pembahasan · web viewilustrasi perhitungan pajak pt income tahun 2011 rp 20.000.000.000 cogs rp...
Post on 13-Mar-2019
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen PerpajakanAspek manajemen pajak dalam pemilihan bentuk usaha
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi S1 Akuntansi (D3) 02 Kode MK Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Abstract Kompetensi- Paja dan pengambilan
keputusan- Petunjuk pelaksanaan
manajemen pajak- Pemilihan bentuk usaha yang
tepat dari sisi perencanaan pajak
- Penggunaan metode akuntansi dan periode akuntansi dalam perencanaan pajak
Mampu memahami dan menjelaskan Aspek manajemen pajak dalam pemilihan bentuk usaha
2012
2
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Suhirman Madjid,SE.,MS.i.,Ak.,CAMadjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA uhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
http://www.mercubuana.ac.id
PembahasanPajak dan Pengambilan Keputusan
Informasi merupakan suatu komponen yang sangat penting bagi perusahaan karena
kunci sukses perusahaan sangat tergantung pada ketepatan keputusan yang diambil
manajerial berdasarkan informasi yang tersedia pada perusahaan yang
bersangkutan. Informasi akuntansi diferensial sangat dibutuhkan oleh manajemen
dari untuk mengetahui pengaruh pajak penghasilan terhadap pengambilan
keputusan.
Pihak manajemen memerlukan informasi yang dapat mengurangi ketidakpastian
yang mereka hadapi, sehingga memungkinkan mereka atau pihak manajemen untuk
mengambil keputusan. Salah satu informasi penting yang biasanya diperlukan oleh
pihak manajemen adalah penggunaan informasi akuntansi diferensial. Informasi
akuntansi diferensial ( diferensial accounting information ) merupakan salah satu dari
bagian dari akuntansi manajemen. Informasi akuntansi diferensial ini merupakan
informasi akuntansi yang dihubungkan dengan pemilihan alternatif suatu tindakan
tertentu dibanding dengan tindakan lain.
Bagaimana pengaruh pajak khususnya penghasilan terhadap pengambilan
keputusan , terlebih untuk pajak penghasilan yang harus dibayar oleh suatu
perusahaan. Besarnya pajak penghasilan tergantung dengan laba yang dihasilkan
oleh suatu instansi atau perusahaan , semakin besar laba yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan maka semakin besar pajak yang akan dikeluarkan oleh suatu
perusahaan tersebut .
Laba suatu perusahaan dipengaruhi oleh seberapa banyak biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan. Biaya akan mengurangi kas suatu perusahaan maka bisa
dikatakan jika semakin besarnya biaya yang dikelurakan perusahaan maka kas
keluar perusahaan tersebut semakin banyak dan dampak terhadap pajak
penghasilan yang akan dibayar perusahaan adalah semakin sedikit.
2012
3
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Suhirman Madjid,SE.,MS.i.,Ak.,CAMadjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA uhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
http://www.mercubuana.ac.id
Dan sebaliknya semakin sedikit biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan maka kas
keluar semakin kecil dan dampak bagi perusahaan adalah semakin meningkatnya
pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan tersebut untuk pajak penghasilan.
Pada hakekatnya pengambilan keputusan merupakan suatu pendekatan sistematis
terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta – fakta dan data penentuan
yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Menurut AF Stoner dalam
Hasan (2002 : 9), “Keputusan adalah pemilihan di antara alternatif – alternatif.”.
Yang Mempengaruhi Pajak Penghasilan Suatu Perusahaan.
Faktor utama yang mempengaruhi suatu pendapatan atau penghasilan suatu badan
usaha adalah selisih dari pendapatan yang diterima suatu perusahaan dan beban
ataupun biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan.
1. Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan
laporan laba rugi dalam suatu perusahaan . Pengertian pendapatan
dikemukakan oleh Dyckman (2002 : 234) bahwa pendapatan adalah “ arus
masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian
kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman
atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan
operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung ”.
Pengertian pendapatan didefinisikan oleh Sofyan Syafri (2002 : 58) sebagai
“kenaikan gross di dalam asset dan penurunan gross dalam kewajiban yang
dinilai berdasarkan prinsip akuntansi yang berasal dari kegiatan mencari laba”.
2. Biaya Setiap perusahaan baik itu perusahaan kecil atau perusahaan besar dalam
setiap kegiatannya tidak terlepas dari biaya yang dikeluarkan . Kegiatan
perusahaan tidak akan berjalan apabila tidak ada biaya .Biaya sangat berperan
2012
4
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Suhirman Madjid,SE.,MS.i.,Ak.,CAMadjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA uhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
http://www.mercubuana.ac.id
penting dalam setiap kegiatan perusahaan.Beberapa pengertian biaya menurut
beberapa ahli :
Mulyadi (2008:8) mengemukakan bahwa “dalam arti luas biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomi yang ukur dalam satuan uang yang telah terjadi
atau kemungkinan akan tejadi untuk tujuan tertentu”.
Ada dua faktor utama yang mempengaruhi suatu pajak penghasilan yaitu
pendapatan dan biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan, semakin banyak biaya
yang dikeluarkan maka pendapatan semakin kecil dan pajak penghasilan semakin
kecil dan sebaliknya jika biaya yang dikeluarkan perusahaan semakin kecil maka
kemungkinan besar pendapatan semakin besar dan pajak penghasilan semakin
besar.
Informasi Akuntansi DiferensialMerupakan informasi yang berhubungan dengan pemilihan alternatif Merupakan
taksiran perbedaaan aktiva, pendapatan dan biaya dalam alternatif tindakan tertentu
dibanding dengan alternatif tindakan lain Merupakan informasi akuntansi yang
relevan. Informasi akuntansi diferensial sangat bermanfaat dalam pengambilan
keputusan dalam pajak penghasilan suatu perusahaan.
ASPEK MANAJEMEN PAJAK DALAM PEMILIHAN BENTUK USAHA
Kita sering mendengar pertanyaan seperti ini: “Apakah saya perlu mendirikan PT?”,
“Saya mau pakai CV atau PT?”, “Kalau saya berusaha melalui PT, apakah pajaknya
menjadi rumit?”. Sebelum kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di
atas, kita perlu membahas secara detail satu per satu dari status usaha tersebut. Hal
yang perlu diingatkan adalah pertimbangan pemilihan bentuk usaha yang digunakan
tidak boleh hanya karena aspek perpajakan semata, tetapi juga dari aspek bisnis
dan status hukum dari masing-masing bentuk usaha tersebut. Secara umum,
masing-masing bentuk usaha memiliki keunggulan dan juga kelemahan.
2012
5
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Suhirman Madjid,SE.,MS.i.,Ak.,CAMadjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA uhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
http://www.mercubuana.ac.id
Bentuk Usaha
Pilihan bentuk badan usaha yang tersedia secara umum adalah berbentuk
Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Kommanditer (CV) atau Perorangan (Pribadi).
1. Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan Terbatas (PT) menurut undang-undang Republik Indonesia No. 1
tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, bab 1 pasal 1 ayat 1 adalah badan
hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya. Masing-masing pemegang saham (Pesero) tidak
bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama PT
dan tidak bertanggung jawab atas kerugian PT melebihi nilai saham yang
telah diambilnya.
Atas keuntungan PT dikenakan pajak penghasilan badan dengan tarif pasal
17 undang-undang Pajak Penghasilan sebagai berikut :
Ilustrasi perhitungan pajak PT
Income tahun 2011 Rp 20.000.000.000COGS Rp 8.000.000.000Gross Income Rp 12.000.000.000Operating Expense Rp 5000.000.000
2012
6
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Suhirman Madjid,SE.,MS.i.,Ak.,CAMadjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA uhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
http://www.mercubuana.ac.id
Net Income Before tax Rp 7000.000.000Corporate tax (PPh badan) 25 % Rp 1.750.000.000Net Income after tax Rp 5.250.000.000
Pada saat laba tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai deviden,
maka atas pembagian tersebut akan dikenakan pajak lagi sebesar 10 % (PPh
final untuk WPOP) sebagai berikut :
Net Income Before tax Rp 700.000.000Corporate tax (PPh badan) 25 % Rp 175.000.000Net Income after tax Rp 525.000.000Pajak atas deviden 10 % (PPh final) Rp 52.500.000Return yang diterima pemegang saham
Rp 472.500.000
% beban pajak (total tax : net income)
(Rp.175.000.000 + 52.500.000) : Rp 700.000.000 x 100% = 32 %
2. Usaha Persekutuan (CV, Firma dan Kongsi).
Perseroan Kommmanditer (CV) adalah suatu persekutuan dua orang/lebih
sebagai persero pengusaha (aktif) dan satu orang atau lebih sebagai pesero
kommanditer (tidak aktif) untuk menjalankan suatu perusahaan dengan tujuan
untuk memperoleh laba.
Anggota perseroan kommanditer ada dua golongan :
1. Persero Pengusaha atau pesero aktif/bekerja. Pesero ini selain
menyerahkan modal ke dalam perseroan, jika perseroan jatuh pailit
atau bangkrut, pesero pengusaha bertanggungjawab penuh atas
seluruh harta-harta pribadinya terhadap hutang-hutang perusahaan.
2. Persero Kommanditer atau pesero diam. Pesero ini hanya
menyerahkan modal ke dalam perseroan dan tidak bertanggung jawab
2012
7
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Suhirman Madjid,SE.,MS.i.,Ak.,CAMadjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA uhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
http://www.mercubuana.ac.id
tentang jalannya perseroan. Jika perseroan jatuh pailit/bangkrut,
pesero ini hanya bertanggungjawab sebesar modal penyertaannya.
Sehubungan dengan Usaha dalam bentuk persekutuan (CV, Firma dan
kongsi) Dalam Undang-undang PPh dikatakan Yang dikecualikan dari objek
pajak yakni bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komandeter yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, Firma, dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif. Pengenaan pajak atas sekutu dalam usaha dalam bentuk
CV dapat dilihat dalam ilustrasi berikut
Ilustrasi perhitungan pajak CV
Income tahun 2011 Rp 2.000.000.000COGS Rp 800.000.000Gross Income Rp 1.200.000.000Operating Expense Rp 500.000.000Net Income Before tax Rp 700.000.000Corporate tax (PPh badan) 25 % Rp 175.000.000Net Income after tax Rp 525.000.000
Atas keuntungan CV dikenakan pajak penghasilan badan dengan tarif pasal
17 undang-undang Pajak Penghasilan (sama dengan PT). Pembagian
keuntungan kepada pemegang saham (pesero) tidak bisa dibebankan
sebagai biaya CV, tidak dipotong PPh pasal 23 dan bagi yang menerima
bukan sebagai obyek pajak. Dengan kata lain, Pajak penghasilan hanya
dikenakan pada Perusahaan (Badan) saja dan tidak ada double taxation.
Net Income Before tax Rp 700.000.000Corporate tax (PPh badan) 25 % Rp 175.000.000Net Income after tax Rp 525.000.000Pajak atas pembagian laba Rp 0
2012
8
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Suhirman Madjid,SE.,MS.i.,Ak.,CAMadjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA uhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
http://www.mercubuana.ac.id
Return yang diterima pemegang saham Rp 525.000.000% beban pajak (total tax : net income) (Rp.175.000.000 : Rp 700.000.000 x
100% = 25 %
3. Perorangan (Pribadi)
Usaha Perorangan adalah perorangan (pribadi) yang menjalankan suatu
usaha dengan tujuan untuk memperoleh laba. Peorangan tersebut
bertanggung jawab penuh atas jalannya usaha. Jika usaha tersebut pailit atau
bangkurt, perorang ini bertanggungjawab penuh atas seluruh harta-harta
pribadinya terhadap hutang-hutang usahanya. Ini adalah bentuk usaha yang
paling sederhana dan tidak perlu pembuatan akte pendirian.
Dalam menghitung besarnya pajak penghasilan, usaha perorangan wajib
melakukan pembukuan atau hanya melakukan pencatatan dengan Norma
Penghitungan jika peredaran brutonya kurang dari Rp. 4.800.000.000 (empat
miliar delapan ratus juta rupiah).
Atas pendapatan (keuntungan) usaha perorang tersebut, sesudah dikurangi
penghasilan tidak kena pajak (PTKP), dikenakan pajak penghasilan orang
pribadi dengan tarif pasal 17 undang-undang Pajak Penghasilan sebagai
berikut:
s/d Rp. 50.000.000 Tarif 5%
Di atas Rp. 50.000.000 s/d Rp. 250.000.000 Tarif 15 %
Di atas Rp. 250.000.000 s/d Rp. 500.000.000 Tarif 25%
Di atas Rp. 500.000.000 Tarif 30%
secara sederhana beban pajak yang harus ditanggung investor WP OP
dengan mengenakan pajak progresif diatas dapat dilihat dalam table berikut :
Ilustrasi perhitungan pajak WP OP
Income tahun 2011 Rp 2.000.000.000COGS Rp 800.000.000Gross Income Rp 1.200.000.000
2012
9
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Suhirman Madjid,SE.,MS.i.,Ak.,CAMadjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA uhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
http://www.mercubuana.ac.id
Operating Expense Rp 500.000.000Net Income Before tax Rp 700.000.000PTKP (K3) Rp 32.400.000Taxable Income (50.000.000 x 5 % + 200.000.000 x 15 % + 250 x 25 % + 167.600.000)
Rp
Net Income after tax Rp
Pada saat laba tersebut ditransfer ke pemegang saham senagai deviden,
maka atas pembagian tersebut akan dikenakan pajak lagi sebesar 10 % (PPh
final untuk WPOP) sebagai berikut :
Net Income Before tax Rp 700.000.000Corporate tax (PPh badan) 25 % Rp 175.000.000Net Income after tax Rp 525.000.000Pajak atas deviden 10 % (PPh final) Rp 52.500.000Return yang diterima pemegang saham Rp 472.500.000% beban pajak (total tax : net income) (Rp.175.000.000 + 52.500.000) : Rp
700.000.000 x 100% = 32 %
Perbandingan Beban Pajak Penghasilan
Walaupun masing-masing bentuk usaha tersebut di atas mempunyai karakter yang
berbeda-beda beserta keunggulan dan kelemahannya, penulis akan mencoba
memberikan perbandingan atas beban pajak untuk masing-masing bentuk usaha.
Supaya perbandingan beban pajak ini dapat dilakukan secara obyektif, penulis
mencoba memberikan asumsi-asumsi pendapatan, pembebanan biaya dan
pembagian keuntungan yang sama untuk masing-masing bentuk usaha tersebut,
seperti yang ada di tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1: Perbandingan Beban Pajak Penghasilan untuk Penjualan Rp. 1,5 Miliar
No. Keterangan PT CVPerorangan Dgn Pembukuan
Perorangan Dgn Norma Penghitungan *1)
1 Penjualan 1,500,000,000 1,500,000,000 1,500,000,000 1,500,000,000
2 Beban Usaha *2) 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000
3 Laba Usaha 300,000,000 300,000,000 300,000,000 450,000,000
4 PTKP *3) - - 18,000,000 18,000,000201
2
10
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Suhirman Madjid,SE.,MS.i.,Ak.,CAMadjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA uhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
http://www.mercubuana.ac.id
5Penghasilan Kena Pajak 300,000,000 300,000,000 282,000,000 432,000,000
6 PPh Terutang 72,500,000 72,500,000 64,950,000 117,450,000
7Laba Sesudah PPh 227,500,000 227,500,000 217,050,000 314,550,000
8PPh 23 Atas Dividen *4) 34,125,000 - - -
9Total Beban Pajak 106,625,000 72,500,000 64,950,000 117,450,000
Asumsi:*1) Norma Penghitungan Untuk Pedagang Eceran 30% dari Peredaran Bruto*2) Beban Usaha 80% dari Penjualan*3) PTKP K/3 = Rp. 18.000.000*4) Semua laba dibagikan dalam bentuk dividen, dipotong PPh Pasal 23 dengan tarif 15%
Dari Tabel 1 di atas, terlibat bahwa total beban pajak terkecil adalah usaha
perorangan dengan pembukuan sebesar Rp. 64.950.000, sedangkan total beban
pajak terbesar adalah pada usaha perorangan dengan Norma penghitungan sebesar
Rp. 117.450.000. Hal ini terjadi karena secara umum Norma Penghitungan
menetapkan margin keuntungan usaha yang lebih besar (30%) daripada keuntungan
usaha sebenarnya (20% dengan pembukuan). Pada prakteknya, usaha
perorangan/orang pribadi mengalami dilemma, jika menggunakan Pencatatan
peredaran bruto (yang mudah/sederhana) dengan Norma penghitungan, Persentase
keuntungan yang sebenarnya masih jauh lebih kecil daripada % Keuntungan yang
diterapkan dalam Norma penghitungan. Sebaliknya, jika mau melakukan
pembukuan, masih sulit dan membutuhkan biaya yang cukup besar.
Secara umum (seperti ilustrasi di Tabel 1), total beban pajak PT akan selalu lebih
besar dari CV, karena adanya tambahan PPh pasal 23 yang harus dipotong dari
dividen yang dibayarkan oleh PT, sedangkan pembagian hasil untuk CV tidak
dikenakan pajak (bukan obyek pajak). Maka motivasi sesorang untuk lebih memilih
bentuk usaha PT dari pada CV adalah factor-faktor lain selain factor pajak.
Apakah total beban pajak penghasilan orang pribadi selalu lebih kecil dari pada PT
atau CV seperti yang ada di tabel 1 di atas? Kita coba kaji lebih dalam di Tabel 2
2012
11
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Suhirman Madjid,SE.,MS.i.,Ak.,CAMadjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA uhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
http://www.mercubuana.ac.id
berkut ini:
Tabel 2: Perbandingan Beban Pajak Penghasilan Dengan Penjualan Rp. 3 Miliar
No.
Keterangan PT CV
Perorangan Dgn Pembukuan
1Penjualan
3,000,000,000
3,000,000,000
3,000,000,000
2
Beban Usaha *a)
1,200,000,000
1,200,000,000
1,200,000,000
3Laba Usaha
1,800,000,000
1,800,000,000
1,800,000,000
4PTKP *b) - -
18,000,000
5
Penghasilan Kena Pajak
1,800,000,000
1,800,000,000
1,782,000,000
6
PPh Terutang
522,500,000
522,500,000
589,950,000
7
Laba Sesudah PPh
1,277,500,000
1,277,500,000
1,192,050,000
8
PPh 23 Atas Dividen *c)
191,625,000 - -
9
Total Beban Pajak
714,125,000
522,500,000
589,950,000
PPh pasal 23 yang dipotong oleh PT atas dividen yang dibagikan sebesar 15%
adalah tidak final, sehingga besarnya tariff efektif akan tergantung pada besarnya
penghasilan pemegang saham (sebagai perorangan). Contoh: jika penghasilan kena
pajak pemegang saham (perorangan) diluar dividen ini sudah mencapai Rp.
200.000.000, maka tariff efektif atas dividen ini menjadi 35% sehingga total beban
pajak atas PT menjadi lebih besar lagi.
Tabel 2: Perbandingan Beban Pajak Penghasilan Dengan Penjualan Rp. 5 Miliar
No Keterangan PT CV Perorangan 201
2
12
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Suhirman Madjid,SE.,MS.i.,Ak.,CAMadjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA uhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
http://www.mercubuana.ac.id
. Dgn Pembukuan
1 Penjualan 5,000,000,000 5,000,000,000 5,000,000,000
2 Beban Usaha *a) 4,000,000,000 4.000,000,000 4.000,000,000
3 Laba Usaha 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000
4 PTKP *b) - - 32.400.000
5 PKP 1,000,000,000 1,000,000,000 967.600,000
6 PPh Terutang 250.000,000 250.000.000 235.100.000
7 Laba Sesudah PPh 750.000.000 750.000.000 764.900.000
8PPh 23 Atas Dividen *c) 112.500.000 - -
9 Total Beban Pajak 362.500.000 250.000.000 235.100.000.000
Asumsi :*a) Beban Usaha 80% dari Penjualan*b) PTKP K/3 = Rp. 32.400.000*c) Semua laba dibagikan dalam bentuk dividen PPh pasal 23 dengan tarif 15 %
Penggunaan Metode akuntansi dan Periode akuntansi Dalam Perencanaan Pajak
Pemilihan Metode Akuntansi
Metode akuntansi yang mana yang terbaik akan dipergunakan oleh wajib pajak
sangat tergantung pada bentuk usaha dan ukuran besarnya perusahaan yang
bersangkutan sert sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Metode PenyusutanMulai tahun 1995, Wajib Pajak diperkenankan untuk memilih metode penyusutan
fiskal untuk aktiva tetap berwujud bukan bangunan, yaitu metode penyusutan garis
lurus (straight line) dan kedua, metode penyusutan saldo menurun (double
declining). Dalam memilih metode penyusutan, kita harus mempertimbangkan
keadaaan perusahaan. Jika perusahaan memperkirakan laba perusahaan yang
cukup besar, maka sebaiknya perusahaan menggunakan metode penyusutan saldo
menurun, sehingga menghasilkan biaya penyusutan yang besar yang dapat 201
2
13
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Suhirman Madjid,SE.,MS.i.,Ak.,CAMadjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA uhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
http://www.mercubuana.ac.id
mengurangi laba kena pajak. Sebaliknya, jika diperkirakan awal awal.tahun investasi
belum bisa memberikan keuntungan, laba yang diperoleh kecil atau timbul kerugian,
maka sebaiknya memilih metode penyusutan garis lurus karena menghasilkan biaya
penyusutan yang lebih kecil.
Penyusutan Berdasarkan Peraturan Perpajakan Sebagaimana telah diatur dalamUU
PPh pasal 9 ayat (2), bahwa pengeluaran untuk mendapatkan manfaat, menagih,
dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
tidak boleh dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan. Hal ini
sesuai dengan kelaziman dunia usaha dan selaras dengan prinsip penandingan
antara pengeluaran dan penerimaan, dalam ketentuan ini pengeluaran untuk
mendapatkan, menagih, dan mempertahankan penghasilan yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun tidak dapat dikurangkan sebagai biaya sekaligus pada
tahun pengeluarannya.
Namun demikian, dalam perhitungan dan penerapan tariff penyusutan untuk
keperluan pajak perlu diperhatikan dasar hukum penyusutan fiskal, karena dapat
berbeda dengan penyusutan untuk akuntansi.
Mulai tahun 1995 ketentuan fiskal mengharuskan penyusutan harta tetap dilakukan
secara individual per aktiva, tidak lagi secara gabungan seperti yang berlaku
sebelumnya kecuali untuk alat-alat kecil yang sejenis masih boleh menggunakan
penyusutan secara golongan.
Menurut UU PPh pasal 11, Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya
pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan,
penyusutannya dimulai bulan selesainya pengerjaan harta tersebut. Dengan
persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan
penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan
mulai menghasilkan. Dalam UU PPh pasal 11 ayat (6), semua aktiva tetap berwujud
yang memenuhi syarat penyusutan fiskal harus dikelompokkan terlebih dahulu
menjadi 2 golongan :
2012
14
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Suhirman Madjid,SE.,MS.i.,Ak.,CAMadjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA uhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
http://www.mercubuana.ac.id
Saat Dimulainya Penyusutan atas Aktiva/Harta Berwujud Dalam SPT Tahunan PPh Badan dan PPh Orang Pribadi Yang Menggunakan Pembukuan
Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang
masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya
pengerjaan harta tersebut.
Contoh 1 :
Sebuah Perusahaan membeli 10 Komputer yang dibeli dan ditempatkan pada 30
Juli 2009 dengan harga perolehan sebesar Rp100.000.000,00. Masa manfaat dari
komputer tersebut adalah 4 (empat) tahun. Masa manfaat komputer tersebut adalah
dimulai bulan Juli 2009. Kalau tarif penyusutan misalnya ditetapkan 50% (metode
saldo menurun), maka penghitungan penyusutannya adalah sebagai berikut :
Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa BukuHarga Perolehan 100.000.000,00
2009 6/12 x 50% 25.000.000,00 75.000.000,00201
2
15
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Suhirman Madjid,SE.,MS.i.,Ak.,CAMadjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA uhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
http://www.mercubuana.ac.id
2010 50% 37.500.000,00 37.500.000,002011 50% 18.750.000,00 18.750.000,002012 50% 9.375.000,00 9.375.000,002013 Disusutkan
sekaligus 9.375.000,00 0
Contoh 2 :
Pengeluaran untuk pembangunan sebuah gedung adalah sebesar
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Pembangunan dimulai pada bulan Oktober
2012 dan selesai untuk digunakan pada bulan Maret 2013. Penyusutan atas harga
perolehan bangunan gedung tersebut dimulai pada bulan Maret tahun pajak 2013.
Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan
penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan
mulai menghasilkan.
Contoh 3 :
PT X yang bergerak di bidang perkebunan membeli traktor pada tahun 2012.
Perkebunan tersebut mulai menghasilkan (panen) pada tahun 2013. Dengan
persetujuan Direktur Jenderal Pajak, penyusutan traktor tersebut dapat dilakukan
mulai tahun 2013.
Daftar Pustaka201
2
16
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Suhirman Madjid,SE.,MS.i.,Ak.,CAMadjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA uhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
http://www.mercubuana.ac.id
1. Chairil Anwar Pohan, 2013, Manajemen Perpajakan, Penerbit Pustaka
Utama, Jakarta
2. Muhammad Zain, 2007, Manajemen Pajak, Penerbit Salemba Empat
3. Primandita F dkk, 2010, Kompilasi Undang-Undang Perpajakan, salemba
Empat
4. John A. Pearce II dan Richard B. Robinson,2013, Manajemen Stratejik,
Salemba Empat
2012
17
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Suhirman Madjid,SE.,MS.i.,Ak.,CAMadjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA uhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,CA
http://www.mercubuana.ac.id
top related