresif); f. Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma; g. Pajanan (exposur)h. Neurotropik. 3. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas).3.2.4 PatofisiologiKornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya, kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan.Kornea bagian mata yang avaskuler, bila terjadi infeksi maka proses infiltrasi dan vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian. Badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Selanjutnya terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN) yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik

3.2.5 Manifestasi KlinisGejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa: 1. Gejala subjektif:a. Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva e.Mata berair b. Sekret mukopurulen f. Bintik putih pada kornea, sesuai lokasic. Merasa ada benda asing di mata g.Silau d. Pandangan kabur h.Nyeri 2. Gejala objektifa. Injeksi silier; b. Hilangnya sebagian kornea dan adanya infiltrat; c. Hipopion.3.2.6 KlasifikasiBerdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:1. Ulkus kornea sentrala. Ulkus kornea bakterialisb. Ulkus kornea fungic. Ulkus kornea virusd. Ulkus kornea acanthamoeba2. Ulkus kornea perifera. Ulkus marginalb. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)c. Ulkus cincin (ring ulcer)

3.2.6.1 Ulkus Kornea Sentrala.Ulkus Kornea BakterialisUlkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.Ulkus Pseudomonas: Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.

Gambar 3.a Ulkus Kornea BakterialisGambar 3.b Ulkus Kornea PseudomonasUlkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.b..Ulkus Kornea FungiMata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini. Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.

Gambar 4. Ulkus Kornea Fungic. Ulkus Kornea Virus Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder. Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya

Gambar 5.a Ulkus Kornea Dendritik Gambar 5.b Ulkus Kornea Herpetikd.Ulkus Kornea AcanthamoebaAwal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.

Gambar 6. Ulkus Kornea Acanthamoeba3.2.6.2 Ulkus Kornea Perifera.Ulkus MarginalBentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.

Gambar 7. Ulkus Marginalb. Ulkus MoorenMerupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.

Gambar 8. Mooren's Ulcerc.Ring UlcerTerlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun.

3.2.7 DiagnosisDiagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan oftalmologis dengan menggunakan lampu celah serta pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya ditanyakan pula riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek.Pada pemeriksaan oftakmologis didapatkan gejala berupa adanya injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea disertai adanya jaringan nekrotik. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti ketajaman penglihatan, pemeriksaan slit-lamp, respon reflek pupil, pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi, dan scrapping untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH).Karena gambaran klinis tidak dapat digunakan untuk membuat diagnosis etiologik secara spesifik, diperlukan pemeriksaan mikrobiologik, sebelum diberikan pengobatan empirik dengan antibiotika. Pengambilan spesimen harus dari tempat ulkusnya, dengan membersihkan jaringan nekrotik terlebih dahulu; dilakukan secara aseptik menggunakan spatula Kimura, lidi kapas steril, kertas saring atau Kalsium alginate swab. Pemakaian media penyubur BHI (Brain Heart Infusion Broth) akan memberikan hasil positif yang lebih baik daripada penanaman langsung pada medium isolasi. Medium yang digunakan adalah medium pelat agar darah, media coklat, medium Sabaraud untuk jamur dan Thioglycolat. Selain itu dibuat preparat untuk pengecatan gram. Hasil pewarnaan gram dapat memberikan informasi morfologik tentang kuman penyebab yaitu termasuk kuman gram (+) atau Gram (-) dan dapat digunakan sebagai dasar pemilihan antibiotika awal sebagai pengobatan empirik.

TesFluoresceinIni adalah tes yang menggunakan pewarna oranye (fluorescein) dan cahaya biru untuk mendeteksi benda asing di mata. Tes ini juga dapat mendeteksi kerusakan pada kornea, permukaan luar mata.

ProsedurSepotong kertas blotting yang mengandung pewarna akan tersentuh ke permukaan mata. Pasien akan diminta untuk berkedip. Berkedip menyebar pewarna sekitar dan melapisi film air mata menutupi permukaan kornea. (Film air mata mengandung air, minyak, dan lendir untuk melindungi dan melumasi mata.) Lampu biru ini kemudian diarahkan ke mata pasien. Setiap masalah pada permukaan kornea akan diwarnai dengan pewarna dan tampak hijau di bawah cahaya biru. Penyedia perawatan kesehatan dapat menentukan lokasi dan penyebab kemungkinan masalah kornea tergantung pada ukuran, lokasi, dan bentuk pewarnaan.Persiapan diriPasien harus melepas lensa kontak. Jika mata sangat kering, kertas blotting mungkin sedikit gatal. Pewarna dapat menyebabkan sensasi menyengat ringan dan singkat.Tes ini berguna dalam mengidentifikasi goresan dangkal atau masalah lain dengan permukaan kornea. Hal ini juga dapat membantu mengungkapkan benda asing pada permukaan mata. Hal ini dapat digunakan setelah kontak yang diresepkan untuk menentukan apakah ada iritasi pada permukaan kornea. Hasil normal : Jika hasil tes adalah normal, pewarna tetap dalam film air mata pada permukaan mata dan tidak mematuhi mata itu sendiri.Hasil abnormal ditemukan:- Abnormal produksi air mata (mata kering)- Kornea abrasi (goresan pada permukaan kornea)- Benda asing, seperti bulu mata atau debu - Infeksi- Cedera atau trauma- Mata kering parah yang berhubungan dengan arthritis (keratoconjunctivitis sicca)Risiko : Jika fluorescein menyentuh permukaan kulit, mungkin ada, sedikit singkat, perubahan warna.Pertimbangan : Tes ini sangat berguna untuk mendeteksi cedera atau kelainan pada permukaan kornea3.2.8 PenatalaksanaanUlkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea.1. Penatalaksanaan non-medikamentosa: a. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya; b. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang; c. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih; d. Menghindari asap rokok, karena dengan asap rokok dapat memperpanjang proses penyembuhan luka.2. Penatalaksanaan medikamentosa: Penatalaksanaan ulkus kornea harus dilakukan dengan pemberian terapi yang tepat dan cepat sesuai dengan kultur serta hasil uji sensitivitas mikroorganisme penyebab. Adapun obat-obatan antimikrobial yang dapat diberikan berupa: A. Antibiotik Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan dapat berupa salep, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salep mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan dapat menimbulkan erosi kornea kembali. Berikut ini contoh antibiotik: Sulfonamide 10-30%, Basitrasin 500 unit, Tetrasiklin 10 mg, Gentamisin 3 mg, Neomisin 3,5-5 mg, Tobramisin 3 mg, Eritromisin 0,5%, Kloramfenikol 10 mg, Ciprofloksasin 3 mg, Ofloksasin 3 mg, Polimisin B 10.000 unit. B. Anti jamur Terapi medikamentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang tersedia. Berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi: a. Jamur berfilamen: topikal amphotericin B, Thiomerosal, Natamicin, Imidazol; b. Ragi (yeast): Amphotericin B, Natamicin, Imidazol, Micafungin 0,1% tetes matac. Actinomyces yang bukan jamur sejati: golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik. C. Anti ViralUntuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, antibiotik spektrum luas untuk infeksi sekunder, analgetik bila terdapat indikasi serta antiviral topika berupa salep asiklovir 3% tiap 4 jam. D. Anti acanthamoeba Dapat diberikan poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat atau salep klorheksidin glukonat 0,02%. Obat-obatan lainnya yang dapat diberikan yaitu: a. Sulfas atropin sebagai salep atau larutan. Kebanyakan dipakai sulfas atropin karena bekerja lama 1-2 minggu. Efek kerja sulfas atropin: 1. Sedatif, menghilangkan rasa sakit. 2. Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang. 3. Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil. Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga mata dalam keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang ada dapat terlepas dan dapat mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru.b. Skopolamin sebagai midriatika. c. Analgetik. Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain tetapi jangan sering-sering. Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa pemberian nerve growth factor (NGF) secara topikal menginisiasi aksi penyembuhan luka pada ulkus kornea yang disebabkan oleh trauma kimia, fisik dan iatrogenik serta kelainan autoimun tanpa efek samping.

3. Penatalaksanaan bedah: a. Flap Konjungtiva Tatalaksana kelainan kornea dengan flap konjungtiva sudah dilakukan sejak tahun 1800-an. Indikasinya adalah situasi dimana terapi medis atau bedah mungkin gagal, kerusakan epitel berulang dan stroma ulserasi. Dalam situasi tertentu, flap konjungtiva adalah pengobatan yang efektif dan definitif untuk penyakit permukaan mata persisten. Tujuan dari flap konjungtiva adalah mengembalikan integritas permukaan kornea yang terganggu dan memberikan metabolisme serta dukungan mekanik untuk penyembuhan kornea. Flap konjungtiva bertindak sebagai patch biologis, memberikan pasokan nutrisi dan imunologi oleh jaringan ikat vaskularnya. Indikasi yang paling umum: penggunaan flap konjungtiva adalah dalam pengelolaan ulkus kornea persisten steril. Hal ini mungkin akibat dari denervasi sensorik kornea (keratitis neurotropik yaitu, kelumpuhan saraf kranial 7 mengarah ke keratitis paparan, anestesi kornea setelah herpes zoster oftalmikus, atau ulserasi metaherpetik berikut HSK kronis) atau kekurangan sel induk limbal. Penipisan kornea dekat limbus dapat dikelola dengan flap konjungtiva selama kornea tidak terlalu menipis. b. Keratoplasti Merupakan jalan terakhir jika penatalaksanaan diatas tidak berhasil. Indikasi keratoplasti: 1. Dengan pengobatan tidak sembuh2. Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan 3. Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perforasi

Ada dua jenis keratoplasti yaitu: A. Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuhnya. Karena sel endotel sangat cepat mati, mata hendaknya diambil segera setelah donor meninggal dan segera dibekukan. Mata donor harus dimanfaatkan