plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · toksikologi, serta mas wagiran selaku laboran bagian...
Post on 13-Sep-2019
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UJI EFEK ANTI INFLAMASI EKSTRAK ETANOL
AKAR KROKOT BELANDA (Talinum triangulare (Jacq.)Willd)
PADA MENCIT PUTIH BETINA
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Agnes Meiriana
NIM : 038114121
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI EFEK ANTI INFLAMASI EKSTRAK ETANOL
AKAR KROKOT BELANDA (Talinum triangulare (Jacq.)Willd)
PADA MENCIT PUTIH BETINA
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Agnes Meiriana
NIM : 038114121
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2007
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
^xà|~t }tÄtÇ {tÅÑt? t~â ^tâ ÑâÄ|{~tÇ ^xà|~t Ñâàâá tát? t~â ^tâ ~âtà~tÇ ^xà|~t ÄxÄt{? t~â ^tâ áxztÜ~tÇ fx}tâ{ ÑxÜ}tÄtÇtÇ çtÇz àxÄt{ ~âàxÅÑâ{ gt~ áxwxà|~ ÑâÇ t~â ~x{|ÄtÇztÇ ~tá|{`â
`âÇz~|Ç àt~ ~âÑt{tÅ| TÑt çtÇz ~|Ç| t~â tÄtÅ| atÅâÇ ~â àtâ Ñtáà| ^tá|{ TÄÄt{~â àt~ t~tÇ uxÜ{xÇà| ^tÇ ~â ~âáxÜt{~tÇ áxÅât ÑxÜzâÅâÄtÇ~â ÑtwtÅâ lxáâá ^tÜxÇt ~â àtâ Ñtáà| TÄÄt{~â ux~xÜ}t ÅxÇwtàtÇz~tÇ ~xut|~tÇ utz| çtÇz ÅxÇztá|{|açt
^âÑxÜáxÅut{~tÇ ~tÜçt ~xv|Ä~â |Ç| utz|
UtÑt? câàÜt wtÇ eÉ{ ^âwâá áxutzt| cÜ|utw| gÜ|àâÇzztÄ tàtá
~tá|{ áxà|taçt
^xÄâtÜzt~â çtÇz ~âv|Çàt|AAA
ft{tutà@át{tutà~â çtÇz ~âátçtÇz|‹
TÄÅtÅtàxÜ~âAAAA
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa berkat kasih
karuniaNya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Efek Anti
Inflamasi Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda (Talinum triangulare (Jacq.)
Willd) pada Mencit Putih Betina“ ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Drs. Mulyono, Apt selaku pembimbing utama skripsi ini atas segala
dukungan, bimbingan, kritik dan masukkan kepada penulis demi kemajuan
skripsi ini.
3. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku penguji skripsi atas bantuan dan
masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.
4. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku penguji skripsi atas bantuan dan masukan
kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.
5. Mas Parjiman, Mas Heru dan Mas Kayat selaku laboran bagian Farmakologi-
Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi-
Fitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Papa, Mama dan Kak Nina yang selalu menemani dan mendukung terutama
dukungan moral, semangat dan kasih sayang selama ini serta adik Putra (Alm)
yang telah lebih dahulu dipanggil untuk menikmati keindahan dan kedamaian
surga.
7. Nike, Jenny, Erma, Nia, Indri, Ratna, Tyas, Marlin, Yenny, Ndari, dan Sigit,
atas kebersamaan, dukungan dan persahabatan yang telah memberi makna
hidupku
8. Iin, Margie, Nunik, Joan yang jauh di mata tetapi dekat di hati atas canda
tawa, kekonyolan, dan dukungan yang sangat menghibur penulis selama ini
9. Teman-teman Amakusa : Nova, Inchan, Deka, C’dian, Henny, C’monic, Desi,
Silvi, Mira, Cendani, Tata, Ayu, Tyas, Ita, Yemi, Dewi, Uut, dan Dian serta
Yeyen sebagai teman komsel atas canda tawa, dan kehebohan yang
menyenangkan.
10. Teman-teman kelas C angkatan 2003 yang disebut Chemistry’03. Semoga
persahabatan dan kebersamaan yang telah kita jalin bertahan selamanya.
11. Pihak-pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari dengan rendah hati bahwa skripsi ini jauh dari
sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan
di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Inflamasi merupakan respon biologik pada jaringan tubuh yang cedera atau mati. Akar krokot belanda (Talinum triangulare (Jacq) Willd) merupakan salah satu obat tradisional yang diduga berefek sebagai anti inflamasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kebenaran efek anti inflamasi dan mengetahui besarnya persentase efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda dalam menghambat terjadinya udema pada mencit putih betina.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Metode yang digunakan adalah metode Langford dkk. yang telah dimodifikasi pelaksanaannya, yaitu induksi udema pada kaki kiri belakang hewan uji secara subplantar menggunakan suspensi karagenin 1%. Hewan uji yang digunakan adalah mencit betina galur Swiss, berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram. Enam puluh tiga ekor mencit dikelompokkan menjadi 9 kelompok secara acak. Kelompok I adalah kontrol negatif karagenin 1%, kelompok II adalah kontrol negatif CMC Na 1%, kelompok III, IV, dan V adalah kontrol positif natrium diklofenak dengan dosis 9,75 mg/kgBB; 10,795 mg/kgBB; dan 11,95 mg/kgBB, sedangkan kelompok VI, VII, VIII, dan IX adalah perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dengan dosis 1674,49 mg/kgBB; 2411,26 mg/kgBB; 3472,22 mg/kgBB; dan 5000 mg/kgBB. Lima belas menit kemudian kaki kiri mencit bagian belakang diinjeksi dengan karagenin 1%, setelah 3 jam mencit dikorbankan dan kedua kakinya dipotong pada sendi torsocrural, kemudian ditimbang. Data bobot udema yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk mencari persentase efek anti inflamasi. Distribusi data dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan dengan Anova satu arah dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol akar krokot belanda memiliki efek anti inflamasi. Efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda dosis 1674,49 mg/kgBB; 2411,26 mg/kgBB; 3472,22 mg/kgBB; dan 5000 mg/kgBB berturut-turut sebesar 13,37%; 20,53%; 27,47%; dan 51,18%.
Kata kunci : anti inflamasi, ekstrak etanol akar krokot belanda, modifikasi
pelaksanaan metode Langford
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Inflammation is a biological response that occured in injury area. Krokot belanda root is one of the traditional medicine which is assuming to have effects in anti inflammation. Because of that, the purpose of this research is to prove the truth of anti inflammation effect and to know the amount of potency anti inflammation effect of ethanolic extract of krokot belanda root on preventing oedema. This research is pure experimental research by one way complete random design. The experiment method which used was Langford method which the implementation had been modified. Implementation of Langford et al. method was oedema inductional method to the left underside of the experiment animals foot-sole with 1% carrageenan. The subject of this experiment were Swiss strain white female mice, whose age 2-3 months, and its weight were 20-30 grams. Sixty three mice were divided into 9 groups by random. Group I was carageenaan 1% negative control, group II was aquadest negative control, group III until group V were natrium diclofenac positive control with dose of 9,75 mg/kgBB; 10,795 mg/kgBB; dan 11,95 mg/kgBB, and group VI until group IX were ethanol extract of krokot belanda root with dose of 1674,49 mg/kgBB; 2411,26 mg/kgBB; 3472,22 mg/kgBB; dan 5000 mg/kgBB. Fifteen minutes later, those mice’s left legs were injected with carrageenan 1%. After three hours those mice were killed and its two legs were cut at torsocrural joint. Data obtained were data of weight of mice paws that used to calculate the percentage of anti inflammation effect. Distribution data were analyzed statistically with Kolmogorov-Smirnov. After that, the analysis were continued with one way ANOVA with 95% significance level and were continued with Scheffe test. The results shows that ethanol extract of krokot belanda root has anti inflammation effect. Anti inflammation effect of ethanol extract of krokot belanda root on the dose of 1674,49 mg/kgBB; 2411,26 mg/kgBB; 3472,22 mg/kgBB; dan 5000 mg/kgBB were 13,37%; 20,53%; 27,47%; dan 51,18%. Key words : anti inflammation, ethanolic extract of krokot belanda root,
modified implementation of Langford method
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi
PRAKATA.................................................................................................... vii
INTISARI ..................................................................................................... ix
ABSTRACT.................................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xix
BAB I. PENGANTAR.................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Permasalahan .......................................................................................... 3
C. Keaslian Penelitian.................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
1. Manfaat teoritis ................................................................................. 4
2. Manfaat praktis ................................................................................. 4
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1. Tujuan umum .................................................................................... 5
2. Tujuan khusus ................................................................................... 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .......................................................... 6
A. Tanaman Krokot Belanda ....................................................................... 6
1. Sistematika........................................................................................ 6
2. Sinonim ............................................................................................. 6
3. Nama lain .......................................................................................... 6
4. Uraian tanaman ................................................................................. 7
5. Kandungan kimia .............................................................................. 8
6. Khasiat dan kegunaan ....................................................................... 13
B. Perkolasi.................................................................................................. 13
C. Inflamasi ................................................................................................. 15
1. Patogenesis........................................................................................ 15
2. Gejala ............................................................................................... 16
3. Mekanisme........................................................................................ 18
D. Obat Anti Inflamasi................................................................................. 25
E. Natrium Diklofenak ................................................................................ 27
F. Metode Pengujian Aktivitas Anti Inflamasi............................................ 28
G. Landasan Teori........................................................................................ 34
H. Hipotesis ................................................................................................. 35
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 36
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 36
B. Metode Penelitian ................................................................................... 36
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional......................................... 37
1. Variabel Penelitian............................................................................ 37
2. Definisi Operasional ......................................................................... 37
D. Subjek dan Bahan Penelitian................................................................... 38
1. Subjek Penelitian .............................................................................. 38
2. Bahan Penelitian ............................................................................... 38
E. Alat atau Instrumen Penelitian ............................................................... 39
F. Tata Cara Penelitian................................................................................ 40
1. Determinasi tanaman......................................................................... 40
2. Pengumpulan bahan .......................................................................... 40
3. Pembuatan ekstrak etanol akar krokot belanda................................. 40
4. Penyiapan hewan uji ......................................................................... 41
5. Pembuatan suspensi karagenin 1% ................................................... 41
6. Pembuatan CMC-Na 1%................................................................... 41
7. Pembuatan larutan natrium diklofenak ............................................. 41
8. Pembuatan suspensi ekstrak etanol akar krokot belanda ................. 42
9. Penetapan dosis ................................................................................. 42
10. Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi
suspensi karagenin 1%..................................................................... 44
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11. Uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol
akar krokot belanda ......................................................................... 45
12. Perlakuan Hewan Uji ........................................................................ 45
13. Perhitungan Respon Daya Anti Inflamasi......................................... 46
G. Analisis Hasil .......................................................................................... 47
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN............................. 48
A. Determinasi Tanaman ............................................................................. 48
B. Pembuatan Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda................................... 48
C. Uji Pendahuluan...................................................................................... 49
1. Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi
suspensi karagenin 1%...................................................................... 50
2. Uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol
akar krokot belanda........................................................................... 53
D. Pengujian Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda..... 56
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 69
A. Kesimpulan ............................................................................................. 69
B. Saran ....................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 70
LAMPIRAN.................................................................................................. 74
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 104
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan
95% data bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan
rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi
karagenin 1% ........................................................................ 51
Tabel II. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi suspensi
karagenin 1% pada rentang waktu tertentu, beserta hasil uji
Scheffe .................................................................................. 51
Tabel III. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan
95% data bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan
rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot
belanda .................................................................................. 54
Tabel IV. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi suspensi
karagenin 1% pada uji pendahuluan rentang waktu
pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda..................... 54
Tabel V. Rata-rata bobot udema kaki mencit beserta persen (%) daya
anti inflamasi dari seluruh kelompok perlakuan................... 59
Tabel VI. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan
95% persentase daya anti inflamasi ekstrak etanol akar
krokot belanda dalam empat peringkat dosis beserta
kontrolnya ............................................................................. 62
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel VII. Hasil uji Scheffe daya anti inflamasi pada perlakuan
ekstrak etanol akar krokot belanda dalam empat peringkat
dosis beserta kontrolnya........................................................ 62
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka flavonoid............................................................... 9
Gambar 2. Struktur saponin .................................................................... 10
Gambar 3. Struktur tanin ........................................................................ 11
Gambar 4. Struktur umum steroid .......................................................... 11
Gambar 5. Patogenesis dan gejala inflamasi .......................................... 17
Gambar 6. Mekanisme inflamasi ............................................................ 24
Gambar 7. Struktur diklofenak ............................................................... 27
Gambar 8. Rumus perhitungan anti inflamasi ........................................ 33
Gambar 9. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit hasil uji
pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah
injeksi suspensi karagenin 1% .............................................. 53
Gambar 10. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit hasil uji
pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar
krokot belanda....................................................................... 56
Gambar 11. Diagram batang rata-rata bobot udema kaki mencit
perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dalam 4
peringkat dosis beserta kontrolnya........................................ 60
Gambar 12. Diagram batang persentase efek anti inflamasi perlakuan
ekstrak etanol akar krokot belanda beserta kontrolnya......... 61
Gambar 13. Tanaman Krokot Belanda ..................................................... 77
Gambar 14. Akar Krokot Belanda ............................................................ 78
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 15. Serbuk akar Krokot Belanda................................................. 78
Gambar 16. Ekstrak etanol kental akar Krokot Belanda .......................... 79
Gambar 17. Perbandingan persamaan garis antara log dosis natrium
diklofenak dan log dosis ekstrak etanol akar krokot belanda.. 101
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat pernyataan pengambilan dan determinasi dari BPTO . . 74
Lampiran 2. Sertifikat analisis natrium diklofenak ................................... 76
Lampiran 3. Foto tanaman Krokot Belanda .............................................. 77
Lampiran 4. Foto akar Krokot Belanda dan serbuk akar Krokot Belanda 78
Lampiran 5. Foto ekstrak etanol akar Krokot Belanda.............................. 79
Lampiran 6. Skema kerja uji pendahuluan rentang waktu pemotongan
kaki mencit setelah injeksi suspensi karagenin 1% .............. 80
Lampiran 7. Hasil dan analisis hasil uji pendahuluan rentang waktu
pemotongan kaki mencit setelah injeksi suspensi karagenin
1% ......................................................................................... 81
Lampiran 8. Skema kerja uji pendahuluan rentang waktu pemberian
ekstrak etanol akar krokot belanda........................................ 84
Lampiran 9. Hasil dan analisis hasil uji pendahuluan rentang waktu
pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda...................... 85
Lampiran 10. Skema kerja perlakuan hewan uji ......................................... 88
Lampiran 11. Hasil dan analisis hasil bobot udema kaki mencit akibat
pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda dalam empat
peringkat dosis dan kontrolnya ............................................. 90
Lampiran 12. Hasil perhitungan dan analisis hasil persen (%) efek anti
inflamasi akibat pemberian ekstrak etanol akar krokot
belanda dalam empat peringkat dosis dan kontrolnya .......... 95
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 13. Perbandingan persamaan garis antara log dosis natrium
diklofenak dan log dosis ekstrak etanol akar krokot belanda.. 101
Lampiran 14. Hasil Perhitungan Potensi Relatif Efek Anti inflamasi
Pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot BelandaDalam
Empat Peringkat Dosis.......................................................... 103
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Inflamasi atau radang merupakan respon yang menyolok pada jaringan
hidup yang mengalami cedera atau mati. Respon inflamasi yang terjadi berupa
penginaktivasian atau perusakan organisme penyerang, penghilangan zat iritan,
dan perbaikan jaringan (Harvey, Mycek, dan Champe, 2001).
Reaksi inflamasi diperlukan karena inflamasi ini merupakan respon
biologik dari reaksi-reaksi kimia berurutan dan berfungsi melindungi tubuh dari
infeksi dan memperbaiki jaringan yang rusak akibat trauma (Wilmana, 1995).
Namun bila reaksi inflamasi tersebut berlebihan maka akan merugikan sehingga
diperlukan obat-obat anti inflamasi untuk mengendalikan reaksi inflamasi sampai
taraf yang tidak merugikan.
Obat tradisional merupakan salah satu alternatif yang digunakan sebagai
sarana perawatan kesehatan dan untuk menanggulangi berbagai macam penyakit.
Penggunaan obat tradisional sudah menjadi tradisi budaya dalam mengatasi
masalah kesehatan oleh masyarakat di Indonesia. Salah satu alasan masyarakat
untuk tetap menggunakan obat tradisional adalah karena masyarakat berasumsi
bahwa obat tradisional dinilai memiliki efek samping yang lebih ringan daripada
obat modern terutama untuk pengunaan jangka panjang.
Krokot belanda (Talinum triangulare (Jacq.)Willd) merupakan salah satu
tanaman di Indonesia yang memiliki khasiat sebagai obat. Bagian tanaman yang
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
sering dimanfaatkan adalah akarnya. Akar krokot belanda secara tradisional
umumnya digunakan sebagai tonikum atau penghilang keletihan. Menurut Perry
(1980), akar krokot belanda juga berkhasiat untuk mengatasi inflamasi dan
mengurangi bengkak.
Senyawa kimia yang terkandung di dalam akar krokot belanda adalah
flavonoid, steroid, saponin dan tanin (Anonim, 1994; Dalimarta, 2003; Misra,
1992) yang dapat larut dalam etanol. Flavonoid, steroid dan tanin diduga dapat
menimbulkan efek anti inflamasi. Penelitian ini menggunakan etanol dengan
harapan kandungan kimia pada akar krokot belanda yang diduga berefek anti
inflamasi dapat terekstraksi dengan baik. Hal tersebut di atas, yang mendorong
dilakukannya penelitian tentang uji efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot
belanda pada mencit putih betina.
Metode yang digunakan untuk pengujian efek anti inflamasi ekstrak etanol
akar krokot belanda adalah metode Langford, Holmes dan Emele (1972) dengan
prinsip induksi udem pada telapak kaki mencit. Metode ini dipilih karena dapat
digunakan sebagai langkah pengujian awal untuk mengetahui apakah bahan uji
memiliki efek anti inflamasi atau tidak. Di samping itu, metode ini mudah
dilaksanakan, pengukuran dapat dilakukan secara obyektif serta dapat diandalkan
untuk pengujian efek anti inflamasi dalam waktu yang singkat. Hewan uji yang
digunakan dalam penelitian adalah mencit betina. Mencit betina dipilih
berdasarkan asumsi bahwa mencit betina lebih peka terhadap rangsang nyeri
(nyeri merupakan bagian dari inflamasi) bila dibandingkan mencit jantan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, masalah pada
penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
a. Apakah ekstrak etanol akar krokot belanda memiliki efek anti inflamasi
terhadap mencit putih betina?
b. Berapa besar efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda
terhadap mencit putih betina?
C. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran penulis di Universitas Sanata Dharma, penelitian
tentang Uji Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda pada Mencit
Putih Betina belum pernah dilakukan. Adapun penelitian yang pernah dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Evaluasi Efek Stimulan Susunan Syaraf Pusat Ekstrak Daun dan Batang
Talinum triangulare (Jacq) Willd (Rustam, 1991). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak daun dan batang Krokot Belanda memberikan
efek stimulan dengan dosis oral terendah adalah 1,33 g/kg BB pada mencit
dan 0.89 g/kg BB pada tikus jantan.
b. Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia Tumbuhan Talinum triangulare
(Jacq) Willd (Misra, 1992). Hasil penelitian menunjukkan bahwa krokot
belanda mengandung flavonoid, saponin, tanin dan steroid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
c. Khasiat dan Keamanan Som Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) dan
Kolesom (Talinum triangulare Willd) (Nugroho, 2000). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa uji toksisitas akut Som Jawa mempunyai LD50 sebesar
32,22 mg/10 g BB sedangkan Kolesom mempunyai LD50 sebesar 45,1 mg/10
g BB (rute i.p. pada mencit). Som Jawa dan Kolesom aman berdasarkan uji
toksisitas akut.
d. Uji Efek Tonikum Infusa Akar Krokot Belanda (Talinum triangulare (Jacq)
Willd) terhadap Fungsi Motorik pada Mencit Jantan dengan Metode Rotarod
test (Astawa, 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa akar krokot
belanda dosis 2 mg/g BB/hari, 3,5 mg/g BB/hari dan 5 mg/g BB/hari terbukti
memiliki efek tonikum yang setara dengan Panax ginseng dosis 1,2 mg/g
BB/hari
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang obat tradisional tentang
khasiat akar krokot belanda sebagai obat anti inflamasi
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada masyarakat
tentang penggunaan akar krokot belanda sebagai alternatif obat anti inflamasi
beserta dosis efektifnya dalam menimbulkan efek anti inflamasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menambah informasi kepada masyarakat
tentang tanaman obat yang berkhasiat sebagai anti inflamasi.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol akar
krokot belanda memiliki efek anti inflamasi dan untuk mengetahui seberapa
besar efek anti inflamasi yang dimiliki ekstrak etanol akar krokot belanda
terhadap mencit putih betina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tanaman Krokot Belanda
1. Sistematika
Sistematika tanaman Talinum triangulare (Jacq.) Willd adalah sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Caryophyllales
Suku : Portulacaceae
Marga : Talinum
Jenis : Talinum triangulare (Jacq) Willd (Anonim, 1994)
2. Sinonim
Sinonim tanaman krokot belanda adalah Talinum racemosum Rohrbach
(Anonim, 1994; Dalimarta, 2003).
3. Nama lain
Tanaman krokot belanda memiliki nama daerah dan nama asing sebagai
berikut :
a. Nama daerah
Poslen, Gelang (Jawa), Krokot Belanda (Sunda), Talesom, Som Jawa
(Jawa) (Pitojo, 2000).
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
b. Nama asing
Suriname postelein, Grand pourpier, Cia ren shen (Anonim, 1986a;
Pitojo, 2000).
4. Uraian Tanaman
Krokot Belanda merupakan tanaman yang hidup menahun di dataran
rendah hingga dataran tinggi pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut
(Dalimarta, 2003). Tumbuh mengerombol, memiliki banyak percabangan dan
sejumlah anakan yang letaknya berdekatan dengan induknya (Pitojo, 2000).
Akarnya tunggang bila berasal dari biji, sedangkan tanaman yang berasal
dari stek tidak membentuk akar tunggang. Akar berwarna keputihan saat muda,
setelah tua berwarna coklat. Akar serabut intensif di lapisan atas tanah. Pada
bagian pangkal, tumbuh akar-akar kecil memanjang. Batang muda berwarna hijau
bulat, relatif lunak dan mudah dipatahkan. Batang tua berwarna kemerahan, agak
keras. Daunnya hijau, bertangkai pendek, panjang daun antara 3 -13 cm dengan
lebar 1,5 - 5 cm. Letak daun tersebar, melekat pada batang dan cabang tanaman.
Bunganya majemuk, terdapat pada malai yang muncul dari ujung tangkai atau di
ketiak percabangan atas. Daun kelopak berupa selaput, dengan 1-3 tulang daun
hijau tua. Bunga memiliki 5 helai daun mahkota berbentuk solet dengan panjang
1-12 mm berwarna ungu kemerahan. Biji pada buah muda berwarna hijau,
berukuran kecil, berbentuk ujung korek api. Pada buah agak tua, berwarna
kecoklatan, setelah tua berubah jadi hitam (Pitojo, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
5. Kandungan Kimia
Akar dan daun krokot belanda mengandung saponin, dan flavonoid
(Anonim, 1994), di samping itu akarnya juga mengandung tanin dan steroid
(Misra, 1992; Dalimarta, 2003).
a. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak terdapat
pada tumbuh-tumbuhan. Kandungan senyawa flavonoid di dalam tumbuhan
sangat rendah, yaitu sekitar 0,25% dan secara umum terikat atau terkonjugasi
dengan senyawa gula membentuk glikosida (Robinson, 1995). Khusus pada divisi
Angiospermae yang lazim dijumpai adalah flavon dan flavonol, C-glikosida dan
O-glikosida, di samping isoflavon dan flavanon (Markham, 1988).
Flavonoid merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoid cukup
larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol
(BuOH) dan aseton. Adanya gula yang terikat pada flavonoid cenderung
menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian
campuran pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk
glikosida (Markham, 1988).
Flavonoid menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun
non enzim. Efek flavonoid terhadap organisme sangat banyak macamnya
sehingga tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat dipakai dalam pengobatan
(Robinson, 1995). Flavonoid menunjukkan aktivitasnya sebagai anti alergi, anti
inflamasi, anti mikrobial, dan anti kanker. Pada kenyataannya, flavonoid bekerja
sebagai anti oksidan kuat, melindungi dari serangan oksidatif dan radikal bebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
(Anonim, 2007a). Di antara senyawa flavonoid yang telah lama dikenal dan
merupakan suatu kelompok antioksidan yakni, kelompok polifenol memiliki
kemampuan sebagai penangkal superoksida, oksigen singlet, dan radikal peroksi
lipid (Sitompul, 2003). Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor lipoksigenase
yang berperan dalam produksi mediator inflamasi yaitu leukotrien (Robinson,
1995) sehingga proses peradangan dapat terhambat. Kerangka flavonoid dapat
dilihat pada gambar 1 (Robinson, 1995).
O
AB
1
2
3
45
6
7
81'
2' 3'
4'
5'6'
O
Gambar 1. Kerangka flavonoid
b. Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam
lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan
bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya
membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Pencarian saponin dalam
tumbuhan telah dipicu oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah
diperoleh dan dapat diubah di laboratorium menjadi sterol hewan yang berkhasiat
penting (misalnya, kortison, estrogen kontraseptik, dll) (Harborne, 1987).
Berdasarkan aglikonnya, saponin dibagi menjadi dua yaitu saponin steroid
dan saponin triterpenoid (Evans, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Saponin steroid Saponin triterpenoid
Gambar 2. Struktur saponin
Senyawa glikosida seperti saponin dan glikosida jantung tidak larut dalam
pelarut non polar. Senyawa ini paling cocok diekstraksi dari tumbuhan memakai
etanol atau metanol panas 70-95% (Robinson, 1995).
c. Tanin
Tanin merupakan substrat kompleks yang biasanya terjadi sebagai
campuran polifenol yang sulit diseparasi karena tidak dapat dikristalkan. Tanin
terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh dalam angiospermae khususnya
jaringan kayu. Tanin dapat dibedakan menjadi tanin terhidrolisis dan tanin tidak
terhidrolisis (tanin terkondensasi) (Heinrich, Barnes, Gibbons danWilliamson,
2004). Dalam industri, tanin merupakan senyawa yang berasal dari tumbuhan
yang mampu mengubah kulit hewan mentah menjadi kulit siap pakai. Sedangkan
dalam dunia kesehatan tanin bermanfaat untuk mengurangi bengkak (edema),
radang, dan sekresi pada gastrointestinal (Harborne, 1987). Tanin dapat
mempengaruhi respon inflamasi dengan aktivitasnya sebagai penangkal radikal
bebas, karena radikal bebas dapat merangsang terjadinya inflamasi (Diane, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tanin terhidrolisiskan dan glikosida dapat diekstraksi dengan air panas atau
campuran etanol-air (Robinson, 1995).
Gambar 3. Struktur tanin
d. Steroid
Senyawa steroid merupakan lipid yang dikarakteristikkan mempunyai
kerangka karbon yang dihubungkan dengan empat cincin (Anonim, 2007b) yaitu
siklopentanaperhidrofenantrena. Struktur umum senyawa steroid dapat dilihat
pada gambar 4 (Mursyidi, 1990).
2
3
45
6
7
8
9
10
11
12
1314
15
16
17
18
191
Gambar 4. Struktur umum steroid
Steroid dapat berupa senyawa alkohol, aldehid dan keton atau asam
karboksilat yang tersebar luas dalam makhluk hidup dan umumnya termasuk ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dalam fraksi lipid. Menurut fungsi fisiologis dan terdapatnya steroid secara garis
besar dibagi menjadi : golongan sterol, golongan asam empedu, golongan hormon,
golongan saponin dan sapogenin dan golongan glikosida jantung (Mursyidi,
1990). Secara umum sterol dapat diisolasi dengan pelarut organik seperti metanol,
etanol, eter, kloroform, dan campuran dari pelarut-pelarut tersebut (Mursyidi,
1990).
Steroid dapat menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel sumbernya
(Anonim, 1991) sehingga pembentukan histamin, prostaglandin, dan mediator-
mediator kimia lainnya yang mengakibatkan peradangan dapat terhambat pula
(Greene, Harris, dan Goodyer, 2000).
Nama sterol dipakai khusus untuk steroid alkohol, tetapi karena praktis
semua steroid tumbuhan berupa alkohol dengan gugus hidroksil pada C-3 sering
kali semuanya disebut sterol (Robinson, 1995). Golongan fitosterol (sterol
tumbuhan) yang termasuk golongan ini adalah sitosterol yang merupakan sterol
tumbuhan terbanyak dan terdiri dari α , β, dan γ sitosterol, stigmasterol,
kampesterol, dan spinasterol (Mursyidi, 1990). Tiga senyawa ‘fitosterol’ yang
mungkin terdapat dalam tiap tumbuhan tinggi tersebut yaitu sitosterol (dahulu
dikenal sebagai ß-sitosterol), stigmasterol, dan kampestrol. Fitosterol dilaporkan
dapat menurunkan kolesterol, anti-inflamasi, antibakteri, antijamur, dan
menghambat pembentukan tumor (Froschle, Piuss, Peter, Etzweiler, Ruegg, 2004)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
6. Khasiat dan kegunaan
Akar tanaman krokot belanda berkhasiat untuk mengatasi inflamasi dan
mengurangi bengkak (Perry, 1980) serta untuk mengatasi bisul (Dalimartha,
2003). Akar krokot belanda juga berkhasiat sebagai obat lemah syahwat, penyegar
atau tonikum terhadap fungsi motorik pada keadaan keletihan (Anonim, 1994;
Wahjoedi, 2003).
B. Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian dengan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses
terdiri atas tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya (penetesan dan penampungan ekstrak), terus-menerus sampai
diperoleh ekstrak atau perkolat (Anonim, 1986b).
Perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah sebagai
berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang
dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh
kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya
kapiler yang cenderung untuk menahan (Anonim,1986b).
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang
digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
yang keluar dari perkolator disebut perkolat atau sari, sedang sisa setelah
penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi (Anonim,1986b).
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat,
kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adhesi, daya kapiler
dan daya geseran (friksi). Cara perkolasi lebih baik daripada dengan cara maserasi
karena:
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi.
2. Ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi (Anonim,1986b).
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi
dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena
panas (Anonim, 1995).
Etanol digunakan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang dan kuman
sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, absorpsinya baik,
dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan dan panas yang diperlukan
untuk pemekatan lebih sedikit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
C. Inflamasi
1. Patogenesis
Peradangan yang merupakan respon menyolok yang terjadi pada
jaringan-jaringan hidup di sekitar sel atau jaringan tubuh yang cedera atau mati
adalah suatu reaksi vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat
terlarut, dan sel-sel dari darah yang bersirkulasi ke dalam jaringan-jaringan
interstisial pada daerah cedera atau nekrosis (Price dan Wilson, 1992). Inflamasi
disebabkan oleh pengaruh-pengaruh yang sifatnya merusak sel (noksi). Noksi
dapat berupa noksi kimia (obat-obatan), noksi fisika (panas atau dingin yang
berlebihan, radiasi, benturan), serta infeksi dengan mikroorganisme atau parasit
(Muschler, 1986).
Adanya jaringan yang rusak menyebabkan terjadinya pelepasan mediator
kimia dan reaksi imun yang meliputi : histamin, eicosanoid (prostaglandin,
tromboksan, leukotrien), PAF (platelet activating factor), bradikinin, nitrit oksida,
neuropeptida, dan cytokine (seperti interleukin, intereferon, dll) (Rang, Dale,
Ritter, and Moore, 2003)
Menurut waktu terjadinya, inflamasi dibagi menjadi 2 yaitu inflamasi akut
dan inflamasi kronis. Inflamasi akut disebabkan oleh rangsangan sesaat atau
mendadak (akut). Inflamasi kronis disebabkan oleh luka yang berlangsung
beberapa minggu, bulan, atau bersifat menetap dan merupakan kelanjutan dari
inflamasi akut. (Sander, 2003)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2. Gejala
Pada level makroskopik gejala reaksi radang yang dapat diamati adalah
kemerahan (rubor), panas meningkat (calor), pembengkakan (tumor), nyeri
(dolor), dan gangguan fungsi (functio laesa). (Mutschler, 1986; Rang, et al, 2003).
Rubor biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang
mengalami proses peradangan. Waktu reaksi peradangan dimulai maka arteriol
yang mensuplai daerah itu melebar, sehingga darah yang mengalir ke
mikrosirkulasi lokal bertambah. Kapiler yang semula kosong atau sebagian saja
meregang dengan cepat terisi darah. Keadaan ini dinamakan hiperemia atau
kongesti yang menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut.
Timbulnya hiperemia pada awal reaksi peradangan diatur oleh tubuh, baik secara
neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti histamin (Price
dan Wilson, 1992).
Calor terjadi bersamaan dengan rubor pada reaksi peradangan akut.
Sebenarnya calor atau panas hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam
keadaan normal lebih dingin dari 37oC yaitu panas tubuh. Daerah peradangan
pada kulit lebih panas dari sekelilingnya sebab darah yang disalurkan ke
permukaan daerah yang terkena infeksi lebih banyak daripada daerah yang
normal. Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada daerah radang yang jauh di
dalam tubuh karena jaringan-jaringan tersebut sudah memiliki suhu inti 37oC, dan
hiperemia lokal tidak menimbulkan perubahan (Price dan Wilson, 1992).
Tumor atau pembengkakan merupakan segi paling mencolok dari
peradangan akut. Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dari sirkulasi darah ke jaringan interstisial. Cairan dan sel yang tertimbun dalam
daerah peradangan disebut eksudat. Pada keadaan dini reaksi peradangan sebagian
besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan akibat luka bakar
ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan
tertimbun sebagai bagian dari eksudat (Price dan Wilson, 1992).
Dolor atau nyeri dapat dihasilkan dari berbagai cara. Perubahan pH lokal
atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung saraf (Price dan
Wilson, 1992). Nyeri juga ditimbulkan oleh iritasi saraf tepi oleh mediator kimia
dan cairan ekstravaskular yang merangsang ujung-ujung saraf (Sander, 2003)
Functio laesa atau perubahan fungsi merupakan berkurangnya fungsi
organ yang mengalami inflamasi, akibat terbentuknya metabolit-metabolit yang
merugikan oleh sel-sel yang mengalami trauma dan peningkatan temperatur di
daerah yang terinflamasi. (Sander, 2003).
Rangsang
Kerusakan sel
Emigrasi leukosit
Pembebasan mediator
Proliferasi sel
gangguan eksudasi perangsangan
sirkulasi lokal reseptor nyeri
pemerahan panas pembengkakan gangguan fungsi nyeri
Gambar 5. Patogenesis dan gejala inflamasi (Mutschler, 1986)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
3. Mekanisme
Proses peradangan akut memiliki tiga komponen penting: (1) perubahan
penampang pembuluh darah dengan akibat meningkatnya aliran darah
(vasodilatasi), (2) perubahan struktural pembuluh darah yang memungkinkan
protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah (peningkatan
permeabilitas vaskular), dan (3) migrasi leukosit ke daerah jejas (Robbins dan
Kumar, 1995).
Bila agen penyebab jejas menyerang, maka fenomena vaskular akan
terjadi. Fenomena vaskular memiliki ciri khas yaitu bertambahnya aliran darah
pada daerah terjejas, terutama disebabkan oleh dilatasi arteriol dan pembukaan
anyaman kapiler. Hal ini terjadi akibat perangsangan pada membran sel yang
melepaskan mediator kimia seperti histamin, bradikinin dan zat-zat prostaglandin
(PGE2, PGI2, dan PGD2). Pada manusia, histamin dan bradikinin utamanya dapat
bertindak pada sel-sel endotel dengan meningkatkan celah antar sel sehingga
terjadi peningkatan permeabilitas vaskular.
Peningkatan permeabilitas vaskular mengakibatkan protein plasma disertai
leukosit bergerak menuju benda asing, mikroorganisme atau jaringan yang rusak
(proses eksudasi). Sel-sel darah putih atau leukosit pada proses peradangan akut
mengalami marginasi. Massa sel darah merah akan menggumpal dan berada di
bagian tengah dalam aliran darah aksial, dan sel-sel darah putih pindah ke bagian
tepi (marginasi). Leukosit akan mengadakan hubungan dengan permukaan
endotel, melekat, dan melapisi permukaan endotel. Protein plasma meninggalkan
pembuluh darah melalui pertemuan antar endotel yang melebar. Leukosit terutama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
neutrofil juga meninggalkan pembuluh darah melalui pertemuan antar endotel
menuju daerah jejas (emigrasi). Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit
bergerak menuju ke arah utama lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah,
disebabkan oleh pengaruh-pengaruh kimia yang dapat berdifusi disebut
kemotaksis. Agen kemotaksis yang penting untuk neutrofil adalah (1) C5a,
komponen system komplemen, (2) leukotrin B4, hasil metabolisme asam
arakidonat dan (3) produk-produk kuman. Setelah leukosit bermigrasi ke lokasi
jejas, maka leukosit akan menggerombol pada pusat radang atau mengelilingi
pusat radang dengan tujuan melokalisir daerah radang. Pada akhirnya leukosit
akan memfagosit agen yang menyerang dengan akibat penghancuran dan
pemusnahan semua bentuk jejas.
Neutrofil merupakan sel pertama yang muncul dalam jumlah besar di
dalam eksudat pada jam-jam pertama peradangan (Price dan Wilson, 1992).
Stimulasi membran neutrofil menghasilkan radikal bebas yang berasal dari
oksigen. Anion superoksida dibentuk oleh reduksi oksigen molekuler yang dapat
memacu produksi molekul lain yang reaktif, seperti hidrogen peroksida (H2O2)
dan radikal hidroksil (OH·). Interaksi bahan-bahan ini dengan asam arakidonat
menghasilkan pembentukan substansi substansi kemotaksis, selanjutnya secara
berkesinambungan meneruskan inflamasi (Furst dan Munster, 2002)
Pada proses peradangan terjadi pembentukan atau pengeluaran zat-zat
kimia di dalam tubuh yang dinamakan mediator. Mediator yang dikenal dalam
peradangan dapat dikelompokkan, yaitu dalam kelompok amina vaso aktif,
substansi yang dihasilkan sistem enzim plasma, metabolit asam arakhidonat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
produk leukosit dan berbagai macam produk sel lainnya (Price dan Wilson, 1992;
Robins dan Kumar, 1995). Metabolit asam arakhidonat merupakan mediator
peradangan yang paling penting.
Asam arakhidonat ialah suatu asam lemah poli-tidak jenuh yang terdapat
dalam jumlah banyak sebagai fosfolipid selaput sel. Bila terdapat kerusakan pada
sel, maka enzim fosfolipase A2 diaktifkan untuk membebaskan asam arakhidonat
yang ada dari fosfolipid. Asam arakhidonat dapat juga dilepaskan oleh suatu
kombinasi fosfolipase C dan diasilgliserol lipase (DAG) lipase. Turunan asam
arakhidonat adalah eicosanoids (prostanoids dan leukotrienes). Prostanoids terdiri
dari zat-zat prostaglandin (PG) dan tromboksan (TX). Leukotrienes terdiri dari
zat-zat leukotrien (Rang, et al, 2003).
Asam arakhidonat dimetabolisme untuk diubah baik oleh enzim
siklooksigenase-1 (COX-1) maupun enzim siklooksigenase-2 (COX-2) menjadi
endoperoksida siklik (PGG2, PGH2) dan seterusnya menjadi zat-zat prostaglandin
dan tromboksan. Bagian lain dari arakhidonat diubah oleh enzim 5-lipoksigenase
menjadi zat-zat leukotrien, lipoksinin dan komponen lainnya (Rang, et al, 2003).
Prostaglandin dan leukotrien bertanggung jawab bagi sebagian besar dari gejala
peradangan. Selain itu radikal bebas oksigen yang dihasilkan peroksida juga
berperan dalam menimbulkan nyeri yang merupakan salah satu gejala peradangan
(Tjay dan Rahardja, 2002).
Enzim siklooksigenase bekerja ganda, memiliki dua aktivitas yang cukup
berbeda : aksi utama, membentuk PGG2, dan aksi peroksidase mengubah PGG2
menjadi PGH2. Enzim siklooksigenase yang terlibat dalam reaksi ini terdiri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dua isoenzim, yaitu siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2).
Enzim COX-1 terdapat di kebanyakan jaringan antara lain di ginjal dan saluran
cerna (Tjay dan Rahardja, 2002). Enzim COX-1 bersifat konstitutif (bersifat
pokok, selalu ada) dan diperkirakan prostanoids terlibat fungsi homeostatis
normal.. Enzim COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat di jaringan tetapi
dibentuk selama proses peradangan oleh stimulus inflamasi (Rang, et al, 2003).
Melalui jalur siklooksigenase-2 (COX-2), prostaglandin terpenting yang
terbentuk adalah prostaglandin-E2 (PgE2) dan prostaglandin-F2 (PgF2), zat ini
berdaya vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh dan
membran sinovial sehingga terjadi radang dan nyeri. Prostaglandin-E2 (PgE2) dan
prostasiklin dalam jumlah nanogram bisa menimbulkan eritema, vasodilatasi dan
peningkatan aliran darah lokal. Prostasiklin (PgI2) dibentuk terutama di dinding
pembuluh, berperan dalam vasodilatasi, anti trombosis, dan memiliki efek
protektif terhadap mukosa lambung. Mediator ketiga yang dibentuk pada jalur
siklooksigenase adalah tromboxan (TXA2, TXB2), zat ini berdaya vasokonstriksi
dan menstimulasi agregasi pelat darah (trombosit) (Tjay dan Rahardja, 2002).
Aksi prostanoid :
1. PGD2 : vasodilatasi, inhibisi agregasi platelet, relaksasi otot pencernaan,
relaksasi uterine, modifikasi pembebasan hormon hipotalamus.
2. PGF2α : kontraksi otot rahim pada manusia, luteolisis pada makhluk hidup
tertentu (hewan ternak), bronkonstriksi pada spesies lain (kucing dan
anjing)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
3. PGI2 : vasodilatasi, inhibisi agregasi platelet, pelepasan renin dan natriuresis
melalui efek reabsorbsi Na+ tubular.
4. Tromboksan A2 : vasokonstriksi, agregasi platelet dan bronkokonstriksi,
5. PGE2 memiliki aksi kerja antara lain sebagai berikut : a). pada reseptor EP1
menimbulkan kontraksi bronkial dan otot halus pencernaan b). pada reseptor
EP2 menimbulkan bronkodilatasi, vasodilatasi, stimulus sekresi cairan usus
dan relaksasi otot halus pencernaan c). pada reseptor EP3 menimbulkan
kontraksi otot halus usus, inhibisi sekresi asam lambung, meningkatkan
sekresi mukus lambung, inhibisi lipolisis, inhibisi pembebasan
neurotransmiter otonomik, dan stimulus kontraksi uterus pada wanita hamil
(Rang, et al, 2003)
PGE2, PGI2, dan PGD2 pada dasarnya adalah vasodilator yang sangat kuat
dan bersinergi dengan vasodilator inflamasi lain seperti histamin dan bradikinin.
Aksi kombinasi vasodilator tersebut berperan pada timbulnya kemerahan dan
peningkatan aliran darah pada daerah inflamasi akut. Zat-zat prostanoids ini tidak
secara langsung meningkatkan permeabilitas post capillary venules, tetapi
memperkuat efek dari histamine dan bradikinin (Rang, et al, 2003). Bahan-bahan
yang dihasilkan oleh jaringan yang menimbulkan reaksi ini meliputi histamin,
bradikinin, serotonin, prostaglandin (Guyton, 1993).
Melalui jalur lipoksigenase terbentuklah leukotrien yang juga merupakan
mediator radang dan nyeri. Leukotrien (LT) ini terdiri dari LTB4, LTC4, LTD4,
dan LTE4. LTC4, LTD4, dan LTE4 terutama dibentuk di granulosit eusinofil yang
berkhasiat vasokonstriktif di bronki dan mukosa lambung, sedangkan LTB4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
khusus disintesis di makrofag dan neutrofil alveolar dan bekerja kemotaktis yaitu
menstimulus migrasi lekosit dengan jalan meningkatkan mobilitas dan fungsinya.
Dengan adanya leukotrien ini sejumlah besar lekosit akan menginvasi daerah
peradangan dan mengakibatkan gejala radang juga (Tjay dan Rahardja, 2002).
Leukotrien-B4 (LTB4) adalah kemotraktan kuat bagi eosinofil. Leukotrien tersebut
juga meningkatkan perlekatan eusinofil, degranulasi, dan pembentukan oksigen
radikal bebas (Furst dan Munster, 2002)
Fosfolipida selain diubah menjadi arakhidonat oleh enzim fosfolipase A2
juga diubah menjadi lyso-glyseril fosforilkolin yang diubah lagi menjadi Platelet
Activating Factor (PAF). Platelet Activating Factor menyebabkan agregasi dan
pelepasan trombosit, vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskuler,
peningkatan adhesi leukosit, dan kemotaksis leukosit (Rang, et al, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Gangguan membran l
Fosfolipida
Asam arakhidonat
PAF
leukotrien
LTB4 LTC4/D4/E4
prostaglandin
tromboksan
prostasiklin
kemotaksin meningkatkan permeabilitas
vaskular, bronkokonstriktor,
Vasodilator, Hiperalgesik, menghambat
agregasi platelet
Penghambat 5-lipoksigenase
Cth. zileutin
OAINS
Rangsangan
Inhibitor TXA2 synthase
5-Lipoksigenase
siklooksigenase
Glukokortikoid (menginduksi
terbentuknya lipocortin)
agregasi platelet, vasokonstriktor antagonis
TXA2
PGD2 PGE2PGF2α
Bronkokonstriksi Menghambat
agregasi platelet,
vasodilator
Vasodilator, hiperalgelsik
Antagonis PAF
Antagonis PG
Lyso-glyseril fosforilkolin
Vasodilator, Kemotaksin,
meningkatkan permeabilitas
Fosfolipase A2
Gambar 6. Mekanisme Inflamasi (Tjay dan Rahardja, 2002; Rang, et al., 2003) Keterangan : = menghambat proses pembentukan = proses pembentukan = enzim yang berperan
OAINS = Obat Anti Inflamasi Non Steroid PAF = Platelet Activating Factor TX = Tromboksan LT = Leukotrien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
D. Obat Anti Inflamasi
Pengobatan inflamasi meliputi dua sasaran yaitu pertama, mengurangi
nyeri sebagai gejala yang paling sering tampak, dan kedua dengan menghambat
atau mencegah proses pengrusakan jaringan. Pengobatan inflamasi dengan obat
anti inflamasi akan mengurangi nyeri selama waktu tertentu (Furst dan Munster,
2002).
Dua golongan senyawa yang banyak digunakan untuk menghambat
prostaglandin yaitu kortikosteroid dan anti inflamasi non steroid (AINS) (Greene,
et al, 2000).
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu
glukokortikoid dan mineralokortikoid. Efek utama glukokortikoid ialah pada
penyimpanan glikogen hati dan efek anti-inflamasinya sedangkan
mineralokortikoid efek utamanya terhadap keseimbangan air dan elektrolit.
Pengaruh mineralokortikoid pada penyimpanan glikogen hati sangat kecil
(Wilmana, 1995)
Umumnya golongan mineralkortikoid tidak mempunyai khasiat anti-
inflamasi yang berarti, kecuali 9α-fluorokortisol, namun demikian sediaan ini
tidak pernah digunakan sebagai obat anti-inflamasi karena efeknya terhadap
keseimbangan air sangat besar (Wilmana, 1995).
Glukokortikoid dikenal dapat menghambat fosfolipase A2, enzim yang
bertanggung jawab atas pembebasan asam arakhidonat dari fosfolipid (Furst dan
Munster, 2002) agar mediator inflamasi dapat terbentuk. Glukokortikoid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
menginduksi terbentuknya lipokortin. Lipokortin tersebut yang dapat menghambat
aktivasi enzim fosfolipase A2 (Rang, et al., 2003).
Kortikosteroid bekerja dengan menghambat enzim fosfolipase yang
berperan dalam pembentukan fosfolipid menjadi asam arakhidonat. Hal ini
mengakibatkan pembentukan histamin, prostaglandin, dan mediator-mediator
kimia lainnya dapat terhambat pula (Greene, et al., 2000). Berkurangnya
komponen vaskular inflamasi dan penghambatan pelepasan mediator kimia yang
berhubungan dengan kenaikan permeabilitas pembuluh darah dapat mengurangi
pembentukan udema. Efeknya terhadap gejala rematik lebih baik daripada AINS.
Keberatannya adalah efek sampingnya yang lebih berbahaya pada dosis tinggi dan
penggunaan lama (Tjay dan Rahardja, 2002). Termasuk dalam golongan ini
adalah kortison asetat, hidrokortison, prednison, prednisolon, deksametason, dan
lain-lain (Bowman dan Rand, 1980).
2. Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)
Mekanisme kerja AINS adalah menghambat enzim siklooksigenase
sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin akan terganggu.
Idealnya AINS hanya menghambat COX-2 yang hanya timbul pada saat ada
peradangan dan tidak COX-1. Hal ini disebabkan karena penghambatan pada
COX-1 akan memberikan efek samping terhadap mukosa lambung-usus dan ginjal
(Tjay dan Rahardja, 2002).
Berbagai AINS mungkin memiliki mekanisme kerja tambahan termasuk
hambatan kemotaksis, regulasi rendah (down-regulation) produksi interleukin-1,
penurunan produksi radikal bebas dan superoksida (Furst dan Munster, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
E. Natrium Diklofenak
CH2 COOH
NH
ClCl
Gambar 7. Struktur diklofenak
Natrium Diklofenak termasuk turunan fenilasetat yang terkuat daya anti
radangnya dan efek samping yang kurang keras dibandingkan dengan obat anti
inflamasi lainnya (indometasin, piroxicam) (Tjay dan Rahardja, 2002). Obat ini
adalah penghambat siklooksigenase yang relatif nonselektif dan kuat, juga
mengurangi bioavailabilitas asam arakhidonat (Furst dan Munster, 2002). Struktur
diklofenak dapat dilihat pada gambar 7 (Budavari, 1989).
Absorbsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap.
Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami efek lintas awal sebesar
40-50%. Walaupun waktu paruhnya singkat yaitu 1-3 jam, diklofenak diakumulasi
di cairan sinovial yang menjelaskan efek terapi di sendi lebih lama dari waktu
paruh obat tersebut (Wilmana, 1995). Metabolismenya mengalami metabolisme
lintasan pertama dalam hati dan dimetabolisme hampir sempurna. Ekskresinya
berlangsung sebagian melalui kandung kemih sebagai glukoronida dan sisanya
melalui ginjal kurang dari 1 % (Tjay dan Rahardja, 2002).
Efek samping yang lazim adalah mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit
kepala seperti semua obat AINS, pemakaian obat ini harus hati-hati pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
penderita tukak lambung (Wilmana, 1995). Obat ini banyak digunakan sebagai
obat rematik, gangguan otot skelet lanilla, gout akut, dan nyeri paska bedah. Dosis
oral yang dianjurkan adalah 75-150 mg/hari dalam 2-3 dosis (Anonim, 2000).
F. Metode Pengujian Aktivitas Anti-Inflamasi
Metode pengujian aktivitas anti-inflamasi dapat dilakukan dengan cara :
1. In Vitro
In vitro adalah metode pengujian yang dilakukan di luar tubuh makhluk
hidup. Percobaan in vitro berguna untuk mengetahui peran dan pengaruh
substansi-substansi fisiologis seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan lain-
lain dalam terjadinya inflamasi. Contoh percobaan in vitro antara lain : pengikatan
reseptor 3H-bradikinin, pengikatan reseptor neurokinin, dan uji kemotaksis
leukosit polimorfonuklear (Vogel, 2002).
Daya anti inflamasi uji pengikatan reseptor 3H-bradikinin, ditunjukkan
dengan persen penghambatan pengikatan 3H-bradikinin terhadap reseptor pada
preparat membran. Daya anti inflamasi uji pengikatan neurokinin, juga
ditunjukkan dengan persen penghambatan pengikatan neurokinin terhadap
reseptor pada preparat membran. Sedangkan pada uji kemotaksis leukosit
polimorfonuklear, daya anti inflamasi ditunjukkan dengan persentase jumlah
leukosit polimorfonuklear yang bergerak ke arah kemoatraktan (contohnya
zymosan-activated serum) (Vogel, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2. In Vivo
In vivo adalah metode pengujian yang dilakukan di dalam tubuh makhluk
hidup. Metode pengujian aktivitas anti inflamasi yang dapat dilakukan secara in
vivo dibedakan menjadi dua sesuai dengan jenis inflamasi yaitu inflamasi akut dan
inflamasi kronis. Inflamasi akut dapat dibuat dengan beberapa cara, yaitu dengan
induksi edema kaki tikus, pembentukan eritema (respon kemerahan) dan
pembentukan eksudatif inlamasi. Inflamasi kronik dibuat dengan cara
pembentukan granuloma dan induksi arthritis (Gryglewski, 1977).
1. Uji Eritema
Tanda paling awal dari reaksi inflamasi di kulit adalah kemerahan
(eritema) yang berhubungan dengan vasodilatasi, dimana belum disertai eksudasi
plasma dan udema. Pada marmot albino reaksi eritema terlihat dua jam setelah
penyinaran UV pada kulit yang telah dicukur. Uji eritema yang disebabkan UV
dapat digunakan untuk mengukur fase vasodilatasi pada reaksi inflamasi.
Mekanisme dari reaksi ini tidak diketahui, tapi pelepasan prostaglandin
kelihatannya berperan pada fenomena ini (Gryglewski, 1977). Keuntungan dari uji
ini adalah sederhana tapi membutuhkan latihan bagi penggunanya untuk
menggunakan fotometer refleksi dengan tujuan untuk menghilangkan penilaian
subjektif (Vogel, 2002)
2. Radang telapak kaki belakang
Diantara banyak metode yang digunakan untuk skrining obat anti-
inflamasi, satu dari teknik yang paling umum digunakan didasarkan pada
kemampuan beberapa bahan uji untuk menghambat produksi udema kaki hewan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
uji setelah injeksi bahan pembuat radang. Banyak zat pembuat radang (iritan)
yang telah digunakan seperti formaldehid, dextran, albumin telur, karagenin, dll
(Vogel, 2002). Iritan yang paling banyak digunakan adalah karagenin. Karagenin
adalah fosfolipida tersulfatasi yang diekstrak dari lumut irlandia Chondrus cripus
(Glyglewski, 1977). Reaksi inflamasi yang diinduksi karagenin mempunyai dua
fase: fase awal dan akhir. Fase awal berakhir setelah 60 menit dan dihubungkan
dengan pelepasan histamin, serotonin, dan bradikinin. Fase akhir terjadi antara 60
menit setelah injeksi dan berakhir setelah tiga jam. Fase ini dihubungkan dengan
pelepasan prostaglandin dan neutrofil yang menghasilkan radikal bebas, seperti
hidrogen peroksida, superoksida, dan radikal hidroksil (Suleyman, dkk, 2004).
Efeknya dapat diukur dengan memotong kaki belakang pada sendi torsocrural
dan ditimbang (Vogel, 2002).
3. Tes radang selaput dada
Radang selaput dada dikenal sebagai fenomena inflamasi eksudatif pada
manusia (Vogel, 2002). Radang selaput dada pada tikus dapat disebabkan injeksi
intrapleural dari turpentine, evans blue, gum arab, glikogen, dekstran, atau
karagenin. Pada waktu tertentu setelah injeksi iritan hewan uji dibunuh dan
eksudat dipindahkan, lebih baik dengan mencuci rongga dada dengan sejumlah
larutan Hank’s yang diketahui volumenya untuk memastikan didapatnya eksudat
dan sel utuh yang lengkap (Gryglewski, 1977). Radang selaput dada yang
disebabkan karagenin dipertimbangkan sebagai model inflamasi akut yang paling
sempurna dimana keluarnya cairan, migrasi leukosit, dan parameter biokimia lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
yang ada dalam respon inflamasi dapat diukur dengan mudah dari eksudat (Vogel,
2002)
4. Radang Sendi
Hewan uji diinjeksi subplantar suspensi yang mengandung 0,5% mycobacterium
tuberculosis mati (0,05 ml untuk tikus dan 0,025 ml untuk mencit). Pemberian
obat untuk anti inflamasinya sudah diberikan satu hari sebelum injeksi dan
dilanjutkan maksimal sampai 28 hari. Untuk mengetahui adanya radang dilihat
saat benjolan sudah muncul (biasanya pada hari ke-13), kemudian diukur
volumenya (Williamson, 1996).
5. Tes kantung granuloma
Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan potensi anti-inflamasi
kortikosteroid (Vogel, 2002). Setelah kantung dibuat di punggung tikus dengan
injeksi subkutan 10 – 25 ml udara steril, berbagai iritan (minyak croton yang
dicairkan, turpentine, microbacterial, fosfolipase A2 atau karagenin) dimasukkan
pada lubang (Gryglewski, 1977). Empat puluh delapan jam sesudahnya udara
diambil dan hewan diinjeksi larutan uji atau larutan standar (Vogel, 2002). Empat
dampai empat belas hari setelahnya respon inflamasi dievaluasi dengan dasar
volume cairan yang diambil dari kantung sama seperti berat dan tebal dinding
kantung. Model kantung granuloma ini lebih sensitif terhadap obat anti-inflamasi
steroid daripada non steroid (Gryglewski, 1977).
Metode aktivitas anti inflamasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode secara in vivo karena faktor keterbatasan alat, dan lebih aman
dibandingkan metode in vitro yang umumnya memakai unsur radioaktif. Metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
in vivo yang digunakan adalah metode Langford dkk (1972) yang telah
dimodifikasi pelaksanaannya. Bila dibanding metode in vivo lainnya, metode ini
dipilih karena dapat digunakan sebagai langkah pengujian awal untuk mengetahui
apakah bahan uji memiliki efek anti inflamasi atau tidak. Selain itu karena metode
ini mudah dilaksanakan, pengukuran dapat dilakukan secara obyektif serta dapat
diandalkan untuk pengujian efek anti inflamasi dalam waktu yang singkat.
Dasar metode Langford dkk (1972) ini adalah induksi udema pada telapak
kaki belakang mencit. Metode ini dimodifikasi pelaksanaannya dengan mengganti
zat penginduksi udem (karagenin 1% meggantikan ragi) serta rumus efek anti
inflamasinya. Menurut Langford dkk (1972) persentase efek anti inflamasi dapat
dihitung dari perubahan bobot kaki hewan uji dengan rumus sebagai berikut :
% efek anti inflamasi = ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ −
DDU X 100%
keterangan :
U : Harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin (terinflamasi) dikurangi rata-
rata berat kaki kelompok normal ( tanpa perlakuan )
D : Harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (terinflamasi) dikurangi rata-
rata berat kaki normal ( tanpa perlakuan )
Setelah dianalisis lebih lanjut, rumus di atas ternyata menunjukkan
peningkatan udema. Karena persentase efek anti inflamasi dihitung dari
pengurangan udema maka rumus di atas diubah sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
% efek anti inflamasi = ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ −
UDU X 100%
keterangan :
U : Harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin (terinflamasi) dikurangi rata-
rata berat kaki kelompok normal ( tanpa perlakuan )
D : Harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (terinflamasi) dikurangi rata-
rata berat kaki normal ( tanpa perlakuan )
DU
II III I
(U-D)
Bobot kaki
U = Kelp. II – Kelp.III D = Kelp. II – Kelp. I
%100U
DUinflamasi anti % x−=
Gambar 8. Rumus perhitungan anti inflamasi
Keterangan :
I : + inflamatogen + obat (bahan yang diuji) II : + inflamatogen III : kontrol (sham injection)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
G. Landasan Teori
Inflamasi terjadi karena adanya reaksi antara jaringan ikat pembuluh
dengan pengaruh-pengaruh yang merusak (noksi) baik kimia, fisika, maupun
infeksi organisme. Rangsangan tersebut membuat adanya pembebasan mediator-
mediator inflamasi yang meliputi : histamin, eicosanoid (prostaglandin,
tromboksan, leukotrien), PAF (platelet activating factor), bradikinin, nitrit oksida,
neuropeptida, dan cytokine (seperti interleukin, intereferon, dll) (Rang, et al,
2003)
Akar dan daun krokot belanda mengandung saponin, dan flavonoid
(Anonim, 1994), di samping itu akarnya juga mengandung tanin dan steroid
(Misra, 1992; Dalimarta, 2003).
Efek flavonoid terhadap organisme sangat banyak macamnya sehingga
tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat dipakai dalam pengobatan.
Flavonoid menunjukkan aktivitasnya sebagai anti alergi, anti inflamasi, anti
mikrobial, dan anti kanker. Flavonoid mampu menghambat enzim lipoksigenase
sehingga pembentukan leukotrien (Robinson, 1995) yang dapat menyebabkan
peradangan menjadi terhambat. Flavonoid juga dikenal dengan aktivitasnya
sebagai antioksidan (Anonim, 2007a)
Steroid juga bermanfaat sebagai anti inflamasi dengan menghambat
pelepasan prostaglandin dari sel-sel sumbernya (Anonim, 1991). Selain itu, di
dalam dunia kesehatan tanin juga bermanfaat mengurangi bengkak (edema)
(Harborne, 1987). Tanin dapat mempengaruhi respon inflamasi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
aktivitasnya sebagai penangkal radikal bebas, karena radikal bebas dapat
merangsang terjadinya proses inflamasi (Diane, 2006).
Etanol dapat melarutkan flavonoid, steroid, saponin, dan tanin. Pada
penelitian ini digunakan etanol 70% dengan harapan senyawa aktif yang
terkandung dalam akar krokot belanda dapat terekstraksi dengan baik. Adanya
senyawa kimia akar krokot belanda yang dapat terekstrak oleh etanol 70%,
diharapkan memiliki aktivitas sebagai anti inflamasi.
H. Hipotesis
Ekstrak etanol akar krokot belanda memiliki efek anti inflamasi terhadap
mencit putih betina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian tentang uji efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot
belanda pada mencit putih betina ini merupakan jenis penelitian eksperimental
murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola searah.
B. Metode Penelitian
Pada penelitian ini digunakan metode pembentukan radang telapak kaki
belakang dengan menggunakan hewan uji mencit betina. Metode ini merupakan
metode yang telah dikembangkan oleh Langford dkk. (1972). Dasar metode yang
pelaksanaannya telah dimodifikasi ini adalah dengan membuat udema pada
telapak kaki belakang mencit menggunakan karagenin 1%, kemudian kaki
dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Persentase efek anti inflamasi
dapat dihitung dari perubahan bobot kaki mencit dengan rumus sebagai berikut :
% efek anti inflamasi = ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ −
UDU X 100%
keterangan : U : Harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin (terinflamasi) dikurangi rata-
rata berat kaki kelompok normal ( tanpa perlakuan )
D : Harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (terinflamasi) dikurangi rata-
rata berat kaki normal ( tanpa perlakuan )
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
C. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini meliputi:
a. Variabel utama
1). Variabel bebas : dosis ekstrak etanol akar krokot belanda
2). Variabel tergantung : persentase efek anti inflamasi
b. Variabel pengacau terkendali
umur mencit 2-3 bulan, berat badan mencit 20-30 gram, jenis kelamin
betina, galur Swiss, umur tanaman, tempat tumbuh tanaman, dan waktu
pemanenan.
c Variabel pengacau tak terkendali
Kondisi patologis hewan uji
2. Definisi operasional
Definisi operasional penelitian ini adalah :
a. Dosis ekstrak etanol akar krokot belanda
Dosis ekstrak etanol akar krokot belanda adalah sejumlah miligram (mg)
ekstrak etanol kental akar krokot belanda hasil perkolasi, yang
disuspensikan dalam sejumlah CMC-Na 1% dan diberikan secara peroral
tiap kg berat badan mencit
b. Persentase efek anti inflamasi
Persentase efek anti inflamasi adalah kemampuan ekstrak etanol akar
krokot belanda dalam menghambat atau mengurangi proses inflamasi pada
kaki mencit akibat udema buatan dengan injeksi karagenin 1%. Persentase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
efek anti inflamasi dapat dihitung dari perubahan berat kaki hewan uji
(berat kaki terinflamasi (kontrol negatif) dikurangi berat kaki terinflamasi
yang telah diobati dengan ekstrak etanol akar krokot belanda).
c. Ekstrak etanol akar krokot belanda
Ekstrak etanol akar krokot belanda adalah ekstrak kental yang diperoleh
dengan mengekstraksi 150 gram serbuk kering akar krokot belanda secara
perkolasi dengan menggunakan pelarut etanol 70% sejumlah 4000 ml
selama 2 minggu.
D. Subyek dan Bahan Penelitian
1. Subjek uji
Subjek uji yang digunakan adalah mencit betina galur Swiss dengan
berat badan 20-30 gram dengan umur 2-3 bulan, yang diperoleh dari
laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Bahan penelitian
a. Bahan uji
Bahan uji yang digunakan berupa ekstrak etanol akar krokot belanda. Akar
krokot belanda diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO)
Tawangmangu, Kabupaten Karang Anyar, Jawa Tengah.
b. Bahan kimia
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian antara lain sebagai
berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
1) Natrium Diklofenak sebagai kontrol positif berupa bantuan yang
diperoleh dari PT. Fahrenheit, Tangerang.
2) Karagenin tipe I (Sigma Chemical Co) sebagai zat penginduksi radang
yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi-Toksikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3) NaCl 0,9% sebagai pensuspensi karagenin yang diperoleh dari
Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
4) CMC-Na produksi Merck, Jerman sebagai pensuspensi natrium
diklofenak dan ekstrak etanol yang diperoleh dari Laboratorium
Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
5) Aquadest sebagai pengencer konsentrasi etanol yang diperoleh dari
Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
6) Etanol kualitas p.a. (pro analisa) produksi Merck, Jerman, sebagai
pelarut dalam perkolasi, yang diperoleh dari Laboratorium
Farmakognosi Fitokimia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
E. Alat atau Instrumen Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain sebagai berikut :
seperangkat alat gelas merek Pyrex Iwaki Glass, Japan; perkolator; neraca analitik
merek mettler Toledo; timbangan analitik merek mettler Toledo; pemanas merek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Ika Combimag Net spuit injeksi subplantar 1 ml merek Terumo; spuit injeksi per
oral 1 ml merek Terumo; stopwatch; seperangkat alat bedah.
F. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman krokot belanda dilakukan oleh Balai Penelitian
Tanaman Obat (BPTO) Tawangmangu, kabupaten Karang Anyar, Jawa Tengah.
2. Pengumpulan bahan
Akar tanaman krokot belanda diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Obat (BPTO) Tawangmangu, kabupaten Karang Anyar, Jawa Tengah.
Akar krokot belanda yang diperoleh berupa serbuk kering.
3. Pembuatan ekstrak etanol akar krokot belanda
Metode pembuatan ekstrak ini adalah dengan metode perkolasi. Serbuk
akar krokot belanda sebanyak 150 serbuk dimasukkan ke dalam perkolator,
kemudian direndam dengan etanol 70% sampai mencapai ketinggian 1,5 cm diatas
permukaan serbuk selama 24 jam. Keran perkolator dibuka dengan kecepatan alir
20 tetes per menit. Selama proses perkolasi berlangsung tinggi etanol diatas
permukaan serbuk harus tetap 1-1,5 cm. Perkolat ditampung dalam erlenmeyer.
Ekstraksi dihentikan jika perkolat yang keluar berwarna bening. Pengentalan
perkolat dilakukan dengan bantuan rotary evaporator dan waterbath. Ekstrak
pekat kemudian disimpan di dalam lemari pendingin (kulkas).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
4. Penyiapan hewan uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah mencit betina, galur
Swiss, usia 2-3 bulan, dengan berat badan 20-30 gram. Hewan uji dibagi secara
acak menjadi 2 kelompok. Kelompok untuk orientasi sebanyak 40 ekor dan
kelompok perlakuan sebanyak 63 ekor. Sebelum digunakan, mencit dipuasakan
18-24 jam dan tetap diberi minum. Kelompok perlakuan terdiri dari 9 kelompok
yaitu kontrol negatif karagenin 1 %, kontrol negatif CMC-Na 1%, kontrol positif
natrium diklofenak dalam 3 peringkat dosis (9,75; 10,795; dan 11,95 mg/kg BB)
dan kelompok perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dalam 4 peringkat
dosis (1674,49; 2411,26; 3472,22; dan 5000 mg/kgBB).
5. Pembuatan suspensi karagenin 1%
Timbang 100 mg karagenin, larutkan dengan larutan NaCl fisiologis 0,9%
dalam labu takar 10 ml.
6. Pembuatan CMC-Na 1%
Larutan CMC-Na 1% dibuat dengan cara menimbang secara seksama
CMC-Na sebanyak 1 gram kemudian dilarutkan ke dalam sejumlah air panas
sambil terus diaduk-aduk sampai semuanya terlarut dan menjadi jernih. Larutan
dituang ke dalam labu ukur 100 ml dan tambahkan air panas sampai diperoleh
volume 100 ml.
7. Pembuatan larutan natrium diklofenak
Timbang seksama sejumlah natrium diklofenak dan dilarutkan dalam
CMC-Na 1% sampai diperoleh konsentrasi 0,5%. CMC-Na 1% dalam kondisi
masih hangat sangat membantu kelarutan natrium diklofenak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
8. Pembuatan suspensi ekstrak etanol akar krokot belanda
Timbang ekstrak etanol akar krokot belanda dan suspensikan ke dalam
larutan CMC-Na sampai diperoleh konsentrasi tertentu berdasarkan orientasi
9. Penetapan dosis
a. karagenin 1 %
Dosis karagenin ditetapkan berdasarkan penelitian Williamson, Okpako,
dan Evans (1996) dengan konsentrasi karagenin yang digunakan adalah 1%
dengan volume 0,05 ml. 0,05 ml karagenin 1% adalah volume pemberian
untuk mencit dengan berat 20 gram sehingga dosis bisa dicari dengan cara :
Dosis karagenin = kgBB
mlmgml02,0
10/10005,0 × = 25 mg/kg BB
b. Natrium Diklofenak
Dosis natrium diklofenak yang digunakan sebagai dosis orientasi adalah
9,75 mg/kg BB; 10,795 mg/kg BB; 11, 95 mg/kg BB. Dosis ini diperoleh
berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novita (2003).
Dosis I : untuk manusia 70 kgBB = 75 mg
konversi ke mencit 20 gBB = 75 mg/70kgBB x 0,0026
= 0,195 mg/20 gBB
= 9,75 mg/kgBB
Dosis II : untuk manusia 70 kgBB = 83,0385 mg
konversi ke mencit 20 gBB = 83,0385 mg/70kgBB x 0,0026
= 0,2195 mg/20 gBB
= 10,795 mg/kgBB
Dosis III: untuk manusia 70 kgBB = 91,923 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
konversi ke mencit 20 gBB = 91,923 mg/70kgBB x 0,0026
= 0,239 mg/20 gBB
= 11,95 mg/kgBB
c. CMC 1%
Sebagai kontrol negatif CMC 1% diberikan secara per oral, dan volume
pemberian maksimal pada mencit adalah 1 ml, diketahui berat mencit
maksimal dalam penelitian ini adalah 30 g sehingga bisa dihitung dengan
rumus:
V ml = mlmgC
kgBBXkgBBmgD/
/
1 ml = mlmg
kgXkgBBmgD/10
03,0/
D = 333,3 mg/kg BB dan V = {33,3 x BB kg} ml
d. ekstrak etanol akar krokot belanda
Dosis tertinggi ekstrak etanol akar krokot belanda ditetapkan berdasarkan
konsentrasi maksimal yang diperoleh saat orientasi sebesar 15%.
Penetapan dosis tertinggi ekstrak etanol akar krokot belanda sesuai rumus :
V (ml)x C (mg/ml) = BB (kg) x D (mg/kg)
Volume pemberian x Konsentrasi = Berat badan x Dosis
1 ml x 150 mg/ml = 0,03 kgBB x Dosis
Dosis = kgBB
mlmlmg03,0
1/150 × = 5000 mg/kgBB
Sesuai orientasi, dosis terendah yang masih dapat memberikan efek anti
inflamasi adalah 1666,67 mg/kgBB. Dari dosis terendah dan tertinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
kemudian dicari peningkatannya untuk menentukan dosis tengah melalui
rumus :
Peningkatan = 1 terendah tertinggi
−ndosisdosis
Peningkatan = 14kgBB1666,67mg/
B5000mg/kgB− = 1,44
Keterangan : n = jumlah peringkat dosis Tiga dosis dibawah dosis tertinggi diperoleh dengan membagi dosis 1,44
kali dari dosis tertinggi sesuai deret ukur. Dari hasil perhitungan diperoleh
dosis ekstrak etanol akar krokot belanda sebesar 1674,49 mg/kgBB; 2411,26
mg/kgBB; 3472,22 mg/kgBB; 5000 mg/kgBB.
10. Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi
karagenin 1%
Hewan uji sebanyak dua puluh ekor dibagi dalam 4 kelompok, tiap
kelompok terdiri dari lima ekor. Pada kaki kiri bagian belakang hewan uji
diinjeksi 0,05 ml suspensi karagenin 1% secara subplantar sedangkan kaki kanan
bagian belakang disuntik dengan spuit injeksi subplantar tanpa suspensi karagenin
1%. Kemudian tiap kelompok hewan uji dikorbankan pada selang waktu tertentu
yaitu : 1, 2, 3, dan 4 jam setelah injeksi karagenin subplantar, lalu kedua kaki
belakang dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Waktu pemotongan kaki
ditentukan saat kaki mengalami peningkatan udema yang berarti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
11. Uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot
belanda.
Hewan uji sebanyak dua puluh ekor dibagi dalam 4 kelompok. Tiap
kelompok terdiri dari lima ekor. Tiap kelompok diberi perlakuan ekstrak etanol
akar krokot belanda dengan dosis sesuai hasil orientasi pada selang waktu 15, 30,
45, dan 60 menit sebelum diinjeksi karagenin 0,05 ml secara subplantar. Selang
waktu sesuai orientasi waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin, tiap
kelompok hewan uji dikorbankan dan kedua kaki belakangnya pada dipotong
sendi torsocrural lalu ditimbang. Waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot
belanda ditentukan saat kaki mengalami penurunan udema yang berarti
12. Perlakuan Hewan Uji
Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak enam puluh tiga ekor yang dibagi
secara acak menjadi 9 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari tujuh ekor dengan
perlakuan sebagai berikut :
a. kelompok I (kelompok kontrol suspensi karagenin 1%)
Kaki kiri bagian belakang mencit diinjeksi dengan suspensi karagenin
1% dosis 25 mg/kgBB secara subplantar sedangkan kaki kanan bagian
belakang hanya disuntik subplantar tanpa karagenin. Setelah tiga jam
(berdasar uji pendahuluan) kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural dan
ditimbang.
b. kelompok II (kelompok kontrol CMC-Na 1%)
CMC-Na 1% diberikan secar per oral pada mencit dan setelah 15
menit, kaki kiri bagian belakang mencit diinjeksi dengan suspensi karagenin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
1% dosis 25 mg/kgBB secara subplantar sedangkan kaki kanan bagian
belakang hanya disuntik subplantar tanpa karagenin, kemudian setelah 3 jam
kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang.
c. kelompok III, IV, dan V (kontrol positif natrium diklofenak)
Tiga kelompok mencit diberi perlakuan per oral natrium diklofenak
dengan masing-masing dosis sebesar 9,75; 10,795 dan 11,95 mg/kgBB,
setelah 15 menit kaki kiri bagian belakang mencit diinjeksi dengan suspensi
karagenin 1% dosis 25 mg/kgBB secara subplantar sedangkan kaki kanan
bagian belakang hanya disuntik subplantar tanpa karagenin, kemudian setelah
3 jam kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang.
d. kelompok VI, VII, VIII, dan IX (perlakuan ekstrak etanol akar krokot
belanda)
Empat kelompok mencit diberi perlakuan per oral ekstrak etanol akar
krokot belanda dengan masing-masing dosis sebesar 1674,49; 2411,26;
3472,22; dan 5000 mg/kgBB. Setelah 15 menit, masing-masing kelompok
diinjeksi suspensi karagenin 1% dosis 25 mg/kgBB secara subplantar pada
kaki kiri belakang sedangkan kaki kanan bagian belakang hanya disuntik
subplantar tanpa karagenin, kemudian setelah 3 jam kedua kaki dipotong pada
sendi torsocrural dan ditimbang.
13. Perhitungan respon daya anti inflamasi
Data penimbangan berat kaki belakang hewan uji digunakan untuk
mengetahui efek anti inflamasi . Berdasarkan metode Langford dkk (1972) untuk
mengetahui daya anti inflamasi (dalam %), digunakan rumus :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
% efek anti inflamasi = ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ ×
− %100U
DU
Keterangan : U = harga rata-rata berat kelompok karagenin (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat
kaki normal (kaki kanan). D = harga rata-rata berat kelompok perlakuan (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat
kaki normal (kaki kanan).
G . Analisis Hasil
Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan Kolmogorov-Smirnov
untuk mengetahui pola distribusi data. Analisis dilanjutkan dengan uji ANOVA
one way dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui adanya perbedaan pada
kelompok perlakuan. Untuk menguji perbedaan tersebut bermakna atau tidak
secara statistik, maka dilanjutkan dengan uji Scheffe.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi tanaman
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah akar tanaman krokot
belanda yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu.
Determinasi tanaman dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Obat
Tawangmangu untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar-
benar tanaman krokot belanda dengan nama ilmiah Talinum triangulare
Jacq.Willd.
B. Pembuatan ekstrak etanol akar krokot belanda
Metode yang digunakan untuk memperoleh ekstrak etanol akar krokot
belanda adalah perkolasi. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%. Penggunaan
etanol 70% dipilih karena diharapkan dapat melarutkan senyawa-senyawa anti
inflamasi yang bersifat polar yang terkandung di dalam akar krokot belanda, yaitu
flavonoid, steroid, dan tanin.
Serbuk akar krokot belanda sebanyak 150 gram dibasahi dengan etanol
70% di dalam erlenmeyer selama 24 jam dalam bejana tertutup. Selama serbuk
dibasahi, cairan penyari dapat masuk ke dalam sel dan melarutkan zat-zat aktif sel
yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Dengan adanya proses pembasahan,
aliran cairan penyari tidak akan mengalami hambatan dan dapat menembus serbuk
dengan sempurna.
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Kemudian serbuk yang telah dibasahi dipindahkan ke dalam perkolator
dan dituangi etanol 70% secukupnya sampai menetes dan masih terdapat selapis
cairan etanol di atas simplisia. Kran perkolator dibuka dan kecepatan penetesan
etanol adalah 1-3 ml/menit, tidak terlalu cepat ataupun lambat, tujuannya agar
proses penyarian dapat berlangsung optimal. Pada proses perkolasi, cairan penyari
yang terus-menerus baru dapat menyebabkan terjadinya perbedaan konsentrasi
sehingga zat aktif dapat tersari lebih sempurna. Selama proses perkolasi
berlangsung, tinggi etanol di atas permukaan serbuk ± 1-1,5 cm. Perkolasi
dihentikan jika perkolat yang diperoleh sudah tidak berwarna lagi. Perkolat yang
didapat kemudian dipekatkan dengan vacum evaporator untuk mempercepat
penguapan etanol. Pemekatan dilanjutkan dengan menguapkan sisa etanol di atas
waterbath sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh
berwarna coklat kehitaman dengan bobot sebesar 30,51 gram (lampiran 5 ).
C. Uji Pendahuluan
Sebelum melakukan uji efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot
belanda, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan. Uji pendahuluan ini bertujuan
untuk validasi metode yang akan digunakan untuk menguji efek anti inflamasi.
Uji pendahuluan yang dilakukan meliputi : rentang waktu pemotongan kaki
setelah injeksi karagenin 1%, dan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar
krokot belanda.
Data yang diperoleh dari uji pendahuluan dianalisis menggunakan uji
kolmogorov-Smirnov untuk menngetahui distribusi data yang diperoleh. Bila data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
berdistribusi normal (p>0,05) maka analisis dapat dilanjutkan dengan uji Anova
satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Uji Anova satu arah ini untuk melihat
ada tidaknya perbedaan data yang dapat dilihat dari nilai probabilitas yang kurang
dari 0,05 (p<0,05). Bila nilai probabilitas yang diperoleh kurang dari 0,05
(p<0,05) maka dapat dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk mengetahui letak
perbedaan bermaknanya.
1. Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi karagenin 1%
Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi
karagenin 1 % secara subplantar bertujuan untuk mengetahui waktu yang tepat
saat karagenin menimbulkan udema yang maksimal pada telapak kaki mencit.
Pada tahap ini, kaki kiri mencit disuntik suspensi karagenin 1 % secara subplantar
dengan dosis 25 mg/kgBB sedangkan kaki kanan mencit hanya disuntik dengan
spuit injeksi tanpa karagenin sebagai faktor koreksi. Setelah rentang waktu
tertentu, mencit dikurbankan kemudian kedua kaki dipotong pada sendi
torsocrural dan ditimbang. Waktu pemotongan kaki yang digunakan pada uji
pendahuluan ini adalah 1, 2, 3, dan 4 jam. Alasan suspensi karagenin 1% dipilih
sebagai zat iritan penginduksi udema pada kaki hewan uji karena udema yang
dihasilkan reproduksibel dan tidak menimbulkan kerusakan jaringan. Di samping
itu, karagenin juga merupakan salah satu iritan penginduksi udema yang paling
banyak digunakan dan dapat digunakan untuk memprediksi efektivitas potensial
terapetik dari obat-obat anti inflamasi baik dari golongan steroid maupun dari
golongan non steroid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Data bobot udema yang diperoleh dianalisis dengan uji Kolmogorov-
Smirnov untuk mengetahui homogenitas data. Nilai probabilitas yang diperoleh
sebesar 0,901 dan karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05 maka dapat
disimpulkan distribusi data adalah normal. Analisis dilanjutkan dengan uji Anova
satu arah dengan taraf kepercayaan 95 %. Rangkuman hasil analisis Anova satu
arah ditampilkan pada tabel I
Tabel I. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% data bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi karagenin 1%
Keterangan Df F Probabilitas (p)
Bobot udema antar kelompok perlakuan 3 6,028 0,006
Berdasarkan tabel I dapat diketahui rata-rata bobot udema antara
kelompok perlakuan secara statistik memiliki perbedaan karena probabilitas (p)
yang terjadi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,006. Uji Scheffe kemudian dilakukan
untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak bermakna. Rangkuman
hasil uji Scheffe dapat dilihat pada tabel II.
Tabel II. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi suspensi karagenin 1% pada rentang waktu tertentu, beserta hasil uji Scheffe
Hasil uji Scheffe pemberian karagenin 1 % pada rentang waktu tertentu Selang
Waktu X ± SE
(g) 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam
1 jam 0,0432 ± 0,0047 - tb bb tb 2 jam 0,0697 ± 0,0104 tb - tb tb 3 jam 0,0866 ± 0,0073 bb tb - tb 4 jam 0,0631 ± 0,0054 tb tb tb -
Keterangan : tb : Berbeda tidak bermakna bb : Berbeda bermakna x : Rata-rata bobot udema kaki mencit SE : Standar Error
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Dari hasil uji Scheffe, diketahui bahwa antara kelompok jam pertama,
kedua dan keempat menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05).
Perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) juga terjadi antara kelompok jam
kedua, ketiga, dan keempat. Perbedaan yang bermakna (p<0,05) diperoleh antara
kelompok jam pertama dan ketiga. Perbedaan yang bermakna terjadi karena bobot
udema kelompok jam ketiga jauh lebih besar bila dibandingkan dengan bobot
udema kelompok jam pertama.
Kenaikan bobot udema pada jam pertama belum optimal bila
dibandingkan dengan jam ketiga. Bobot udema jam ketiga tidak berbeda
bermakna dengan jam keempat, namun bobot udema pada jam keempat
mengalami penurunan bila dibandingkan dengan jam ketiga, hal ini dimungkinkan
karena sistem proteksi tubuh telah bekerja untuk mengembalikan keadaan
tubuhnya seperti semula. Pada jam ketiga, bobot udema yang dihasilkan telah
optimal yang ditandai dengan paling tingginya bobot udema yang terbentuk. Pada
jam ketiga diasumsikan bahwa karagenin telah memberikan efek yang maksimal.
Oleh karena itu, dalam uji selanjutnya pemotongan kaki mencit dilakukan pada
jam ketiga setelah injeksi suspensi karagenin 1 %.
Hasil uji pendahuluan rata-rata bobot udema pada waktu pemotongan kaki
mencit dapat dilihat pada lampiran 7, sedangkan grafik dapat dilihat pada gambar
6. Dari grafik tersebut dapat dilihat lebih jelas perbedaan rata-rata bobot udema
dari setiap waktu pemotongan kaki mencit pada uji pendahuluan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0 1 2 3 4rentang waktu (jam)
rata
-rata
bob
ot u
dem
(gra
m)
Gambar 9. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi karagenin 1%
2. Uji pendahuluan waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda
Uji pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui rentang waktu pemberian
ekstrak etanol akar krokot belanda sebelum injeksi suspensi karagenin yang dapat
menimbulkan efek anti inflamasi.
Pada uji ini, mencit dibagi menjadi empat kelompok (masing-masing
kelompok terdiri dari 5 ekor) berdasarkan rentang waktu pemberian ekstrak etanol
akar krokot belanda yaitu 15, 30, 45, dan 60 menit secara per oral sebelum injeksi
karagenin . Dosis yang diberikan adalah 5000 mg/kg BB dengan konsentrasi 15%.
Dosis ini merupakan dosis maksimal ekstrak etanol akar krokot belanda yang
dapat diberikan pada mencit.
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata bobot udema pada
rentang waktu 15 menit sebesar 0,0393 gram, rentang waktu 30 menit sebesar
0,0397 gram, rentang waktu 45 menit sebesar 0,0466 gram dan rentang waktu 60
menit sebesar 0,0605 gram, terlihat pada tabel IV. Seluruh data kemudian diuji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dengan Kolmogorov Smirnov untuk melihat distribusi data. Hasil menunjukkan
nilai p> 0,05 yaitu 0,999 sehingga disimpulkan distribusi datanya normal atau
homogen. Analisis kemudian dilanjutkan dengan Anova satu arah dengan taraf
kepercayaan 95 %. Rangkuman hasil Anova satu arah dapat dilihat pada tabel III.
Tabel III Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% data bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda
Keterangan Df F Probabilitas (p)
Bobot udema antar kelompok
perlakuan 3 4,653 0,016
Berdasarkan tabel III dapat diketahui rata-rata bobot udema antara kelompok
adalah berbeda karena probabilitas (p) yang terjadi kurang dari 0,05 yaitu 0,016.
Uji Scheffe kemudian dilakukan untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna
atau tidak bermakna. Rangkuman uji scheffe dapat dilihat pada tabel IV
Tabel IV. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat diinjeksi karagenin 1% pada uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda
Hasil uji Scheffe pemberian karagenin 1%
pada rentang waktu tertentu Rentang waktu
X ± SE (g)
15 menit 30 menit 45 menit 60 menit 15 menit 0,0393 ± 0,0046 - tb tb bb 30 menit 0,0397 ± 0,0043 tb - tb bb 45 menit 0,0466 ± 0,0055 tb tb - tb 60 menit 0,0605 ± 0,0039 bb bb tb -
Keterangan : tb : Berbeda tidak bermakna bb : Berbeda bermakna X : Rata-rata bobot udema kaki mencit
SE : Standar Error
Berdasarkan hasil uji scheffe, kelompok dengan rentang waktu pemberian
ekstrak etanol akar krokot belanda 15 menit sebelum penyuntikan karagenin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
memiliki perbedaan tidak bermakna dengan kelompok selang waktu 30 dan 45
menit. Dapat dikatakan bila ekstrak etanol akar krokot belanda diberikan 15, 30,
dan 45 menit sebelum penyuntikan karagenin, maka penurunan udema yang
terjadi dapat dikatakan sama. Kelompok dengan rentang waktu pemberian ekstrak
etanol akar krokot belanda 60 menit sebelum penyuntikan karagenin memiliki
perbedaan yang bermakna terhadap kelompok rentang waktu pemberian ekstrak
etanol akar krokot belanda 15 menit, dan 30 menit, namun berbeda tidak
bermakna dengan kelompok rentang waktu 45 menit. Bobot udema pada
kelompok rentang waktu 60 menit meningkat secara signifikan, sehingga dapat
dikatakan efek anti inflamasi telah menurun dan akibatnya udema yang terbentuk
tidak dapat dihambat secara optimal.
Dari hasil tersebut ada tiga data yang dapat dipilih untuk rentang waktu
pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda yaitu 15, 30, dan 45 menit. Rentang
waktu 15 menit dipilih karena memberikan penurunan bobot udema paling besar,
serta untuk efisiensi waktu.
Hasil uji pendahuluan rata-rata bobot udema pada rentang waktu
pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda dapat dilihat pada lampiran 9,
sedangkan grafik dapat dilihat pada gambar 7. Dari grafik tersebut dapat dilihat
lebih jelas perbedaan rata-rata bobot udema dari setiap waktu pemberian ekstrak
etanol akar krokot belanda pada uji pendahuluan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0 10 20 30 40 50 60 70
rentang waktu (menit)
rata
-rata
bob
ot u
dem
(gra
m)
Gambar 10. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda.
D. Pengujian Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda
Pengujian efek anti inflamasi dilakukan untuk mengetahui apakah ekstrak
etanol akar krokot belanda memiliki efek anti inflamasi sekaligus mengetahui
seberapa besar efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda tersebut.
Efek anti inflamasi adalah kemampuan ekstrak etanol akar krokot belanda
mengurangi bobot udema kaki mencit akibat injeksi suspensi karagenin1 % secara
subplantar.
Pengujian efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda
didasarkan pada uji yang telah dilakukan Langford dkk (1972) yang telah
dimodifikasi pelaksanaannya. Besarnya efek anti-inflamasi yang ditimbulkan
dapat dihitung dengan prosentase efek anti-inflamasi menurut Langford dkk
(1972). Dasar metode Langford dkk. adalah induksi udema pada kaki belakang
mencit. Metode ini dipilih karena dapat digunakan sebagai langkah pengujian
awal untuk mengetahui apakah bahan uji memiliki efek anti inflamasi atau tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Selain itu karena metode ini mudah dilaksanakan, pengukuran dapat dilakukan
secara obyektif serta dapat diandalkan untuk pengujian efek anti inflamasi dalam
waktu yang singkat.
Pada penelitian ini, mencit dibagi menjadi 9 kelompok. Kelompok I adalah
kelompok kontrol negatif karagenin 1% sebagai zat penginduksi udema.
Kelompok II adalah kontrol negatif CMC-Na 1 %. Kelompok III, IV, dan V
adalah kelompok kontrol positif natrium diklofenak dalam 3 peringkat dosis
dengan dosis masing-masing adalah 9,75; 10,795; dan 11,95 mg/kgBB. Kelompok
VI, VII, VIII, dan IX merupakan kelompok perlakuan ekstrak etanol akar krokot
belanda dengan dosis masing-masing 1674,49; 2411,26; 3472,22; dan 5000
mg/kgBB.
Suspensi karagenin 1% sebagai zat iritan penginduksi udema digunakan
untuk menghitung persen anti inflamasi dari setiap kelompok perlakuan. Udema
yang diinduksi karagenin melalui dua fase. Pada fase pertama yang terjadi sekitar
60 menit setelah induksi karagenin terjadi pelepasan histamin, serotonin dan
bradikinin. Fase kedua berlangsung selama 60 menit setelah injeksi sampai kurang
lebih 3 jam. Fase ini berhubungan dengan pelepasan radikal bebas neutrofil
seperti hidrogen peroksida, super oksida, radikal hidroksil serta prostaglandin
(Suleyman dkk, 2004). Pada kelompok ini mencit diperlakukan sama seperti saat
uji pendahuluan, dimana suspensi karagenin 1% dosis 25 mg/kgBB diinjeksikan
pada kaki kiri belakang, sedangkan kaki kanan hanya diinjeksi tanpa suspensi
karagenin. Setelah 3 jam kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
ditimbang. Bobot udema merupakan hasil pengurangan bobot kaki kiri dengan
kaki kanan.
Kontrol negatif yang digunakan adalah CMC-Na 1% karena natrium
diklofenak dan ekstrak etanol akar krokot belanda dibuat dengan menambahkan
CMC-Na 1% sebagai suspending agent. Kelompok CMC-Na 1% diperlukan
untuk mengetahui apakah CMC-Na 1% memiliki pengaruh terhadap efek anti
inflamasi baik dari natrium diklofenak maupun ekstrak etanol akar krokot
belanda. CMC-Na 1% diinjeksikan pada mencit secara per oral dengan dosis
333,33 mg/kgBB, 15 menit sebelum injeksi karagenin mengikuti uji pendahuluan
rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda.
Pada penelitian ini, natrium diklofenak dipilih sebagai kontrol positif
karena obat ini termasuk NSAID yang terkuat efek anti inflamasinya dengan efek
samping yang kurang keras dibanding dengan obat anti inflamasi non steroid
lainnya (Tjay dan Rahardja, 2002). Natrium diklofenak digunakan dalam tiga
peringkat dosis (9,75; 10,795; dan 11,95 mg/kgBB) tujuannya untuk mendapatkan
kesetaraan antara dosis ekstrak etanol akar krokot belanda terhadap dosis natrium
diklofenak Natrium diklofenak diberikan secara per oral 15 menit sebelum hewan
uji diinjeksi suspensi karagenin 1% secara subplantar.
Kelompok VI, VII, VIII dan IX adalah kelompok perlakuan dosis ekstrak
etanol akar krokot belanda. Mencit pada tiap kelompok diberi ekstrak etanol akar
krokot belanda sesuai dosis masing-masing yaitu 1674,49; 2411,26; 3472,22; dan
5000 mg/kg BB. Dosis tertinggi dan terendah ditentukan dari orientasi. Setelah
dosis tertinggi dan terendah dimasukkan dalam suatu rumus, akan diperoleh suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
kelipatan atau faktor pembagi. Tiga dosis dibawah dosis tertinggi ditentukan
dengan membagi dosis tertinggi dengan faktor pembagi sebesar 1,44 sesuai deret
ukur.
Dari setiap kelompok perlakuan akan diperoleh data bobot udem. Data
bobot udem tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan persen efek anti
inflamasinya menurut metode Langford dkk. Tabel bobot udem dan persen efek
anti inflamasi seluruh kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel V.
Tabel V. Rata-rata bobot udem kaki mencit beserta persen (%) efek anti inflamasi dari seluruh kelompok perlakuan
Kelompok Subjek
uji Rata-rata bobot
udem ± SE Persen (%) efek
anti inflamasi ± SEKontrol (-) karagenin 1 % 7 0,0764 ± 0,0043 0 ± 0,0000 Kontrol (-)CMC-Na 1 % 7 0,0809 ± 0,0030 -6 ± 3,9426
Kontrol (+) Na-diklofenak 9,75 mg/kgBB
7 0,0223 ± 0,0023 70,87 ± 3,0268
Kontrol (+) Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB
7 0,0302 ± 0,0032 60,53 ± 4,2008
Kontrol (+) Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB
7 0,0372 ± 0,0043 51,35 ± 5,6162
EEAKB dosis 1674,49 mg/kgBB 7 0,0662 ± 0,0024 13,37 ± 3,1302 EEAKB dosis 2411,26 mg/kgBB 7 0,0607 ± 0,0032 20,53 ± 4,1886 EEAKB dosis 3472,22 mg/kgBB 7 0,0554 ± 0,0016 27,47 ± 2,0600 EEAKB dosis 5000 mg/kgBB 7 0,0373 ± 0,0052 51,18 ± 6,8457
Keterangan : SE : Standard Error (SD/√n) EEAKB : Ekstrak etanol akar krokot belanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Data tersebut dapat pula dilihat dalam bentuk diagram batang, yaitu
sebagai berikut
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
rata
-rat
a bo
bot u
dem
(gra
m)
I II III IV V VI VII VIII IX
kelompok
Gambar 11. Diagram batang rata-rata berat udema kaki mencit perlakuan ekstrak
etanol akar krokot belanda dalam 4 peringkat dosis beserta kontrolnya.
Keterangan : I : kelompok kontrol (-) karagenin 1 % II : kelompok kontrol (-) CMC-Na 1% III : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 9,75 mg/kg BB IV : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 10,795 mg/kg BB V : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 11,95 mg/kg BB VI : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 1674,49 mg/kg BB VII : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 2411,26 mg/kg BB VIII : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 3472,22 mg/kg BB IX : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 5000 mg/kg BB EEAKB : Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
pers
en (%
) efe
k an
ti in
flam
asi
I II III IV V VI VII VIII IX
kelompok
Gambar 12. Diagram batang persentase efek anti inflamasi perlakuan ekstrak
etanol akar krokot belanda dalam 4 peringkat dosis beserta kontrolnya
Keterangan : I : kelompok kontrol (-) karagenin 1 % II : kelompok kontrol (-) CMC-Na 1% III : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 9,75 mg/kg BB IV : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 10,795 mg/kg BB V : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 11,95 mg/kg BB VI : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 1674,49 mg/kg BB VII : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 2411,26 mg/kg BB VIII : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 3472,22 mg/kg BB IX : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 5000 mg/kg BB EEAKB : Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Seluruh hewan uji pada kelompok II, III, IV, V, VI, VII, VIII, dan IX diberi bahan
uji 15 menit sebelum injeksi karagenin 1%.
Data persen efek anti inflamasi semua kelompok perlakuan kemudian diuji
statistik dengan Kolmogorov Smirnov untuk melihat distribusi data. Hasil
menunjukkan nilai p>0,05 yaitu 0,494 sehingga disimpulkan distribusi datanya
normal atau homogen. Analisis kemudian dilanjutkan dengan Anova satu arah
dengan taraf kepercayaan 95 %. Rangkuman hasil Anova satu arah dapat dilihat
pada tabel VI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel VI. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95 % persentase efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda dalam empat peringkat dosis beserta kontrolnya
Keterangan df F Probabilitas (p)
Persentase efek anti inflamasi antar kelompok perlakuan 8 44,493 0,000
Hasil analisis statistik anova satu arah menunjukkan bahwa data antar
kelompok perlakuan adalah berbeda (p<0,05). Selanjutnya dilakukan uji Shceffe
untuk mengetahui perbandingan antar kelompok yang memiliki perbedaan yang
bermakna dan tidak bermakna. Hasil uji Scheffe dapat dilihat pada tabel VII
berikut ini.
Tabel VII. Hasil uji Scheffe efek anti inflamasi pada perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dalam empat peringkat dosis beserta kontrolnya
Hasil uji scheffe terhadap Klp
Klp I
Klp II
Klp III
Klp IV
Klp V
Klp VI
Klp VII
Klp VIII
Klp IX
I - tb bb bb bb tb tb bb bb II tb - bb bb bb tb bb bb bb III bb bb - tb tb bb bb bb tb IV bb bb tb - tb bb bb bb tb V bb bb tb tb - bb bb tb tb VI tb tb bb bb bb - tb tb bb VII tb bb bb bb bb tb - tb bb VIII bb bb bb bb tb tb tb - tb IX bb bb tb tb tb bb bb tb -
Keterangan : bb : berbeda bermakna tb : berbeda tidak bermakna I : kelompok kontrol (-) karagenin 1% II : kelompok kontrol (-) CMC-Na 1% III : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 9,75 mg/kg BB IV : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 10,795 mg/kg BB V : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 11,95 mg/kg BB VI : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 1674,49 mg/kg BB VII : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 2411,26 mg/kg BB VIII : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 3472,22 mg/kg BB IX : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 5000 mg/kg BB EEAKB : Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Seluruh hewan uji pada kelompok II, III, IV, V, VI, VII, VIII, dan IX diberi bahan
uji 15 menit sebelum injeksi karagenin 1%.
Berdasarkan perhitungan persen efek anti inflamasi, kelompok kontrol
negatif CMC-Na 1% memberikan hasil perbedaan tidak bermakna dengan kontrol
negatif karagenin 1%. Persen efek anti inflamasi karagenin 1% adalah 0 karena
karagenin digunakan sebagai penginduksi udema. Persen efek anti inflamasi
kontrol negatif CMC-Na 1% adalah -6 %, dan karena nilainya dibawah 0, dapat
dikatakan bahwa CMC-Na 1 % sebagai kontrol negatif tidak berpengaruh
terhadap efek anti inflamasi baik dari ekstrak etanol akar krokot belanda maupun
natrium diklofenak.
Seluruh kelompok kontrol positif natrium diklofenak memiliki rata-rata
bobot udem yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan
lainnya. Efek anti inflamasi kelompok kontrol positif natrium diklofenak dosis
9,75 ; 10,795 ; dan 11,95mg/kgBB berturut-turut sebesar 70,87%; 60,53%; dan
51,35%, semuanya dinyatakan berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok
kontrol (-) karagenin dan CMC-Na 1%. Hal ini menunjukkan bahwa natrium
diklofenak terbukti memliliki efek anti inflamasi sehingga dapat digunakan
sebagai kontrol positif.
Untuk kelompok kontrol positif yaitu antara kelompok natrium diklofenak
dosis 9,75 ; 10,795 ; dan 11,95 mg/kgBB itu sendiri, secara statistik memiliki
perbedaan yang tidak bermakna, artinya ketiga peringkat dosis tersebut
memberikan efek anti inflamasi yang sama. Hal ini diduga bahwa pada dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
rendah natrium diklofenak telah mengalami penjenuhan, sehingga ketika dosis
dinaikkan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan atau efek anti
inflamasinya tetap sama.
Pada penelitian ini, natrium diklofenak digunakan dalam tiga peringkat
dosis untuk membentuk suatu persamaan garis. Berdasarkan persamaan garis
tersebut, dapat diketahui kesetaraan dosis antara ekstrak etanol akar krokot
belanda dengan natrium diklofenak dalam hal efek anti inflamasi. Akan tetapi,
karena efek anti inflamasi seluruh kelompok natrium diklofenak secara statistik
berbeda tidak bermakna atau sama, maka natrium diklofenak hanya mewakili satu
titik untuk membentuk persamaan garis. Untuk membentuk suatu persamaan
garis, minimal dibutuhkan 3 titik yang perbedaannya bermakna satu dengan yang
lainnya. Selain itu, bila persamaan garis natrium diklofenak tetap dibentuk dan
dibandingkan dengan ekstrak etanol akar krokot belanda, maka keduanya akan
saling berpotongan, padahal untuk menyatakan kesetaraan dosis maka kedua garis
harus sejajar (lampiran 13). Berdasarkan keterangan di atas, untuk selanjutnya
akan dipilih satu kelompok natrium diklofenak untuk dibandingkan efek anti
inflamasinya dengan ekstrak etanol akar krokot belanda. Kelompok natrium
diklofenak dosis 9,75 mg/kg dipilih karena dengan dosis yang minimal mampu
memberikan penurunan bobot udem kaki mencit yang paling besar.
Kelompok VI, VII, VIII dan IX adalah kelompok perlakuan EEAKB dosis
1674,49 dan 2411,26; 3472,22; dan 5000mg/kgBB. Gambar 12 menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan EEAKB memiliki efek anti inflamasi. Hal ini dapat
dilihat dari adanya penurunan bobot udem kaki mencit setelah diberi EEAKB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kelompok perlakuan EEAKB dosis 1674,49 dan 2411,26 berbeda tidak
bermakna dengan kontrol negatif karagenin. Hal ini menunjukkan pada kelompok
perlakuan EEAKB dosis 1674,49 dan 2411,26 mg/kgBB tidak terjadi penurunan
bobot udem kaki mencit yang berarti atau dianggap sama dengan kontrol negatif
karagenin. Sedangkan, pada kelompok perlakuan EEAKB dosis 3472,22 dan 5000
mg/kgBB terjadi perbedaan yang bermakna dengan kontrol negatif karagenin. Hal
ini dikarenakan penurunan bobot udem kaki mencit EEAKB dosis 3472,22 dan
5000 mg/kgBB (27,47% dan 51,18%) jauh lebih besar dibanding kontrol negatif
karagenin.
Kelompok perlakuan EEAKB dosis 2411,26; 3472,22; dan 5000 mg/kgBB
memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol negatif CMC-Na 1%. Hal ini
dikarenakan penurunan bobot udem kaki mencit ketiga kelompok di atas jauh
lebih besar (20,53; 27,47; dan 51,18%) dibandingkan kontrol negatif CMC-Na 1%
(-6%). Sedangkan pada EEAKB dosis 1674,49 mg/kgBB penurunan bobot udem
kaki mencit yang terjadi relatif sama dengan kontrol negatif CMC-Na 1% karena
terjadi perbedaan yang tidak bermakna dengan kontrol negatif CMC-Na 1%.
Bila seluruh kelompok perlakuan EEAKB dibandingkan dengan kelompok
natrium diklofenak 9,75 mg/kgBB maka perbedaan yang tidak bermakna hanya
terjadi pada kelompok perlakuan EEAKB dosis 5000 mg/kgBB. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa EEAKB dosis 5000 mg/kg memberikan efek yang setara
dengan natrium diklofenak
Untuk kelompok perlakuan EEAKB antara dosis 1674,49; 2411,26;
3472,22; dan 5000 mg/kgBB perbedaan efek anti inflamasi yang bermakna, hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
terjadi antara EEAKB dosis 5000 mg/kgBB terhadap EEAKB dosis 1674,49; dan
2411,26 mg/kgBB. Hal ini dikarenakan EEAKB dosis 5000 mg/kgBB memiliki
penurunan bobot udema yang jauh lebih besar (51,18%) dibandingkan dengan
EEAKB dosis 1674,49; dan 2411,26 mg/kgBB (13,37 dan 20,53%).
Dilihat dari persen efek anti inflamasinya kelompok EEAKB dosis 3472,22
dan 5000mg/kgBB memiliki persen efek anti inflamasi yang lebih besar bila
dibandingkan dengan EEAKB dosis 1674,49 dan dosis 2411,26mg/kgBB. Akan
tetapi, persen anti inflamasi yang paling mendekati persen anti inflamasi
kelompok natrium diklofenak adalah EEAKB dosis 5000mg/kgBB. Efek anti
inflamasi kelompok natrium diklofenak sebesar 70,87% sedangkan EEAKB dosis
5000mg/kgBB sebesar 51,18%. Oleh karena itu, dapat dikatakan dosis
5000mg/kgBB adalah dosis yang paling efektif sebagai anti inflamasi
dibandingkan dosis lainnya.
Persentase efek anti inflamasi semua kelompok perlakuan EEAKB
kemudian dibandingkan dengan persentase efek anti inflamasi natrium diklofenak
(dosis 9,75 mg/kgBB) sebagai kontrol positif untuk mendapatkan potensi relatif.
Potensi relatif semua kelompok perlakuan EEAKB di bawah 100 persen.
Hal ini menunjukkan EEAKB memiliki efek anti inflamasi namun kurang poten
dibanding natrium diklofenak. Potensi relatif EEAKB dosis 1674,49; 2411,26;
3472,22; dan 5000 mg/kgBB berturut-turut sebesar 18,87; 28,97; 38,76; dan
72,22%. Data dan perhitungan potensi relatif EEAKB dapat dilihat pada lampiran
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Ekstrak etanol akar krokot belanda diduga mengandung flavonoid, steroid
dan tanin yang dapat memberikan efek anti inflamasi. Persen efek anti inflamasi
yang semakin meningkat dari dosis rendah ke dosis tinggi, diduga karena
kandungan flavonoid, steroid, dan tanin semakin meningkat. Persen efek anti
inflamasi yang rendah terdapat pada dosis rendah, hal ini diduga karena pada
dosis rendah kandungan flavonoid, steroid, dan tanin juga rendah, sehingga untuk
memperoleh efek anti inflamasi yang tinggi dibutuhkan dosis yang tinggi pula.
Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menangkap radikal
bebas. Radikal bebas yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan jaringan
sehingga menimbulkan nyeri. Dalam proses peradangan, radikal bebas terbentuk
ketika asam arakhidonat dikonversikan menjadi peroksida baik melalui jalur
siklooksigenase maupun lipoksigenase. Ketika terjadi kerusakan jaringan organ
produksi peroksida meningkat seiring dengan peningkatan jumlah radikal bebas.
Apabila jumlah radikal bebas makin banyak, antioksidan dari dalam tubuh tak
mampu lagi melumpuhkannya secara efektif sehingga harus ada tambahan
antioksidan dari luar (eksogen) yang berasal dari bahan makanan. Dalam hal ini
flavonoid sebagai antioksidan berfungsi sebagai antioksidan eksogen. Flavonoid
sebagai anti inflamasi dapat menghambat enzim lipoksigenase pada pembentukan
mediator-mediator yang berperan dalam peradangan seperti leukotrien (Robinson,
1995). Dengan terhambatnya pembentukan mediator-mediator tersebut akan
menurunkan udema yang terjadi.
Steroid yang terkandung dalam ekstrak etanol akar krokot belanda juga
diduga memberi efek anti inflamasi. Golongan steroid sebagai anti-inflamasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
mekanisme kerjanya sebagian besar berdasar atas rintangan sintesis prostaglandin
dan leukotrien dengan cara menginduksi terbentuknya lipocortin. Lipocortin
tersebut akan menghambat aktivasi enzim fosfolipase A2. Dengan terhambatnya
aktivasi enzim fosfolipase A2, maka pembebasan asam arakhidonat dari fosfolipid
akan berkurang (Rang et al, 2003). Penurunan pembentukan mediator-mediator
dari asam arakhidonat yang berperan dalam peradangan seperti prostaglandin,
leukotrien, tromboksan, dan lain-lain akan mengakibatkan penurunan udema yang
terjadi.
Selain flavonoid dan steroid, tanin juga diduga berefek anti inflamasi.
Tanin dapat mempengaruhi respon inflamasi dengan aktivitasnya sebagai
penangkal radikal bebas, karena radikal bebas dapat merangsang terjadinya
inflamasi (Diane, 2006). Berdasarkan hal tersebut, tanin diperkirakan memiliki
mekanisme yang sama seperti flavonoid.
Oleh karena adanya dugaan bahwa efek anti inflamasi ekstrak etanol akar
krokot belanda ditimbulkan oleh adanya senyawa kimia flavonoid, steroid dan
tanin, maka perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan bahwa flavonoid,
steroid dan tanin terkandung di dalam ekstrak etanol akar krokot belanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Ekstrak etanol akar krokot belanda memiliki efek anti inflamasi.
2. Persentase efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda pada dosis
1674,49; 2411,26; 3472,22; dan 5000 mg/kg BB berturut-turut adalah sebesar
13,37%; 20,53%; 27,47%; dan 51,18%.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang :
1. Pemeriksaan kualitatif kandungan kimia adanya senyawa flavonoid, steroid
dan tanin dalam ekstrak etanol akar krokot belanda yang diduga bertanggung
jawab terhadap efek anti inflamasi
2. Pengujian efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda menggunakan
metode lain seperti uji eritema dan radang selaput dada.
3. Pengujian toksisitas akut ekstrak etanol akar krokot belanda
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986a, Medicinal Herb Index, 33, PT Eisai Indonesia Anonim, 1986b, Sediaan Galenik, 8-25, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta. Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan Pengujian
Klinik, 49, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alami Pyitomedika, Jakarta.
Anonim, 1994, Inventaris Tumbuhan Obat Indonesia, III, 285, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, 31, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 357, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Anonim, 2007a, Flavonoid, http://en.wikipedia.org/wiki/Flavonoid, Diakses pada
tanggal 16 Mei 2007. Anonim, 2007b, Steroid, http://en.wikipedia.org/wiki/Steroid, Diakses pada
tanggal 16 Februari 2007. Astawa,.S.A., 2005, Uji Efek Tonikum Infusa Akar Krokot Blanda (Talinum
triangulare (Jacq) Willd) terhadap Fungsi Motorik pada Mencit Jantan dengan Metode Rotarod Test, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Bowman, W.c., and Rand, M.J., 1980, Textbook of Pharmacology, Second (2nd)
Edition, 13, 18, Blackwell Scientific, London Budavari, S., 1989, The Merck Index, Eleventh edition, 489, Merck & Co Inc.,
Rahway, New Jersey. Dalimarta, S., 2003, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, jilid 3, 111 - 113, Puspa
Swara, Jakarta. Diane, M.J., 2006, Tannins as Anti Inflammatory Agents, Thesis, Miami
University Oxford, Ohio. www.ohiolink.edu/etd/. Diakses tanggal 4 Oktober 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Evans, W.C., 2002, Pharmacognosy, 15th Edition, 289-297, W.B. Saunders,
London. Froschle, M., Piuss, R., Peter, A., Etzweiler, F., and Ruegg, D., 2004,
Phytosteroids for Skin Care, Asia Pacific Personal Care Ingredient Formulation Manufactur, edisi September, hal.56.
Furst, D. E. dan Munster, T., 2002, Obat-obat Anti Inflamasi Nonsteroid, Obat-
obat Antireumatik Pemodifikasi-penyakit, Analgesik Nonopioid dan Obat-obat untuk Pirai dalam Katzung, Farmakologi : Dasar dan Klinik, buku ke-2, Edisi 8, 449-452, 462, 483, Salemba Medika, Jakarta.
Greene, R.J., Harris, N.D., and Goodyer, L.I., 2000, Pathology and Theraupeutics
for Pharmacists : A Basis for Clinical Pharmacy Practice, Second (2nd) Edition, 35-41, Pharmaceutical Press, London.
Gryglewski, R.J., 1977, Some Experimental Models for the study of Inflammation
and Anti-Inflammatory Drugs, in Bonta I.L., Thomson J., and Brune K.,(Eds.). Inflammation: Mechanism and Their Impact on Therapy, 19-21, Birkhauser Verlag Basel, Rotterdam.
Guyton, A.C., 1993, Texbook of Medical Physiology, alih bahasa oleh Ken Ariata
T dkk, Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi VII, bagian I, 72-75, EGC, Jakarta.
Harborne. J.B., 1987, Phytocemicals Method, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, 70, Penerbit ITB, Bandung.
Hardjasaputra, L, P., Budipranoto, G., Sembiring, S, U.,dan Kamal, I., 2002, Data
Obat di Indonesia, edisi 10, 350, Grafidian Medpress, Jakarta. Harvey, A.R., Mycek, J.M., dan Champe, C.D., 2001, Lippicott’s Illustrated
Review : Pharmacology, diterjemahkan oleh Azwar Agoes, Farmakologi : Ulasan Bergambar, edisi II, 404-406, Penerbit Widya Medika, Jakarta.
Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., and Williamson, E.M., 2004, Fundamentals
of Pharmacognosy and Phytotherapy, 77, Churchill Livingstone, Toronto. Langford, F.D., Holmes, P.A., and Emele, J.F., 1972, Objective Method for
Evaluation of Analgesic / Anti-Inflammatory Activity, Journal of Pharmaceutical Sciences, 61 (January), 75-77.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Markham, K.R., 1988, The Techniques of Flavonoid Identification, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, 1-34, Penerbit ITB, Bandung.
Misra, 1992, “Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia Tumbuhan Talinum
triangulare (Jacq) Willd”. Penelitan Tumbuhan Obat di beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia VII. 219. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Mursyidi, A., 1990, Analisis Metabolit Sekunder, 208-212, Pusat Antar Ilmu Bioteknologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mutschler, E.,1986, Arzneimittelwirkungen, Edisi V, diterjemahkan oleh Mathilda
B., Widyanto dan Ranti, A.S., Dinamika Obat, ITB, Bandung. Novita, E., 2003, Daya Anti Inflamasi Perasan Herba Ketumpang (Peperomia
pelludica L. Kunth) Pada Mencit Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Nugroho, Y.A., 2000, Khasiat dan Keamanan Som Jawa (Talinum paniculatum
Gaertn) dan Talesom (Talinum triangulare Willd), http; //digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2001-yun-198- talesom. Diakses pada tanggal 5 Februari 2007
Perry, M.L., 1980, Medicinal Plant of East and Southeast Asia, 330,
Massachusetts Institute of Technology Press, London Pitojo,S.,2000, Talesom : Sayuran Berkhasiat Obat, 11-13, Kanisius, Yogyakarta. Price, S.A dan Wilson, L. M., 1992, Pathophysiology Clinical Consepts of
Disease Processes, diterjemahkan oleh Peter Anugrah, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, buku I, Edisi IV, 35-47, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., and Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th
Edition, 217-240, 244-250, Bath Press, USA. Robbins, S.L., dan Kumar, V., 1995, Basic Pathology, diterjemahkan oleh Staf
Pengajar Laboratorium Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Buku Ajar Patologi I, Edisi IV, 28-43, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Robinson, T., 1995, The Organic Constituent of Higher Plants, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, 154-155, 191-216, ITB, Bandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Rustam, E., 1991, “Evaluasi Efek Stimulan Susunan Syaraf Pusat Ekstrak Daun dan Batang Talinum triangulare (Jacq) Willd”. Penelitian Tumbuhan Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia VII. 219. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Sander, M.A., 2003, Atlas Berwarna Patologi Anatomi, edisi I, 12-13, Universitas
Muhamadiyah Malang Press, Malang Shearn, M.A.,1986, Obat Anti Inflamasi Nonsteroid; Analgesik Nonopiat; Obat
yang Digunakan pada Gout dalam Katzung,B.G., 1989, Basic and Clinical Pharmacology, diterjemahkan oleh Petrus Ardianto, 474, EGC, Jakarta.
Sitompul, B., 2003 Antioksidan dan Penyakit Aterosklerosis, Medika, No. 6, 373-
377, Jakarta. Suleyman, H., Demircan, B., Karagoz, Y., Oztasan, Nuray., and Suleyman, B.,
2004, Anti Inflammatory Effects of Selective COX-2 Inhibitors, http://www.if-pan.krakow.pl/pjp/pdf/2004/6_775_ab.pdf, diakses tanggal 29 Juli 2007.
Tjay, T. H. dan Raharja, K., 2002, Obat-obat Penting : Khasiat,Penggunaan, dan
Efek-efek Sampingnya, edisi V, 298, 306-311, Penerbit PT. Elek Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta
Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery and Evaluation : Pharmacological Assays,
second edition, 726-769, Springer Vorlag Berlin Heidelberg. Williamson, E.M., Okpako, D,T, and Evans, F, J., 1996, Selection, Preparation
and Pharmacological Evaluation of Plant Material, volume I, 131-137, John Willey & Sons Ltd, England.
Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Anti Inflamasi Non Steroid dan Obat Pirai dalam
Ganiswara, S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 207-211, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Wahjoedi, B., 2003, Efek Androgenik Infusa Akar Krokot Blanda (Talinum
racemosum Rohrb.) pada Anak Ayam, http://digilib.litbang.depkes.go. id/go.php?top=member/bwahjoedi@litbang.depkes.go.id/. Diakses pada 25 januari 2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 1. Surat Pernyataan Pengambilan Dan Determinasi Dari BPTO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 2. Sertifikat analisis natrium diklofenak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 3. Foto Tanaman Krokot Belanda
Gambar 13. Tanaman Krokot Belanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 4. Foto Akar Krokot Belanda dan Serbuk Akar Krokot Belanda
Gambar 14. Akar Krokot Belanda
Gambar 15. Serbuk Akar Krokot Belanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 5. Foto Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda
Gambar 16. Ekstrak etanol kental krokot belanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 6. Skema kerja uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki
mencit setelah injeksi suspensi karagenin 1 %
Kelompok I 1 jam setelah injeksi karagenin1%
Kelompok II 2 jam setelah injeksi karagenin1%
Kelompok III 3 jam setelah injeksi karagenin1%
Mencit dikorbankan , kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural
Kelompok IV 4 jam setelah injeksi karagenin 1%
Ditimbang
Dua puluh ekor mencit dibagi dalam 4 kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 7. Hasil dan Analisis Hasil Uji Pendahuluan Rentang Waktu
Pemotongan Setelah Injeksi Suspensi Karagenin 1%
Bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan rentang waktu pemotongan
setelah injeksi suspensi karagenin 1 % subplantar
Bobot udema mencit (gram) pada rentang waktu
(jam) setelah injeksi karagenin 1%
N
o
Keterangan
(g) 1 2 3 4
0,1900 0,2401 0,2570 0,2429
0,1566 0,1653 0,1660 0,1630
1 Kaki kiri
Kaki kanan
Bobot udema 0,0334 0,0748 0,0910 0,0799
0,1738 0,2700 0,2521 0,2188
0,1383 0,1784 0,1591 0,1715
2 Kaki kiri
Kaki kanan
Bobot udema 0,0355 0,0916 0,0930 0,0473
0,1552 0,2728 0,2651 0,2508
0,1166 0,1817 0,1788 0,1940
3 Kaki kiri
Kaki kanan
Bobot udema 0,0386 0,0911 0,0863 0,0568
0,2124 0,2164 0,2898 0,2256
0,1610 0,1665 0,1867 0,1590
4 Kaki kiri
Kaki kanan
Bobot udema 0,0514 0,0499 0,1031 0,0666
0,2203 0,1961 0,2272 0,2279
0,1632 0,1549 0,1678 0,1628
5 Kaki kiri
Kaki kanan
Bobot udema 0,0571 0,0412 0,0594 0,0651
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Rata-rata bobot
udema
±
SE
0,0432
0,0047
0,0697
0,0104
0,0866
0,0073
0,0631
0,0054
Keterangan : bobot udema = kaki kiri – kaki kanan
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
20.065655
.0218675.127.113
-.127.570.901
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
udem
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Oneway
Descriptives
udem
5 .043200 .0104516 .0046741 .030223 .056177 .0334 .05715 .069720 .0232802 .0104112 .040814 .098626 .0412 .09165 .086560 .0163745 .0073229 .066228 .106892 .0594 .10315 .063140 .0121224 .0054213 .048088 .078192 .0473 .0799
20 .065655 .0218675 .0048897 .055421 .075889 .0334 .1031
1 jam2 jam3 jam4 jamTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
udem
1.971 3 16 .159
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
ANOVA
udem
.005 3 .002 6.028 .006
.004 16 .000
.009 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: udemScheffe
-.0265200 .0103261 .128 -.058708 .005668-.0433600* .0103261 .007 -.075548 -.011172-.0199400 .0103261 .327 -.052128 .012248.0265200 .0103261 .128 -.005668 .058708
-.0168400 .0103261 .469 -.049028 .015348.0065800 .0103261 .938 -.025608 .038768.0433600* .0103261 .007 .011172 .075548.0168400 .0103261 .469 -.015348 .049028.0234200 .0103261 .204 -.008768 .055608.0199400 .0103261 .327 -.012248 .052128
-.0065800 .0103261 .938 -.038768 .025608-.0234200 .0103261 .204 -.055608 .008768
(J) waktu2 jam3 jam4 jam1 jam3 jam4 jam1 jam2 jam4 jam1 jam2 jam3 jam
(I) waktu1 jam
2 jam
3 jam
4 jam
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
Homogeneous Subsets
udem
Scheffea
5 .0432005 .063140 .0631405 .069720 .0697205 .086560
.128 .204
waktu1 jam4 jam2 jam3 jamSig.
N 1 2Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 8. Skema kerja uji pendahuluan rentang waktu pemberian
ekstrak etanol akar krokot belanda
Kelompok I 15 menit
sesudahnya
Kelompok II 30 menit
sesudahnya
Kelompok III 45 menit
sesudahnya
Kelompok IV 60 menit
sesudahnya
Diberi ekstrak etanol akar krokot belanda dosis 5000 mg/kgBB secara per oral
Dua puluh ekor mencit dibagi dalam empat kelompok
3 jam sesudahnya
Injeksi karagenin 1% sub plantar pada kaki kiri sedangkan kaki kanan hanya disuntik tanpa
karagenin 1%
Mencit dikorbankan, kedua kaki bagian
belakang dipotong pada sendi torsocrural
Ditimbang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 9. Hasil dan Analisis Hasil Uji Pendahuluan Rentang Waktu
Pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda
Bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak
etanol akar krokot belanda
Bobot udema mencit (gram) pada rentang waktu
(menit) pemberian ekstrak etanol akar krokot
belanda
N
o
Keterangan
(g)
15’ 30’ 45’ 60’
0,1619 0,1908 0,2013 0,2176
0,1383 0,1495 0,1442 0,1523
1 Kaki kiri
Kaki kanan
Bobot udema 0,0236 0,0413 0,0571 0,0653
0,1883 0,2070 0,2134 0,2123
0,1540 0,1747 0,1518 0,1445
2 Kaki kiri
Kaki kanan
Bobot udema 0,0343 0,0323 0,0616 0,0678
0,2110 0,1984 0,1756 0,1889
0,1624 0,1665 0,1412 0,1389
3 Kaki kiri
Kaki kanan
Bobot udema 0,0486 0,0310 0,0344 0,0500
0,1998 0,1937 0,1983 0,2141
0,1560 0,1550 0,1547 0,1467
4 Kaki kiri
Kaki kanan
Bobot udema 0,0438 0,0387 0,0436 0,0674
0,2037 0,2070 0,1823 0,1899 5 Kaki kiri
Kaki kanan 0,1574 0,1520 0,1458 0,1377
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Bobot udema 0,0463 0,0550 0,0365 0,0522
Rata-rata bobot
udema
±
SE
0,0393
±
0,0046
0,0397
±
0,0043
0,0466
±
0,0055
0,0605
±
0,0039
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
20.046540
.0129185.084.084
-.078.376.999
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
udem
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Oneway
Descriptives
udem
5 .039320 .0103347 .0046218 .026488 .052152 .0236 .04865 .039660 .0095929 .0042901 .027749 .051571 .0310 .05505 .046640 .0121973 .0054548 .031495 .061785 .0344 .06165 .060540 .0087045 .0038928 .049732 .071348 .0500 .0678
20 .046540 .0129185 .0028887 .040494 .052586 .0236 .0678
15 menit30 menit45 menit60 menitTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
udem
.529 3 16 .669
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
ANOVA
udem
.001 3 .000 4.653 .016
.002 16 .000
.003 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: udemScheffe
-.0003400 .0065067 1.000 -.020622 .019942-.0073200 .0065067 .740 -.027602 .012962-.0212200* .0065067 .039 -.041502 -.000938.0003400 .0065067 1.000 -.019942 .020622
-.0069800 .0065067 .766 -.027262 .013302-.0208800* .0065067 .042 -.041162 -.000598.0073200 .0065067 .740 -.012962 .027602.0069800 .0065067 .766 -.013302 .027262
-.0139000 .0065067 .247 -.034182 .006382.0212200* .0065067 .039 .000938 .041502.0208800* .0065067 .042 .000598 .041162.0139000 .0065067 .247 -.006382 .034182
(J) waktu30 menit45 menit60 menit15 menit45 menit60 menit15 menit30 menit60 menit15 menit30 menit45 menit
(I) waktu15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
Homogeneous Subsets
udem
Scheffea
5 .0393205 .0396605 .046640 .0466405 .060540
.740 .247
waktu15 menit30 menit45 menit60 menitSig.
N 1 2Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 10. Skema kerja perlakuan hewan uji 15 menit sesudahnya 3 jam sesudahnya
Enam puluh tiga ekor mencit dibagi dalam sembilan kelompok
Kel.I
Kel.II
Kel.III
Kel.IV
Kel.V
Kel.VI
Kel.VI
Kel.IX
Kel.VI
Diberi ekstrak etanol akar krokot belanda secara per oral
Injeksi karagenin 1 % sub plantar pada kaki kiri sedangkan kaki kanan hanya disuntik
tanpa karagenin 1 %
Mencit dikorbankan, kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural
Ditimbang
Keterangan : Kelompok I : kelompok kontrol negatif karagenin 1% Kelompok II : kelompok kontrol negatif CMC-Na 1% Kelompok III : kelompok kontrol positif natrium diklofenak dosis 9,75 mg/kgBB Kelompok IV : kelompok kontrol positif natrium diklofenak dosis 10,795
mg/kgBB Kelompok V : kelompok kontrol positif natrium diklofenak dosis 11,95
mg/kgBB Kelompok VI : kelompok perlakuan pemberian ekstrak etanol akar krokot
belanda dosis 1674,49 mg/kgBB Kelompok VII : kelompok perlakuan pemberian ekstrak etanol akar krokot
belanda dosis 2411,26 mg/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Kelompok VIII : kelompok perlakuan pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda dosis 3472,22 mg/kgBB
Kelompok IX : kelompok perlakuan pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda dosis 5000 mg/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 11. Hasil Dan Analisis Hasil Bobot Udema Kaki Mencit Akibat Pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dalam Empat Peringkat Dosis Dan Kontrolnya
Kontrol
Na - diklofenak (mg/kg BB) 4 peringkat dosis ekstrak etanol akar krokot
belanda (mg/kgBB) NO Bobot (g)
Karagenin 1%
CMC-Na 1% 9,75 10,795 11,95 1674,49 2411,26 3472,22 5000
0,1758 Kaki kiri 0,1983 0,2249 0,1626 0,1897 0,1672 0,1876 0,2030 0,1889 0,1475 Kaki kanan 0,1301 0,1524 0,1415 0,1553 0,1471 0,1292 0,1445 0,1319 0,0283
1.
Bobot udema 0,0682 0,0725 0,0211 0,0344 0,0201 0,0564 0,0585 0,0507 0,2105 Kaki kiri 0,2393 0,2132 0,1673 0,1778 0,1649 0,2145 0,2032 0,1782 0,1507 Kaki kanan 0,1433 0,1378 0,1377 0,1388 0,1415 0,1391 0,1428 0,1280 0,0598
2.
Bobot udema 0,0960 0,0754 0,0296 0,0390 0,0234 0,0754 0,0604 0,0502 0,1667 Kaki kiri 0,2521 0,2333 0,1693 0,1670 0,1856 0,2142 0,2093 0,2130 0,1374 Kaki kanan 0,1703 0,1501 0,1468 0,1396 0,1494 0,1413 0,1551 0,1565 0,0293
3.
Bobot udema 0,0818 0,0832 0,0225 0,0274 0,0362 0,0728 0,0542 0,0565 0,1690 Kaki kiri 0,2244 0,2293 0,1554 0,1679 0,1896 0,2203 0,2004 0,1995 0,1451 Kaki kanan 0,1576 0,1475 0,1329 0,1317 0,1435 0,1558 0,1538 0,1424 0,0239
4.
Bobot udema 0,0668 0,0818 0,0225 0,0362 0,0461 0,0645 0,0466 0,0571 0,1666 Kaki kiri 0,2003 0,2519 0,1531 0,1437 0,2241 0,2207 0,2428 0,2078 0,1284 Kaki kanan 0,1378 0,1549 0,1423 0,1074 0,1758 0,1579 0,1734 0,1490 0,0382
5.
Bobot udema 0,0625 0,0970 0,0108 0,0363 0,0483 0,0628 0,0694 0,0588 0,1991 Kaki kiri 0,2114 0,2239 0,1755 0,1885 0,2008 0,2041 0,2322 0,2230 0,1462 Kaki kanan 0,1321 0,1452 0,1545 0,1703 0,1547 0,1391 0,1630 0,1617 0,0529
6.
Bobot udema 0,0793 0,0787 0,0210 0,0182 0,0461 0,0650 0,0692 0,0613 0,1655 Kaki kiri 0,2304 0,2364 0,1389 0,1549 0,1725 0,2140 0,2117 0,2044 0,1368 Kaki kanan 0,1501 0,1587 0,1106 0,1353 0,1325 0,1476 0,1450 0,1511 0,0287
7.
Bobot udema 0,0803 0,0777 0,0283 0,0196 0,0400 0,0664 0,0667 0,0533 Rata-rata
bobot udem ±
SE
0,0764 ±
0,0043
0,0809 ±
0,0030
0,0223 ±
0,0023
0,0302 ±
0,0032
0,0372 ±
0,0043
0,0662 ±
0,0024
0,0607 ±
0,0032
0,0554 ±
0,0016
0,0373 ±
0,0052
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
635.00
2.603.112.112
-.112.891.406
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
kelompok
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b. Oneway
Descriptives
udem
7 .076414 .0114713 .0043358 .065805 .087023 .0625 .09607 .080900 .0079708 .0030127 .073528 .088272 .0725 .0970
7 .022257 .0061201 .0023132 .016597 .027917 .0108 .0296
7 .030157 .0084900 .0032089 .022305 .038009 .0182 .0390
7 .037171 .0113528 .0042909 .026672 .047671 .0201 .0483
7 .066186 .0063268 .0023913 .060334 .072037 .0564 .07547 .060714 .0084649 .0031994 .052886 .068543 .0466 .06947 .055414 .0041635 .0015737 .051564 .059265 .0502 .06137 .037300 .0138380 .0052303 .024502 .050098 .0239 .0598
63 .051835 .0216822 .0027317 .046374 .057296 .0108 .0970
kontrol karagenin 1 %kontrol CMC Na 1 %kontrol Na diklo9,75mg/kgBBkontrol Na diklo10,795mg/kg BBkontrol Na diklo11,95mg/kgBBdosis 1674,49mg/kgBBdosis 2411,26mg/kgBBdosis 3472,22mg/kgBBdosis 5000mg/kgBBTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
udem
2.047 8 54 .058
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
udem
.025 8 .003 36.736 .000
.005 54 .000
.029 62
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Post Hoc Tests Multiple Comparisons
Dependent Variable: udem Scheffe
95% Confidence Interval (I) kelompok (J) kelompok
Mean Difference (I-
J) Std. Error Sig. Lower bound Upper bound
kontrol karagenin 1 %
kontrol CMC Na 1 % -.0044857 .0048927 .999 -.024612 .015641
kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB .0541571(*) .0048927 .000 .034031 .074284
kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB .0462571(*) .0048927 .000 .026131 .066384
kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB .0392429(*) .0048927 .000 .019116 .059369
dosis 1674,49mg/kgBB .0102286 .0048927 .816 -.009898 .030355 dosis 2411,26mg/kgBB .0157000 .0048927 .270 -.004427 .035827 dosis 3472,22mg/kgBB .0210000(*) .0048927 .033 .000873 .041127 dosis 5000mg/kgBB .0391143(*) .0048927 .000 .018988 .059241 kontrol CMC Na 1 %
kontrol karagenin 1 % .0044857 .0048927 .999 -.015641 .024612
kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB .0586429(*) .0048927 .000 .038516 .078769
kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB .0507429(*) .0048927 .000 .030616 .070869
kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB .0437286(*) .0048927 .000 .023602 .063855
dosis 1674,49mg/kgBB .0147143 .0048927 .358 -.005412 .034841 dosis 2411,26mg/kgBB .0201857(*) .0048927 .049 .000059 .040312 dosis 3472,22mg/kgBB .0254857(*) .0048927 .003 .005359 .045612 dosis 5000mg/kgBB .0436000(*) .0048927 .000 .023473 .063727 kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB
kontrol karagenin 1 % -.0541571(*) .0048927 .000 -.074284 -.034031
kontrol CMC Na 1 % -.0586429(*) .0048927 .000 -.078769 -.038516 kontrol Na diklo
10,795mg/kg BB -.0079000 .0048927 .953 -.028027 .012227
kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB -.0149143 .0048927 .339 -.035041 .005212
dosis 1674,49mg/kgBB -.0439286(*) .0048927 .000 -.064055 -.023802 dosis 2411,26mg/kgBB -.0384571(*) .0048927 .000 -.058584 -.018331 dosis 3472,22mg/kgBB -.0331571(*) .0048927 .000 -.053284 -.013031 dosis 5000mg/kgBB -.0150429 .0048927 .327 -.035169 .005084 kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB
kontrol karagenin 1 % -.0462571(*) .0048927 .000 -.066384 -.026131
kontrol CMC Na 1 % -.0507429(*) .0048927 .000 -.070869 -.030616 kontrol Na diklo
9,75mg/kgBB .0079000 .0048927 .953 -.012227 .028027
kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB -.0070143 .0048927 .977 -.027141 .013112
dosis 1674,49mg/kgBB -.0360286(*) .0048927 .000 -.056155 -.015902 dosis 2411,26mg/kgBB -.0305571(*) .0048927 .000 -.050684 -.010431 dosis 3472,22mg/kgBB -.0252571(*) .0048927 .004 -.045384 -.005131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
dosis 5000mg/kgBB -.0071429 .0048927 .974 -.027269 .012984 kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB
kontrol karagenin 1 % -.0392429(*) .0048927 .000 -.059369 -.019116
kontrol CMC Na 1 % -.0437286(*) .0048927 .000 -.063855 -.023602 kontrol Na diklo
9,75mg/kgBB .0149143 .0048927 .339 -.005212 .035041
kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB .0070143 .0048927 .977 -.013112 .027141
dosis 1674,49mg/kgBB -.0290143(*) .0048927 .000 -.049141 -.008888 dosis 2411,26mg/kgBB -.0235429(*) .0048927 .009 -.043669 -.003416 dosis 3472,22mg/kgBB -.0182429 .0048927 .111 -.038369 .001884 dosis 5000mg/kgBB -.0001286 .0048927 1.000 -.020255 .019998 dosis 1674,49mg/kgBB
kontrol karagenin 1 % -.0102286 .0048927 .816 -.030355 .009898
kontrol CMC Na 1 % -.0147143 .0048927 .358 -.034841 .005412 kontrol Na diklo
9,75mg/kgBB .0439286(*) .0048927 .000 .023802 .064055
kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB .0360286(*) .0048927 .000 .015902 .056155
kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB .0290143(*) .0048927 .000 .008888 .049141
dosis 2411,26mg/kgBB .0054714 .0048927 .996 -.014655 .025598 dosis 3472,22mg/kgBB .0107714 .0048927 .769 -.009355 .030898 dosis 5000mg/kgBB .0288857(*) .0048927 .000 .008759 .049012
dosis 2411,26mg/kgBB
kontrol karagenin 1 % -.0157000 .0048927 .270 -.035827 .004427
kontrol CMC Na 1 % -.0201857(*) .0048927 .049 -.040312 -.000059 kontrol Na diklo
9,75mg/kgBB .0384571(*) .0048927 .000 .018331 .058584
kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB .0305571(*) .0048927 .000 .010431 .050684
kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB .0235429(*) .0048927 .009 .003416 .043669
dosis 1674,49mg/kgBB -.0054714 .0048927 .996 -.025598 .014655 dosis 3472,22mg/kgBB .0053000 .0048927 .996 -.014827 .025427 dosis 5000mg/kgBB .0234143(*) .0048927 .010 .003288 .043541 dosis 3472,22mg/kgBB
kontrol karagenin 1 % -.0210000(*) .0048927 .033 -.041127 -.000873
kontrol CMC Na 1 % -.0254857(*) .0048927 .003 -.045612 -.005359 kontrol Na diklo
9,75mg/kgBB .0331571(*) .0048927 .000 .013031 .053284
kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB .0252571(*) .0048927 .004 .005131 .045384
kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB .0182429 .0048927 .111 -.001884 .038369
dosis 1674,49mg/kgBB -.0107714 .0048927 .769 -.030898 .009355 dosis 2411,26mg/kgBB -.0053000 .0048927 .996 -.025427 .014827 dosis 5000mg/kgBB .0181143 .0048927 .116 -.002012 .038241 dosis 5000mg/kgBB
kontrol karagenin 1 % -.0391143(*) .0048927 .000 -.059241 -.018988
kontrol CMC Na 1 % -.0436000(*) .0048927 .000 -.063727 -.023473
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB .0150429 .0048927 .327 -.005084 .035169
kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB .0071429 .0048927 .974 -.012984 .027269
kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB .0001286 .0048927 1.000 -.019998 .020255
dosis 1674,49mg/kgBB -.0288857(*) .0048927 .000 -.049012 -.008759 dosis 2411,26mg/kgBB -.0234143(*) .0048927 .010 -.043541 -.003288 dosis 3472,22mg/kgBB -.0181143 .0048927 .116 -.038241 .002012
* The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets
udem
Scheffea
7 .022257
7 .030157
7 .037171 .037171
7 .037300 .0373007 .055414 .0554147 .060714 .0607147 .066186 .066186 .0661867 .076414 .0764147 .080900
.327 .111 .769 .270 .358
kelompokkontrol Na diklo9,75mg/kgBBkontrol Na diklo10,795mg/kg BBkontrol Na diklo11,95mg/kgBBdosis 5000mg/kgBBdosis 3472,22mg/kgBBdosis 2411,26mg/kgBBdosis 1674,49mg/kgBBkontrol karagenin 1 %kontrol CMC Na 1 %Sig.
N 1 2 3 4 5Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 7.000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 12. Hasil Perhitungan Dan Analisis Hasil Persen (%) Daya Anti
Inflamasi akibat Pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot
Belanda Dalam Empat Peringkat Dosis dan Kontrolnya
Persen (%) daya anti inflamasi
Kontrol
No
4 Peringkat Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda (mg/kgBB) Natrium Diklofenak
(mg/kgBB) Karagenin
1 % CMC-Na
1 %
9,75 10,795 11,95 1674,49 2411,26 3472,22 5000 1 0 5,10 72,38 54,97 73,69 26,18 23,43 33,64 62,96 2 0 1,31 61,26 48,95 69,37 1,31 20,94 34,29 21,73 3 0 -8,90 70,55 64,14 52,62 4,71 29,06 26,05 61,65 4 0 -7,07 70,55 52,62 39,66 15,58 39,01 25,26 68,72 5 0 -26,96 85,86 52,49 36,78 17,80 9,16 23,04 50,00 6 0 -3,01 72,51 76,18 39,66 14,92 9,42 19,76 30,76 7 0 -1,70 62,96 74,35 47,64 13,09 12,70 30,24 62,43 −
X 0 -6,00 70,87 60,53 51,35 13,37 20,53 27,47 51,18 Dari hasil penimbangan berat kedua kaki belakang hewan uji untuk masing-masing kelompok dapat dicari persentase anti inflamasi, dengan persamaan :
% daya anti inflamasi = ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ −
UDU X 100%
keterangan : U : Harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin (terinflamasi) dikurangi rata-
rata berat kaki kelompok normal ( tanpa perlakuan ) D : Harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (terinflamasi) dikurangi rata-
rata berat kaki normal ( tanpa perlakuan ) Contoh perhitungan persentase efek anti inflamasi : Nilai bobot udema karagenin rata-rata (U) = 0,0764 g 1. CMC-Na1%
Data replikasi no 1 bobot udema (D) = 0,0725 g
% daya anti inflamasi = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ −0764,0
0725,00764,0 X 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
= 5,10 %
2. Natrium Diklofenak Dosis 9,75 mg/kgBB Data replikasi no 3 bobot udema (D) = 0,0225 g
% daya anti inflamasi = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ −0764,0
0225,00764,0 X 100%
= 70,55 %
3. Natrium Diklofenak Dosis 10,795 mg/kgBB Data replikasi no 4 bobot udema (D) = 0,0362 g
% daya anti inflamasi = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ −0764,0
0362,00764,0 X 100%
= 52,62 %
4. Natrium Diklofenak Dosis 11,95 mg/kgBB Data replikasi no 5 bobot udema (D) = 0,0483 g
% daya anti inflamasi = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ −0764,0
0483,00764,0 X 100%
= 36,78 %
5. Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda 1674,49 mg/kgBB Data replikasi no 7 bobot udema (D) = 0,0664 g
% daya anti inflamasi = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ −0764,0
0664,00764,0 X 100%
= 13,09 %
6. Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda 2411,26 mg/kgBB Data replikasi no 2 bobot udema (D) = 0,0604 g
% daya anti inflamasi = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ −0764,0
0604,00764,0 X 100%
= 20,94 %
7. Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda 3472,22 mg/kgBB Data replikasi no 3 bobot udema (D) = 0,0565 g
% daya anti inflamasi = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ −0764,0
0565,00764,0 X 100%
= 26,05 %
8. Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda 5000 mg/kgBB Data replikasi no 4 bobot udema (D) = 0,0239 g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
% daya anti inflamasi = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ −0764,0
0239,00764,0 X 100%
= 68,72 % NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
6332.1555
27.99044.105.087
-.105.831.494
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
udem
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Oneway
Descriptives
udem
7 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .007 -5.8901 10.43120 3.94262 -15.5374 3.7571 -26.96 5.10
7 70.8671 8.00827 3.02684 63.4607 78.2736 61.26 85.86
7 60.5286 11.11431 4.20081 50.2496 70.8076 48.95 76.18
7 51.3457 14.85917 5.61624 37.6033 65.0882 36.78 73.69
7 13.3700 8.28176 3.13021 5.7107 21.0293 1.31 26.187 20.5314 11.08202 4.18861 10.2823 30.7806 9.16 39.017 27.4686 5.45013 2.05996 22.4280 32.5091 19.76 34.297 51.1786 18.11203 6.84571 34.4277 67.9294 21.73 68.72
63 32.1555 27.99044 3.52646 25.1062 39.2048 -26.96 85.86
kontrol karagenin 1%kontrol CMC-Na 1%kontrol Na-diklofenak9,75mg/kgBBkontrol Na-diklofenak10,795 mg/kgBBkontrol Na-diklofenak11,95 mg/kgBBdosis 1674,49 mg/kgBBdosis 2411,26 mg/kgBBdosis 3472,22 mg/kgBBdosis 5000 mg/kgBBTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Test of Homogeneity of Variances
udem
3.830 8 54 .001
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
udem
42176.348 8 5272.043 44.493 .0006398.482 54 118.490
48574.829 62
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: udem Scheffe
(I) kelompok (J) kelompok Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower bound Upper boundkontrol karagenin 1%
kontrol CMC-Na 1% 5.89014 5.81845 .998 -18.0447 29.8250
kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB -70.86714(*) 5.81845 .000 -94.8020 -46.9323
kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB -60.52857(*) 5.81845 .000 -84.4634 -36.5937
kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB -51.34571(*) 5.81845 .000 -75.2806 -27.4109
dosis 1674,49 mg/kgBB -13.37000 5.81845 .724 -37.3048 10.5648
dosis 2411,26 mg/kgBB -20.53143 5.81845 .160 -44.4663 3.4034 dosis 3472,22 mg/kgBB -27.46857(*) 5.81845 .012 -51.4034 -3.5337 dosis 5000 mg/kgBB -51.17857(*) 5.81845 .000 -75.1134 -27.2437kontrol CMC-Na 1%
kontrol karagenin 1% -5.89014 5.81845 .998 -29.8250 18.0447
kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB -76.75729(*) 5.81845 .000 -100.6921 -52.8224
kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB -66.41871(*) 5.81845 .000 -90.3536 -42.4839
kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB -57.23586(*) 5.81845 .000 -81.1707 -33.3010
dosis 1674,49 mg/kgBB -19.26014 5.81845 .231 -43.1950 4.6747
dosis 2411,26 mg/kgBB -26.42157(*) 5.81845 .018 -50.3564 -2.4867
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
dosis 3472,22 mg/kgBB -33.35871(*) 5.81845 .001 -57.2936 -9.4239 dosis 5000 mg/kgBB -57.06871(*) 5.81845 .000 -81.0036 -33.1339kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB
kontrol karagenin 1% 70.86714(*) 5.81845 .000 46.9323 94.8020
kontrol CMC-Na 1% 76.75729(*) 5.81845 .000 52.8224 100.6921 kontrol Na-diklofenak
10,795 mg/kgBB 10.33857 5.81845 .919 -13.5963 34.2734
kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB 19.52143 5.81845 .215 -4.4134 43.4563
dosis 1674,49 mg/kgBB 57.49714(*) 5.81845 .000 33.5623 81.4320 dosis 2411,26 mg/kgBB
50.33571(*) 5.81845 .000 26.4009 74.2706
dosis 3472,22 mg/kgBB 43.39857(*) 5.81845 .000 19.4637 67.3334
dosis 5000 mg/kgBB 19.68857 5.81845 .205 -4.2463 43.6234kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB
kontrol karagenin 1% 60.52857(*) 5.81845 .000 36.5937 84.4634
kontrol CMC-Na 1% 66.41871(*) 5.81845 .000 42.4839 90.3536 kontrol Na-diklofenak
9,75mg/kgBB -10.33857 5.81845 .919 -34.2734 13.5963
kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB 9.18286 5.81845 .958 -14.7520 33.1177
dosis 1674,49 mg/kgBB 47.15857(*) 5.81845 .000 23.2237 71.0934 dosis 2411,26 mg/kgBB
39.99714(*) 5.81845 .000 16.0623 63.9320
dosis 3472,22 mg/kgBB 33.06000(*) 5.81845 .001 9.1252 56.9948 dosis 5000 mg/kgBB
9.35000 5.81845 .954 -14.5848 33.2848
kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB
kontrol karagenin 1% 51.34571(*) 5.81845 .000 27.4109 75.2806
kontrol CMC-Na 1% 57.23586(*) 5.81845 .000 33.3010 81.1707 kontrol Na-diklofenak
9,75mg/kgBB -19.52143 5.81845 .215 -43.4563 4.4134
kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB -9.18286 5.81845 .958 -33.1177 14.7520
dosis 1674,49 mg/kgBB 37.97571(*) 5.81845 .000 14.0409 61.9106 dosis 2411,26 mg/kgBB 30.81429(*) 5.81845 .002 6.8794 54.7491 dosis 3472,22 mg/kgBB
23.87714 5.81845 .051 -.0577 47.8120
dosis 5000 mg/kgBB .16714 5.81845 1.000 -23.7677 24.1020
dosis 1674,49 mg/kgBB
kontrol karagenin 1% 13.37000 5.81845 .724 -10.5648 37.3048
kontrol CMC-Na 1% 19.26014 5.81845 .231 -4.6747 43.1950 kontrol Na-diklofenak
9,75mg/kgBB -57.49714(*) 5.81845 .000 -81.4320 -33.5623
kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB -47.15857(*) 5.81845 .000 -71.0934 -23.2237
kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB -37.97571(*) 5.81845 .000 -61.9106 -14.0409
dosis 2411,26 mg/kgBB -7.16143 5.81845 .991 -31.0963 16.7734 dosis 3472,22 mg/kgBB -14.09857 5.81845 .661 -38.0334 9.8363
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dosis 5000 mg/kgBB -37.80857(*) 5.81845 .000 -61.7434 -13.8737
dosis 2411,26 mg/kgBB
kontrol karagenin 1% 20.53143 5.81845 .160 -3.4034 44.4663
kontrol CMC-Na 1% 26.42157(*) 5.81845 .018 2.4867 50.3564
kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB -50.33571(*) 5.81845 .000 -74.2706 -26.4009
kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB -39.99714(*) 5.81845 .000 -63.9320 -16.0623
kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB -30.81429(*) 5.81845 .002 -54.7491 -6.8794
dosis 1674,49 mg/kgBB 7.16143 5.81845 .991 -16.7734 31.0963 dosis 3472,22 mg/kgBB -6.93714 5.81845 .993 -30.8720 16.9977 dosis 5000 mg/kgBB -30.64714(*) 5.81845 .003 -54.5820 -6.7123dosis 3472,22 mg/kgBB
kontrol karagenin 1% 27.46857(*) 5.81845 .012 3.5337 51.4034
kontrol CMC-Na 1% 33.35871(*) 5.81845 .001 9.4239 57.2936
kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB -43.39857(*) 5.81845 .000 -67.3334 -19.4637
kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB -33.06000(*) 5.81845 .001 -56.9948 -9.1252
kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB -23.87714 5.81845 .051 -47.8120 .0577
dosis 1674,49 mg/kgBB 14.09857 5.81845 .661 -9.8363 38.0334 dosis 2411,26 mg/kgBB 6.93714 5.81845 .993 -16.9977 30.8720 dosis 5000 mg/kgBB -23.71000 5.81845 .054 -47.6448 .2248dosis 5000 mg/kgBB
kontrol karagenin 1% 51.17857(*) 5.81845 .000 27.2437 75.1134
kontrol CMC-Na 1% 57.06871(*) 5.81845 .000 33.1339 81.0036
kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB -19.68857 5.81845 .205 -43.6234 4.2463
kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB -9.35000 5.81845 .954 -33.2848 14.5848
kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB -.16714 5.81845 1.000 -24.1020 23.7677
dosis 1674,49 mg/kgBB 37.80857(*) 5.81845 .000 13.8737 61.7434 dosis 2411,26 mg/kgBB 30.64714(*) 5.81845 .003 6.7123 54.5820 dosis 3472,22 mg/kgBB 23.71000 5.81845 .054 -.2248 47.6448
* The mean difference is significant at the .05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lampiran 13. Perbandingan Persamaan Garis antara Log Dosis Natrium
Diklofenak dan Log Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot
Belanda
Kelompok
dosis (mg/kg BB)
log dosis
efek anti inflamasi (%)
9,75 0,9890 70,87 10,795 1,0332 60,53
Natrium Diklofenak
11,95 1,0774 51,35 1674,49 3,2234 13,37 2411,26 3,3822 20,53 3472,22 3,5406 27,47
Ekstrak etanol akar krokot belanda (EEAKB)
5000 3,6990 51,18
perbandingan persamaan garis
-700-600-500-400-300-200-100
0100200
0 1 2 3 4 5
log dosis
efek
ant
i inf
lam
asi (
%)
persamaan garis Na-diklofenakpersamaan garisEEAKB
Gambar 17 Perbandingan persamaan garis antara log dosis ekstrak etanol
akar krokot belanda dan log dosis natrium diklofenak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Menurut perhitungan regresi linier antara log dosis natrium diklofenak (0,9890;
1,0332; dan 1,0774) dengan daya anti inflamasinya (70,87; 60,53; dan 51,35%),
diperoleh nilai A = 289,0622 ; B = -220,8145 ; dan r = -0,9990. Berdasarkan
nilai tersebut maka diperoleh persamaan garis Na-diklofenak sebagai berikut :
Y = -220,8145 X + 289,0622
Menurut perhitungan regresi linier antara log dosis EEAKB (3,2234 ;
3,3822 ; 3,5406 ; dan 3,6990) dengan daya anti inflamasinya (13,37 ; 20,53;
27,47; dan 51,18 %) diperoleh nilai A = -234,9591 ; B = 76,0082 ; dan r = 0,9473.
Berdasarkan nilai tersebut diperoleh persamaan garis EEAKB sebagai berikut :
Y = 76,0082 X – 234, 9591
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 14. Hasil Perhitungan Potensi Relatif Efek Anti inflamasi
Pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot BelandaDalam Empat
Peringkat Dosis
Kontrol Dan Perlakuan % Efek Anti inflamasi % Potensi relatif efek anti
inflamasi Natrium Diklofenak Dosis 9,75 mg/kgBB 70,87 100
Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dosis
1674,49 mg/kgBB 13,37 18,87
Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dosis
2411,26 mg/kgBB 20,53 28,97
Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dosis
3472,22 mg/kgBB 27,47 38,76
Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dosis
5000 mg/kgBB 51,18 72,22
Potensi relatif efek anti inflamasi = ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
DAdDAp x 100 %
Keterangan : DAp = % rata-rata efek anti inflamasi kelompok perlakuan
pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda DAd = % rata-rata efek anti inflamasi kelompok kontrol Natrium
Diklofenak Contoh Perhitungan :
Potensi relatif efek anti inflamasi kelompok perlakuan pemberian Ekstrak Etanol
Akar Krokot Belanda Dosis 1674,49 mg/kgBB
Potensi relatif efek anti inflamasi = 87,7037,13 x 100 %
= 18,87 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi “Uji Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol
Akar Krokot Belanda (Talinum triangulare (Jacq.)
Willd) pada Mencit Putih Betina“ yang bernama
lengkap Agnes Meiriana dilahirkan di Jayapura pada
tanggal 6 Mei 1985. Penulis merupakan anak kedua dari
tiga bersaudara dari pasangan Silvius Soenarno dan
Susylowati. Penulis mengawali masa pendidikan
formalnya di Taman Kanak-Kanak Persit Kartika
Chandra Kirana Jayapura pada tahun 1991-1993, SD
YPPK Kristus Raja Jayapura pada tahun 1993-1998, SLTP Negeri 1 Jayapura
pada tahun 1998-2000, SMUK Kolese Santo Yusuf Malang pada tahun 2000-
2003. Setelah lulus pada tahun 2003, penulis melanjutkan pendidikan sarjana di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan menyelesaikan
pendidikannya pada tahun 2007. Selama kuliah, penulis pernah menjadi asisten
praktikum Farmakologi dan Toksikologi Dasar, serta ikut terlibat dalam beberapa
kegiatan kepanitiaan lainnya seperti Pengobatan Gratis dan Pengambilan Sumpah
Apoteker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related